BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Jaherepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21988/4/Chapter...

17
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Jahe Jahe (Zingiber officinale Rosc.) merupakan rempah-rempah Indonesia yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam bidang kesehatan. Jahe merupakan tanaman obat berupa tumbuhan rumpun berbatang semu dan termasuk dalam suku temu-temuan (Zingiberaceae). Jahe berasal dari Asia Pasifik yang tersebar dari India sampai Cina. ( Paimin, 2008). 2.1.1 Nama daerah . Zingiber officinale Rosc. mempunyai nama umum atau nama Jahe, dengan aneka sebutan misalnya Aceh (halia), Batak karo (bahing), Lampung (jahi), Sumatra Barat (sipadeh atau sipodeh), Jawa (jae), Sunda (jahe), Madura (jhai), Bugis (pese) dan Irian (lali) (Muhlisah F, 2005). 2.1.2 Deskripsi jahe . Tanaman jahe termasuk keluarga Zingiberaceae yaitu suatu tanaman rumput - rumputan tegak dengan ketinggian 30 -75 cm, berdaun sempit memanjang menyerupai pita, dengan panjang 15 23 cm, lebar lebih kurang dua koma lima sentimeter, tersusun teratur dua baris berseling, berwarna hijau bunganya kuning kehijauan dengan bibir bunga ungu gelap berbintik-bintik putih kekuningan dan kepala sarinya berwarna ungu. Akarnya yang bercabang-cabang dan Universitas Sumatera Utara

Transcript of BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Jaherepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21988/4/Chapter...

Page 1: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Jaherepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21988/4/Chapter II.pdf · urea dan asam urat (Laksmi B.V.s ., Sudhakar M, 2010). 2. 1.6 . Farmakokinetik

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Jahe

Jahe (Zingiber officinale Rosc.) merupakan rempah-rempah Indonesia yang

sangat penting dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam bidang kesehatan. Jahe

merupakan tanaman obat berupa tumbuhan rumpun berbatang semu dan termasuk

dalam suku temu-temuan (Zingiberaceae). Jahe berasal dari Asia Pasifik yang

tersebar dari India sampai Cina. ( Paimin, 2008).

2.1.1 Nama daerah. Zingiber officinale Rosc. mempunyai nama umum atau

nama Jahe, dengan aneka sebutan misalnya Aceh (halia), Batak karo (bahing),

Lampung (jahi), Sumatra Barat (sipadeh atau sipodeh), Jawa (jae), Sunda (jahe),

Madura (jhai), Bugis (pese) dan Irian (lali) (Muhlisah F, 2005).

2.1.2 Deskripsi jahe. Tanaman jahe termasuk keluarga Zingiberaceae yaitu

suatu tanaman rumput - rumputan tegak dengan ketinggian 30 -75 cm, berdaun

sempit memanjang menyerupai pita, dengan panjang 15 – 23 cm, lebar lebih kurang

dua koma lima sentimeter, tersusun teratur dua baris berseling, berwarna hijau

bunganya kuning kehijauan dengan bibir bunga ungu gelap berbintik-bintik putih

kekuningan dan kepala sarinya berwarna ungu. Akarnya yang bercabang-cabang dan

Universitas Sumatera Utara

Page 2: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Jaherepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21988/4/Chapter II.pdf · urea dan asam urat (Laksmi B.V.s ., Sudhakar M, 2010). 2. 1.6 . Farmakokinetik

berbau harum, berwarna kuning atau jingga dan berserat (Paimin, 2008 ;

Rukmana 2000).

2.1.3 Sistematika Tanaman Rimpang Jahe :

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Monocotyledonae

Ordo : Musales

Family : Zingiberaceae

Genus : Zingiber

Spesies : officinale

Berdasarkan ukuran, bentuk dan warna rimpang, jahe dibedakan menjadi

tiga jenis yaitu :

1. Jahe putih/kuning besar disebut juga jahe gajah atau jahe badak.

Ditandai ukuran rimpangnya besar dan gemuk, warna kuning muda atau

kuning, berserat halus dan sedikit. Beraroma tapi berasa kurang tajam.

Dikonsumsi baik saat berumur muda maupun tua, baik sebagai jahe segar

maupun olahan. Pada umumnya dimanfaatkan sebagai bahan baku

makanan dan minuman.

Universitas Sumatera Utara

Page 3: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Jaherepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21988/4/Chapter II.pdf · urea dan asam urat (Laksmi B.V.s ., Sudhakar M, 2010). 2. 1.6 . Farmakokinetik

Jahe Gajah / Jahe Badak Jahe Sunti / Jahe Emprit

Jahe MerahTanaman Jahe

2. Jahe kuning kecil disebut juga jahe sunti atau jahe emprit.

Jahe ini ditandai ukuran rimpangnya termasuk katagori sedang, dengan

bentuk agak pipih, berwarna putih, berserat lembut, dan beraroma serta

berasa tajam. Jahe ini selalu dipanen setelah umur tua. Kandungan

minyak atsirinya lebih besar dari jahe gajah, sehingga rasanya lebih

pedas. Jahe ini cocok untuk ramuan obat- obatan, atau diekstrak

oleoresin dan minyak atsirinya.

3. Jahe merah ditandai dengan ukuran rimpang yang kecil, berwarna

merah jingga, berserat kasar, beraroma serta berasa tajam

(pedas). Dipanen setelah tua dan memiliki minyak atsiri yang sama

dengan jahe kecil sehingga jahe merah pada umumnya dimanfaatkan

sebagai bahan baku obat-obatan.

Gambar 3. Jenis-Jenis Jahe (Paimin, 2008 )

Universitas Sumatera Utara

Page 4: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Jaherepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21988/4/Chapter II.pdf · urea dan asam urat (Laksmi B.V.s ., Sudhakar M, 2010). 2. 1.6 . Farmakokinetik

2.1.4 Kandungan Kimia. Rimpang jahe mengandung 2 komponen, yaitu:

1. Volatile oil (minyak menguap)

Biasa disebut minyak atsiri merupakan komponen pemberi aroma yang

khas pada jahe, umumnya larut dalam pelarut organik dan tidak larut

dalam air. Minyak atsiri merupakan salah satu dari dua komponen utama

minyak jahe. Jahe kering mengandung minyak atsiri 1-3%, sedangkan jahe

segar yang tidak dikuliti kandungan minyak atsiri lebih banyak dari jahe

kering. Bagian tepi dari umbi atau di bawah kulit pada jaringan epidermis

jahe mengandung lebih banyak minyak atsiri dari bagian tengah demikian

pula dengan baunya. Kandungan minyak atsiri juga ditentukan umur panen

dan jenis jahe. Pada umur panen muda, kandungan minyak atsirinya tinggi.

Sedangkan pada umur tua, kandungannyapun makin menyusut walau

baunya semakin menyengat.

2. Non-volatile oil (minyak tidak menguap)

Biasa disebut oleoresin salah satu senyawa kandungan jahe yang sering

diambil, dan komponen pemberi rasa pedas dan pahit. Sifat pedas

tergantung dari umur panen, semakin tua umurnya semakin terasa pedas dan

pahit. Oleoresin merupakan minyak berwarna coklat tua dan mengandung

minyak atsiri 15-35% yang diekstraksi dari bubuk jahe. Kandungan

oleoresin dapat menentukan jenis jahe. Jahe rasa pedasnya tinggi, seperti

jahe emprit, mengandung oleoresin yang tinggi dan jenis jahe badak rasa

Universitas Sumatera Utara

Page 5: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Jaherepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21988/4/Chapter II.pdf · urea dan asam urat (Laksmi B.V.s ., Sudhakar M, 2010). 2. 1.6 . Farmakokinetik

pedas kurang karena kandungan oleoresin sedikit. Jenis pelarut yang

digunakan, pengulitan serta proses pengeringan dengan sinar matahari atau

dengan mesin mempengaruhi terhadap banyaknya oleoresin yang

dihasilkan.

Table 1. Komponen Volatil dan Non-volatil Rimpang Jahe

Fraksi Komponen

Volatile (-)-zingeberene, (+)-ar-curcumene, (-)-β-sesquiphelandrene,

-bisaboline, -pinene, bornyl acetat, borneol, camphene,

-cymene, cineol, cumene, β-elemene, farnesene,

β-phelandrene, geraneol, limonene, linalool, myrcene,

β-pinene, sabinene.

Non-volatil Gingerol, shogaol, gingediol, gingediasetat, Gingerdion,

Gingerenon.

Sumber : WHO Monographs on selected medicinal plants Vol 1,1999

Kandungan senyawa metabolit sekunder yang terdapat pada tanaman jahe terutama

golongan flavonoida, fenolik, terpenoida, dan minyak atsiri (Benjelalai, 1984). Senyawa

fenol jahe merupakan bagian dari komponen oleoresin, yang berpengaruh dalam sifat

pedas jahe (Kesumaningati, 2009), sedangkan senyawa terpenoida adalah merupakan

komponen-komponen tumbuhan yang mempunyai bau, dapat diisolasi dari bahan

nabati dengan penyulingan minyak atsiri. Monoterpenoid merupakan biosintesa

senyawa terpenoida, disebut juga senyawa “essence” dan memiliki bau spesifik.

Senyawa monoterpenoid banyak dimanfaatkan sebagai antiseptik, ekspektoran,

Universitas Sumatera Utara

Page 6: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Jaherepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21988/4/Chapter II.pdf · urea dan asam urat (Laksmi B.V.s ., Sudhakar M, 2010). 2. 1.6 . Farmakokinetik

spasmolitik, sedative, dan bahan pemberi aroma makanan dan parfum. Menurut

Nursal, 2006 senyawa-senyawa metabolit sekunder golongan fenolik, flavanoiada,

terpenoida dan minyak atsiri yang terdapat pada ekstrak jahe diduga merupakan

golongan senyawa bioaktif yang dapat menghambat pertumbuhan bakeri.

2.1.5 Antioksidan Pada Jahe. Menurut Kusumaningati RW (2009) kemampuan

jahe sebagai antioksidan alami tidak terlepas dari kadar komponen fenolik total yang

terkandung di dalamnya, dimana jahe memiliki kadar fenol total yang tinggi

dibandingkan kadar fenol yang terdapat dalam tomat dan mengkudu. Gingerol dan

shogaol telah diidentifikasi sebagai komponen antioksidan fenolik jahe.

Rimpang jahe juga bersifat nefroprotektif terhadap mencit yang diinduksi oleh

gentamisin, dimana gentamisin meningkatkan Reactive Oxygen Species (ROS) dan

jahe yang mengandung flavanoida dapat menormalkan kadar serum kreatinin,

urea dan asam urat (Laksmi B.V.s ., Sudhakar M, 2010).

2.1.6 Farmakokinetik Jahe. Menurut Zick SM, et al ., 2008. Pada manusia

konjugat jahe mulai muncul 30 menit setelah pemberian melalui oral, dan

mencapai Tmax antara 45 -120 menit, dengan t½ eliminasi 75 – 120 menit pada dosis

dua gram. Pada uji ini tidak ada efek samping dilaporkan setelah menggunakan 2 g

ekstrak jahe.

Universitas Sumatera Utara

Page 7: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Jaherepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21988/4/Chapter II.pdf · urea dan asam urat (Laksmi B.V.s ., Sudhakar M, 2010). 2. 1.6 . Farmakokinetik

2.2 Plumbum

2.2.1 Gambaran umum . Plumbum (Pb) adalah logam berat secara alami terdapat

di alam tetapi bisa juga didapat dari industri. Pb secara alami bersumber dari

bebatuan, air telaga dan air sungai, udara dan tumbuh-tumbuhan. Pb organik dan

anorganik banyak digunakan pada pabrik pembuat kaca, pabrik cat, pewarna karet,

pewarna tinta, bahan peledak, bahan pembuat tekstil, regensia kimia, dan

sebagai bahan kimia baterai. Pb asetat khususnya digunakan pada proses

pencelupan dan pencetakan tekstil, bahan pernis kayu, pabrik pestisida, pabrik cat,

regensia kimia dan pewarna rambut (Johonson, 1998; Palar, 2000).

Pb dapat masuk ke dalam jaringan tubuh makhluk hidup melalui beberapa jalan,

yaitu saluran pernapasan, pencernaan, dan penetrasi melalui kulit. Pemaparan Pb

melalui makanan, minuman, akan diikutkan dalam proses metabolisme tubuh.

2.2.2 Sifat Fisika dan Kimia. Plumbum adalah logam berat, dengan nomor atom

delapan puluh dua, berat atom 207,19 dan berat jenis 11,34, bersifat lunak dan

berwarna biru keabu-abuan dengan kilau logam yang khas sesaat setelah dipotong.

Kilauanya akan segera hilang sejalan dengan pembentukan lapisan oksida pada

permukaannya, meliputi titik leleh 327,50C dan titik didih 1740

0C (MSDS, 2005).

Lebih dari 95% Pb merupakan senyawa anorganik dan umumnya dalam bentuk

garam Pb anorganik, kurang larut dalam air dan selebihnya berbentuk Pb organik.

Senyawa Pb anorganik ditemukan dalam bentuk senyawa Tetraethyllead (TEL) dan

Universitas Sumatera Utara

Page 8: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Jaherepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21988/4/Chapter II.pdf · urea dan asam urat (Laksmi B.V.s ., Sudhakar M, 2010). 2. 1.6 . Farmakokinetik

Tetramethyllead (TML) terdapat dalam bahan bakar kenderaan. Jenis senyawa ini

hampir tidak larut dalam air, namun dapat larut dalam pelarut organik, misalnya

dalam lipid (WHO, 1977).

2.2.3 Farmakokinetik. Secara perlahan namun konsisten, Pb anorganik diserap

melalui saluran nafas dan cerana. Pb anorganik tidak diserap secara baik melalui

kulit, tetapi komposisi Pd organik, misalnya antiknock gasoline yang mengandung

Pb, dapat diserap dengan baik melalui kulit. Penyerapan debu yang mengandung Pb

melalui saluran nafas merupakan penyebab paling umum dari keracunan industri.

Saluran cerna merupakan jalan masuk non-industri (Tabel 2).

Tabel 2 . Toksikologi Senyawa Pb Bentuk yang

memasuki

tubuh

Jalan Absorbsi utama

Distribusi Efek Klinis

Utama Aspek Penting dari

Mekanisme Metabolisme dan Eliminasi

Pb

Oksida dan

garam Pb anorganik

Gastrointestinal,

respiratorik

Jaringan lunak ;

redistribusi ke

kerangka (>90% beban tubuh

dewasa)

Defisit SSP;

neuropati perifer; anemi;nefropati.

Inhibisi enzim;

mempengaruhi kation

esensial; mengubah struktur

membran.

Ginjal(mayor)

; air susu (minor).

Organik (tetraethethyl

lead)

Kulit; gastrointestinal;

respiratorik

Jaringan lunak, khususnya hati,

SSP Ensefalopati

Dealkalisasi hepatis (cepat)trialkylmetabo

lites

(lambat)disosiasi Pb

Urine dan feces(mayor);

keringat

(minor)

Sumber : Farmakologi Dasar dan Klinik (Katzung BG,2004)

Penyerapan melalui pencernaan berbeda sesuai dengan sifat komposisi Pb. Secara

umum, orang dewasa menyerap sekitar 10% dari jumlah yang masuk sementara anak-

anak menyerap sampai mendekati 50%. Kalsium diet rendah, kurang zat besi, dan

pemasukan ke dalam perut yang kosong terkait dengan peningkatan penyerapan Pb.

Universitas Sumatera Utara

Page 9: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Jaherepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21988/4/Chapter II.pdf · urea dan asam urat (Laksmi B.V.s ., Sudhakar M, 2010). 2. 1.6 . Farmakokinetik

Setelah diserap dari saluran nafas atau saluran cerna, Pb terikat ke eritrosit dan

awalnya didistribusikan secara luas ke jaringan lunak seperti sumsum tulang, otak,

ginjal, hati, otot, dan gonad; kemudian ke permukaan tulang subperiosteal; lalu ke

matriks tulang. Pb juga menyeberangi plasenta dan merupakan bahaya potensial bagi

janin.

Kinetika klirens Pb dari tubuh mengikuti model multikompartemen, terdiri dari

sebagian besar darah dan jaringan lunak, dengan waktu paruh 1-2 bulan; dan

kerangka tubuh dengan waktu paruh tahunan hingga puluhan tahun. Lebih dari 90%

Pb yang dieliminasi dijumpai dalam urin, dan sisanya diekskresi melalui empedu,

kulit, rambut, kuku, keringat, dan air susu. Sebagian yang tidak segera diekskresi,

kira-kira setengah dari Pb yang diserap, mungkin dimasukkan kedalam kerangka

tubuh, tempat pembuangan lebih dari 90% dari beban Pb tubuh pada kebanyakan

orang dewasa (Katzung BG, 2004).

2.2.4 Metabolisme dan Toksisitas. Absorbsi melalui saluran pencernaan hanya

beberapa persen saja, tetapi jumlah logam yang masuk melalui saluran pencernaan

biasanya cukup besar, walaupun persentase absorbsinya kecil dan absorbsi Pb melalui

saluran pencernaan tergantung dengan ukuran logam berat tersebut, waktu transit

gastrointestinal, status gizi, dan usia (Khaturia, 2008). Namun demikian jumlah

plumbum yang masuk bersama makanan dan minuman masih mungkin ditolelir oleh

lambung disebabkan asam lambung (HCl) yang mempunyai kemampuan untuk

menyerap keberadaan logam Pb.

Universitas Sumatera Utara

Page 10: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Jaherepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21988/4/Chapter II.pdf · urea dan asam urat (Laksmi B.V.s ., Sudhakar M, 2010). 2. 1.6 . Farmakokinetik

Pada umumnya ekskresi Pb berjalan sangat lambat. Waktu paruh dalam

darah kurang 25 hari, pada jaringan 40 hari sedangkan pada tulang 25 tahun. Eksresi

yang lambat menyebabkan Pb mudah terakumulasi dalam tubuh, baik pada pajanan

okupasional maupun nonokupasional (Nordberg, 1998).

Toksikitas Pb sangat mempengaruhi proses metabolisme organ penting pada

makhluk hidup yaitu hati dan ginjal. Kedua organ tersebut sangat berperan dalam

proses metabolisme dan filtrasi unsur-unsur nutrisi bagi kesehatan makhluk hidup.

Banyak penelitian telah dilakukan mengenai hambatan proses metabolisme tersebut

baik dalam sudut perubahan biokimia dan histologi dari organ yang bersangkutan

terutama pada hewan laboratorium. Selain itu beberapa penelitian mengenai toksisitas

Pb pada ginjal menunjukkan terjadi kerusakan tubulus ginjal sehingga fungsinya

sebagai organ filtrasi sangat menurun. Sebagai akibatnya beberapa janis asam amino

dan elektrolit diekskresikan (Darmono, 2001). Saluran pencernaan, susunan saraf,

system hematopoitik dan ginjal merupakan alat-alat tubuh yang paling sensitif

terhadap efek toksik Pb. Logam berat Pb dapat meracuni tubuh manusia baik secara

akut maupun kronis. Senyawa Pb organik mempunyai daya racun yang lebih kuat

dibandingkan dengan senyawa Pb anorganik.

Keracunan Pb akut pada anak-anak dan dewasa dapat menderita disfungsi tubuli

proksimal dengan gejala-gejala seperti sindroma de fanconi (aminoasiduria,

glukosuria dan hiperfosfaturia) (Doloksaribu B, 2008).

Menurut Robbin (2006) Pada sel normal, Pb dapat membentuk radikal bebas,

sehingga menyebabkan rangsangan patologi yang merugikan (jejas; injury) berupa:

Universitas Sumatera Utara

Page 11: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Jaherepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21988/4/Chapter II.pdf · urea dan asam urat (Laksmi B.V.s ., Sudhakar M, 2010). 2. 1.6 . Farmakokinetik

jejas reversible atau jejas irreversible. Jejas reversible menunjukkan perubahan sel

yang dapat kembali menjadi normal jika rangsangan dihilangkan atau jika penyebab

jejasnya ringan, sedangkan jejas irreversible terjadi jika stresornya melampaui

kemampuan sel untuk beradaptasi (hingga di luar point of no return) dan

menunjukkan perubahan patologik permanen yang menyebabkan kematian sel.

Namun pada jejas reversible maupun irreversible bila terjadi, akan mempunyai ciri

yang khas, diantaranya pada jejas reversible akan terjadi pembengkakan sel

sedangkan pada jejas irreversibel (nekrosis) membran sel mengalami fragmentasi dan

perubahan nukleus meliputi piknosis, kariolisis, dan karioreksis.

2.3 Radikal Bebas dan Antioksidan

Suatu radikal bebas dapat dinyatakan sebagai species yang terdiri dari satu

atau lebih elektron yang tidak berpasangan. Radikal bebas ini dapat bereaksi dengan

berbagai cara. Salah satunya apabila dua radikal bebas bertemu maka elektron yang

tidak berpasangan tadi akan bergabung membentuk ikatan kovalen

(Halliwell B, 1991).

Radikal bebas berbahaya jika menjadi sangat reaktif dalam mendapatkan

pasangan elektronnya, sehingga dapat bereaksi dengan berbagai biomolekul penting

seperti enzim, DNA, dan juga merusak sel lain yang akhirnya dapat menimbulkan

penyakit, hal ini dapat dihambat dengan pengguanan antioksidan. Ketidak

seimbangan antara radikal bebas dengan antioksidan menimbulkan stres oksidaif.

Universitas Sumatera Utara

Page 12: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Jaherepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21988/4/Chapter II.pdf · urea dan asam urat (Laksmi B.V.s ., Sudhakar M, 2010). 2. 1.6 . Farmakokinetik

Tubuh manusia mempunyai beberapa mekanisme untuk bertahan terhadap radikal

bebas dan ROS lainnya. Pertahanan yang bervariasi saling melengkapi satu dengan

yang lain karena bekerja pada oksidan yang berbeda atau dalam bagian seluler yang

berbeda (Tuminah, 2000).

Secara umum pengertian antioksidan adalah senyawa yang mampu menangkal

atau meredam efek negatif oksidan dalam tubuh, bekerja dengan cara mendonorkan

satu elektronnya kepada senyawa yang bersifat oksidan sehingga aktifitas senyawa

oksidan tersebut dapat dihambat (Winarsih, 2007).

Antioksidan dikelompokkan menjadi dua, yaitu antioksidan enzimatis dan

antioksidan non-enzimatis.

1. Antioksidan Enzimatis

Antioksidan enzimatis merupakan antioksidan endogenus, yang termasuk di

dalamnya adalah enzim Superoksida Dismutase (SOD), katalase, Glutation

Peroksidase (GSH-PX), serta Glutation Reduktase (GSH-R) (Mates JM, 1999;

Tuminah, 2000). Sebagai antioksidan, enzim-enzim ini bekerja menghambat

pembentukan radikal bebas, dengan cara memutuskan reaksi berantai

(polimerisasi), kemudian mengubahnya menjadi produk yang lebih stabil,

sehingga antioksidan kelompok ini disebut juga chain-breaking-antioxidant

(Winarsih, 2007). Enzim katalase dan glutation peroksidase bekerja dengan

cara mengubah H2O2 menjadi H2O dan O2 sedangkan SOD bekerja dengan

Universitas Sumatera Utara

Page 13: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Jaherepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21988/4/Chapter II.pdf · urea dan asam urat (Laksmi B.V.s ., Sudhakar M, 2010). 2. 1.6 . Farmakokinetik

cara mengkatalisis reaksi dismutasi dari radikal anion superoksida

menjadi H2O2 (Langseth L, 1995; Winarsih 2007).

2. Antioksidan Non-enzimatis

Antioksidan non-enzimatis disebut juga antioksidan eksogenus, antioksidan

ini bekerja secara preventif, dimana terbentukanya senyawa oksigen reaktif

dihambat dengan cara pengkelatan metal, atau dirusak pembentukannya

(Winarsih, 2007). Antioksidan non-enzimatis bisa didapat dari komponen

nutrisi sayuran, buah dan rempah-rempah. Komponen yang bersifat

antioksidan dalam sayuran, buah dan rempah-rempah meliputi vitamin C,

vitamin E, β-karoten, flavonoid, isoflavon, flavon, antosianin, katekin dan

isokatekin (Kahkonen,et al.,1999). Senyawa-senyawa fitokimia ini membantu

melindungi sel dari kerusakan oksidatif yang disebabkan oleh radikal bebas.

2.4 Tubulus Proksimal Ginjal

2.4.1 Anatomi dan Histologi Tubulus Proksimal Ginjal. Secara anatomi

ginjal terbagi menjadi dua bagian yaitu korteks dan medulla ginjal. Di dalam

korteks terdapat berjuta-juta nefron sedangkan di dalam medulla banyak terdapat

duktuli ginjal. Nefron adalah unit fungsional terkecil dari ginjal (Underwood JCE,

2004; Alpers CE, 2007). Setiap ginjal terdiri atas 1-4 juta nefron. Setiap nefron

terdiri atas bagian yang melebar, korpuskulus renal; tubulus kontortus proksimal,

segmen tipis dan tebal ansa Henle; dan tubulus kontortus distal. Pada kutub

Universitas Sumatera Utara

Page 14: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Jaherepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21988/4/Chapter II.pdf · urea dan asam urat (Laksmi B.V.s ., Sudhakar M, 2010). 2. 1.6 . Farmakokinetik

urinarius pada korpuskulus renal, epitel gepeng dari lapisan parietal kapsul

Bowman, berhubungan langsung dengan epitel silidris dari tubulus kontortus

proksimal . Tubulus ini lebih panjang dari tubulus kontortus distal dan karenanya

tampak lebih banyak dekat korpuskulus renalis dalam labirin korteks. Tubulus ini

juga memiliki lumen lebar dan di kelilingi oleh kapiler peritubuler

(Junqueira L.C, 1995). Lapisan sel tubulus proksimal merupakan jaringan di ginjal

paling sangat sensitif untuk plumbum (Goyer RA,1973).

Darah yang membawa sisa-sisa hasil metabolisme tubuh difiltrasi di dalam

glomeruli kemudian di tubuli ginjal,beberapa zat yang masih diperlukan tubuh

mengalami reabsorbsi dan zat-zat hasil sisa metabolisme mengalami sekresi

bersama air membentuk urin sehingga ginjal merupakan organ ekskresi yang

terpenting (Guyton, 1997; Purnomo BB, 2009). Toksin atau konsentrasi zat yang

tinggi berpotensi merusak, dan dapat menyebabkan Akut Tubular Nekrosis (ATN).

Universitas Sumatera Utara

Page 15: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Jaherepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21988/4/Chapter II.pdf · urea dan asam urat (Laksmi B.V.s ., Sudhakar M, 2010). 2. 1.6 . Farmakokinetik

Gambar 4. Ginjal dan nefron (Junqueira LC, 2007)

2.4.2 Efek Pb Terhadap Tubulus Proksimal Ginjal. Pb yang masuk melalui

mulut akan terdistribusi ke jaringan, salah satunya ginjal. Di ginjal Pb terakumulasi

akan membentuk vakuolisasi sel tubulus proksimal, kemudian akan terbentuk

tonjolan (bleb) dari sitoplasma sel tubulus proksimal, sehingga tubulus sempit,

penyempitan tubulus dapat menjadi suatu tanda awal dari kerusakan ginjal akibat

substansi nefrotoksik dalam darah. Selanjunya bleb tersebut pecah sehingga mikrofili

hilang. Pecahan-pecahan bleb akan menyumbat tubulus proksimal sehingga terjadi

obstruksi tubulus proksimal, keadaan ini mengakibatkan terjadinya Akut Tubular

Universitas Sumatera Utara

Page 16: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Jaherepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21988/4/Chapter II.pdf · urea dan asam urat (Laksmi B.V.s ., Sudhakar M, 2010). 2. 1.6 . Farmakokinetik

Ekskresi

Pb asetat

Tubuh

Akumulasi Pb di ginjal

Respon Radang Akut

Vasodilatasi

Ekstravasasi Cairan

Difusi Intraselular

Vakuolisasi Sel

Tonjolan (Bleb) Sitoplasma pecah

Akut Tubuler Nekrosis (ATN)

Gagal Ginjal Akut (GGA)

Nekrosis dan berakhir dengan gagal ginjal akut (GGA) (Underwood JCE, 2004;

Jennette JC, 2007). Lihat Gambar 5.

Gambar 5. Pengaruh pemberian Pb asetat pada kerusakan tubulus proksimal ginjal

ATN adalah kesatuan klinikopatologik yang ditandai secara morfologik oleh

destruksi sel epitel tubulus dan secara klinik oleh supresi akut fungsi ginjal (Alpers

CE, 2007 ). ATN dapat dibedakan atas ATN iskemik dan ATN nefrotoksik. ATN

nefrotoksik disebabkan oleh berbagai bahan seperti logam berat (Pb, merkuri,

arsenik, emas, kromium, arsenik, bismuth, dan uranium) (Nurdjaman, 2004).

Pada ATN nefrotoksik, ginjal bengkak, berwarna merah, dan sering ditemukan

vakuolisasi sitoplasma sel epitel tubulus. Kerusakan terbanyak di tubulus proksimal,

Universitas Sumatera Utara

Page 17: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Jaherepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21988/4/Chapter II.pdf · urea dan asam urat (Laksmi B.V.s ., Sudhakar M, 2010). 2. 1.6 . Farmakokinetik

jarang di tubulus distal. Tampak adanya degenerasi tubulus proksimal yang

mengandung debris, tetapi membrana basalis utuh (Underwood JCE, 2004; Alpers

CE, 2007 ).

ATN merupakan penyebab terpenting dari gagal ginjal akut. Klinisnya adalah

oliguria yang dilanjutkan dieresis. Peningkatan ketidakkebalan terhadap infeksi

sehingga kurang lebih 25% kematian akibat ATN terjadi selama fase diuretik

(Underwood JCE, 2004).

2.5 Tween 80

Tween 80 (polisorbat 80) adalah surfaktan nonionik digunakan secara luas

sebagai aditif dalam makanan, farmasi , dan kosmetik sebagai emulsifier, dispersan,

atau stabilizer. Menurut laporan program toksikologi, 2009. Penelitian toksisitas dan

karsinogenik dilakukan dengan pemberian polisorbat 80 dalam pakan tikus dan

mencit selama 14 hari, 13 minggu, semua binatang bertahan sampai akhir penelitian.

Berat badan dan tikus mirip dengan kontrol. Tidak ditemuan kelainan klinis,

perubahan organ bobot relatif atau absolut, dan lesi mikroskopis tidak dijumpai pada

tikus atau mencit yang diberi polisorbat 80 dan tidak terbukti sebagai karsinogenik.

Menurut data keamanan material, 2008. Tween 80 tidak menyebabkan toksisitas mau

efek karsinogenik, mutagenik dan teratogenik.

Universitas Sumatera Utara