Bab i Kti Skabies Lia

16
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari lingkungan hidup manusia. Luas kulit orang dewasa 1,5 m 2 dengan berat kira – kira 15 % berat badan. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital serta merupakan cermin kesehatan dan kehidupan. Kulit juga sangat kompleks, elastis, dan sensitif, bervariasi pada keadaan iklim, umur, seks, ras dan juga bergantung pada lokasi tubuh (Wasitaatmadja dalam Djuanda,2010). Kulit dapat dengan mudah dilihat dan diraba, hidup dan menjamin kelangsungan hidup. Kulit pun menyokong penampilan dan kepribadian seseorang. Dengan demikian kulit pada manusia mempunyai peranan yang sangat penting, selain fungsi utama yang menjamin kelangsungan hidup juga mempunyai arti lain yaitu estetik, ras, indikator sistemik, dan sarana 1

Transcript of Bab i Kti Skabies Lia

Page 1: Bab i Kti Skabies Lia

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya

dari lingkungan hidup manusia. Luas kulit orang dewasa 1,5 m2 dengan berat

kira – kira 15 % berat badan. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital

serta merupakan cermin kesehatan dan kehidupan. Kulit juga sangat

kompleks, elastis, dan sensitif, bervariasi pada keadaan iklim, umur, seks, ras

dan juga bergantung pada lokasi tubuh (Wasitaatmadja dalam Djuanda,2010).

Kulit dapat dengan mudah dilihat dan diraba, hidup dan menjamin

kelangsungan hidup. Kulit pun menyokong penampilan dan kepribadian

seseorang. Dengan demikian kulit pada manusia mempunyai peranan yang

sangat penting, selain fungsi utama yang menjamin kelangsungan hidup juga

mempunyai arti lain yaitu estetik, ras, indikator sistemik, dan sarana

komunikasi non verbal antara individu yang satu dengan yang lain

(Wasitaatmadja dalam Djuanda, 2010).

Kulit merupakan bagian tubuh manusia yang cukup sensitif terhadap

berbagai macam penyakit. Penyakit kulit bisa disebabkan oleh banyak faktor,

diantaranya faktor lingkungan dan kebiasaan hidup sehari – hari. Lingkungan

yang bersih dan sehat akan membawa efek yang baik bagi kulit. Demikian

pula sebaliknya, lingkungan yang kotor akan menjadi sumber munculnya

berbagai macam penyakit (Faulkner,2008). Menurut Dwi (2008), penyakit

yang dapat berkembang pada keadaan lingkungan yang padat penduduk dan

1

Page 2: Bab i Kti Skabies Lia

2

personal hygiene yang buruk antara lain; diare, disentri, penyakit cacingan,

poliomyelitis, hepatitis A, kolera, typhoid, leptospirosis, malaria, demam

berdarah dengue, dan scabies. Menurut Cakmoki (2007), scabies (gudik)

adalah penyakit menular yang disebabkan oleh Sarcoptes scabiei varian

hominis (sejenis kutu, tungau), ditandai dengan keluhan gatal, terutama pada

malam hari dan ditularkan melalui kontak langsung dan kontak tidak

langsung melalui bekas alas tidur atau pakaian.

Prevalensi penyakit scabies di Indonesia adalah sekitar 6 – 27 % dari

populasi umum dan cenderung lebih tinggi pada anak dan remaja

(Sungkar,1997). Penyakit scabies tersebar luas di seluruh dunia terutama di

daerah – daerah yang erat kaitannya dengan lahan kritis, kemiskinan serta

rendahnya sanitasi. Sebanyak 300 juta orang per tahun di dunia dilaporkan

terserang scabies (Wardhana, 2006). Penularan scabies terjadi ketika orang –

orang tidur bersama di satu tempat tidur yang sama di lingkungan rumah

tangga, sekolah – sekolah yang menyediakan fasilitas asrama dan

pemondokan, serta fasilitas- fasilitas kesehatan yang dipakai masyarakat luas.

Scabies merupakan penyakit yang sangat mudah menular, walaupun tidak

terlalu membahayakan, namun jika terjadi komplikasi dengan kuman β

hemolytic streptococcus, dapat terjadi glomerulonefritis akut (Suroto, 2010).

Di Indonesia, angka kejadian penyakit kulit masih tinggi, hal ini dapat

dilihat dari pola 10 penyakit terbanyak pada pasien rawat jalan di rumah sakit

Indonesia tahun 2010 dimana penyakit kulit dan jaringan subkutan lainnya

menduduki urutan ketiga dengan jumlah kasus baru 122.076 serta jumlah

Page 3: Bab i Kti Skabies Lia

3

kunjungan sebanyak 192.414 berdasarkan profil kesehatan Indonesia tahun

2010.

Di Kalimantan selatan, berdasarkan laporan dinas kesehatan provinsi

Kalimantan Selatan tahun 2009, penyakit kulit infeksi menempati urutan ke

enam dari sepuluh penyakit terbanyak di provinsi Kalimantan Selatan. Angka

tersebut tidak mempunyai perbedaan yang signifikan dibandingkan dengan

angka kejadian penyakit kulit infeksi pada tahun 2006 yakni menduduki

urutan ke 6 dengan kejadian sebanyak 27816 kasus. Hal ini menunjukkan

bahwa di Propinsi Kalimantan Selatan angka kejadian penyakit kulit infeksi

cukup tinggi.

Sedangkan di wilayah pemerintah Kota Banjarbaru, pada tahun 2011

tercatat ada 190 kasus scabies dengan presentasi wilayah tertinggi berada di

masyarakat daerah cempaka sebanyak 33 kasus yang berkunjung ke program

sanitasi lingkungan. Sedangkan di Pondok Pesantren Miftahul Falah

Banjarbaru yang lokasinya terletak di perbatasan kelurahan Sungai Besar dan

Cempaka, pada tahun 2010 tercatat ada 30 kasus scabies dan pada tahun 2011

tercatat ada 10 kasus scabies. Angka ini menurun cukup signifikan setelah

diadakan pengobatan massal oleh pihak puskesmas Sungai Besar Banjarbaru.

Meskipun demikian penyakit scabies adalah penyakit yang sangat menular,

sehingga apabila tidak dilakukan tindakan pencegahan dan pemahaman yang

benar tentang penyakit scabies maka bukan hal yang tidak mungkin angka ini

akan meningkat kembali karena Sarcopteis scabei sangat mudah menyebar

dari manusia ke manusia melalui kontak tubuh maupun media benda,

seperti handuk dan pakaian.

Page 4: Bab i Kti Skabies Lia

4

Penyakit kulit adalah salah satu penyakit menular serta masalah

kesehatan masyarakat yang tak dapat dipungkiri bahwa penyakit ini masih

merupakan salah satu penyakit yang sangat mengganggu aktivitas hidup dan

kerja sehari-hari. Penyakit kulit banyak ditemukan di Indonesia karena

Indonesia beriklim tropis (Utomo,2004). Iklim tersebut yang mempermudah

perkembangan bakteri, parasit dan jamur. Penyakit yang sering muncul

karena kurangnya kebersihan diri adalah berbagai penyakit kulit

(Kristiwiani,2005).

Penyakit scabies umumnya menyerang individu yang hidup

berkelompok seperti di asrama, pesantren, lembaga pemasyarakatan, rumah

sakit, perkampungan padat dan di rumah jumpo (Sudirman,2006).

Pesantren adalah suatu tempat pendidikan dan pengajaran yang

menekankan pelajaran agama Islam dan didukung asrama sebagai tempat

tinggal santri yang bersifat permanen. Pesantren merupakan suatu lembaga

pendidikan agama Islam yang tumbuh dan diakui oleh masyarakat sekitar

dengan sistem asrama dimana santri – santri menerima pendidikan agama

melalui sistem pengajian atau madrasah (Qomar,2007).

Rimawardhani dalam Irmalia (2011), dokter spesialis kulit dan

kelamin di RSU Budi Asih Karang Tengah Tangerang, mengatakan bahwa

penyakit yang paling sering diderita siswa yang tinggal di pesantren adalah

kutu kepala, scabies, dan panu. Penyebab ketiga penyakit tersebut hampir

sama. Ada yang disebabkan oleh penularan langsung karena kontak langsung

dengan penderita. Dan ada pula yang disebabkan secara tidak langsung, bisa

lewat baju, seprai, handuk, bantal, air, gordyn, atau sisir.

Page 5: Bab i Kti Skabies Lia

5

Hampir semua santri mengatakan pernah menderita penyakit ini ada

yang sudah baik dan ada yang masih buruk (Khotimah, 2006). Salah satu

kebiasaan buruk yang sering dilakukan santri atau siswa di beberapa

pesantren secara umum adalah sering mengunakan alat – alat atau pakaian

secara bersama – sama, contohnya tempat tidur, bantal, baju, handuk dan

sebagainya. Sehingga hal inilah yang menyebabkan scabies sering

dihubungkan dengan pesantren. Kondisi pesantren dapat mempengaruhi

penularan scabies apabila para siswa tidak paham dan tidak sadar akan

pentingnya menjaga kebersihan lingkungan maupun kebersihan pribadi.

Untuk mencegah hal tersebut, pemahaman kepada siswa untuk menjaga

kebersihan lingkungan adalah penting. (Harditya,2011)

Penyakit scabies yang terjadi di pesantren berdampak terhadap santri

terutama tingkat kemampuan santri dalam belajar akan terganggu.

Konsentrasi belajar akan terganggu baik karena rasa gatal akibat aktivitas

Sarcopteis scabie atau adanya rasa kurang percaya diri dalam pergaulan. Bila

sudah dalam keadaan parah santri sering dijemput oleh kedua orang tuanya

atau keluarga untuk dilakukan pengobatan di luar pesantren. Adanya kejadian

scabies di pesantren menyebabkan santri merasa terganggu dalam belajar

sehingga sangat memungkinkan untuk menurunkan prestasi belajarnya.

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi

melalui panca indra manusia yakni indra penglihatan, pendengaran,

penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh

melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang

Page 6: Bab i Kti Skabies Lia

6

sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behaviour).

(Notoatmodjo,2007)

Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai tingkat yang

berbeda – beda termasuk dalam hal ini kemampuan santri dalam menjaga diri

dari penyakit scabies baik dalam pencegahan maupun dalam pengobatan.

Pengetahuan tentang usaha – usaha perseorangan untuk memelihara

kesehatan diri sendiri, memperbaiki dan mempertinggi nilai kesehatan serta

mencegah timbulnya penyakit.

Pengetahuan tentang scabies, cara pencegahan dan penularan penyakit

scabies ini penting bagi santri yang tinggal di asrama karena dapat

memberikan pemahaman tentang bagaimana penyebab penyakit scabies ini.

Akhirnya santri dapat menghindari atau mengurangi terjadinya atau

mencegah penularan penyakit scabies di pesantren. Pengetahuan juga akan

membawa santri bersikap positif terhadap sakit atau penyakit scabies, cara

pemeliharaan dan cara hidup sehat serta cara menjaga kesehatan lingkungan.

Dalam tulisannya mengenai penyakit khas pesantren, Daris (2010)

mengungkapkan gurauan di kalangan santri dan kyai yang mengatakan bahwa

belum sah jika seorang santri yang mondok di sebuah pondok pesantren jika

belum terserang penyakit kudis (scabies). Hal ini menggambarkan bagaimana

sikap, pendapat dan keyakinan santri dalam memahami penyakit gatal – gatal

(skabies) yang sering mereka alami dan dianggap sebagai penyakit tradisional

di kalangan santri. Mungkin anggapan ini disebabkan karena penyakit scabies

selalu terjadi pada santri, tidak pernah putus dan juga penyakit scabies ini

Page 7: Bab i Kti Skabies Lia

7

sudah dianggap sebagai penyakit ringan. Dan tentunya sikap adalah

komponen yang mendahului tindakan atau perilaku terbuka. Sikap santri yang

kurang peduli terhadap scabies diduga berhubungan erat dengan pengetahuan

santri tentang scabies dan persepsi sehat sakit yang mereka yakini saat ini.

Sikap manusia yang kurang peduli terhadap kesehatan dirinya

mendorong ia untuk tidak bergerak memenuhi kebutuhannya dalam

kesehatan. Sikap ini pula yang membawa manusia untuk tidak berperilaku

untuk menjaga kesehatannya. Mengingat perilaku manusia berasal dari

dorongan yang ada dalam diri manusia, sedangkan dorongan merupakan

usaha untuk memenuhi kebutuhan yang ada dalam diri manusia. Jadi,

perilaku timbul karena dorongan dalam rangka pemenuhan kebutuhan.

Sebagai lembaga pendidikan santri yang menimba ilmu di pesantren

kelak akan menjadi tokoh – tokoh agama dan juga tokoh tokoh di masyarakat

dimana segala tindak tanduknya akan lebih diikuti oleh masyarakat. Tentunya

hal ini akan berpengaruh terhadap upaya promosi kesehatan. Promosi

kesehatan mengupayakan peningkatan kesadaran, kemampuan dan kemauan

masyarakat untuk hidup sehat. Salah satu strategi promosi kesehatan

diarahkan pada bina suasana dan gerakan masyarakat dimana didalamnya

melibatkan tokoh- tokoh agama dan tokoh masyarakat.

Dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 18 Februari

2012, dari 15 orang responden di Pondok Pesanren Miftahul Falah

Banjarbaru; 14 orang menyatakan pernah mengalami gatal – gatal pada kulit

dan merasa terganggu dengan gatal tersebut, 12 orang menyatakan gatal lebih

terasa pada malam hari, berada di daerah lembab dan terdapat bercak merah,

Page 8: Bab i Kti Skabies Lia

8

10 orang menyatakan gatal dirasakan sejak pertama kali masuk asrama dan

hanya 5 orang yang menyatakan membawanya ke petugas kesehatan, 14

orang menyatakan scabies disebabkan oleh bakteri, 6 orang menyatakan

scabies tidak dapat ditularkan melalui pakaian bergantian dan pengobatannya

hanya dengan bedak gatal saja, 9 orang menyatakan scabies tidak dapat

ditularkan dengan berjabat tangan.

  Berdasarkan hal tersebut, penulis tertarik untuk meneliti lebih jauh

tentang gambaran tingkat pengetahuan dan sikap santri terhadap upaya

pencegahan penyakit scabies di Pondok Pesantren Miftahul Falah Banjarbaru

tahun 2012.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan gambaran di atas, didapatkan rumusan masalah dalam penelitian

ini adalah “Bagaimanakah gambaran tingkat pengetahuan dan sikap santri

terhadap upaya pencegahan penyakit scabies di pondok pesantren Miftahul

Falah Banjarbaru”.

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan sikap santri tentang penyakit

scabies di pondok pesantren Miftahul Falah Banjarbaru.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan santri tentang penyakit skabies di

pondok pesantren Miftahul Falah Banjarbaru di wilayah kerja puskesmas

Sungai Besar

Page 9: Bab i Kti Skabies Lia

9

b. Mengidentifikasi sikap santri tentang penyakit skabies di pondok

pesantren Miftahul Falah Banjarbaru di wilayah kerja puskesmas Sungai

Besar

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi dinas kesehatan

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan dan informasi di

program kesehatan dalam rangka mencegah skabies

2. Bagi keperawatan

Penulis mengharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai

bahan penyuluhan kesehatan bagi pasien, keluarga ataupun komunitas

tertentu yang menderita scabies sehingga diharapkan dapat memperkecil

angka kejadian dan penularan scabies.

3. Bagi santri

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi tambahan pengetahuan

dalam upaya meningkatkan personal hygiene masing – masing individu

dalam rangka untuk mencegah timbulnya penyakit scabies dan cara

pencegahan supaya tidak menular ke santri lain.

Penulis mengharapkan bagi santri agar dapat menjadi masukan

terhadap perbaikan kebiasaan hidup yang merugikan bagi kesehatan diri

khususnya yang berkaitan dengan penyakit scabies serta menanamkan

kemuliaan syariah tentang kebersihan sejak dini.

Page 10: Bab i Kti Skabies Lia

10

4. Bagi pengelola pesantren

Penulis berharap hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah

satu tambahan pengetahuan dan masukan dalam rangka melakukan tindakan

pencegahan penularan penyakit scabies. Bagi pihak pengelola pendidikan

diharapkan dapat berpartisipasi dalam upaya pencegahan scabies di

kalangan santrinya melalui pembuatan suatu aturan yang berhubungan

dengan pencegahan dan menurunkan penularan scabies di kalangan santri.

5. Bagi peneliti

Penulis berharap hasil penelitian ini dapat memberikan suatu

masukan tentang penyakit scabies yang berkaitan dengan upaya pencegahan

dan penularan penyakit scabies. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi

sarana dalam mengembangkan ilmu yang didapat selama pendidikan dengan

mengaplikasikannya pada kenyataan di lapangan serta merupakan tambahan

wawasan yang dapat menambah ilmu serta pengetahuan yang berkaitan

dengan masalah kulit yang sangat berguna untuk peneliti sendiri.

6. Bagi peneliti lain

Sebagai data dasar dan sumber rujukan untuk penelitian selanjutnya.