skabies kundur

49
BAB I PENDAHULUAN Di berbagai belahan dunia, laporan kasus skabies masih sering ditemukan pada keadaan lingkungan yang padat penduduk, status ekonomi rendah, tingkat pendidikan yang rendah dan kualitas higienis pribadi yang kurang baik atau cenderung jelek. Rasa gatal yang ditimbulkannya terutama waktu malam hari, secara tidak langsung juga ikut mengganggu kelangsungan hidup masyarakat terutama tersitanya waktu untuk istirahat tidur, sehingga kegiatan yang akan dilakukannya disiang hari juga ikut terganggu. Jika hal ini dibiarkan berlangsung lama, maka efisiensi dan efektifitas kerja menjadi menurun yang akhirnya mengakibatkan menurunnya kualitas hidup masyarakat. Skabies merupakan penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi pada lapisan epidermis superficial terhadap Sarcoptes scabiei var hominis dan produknya. Penyakit kulit yang sangat mudah menular baik secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung misalnya ibu yang menggendong anaknya yang menderita scabies atau penderita yang bergandengan tangan dengan teman-temannya. Secara tidak langsung misalnya melalui tempat tidur, handuk, pakaian dan lain-lain. Diagnosis ditegakkan jika ditemukan 2 dari 4 tanda kardinal yakni : 1. Pruritus nokturna (gatal pada malam hari ) karena akitivitas tungau lebih tinggi pada malam hari 2. Ditemukan pada sekelompok manusia, misalnya mengenai seluruh keluarga, sebagian tetangga yang berdekatan 1

description

ini merupakan

Transcript of skabies kundur

Page 1: skabies kundur

BAB I

PENDAHULUAN

Di berbagai belahan dunia, laporan kasus skabies masih sering ditemukan pada keadaan

lingkungan yang padat penduduk, status ekonomi rendah, tingkat pendidikan yang rendah dan

kualitas higienis pribadi yang kurang baik atau cenderung jelek. Rasa gatal yang ditimbulkannya

terutama waktu malam hari, secara tidak langsung juga ikut mengganggu kelangsungan hidup

masyarakat terutama tersitanya waktu untuk istirahat tidur, sehingga kegiatan yang akan

dilakukannya disiang hari juga ikut terganggu. Jika hal ini dibiarkan berlangsung lama, maka

efisiensi dan efektifitas kerja menjadi menurun yang akhirnya mengakibatkan menurunnya

kualitas hidup masyarakat.

Skabies merupakan penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi pada

lapisan epidermis superficial terhadap Sarcoptes scabiei var hominis dan produknya. Penyakit

kulit yang sangat mudah menular baik secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung

misalnya ibu yang menggendong anaknya yang menderita scabies atau penderita yang

bergandengan tangan dengan teman-temannya. Secara tidak langsung misalnya melalui tempat

tidur, handuk, pakaian dan lain-lain. Diagnosis ditegakkan jika ditemukan 2 dari 4 tanda kardinal

yakni :

1. Pruritus nokturna (gatal pada malam hari ) karena akitivitas tungau lebih tinggi pada

malam hari

2. Ditemukan pada sekelompok manusia, misalnya mengenai seluruh keluarga, sebagian

tetangga yang berdekatan

3. Ditemukannya kanalikulus pada tempat predileksi yang berwarna putih atau keabu-

abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata –rata panjang 1 cm, pada ujung

terowongan ditemukan papul dan vesikel.

4. Menemukan tungau. Merupakan hal yang paling diagnostik.

Predileksi dari skabies ialah biasanya pada daerah tubuh yang memiliki lapisan stratum

korneum yang tipis, seperti misalnya: axilla, areola mammae, sekitar umbilikus, genital, bokong,

pergelangan tangan bagian volair, sela-sela jari tangan, siku flexor, telapak tangan dan telapak

kaki.

1

Page 2: skabies kundur

Karena sifatnya yang sangat menular, maka skabies ini populer dikalangan masyarakat

padat. Banyak faktor yang menunjang perkembangan dari penyakit ini, antara lain: sosial

ekonomi yang rendah, higiene yang buruk, hubungan seksual yang sifatnya promiskuitas,

kesalahan diagnosis, dan perkembangan dermografik serta ekologik.1 Penyakit ini juga dapat

digolongkan ke dalam penyakit akibat hubungan seksual (PHS).

2

Page 3: skabies kundur

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Pendahuluan

Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap

tungau Sarcoptes scabiei varietas hominis.1 Sarcoptes scabiei ini dapat ditemukan di dalam

terowongan lapisan tanduk kulit pada tempat-tempat predileksi. Wabah scabies pernah terjadi

pada zaman penjajahan Jepang (1942-1945),2 kemudian menghilang dan timbul lagi pada tahun

1965. Hingga kini, penyakit tersebut tidak kunjung reda dan insidensnya tetap tinggi.3

pengetahuan dasar tentang penyakit ini diletakkan oleh Von Hebra, bapak dermatologi modern.

Penyebabnya ditemukan pertama kali oleh Benomo pada tahun 1667, kemudian oleh Mellanby

dilakukan percobaan induksi pada sukarelawan selama perang dunia II.1

Skabies menduduki peringkat ke-7 dari sepuluh besar penyakit utama di puskesmas dan

menempati urutan ke-3 dari 12 penyakit kulit tersering di Indonesia.3 Ada dugaan bahwa setiap

siklus 30 tahun terjadi epidemi skabies. Banyak faktor yang menunjang perkembangan penyakit

ini, antara lain keadaan sosial ekonomi yang rendah, higiene yang buruk, hubungan seksual yang

sifatnya promiskuitas, kesalahan diagnosis dan perkembangan dermografik seperti keadaan

penduduk dan ekologik.1 Penyakit ini juga dapat dimasukkan dalam Infeksi Menular Seksual

(IMS).5

1.2 Sejarah

Kepustakaan tertua mengenai skabies menyatakan bahwa orang pertama yang

menguraikan skabies adalah dokter Aboumezzan Abdel Malek ben Zohar yang lahir di Spanyol

pada tahun 1070 dan wafat di Maroko pada tahun 1162. Dokter tersebut menulis sesuatu yang

disebut “soab” yang hidup pada kulit dan menimbulkan gatal. Bila kulit digaruk muncul binatang

kecil yang sulit dilihat dengan mata telanjang.3

Pada tahun 1687, Giovan Cosimo Bonomo menulis surat kepada Fransisco Redi dan

menyatakan bahwa seorang wanita miskin dapat mengeluarkan “little bladder of water” dari lesi

skabies anaknya.3

Surat Bonomo ini kemudian dilupakan orang dan pada tahun 1812 Gales melaporkan

telah menemukan Sarcoptes scabiei dan tungau yang ditemukannya dilukis oleh Meunir.

3

Page 4: skabies kundur

Sayangnya, penemuan Gales ini tidak dapat dibuktikan oleh ilmuwan lainnya. Pada tahun 1820

Raspail menyatakan bahwa tungau yang ditemukan Gales identik dengan tungau keju sehingga

Gales dinyatakan sebagai penipu. Penemuan Gales baru diakui pada tahun 1839 ketika Renucci

seorang mahasiswa dari Corsica berhasil mendemonstrasikan cara mendapatkan tungau dari

penderita skabies dengan sebuah jarum.3

1.3 Etiologi

Penyebab penyakit skabies sudah dikenal lebih dari 100 tahun yang lalu sebagai akibat

infestasi tungau yang dinamakan Acarus scabiei dan Sarcoptes scabiei varian hominis.2

Sarcoptes scabiei termasuk kedalam filum Arthropoda, kelas Arachnida, ordo Ackarima,

superfamili Sarcoptes. Pada manusia disebut Sarcoptes scabiei var. hominis.1 Kutu ini khusus

menyerang dan menjalani siklus hidupnya dalam lapisan tanduk kulit manusia. Selain itu

terdapat S. scabiei yang lain, yakni varian animalis. Sarcoptes scabiei varian animalis

menyerang hewan seperti anjing, kucing, lembu, kelinci, ayam, itik, kambing, macan, beruang

dan monyet. Sarcoptes scabiei varian hewan ini dapat menyerang manusia yang pekerjaannya

berhubungan erat dengan hewan tersebut diatas, misalnya peternak, gembala, dll. Gejalanya

ringan, sementara, gatal kurang, tidak timbul terowongan-terowongan, tidak ada infestasi besar

dan lama serta biasanya akan sembuh sendiri bila menjauhi hewan tersebut dan mandi yang

bersih.2

Secara morfologik merupakan tungau kecil, berbentuk oval, punggungnya cembung dan

bagian perutnya rata. Tungau ini translusen, berwarna putih kotor dan tidak bermata. Ukurannya,

yang betina berkisar antara 330-450 mikron x 250-350 mikron, sedangkan yang jantan lebih

kecil, yakni 200-240 mikron x 150-200 mikron. Bentuk dewasa mempunyai 4 pasang kaki, 2

pasang kaki di depan sebagai alat untuk melekat dan 2 pasang kaki kedua pada betina berakhir

dengan rambut, sedangkan pada yang jantan pasangan kaki ketiga berakhir dengan rambut dan

keempat berakhir dengan alat perekat yang dapat dilihat pada gambar berikut.1

4

Page 5: skabies kundur

Gambar 1. Tungau Scabies Betina

Tungau skabies tidak dapat terbang namun dapat berpindah secara cepat saat kontak kulit

dengan penderita. Tungau ini dapat merayap dengan kecepatan 2,5 cm – 1 inch per menit pada

permukaan kulit. Belum ada studi mengenai waktu kontak minimal untuk dapat terjangkit

penyakit skabies namun dikatakan jika ada riwayat kontak dengan penderita, maka terjadi

peningkatan resiko tertular penyakit skabies.4

Yang menjadi penyebab utama gejala – gejala pada skabies ini ialah Sarcoptes scabiei

betina. Bila tungau betina telah mengandung (hamil), ia membuat terowongan pada lapisan

tanduk kulit dimana ia meletakkan telurnya.2 Untuk lebih memahaminya, berikut siklus hidup

tungau ini. Setelah kopulasi (perkawinan) yang terjadi di atas kulit, yang jantan akan mati,

kadang-kadang masih dapat hidup beberapa hari dalam terowongan yang digali oleh yang betina.

Tungau betina yang telah dibuahi, menggali terowongan dalam stratum korneum, dengan

kecepatan 2-3 milimeter sehari dan sambil meletakkan telurnya 2 atau 4 butir sehari sampai

mencapai jumlah 40 atau 50. Bentuk betina yang dibuahi ini dapat hidup sebulan lamanya. Telur

akan menetas, biasanya dalam waktu 3-5 hari dan menjadi larva yang mempunyai 3 pasang kaki.

Larva ini dapat tinggal dalam terowongan tetapi dapat juga ke luar. Setelah 2-3 hari larva akan

menjadi nimfa yang mempunyai 2 bentuk, jantan dan betina dengan 4 pasang kaki. Seluruh

siklus hidupnya mulai dari telur sampai bentuk dewasa memerlukan waktu antara 8-12 hari tetapi

ada juga yang menyebutkan selama 8-17 hari.1 Studi lain menunjukkan bahwa lamanya siklus

hidup dari telur sampai dewasa untuk tungau jantan biasanya sekitar 10 hari dan untuk tungau

betina bisa sampai 30 hari.4 Berikut dipaparkan gambar siklus hidup skabies.

5

Page 6: skabies kundur

Gambar 2. Siklus Hidup Tungau Skabies

Tungau betina ini dapat hidup lebih lama dari tungau jantan yaitu hingga lebih dari 30

hari.4 Tungau skabies ini umumnya hidup pada suhu yang lembab dan pada suhu kamar (210C

dengan kelembapan relatif 40-80%) tungau masih dapat hidup di luar tubuh hospes selama 24-36

jam.5

Sarcoptes scabiei varian hominis betina, melakukan seleksi bagian-bagian tubuh mana

yang akan diserang, yaitu bagian-bagian yang kulitnya tipis dan lembab, seperti di lipatan-lipatan

kulit pada orang dewasa, sekitar payudara, area sekitar pusar dan penis. Pada bayi-bayi karena

seluruh kulitnya tipis, telapak tangan, kaki. Wajah dan kulit kepala juga dapat diserang.2 Tungau

biasanya memakan jaringan dan kelenjar limfe yang disekresi dibawah kulit. Selama makan,

mereka menggali terowongan pada stratum korneum dengan arah horizontal.4 Berdasarkan

penelitian yang telah dilakukan beberapa ahli memperlihatkan bahwa tungau skabies khususnya

yang betina dewasa secara selektif menarik beberapa lipid yang terdapat pada kulit manusia.

lipid tersebut diantaranya adalah asam lemak jenuh odd-chain-length (misalnya pentanoic dan

lauric) dan tak jenuh(misalnya oleic dan linoleic) serta kolesterol dan tipalmitin. Hal tersebut

menunjukkan bahwa beberapa lipid yang terdapat pada kulit manusia dan beberapa mamalia

dapat mempengaruhi baik insiden infeksi maupun distribusi terowongan tungau di tubuh. Bila

telah terbentuk terowongan maka tungau dapat meletakkan telur setiap hari. Tungau dewasa

meletakkan baik telur maupun kotoran pada terowongan dan analog dengan tungau debu,

6

Page 7: skabies kundur

tampaknya enzim pencernaan pada kotoran adalah antigen yang penting untuk menimbulkan

respons imun terhadap tungau skabies.5

1.4 Patogenesis

Sarcoptes scabiei dapat menyebabkan reaksi kulit yang berbentuk eritem, papul atau

vesikel pada kulit dimana mereka berada. Timbulnya reaksi kulit disertai perasan gatal.2

Masuknya S. scabiei ke dalam epidermis tidak segera memberikan gejala pruritus. Rasa

gatal timbul 1 bulan setelah infestasi primer serta adanya infestasi kedua sebagai manifestasi

respons imun terhadap tungau maupun sekret yang dihasilkan terowongan di bawah kulit.

Tungau skabies menginduksi antibodi IgE dan menimbulkan reaksi hipersensitivitas tipe cepat.

Lesi-lesi di sekitar terowongan terinfiltrasi oleh sel-sel radang. Lesi biasanya berupa eksim atau

urtika, dengan pruritus yang intens, dan semua ini terkait dengan hipersensitivitas tipe cepat.

Pada kasus skabies yang lain, lesi dapat berupa urtika, nodul atau papul, dan ini dapat

berhubungan dengan respons imun kompleks berupa sensitisasi sel mast dengan antibodi IgE

dan respons seluler yang diinduksi oleh pelepasan sitokin dari sel Th2 dan/atau sel mast.5

Di samping lesi yang disebabkan oleh Sarcoptes scabiei secara langsung, dapat pula

terjadi lesi-lesi akibat garukan penderita sendiri.2 Dengan garukan dapat timbul erosi, ekskoriasi,

krusta, dan infeksi sekunder.1

1.5 Epidemiologi

Beberapa sumber menuliskan bahwa skabies merupakan penyakit yang terdapat diseluruh

dunia dengan insiden yang berfluktuasi akibat pengaruh faktor yang belum diketahui

sepenuhnya.3 Untuk suatu sebab yang sulit dimengerti, penyakit skabies ternyata sering

menyebabkan epidemi yang diperkirakan setiap 30 tahun sekali. Sekitar tahun 1940-1970 pernah

terjadi pandemi terbesar di seluruh dunia. Penyakit ini sering terjadi terutama pada daerah

beriklim tropis dan subtropis.5

Di beberapa Negara yang sedang berkembang, prevalensi skabies sekitar 6-27% dari

populasi umum dan cenderung tinggi pada anak usia sekolah serta remaja. Menurut data

Departemen Kesehatan RI prevalensi skabies di puskesmas di seluruh Indonesia pada tahun 1986

adalah 4,5-12,9% dan menduduki urutan ke-3 dari 12 penyakit kulit terbanyak.

7

Page 8: skabies kundur

Insiden penyakit skabies di Negara berkembang memperlihatkan siklus berfluktuasi yang

tidak dapat dijelaskan secara memuaskan, mungkin berhubungan dengan teori herd immunity.

Skabies dapat diderita semua orang tanpa membedakan usia dan jenis kelamin; akan tetapi lebih

serin ditemukan pada anak-anak usia sekolah dan dewasa muda (remaja). Di beberapa Negara

berkembang, penyakit ini dapat menjadi endemik secara kronis pada beberapa negara.5 Insidens

penyakit skabies ini sangat tinggi terutama pada lingkungan dengan tingkat kepadatan penghuni

yang tinggi dan kebersihan yang kurang memadai. Pada beberapa penelitian menemukan bahwa

di suatu pesantren yang padat penghuninya, prevalensi skabies mencapai 78,7% dimana

prevalensi yang lebih tinggi terdapat pada kelompok yang higienenya kurang baik (72,7%) dan

pada kelompok yang higienenya baik prevalensi skabies hanya 3,8% dan 2,2%.3 Penelitian lain

yang dilakukan di Pondok Pesantren di kabupaten lamongan menunjukkan bahwa dari 338

santri, 64,20 % menderita skabies yang dimana angka ini lebih tinggi dari prevalensi pada

Negara sedang berkembang yang hanya 6-27% atau bahkan prevalensi di Indonesia yang hanya

4,60-12,75% saja. Dari penelitian tersebut didapati bahwa penyebab paling sering adalah karena

higiene yang buruk, sanitasi lingkungan yang kurang baik, serta perilaku para santri yang tidak

menjaga kesehatan.7

1.6 Beberapa Bentuk Skabies

Terkadang diagnosis skabies sukar ditegakkan karena lesi kulit bisa bermacam-macam.

Selain bentuk skabies yang klasik, terdapat pula bentuk-bentuk khusus skabies antara lain :

a. Skabies Nodula

Bentuk ini sangat jarang dijumpai dan merupakan suatu bentuk hipersensitivitas terhadap

tungau skabies, dimana pada lesi tidak ditemukan Sarcoptes scabiei. Lesi berupa nodul

yang gatal, merah cokelat, terdapat biasanya pada genitalis laki-laki, inguinal dan ketiak

yang dapat menetap selama berbulan-bulan. Untuk menyingkirkan dengan limfoma kulit

diperlukan biopsi. Bentuk ini juga terkadang mirip dengan beberapa dermatitis atopik

kronik. Apabila secara inspeksi, kerokan atau pun biopsi tidak jelas, maka penegakan

diagnosis dapat melalui adanya riwayat kontak dengan penderita skabies atau lesi

membaik denngan pengobatan khusus untuk skabies.5

b. Skabies Incognito

8

Page 9: skabies kundur

Seperti semua bentuk dermatitis yang meradang, skabies juga memberi respons terhadap

pengobatan steroid baik topikal maupun sistemik. Pada kebanyakan kasus, skabies

menjadi lebih parah dan diagnosis menjadi lebih mudah ditegakkan. Tetapi pada

beberapa kasus, pengobatan steroid membuat diagnosis menjadi kabur, dan perjalanan

penyakit menjadi kronis dan meluas yang sulit dibedakan dengan bentuk ekzema

generalisata. Penderita ini tetap infeksius, sehingga diagnosis dapat ditegakkan dengan

adanya anggota keluarga lainnya.2,5

c. Skabies Pada Bayi

Skabies pada bayi dapat menyebabkan gagal tumbuh atau menjadi ekzema generalisata.

Lesi dapat mengenai seluruh tubuh termasuk kepala, leher, telapak tangan dan kaki. Pada

anak-anak seringkali timbul vesikel yang menyebar dengan gambaran suatu impetigo

atau infeksi sekunder oleh Staphylococcus aureus yang menyulitkan penemuan

terowongan.2,5,8

Gambar 3. Skabies pada Bayi (regio Pedis)

Gambar 4. Skabies Pada masa kanak-kanak (regio palmaris)

d. Skabies Norwegia

9

Page 10: skabies kundur

Skabies jenis ini sering disebut juga skabies berkrusta (crusted scabies) yang

memiliki karakteristik lesi berskuama tebal yang penuh dengan infestasi tungau. Istilah

skabies Norwegia merujuk pada Negara yang pertama mendeskripsikan kelainan ini yang

kemudian diganti dengan istilah skabies berkrusta. Bentuk lesi jenis skabies ini ditandai

dengan dermatosis berkrusta pada tangan dan kaki, pada kuku dan kepala. Pe

Gambar 5. Skabies berkrusta pada regio abdomen

e. Skabies Pada Penderita HIV/AIDS

Gejala skabies pada umumnya tergantung pada respons imun, karena itu tidak

mengherankan bahwa spektrum klinis skabies penderita HIV berbeda dengan penderita

yang memiliki status imun yang normal. Meskipun data yang ada masih sedikit,

tampaknya ada kecenderungan bahwa penderita dengan AIDS biasanya menderita bentuk

skabies berkrusta (crusted scabies). Selain itu, skabies pada penderita AIDS biasanya

juga menyerang wajah, kulit, dan kuku dimana hal ini jarang didapatkan pada penderita

status imunologi yang normal.5

Seperti pada penderita umumnya, lesi skabies berkrusta pada penderita

AIDS mengandung tungau dalam jumlah besar dan sangat menular. Beberapa kasus

penularan nosokomial kepada penderita lain dan juga petugas kesehatan pernah

dilaporkan. Pada penderita AIDS, skabies berkrusta juga berhubungan dengan

bakteremia, yang biasanya disebabkan oleh S. aureus, dan Streptococcus grup A,

Streptococcus grup lain bakteri gram negatif seperti Enterobacter cloacae dan

Pseudomonas aeroginosa. Sebagian ahli menyarankan pemberian antibiotika profilaksis

pada penderita AIDS dengan skabies untuk mencegah sepsis sedangkan sebagian lain

menganjurkan tindakan yang tepat ada dengan pengawasan ketat.5

10

Page 11: skabies kundur

Pengobatan skabies berkrusta pada penderita AIDS memerlukan waktu yang lebih

lama. Pada beberapa aplikasi lindane selama 6 minggu dengan dosis seminggu sekali

berhasil dengan baik, seperti halnya aplikasi 2 atau 3 kali dengan interval 48 atau 72 jam.

Permetrin juga pernah dipakai pada beberapa kasus. Selain itu, secara bersamaan

dianjurkan penggunaaan keratolitik seperti asam salisilat 6%. Akibat tebalnya krusta,

penetrasi topikal skabisid pada penderita AIDS terkadang tidak begitu baik. Selain itu,

jumlah tungau yang banyak juga membuat obat topikal kurang efektif. Sehingga

dianjurkan untuk penggunaan terapi skabisid orang yaitu ivermektin.5

1.7 Gejala Klinis

Ada 4 tanda kardinal :

1. Pruritus nokturnal, artinya gatal pada malam hari yang disebabkan karena aktivitas

tungau ini lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab dan panas.1 Pada awalnya gatal terbatas

hanya pada lesi tetapi seringkali menjadi menyeluruh. Pada infeksi inisial, gatal timbul

setelah 3 sampai 4 minggu, tetapi paparan ulang menimbulkan rasa gatal hanya dalam

waktu beberapa jam.5 Namun studi lain menunjukkan pada infestasi rekuren, gejala dapat

timbul dalam 4-6 hari karena telah ada reaksi sensitisasi sebelumnya.9

2. Penyakit ini menyerang secara kelompok, misalnya dalam sebuah keluarga biasanya

seluruh angota keluarga terkena infeksi. Begitu pula dalam sebuah perkampungan yang

padat penduduknya, sebagian besar tetangga yang berdekatan akan diserang oleh tungau

tersebut.1 Penularan skabies terutama melalui kontak langsung seperti berjabat tangan, tidur

bersama dan hubungan seksual. Penularan melalui kontak tidak langsung, misalnya melalui

perlengkapan tidur, pakaian atau handuk.3

3. Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang berwarna putih atau

keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata panjang 1 cm, pada ujung

terowongan itu ditemukan papul atau vesikel. Jika timbul infeksi sekunder ruam kulitnya

menjadi polimorf (pustul, ekskoriasi, dan lain-lain).1 Berikut dipaparkan gambaran kelainan

kulit pada skabies.

Tempat predileksinya biasanya merupakan tempat dengan stratum korneum yang tipis,

yaitu : sela-sela jari tangan, pergelangan tangan bagian volar, siku bagian luar, lipat ketiak

bagian depan, areola mamae (wanita), umbilikus, bokong, genitalia eksterna (pria), dan

11

Page 12: skabies kundur

perut bagian bawah. Skabies jarang ditemukan di telapak tangan, telapak kaki, dibawah

kepala dan leher namun pada bayi dapat menyerang telapak tangan dan telapak kaki.1

Berikut dipaparkan gambaran tempat predileksi skabies.

Gambar 9. Tempat Predileksi Skabies

4. Menemukan tungau, merupakan hal yang paling diagnostik. Dapat ditemukan satu atau

lebih stadium hidup tungau ini. Berikut merupakan gambaran mikroskopik tungau skabies.1

Gambar 10. Tungau Skabies pada Stratum Korneum

Gambar 11. Tungau Skabies Dewasa

12

Page 13: skabies kundur

Terdapat berbagai variasi dalam gambaran klinis, mulai dari bentuk-bentuk yang tidak khas

pada orang-orang yang tingkat kebersihannya tinggi, berupa papul-papul saja pada tempat

predileksi. Tidak jarang terjadi infeksi sekunder akibat garukan dengan kebersihan kuku yang

kurang baik. Pada kasus-kasus yang kebersihannya kurang baik dapat terlihat ektima, impetigo,

selulitis, folikulitis, dan furunkulosis.2

1.8 Penegakan Diagnosis

Diagnosis klinis ditetapkan berdasarkan anamnesis yaitu adanya pruritus nokturna dan

erupsi kulit berupa papul, vesikel, dan pustule di tempat predileksi, distribusi lesi yang khas,

terowongan-terowongan pada predileksi, adanya penyakit yang sama pada orang-orang sekitar.3

Terowongan terkadang sulit ditemukan, dan petunjuk yang lazim adalah penyebaran yang khas.

Diagnosis definitif bergantung pada identifikasi mikroskopis adanya tungau, telur atau fecal

pellet.5 Seringkali tungau tidak dapat dapat ditemukan ditemukan walau terdapat lesi skabies

nodula yang klasik di genitalia, atau ruam yang khas dengan riwayat gatal-gatal pada anggota

keluarga yang lain. Dari beberapa penelitian yang telah lama dilakukan beberapa ahli

menemukan bahwa dari sebagian besar penderita skabies hanya dapat ditemukan sedikit tungau

dari setiap penderita.5 Hal ini yang terkadang menimbulkan kesalahan diagnosis. Selain itu,

kesalahan diagnosis juga disebabkan oleh pemeriksaan yang tidak adekuat.3 Infestasi skabies

sering disertai infeksi sekunder sehingga erupsi kulit tidak khas lagi dan menyulitkan

pemeriksaan. Karena sulitnya menemukan tungau, maka Lyell menyatakan diagnosis skabies

harus dipertimbangkan pada setiap penderita dengan keluhan gatal yang menetap walalupun

dengan cara ini dikatakan perevalensi skabies menjadi lebih tinggi dari yang sebenarnya.3

Diagnosis pasti skabies ditegakkan dengan ditemukannya tungau melalui pemeriksaan

mikroskop, yang dapa dilakukan dengan beberapa cara antara lain:5

1. Kerokan kulit

Kerokan kulit dilakukan dengan mengangkat atap terowongan atau papula menggunakan

scalpel nomor 15. Kerokan diletakkan pada kaca objek, diberi minyak mineral atau

minyak imersi, diberi kaca penutup dan dengan pembesaran 20X atau 100X dapat dilihat

tungau, telur atau fecal pellet.3,5

2. Mengambil tungau dengan jarum

13

Page 14: skabies kundur

Jarum dimasukkan ke dalam terowongan pada bagian yang gelap (kecuali pada orang

kulit hitam pada titik yang putih) dan digerakkan tangensial. Tungau akan memegang

ujung jarum dan dapat diangkat keluar.3,5

3. Epidermal shave biopsy

Menemukan terowongan atau papul yang dicurigai antara ibu jari dan jari telunjuk,

dengan hati-hati diiris puncak lesi dengan scalpel nomor yang 15 dilakukan sejajar

dengan permukaan kulit. Biopsi dilakukan sangat superfisial sehingga tidak terjadi

perdarahan dan tidak perlu anestesi. Spesimen diletakkan pada gelas objek lalu ditetesi

minyak mineral dan diperiksa dengan mikroskop.5

4. Kuretase terowongan

Kuretase superfisial mengikuti sumbu panjang terowongan atau puncak papula kemudian

kerokan diperiksa dengan mikroskop, setelah diletakkan di gelas objek dan ditetesi

minyak mineral.3,5

5. Tes tinta Burowi

Papul skabies dilapisi dengan tinta pena, kemudian segera dihapus dengan alkohol, maka

jejak terowongan akan terlihat sebagai garis yang karakteristik, berbelok-belok, karena

ada tinta yang masuk. Tes ini tidak sakit dan dapat dikerjakan pada anak dan pada

penderita yang non-kooperatif.5

6. Tetrasiklin topikal

Larutan tetrasiklin dioleskan pada terowongan yang dicurigai. Setelah dikeringkan

selama 5 menit kemudian hapus larutan tersebut dengan isopropilalkohol. Tetrasiklin

akan berpenetrasi ke dalam melalui stratum korneum dan terowongan akan tampak

dengan penyinaran lampu wood, sebagai garis linier berwarna kuning kehijauan sehingga

tungau dapat ditemukan.3,5

7. Apusan kulit

Kulit dibersihkan dengan eter, kemudian diletakkan selotip pada lesi dan diangkat dengan

gerakan cepat. Selotip kemudian diletakkan di atas gelas objek (enam buah dari lesi yang

sama pada satu gelas objek) dan diperiksa dengan mikroskop.5

8. Biopsi plong (punch biopsy)

Biopsy berguna pada lesi yang atipik, untuk melihat adanya tungau atau telur. Yang perlu

diperhatikan adalah bahwa jumlah tungau hidup pada penderita dewasa hanya sekitar 12,

14

Page 15: skabies kundur

sehingga biopsi berguna bila diambil dari lesi yang meradang. Secara umum digunakan

punch biopsy, tetapi biopsy mencukur epidermis adalah lebih sederhana dan biasanya

dilakukan tanpa anestetik local pada penderita yang tidak kooperatif.5

Dari berbagai cara pemeriksaan diatas, kerokan kulit merupakan cara yang paling mudah

dilakukan dan memberikan hasil yang paling memuaskan. Mengambil tungau dengan jarum

memerlukan keterampilan khusus dan jarang berhasil karena biasanya terowongan sulit

diidentifikasi dan letak tungau sulit diketahui. Swab kulit mudah dilakukan tetapi memerlukan

waktu lama karena dari 1 lesi harus dilakukan 6 kali pemeriksaan sedangkan pemeriksaan

dilakukan pada hampir seluruh lesi. Tes tinta Burowi dan uji tetrasiklin jarang memberikan hasil

positif karena biasanya penderita datang pada keadaan lanjut dan sudah terjadi infeksi sekunder

sehingga terowongan tertutup oleh krusta dan tidak dapat dimasuki tinta atau salep.3

1.9 Diagnosis Banding

Skabies dapat mirip berbagai macam penyakit sehingga disebut juga “The great

imitator”.1,3 Diagnosis banding skabies meliputi hampir semua dermatosis dengan keluhan

pruritus, yaitu dermatitis atopik, dermatitis kontak, prurigo, urtikaria popular, pioderma,

pedikulosis, dermatitis herpetiformis, ekskoriasi-neurotik, liken planus, penyakit Darier, gigitan

serangga, mastositosis, urtikaria, dermatitis eksematoid infeksiosa, pruritis karena penyakit

sistemik, dermatosis pruritik pada kehamilan, sifilis dan vaskulitis.3

1.10 Terapi

Terapi skabies harus segera dilakukan setelah penegakan diagnosis. Penundaan terapi

dapat menyebabkan infestasi tungau yang semakin banyak dan kemungkinan peningkatan

keparahan gejala.9 Terapi skabies ini juga harus tuntas bagi penderita dan juga dilakukan bagi

keluarga penderita yang memiliki gejala yang sama karena skabies yang tidak terobati biasanya

memiliki hubungan dengan peningkatan kejadian pyoderma oleh Streptococcus pyogenes.10

Terdapat sejumlah terapi skabies yang efektif dan pemilihannya tergantung pada biaya dan

potensi toksiknya. Terkadang penderita menggunakan obat lebih lama dari waktu yang

dianjurkan, sehingga mengetahui kuantitas obat yang tepat untuk diresepkan akan dapat

15

Page 16: skabies kundur

mencegah timbulnya iritasi akibat pemakaian obat yang berlebihan, yang pada akhirnya

disalahartikan sebagai kegagalan terapi. Skabisid topikal sebaiknya dipakai di seluruh tubuh

kecuali wajah. Obat harus segera dibersihkan secara menyeluruh setelah periode waktu yang

dianjurkan. Pagi hari setelah terapi, pakaian, sprei, dan handuk dicuci menggunakan air panas.

Tungau akan mati pada suhu 130oC. Pasien dapat diberikan edukasi untuk meningkatkan

kebersihan lingkungan dan perorangan.5

Penderita hendaknya diberikan pengertian bahwa meskipun penyakit telah diobati secara

adekuat, rasa gatal akan tetap ada sampai beberapa bulan. Seluruh anggota keluarga yang

memiliki gejala harus diterapi, termasuk pasangan seksual. Para ahli merekomendasikan terapi

untuk anggota keluarga bersifat simultan, karena angka kesembuhan setelah 10 minggu lebih

tinggi.5 Terapi topikal untuk skabies yang sering digunakan adalah sebagai berikut :

1. Krim Permetrin ( Elimite, Acticin), yaitu suatu skabisid berupa piretroid sintesis yang

efektif pada manusia dengan toksisitas rendah, bahkan dengan pemakaian yang

berlebihan sekalipun dan obat ini telah dipergunakan lebih dari 20 tahun.5,11 Krim

permetrin ditoleransi dengan baik, diserap minimal dan tidak diabsorbsi sistemik, serta

dimetabolisasi dengan cepat.5,10 Obat ini merupakan terapi pilihan lini pertama

rekomendasi dari CDC untuk terapi tungau tubuh.12 Penggunaan obat ini biasanya pada

sediaan krim dengan kadar 1% untuk terapi tungau pada kepala dan kadar 5% untuk

terapi tungau tubuh. Studi menunjukkan Penggunaan permethrin 1% untuk tungau daerah

kepala lebih baik dari lindane karena aman dan tidak diabsorbsi secara sistemik.11 Cara

pemakaiannya dengan dioleskan pada seluruh area tubuh dari leher ke bawah dan dibilas

setelah 8-14 jam.12 Bila diperlukan, pengobatan dapat diulang setelah 5-7 hari kemudian.

Belum ada laporan terjadinya resistensi yang signifikan tetapi beberapa studi

menunjukkan adanya resistensi permethrin 1% pada tungau kepala namun dapat

ditangani dengan pemberian permethrin 5%.5,11 Permetrin sebaiknnya tidak digunakan

pada bayi berumur kurang dari 2 bulan atau pada wanita hamil dan menyusui namun

studi lain mengatakan bahwa obat ini merupakan drug of choice untuk wanita hamil.5,13

Dikatakan bahwa permethrin memiliki angka kesembuhan hingga 97,8% jika

dibandingkan dengan penggunaan ivermectin yang memiliki angka kesembuhan 70%.

Tetapi penggunaan 2 dosis ivermectin selama 2 minggu memiliki keefektifan sama

16

Page 17: skabies kundur

dengan permethrin. Efek samping yang sering timbul adalah rasa terbakar dan yang

jarang adalah dermatitis kontak dengan derajat ringan sampai sedang.14

2. Lindane 1% (gamma-benzen heksaklorida), merupakan pilihan terapi lini kedua

rekomendasi CDC.12 Dalam beberapa studi memperlihatkan keefektifan yang sama

dengan permetrin. Studi lain menunjukkan lindane kurang unggul dibanding permetrin.5

Lindane memiliki angka penyembuhan hingga 98% dan diabsorbsi secara sistemik pada

penggunaan topikal terutama pada kulit yang rusak.10 Sediaan obat ini biasanya sebanyak

60 mg.14 Cara pemakaiannya adalah dengan dioleskan dan dibiarkan selama 8 jam. Sama

seperti pada permetrin, kadang diperlukan pengolesan ulang 1 minggu setelah terapi

pertama. Salah satu kekurangan obat ini adalah absorbsi secara sistemik terutama pada

bayi, anak dan orang dewasa dengan kerusakan kulit yang luas. Lindane memiliki efek

samping yaitu toksik pada sistem saraf pusat dengan keluhan utama kejang.10 Lindane

sebaiknya tidak digunakan untuk bayi, anak dibawah 2 tahun, dermatitis yang meluas,

wanita hamil atau menyusui, penderita yang pernah mengalami kejang atau penyakit

neurologi lainnya. Sejak 1 januari 2002, Negara bagian California telah meninggalkan

pemakaian lindane. Belum ada laporan mengenai toleransi yang signifikan terhadap

pemakaian lindane.5,10

3. Sulfur, biasanya diresepkan sebagai sulfur presipitat (6%) dalam petrolatum. Sulfur

dipakai saat malam hari selama 3 malam dan dibersihkan secara menyeluruh 24 jam

terakhir. Kekurangannya adalah sulfur berbau, meninggalkan noda dan berminyak,

mengiritasi, membutuhkan pemakaian berulang, namun relatif aman, efektif dan tepat

untuk bayi berumur kurang dari 2 bulan dan selama kehamilan atau menyusui.5,10

4. Benzil benzoat 25%, merupakan produk alamiah, disebut juga balsam Peru dan telah

dipergunakan lebih dari 60 tahun. Obat ini merupakan skabisid kerja cepat yang efektif

terhadap semua stadium namun tidak dijual bebas di Amerika Serikat. Penggunaannya

diberikan setiap malam selama 3 kali. Obat ini sulit diperoleh, sering memberi iritasi dan

kadang-kadang makin gatal setelah dipakai. Benzyl benzoate memiliki keefektifan yang

sama dengan lindane.1,5,10

5. Krim Krotamiton (Eurax) dianggap tidak cukup efektif untuk mengobati skabies.

Kualitas krim ini dibawah permetrin dan efektivitasnya setara dengan benzyl benzoat

atau sulfur.5

17

Page 18: skabies kundur

Selain itu juga terdapat terapi sistemik, khususnya untuk penderita AIDS. Ivermektin adalah

suatu antiparasit yang disahkan oleh FDA untuk onchocerciasis dan strongilodiasis pada

manusia.5 Ivermectin dikatakan merupakan pilihan terapi lini ketiga rekomendasi dari CDC.12

Ivermectin memiliki aktivitas spectrum luas pada nematoda dan arthropoda yang dapat

digunakan pada hewan dan manusia serta obat ini dapat digunakan pada terapi filariasis.10 Jika

dibandingkan dengan permethrin, angka kesembuhan dengan penggunaan ivermectin masih

lebih rendah dibandingkan permethrin tetapi jika dibandingkan dengan lindane, pada penelitian

yang telah dilakukan menunjukkan bahwa 80% pasien mengalami perbaikan gejala klinis lebih

banyak dibandingkan dengan penggunaan lindane yang hanya 44%.14 Sejak tahun 1993

dilaporkan bahwa ivermektin yang diberikan 1 atau 2 dosis oral 200 mg/kgBB menjadi terapi

skabies yang efektif pada penderita AIDS. Diperlukan studi control lebih lanjut dengan

menentukan dosis dan cara pemberian obat yang paling efektif, baik bagi penderita dengan status

imun normal ataupun pada penderita yang mengalami imunosupresi, serta keefektifan kombinasi

terapi oral dan topikal ivermektin.5,12 Penggunaan Ivermectin ini tidak boleh pada wanita hamil

dan menyusui.12 Sediaan ivermektin topikal, yaitu larutan ivermektin 1% dalam propilen-glikol

juga sedang diteliti penggunaannya sebagai terapi alternatif.5 Walaupun demikian, ivermectin

topikal dilarang penggunaannya di UK.11 Pada beberapa sumber dikatakan bahwa sediaan

crotamiton, benzyl benzoate, malathion, sulfur, dan ivermectin masih belum disetujui

penggunaannya oleh FDA untuk indikasi terapi skabies namun sumber lainnya mengatakan

penggunaan telah dapat ditolerir dan mulai banyak beredar namun di Negara tertentu

penggunaan dibatasi bahkan dilarang.14

Penyakit yang serius akibat skabies jarang didapatkan, kecuali pada bayi dan penderita

skabies berkrusta. Tetapi pruritus dan infeksi yang ditimbulkan dapat menjadi masalah dan

memerlukan terapi khusus. Lesi dengan fecal pellet terkadang memberi rasa gatal untuk

beberapa saat setelah tungau mati. Hal ini memerlukan pemberian antihistamin dan bila gatal

tetap mengganggu dapat diberikan steroid oral dalam waktu yang singkat. Bila didapatkan

superinfeksi oleh bakteri, antibiotic harus diberikan. Terdapat istilah acarofobia yaitu penderita

dengan delusi. Penderita mulai merasa bahwa pada kulit mereka masih terdapat tungau meskipun

telah diobati. Bila gangguan ini berkelanjutan maka diperlukan pertolongan psikiater.5

1.12 Prognosis

18

Page 19: skabies kundur

Dengan memperhatikan pemilihan dan cara pemakaian obat, serta syarat pengobatan dan

menghilangkan faktor prediposisi (antara lain higiene), maka penyakit ini dapat diberantas dan

memberikan prognosis yang baik. Oleh karena manusia merupakan penjamu (hospes) definitif,

maka apabila tidak diobati dengan sempurna, Sarcoptes scabiei akan tetap hidup tumbuh pada

manusia.1,2

BAB II

LAPORAN KASUS

A. Identifikasi

Nama : R

Usia : 10 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Status : Belum menikah

Agama : Islam

Pekerjaan : Pelajar

Bangsa : Indonesia

Alamat : Jl. Sanjaya

Kunjungan pertama ke Poli IKKK RSK. Rivai Abdullah,

B. Anamnesis

Keluhan utama :

Bintil-bintil merah pada sela-sela kedua jari tangan, dan paha serta kemaluan sejak

dua pekan yang lalu

Keluhan tambahan: gatal pada daerah yang timbul bintil

Riwayat perjalanan penyakit:

19

Page 20: skabies kundur

Kisaran dua pekan yang lalu, pasien mengeluh timbul bintil-bintil merah di sela-sela

kedua jari tangan. Bintil-bintil tersebut beberapa berisi cairan dan terasa gatal terutama di

malam hari. Bintil-bintil tersebut sering digaruk pasien sehingga bintil pecah dan

mengeluarkan cairan berwarna bening. Pasien belum berobat untuk keluhan ini.

Kisaran satu pekan yang lalu, pasien mengeluh bintil-bintil di sela-sela kedua jari

tangan bertambah banyak dan beberapa bintil ukurannya membesar serta terasa semakin

gatal. Pasien lebih sering menggaruknya sehingga menjadi luka dan ada beberapa bintil

yang bernanah. Selain itu, bintil serupa juga muncul di paha kiri dan kemaluan, Bintil-

bintil tidak bertambah banyak meskipun pasien berkeringat. Karena sering digaruk, bintil

tersebut menjadi koreng. Kemudian pasien memutuskan untuk berobat ke poliklinik IKKK

RSK. Rivai Abdullah.

Riwayat penyakit dahulu:

Pasien menyangkal pernah menderita penyakit dengan keluhan yang sama

Riwayat alergi obat, makanan dan detergen disangkal

Riwayat kontak atau memiliki hewan peliharaan terutama anjing disangkal

Riwayat penyakit dalam keluarga:

Keluarga pasien tidak ada yang menderita penyakit yang sama

Riwayat alergi (galigato) pada keluarga disangkal

Riwayat penyakit kulit pada keluarga disangkal

Pasien tinggal di rumah satu kamar dengan kakaknya, kakanya juga memiliki penyakit

dengan keluhan yang sama

Riwayat sosial ekonomi:

Orang tua pasien bekerja sebagai buruh. Status sosial ekonomi tergolong rendah.

Riwayat higiene:

- Pasien mandi dua kali sehari dengan air sumurdan menggunakan sabun mandi

- Pasien mengganti pakaiannya setiap hari

- Pasien tidak pernah menggunakan handuk bersama-sama dengan temannya

20

Page 21: skabies kundur

- Pasien tidur, satu tempat tidur dengan kakaknya.

C. Pemeriksaan Fisik

Status Generalis

Keadaan Umum : sakit ringan

Kesadaran : kompos mentis

Nadi : 82 x/menit

Suhu : 36,3 °C

Pernapasan : 24 x/menit

Tinggi Badan : 135 cm

Berat Badan : 28 kg

Keadaan Spesifik

Kepala

Wajah : tidak ada kelainan

Mata : konjungtiva palpebra tidak anemis, sklera tidak ikterik

Hidung : tidak ada kelainan pada bentuk.

Telinga : tidak ada kelainan pada bentuk

Mulut : tidak ada kelainan pada bentuk

Leher : tekanan vena jugularis (5-2) cmH2O

Dada : dada simetris, sela iga tidak melebar, retraksi dinding dada tidak ada.

Jantung : HR=80x/menit, murmur tidak ada, gallop tidak ada.

Paru-paru : vesikuler normal, ronki dan wheezing tidak ada.

Perut : datar, lemas, nyeri tekan tidak ada, hepar dan lien tak teraba, bising usus

dalam batas normal.

Ekstremitas

superior dan inferior : tidak ada kelainan pergerakan maupun deformitas

Kulit : lihat status dermatologikus

21

Page 22: skabies kundur

Kelenjar Getah Bening:

kelenjar getah bening pada submandibula, leher, axilla, dan inguinal tidak ada pembesaran

dan tidak ada nyeri pada penekanan

Status Dermatologikus:

Regio manus dextra et sinistra:

Papulo-vesikel multiple di interdigiti manus dextra et sinistra sebagian pustula ukuran milier

sampai lentikuler, batas tegas diskret.

Regio :

Papul multipel di gland penis ukuran milier dengan batas tegas diskret.

D. Pemeriksaan penunjang

22

Page 23: skabies kundur

Burrow test yang dilakukan pada regio manus dextra et sinistra: tampak terowongan.

E. Resume

Tn R, laki-laki, 10 tahun, pelajar, beralamat dalam kota, datang dengan keluhan

utama timbul bintil-bintil merah pada sela-sela kedua jari tangan, dan paha serta kemaluan

sejak dua pekan yang lalu yang disertai rasa gatal.

Kisaran dua pekan yang lalu, pasien mengeluh timbul papul eritem di region

interdigiti manus dextra et sinistra. Beberapa ada yang berupa papulo-vesikel dan terasa

gatal terutama di malam hari.

Kisaran satu pekan yang lalu, papulo-vesikel di region interdigiti manus dextra et

sinistra bertambah banyak serta terasa semakin gatal. Karena digaruk, menjadi luka dan

bernanah. Pasien tinggal di rumah sendiri dan tidur satu ranjang dengan kakaknya, kakak

pasien memiliki keluhan yang sama sebelumnya.

Pemeriksaan fisik status generalikus dan keadaan spesifik dalam batas normal.

Pada regio manus dextra et sinistra tampak Papulo-vesikel multiple sebagian pustula di

interdigiti manus dextra et sinistra ukuran milier sampai lentikuler, batas tegas diskret.

Dari hasil pemeriksaan penunjang didapatkan tes burrow positif.

F. Diagnosis banding

Skabies

Prurigo

Pedikulosis Korporis

G. Diagnosis kerja

Skabies

H. Penalaksanaan

Penalaksanaan umum:

- Menjelaskan kepada pasien tentang penyakitnya dan menjelaskan kepada pasien untuk

menghindari kontak dengan teman-teman maupun keluarganya.

23

Page 24: skabies kundur

- Memberikan pengarahan kepada pasien untuk lebih menjaga dan meningkatkan

kebersihan badan dan alat-alat yang dimiliki seperti handuk, pakaian dan lain-lain.

- Menyarankan kepada pasien untuk mencuci dan menjemur semua alat-alat tidur.

- Menyarankan kepada pasien untuk menghindari pemakaian handuk dan pakaian secara

bersama-sama.

Penatalaksanaan khusus:

- Krim permetrin 5%. Cara pemakaian: oleskan pada daerah yang terdapat lesi

kemudian diamkan selama 8-14 jam (catatan: penggunaannya hanya sekali. Jika belum

sembuh dapat diulangi satu minggu kemudian)

- Krim asam fusidat 2% 2x sehari

- Tablet Mebhydrolin napadysilate 2x 50 mg

I. Pemeriksaan anjuran

- Biakan dan tes resistensi mikroorganisme

- Pemeriksaan dengan KOH 10%, dilakukan kerokan kulit

- Pemeriksaan dengan pewarnaan gram

J. Prognosis

Quo ad vitam : bonam

Quo ad functionam : bonam

Quo ad sanationam : bonam

Quo ad kosmetikum : bonam

24

Page 25: skabies kundur

BAB IV

PEMBAHASAN

Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap

tungau Sarcoptes scabiei varietas hominis. Sarcoptes scabiei ini dapat ditemukan di dalam

terowongan lapisan tanduk kulit pada tempat-tempat predileksi. Insiden penyakit skabies di

Negara berkembang memperlihatkan siklus berfluktuasi yang tidak dapat dijelaskan secara

memuaskan, mungkin berhubungan dengan teori herd immunity. Skabies dapat diderita semua

orang tanpa membedakan usia dan jenis kelamin; akan tetapi lebih serin ditemukan pada anak-

anak usia sekolah dan dewasa muda (remaja).

Pada kasus didapatkan seorang pasien laki-laki, 10 tahun, seorang pelajar datang dengan

keluhan utama gatal – gatal disertai bintil-bintil kemerahan di punggung tangan, telapak tangan,

sela – sela jari, telapak tangan, dan paha serta kemauluan sejak 2minggu yang lalu.

Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, gejala klinik, dan pemeriksaan yang

dilakukan.

Anamnesis

Teori Kasus

25

Page 26: skabies kundur

Berdasarkan anamnesis yaitu adanya

pruritus nokturna yaitu artinya gatal

pada malam hari yang disebabkan

karena aktivitas tungau ini lebih tinggi

pada suhu yang lebih lembab dan panas.

Adanya penyakit yang sama pada

orang-orang sekitar. Kebiasaan

menggunakan alat pribadi yang sama.

Dari anamnesis didapatkan bruntus –

bruntus kemerahan yang gatal timbul pada sela

kedua tangan, punggung tangan, paha dan

kemaluan. Keluhan gatal dirasakan semakin

hebat terutama pada malam hari.

Pasien tinggal bersama orang tuanya di

rumah dan riwayat orang sekitar yang

mengalami keluhan yang sama dibenarkan oleh

bapak pasien, yakni kakak pasien yang

merupakan teman sekamar.

Dari anamnesis didapatkan bruntus – bruntus kemerahan yang gatal timbul pada sela

kedua tangan, punggung tangan, paha dan kemaluan. Keluhan gatal dirasakan semakin hebat

terutama pada malam hari. Pasien tinggal bersama orang tuanya di rumah dan riwayat orang

sekitar yang mengalami keluhan yang sama dibenarkan oleh bapak pasien, yakni kakak pasien

yang merupakan teman sekamar. Pasien dapat didiagnosis menderita penyakit skabies, dimana

hal ini sesuai dengan teori yang ada bahwa dengan ditemukannya 2 dari tanda 4 tanda kardinal

skabies maka diagnosis klinis dapat ditegakkan.

Diagnosis ditegakkan jika ditemukan 2 dari 4 tanda kardinal yakni :

Cardinal Sign pada Skabies

Teori Kasus

  Ada 4 tanda kardinal :1. Pruritus nokturnal, artinya gatal pada

malam hari yang disebabkan karena aktivitas tungau ini lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab dan panas.

2. Penyakit ini menyerang secara kelompok, misalnya dalam sebuah keluarga biasanya seluruh angota keluarga terkena infeksi. Penularan skabies terutama melalui kontak langsung seperti berjabat tangan, tidur bersama dan hubungan seksual. Penularan melalui kontak tidak langsung, misalnya melalui

1. Pruritus nokturnal, artinya gatal pada malam hari yang disebabkan karena aktivitas tungau ini lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab dan panas.2. Penyakit ini menyerang secara kelompok, misalnya dalam sebuah keluarga biasanya seluruh angota keluarga terkena infeksi. Penularan skabies terutama melalui kontak langsung seperti berjabat tangan, tidur bersama dan hubungan seksual. Penularan melalui kontak tidak langsung, misalnya melalui perlengkapan tidur, pakaian atau handuk.

26

Page 27: skabies kundur

perlengkapan tidur, pakaian atau handuk.

3. Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang berwarna putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata panjang 1 cm, pada ujung terowongan itu ditemukan papul atau vesikel. Jika timbul infeksi sekunder ruam kulitnya menjadi polimorf (pustul, ekskoriasi, dan lain-lain).1

Berikut dipaparkan gambaran kelainan kulit pada skabies.

4. Menemukan tungau, merupakan hal yang paling diagnostik.

Dimana tanda kardinal yang ditemukan adalah pruritus nokturna, adanya orang di sekitar

pasien yang mengalami keluhan yang sama dan ditemukannya kanalikuli.

Dari status dermatologinya kita dapatkan bahwa terdapat lesi . Pada pemeriksaan

dermatologis didapatkan lesi regional pada region palmar manus bilateral. Papula eritematosa,

multiple, diskret, bilateral, batas tegas, bentuk bulat, ukuran miliar sampai lentikuler diameter

0,3 – 1 cm, menimbul dari permukaan kulit, kering. Kemudian tampak bentukan vesikel dan

pustul yang sudah pecah berwarna kemerahan, dengan garis abu-abu di tepinya.

STATUS DERMATOLOGIKUS

Teori Kasus

27

Page 28: skabies kundur

Lokasi :Tempat predileksinya biasanya merupakan tempat dengan stratum korneum yang tipis, yaitu : sela-sela jari tangan, pergelangan tangan bagian volar, siku bagian luar, lipat ketiak bagian depan, areola mamae (wanita), umbilikus, bokong, genitalia eksterna (pria), dan perut bagian bawah. Skabies jarang ditemukan di telapak tangan, telapak kaki, dibawah kepala dan leher namun pada bayi dapat menyerang telapak tangan dan telapak kaki.Efloresensi :Terdapat berbagai variasi dalam gambaran klinis, mulai dari bentuk-bentuk yang tidak khas pada orang-orang yang tingkat kebersihannya tinggi, berupa papul-papul saja pada tempat predileksi. Tidak jarang terjadi infeksi sekunder akibat garukan dengan kebersihan kuku yang kurang baik. Pada kasus-kasus yang kebersihannya kurang baik dapat terlihat ektima, impetigo, selulitis, folikulitis, dan furunkulosis.

Lokasi :,interdigitalis bilateral, palmar dan dorsum manus bilateral, genitalia eksterna

Efloresensi :Papula eritematosa, multiple, diskret, bilateral, batas tegas, bentuk bulat, ukuran miliar sampai lentikuler diameter 0,3 – 1 cm, menimbul dari permukaan kulit, kering. Kemudian tampak bentukan vesikel dan pustul yang sudah pecah berwarna kemerahan, dengan garis abu-abu di tepinya.

Hal ini sesuai untuk diagnosis skabies, dimana di dalam teori dikatakan bahwa predileksi

terjadinya pada daerah dengan stratum korneum yang tipis

Pada kasus ini dipikirkan diagnosis banding yaitu prurigo dan pedikulosis kapitis.

Diagnosa Banding  Skabies Prurigo Pedikulosis korporisDefinisi Penyakit kulit menular

yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi Sarcoptes scabiei varians hominis (jenis kutu,tungau) jenis manusia dan produknya pada tubuh

Prurigo, adalah penyakit kulit yang ditandai dengan gangguan kulit berbentuk papula dan nodul (ukurannya bervarisai), berwarna kecoklatan hingga kehitaman (hiperpigmentasi), kronis (berlangsung lebih 6 minggu) dan bersifat kumat-kumatan (residif).

Sinonim:Penyakit VagabondDefinisi: Penyakit kulit menular yang disebabkan oleh gigitan pediculus humanus var corporis.

Anamnesis Gatal terutama dimalam hari (disebabkan adanya peningkatan aktivitas tungau pada saat meningkatnya suhu tubuh)

Tanda khasnya adalah adanya papul-papul miliar tidak berwarna, berbentuk kubah, sangat gatal.

Rasa gatal di kulit. Hal ini disebabkan kutu sewaktu menghisap darah mengeluarkan air liur.

28

Page 29: skabies kundur

Etiologi Penyebab penyakit skabies sudah dikenal lebih dari 100 tahun yang lalu sebagai akibat infestasi tungau yang dinamakan Acarus scabiei dan Sarcoptes scabiei varian hominis.2 Sarcoptes scabiei termasuk kedalam filum Arthropoda, kelas Arachnida, ordo Ackarima, superfamili Sarcoptes.

Penyebab pasti belum diketahui, diduga sebagai penyakit herediter, akibat kepekaan kulit terhadap gigitan serangga.

Gigitan pediculus humanus var corporis.

Lesi Terdapat berbagai variasi dalam gambaran klinis, mulai dari bentuk-bentuk yang tidak khas pada orang-orang yang tingkat kebersihannya tinggi, berupa papul-papul saja pada tempat predileksi. Tidak jarang terjadi infeksi sekunder akibat garukan dengan kebersihan kuku yang kurang baik. Pada kasus-kasus yang kebersihannya kurang baik dapat terlihat ektima, impetigo, selulitis, folikulitis, dan furunkulosis.

Tanda khasnya adalah adanya papul-papul miliar tidak berwarna, berbentuk kubah, sangat gatal.

UKK: Akibat gigitan timbul papul-papul milier berwarna kemerahan,kadang timbul urtikaria disekitarnya,garis-garis bekas garukan yang sejajar,terutama dibahu.Pada kasus kronik tampak adanya likenifikasi dan hiperpigmentasi.

Predileksi Pada kulit yang tipis, dan kelembaban tinggi serta hangat misal:umbilikus, pergelangan tangan volar, sela genital, sela-sela jari tangan,sela ketiak,sela bokong,sela paha, sela siku fleksor, sela lipat telapak tangan, sela lipatan nadi,lipat mame,telapak kaki.

Tempat predileksinya di ekstremitas bagian ekstensor dan simetris.

Daerah ketiak, pinggang, inguinal, bahu, punggung dada, abdomen.

29

Page 30: skabies kundur

Pemeriksaan Penunjang

Diagnosis pasti skabies ditegakkan dengan ditemukannya tungau melalui pemeriksaan mikroskop, yang dapa dilakukan dengan beberapa cara antara lain:

1. Kerokan kulit2. Mengambil tungau

dengan jarum3. Epidermal shave

biopsy4. Kuretase

terowongan5. Tes tinta Burowi6. Tetrasiklin topikal7. Apusan kulit8. Biopsi plong

(punch biopsy)

1. Pemeriksaan darah2. Pemeriksaan tinja3. Pemeriksaan radiologi4. Tes tusuk berbagai

alergen, parasit dan serangga

Pemeriksaan:Mencari kutu di lipatan pakaian.

Prurigo hebra yaitu penyakit kulit kronis dimulai sejak bayi atau anak, sering terdapat

pada anak dengan tingkat social ekonomi dan hygiene rendah. Penyebab pasti belum diketahui,

diduga sebagai penyakit herediter, akibat kepekaan kulit terhadap gigitan serangga. Tanda

khasnya adalah adanya papul-papul miliar tidak berwarna, berbentuk kubah, sangat gatal.

Tempat predileksinya di ekstremitas bagian ekstensor dan simetris. Diagnosis ini dapat

disingkirkan karena pasien baru mengalami keluhan 4 hari yang lalu dan tidak peka tehadap

gigitan nyamuk.

Sedangkan pada pedikulosis korporis kelainan kulitnya berupa papul milier disertai bekas

garukan yang menyeluruh pada tubuh pasien. Pada dermatitis, meskipun memberikan kelainan

kulit yang hamper sama namun pada dermatitis tidak akan ditemukan kanalikuli, adan pada

anamnesa tidak didapatkan adanya anggota keluarga yang menderita keluhan yang sama.

Penatalaksanaan pada kasus scabies dapat dilakukan baik dengan non- medikamentosa

dan medikamentosa.

Pada pasien ini penatalaksanaan yang dilakukan adalah dengan memberikan obat secara

topikal dan sistemik.

30

Page 31: skabies kundur

TERAPI

Teori Kasus

1.UMUM1. Mandi dengan air hangat dan

keringkan badan. 2. Pengobatan yang diberikan dioleskan

di kulit dan sebaiknya dilakukan pada malam hari sebelum tidur.

3. Hindari menyentuh mulut dan mata dengan tangan.

4. Ganti pakaian, handuk, sprei, yang digunakan, selalu cuci dengan teratur dan bila perlu direndam dengan air panas

5. Jangan ulangi penggunaan skabisd yang berlebihan dalam seminggu walaupun rasa gatal yang mungkin masih timbul selama beberapa hari.

6. Setiap anggota keluarga serumah sebaiknya mendapatkan pengobatan yang sama dan ikut menjaga kebersihan

3. Khusus Pengobatan skabies yang bervariasi dapat berupa topikal maupun oral.

a. Permethrinb. Presipitat Sulfur 2-10% c. Benzyl benzoate

d. Gamma benzene heksaklorida (Lindane) e. Crotamiton krim (Crotonyl-N-Ethyl-O-Toluidine) f. Ivermectin

g. Monosulfiranh. Malathion

3. Penatalaksanaan skabies berkrusta

Terapi skabies ini mirip dengan bentuk umum lainnya, meskipun skabies berkrusta berespon lebih lambat dan umumnya membutuhkan beberapa pengobatan dengan skabisid. Kulit yang diobati meliputi kepala, wajah, kecuali sekitar mata, hidung, mulut dan khusus dibawah kuku jari

1. UMUMa. Menjelaskan kepada pasien

mengenai penyakit dan cara penularannya

b. Menjelaskan bahwa scabies adalah penyakit menular

c. Menerangkan pentingnya menjaga kebersihan perseorangan dan lingkungan tempat tinggal

d. Mencuci piring, selimut, handuk, dan pakaian dengan bilasan terakhir dengan menggunakan air panas

e. Menjemur kasur, bantal, dan guling secara rutin

f. Bila gatal sebaiknya jangan menggaruk terlalu keras karena dapat menyebabkan luka dan resiko infeksi

g. Menjelaskan pentingnya mengobati anggota keluarga yang menderita keluhan yang sama

h. Memberi penjelasan bahwa pengobatan dengan penggunaan krim yang dioleskan pada seluruh badan tidak boleh terkena air, jika terkena air harus diulang kembali. Krim dioleskan ke seluruh tubuh saat malam hari menjelang tidur dan didiamkan selama 8 jam hingga keesokan harinya. Obat digunakan 1 x seminggu dan dapat diulang seminggu kemudian.

2. KHUSUSa. Topikal

Kompres cairan antiseptik pada daerah lesi

Permetrin 5 % krim dioleskan ke seluruh tubuh pada malam hari selama 10 jam, satu kali dalam seminggu.

b. Sistemik Anti histamin : Klorfeniramin

31

Page 32: skabies kundur

tangan dan jari kaki diikuti dengan penggunaan sikat di bagian bawah ujung kuku. Pengobatan diawali dengan krim permethrin dan jika dibutuhkan diikuti dengan lindane dan sulfur. Mungkin sangat membantu bila sebelum terapi dengan skabisid diobati dengan keratolitik.

maleat 2 x ½ tablet Tablet Mebhydrolin

napadysilate 2x 50 mg

Obat topikal yang diberikan adalah Permetrin 5 % krim dioleskan ke seluruh tubuh pada

malam hari selama 10 jam, satu kali dalam seminggu. Pada teori yang telah dikemukakan bahwa

obat topikal yang paling baik diberikan pada anak-anak berupa permetrin 5 % mengingat efektif

pada semua stadium skabies dan toksisitasnya yang rendah. Serta penggunannya yang mudah

dan dapat diperoleh dengan midah di apotek.

Prognosis dari skabies yang diderita pasien pada umumnya baik bila diobati dengan benar

dan juga menghindari faktor pencetus dan predisposisi, demikian juga sebaliknya. Selain itu

perlu juga dilakukan pengobatan kepada keluarga pasien yang mengalami keluhan yang sama.

Bila dalam perjalanannya skabies tidak diobati dengan baik dan adekuat maka Sarcoptes scabiei

akan tetap hidup dalam tubuh manusia karena manusia merupakan host definitive dari Sarcoptes

scabiei.

DAFTAR PUSTAKA

1. Handoko, R. Skabies. In : Djuanda, A. Hamzah, N. Aisah, S. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin Edisi Kelima. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2009 : 119-122

2. Makatutu, H. Penyakit Kulit Oleh Parasit Dan Insekta. In : Harahap, M. Penyakit Kulit. Jakarta : PT Gramedia. 1990 : 100-104

3. Sungkar S. Skabies. Jakarta : Yayasan Penerbitan Ikatan Dokter Indonesia. 1995 : 1-25

32

Page 33: skabies kundur

4. Beggs, J. dkk. Scabies Prevention And Control Manual. USA : Michigan Department Of Community Health. 2005 : 4-6, 10

5. Murtiastutik D. Buku Ajar Infeksi Menular Seksual : Skabies. Edisi 1. Surabaya : Airlangga University Press. 2005 : 202-208

6. Setyaningrum, T. Listiawan, M. Zulkarnain, I. Kadar Imunoglobulin E-Spesifik Terhadap Tungau Debu Rumah Pada Penderita Skabies Nonatopi Anak. Berkala Ilmu Kesehatan Dan Kelamin 2007 : 19 : 100

7. Ma’rufi, I. Keman, S. Notobroto, H. Faktor Sanitasi Lingkungan Yang Berperan Terhadap Prevalensi Penyakit Scabies Studi Pada Santri di Pondok Pesantren Kabupaten Lamongan. Jurnal Kesehatan Lingkungan 2005 : 2 : 11-17

8. Chosidow, O. Scabies. The New England Journal Of Medicine 2006 : 1718-1727

9. Department Of Public Health. Scabies. USA : Department Of Public Health Division Of Communicable Disease Control. 2008 : 1-3

10. McCarthy, J. Kemp, D. Walton, S. Currie, B. Review Scabies : More Than Just An Irritation. Postgrad Medical Journal 2004 : 80 : 382-386

11. Cox, N. Permethrin Treatment In Scabies Infestasion : Important Of Correct Formulation. British Medical Journals 2000 : 320 : 37-38

12. Johnston, G. Sladden, M. Scabies : Diagnosis And Treatment. British Medical Journal 2005 : 331 : 619-622

33