HUBUNGAN USIA, PARITAS DAN ANEMIA DENGAN KEJADIAN ...

57
HUBUNGAN USIA, PARITAS DAN ANEMIA DENGAN KEJADIAN PERSALINAN PREMATUR DI RSUD SOREANG KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2017 LAPORAN TUGAS AKHIR Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna menyelesaikan Pendidikan Program Studi DIII Kebidanan STIKes Bhakti Kencana Bandung Wulanisa Rizky CK 1.15.041 SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BHAKTI KENCANA PROGRAM STUDI KEBIDANAN BANDUNG 2018

Transcript of HUBUNGAN USIA, PARITAS DAN ANEMIA DENGAN KEJADIAN ...

Page 1: HUBUNGAN USIA, PARITAS DAN ANEMIA DENGAN KEJADIAN ...

HUBUNGAN USIA, PARITAS DAN ANEMIA DENGAN KEJADIAN

PERSALINAN PREMATUR DI RSUD SOREANG

KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2017

LAPORAN TUGAS AKHIR

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna menyelesaikan

Pendidikan Program Studi DIII Kebidanan

STIKes Bhakti Kencana Bandung

Wulanisa Rizky

CK 1.15.041

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BHAKTI KENCANA

PROGRAM STUDI KEBIDANAN

BANDUNG

2018

Page 2: HUBUNGAN USIA, PARITAS DAN ANEMIA DENGAN KEJADIAN ...
Page 3: HUBUNGAN USIA, PARITAS DAN ANEMIA DENGAN KEJADIAN ...
Page 4: HUBUNGAN USIA, PARITAS DAN ANEMIA DENGAN KEJADIAN ...
Page 5: HUBUNGAN USIA, PARITAS DAN ANEMIA DENGAN KEJADIAN ...

ABSTRAK

Menurut WHO persalinan prematur adalah persalinan yang terjadi antara

kehamilan 20-36 minggu. Di Indonesia dari 48,33% wanita yang melahirkan

terdapat 36% ibu mengalami persalinan prematur. Kejadian persalinan prematur

di RSUD Soreang Tahun 2017 sebanyak 98 kasus dari 1.349 persalinan. Faktor

risiko terjadinya persalinan prematur terdiri dari faktor usia ibu, paritas dan

riwayat anemia. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan usia, paritas

dan anemia dengan kejadian persalinan prematur di RSUD Soreang.

Penelitian ini merupakan penelitian korelasional dengan menggunakan

pendekatan cross sectional. Sampel penelitian ini sebanyak 93 sampel dengan

menggunakan kriteria inklusi dan ekslusi. Analisis data meliputi analisis univariat

dan analisis bivariat menggunakan uji chi-square ɑ=(0,05).

Hasil penelitian menunjukan dari 93 sampel, ibu yang mengalami persalinan

usia berisiko 59,1% (55 kasus), paritas berisiko 80,6% (75 kasus) riwayat anemia

59,1% (55 kasus). Hasil uji chi-square didapatkan hasil usia P value (0,000),

paritas (0,009) dan anemia (0,000). Dapat disimpulkan bahwa ada hubungan

antara usia, paritas dan anemia dengan kejadian persalinan prematur di RSUD

Soreang Tahun 2017. Oleh karena itu petugas kesehatan harus bisa memberikan

penyuluhan pada ibu hamil dengan risiko tinggi.

Kata Kunci : Umur, Paritas, Anemia, Kejadian Persalinan Prematur.

Daftar Pustaka : 18 buku (2006-2013)

6 website (2013-2018)

11 jurnal (2010-2016)

Page 6: HUBUNGAN USIA, PARITAS DAN ANEMIA DENGAN KEJADIAN ...

ABSTRACT

According to WHO preterm labor is a labor that occurss between 20 weeks of

pregnancy to less 37 weeks. There are 36% of 48.33% women in Indonesia

experience premature birth. There are 98 cases of 1, 349 premature birth at

Soreang Hospital in 2017. Risk factors of premature birth are mother's age,

parity, and anemia history. The purpose of this study is to find the correlation

between age, parity and anemia with premature birth at Soreang Hospital.

This study is correlational research with cross sectional approach. The

samples of this study are 93 samples using inclusion and exclusion criteria. The

data analysis done are univariate analysis and bivariate analysis using chi-square

ɑ=(0,05) test.

The result of study showed that 93 sample with risk age are 59.1% (55 cases),

risk parity are 80.6% (75 cases), anemia history are 59.1% (55 cases). The result

of chi-square test showed that age result P value (0.000), parity (0.009), and

anemia (0.000). It can be concluded that there is correlation between age, parity,

and anemia with premature birth at Soreang Hospital in 2017. So that medical

staffs must be able to provide counseling to pregnant women with high risk.

Keywords: Age, Parity, Anemia, Premature Birth

Reference : 18 book (2006-2013)

6 website (2013-2018)

11 journal (2010-2016)

Page 7: HUBUNGAN USIA, PARITAS DAN ANEMIA DENGAN KEJADIAN ...

KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohim

Segala puji hanya milik Allah SWT. Sholawat dan salam selalu

tercurahkan kepada Rasulullah SAW. Berkat limpahan dan rahmat-Nya

penyusun mampu menyelesaikan karya tulis ilmiah ini sebagai salah satu syarat

untuk memenuhi tugas, guna menyelesaikan program studi DIII Kebidanan

STIKes Bhakti Kencana Bandung.

Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini, tidak sedikit hambatan yang

penulis hadapi. Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan

karya tulis ilmiah ini tidak lain berkat bantuan, dorongan, dan bimbingan dari

dosen pembimbing, juga orang tua, sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi

teratasi.

Ketidaksempurnaan dalam penulisan ini, memotivasi penulis untuk

menerima kritik dan saran darimanapun yang membangun dan dapat mendorong

penulis untuk terus memperbaiki diri. Dalam kesempatan ini penulis sampaikan

ucapan terimakasih kepada semua pihak yang secara langsung maupun tidak

langsung telah membantu penulis untuk menyelesaikan karya tulis ilmiah ini

terutama :

1. Bapak H. Mulyana., SH., M.Pd., MH.Kes, selaku Ketua Yayasan Adhiguna

Kencana.

Page 8: HUBUNGAN USIA, PARITAS DAN ANEMIA DENGAN KEJADIAN ...

2. Ibu R. Siti Jundiah S.Kep., M.Kep, selaku ketua STIKes Bhakti Kencana

Bandung.

3. Ibu Dewi Nurlaela Sari, M.Keb, selaku ketua program studi DIII Kebidanan.

4. Ibu Ina Sugiharti, SST., M.Kes, selaku dosen pembimbing yang selalu

meluangkan waktu, mengarahkan, dan membimbing saya dengan sabar,

sehingga saya bisa menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

5. RSUD Soreang yang telah memberikan saya izin untuk dapat melakukan

penelitian.

6. Ibu Yani Sudiarsih, Am.Keb selaku kepala ruangan Mawar VK RSUD

Soreang yang telah mengizinkan saya untuk dapat melakukan penelitian ini.

7. Ibu Ning Hayati, SST., M.Kes selaku penguji I.

8. Ibu Lia Nurlianawati, S.Kep, Ners., M.Kep selaku penguji II.

9. Ayahku tercinta Tb. Tedi Hermawan, SE dan Ibuku tersayang Rika Jaenah,

terimakasih sudah selalu memberikan semangat yang tiada terkira, yang selalu

memberikan yang terbaik, yang selalu mendahulukan kepentingan pendidikan

saya, yang selalu ikhlas dan sabar memberikan dukungan melalui materi

maupun moril yang tidak bisa dijelaskan oleh kata-kata sehingga saya bisa

menyelesaikan karya tulis ilmiah ini dengan tepat waktu.

10. Kedua adik-adikku Syafitri Oktaviani dan M. Dzakir Faishal Aziz yang selalu

memberikan semangat dan dorongan agar saya bisa segera menyelesaikan

karya tulis ilmiah ini.

Page 9: HUBUNGAN USIA, PARITAS DAN ANEMIA DENGAN KEJADIAN ...

11. Kepada calon suami ku Dede Restu S.Kep., CH., terimakasih sudah berjuang

sama-sama, mendukung saya dan selalu sabar membantu saya untuk

menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

12. Kepada “My Squad”, terimakasih sudah mau berjuang sama-sama selama 3

tahun ini.

13. Kepada semua rekan-rekan mahasiswa DIII Kebidanan STIKes Bhakti

Kencana Bandung Angkatan 2015 yang selalu memberikan do’a dan

dukungan kepada saya.

Semoga amal baik semua pihak yang telah membantu penulis dalam

menyusun karya tulis ilmiah ini mendapat balasan dari Allah SWT. Akhir kata

penulis berharap, semoga karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat bagi penulis

khususnya dan pihak lain pada umumnya.

Wasalamu’alaikum Wr.Wb.

Bandung, 31 Juli 2018

Penulis

Wulanisa Rizky

Page 10: HUBUNGAN USIA, PARITAS DAN ANEMIA DENGAN KEJADIAN ...

DAFTAR ISI

HALAMAN

LEMBAR PERSETUJUAN ...................................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................................ ii

ABSTRAK .................................................................................................................. iii

ABSTRACT................................................................................................................. iv

KATA PENGANTAR ................................................................................................ v

DAFTAR ISI .............................................................................................................. viii

DAFTAR TABEL ...................................................................................................... xi

DAFTAR BAGAN ..................................................................................................... xii

DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................. xiii

BAB I : PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................. 4

1.3 Tujuan ............................................................................................................... 5

1.3.1 Tujuan Umum ........................................................................................... 5

1.3.2 Tujuan Khusus ......................................................................................... 5

1.4 Manfaat ............................................................................................................. 6

1.4.2 Aspek Teoritis ....................................................................................... 6

1.4.3 Aspek Praktis ......................................................................................... 6

Page 11: HUBUNGAN USIA, PARITAS DAN ANEMIA DENGAN KEJADIAN ...

BAB II : KAJIAN TEORI

2.1 Persalinan ......................................................................................................... 7

2.2 Persalinan Prematur .......................................................................................... 15

2.3 Penelitian Relevan ............................................................................................ 38

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian ............................................................................................... 42

3.2 Variabel Penelitian ............................................................................................ 43

3.3 Populasi Penelitian ............................................................................................ 43

3.4 Sampel Penelitian .............................................................................................. 44

3.5 Teknik Pengambilan Sampel ............................................................................. 44

3.6 Teknik Pengambilan Data .................................................................................. 45

3.7 Kerangka Penelitian .......................................................................................... 46

3.8 Definisi Operasional .......................................................................................... 48

3.9 Hipotesis Penelitian ........................................................................................... 50

3.10 Pengolahan dan Analisis Data.......................................................................... 51

3.11 Tempat dan Waktu Penelitian .......................................................................... 56

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian ................................................................................................. 57

4.1.1 Analisa Univariat ...................................................................................... 57

4.1.2 Analisa Bivariat ........................................................................................ 59

4.2 Pembahasan ...................................................................................................... 64

4.2.2 Gambaran Kejadian Persalinan ................................................................. 62

Page 12: HUBUNGAN USIA, PARITAS DAN ANEMIA DENGAN KEJADIAN ...

4.2.3 Gambaran Kejadian Persalinan Menurut Usia ........................................... 62

4.2.4 Gambaran Kejadian Persalinan Menurut Paritas........................................ 63

4.2.5 Gambaran Kejadian Persalinan Menurut Anemia ...................................... 64

4.2.6 Hubungan Usia Dengan Kejadian Persalinan Prematur ............................. 65

4.2.7 Hubungan Paritas Dengan Kejadian Persalinan Prematur .......................... 67

4.2.8 Hubungan Anemia Dengan Kejadian Persalinan Prematur ........................ 68

BAB V : PENUTUP

5.1 Kesimpulan ....................................................................................................... 71

5.2 Saran ................................................................................................................. 72

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 13: HUBUNGAN USIA, PARITAS DAN ANEMIA DENGAN KEJADIAN ...

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Definisi Operasional ..................................................................................... 49

Tabel 4.2 Gambaran Persalinan Menurut Usia ............................................................. 57

Tabel 4.3 Gambaran Persalinan Menurut Paritas ......................................................... 58

Tabel 4.4 Gambaran Persalinan Menurut Anemia ........................................................ 58

Tabel 4.5 Hubungan Usia Dengan Kejadian Persalinan Prematur ................................. 59

Tabel 4.6 Hubungan Paritas Dengan Kejadian Persalinan Prematur ............................. 60

Tabel 4.7 Hubungan Anemia Dengan Kejadian Persalinan Prematur ............................ 61

Page 14: HUBUNGAN USIA, PARITAS DAN ANEMIA DENGAN KEJADIAN ...

DAFTAR BAGAN

Halaman

Bagan 3.1 Rancangan Penelitian .................................................................................. 42

Bagan 3.2 Kerangka Konsep ........................................................................................ 47

Page 15: HUBUNGAN USIA, PARITAS DAN ANEMIA DENGAN KEJADIAN ...

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Persetujuan Judul Laporan Tugas Akhir

Lampiran 2 Surat Pengantar Studi Pendahuluan STIKes Bhakti Kencana Bandung

Lampiran 3 Surat Pengantar Studi Pendahuluan KESBANGPOL Kab. Bandung

Lampiran 4 Surat Pengantar Studi Pendahuluan RSUD Soreang Kab. Bandung

Lampiran 5 Surat Pengantar Izin Penelitian STIKes Bhakti Kencana Bandung

Lampiran 6 Surat Pengantar Izin Penelitian KESBANGPOL Kab. Bandung

Lampiran 7 Surat Pengantar Izin Penelitian RSUD Soreang Kab. Bandung

Lampiran 8 Standar Operasional Persalinan Prematur RSUD Soreang

Lampiran 9 Gambaran Karakteristik Persalinan di RSUD Soreang

Lampiran 10 Lembar Check List Penelitian

Lampiran 11 Pengolahan Data SPSS

Lampiran 12 Lembar Bimbingan

Lampiran 13 Persyaratan Sidang Laporan Tugas Akhir

Lampiran 14 Riwayat Hidup

Page 16: HUBUNGAN USIA, PARITAS DAN ANEMIA DENGAN KEJADIAN ...

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut WHO persalinan prematur adalah persalinan yang terjadi antara

kehamilan 20 minggu sampai dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu,

dihitung dari hari pertama haid terakhir. Konsep prematuritas mencakup

ketidakmatangan biologis janin untuk hidup di luar rahim ibunya yang dapat

meningkatkan mortalitas bayi.

Angka kematian bayi (AKB) saat ini masih merupakan masalah

kesehatan yang serius di negara berkembang. Menurut laporan World Health

Organization (WHO), Angka Kematian Bayi (AKB) tahun 2015 di negara

ASEAN (Association of South East Asia Nations) seperti di Indonesia

27/1.000 kelahiran hidup, Malaysia 5,5/1.000 kelahiran hidup dan Singapura

3/1000 kelahiran hidup. Angka kematian bayi di Indonesia masih tergolong

tinggi, jika dibandingkan dengan target Millenium Development Goals

(MDGs) tahun 2015 yaitu 23/1000 kelahiran hidup. (WHO, 2015)

Menurut Profil Kementerian Kesehatan RI, angka kematian bayi (AKB)

pada tahun 2015 sebanyak (26,0/1.000) kelahiran hidup. Target Global

Millenium Development Goals (MDGs) ke 5 adalah menurunkan angka

kematian bayi (AKB) menjadi 23/1.000 kelahiran hidup pada tahun 2015.

(Kemenkes RI, 2015).

Page 17: HUBUNGAN USIA, PARITAS DAN ANEMIA DENGAN KEJADIAN ...

Berdasarkan Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun

2015 di Provinsi Jawa Barat, angka kematian bayi (AKB) sebanyak 39/1000.

Di Kabupaten Bandung, jumlah angka kematian bayi (AKB) di Kabupaten

Bandung tahun 2016 berjumlah 214 kasus. (Dinkes Kabupaten Bandung,

2016).

Angka kematian bayi usia dibawah 28 hari masih sangat cukup tinggi,

jumlahnya mencapai 50% dari angka kasus kematian bayi secara umum.

Penyebab tertinggi disebabkan oleh kesulitan bernafas saat lahir (asfiksia),

yang bisa disebabkan oleh persalinan prematur.

Menurut World Health Organization (WHO), ±1,3 juta bayi lahir

prematur di dunia dan lebih dari 1 juta bayi prematur meninggal setiap

tahunnya. Pada tahun 2009 angka kelahiran prematur berkisar 10-20 % yang

menyebabkan Indonesia masuk ke dalam peringkat ke 5 dengan negara

kelahiran prematur terbesar di dunia.

Hasil penelitian yang menggunakan Riset Kesehatan Dasar (Riskesda)

sejak bulan januari 2010 sampai dengan bulan juni 2013 menunjukan bahwa

dari 48,33 % wanita yang melahirkan, terdapat 36% ibu yang mengalami

persalinan prematur. Prevalensi persalinan prematur di Indonesia sendiri juga

masih tinggi. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun

2007, kematian perinatal (usia 0-7 hari) sebesar 32,3% disebabkan oleh

persalinan prematur. Hal ini dapat terjadi karena adanya kelompok kehamilan

berisiko. Kelompok kehamilan risiko tinggi di Indonesia pada tahun 2007

sekitar 34%. Kategori dengan risiko tinggi tunggal mencapai 22,4%, dengan

Page 18: HUBUNGAN USIA, PARITAS DAN ANEMIA DENGAN KEJADIAN ...

rincian umur ibu (<18 tahun) sebesar (4,1 %), umur ibu (>34 tahun) sebesar

(3,8 %), jarak kelahiran (<24 bulan) sebesar (5,2 %), dan jumlah anak yang

terlalu banyak (>3 orang) sebesar (9,4 %). (Riskesda, 2013).

Menurut teori faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan prematur

yaitu usia ibu <18 tahun atau >35 tahun, paritas, anemia pada saat kehamilan,

penyakit dalam kehamilan seperti ketuban pecah dini yang menjadi salah satu

komplikasi dari persalinan prematur, preeklampsi berat yang terjadi pada ibu

hamil, perdarahan antepartum pada kehamilan lanjut seperti solusio plasenta

dan plasenta previa, ibu yang mengalami infeksi, ibu dengan riwayat

persalinan prematur, ibu dengan riwayat ketuban pecah dini, jarak kehamilan

yang terlalu dekat dengan persalinan sebelumnya, pertambahan berat badan

selama kehamilan, stress pada ibu hamil selama kehamilan, pekerjaan ibu

selama hamil, dan perilaku ibu yang sering merokok atau mengkonsumsi

alkohol pada saat kehamilan. (Krisnadi, 2009).

Penelitian yang dilakukan oleh “Novalia Widiya Ningrum” pada tahun

2016 mengenai “Hubungan umur, paritas dan anemia dengan kejadian

persalinan prematur di RSUD Dr. H Moch Ansari Saleh Banjarmasin Tahun

2016” didapatkan hasil bahwa peluang terjadinya persalinan prematur (OR)

menurut umur ibu yaitu sebesar 2,515, untuk paritas yaitu 2,940, dan untuk

anemia yaitu 2,604.

Berdasarkan studi pendahuluan di RSUD Majalaya Kabupaten Bandung

peneliti mendapatkan hasil bahwa kejadian persalinan prematur pada tahun

2016 yaitu sebanyak 79 kasus, sedangkan di RSUD Soreang Kabupaten

Page 19: HUBUNGAN USIA, PARITAS DAN ANEMIA DENGAN KEJADIAN ...

Bandung, peneliti mendapatkan hasil bahwa kejadian persalinan prematur

yang terjadi pada tahun 2016 sebanyak 135 kasus. Dari 135 kasus persalinan

prematur, 95 kasus ibu yang bersalin prematur terjadi pada usia <20 tahun

dengan rata-rata paritas primigravida.

Selain umur dan paritas, faktor lain yang memicu terjadinya persalinan

prematur adalah anemia pada ibu. Menurut hasil penelitian yang dilakukan

oleh “Sri Wahyuni” tahun 2010 didapatkan hasil bahwa ibu yang mengalami

anemia mempunyai risiko 2.667 kali lipat mengalami persalinan prematur

dibandingkan dengan ibu yang tidak mengalami anemia. Hal ini disebabkan

karena ibu hamil dengan anemia dapat menyebabkan suplai darah ke oksigen

serta nutrisi pada janin berkurang sehingga dapat memicu terjadinya

persalinan prematur.

Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti tertarik dan bermaksud untuk

mengadakan penelitian tentang “Hubungan Usia, Paritas dan Anemia Dengan

Kejadian Persalinan Prematur di RSUD Soreang Kabupaten Bandung Tahun

2017 ”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis merumuskan masalah

yaitu “Hubungan Usia, Paritas dan Anemia Dengan Kejadian Persalinan

Prematur di RSUD Soreang Kabupaten Bandung Tahun 2017”.

Page 20: HUBUNGAN USIA, PARITAS DAN ANEMIA DENGAN KEJADIAN ...

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui Hubungan Usia, Paritas dan Anemia Dengan

Kejadian Persalinan Prematur di RSUD Soreang Kabupaten Bandung

Tahun 2017.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui gambaran persalinan menurut usia di RSUD

Soreang Tahun 2017.

2. Untuk mengetahui gambaran persalinan menurut paritas di RSUD

Soreang Tahun 2017.

3. Untuk mengetahui gambaran persalinan menurut anemia di RSUD

Soreang Tahun 2017.

4. Untuk mengetahui hubungan usia dengan kejadian persalinan

prematur di RSUD Soreang Tahun 2017.

5. Untuk mengetahui hubungan paritas dengan kejadian persalinan

prematur di RSUD Soreang Tahun 2017.

6. Untuk mengetahui hubungan anemia dengan kejadian persalinan

prematur di RSUD Soreang Tahun 2017.

Page 21: HUBUNGAN USIA, PARITAS DAN ANEMIA DENGAN KEJADIAN ...

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Aspek Teoritis

Penelitian ini sebagai media untuk mengaplikasikan ilmu kebidanan

yang telah di dapat dari institusi. Serta untuk menambah ilmu

pengetahuan dalam mendeteksi risiko komplikasi pada kehamilan dan

persalinan.

1.4.2 Aspek Praktis

1) Bagi Rumah Sakit

Dapat dijadikan suatu acuan dalam melakukan evaluasi

terhadap pelayanan kebidanan yang diberikan kepada masyarakat

khususnya pada program Kesehatan Ibu dan Anak.

2) Bagi Penelitian Selanjutnya

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan informasi dan

sebagai landasan dalam melakukan penelitian selanjutnya.

Page 22: HUBUNGAN USIA, PARITAS DAN ANEMIA DENGAN KEJADIAN ...

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Persalinan

2.1.1 Definisi Persalinan

Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta)

yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir

atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri).

(Varney, 2003).

Persalinan ialah serangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran

bayi yang cukup bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin

dari tubuh ibu. (FK UNPAD, 1983)

2.1.2 Macam-Macam Persalinan

1. Menurut tindakan

a. Persalinan normal atau spontan

Persalinan normal atau spontan adalah persalinan yang terjadi dengan

letak belakang kepala (ubun-ubun kecil) dan sejak awal hingga akhir

persalinan hanya dengan tenaga ibu.

b. Persalinan buatan

Persalinan buatan adalah persalinan yang berakhir dengan bantuan

tenaga dari luar dan diakhiri dengan suatu tindakan.

Page 23: HUBUNGAN USIA, PARITAS DAN ANEMIA DENGAN KEJADIAN ...

c. Persalinan anjuran

Persalinan anjuran adalah persalinan yang baru dapat berlangsung

setelah permulaannya dianjurkan dengan suatu perbuatan atau tindakan

2. Menurut umur kehamilan

a. Persalinan abortus

Persalinan abortus atau tindakan nya disebut abortus adalah persalinan

dimana pengeluaran buah kehamilan sebelum janin dapat hidup yaitu

pada umur kehamilan kurang dari 22 minggu atau berat badan janin

kurang dari 500 gram.

b. Persalinan immaturus

Persalinan immaturus adalah persalinan dimana usia kehamilan 22

minggu sampai dengan 28 minggu, dimana berat badan janin 500 gram

sampai dengan 200 gram (janin mungkin bisa hidup dan mungkin juga

tidak bisa hidup).

c. Persalinan prematurus

Persalinan prematurus adalah persalinan dimana umur atau usia

kehamilan 28 minggu sampai dengan 26 minggu, dimana berat badan

janin 1000 gram sampai dengan 2500 gram dan janin bisan hidup diluar

rahim.

d. Persalinan matur (aterm)

Page 24: HUBUNGAN USIA, PARITAS DAN ANEMIA DENGAN KEJADIAN ...

Persalinan matur atau cukup bulan adalah persalinan dimana usia

kehamilan 37 minggu sampai dengan 42 minggu dengan berat badan

janin lebih dari 2500 gram.

e. Persalinan postmatur (Serotinus)

Persalinan postmatur adalah persalinan dimana usia kehamilan lebih

dari 42 minggu. Bayi kurang baik karena kelebihan umur dalam rahim

sehingga pada saat itu plasenta sudah tidak dapat berfungsi sehingga

dapat terjadi bayi makin kecil dan bisa berakibat intra uterin fetal

defect (kerusakan atau gangguan janin dalam rahim).

2.1.3 Teori Persalinan

Terdapat berbagai teori mengenai persalinan, diantaranya adalah :

1. Teori Penurunan Pregesteron

Villi Koriales mengalami perubahan-perubahan, sehingga kadar

estrogen dan progesterone menurun. Menurunnya kadar kedua hormon ini

terjadi kira-kira 1-2 minggu sebelum partus dimulai. Selanjutnya otot rahim

menjadi sensitive terhadap oksitosin. Penurunan kadar progesteron pada

tingkat tertentu menyebabkan otot rahim mulai kontraksi. (Wiknjosastro,

2005).

2. Teori Oksitosin

Menjelang persalinan, terjadi peningkatan reseptor oksitosin dalam

otot rahim, sehingga mudah terangsang saat disuntikan oksitosin dan

Page 25: HUBUNGAN USIA, PARITAS DAN ANEMIA DENGAN KEJADIAN ...

menimbulkan kontraksi. Diduga bahwa oksitosin dapat meningkatkan

pembentukan prostaglandin dan persalinan dapat berlangsung terus.

3. Teori Keregangan Otot Rahim

Keadaan uterus yang terus menbesar dan menjadi tegang

mengakibatkan iskemia otot-otot uterus. Hal ini merupakan faktor yang

dapat menganggu sirkulasi uteroplasenter sehingga plasenta mengalami

degenerasi. Otot rahim mempunyai kemampuan meregang sampai batas

tertentu. Apabila batas tersebut sudah terlewati, maka akan terjadi kontraksi

sehingga persalinan dapat dimulai. (Wiknjosastro, 2005).

4. Teori Prostaglandin

Prostaglandin sangat meningkat pada cairan amnion dan desidua dari

minggu ke 15 hingga aterm, dan kadarnya meningkat hingga ke waktu

partus (Wiknjosastro, 2005). Diperkirakan terjadinya penurunan

progesterone dapat memicu interleukin-1 untuk dapat melakukan hidrolisis

gliserofosfolipid, sehingga terjadi pelepasan dari asam arakidonat menjadi

prostaglandin, PGE2 dan PGF2 alfa. Terbukti pula bahwa saat mulainya

persalinan, terdapat penimbunan asam arakidonat dan prostaglandin dalam

jumlah besar di dalam cairan amnion. Di samping itu, terjadi pembentukan

prostasiklin dalam miometerium, desidua, dan korion leave. Prostaglandin

dapat melunakan serviks dan merangsang kontraksi, bila diberikan dalam

bentuk infus atau secara intravaginal. (Manuaba, 1998).

Page 26: HUBUNGAN USIA, PARITAS DAN ANEMIA DENGAN KEJADIAN ...

5. Teori Janin

Terdapat hubungan hipofisis dan kelenjar suprarenal yang

menghasilkan sinyal kemudian diarahkan kepada maternal sebagai tanda

bahwa janin telah siap lahir.

6. Teori Plasenta Menjadi Tua

Plasenta yang semakin tua dengan bertambahnya usia kehamilan

akan menyebabkan turunya kadar estrogen dan progesteron sehingga dapat

menimbulkan kontraksi. (Asrinah dkk, 2010)

2.1.4 Tahapan Persalinan

Secara klinis dapat dinyatakan partus dimulai bila timbul his dan wanita

tersebut mengeluarkan lendir yang disertai darah (bloody show). Lendir

yang disertai darah ini berasal dari lendir kanalis servikalis karena serviks

mulai membuka atau mendatar. Sedangkan darahnya berasal dari pembuluh-

pembuluh kapiler yang berada di sekitar kanalis servikalis itu pecah karena

pergeseran-pergeseran ketika serviks membuka (Wiknjosastro dkk, 2005).

1. Kala I (Pembukaan Jalan Lahir

Kala I persalinan dimulai dengan kontraksi uterus yang teratur dan

diakhiri dengan dilatasi serviks lengkap. Dilatasi lengkap dapat

berlangsung kurang dari satu jam pada sebagian kehamilan multipara.

Pada kehamilan pertama, dilatasi serviks jarang terjadi dalam waktu

Page 27: HUBUNGAN USIA, PARITAS DAN ANEMIA DENGAN KEJADIAN ...

kurang dari 24 jam. Proses membukanya serviks sebaga akibat his

dibagi dalam 2 fase, yaitu:

a. Fase laten : berlangsung selama 8 jam. Pembukaan terjadi sangat

lambat sampai mencapai ukuran diameter 3 cm. Fase laten diawali

dengan mulai timbulnya kontraksi uterus yang teratur yang

menghasilkan perubahan serviks.

b. Fase aktif : dibagi dalam 3 fase lagi yakni :

a) Fase akselerasi. Dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm tadi

menjadi 4 cm.

b) Fase dilatasi maksimal. Dalam waktu 2 jam pembukaan

berlangsung sangat cepat, dari 4 cm menjadi 9 cm.

c) Fase deselerasi. Pembukaan menjadi lambat kembali. Dalam

waktu 2 jam, pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap.

2. Kala II (Pengeluaran)

Kala II persalinan adalah tahap di mana janin dilahirkan. Pada kala

II, his menjadi lebih kuat dan lebih cepat, kira-kira 2 sampai 3 menit

sekali. Saat kepala janin sudah masuk di ruang panggul, maka pada his

dirasakan tekanan pada otot-otot dasar panggul, yang secara reflektoris

menimbulkan rasa mengedan. Wanita merasakan tekanan pada rektum

dan hendak buang air besar. Kemudian perineum mulai menonjol dan

menjadi lebar dengan anus membuka. Labia mulai membuka dan tidak

lama kemudian kepala janin tampak dalam vulva pada waktu his.

Dengan his dan kekuatan mengedan maksimal, kepala janin dilahirkan

Page 28: HUBUNGAN USIA, PARITAS DAN ANEMIA DENGAN KEJADIAN ...

dengan presentasi suboksiput di bawah simfisis, dahi, muka dan dagu.

Setelah istirahat sebentar, his mulai lagi untuk mengeluarkan badan dan

anggota badan bayi (Wiknjosastro dkk, 2005).

3. Kala III (Kala Uri)

Kala III persalinan berlangsung sejak janin lahir sampai plasenta

lahir (Bobak, Lowdermilk & Jensen, 2004). Setelah bayi lahir, uterus

teraba keras dengan fundus uteri agak di atas pusat. Beberapa menit

kemudian, uterus berkontraksi lagi untuk melepaskan plasenta dari

dindingnya. Biasanya plasenta lepas dalam 6 sampai 15 menit setelah

bayi lahir dan keluar spontan atau dengan tekanan pada fundus uteri

(Wiknjosastro dkk, 2005).

4. Kala IV (2 Jam Setelah Melahirkan)

Kala IV persalinan ditetapkan berlangsung kira-kira dua jam

setelah plasenta lahir. Periode ini merupakan masa pemulihan yang

terjadi segera jika homeostasis berlangsung dengan baik (Bobak,

Lowdermilk & Jensen, 2004). Pada tahap ini, kontraksi otot rahim

meningkat sehingga pembuluh darah terjepit untuk menghentikan

perdarahan. Pada kala ini dilakukan observasi terhadap tekanan darah,

pernapasan, nadi, kontraksi otot rahim dan perdarahan selama 2 jam

pertama. Selain itu juga dilakukan penjahitan luka episiotomi. Setelah 2

jam, bila keadaan baik, ibu dipindahkan ke ruangan bersama bayinya

(Manuaba, 2006).

Page 29: HUBUNGAN USIA, PARITAS DAN ANEMIA DENGAN KEJADIAN ...

2.1.5 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persalinan

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi persalinan antara lain :

1. Passenger

Malpresentasi atau malformasi janin dapat mempengaruhi

persalinan normal (Taber, 1994). Pada faktor passenger, terdapat

beberapa faktor yang mempengaruhi yakni ukuran kepala janin,

presentasi, letak, sikap dan posisi janin. Karena plasenta juga harus

melalui jalan lahir, maka ia dianggap sebagai penumpang yang menyertai

janin (Bobak, Lowdermilk & Jensen, 2004).

2. Passageaway

Jalan lahir terdiri dari panggul ibu, yakni bagian tulang yang padat,

dasar panggul, vagina, dan introitus (lubang luar vagina). Meskipun

jaringan lunak khususnya lapisan-lapisan otot dasar panggul ikut

menunjang keluarnya bayi, tetapi panggul ibu jauh lebih berperan dalam

proses persalinan. Janin harus berhasil menyesuaikan dirinya terhadap

jalan lahir yang relatif kaku (Bobak, Lowdermilk & Jensen, 2004).

3. Powers

His adalah salah satu kekuatan pada ibu yang menyebabkan serviks

membuka dan mendorong janin ke bawah. Pada presentasi kepala, bila

his sudah cukup kuat, kepala akan turun dan mulai masuk ke dalam

rongga panggul (Wiknjosastro dkk, 2005). Ibu melakukan kontraksi

involunter dan volunteer secara bersamaan (Bobak, Lowdermilk &

Jensen, 2004).

Page 30: HUBUNGAN USIA, PARITAS DAN ANEMIA DENGAN KEJADIAN ...

4. Position

Posisi ibu mempengaruhi adaptasi anatomi dan fisiologi persalinan.

Posisi tegak memberi sejumlah keuntungan. Mengubah posisi membuat

rasa letih hilang, memberi rasa nyaman, dan memperbaki sirkulasi. Posisi

tegak meliputi posisi berdiri, berjalan, duduk dan jongkok (Bobak,

Lowdermilk & Jensen, 2004).

5. Psychologic Respons

Proses persalinan adalah saat yang menegangkan dan

mencemaskan bagi wanita dan keluarganya. Rasa takut, tegang dan

cemas mungkin mengakibatkan proses kelahiran berlangsung lambat.

Pada kebanyakan wanita, persalinan dimulai saat terjadi kontraksi

uterus pertama dan dilanjutkan dengan kerja keras selama jam-jam

dilatasi dan melahirkan kemudian berakhir ketika wanita dan

keluarganya memulai proses ikatan dengan bayi. Perawatan ditujukan

untuk mendukung wanita dan keluarganya dalam melalui proses

persalinan supaya dicapai hasil yang optimal bagi semua yang terlibat.

Wanita yang bersalin biasanya akan mengutarakan berbagai

kekhawatiran jika ditanya, tetapi mereka jarang dengan spontan

menceritakannya (Bobak, Lowdermilk & Jensen, 2004)

Page 31: HUBUNGAN USIA, PARITAS DAN ANEMIA DENGAN KEJADIAN ...

2.2 Persalinan Prematur

2.2.1 Definisi Persalinan Prematur

Persalinan prematur adalah persalinan yang terjadi sebelum usia

janin genap berusia 37 minggu. (Prawirohardjo, 2013)

Menurut WHO persalinan prematur adalah persalinan yang terjadi

antara kehamilan 20 minggu sampai dengan usia kehamilan kurang dari 37

minggu, dihitung dari hari pertama haid terakhir. Konsep prematuritas

mencakup ketidakmatangan biologis janin untuk hidup di luar rahim

ibunya. (Krisnadi, 2009)

2.2.2 Klasifikasi Persalinan Prematur

1. Klasifikasi persalinan prematur menurut kejadiannya digolongkan

menjadi :

1) Idiopatik atau Spontan

Sekitar 50% penyebab persalinan prematur tidak diketahui,

oleh karena itu digolongkan pada kelompok idiopatik atau

persalinan prematur spontan. Termasuk ke dalam golongan ini

antara lain persalinan prematur akibat kehamilan kembar,

polihidramnion atau persalinan prematur yang didasari oleh faktor

psikososial dan gaya hidup. Sekitar 12,5% persalinan prematur

spontan didahului oleh kejadian ketuban pecah dini (KPD), yang

sebagian besar disebabkan karena faktor infeksi (korioamnionitis).

Page 32: HUBUNGAN USIA, PARITAS DAN ANEMIA DENGAN KEJADIAN ...

2) Iatrogenik atau Elektif

Perkembangan teknologi kedokteran dan perkembangan

etika kedokteran menempatkan janin sebagai individu yang

mempunyai hak atas hidupannya (Fetus as a Patient). Maka apabila

kelanjutan kehamilan diduga dapat membahayakan janin, janin

akan dipindahkan ke dalam lingkungan luar yang dianggap lebih

baik dari rahim ibunya sebagai tempat kelangsungan hidupnya.

Kondisi tersebut menyebabkan persalinan prematur buatan atau

iatrogenic yang disebut juga sebagai Elective Preterm. Sekitar 25%

persalinan prematur termasuk ke dalam golongan ini :

a. Keadaan ibu yang sering menyebabkan persalinan prematur

elektif adalah :

a) Preeklampsi berat dan eklampsi.

b) Perdarahan antepartum (plasenta previa dan solusio

plasenta).

c) Korioamnionitis.

d) Penyakit jantung yang berat atau penyakit paru atau

penyakit ginjal yang berat.

b. Keadaan janin yang dapat menyebabkan persalinan prematur

adalah :

a) Gawat janin (anemia, hipoksia, asidosis atau gangguang

jantung janin).

b) Infeksi intrauterin.

Page 33: HUBUNGAN USIA, PARITAS DAN ANEMIA DENGAN KEJADIAN ...

c) Pertumbuhan janin terhambat (IUGR).

d) Isoimunisasi rhesus.

2. Klasifikasi persalinan prematur menurut usia kehamilannya adalah

sebagai berikut :

a. Usia kehamilan 32 - 36 minggu disebut persalinan prematur

(Preterm).

b. Usia kehamilan 28 - 32 minggu disebut sangat prematur (Very

preterm).

c. Usia kehamilan antara 20 - 27 minggu disebut ekstrim prematur

(Extremely Preterm).

3. Klasifikasi persalinan menurut berat badan lahir, maka bayi prematur

dibagi dalam kelompok :

a. Berat badan bayi 1500 - 2500 gram disebut bayi dengan berat

badan lahir rendah.

b. Berat badan bayi 1000 - 1500 gram disebut bayi dengan berat

badan lahir sangat rendah.

c. Berat badan bayi < 1000 gram disebut bayi dengan berat badan

lahir ekstrim rendah. (Krisnadi, 2009)

2.2.3 Faktor Risiko Persalinan Prematur

Berbagai penelitian telah dilakukan untuk mencari faktor-faktor risiko

persalinan prematur, namun adanya faktor risiko tersebut tidak selalu

menyebabkan terjadinya persalinan prematur, bahkan sebagian persalinan

Page 34: HUBUNGAN USIA, PARITAS DAN ANEMIA DENGAN KEJADIAN ...

prematur yang terjadi spontan tidak mempunyai faktor risiko yang jelas.

Berikut faktor risiko yang menyebabkan persalinan prematur yaitu :

1. Usia Ibu

Kehamilan remaja yang berusia <16 tahun, terutama yang secara

riwayat ginekologis juga muda (remaja yang mendapatkan haid

pertamanya <2 tahun sebelum kehamilannya) akan menigkatkan kejadian

persalinan prematur pada usia kehamilan <33 minggu.

Persalinan prematur meningkat pada usia ibu <20 tahun dan >35

tahun, ini disebabkan karena pada usia <20 tahun alat reproduksi untuk

hamil belum matang, sehingga dapat merugikan kesehatan ibu maupun

perkembangan dan pertumbuhan janin. Sedangkan pada umur >35 tahun

juga dapat menyebabkan persalinan prematur, karena usia ibu yang sudah

memasuki usia risiko tinggi. (Surrinah, 2008).

Ibu hamil dengan usia muda yaitu kurang dari 20 tahun dapat

menyebabkan peredaran darah ke uterus belum sempurna dan hal ini

menyebabkan pemberian nutrisi pada janin berkurang. Demikian juga

peredaran darah yang kurang pada saluran genetalia dapat menyebabkan

persalinan preterm meningkat. (Kusnadi, 2009).

Ibu hamil dengan usia >35 tahun juga berisiko tinggi karena terjadi

penurunan fungsi dari organ akibat penuaan. Adanya kehamilan membuat

ibu memerlukan energy ekstra untuk kehidupannya dan juga janin yang

sedang dikandungnya. Selain itu pada proses kelahiran diperlukan tenaga

Page 35: HUBUNGAN USIA, PARITAS DAN ANEMIA DENGAN KEJADIAN ...

yang lebih besar dengan kelenturan dan elastisitas jalan lahir yang semakin

berkurang. (Kristiyanasari, 2010).

2. Paritas

Paritas adalah banyaknya kelahiran hidup yang dimiliki oleh seorang

wanita. (BKKBN, 2006). Risiko kesehatan ibu dan anak meningkat pada

persalinan pertama, keempat dan seterusnya. Kehamilan dan persalinan

pertama meningkatkan risiko kesehatan yang timbul karena ibu belum

pernah mengalami kehamilan sebelumnya, selain itu jalan lahir baru akan

dicoba dilalui oleh janin. Sebaiknya jika terlalu sering melahirkan maka

rahim akan menjadi semakin lemah karena jaringan perut uterus. Jaringan

parut uterus ini akan menyebabkan tidak adekuatnya persediaan darah ke

plasenta, sehingga plasenta tidak mendapat aliran darah yang cukup untuk

menyalurkan nutrisi ke janin dan akan mengakibatkan terganggunya

pertumbuhan janin, dan hal ini akan meningkatkan risiko terjadinya

persalinan prematur. (Depkes RI, 2010)

3. Anemia pada kehamilan

Anemia pada saat kehamilan dapat mengakibatkan efek buruk pada

bayi dan ibunya. Anemia mengurangi suplai oksigen pada metabolisme

ibu karena kurangnya hemoglobin yang mengikat oksigen dan

mengakibatkan efek tidak langsung pada ibu dan bayi, antara lain

kematian janin, kerentanan ibu terhadap infeksi, kelahiran preterm dan

berat badan lahir rendah. (Prawirohardjo, 2010).

Page 36: HUBUNGAN USIA, PARITAS DAN ANEMIA DENGAN KEJADIAN ...

4. Penyakit Dalan Kehamilan

Ketuban Pecah Dini (KPD) adalah keadaan pecahnya ketuban

sebelum persalinan. Salah satu komplikasi dari KPD adalah meningkatkan

kejadian prematuritas dan komplikasi prenatal serta neonatal, termasuk 1-

2% risiko kematian janin. KPD juga menyebabkan cairan ketuban mulai

berkurang (Oligohidramnion) yang akan menekan tali pusat sehingga

terjadi asfiksia dan hipoksia pada janin dan membuat nutrisi ke janin

berkurang serta pertumbuhannya terganggu. (Kusnadi dkk, 2009)

Preeklampsi adalah sindrom spesifik kehamilan berupa berkurangnya

perfusi organ akibat vasopasme dan aktivitas indotel. Keadaan ini

mempunyai pengaruh langsung terhadap kualitas janin karena terjadi

penurunan aliran darah ke plasenta menyebabkan janin kekurangan nutrisi

sehingga terjadi gangguan pertumbuhan janin. (Cuningham, 2004).

Perdarahan antepartum juga meningkatkan risiko persalinan preterm,

hal ini dikarenakan perdarahan yang hebat pada ibu sehingga ibu dan janin

membutuhkan penanganan cepat supaya ibu tidak mengalami anemia dan

janin tidak mengalami hipoksia. Upaya untuk penanganan tersebut adalah

melahirkan janin walaupun belum cukup usia kehamilan. (Manuba, 2007)

5. Infeksi

Infeksi saluran kemih dan jalan lahir (traktus urogenital) sangat

berkaitan dengan persalinan prematur. Infeksi ini biasanya mewakili

infeksi bakteri yang menjalar secara ascendens dari saluran genital bawah,

sedangkan infeksi virus belum pernah diimplikasikan sebagai penyebab

Page 37: HUBUNGAN USIA, PARITAS DAN ANEMIA DENGAN KEJADIAN ...

yang signifikan dari persalinan premature. Sumber infeksi yang

berhubungan dengan kejadian persalinan prematur adalah :

a. Infeksi genital :

a) Bacterial vaginosis

b) Group B streptococcus

c) Chlamydia trachomatis

b. Infeksi Intra Uterin :

a) Penjalaran dari saluran genital

b) Melalui plasenta

c) Melalui darah

d) Melalui saluran telur

e) Iatrogenik

c. Infeksi Ekstra Uterin :

a) Radang piala ginjal

b) Bakteriuri tanpa gejala

c) Periodonitis

d) Malaria

e) Penyakit radang paru (pneumonia)

6. Ibu Dengan Riwayat Persalinan Prematur

Ibu yang mempunyai riwayat satu kali bersalin secara premature

sebelumnya akan meningkatkan risiko untuk mendapat persalinan

prematur lagi sebesar 2,2 kali dan bila ia pernah mengalami 3 kali

persalinan prematur risikonya meningkat sampai 4,9 kali. Semakin muda

Page 38: HUBUNGAN USIA, PARITAS DAN ANEMIA DENGAN KEJADIAN ...

usia kehamilan pada persalinan prematur terdahulu, maka semakin cepat

terjadi prematuritas pada kehamilan selanjutnya

7. Ibu Dengan Riwayat Ketuban Pecah Dini

Risiko persalinan prematur pada ibu dengan riwayat KPD saat

kehamilan < 37 minggu (PPROM, preterm premature rupture of

membrane) adalah 34 – 44 %, sedangkan ririko untuk mengalami PPROM

kembali sekitar 16 – 32%.

8. Jarak Kehamilan

Menurut anjuran yang dikeluarkan oleh Badan Koordinasi Keluarga

Berencana (BKKBN), jarak kelahiran yang ideal adalah 2 tahun atau lebih.

Jarak kelahiran yang pendek akan menyebabkan seorang ibu belum cukup

untuk memulihkan kondisi tubuhnya setelah melahirkan. Hal ini

merupakan salah satu faktor penyebab kelemahan dan kematian ibu serta

bayi yang dilahirkan, bahwa risiko proses reproduksi dapat ditekan apabila

jarak minimal antara kelahiran 2 tahun. (Setianingrum, 2005).

Proses pengembalian kondisi setelah persalinan tidak hanya selesai

setelah masa nifas berakhir, akan tetapi membutuhkan lebih panjang

waktu, sehingga dibutuhkan rentang waktu yang cukup bagi organ-organ

tubuh untuk dibebani dengan proses kehamilan dan persalinan lagi.

(Aisyah dkk, 2010).

9. Pertambahan Berat Badan Selama Kehamilan

Kenaikan berat badan selama hamil dan IMT sebelum hamil juga

berhubungan dengan kejadian prematuritas. Hubungan antara persalinan

Page 39: HUBUNGAN USIA, PARITAS DAN ANEMIA DENGAN KEJADIAN ...

premature dengan pertambahan berat badan selama hamil yang rendah,

terutama untuk wanita yang tidak obese dengan risiko relative antara 1,5 –

2,5. Ibu dengan IMT rendah (< 19,8) dan kenaikan berat badan sebelum

hamil < 0,5 kg/minggu akan meningkatkan risiko kejadian persalinan

premature 3 kali lipat dengan ibu IMT normal ( 19,8 – 26) yang kenaikan

berat badan selama hamilnya rendah.

Pertambahan berat badan selama kehamilan juga tidak hanya karena

naiknya kalori atau deposit lemak, tetapi juga akibat retensi cairan, hal ini

menyebabkan hidrasi penting dalam upaya menurunkan persalinan

prematur.

10. Stres

Stresor adalah rangsangan eksternal atau internal yang memunculkan

gangguan pada keseimbangan hidup individu. Karena itu secara sederhana

stres dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana individu dituntut

berespons adaptif.

Stres pada ibu hamil dapat meningkatkan kadar katekolamin dan

kortisol yang akan mengaktifkan placental corticotrophin releasing

hormone dan mempresipitasi persalinan melalui jalur biologis. Stres juga

mengganggu funsgi imunitas yang dapat menyebabkan reaksi inflamasi

atau infeksi intaamnion dan akhirnya merangsang proses persalinan.

11. Pekerjaan Ibu

Kejadian persalinan prematur lebih rendah pada ibu hamil yang bukan

pekerja dibandingkan dengan ibu pekerja yang hamil. Pekerjaan ibu dapat

Page 40: HUBUNGAN USIA, PARITAS DAN ANEMIA DENGAN KEJADIAN ...

meningkatkan kejadian persalinan prematur baik melalui kelelahan fisik

atau stress yang timbul akibat pekerjaannya.

12. Perilaku Ibu Yang Sering Merokok dan Mengkonsumsi Alkohol

Merokok dalam kehamilan mempunyai hubungan yang kuat dengan

kejadian solusio plasenta, berat badan lahir rendah (BBLR) dan kematian

janin. Akibat langsung terhadap prematuritas hanya jelas terlihat pada ibu

yang tetap merokok sampai trimester akhir kehamilan. Pada ibu yang

berhenti merokok segera setelah mengetahui dirinya hamil atau apda

trimester pertama, tidak didapatkan hasil penelitian yang buruk.

Risiko persalinan prematur pada perokok meningkat sebanyak 1,2

kali. Akibat merokok aktif tidak jauh berbeda dengan merokok pasif

selama kehamilan. Wanita hamil dengan perokok pasif akan mengalami

sulit tidur, tidur kurang nyenyak dan rasa sulit bernafas dibandingkan ibu

hamil yang tidak terpapar asap rokok.

Pemakaian alkohol semasa kehamilan mempunyai hubungan erat

dengan gangguan pertumbuhan dan cacat janin, demikian juga dengan

persalinan premature, Marijuana dan kokain merupakan obat-obatan yang

banyak diteliti dan dihubungkan dengan kejadian prematuritas.

2.2.4 Diagnosis Klinis Persalinan Prematur

1. Penentuan Usia Kehamilan

Penentuan usia kehamilan harus menjadi perhatian utama dalam

menentukan diagnosis, karena pada pasien yang tidak terdaftar tidak

Page 41: HUBUNGAN USIA, PARITAS DAN ANEMIA DENGAN KEJADIAN ...

mudah membedakan dengan kondisi pertumbuhan janin terhambat.

Anamnesis yang baik digabungkan dengan catatan pemeriksaan

kehamilan sebelumnya akan sangat membantu menentukan usia

kehamilan.

Penentuan usia kehamilan yang sesungguhnya sangat sulit, pertama

karena tidak semua wanita mengetahui pasti kapan hari pertama haid

terakhirnya, kedua karena siklus haid jarang sekali tetap waktunya.

Pada seorang wanita dengan siklus haid tidak selalu 28 hari ini

menyebabkan penghitungan usia kehamilan tidak selalu dapat diukur

dari HPHT. Hal inilah yang menyebabkan pada awalnya berat badan

lahir bayi digunakan sebagai ukuran yang mendekati untuk maturitas.

Kepentingan usia kehamilan antara lain untuk petugas kesehatan dan

ibu menentukan taksiran persalinan, menentukan apakah persalinan

premature atau kehamilan lewat bulan, sehingga dapat menentukan

intervensi yang diperlukan. (Krisnadi, 2009)

2. Meningkatnya frekuensi kontraksi rahim

Diagnosis ancaman persalinan prematur biasanya didasarkan

adanyaa rasa sakit, kontraksi rahim yang regular dengan interval tiap 8

– 10 menit, disertai dengan perubahan serviks. Hal yang sebaliknya

iritabilitas rahim yang ditandai dengan adanya rasa sakit karena

kontraksi, tidak disertai dengan perubahan serviks berupa pemendekan

maupun pembukaan serviks.

Page 42: HUBUNGAN USIA, PARITAS DAN ANEMIA DENGAN KEJADIAN ...

Risiko persalinan prematur lebih tinggi pada wanita dengan adanya

iritabilitas uterus. Prediksi risiko persalinan prematur berdasarkan

hanya adanya kontraksi uterus relative sulit karena alasan berikut :

1) Identifikasi kontraksi pada wanita hamil hanya 15% yang tampak

pada gambaran kardiotokografi (KTG).

2) Adanya kontraksi Braxton hicks adalah biasa pada kehamilan tanpa

komplikasi sampai aterm yang sulit dibedakan dengan kontraksi

persalinan. Dilaporkan bahwa 26% dari semua wanita hamil

mengalami kontraksi sebelum usia kehamilan 37 minggu dan

dianggap mempunyai risiko relative untuk mengalami persalinan

premature pada usia kehamilan 18-36 minggu. Hal sebaliknya,

wanita hamil dengan risiko persalinan premature kadang-kadang

tidak mengalami episode kontraksi.

3. Terdapat perubahan serviks

Perubahan serviks yang abnormal selama kehamilan akan

menyebabkan abortus atau persalinan prematur. Satu tanda yang

dikenal secara umum yang dapat menimbulkan terjadinya abortus

spontan pada trimester kedua dan persalinan prematur adalah serviks

inkompeten, yang bisa terjadi secara primer (congenital weakening)

maupun sekunder (acquired weakening yang terjadi akibat tindakan

obstetric maupun ginekologi).

Secara tradisional, diagnosis serviks inkompeten dapat ditentukan

dengan pemeriksaan dalam dan Bishop Score, yaitu suatu pengukuran

Page 43: HUBUNGAN USIA, PARITAS DAN ANEMIA DENGAN KEJADIAN ...

gabungan dari serviks yang diberi nilai 0-3 untuk tiap pemeriksaan

panjang serviks, dilatasi serviks, posisi serviks, konsistensi serta

turunnya bagian terendah janin. Skoring Bishop digunakan secara luas

namun kurang memberikan hasil yang baik karena perbedaan

interpretasi yang luas dari setiap pemeriksa. Prediksi persalinan

prematur dengan skoring bishop mempunyai spesivisitas dan nilai

prediksi negative yang tinggi pada wanita hamil tanpa gejala, namun

menghasilkan sensitivitas yang agak rendah (7,9 – 42,5%) serta nilai

prediksi positif yang rendah (9,1 – 38,5%).

Kondisi yang berhubungan dengan distensi uterus termasuk

peningkatan abnormal volume rahim seperti pada kehamilan gemeli

dan polihidramnion atau anomali uterus dapat menyebabkan ancaman

persalinan prematur. Peningkatan interleukin-8 dan ekspresi ensim

kolagenase dihubungkan dengan peregangan mekanis membrane

amnion. Penelitian invitri kultur sel-sel amnion manusia

memperlihatkan bahwa peregangan mekanis akan meningkatkan

sintesa prostaglandin E2 dan meningkatkan kadar prostaglandin F2±

yang berpengaruh terhadap maturase servikas dan awal timbulnya

kontraksi. (Krisnadi, 2009)

4. Perdarahan

Sebagai predictor persalinan prematur, perdarahan pervaginam

memberikan nilai sensitivitas yang relative lebih rendah namun nilai

prediksi positif nya tinggi. Perdarahan pervaginam pada trimester

Page 44: HUBUNGAN USIA, PARITAS DAN ANEMIA DENGAN KEJADIAN ...

pertama memberikan 2 kali risiko relative untuk terjadinya persalinan

prematur. Perdarahan pada akhir trimester pertama meningkatkan

kejadian persalinan premature sampai 3 kali lipat. Perdarahan yang

banyak meningkatkan 6 kali lipat kemungkinan persalinan premature,

pada wanita dengan usia reproduksi lanjut, riwayat abortus, wanita

pekerja serta wanita yang mempunyai kelainan ginekologi seperti

fibroid, peradangan serviks, kista ovarium. Selanjutnya, perdarahan

pervaginam berulang meningkatkan risiko terjadinya PPROM

(Preterm premature rupture of the membrane) 7 kali lipat.

5. Infeksi

Beberapa penelitian-penelitian klinis, epidemiologis, dan

eksperimental memperlihatkan bahwa infeksi saluran urogenital

dihubungkan dengan terjadinya persalinan premature. Kondisi

inflamasi amniokorionik-desidua adalah sebagai penyebab persalinan

prematyr karena terjadinya PPROM. Dari hasil mateaanalisis,

bacteriuria asimtomatik meningkatkan risiko persalinan prematur.

Adanya korioamnionitis secara histologis yang didefinisikan sebagai

reaksi inflamasi pada amnion dan korion plasenta terbukti ada

kaitannya dengan prematuritas, bayi berat lahir rendah dan PROM. Hal

ini terdeteksi bahwa 19 – 74% plasenta dari persalinan premature dan 4

– 16 dari persalinan aterm.

Karena tidak spesifiknya gejala dan tanda persalinan, maka Creasy dan

Heron memberikan kriteria diagnosis sebagai berikut : Diagnosis

Page 45: HUBUNGAN USIA, PARITAS DAN ANEMIA DENGAN KEJADIAN ...

persalinan prematur harus ditegakan apabila pada ibu hamil dengan

usia kehamilan antara 20 – 36 minggu terdapat kontraksi uterus 4 kali

dalam 20 menit atau 8 kali dalam 1 jam, dan disertai dengan salah satu

keadaan seperti pecahnya kantung amnion, pembukaan serviks > 2 cm,

dan pendataran > 50%. (Krisnadi, 2009)

2.2.5 Pencegahan Persalinan Prematur

Pencegahan persalinan prematur dibagi menjadi pencegahan primer

dan pencegahan sekunder.

1. Pencegahan Primer

1) Paritas

Ada kecenderungan peningkatan kejadian persalinan

prematur dan berat badan lahir rendah pada nulipara. Bagaimana

paritas secara mekanisme biologis mempengaruhi kejadian

prematuritas belum diketahui. Paritas 0 meningkatkan risiko,

namun penyebabnya tidak diketahui pasti, dan tidak dapat

dilakukan pencegahan primer. Tidak ada perbedaan kejadian

prematuritas antara primipara dan multipara. Pernah melahirkan

bayi premature atau berat badan lahir rendah meningkatkan risiko

sampai 5,6 kali. Pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan

mengurangi faktor risiko lain, mengawasi tanda-tanda persalinan

dan segera mengatasinya. Interval persalinan kurang dari 6 bulan

Page 46: HUBUNGAN USIA, PARITAS DAN ANEMIA DENGAN KEJADIAN ...

meningkatkan risiko sebanyak 1,4 dibandingkan dengan interval 18

– 24 bulan. (Krisnadi, 2009)

2) Jarak antara kehamilan (Interpregnancy Interval)

Berbagai teori diajukan menganai efek jarak antara

kehamilan (jarak antara persalinan terakhir dengan awal kehamilan

berikutnya) dengan kejadian persalinan premature. Jarak antara

kehamilan yang pendek mengurangi cadangan nutrisi ibu sehingga

akan menurunkan berat badan janin dan akan meningkatkan stress

ibu sehingga meningkatkan risiko persalinan premature.

Ibu yang mempunyai interval persalinan yang pendek

biasanya juga mempunyai karakteristik seperti usia ibu muda,

paritas tinggi, sosio-ekonomi yang rendah, pendidikan kurang,

perokok, peminum alcohol, atau pemakai obat-obatan NAPZA,

yang juga merupakan faktor risiko persalinan prematur. (Krisnadi,

2009).

3) Riwayat persalinan prematur

Persalinan prematur dan berat badan lahir rendah

mempunyai kecenderungan berulang dalam keluarga. Selama 11

tahun penelitian terhadap wanita yang mempunyai riwayat

prematuritas dan mendapatkan angka kejadian prematuritas lebih

tinggi dibandingkan ibu hamil tanpa riwayat persalinan prematur

baik dengan pecah ketuban atau tanpa pecah ketuban.

4) Usia Ibu

Page 47: HUBUNGAN USIA, PARITAS DAN ANEMIA DENGAN KEJADIAN ...

Mekanisme biologis peningkatan kejadian persalinan

premature pada ibu remaja diterangkan sebagai berikut, peredaran

darah menuju serviks dan uterus pada remaja umumnya belum

sempurna dan hal ini menyebabkan pemberian nutrisi pada janin

berkurang. Demikian juga peredaran darah yang kurang kuat pada

saluran genital menyebabkan infeksi meningkat yang akan

menyebabkan persalinan prematur juga meningkat. Peran hormonal

gonad pada remaja juga dapat menyebabkan menstruasi yang

ireguler. Beberapa remaja hamil dapat menduga kehamilan muda

dengan perdarahan sebagai haid yang ireguler sehingga terlambat

datang untuk melakukan pemeriksaan kehamilan. Nutrisi remaja

hamil juga berperan karena remaja masih membutuhkan nutrient

yang akan dibagi pada janinnya, dibandingkan ibu dewasa yang

tidak membutuhkan lagi nutrisi untuk tumbuh.

5) Faktor Nutrisi Ibu

Nutrisi yang tidak mencukupi diyakini dapat mengganggu

pertumbuhan janin. Tercukupinya nutrisi tergantung dari banyak

faktor dan mekanisme regulasi antara lain asupan nutrisi ibu,

pasokan nutrisi ke uterus dan plasenta, transport nutrient melalui

plasenta, pengambilan nutrient oleh fetus, dan regulasi nutrient

oleh fetus.

6) Faktor kenaikan berat badan selama kehamilan

Page 48: HUBUNGAN USIA, PARITAS DAN ANEMIA DENGAN KEJADIAN ...

Pertambahan berat badan selama kehamilan mencerminkan

kenaikan jaringan uterus, plasenta, janin, cadangan lemak ibu,

volume plasma ibu dan payudara. The Us Institute of Medicine

menyarankan pertambahan berat badan selama kehamilan

berdasarkan indeks massa tubuh yaitu :

a. IMT < 19,8 dianjurkan kenaikan berat badan selama hamil 12,7

– 18,1 kg.

b. IMT antara 19,8 – 26 dianjurkan kenaikan berat badan selama

hamil 11,3 – 15,8 kg.

c. IMT 26 – 29 dianjurkan kenaikan berat badan selama hamil

cukup sampai 6,8 kg.

7) Berat badan ibu sebelum hamil

Hasil penelitian Kirchengast dkk, yang meneliti 10.240

bayi. Mereka mendapatkan bahwa berat badan ibu yang kurang dan

obesitas sebelum hamil berhubungan dengan meningkatnya

kejadian berat badan lahir rendah termasuk prematuritas.

8) Faktor sosio-ekonomi

Banyak laporan yang menghubungkan kejadian persalinan

prematur dengan tingkat sosioekonomi yang rendah, termasuk

pendidikan, pendapatan maupun jenis pekerjaan. Walaupun

mekanismenya belum diketahui dengan jelas, namun banyak yang

menghubungkannya dengan rendhanya mutu, perokok, status

nutrisi yang rendah, penggunaan obat-obatan narkotika, IUGR,

Page 49: HUBUNGAN USIA, PARITAS DAN ANEMIA DENGAN KEJADIAN ...

infeksi traktus genetalia, stress fisik dan mental. Perbaikan status

ekonomi dan pendidikan terbukti dapat mengurangi kejadian

persalinan prematur.

9) Faktor Coitus

Hubungan antara coitus dan persalinan premature juga

disebut sebagai akibat dari faktor orgasme, prostaglandin semen,

atau infkesi intrauterine. Namun ternyata tidak ditemukan secara

bermakna penurunan kejadian persalinan prematur pada kelompok

yang berpantang senggama selama kehamilan. Penggunaan

kondom diduga dapat menghindari kejadian kontraksi rahim pasca

senggama. Pantang senggama selama kehamilan 20 – 36 minggu

dapat dianjurkan untuk kehamilan berisiko.

10) Keadaan umum ibu

Nutrien dan oksigen merupakan faktor yang penting bagi

fetus, oleh karena itu kesehatan umum ibu dan perubahan

hemodinamik yang mengganggu nutrisi dan oksigenasi janin akan

mempengaruhi luaran kehamilan. Banyaknya penyakit medis pada

ibu akan mengganggu pertumbuhan janin, seperti pada penyakit

hipertensi kronis, penyakit paru kronis, asma, penyakit ginjal

kronis, penyakit kolagen atau anemia sickle cell. Kejadian

prematuritas yang berhubungan dengan faktor medik umumnya

disebabkan karena kehamilan harus diakhiri, baik atas indikasi ibu,

janin atau keduanya.

Page 50: HUBUNGAN USIA, PARITAS DAN ANEMIA DENGAN KEJADIAN ...

11) Infeksi

Infeksi ibu oleh rubella, CMV, Malaria, Sifilis, Eipstein

Barr Virus, Varicella, Herpes, Listeria dapat menyebabkan

pertumbuhan janin terhambat akibat insufisiensi plasenta atau

penyebab lain yang belum diketahui pasti. Beberapa di antara

penyakit ini juga menyebabkan prematuritas, penyebabnya diduga

melalui sitokin proinflamasi yang memicu pembentukan

prostaglandin. Infeksi oleh mikroorganisme baik secara asendens

dari vagina atau serviks kemudian menyebabkan korioamnionitis,

pecah ketuban dan akhirnya terjadi persalinan prematur.

2. Pencegahan Sekunder

1) Deteksi dini persalinan prematur

a. Pendidikan Ibu

Memberikan informasi yang baik tentang bagaimana

mengetahui terjadinya persalinan prematur dipercaya sebagai

strategi yang baik untuk deteksi dini. Selanjutnya ibu yang

mengeluhkan tanda-tanda persalinan prematur harus mendapat

tanggapan yang baik dari staf medis dan harus ada intervensi.

(Krisnadi, 2009)

Page 51: HUBUNGAN USIA, PARITAS DAN ANEMIA DENGAN KEJADIAN ...

2.2.6 Managemen Persalinan Prematur

1. Tujuan utama pengelolaan persalinan prematur adalah sebagai berikut

1) Menghambat atau mengurangi kekuatan dan kontraksi uterus untuk

menunda proses persalinan.

2) Untuk meningkatkan kualitas janin sebelum dilahirkan.

3) Menurunkan morbiditas dan mortalitas perinatal (Goldenberg,

2002)

2. Prinsip pengelolaan persalinan prematur bergantung pada :

1) Keadaan selaput ketuban. Pada umumnya persalinan tidak

dihambat bilamana selaput ketuban sudah pecah.

2) Pembukaan serviks. Persalinan akan sulit dicegah bila pembukaan

mencapai 4 cm.

3) Umur kehamilan. Makin muda usia kehamilan, upaya mencegah

persalinan makin perlu dilakukan. Persalinan dapat

dipertimbangkan berlangsung bila TBJ > 2.000 atau kehamilan >

34 minggu.

4) Penyebab/komplikasi persalinan prematur

5) Kemampuan neonatal intensive care facilities.

6) Ada atau tidaknya gejala klinis dari infeksi intrauterine.

7) Ada atau tidaknya pertanda-pertanda yang meramalkan persalinan

dalam waktu yang singkat ini (Prawirohardjo, 2013)

Page 52: HUBUNGAN USIA, PARITAS DAN ANEMIA DENGAN KEJADIAN ...

3. Pengelolaan pada kasus persalinan prematur dengan ketuban yang

masih intak dimana tidak didapatkan bahaya pada ibu dan janin maka

pengelolaannya adalah konservatif, yang meliputi :

1) Menunda persalinan prematur dengan tirah baring dan pemberian

obat-obat tokolitik.

2) Memberikan obat-obat untuk pematangan paru janin.

3) Memberikan obat-obat antibiotik untuk mencegah risiko infeksi

perinatal.

4) Merencanakan cara persalinan prematur yang aman dan dengan

trauma yang minimal.

5) Mempersiapkan perawatan neonatal dini yang intensif untuk bayi-

bayi prematur (Fadlun dan Feryanto, 2013).

Menurut Goldenberg (2002), pengelolaan persalinan premature

(perawatan konservatif) dapat mencakup :

1) Tirah Baring

Tirah baring adalah salah satu intervensi yang digunakan sebagai

pencegahan atau pengobatan pada persalinan prematur yang

mengancam.

2) Hidrasi/Sedasi

Alasan diberikannya hidrasi adalah karena wanita dengan risiko

persalinan prematur memiliki volume plasma di bawah normal.

Namun, pemberian hidrasi ataupun sedasi masih belum memilki

Page 53: HUBUNGAN USIA, PARITAS DAN ANEMIA DENGAN KEJADIAN ...

data yang mendukung. Hidrasi ataupun sedasi belum

memperlihatkan efek menurunkan kejadian persalinan prematur.

3) Progesteron

Adanya hipotesis persalinan prematur karena progesterone

withdrawal, maka salah satu pencegahan ataupun pengobatan

persalinan prematur adalah dengan pemberian progesteron. Namun,

penggunaan progersteron ini belum berhasil menghentikan

persalinan premature.

4) Tokolisis

Pemberian tokolisis untuk menghambat persalinan masih belum

efektif. Namun, pemberian tokolisis masih perlu dipertimbangkan

bila dijumpai kontraksi uterus yang regular dengan perubahan

serviks.

5) Kortikosteroid

Penggunaan kortikosteroid dapat menurunkan kejadian Respiratory

Distress Syndrome (RDS) sehingga dapat menurunkan morbiditas

perinatal pada nonatus yang lahir sebelum usia 34 minggu. Efek ini

diperolah hanya pada persalinan yang terjadi lebih dari 24 jam

setelah pemberian dosis pertama dan sebelum 7 hari. Ibu hamil

yang berada pada usia kehamilan antara 23 dan 34 minggu yang

berisiko mengalami persalinan prematur sebaiknya diberikan

kortikosteroid. Pada pasien yang megalami ketuban pecah dini,

Page 54: HUBUNGAN USIA, PARITAS DAN ANEMIA DENGAN KEJADIAN ...

kortikosteroid direkomendasikan untuk diberi pada kehamilan 30-

32 minggu. Kortikosterid yang paling sering digunakan adalah :

a. Betametason : 2 x 12 mg intramuskular dengan jarak pemberian

24 jam.

b. Dexametason : 4 x 6 mg intravena dengan jarak pemberian 6

jam

4. Pengelolaan pada kasus persalinan prematur dengan ketuban yang

sudah tidak ada dan didapatkan bahaya pada ibu dan janin maka

pengelolaannya adalah :

a. Rawat di RS, ditidurkan dalam posisi trendelenberg, tidak perlu

dilakukan pemeriksaan dalam untk mencegah terjadinya infeksi

dan kehamilan diusahakan bisa mencapai usia 37 minggu.

b. Berikan antobiotik dan metronidazol 2 x 500 mg selama 7 hari.

c. Jika usia kehamilan 32-37 minggu, sudah inpartu, berikan

tokolitik, dexametason dan induksi jika 24 jam tidak terdapat

kemajuan persalinan.

2.3 Penelitian Relevan

1. Penelitian yang dilakukan oleh “Ayu Idaningsih” pada tahun 2015

mengenai “Faktor-faktor yang berhubungan dengan persalinan premature

di RSUD Cideres Kabupaten Majalengka” didapatkan hasil OR 2,6 untuk

usia, OR 3,6 untuk paritas dan OR 2,6 untuk riwayat persalinan prematur.

Page 55: HUBUNGAN USIA, PARITAS DAN ANEMIA DENGAN KEJADIAN ...

2. Penelitian yang dilakukan oleh “Lutfatul Latifah” pada tahun 2013

mengenai “Hubungan kehamilan remaja dengan kejadian prematuritas,

berat bayi lahir rendah dan asfiksia” didapatkan hasil OR 3,58 untuk

kehamilan remaja, OR 7 untuk BBLR dan

3. Penelitian yang dilakukan oleh “Dwi Rakhma Yuslianti” pada tahun 2013

mengenai “Hubungan usia hamil risiko tinggi dengan persalinan prematur

di RSUD Bangil Tahun 2013” didapatkan hasil uji statistik wilcoxon sign

rank test ditemukan sign 0.000 < a (0.05) artinya ada hubungan ibu hamil

risiko tinggi dengan persalinan prematur.

4. Penelitian yang dilakukan oleh “Novalia Widiya Ningrum” pada tahun

2016” mengenai “Hubungan umur, paritas dan kejadian anemia dengan

kejadian persalinan premature di RSUD Dr.H Moch Ansari Saleh

Banjarmasin Tahun 2016” didapatkan hasil OR 2,515 untuk umur ibu, OR

2,940 untuk paritas dan OR 2,604 untuk kejadian anemia.

5. Penelitian yang dilakukan oleh “Agustina Dwi Utami” pada tahun 2014

mengenai “Hubungan antara usia dan paritas ibu bersalin dengan kejadian

persalinan preterm di Kabupaten Bantul Tahun 2014” dengan hasil ada

hubungan usia dengan kejadian persalinan premterm dengan nilai p 0,049

(p<0,05). Usia berisiko mempunyai kejadian preterm sebesar 3,923 kali

dibandingkan dengan usia tidak berisiko dan tidak ada hubungan antara

paritas ibu bersalin dengan kejadian persalinan preterm.

6. Penelitian yang dilakukan oleh “Mutmainah” pada tahun 2013 mengenai

“Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian persalinan prematur di

Page 56: HUBUNGAN USIA, PARITAS DAN ANEMIA DENGAN KEJADIAN ...

RSUD dr.Adjidarmo Rangkasbitung tahun 2013” didapatkan hasil (p value

=0,011) untuk umur, (p value = 0,011) untuk paritas, (p value = 0,007)

untuk pekerjaan, (p value = 0,004) untuk kejadian KPD.

7. Penelitian yang dilakukan oleh “Tuti Meihartati” pada tahun 2016

mengenai “Hubungan kehamilan usia dini dengan kejadian persalinan

prematur di Ruang Bersalin RSUD dr.H Abdurrahman Noor Kabupaten

Tanah Bumbu Tahun 2016” didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan

antara kehamilan usia dini dengan kejadian persalinan prematur dengan

hasil Hasil uji Chi-Square menujukan nilai Person Chi-Square hitung

sebesar 9,032, sedangkan nilai Chi-Square tabel pada taraf signifikan 0.05

adalah 3.841 sehingga Chi-Square hitung> Chi-Square tabel. Disamping

itu, dilihat pula pada nilai signifikan-nya (Asymp.sig), yaitu sebesar 0.003

yang menunjukan a<0.05. Hasil Fisher Exact Test menujukan hasil 0.005

yang menunjukan adanya hubungan yang bermakna.

8. Penelitian yang dilakukan oleh “Ratih Indah Kartikasari” pada tahun 2010

mengenai “Hubungan faktor risiko multiparitas dengan persalinan preterm

di RSUD Dr. Soegiri Lamongan 2010” didapatkan hasil penelitian

menunjukan sebagian subjek penelitian merupakan kelompok usia 31-35

tahun (56,7%), umur kehamilan 37-40 minggu (50%), dan terdiri dari 38

pasien paritas tinggi

9. Penelitian yang dilakukan oleh “Tri Anasari, dkk” pada tahun 2013

mengenai “Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan preterm di

RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto” didapatkan hasil

Page 57: HUBUNGAN USIA, PARITAS DAN ANEMIA DENGAN KEJADIAN ...

(p=0,004) untuk usia, (p=0,001) untuk paritas, (p=0,001) untuk

pekerjaan, (p=0,000) untuk riwayat persalinan preterm, dan (p=0,003)

untuk status gizi ibu hamil.

10. Penelitian yang dilakukan oleh “Fatimah Sari, dkk” pada tahun 2012

mengenai “Hubungan umur ibu dengan kejadian persalinan prematur di

wilayah kerja Puskesmas Kaliangkrik Kabupaten Magelang Tahun

2012”, didapatkan hasil p value 0,000 dengan arti bahwa ada hubungan

antara umur ibu dengan kejadian persalinan prematur dan hubungan

tersebut cukup kuat karena nilai contingency coefficient 0,431.

11. Penelitian yang dilakukan oleh “Sri Wahyuni” tahun 2010 didapatkan

bahwa ibu yang mengalami anemia mempunyai risiko 2,667 kali lipat

mengalami persalinan preterm dibandingkan dengan ibu yang tidak

mengalami anemia. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat

hubungan antara anemia dengan kejadian persalinan preterm.

12. Penelitian yang dilakukan oleh “Ratih Indah Kartikasari” tahun 2014

didapatkan hasil bahwa kelompok ibu dengan paritas tinggi mempunyai

risiko 3,28 kali lipat lebih besar mengalami persalinan preterm

dibandingkan dengan kelompok ibu dengan paritas rendah. Hasil

penelitian menunjukan bahwa terdapat hubungan antara paritas dengan

kejadian persalinan preterm.