asuhan keperawatan skabies

23
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Penyakit scabies merupakan penyakit menular oleh kutu tuma gatal yang bernama Sarcoptes Scabei , kutu tersebut memasuki kulit stratum korneum, membentuk kanalikuli atau terowongan lurus atau berkelok. Laporan kasus skabies sering ditemukan pada keadaan lingkungan yang padat penduduk, status ekonomi rendah, tingkat pendidikan yang rendah dan kualitas higienis pribadi yang kurang baik atau cenderung buruk. Rasa gatal yang ditimbulkannya terutama waktu malam hari, secara tidak langsung juga ikut mengganggu kelangsungan hidup masyarakat terutama tersitanya waktu untuk istirahat tidur, sehingga kegiatan yang akan dilakukannya disiang hari juga ikut terganggu. Jika hal ini dibiarkan berlangsung lama, maka efisiensi dan efektifitas kerja menjadi menurun yang akhirnya mengakibatkan menurunnya kualitas hidup masyarakat. (Kenneth, F,1995) Menurut Departemen Kesehatan RI prevalensi skabies di puskesmas seluruh Indonesia pada tahun 1986 adalah 4,6%- 12,95% dan skabies menduduki urutan ketiga dari 12 penyakit kulit tersering. Di bagian Kulit dan Kelamin FKUI/RSCM pada tahun 1988, dijumpai 704 kasus skabies yang merupakan 5,77% dari seluruh kasus baru. Pada tahun 1989 dan 1990 prevalensi skabies adalah 6 % dan 3,9 % (Sungkar,S, 1995). 1

Transcript of asuhan keperawatan skabies

Page 1: asuhan keperawatan skabies

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Penyakit scabies merupakan penyakit menular oleh kutu tuma gatal yang bernama

Sarcoptes Scabei, kutu tersebut memasuki kulit stratum korneum, membentuk

kanalikuli atau terowongan lurus atau berkelok.

Laporan kasus skabies sering ditemukan pada keadaan lingkungan yang padat

penduduk, status ekonomi rendah, tingkat pendidikan yang rendah dan kualitas

higienis pribadi yang kurang baik atau cenderung buruk.

Rasa gatal yang ditimbulkannya terutama waktu malam hari, secara tidak langsung

juga ikut mengganggu kelangsungan hidup masyarakat terutama tersitanya waktu

untuk istirahat tidur, sehingga kegiatan yang akan dilakukannya disiang hari juga ikut

terganggu. Jika hal ini dibiarkan berlangsung lama, maka efisiensi dan efektifitas

kerja menjadi menurun yang akhirnya mengakibatkan menurunnya kualitas hidup

masyarakat. (Kenneth, F,1995)

Menurut Departemen Kesehatan RI prevalensi skabies di puskesmas seluruh

Indonesia pada tahun 1986 adalah 4,6%-12,95% dan skabies menduduki urutan ketiga

dari 12 penyakit kulit tersering. Di bagian Kulit dan Kelamin FKUI/RSCM pada

tahun 1988, dijumpai 704 kasus skabies yang merupakan 5,77% dari seluruh kasus

baru. Pada tahun 1989 dan 1990 prevalensi skabies adalah 6 % dan 3,9 % (Sungkar,S,

1995).

Berdasarkan angka kesakitan diatas, maka kelompok tertarik membahas tentang

pembahasan makalah dengan judul “Asuhan Keperawatan pada Klien Gangguan

Kulit karena Parasit (Skabies)”

1

Page 2: asuhan keperawatan skabies

B. TUJUAN UMUM

Untuk memperoleh gambaran tentang pelaksanaan Asuhan Keperawatan pada klien

Scabies dengan menggunakan metode proses keperawatan.

C. TUJUAN KHUSUS

1. Mendapatkan gambaran tentang konsep penyakit scabies

2. Mampu membuat pengkajian keperawatan pada klien dengan scabies

3. Mampu membuat diagnosa keperawatan berdasarkan anamnesa

4. Mampu membuat rencana keperawatan berdasakan teori keperawatan

2

Page 3: asuhan keperawatan skabies

BAB II

PEMBAHASAN

A. KONSEP DASAR PENYAKIT

1. DEFINISI

Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestisasi1 dan sensitisasi

terhadap Sarcoptes Scabiei varian hominis dan produknya. Sinonim dari penyakit

ini adalah kudis, the itch, gudig, budukan, dan gatal agogo. (Handoko, 2007)

Scabies (the itch, gudik, budukan, gatal agogo) adalah penyakit kulit yang

disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap Sarcoptes Scabiei Var. Hominis

dan produknya. (Arief, M, Suproharta, Wahyu J.K. Wlewik S. 2000)

Scabies ialah penyakit yang disebabkan zoonosis2 yang menyerang kulit.

Merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh seekor tungau (kutu/mite)

yang bernama Sarcoptes Scabiei, filum Arthopoda, kelas Arachnida, ordo

Ackarina, superfamily Sarcoptes. Pada manusia oleh Sarcoptes Scabiei Var.

Hominis, pada babi oleh Sarcoptes Scabiei Var. Suis, pada kambing oleh

Sarcoptes Scabiei Var. Caprae, pada biri-biri oleh Sarcoptes Scabiei Var. Ovis.

(Sacharin, R.M, 2001)

Di Indonesia penyakit skabies sering disebut kudis, penyakit gudik wesi (jawa

timur, jawa tengah), budug (jawa barat), katala kubusu (sulawesi selatan). Disebut

juga agogo atau disko, hal ini kemungkinan karena penderita menggaruk badanya

yang gatal menyerupai orang menari (Hamzah, 1981)

2. ETIOLOGI

1 . bersifat menular2 . suatu infeksi atau infestasi yang dapat diidap oleh manusia dan hewan lain yang merupakan host normal atau biasanya; sebuah penyakit manusia yang diperoleh dari sumber hewan.

3

Page 4: asuhan keperawatan skabies

Scabies dapat disebabkan oleh kutu atau kuman Sarcoptes Scabei Varian

Hominis. Sarcoptes Scabiei ini termasuk filum Arthopoda, kelas Arachnida, ordo

Ackarina, superfamili Sarcoptes. Pada manusia disebut Sarcoptes Scabiei Var.

Hominis. Kecuali itu terdapat Sercoptes Scabiei yang lainnya pada kambing dan

babi. Secara morfologik merupakan tungau kecil, berbentuk oval, punggungnya

cembung dan bagian perutnya rata. Tungau ini transient, berwarna putih kotor,

dan tidak bermata. (Arief, M, Suproharta, Wahyu J.K. Wlewik S. 2000)

a. Klasifikasi Sarcoptes Scabies

Sarcoptes Scabies terbentuk Filum Arthropoda, kelas Arachida, Ordo

Akrarina, super famili Sarcoptes. Pada manusia disebut Sarcoptes Scabies Var

Hominis. Selain Sarcoptes Scabies, misalnya pada kambing dan sapi.

b. Kebiasaan Hidup

Tempat yang paling disukai oleh kutu betina adalah bagian kulit yang tipis dan

lembab, yaitu daerah sekitar sela jari tangan, siku, pergelangan tangan, bahu

dan daerah kemaluan. Pada bayi yang memeliki kulit serba tipis, telapak

tangan, kaki, muka dan kulit kepala sering diserang kutu tersebut. (Republika

on-line, 26-12-2009)

c. Siklus Hidup

Kopulasi (perkawinan) dapat terjadi dipermukaan kulit, yang jantan mati

setelah membuai tungau betina. Tungau betina yang telah dibuai menggali

terowongan dalam startum korneum, dengan kecepatan 2-3 milimeter sehari

dan sambil meletakkan telurnya 2-4 butir sehari mencapai 40-50. Bentuk

betina yang dibuhai dapat hidup selamanya. Telur akan menetas, biasanya

dalam waktu 3-5 hari dan menjadi larva yang mempunyai 3 pasang kaki.

Larva ini dapat tinggal dalam terowongan dan dapat juga diluar. Setelah 2-3

larva akan menjadi nimfa yang mempunyai 2 bentuk, jantan dan betina dengan

4 pasang kaki, 2 pasang kaki didepan sebagai alat untuk melekat dan 2 pasang

kaki kedua padabetina terakhir dengan rambut, sedangkan pada yang jantan

pasangan ketiga berakhir dengan rambut dan keempat berakhir dengan alat

perekat. Ukuran bentuk betina berkisar antara 330-450 mikron kali 250-350

mikro. Ukuran jantan lebih kecil 200-240 mikro kali 150-200 mikro. Seluruh

siklusnya mulai dari telur sampai bentuk dewasa memerlukan waktu antara 8-

12 hari (Juanda, 2001).

4

Page 5: asuhan keperawatan skabies

Kurang lebih 10% telur yang dapat menjadi bentuk dewasa, yang dapat

menularkan penyakitnya (Howard, 1999).

Tungau Sarcoptes scabiei

3. PENGKLASIFIKASIAN SKABIES

Terdapat beberapa bentuk skabies atipik yang jarang ditemukan dan sulit dikenal,

sehingga dapat menimbulkan kesalahan diagnosis. Beberapa bentuk tersebut

antara lain (Sungkar, S, 1995) :

a. Skabies pada Orang Bersih (Scabies Of Cultivated)

Bentuk ini ditandai dengan lesi berupa papul dan terowongan yang sedikit

jumlahnya sehingga sangat sukar ditemukan.

b. Skabies Incognito

Bentuk ini timbul pada scabies yang diobati dengan kortikosteroid sehingga

gejala dan tanda klinis membaik, tetapi tungau tetap ada dan penularan masih

bisa terjadi. Skabies incognito sering juga menunjukkan gejala klinis yang

tidak biasa, distribusi atipik, lesi luas.

c. Skabies Nodular

Pada bentuk ini lesi berupa nodus cokelat kemerahan yang gatal. Nodus

biasanya terdapat didaerah tertutup, terutama pada genitalia laki-laki, inguinal3

dan aksila. Nodus ini timbul sebagai reaksi hipersensetivitas terhadap tungau

scabies. Pada nodus yang berumur lebih dari satu bulan tungau jarang

ditemukan. Nodus mungkin dapat menetap selama beberapa bulan sampai satu

tahun meskipun telah diberi pengobatan anti scabies dan kortikosteroid.

3 . bagian lipatan paha

5

Page 6: asuhan keperawatan skabies

Scabies Nodular

d. Skabies yang ditularkan melalui hewan.

Di Amerika, sumber utama skabies adalah anjing. Kelainan ini berbeda

dengan skabies manusia yaitu tidak terdapat terowongan, tidak menyerang sela

jari dan genitalia eksterna. Lesi biasanya terdapat pada daerah dimana orang

sering kontak atau memeluk binatang kesayangannya yaitu paha, perut, dada

dan lengan. Masa inkubasi lebih pendek dan transmisi lebih mudah. Kelainan

ini bersifat sementara (4–8 minggu) dan dapat sembuh sendiri karena S.

Scabiei Var. binatang tidak dapat melanjutkan siklus hidupnya pada manusia.

e. Skabies Norwegia (Krustosa)

Skabies Norwegia atau skabies krustosa ditandai oleh lesi yang luas

dengan krusta, skuama generalisata dan hyperkeratosis yang tebal.

Tempat predileksi biasanya kulit kepala yang berambut, telinga bokong, siku,

lutut, telapak tangan dan kaki yang dapat disertai distrofi4 kuku. Berbeda

dengan skabies biasa, rasa gatal pada penderita skabies Norwegia tidak

menonjol tetapi bentuk ini sangat menular karena jumlah tungau yang

menginfestasi sangat banyak (ribuan). Skabies Norwegia terjadi

akibat defisiensi imunologik sehingga sistem imun tubuh gagal membatasi

proliferasi tungau dapat berkembang biak dengan mudah.

f. Skabies pada bayi dan anak

Lesi skabies pada anak dapat mengenai seluruh tubuh, termasuk seluruh

kepala, leher, telapak tangan, telapak kaki, dan sering terjadi infeksi sekunder

4 . degenerasi atau pembentukan abnormal dari kulit. Istilah ini sering digunakan untuk merujuk kepada penyakit kuku.

6

Page 7: asuhan keperawatan skabies

berupa impetigo5, ektima6 sehingga terowongan jarang ditemukan. Pada bayi,

lesi di muka. (Harahap. M, 2000).

Scabies pada bayi dan anak

g. Skabies terbaring ditempat tidur (Bed Ridden)

Penderita penyakit kronis dan orang tua yang terpaksa harus tinggal ditempat

tidur dapat menderita skabies yang lesinya terbatas. (Harahap. M, 2000)

4. PATOFISIOLOGI

Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya dari tungau scabies, akan tetapi juga

oleh penderita sendiri akibat garukan. Dan karena bersalaman atau bergandengan

sehingga terjadi kontak kulit yang kuat, menyebabkan lesi timbul pada

pergelangan tangan. Gatal yang terjadi disebabkan oleh sensitisasi terhadap secret

dan ekskret tungau yang memerlukan waktu kira-kira sebulan setelah infestasi.

Pada saat itu kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan ditemuannya papul,

vesikel, dan urtika. Dengan garukan dapat timbul erosi, ekskoriasi7, krusta, dan

infeksi sekunder. Kelainan kulit dan gatal yang terjadi dapat lebih luas dari lokasi

tungau. (Handoko, R, 2001).

5. MANIFESTASI KLINIS

Diagnosis dibuat dengan menemukan 2 dari 4 tanda cardinal berikut :

a. Pruritus noktuma (gatal pada malam hari) karena aktivitas tungau lebih tinggi

pada suhu yang lembab dan panas.

b. Umumnya ditemukan pada sekelompok manusia, misalnya mengenai seluruh

anggota keluarga.5 . infeksi bakteri di kulit yang ditandai dengan lepuh mikroskopis berisi nanah. Tangan dan wajah adalah lokasi favorit untuk impetigo, tetapi seringkali juga muncul pada bagian lain dari tubuh (radang kulit ari). Impetigo ditandai dengan gelembung-gelembung yang berisi nanah6. Radang karena infeksi streptokokus yang menyebabkan tukak tertutup keropeng yang biasanya ditungkai bawah dan paha.7. Lecet, kerusakan kulit yang lebih dalam. (tanda awal linier atau goresan (prurigo). Ekskoriasi dapat terjadi tanpa adanya dermatosis primer)

7

Page 8: asuhan keperawatan skabies

c. Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang berwarna

putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata panjang

1 cm, pada ujung menjadi polimorfi (pustul, ekskoriasi). Tempat predileksi

biasanya daerah dengan stratum korneum tipis, yaitu sela-sela jari tangan,

pergelangan tangan bagian volar8, siku bagian luar, lipat ketiak bagian depan,

areola mammae dan lipat glutea, umbilicus, bokong, genitalia eksterna, dan

perut bagian bawah. Pada bayi dapat menyerang bagian telapak tangan dan

telapak kaki bahkan seluruh permukaan kulit. Pada remaja dan orang dewasa

dapat timbul pada kulit kepala dan wajah.

d. Menemukan tungau merupakan hal yang paling diagnostk. Dapat ditemukan

satu atau lebih stadium hidup tungau ini. Pada pasien yang selalu menjaga

hygiene, lesi yang timbul hanya sedikit sehingga diagnosis kadang kala sulit

ditegakkan. Jika penyakit berlangsung lama, dapat timbul likenifikasi9,

impetigo, dan furunkulosis. (Arief, M, Suproharta, Wahyu J.K. Wlewik S.

2000)

6. KOMPLIKASI

Bila skabies tidak diobati selama beberapa minggu atau bulan, dapat timbul

dermatitis akibat garukan. Erupsi dapat berbentuk impetigo, ektima, selulitis, dan

furunkel10. Infeksi bakteri pada bayi dan anak kecil yang diserang skabies dapat

menimbulkan komplikasi pada ginjal yaitu glomerulonefritis.

Dermatitis iritan dapat timbul karena penggunaan preparat anti skabies yang

berlebihan, baik pada terapi awal atau dari pemakaian yang terlalu sering. Salep

sulfur, dengan konsentrasi 15% dapat menyebabkan dermatitis bila digunakan

terus menerus selama beberapa hari pada kulit yang tipis.

Benzilbenzoat juga dapat menyebabkan iritasi bila digunakan 2 kali sehari selama

beberapa hari, terutama di sekitar genetalia pria. Gamma benzena heksaklorida

sudah diketahui menyebabkan dermatitis iritan bila digunakan secara berlebihan.

8 . yang mengarah ketapak tangan9 . penyakit kulit yang ditandai dengan bintil-bintil kecil padat teratur secara berkelompok (penebalan kulit)10.Furunkel adalah infeksi kulit yang meliputi seluruh folikel rambut dan jaringan subkutan disekitarnya,furunkel sering disebut bisul.

8

Page 9: asuhan keperawatan skabies

7. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Cara menemukan tungau :

a. Carilah mula-mula terowongan, kemudian pada ujung dapat terlihat papul atau

vesikel. Congkel dengan jarum dan letakkan diatas kaca obyek, lalu tutup

dengan kaca penutup dan lihat dengan mikroskop cahaya.

b. Dengan cara menikat dengan sikat dan ditampung di atas selembar kertas

putih dan dilihat dengan kaca pembesar

c. Dengan membuat biopsi irisan. Caranya: jepit lesi dengan 2 jari kemudian

buat irisan tipis dengan pisau dan periksa dengan mikroskop cahaya

d. Dengan biopsy oksisional dan diperiksa dengan pewarnaan HE. (Arief, M,

Suproharta, Wahyu J.K. Wlewik S. 2000)

8. PENATALAKSANAAN

Syarat obat yang ideal adalah efektif terhadap semua stadium tungau, tidak

menimbulkan iritasi dan toksik, tidak berbau atau kotor, tidak merusak atau

mewarnai pakaian, mudah diperoleh dan harganya murah.

Jenis obat topical :

a. Belerang endap (sulfur presipitatum) 4-20% dalam bentuk salep atau krim.

Pada bayi dan orang dewasa sulfur presipitatum 5% dalam minyak sangat

aman dan efektif. Kekurangannya adalah pemakaian tidak boleh kurang dari 3

hari karena tidak efektif terhadap stadium telur, berbau, mengotori pakaian

dan dapat menimbulkan iritasi.

b. Emulsi benzyl-benzoat 20-25% efektif terhadap semua stadium, diberikan

setiap malam selama 3 kali. Obat ini sulit diperoleh, sering memberi iritasi,

dan kadang-kadang makin gatal setelah dipakai.

c. Gama benzena heksa klorida (gameksan) 1% daam bentuk krim atau losio,

termasuk obat pilihan arena efektif terhadap semua stadium, mudah

digunakan, dan jarang memberi iritasi. Obat ini tidak dianjurkan pada anak

dibawah umur 6 tahun dan wanta hamil karena toksik terhadap susunan saraf

pusat. Pemberiannya cukup sekali dalam 8 jam. Jika masih ada gejala, diulangi

seminggu kemudian.

9

Page 10: asuhan keperawatan skabies

d. Krokamiton 10% dalam krim atau losio mempunyaidua efek sebagai anti

skabies dan antigatal. Harus dijauhkan dari mata, mulut, dan uretra. Krim

(eurax) hanya efetif pada 50-60% pasien. Digunakan selama 2 malam

berturut-turut dan dibersihkan setelah 24 jam pemakaian terakhir.

e. Krim permetrin 5% merupakan obat yang paling efektif dan aman karena

sangat mematikan untuk parasit S.scabei dan memiliki toksisitas rendah pada

manusia.

f. Pemberian antibiotika dapat digunakan jika ada infeksi sekunder, misalnya

bernanah di area yang terkena (sela-sela jari, alat kelamin) akibat garukan.

(Arief, M, Suproharta, Wahyu J.K. Wlewik S. 2000)

B. PROSES KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN

a. Riwayat kesehatan

1) Keluhan Utama

Pada pasien scabies terdapat lesi dikulit bagian punggung dan merasakan

gatal terutama pada malam hari.

2) Riwayat Kesehatan Sekarang

Pasien mulai merasakan gatal yang memanas dan kemudian menjadi

edema karena garukan akibat rasa gatal yang sangat hebat.

3) Riwayat Kesehatan Dahulu

Pasien pernah masuk Rumah Sakit karena alergi

4) Riwayat Kesehatan Keluarga

Dalam keluarga pasien ada yang menderita penyakit seperti yang klien

alami yaitu kurap, kudis.

b. Pola Fungsi Kesehatan

1) Pola Persepsi Terhadap Kesehatan

Apabila sakit, klien biasa membeliobat di tko obat terdeat atauapabila

tidak terjadi perubahan pasien memaksakan diri ke puskesmas atau RS

terdekat.

2) Pola Aktivitas Latihan

Aktivitas latihan selama sakit

3) Pola Istirahat Tidur

10

Page 11: asuhan keperawatan skabies

Pada pasien scabies terjadi gangguan pola tidur akibat gatal yang hebat

pada malam hari.

4) Pola Nutrisi Metabolik

Tidak ada gangguan dalam nutrisi metaboliknya.

5) Pola Eliminasi

Klien BAB 1x sehari, dengan konsitensi lembek, warna kuning bau khas

dan BAK 4-5x sehari, dengan bau khas warna kuning jernih.

6) Pola Kognitif Perseptual

Saat pengkajian kien dalam keadaan sadar, bicara jelas, pendengaran dan

penglihatan normal.

7) Pola Peran Hubungan

8) Pola Konep Diri

9) Pola Seksual Reproduksi

Pada klien scabies mengalami gangguan pada seksual reproduksinya.

10) Pola Koping

a) Masalah utama yang terjadi selama klien sakit, klien selalu merasa

gatal, dan pasien menjadi malas untuk bekerja.

b) Kehilangan atau perubahan yang terjadi perubahan yang terjadi klien

malas untuk melakukan aktivitas sehari-hari.

c) Takut terhadap kekerasan : tidak

d) Pandangan terhadap masa depan klien optimis untuk sembuh

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologi

b. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri

c. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan dalam penampilan

sekunder

d. Cemas berhubungan dengan perubahan status kesehatan

e. Resiko infeksi berhubungan dengan jaringan kulit rusak dan prosedur invasif

f. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan edema

3. INTERVENSI KEPERAWATAN

a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologi

Tujuan :

11

Page 12: asuhan keperawatan skabies

Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan diharapkan nyeri klien dapat

teratasi

Kriteria Hasil :

1. Nyeri terkontrol

2. Gatal mulai hilang

3. Puss hilang

4. Kulit tidak memerah – kaji TTV

Intervensi :

1. Kaji intensitas nyeri, karakteristik dan catat lokasi nyeri

2. Berikan perawatan kulit dengan sering, hilangkan rangsangan lingungan

yang kurang menyenangkan

3. Kolaborasi dengan dokter pemberi analgesic

4. Kolaborasi pemberian antibiotika

b. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan diharapkan tidur klien tidak

terganggu

Kriteria Hasil :

1. Klien tidak bengkak lagi

2. Klien tidak sering terbangun dimalam hari

3. Klien tidak pucat

Intervensi :

1. Kaji pola tidur klien

2. Berikan kenyamanan pada klien (kebersihan tempat tidur klien)

3. Kolaborasi dengan dokter pemberian analgetik

4. Catat banyaknya klien terbangun dimalam hari

5. Berikan lingkungan yang nyaman dan kurangi kebisingan

6. Berikan minum hangat (susu) jika perlu

7. Berian musik klasik sebagai pengantar tidur

c. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan dalam penampilan

sekunder

Tujuan :

12

Page 13: asuhan keperawatan skabies

Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan diharapkan klien tidak

mengalami gangguan dalam cara penerapan citra diri

Intervensi :

1. Klien mengungkapan penerimaan atas penyakit yang di alaminya

2. Mengakui dan memantapkan kembali system dukungan yang ada

3. Dorong individu untuk mengekspresian perasaan khususnya mengenai

pikiran, pandangan tentang dirinya

4. Dorong individu untuk bertanya mengenai masalah penanganan,

perkembangan kesehatan

d. Cemas berhubungan dengan perubahan status kesehatan

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan diharapkan klien tidak cemas

lagi

Kriteria Hasil :

1. Klien tidak resah

2. Klien tampak tenang dan mampu menerima kenyaataan

3. Klien mampu mengidentifiasi dan mengungkapkan gejala cemas

4. Postur tubuh ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitas

menunjukkan bekurangnya kecemasan

Intervensi :

1. Identifiasi kecemasan

2. Gunakan pendekatan yang menenangan

3. Temani pasien untuk memberian keamanan dan mengurangi takut

4. Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan

5. Berikan informasi faktual tentang diagnosis, tindakan prognosis

6. Berikan obat untuk mengurangi kecamasan

e. Resiko infeksi berhubungan dengan jaringan kulit rusak dan prosedur invasive

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan diharapkan klien tidak terjadi

resiko infeksi

Kriteria Hasil :

1. Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi

13

Page 14: asuhan keperawatan skabies

2. Menunjukan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi

3. Menunjukkan perilaku hidup sehat

Intervensi :

1. Klien mampu mendeskripsikan proses penularan penyakit, faktor yang

mempengaruhi penularan dan penatalaksanaannya

2. Monitor tanda dan gejala infeksi

3. Monitor kerentanan terhadap infeksi

4. Batasi pengunjung bila perlu

5. Instruksikan pada pengunjung untk mencuci tangan saat berkunjung dan

setelah meninggalkan pasien

6. Pertahankan lingkngan aseptic selama pemasangan alat

7. Berikan perawatan kulit pada area epidemal

8. Inspeksi kulit dan membrane mukosa terhadap kemerahan dan panas

9. Inspeksi kondisi luka

10. Berikan terapi antibiotik bila perlu

11. Ajarkan cara menghindari infeksi

f. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan edema

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan diharapkan lapisan kulit klien

terlihat normal

Kriteria Hasil :

1. Integritas kulit yang bak dapat dipetahankan (sensasi, elastisitas,

temperatur)

2. Tidak ada luka atau lesi pada kulit

3. Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembapan kulit serta

perawatan alami

4. Perfusi jaringan baik

Intervensi :

1. Anjurkan pasien menggunakan pakaian yang longgar

2. Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering

3. Monitor kulit akan adanya kemerahan

4. Mandikan pasien dengan air hangat dan sabun

14

Page 15: asuhan keperawatan skabies

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik

kesimpulan bahwa scabies adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh

tungau Sarcoptes Scabei. Penyakit scabies dapat menular dan kulit menjadi gatal.

Penularan dapat terjadi melalui kontak fisik yang erat seperti berjabat tangan, tidur

bersama dan hubungan seksual, serta dapat juga melalui pakaian dalam, handuk, dan

tempat tidur.

Ada 7 pengklasifikasian scabies, yaitu Skabies pada Orang Bersih (Scabies Of

Cultivated), Skabies Incognito, Skabies Nodular, Skabies yang ditularkan melalui

hewan, Skabies Norwegia (Krustosa), Skabies pada bayi dan anak, Skabies terbaring

ditempat tidur (Bed Ridden).

Pengobatan scabies dapat dilakukan dengan cara memberikan obat-obatan untuk

menghilangkan kutu penyebab scabies dan pemberian antibiotika jika scabies

terinfeksi.

B. SARAN

1. Sebaiknya seorang perawat dapat melaksanakn asuhan keperawatan kepada klien

skabies sesuai dengan indikasi penyakit

2. Sebaiknya seorang perawat dapat melakukan asuhan keperawatan pada pasien

skabies dengan baik dan benar

15

Page 16: asuhan keperawatan skabies

DAFTAR PUSTAKA

Harahap. M, 2000. Ilmu penyakit kulit. Hipokrates. Jakarta.

Masjoer Arif dkk. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius FK UI;2000.

Sungkar S. Skabies. Jakarta: Yayasan Penerbit Ikatan Dokter Indonesia, 1995.

Santosa, Budi. 2005-2006. Diagnosa Keperawatan NANDA. Jakarta : Prima Medikal.

Ramali, Ahmad dkk, 2003, Kamus Kedokteran Arti dan Keterangan Istilah, Jakarta:

Djambatan

Sumber Lainnya :

http://duniabola12.blogspot.com/2010/10/askep-scabies.html

http://nursingbegin.com/askep-scabies/

http://medlinux.blogspot.com/2009/02/skabies.html

16