NILAI FEMINISME PADA NOVEL “AMBA” KARYA LAKSMI

23
NILAI FEMINISME PADA NOVEL “AMBA” KARYA LAKSMI PAMUNTJAK SKRIPSI Oleh: Luluk Imahnunnah 21601071089 UNIVERSITAS ISLAM MALANG FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN JURUSAN SASTRA DAN BAHASA INDONESIA FEBRUARI 2020

Transcript of NILAI FEMINISME PADA NOVEL “AMBA” KARYA LAKSMI

Page 1: NILAI FEMINISME PADA NOVEL “AMBA” KARYA LAKSMI

NILAI FEMINISME PADA NOVEL “AMBA” KARYA LAKSMI

PAMUNTJAK

SKRIPSI

Oleh:

Luluk Imahnunnah

21601071089

UNIVERSITAS ISLAM MALANG

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

JURUSAN SASTRA DAN BAHASA INDONESIA

FEBRUARI 2020

Page 2: NILAI FEMINISME PADA NOVEL “AMBA” KARYA LAKSMI

NILAI FEMINISME PADA NOVEL “ AMBA “ KARYA LAKSMI

PAMUNTJAK

SKRIPSI

Diajukan kepada

Fakultas keguruan dan ilmu pendidikan

Universitas islam malang

Untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar

Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

OLEH

LULUK IMAHNUNNAH

216.01.07.1.089

UNIVERSITAS ISLAM MALANG

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FEBRUARI 2020

Page 3: NILAI FEMINISME PADA NOVEL “AMBA” KARYA LAKSMI

ABSTRAK

Imahnunnah, Luluk. 2020. “Nilai Feminisme pada Novel “Amba” Karya Laksmi

Pamunctjak”. Skripsi, Bidang Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Islam Malang. Pembimbing I: Dr. Akhmad Tabrani, M.Pd;

Pembimbing II: Dr. Moh. Barih, M.Pd

Kata kunci: Nilai feminisme, novel “Amba”

Abstrak: Novel merupakan karya sastra yang sangat diminati oleh banyak

kalangan. Terutama para remaja dan pemuda. Melalui cerita pada novel, pembaca

dapat berimajinasi dan bahkan tidak sedikit yang mendapatkan inspirasi dari novel

yang telah dibaca. Pembaca dapat mengetahui representasi maksud yang akan

disampaikan oleh pengarang melalui alur dan setting ceritanya. Namun, terkadang

salah satu manfaat terpenting malah tertinggal. Misalnya mengetahui bahwa

dalam sebuah novel menganung nilai positif yang patut dijadikan contoh dan nilai

negatif yang harus dihindari.

Penelitian ini bertujuan untuk membahas mengenai nilai feminisme yang

terdapat pada novel karya Laksmi Pamuntjak berjudul “Amba”. Metode penelitian

ini adalah penelitian sastra kualitatif, yang di mana data dianalisis dan

dideskripsikan sesuai dengan kecocokan dari berbagai sumber. Penelitian

kualitatif mempertahankan hakikat nilai-nilai, yang di sini merupakan nilai

feminisme. Teknik yang digunakan yaitu, membaca, menganalisis,

mengelompokkan, lalu data diolah hingga menjadi sebuah hasil penelitian yang

sesuai.

Hasil penelitian ini yang pertama adalah menemukan nilai feminisme yang

terdapat pada novel “Amba”, yang kedua yaitu usaha tokoh utama dalam berjuang

mempertahankan hak wanita sebagai bentuk munculnya nilai feminisme pada

novel dan, yang terakhir adalah usaha tokoh utama yang bangkit dari

keterpukurkannya untuk memulai hidup baru yang lebih baik.

Page 4: NILAI FEMINISME PADA NOVEL “AMBA” KARYA LAKSMI

BAB I

Pendahuluan

Pada bagian pendahuluan mengemukakan (1) Konteks Penelitian, (2) Fokus

Penelitian, (3) Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian dan, (5) Penegasan Istilah.

Berikut adalah isi dari pendahuluan.

1.1 Konteks Penelitian

Sastra merupakan sebuah karya yang saat ini masih digandrugi oleh banyak

orang. Salah satunya adalah novel. Novel biasanya dibaca oleh sebagian orang hanya

untuk mengisi waktu kosong dalam kesehariannya. Namun kebanyakan khalayak

umum lebih suka novel romansa yang modern dan bahkan cenderung kekinian

sehingga melupakan sebelum adanya novel yang modern ada juga novel yang masih

mengangkat cerita-cerita klasik dengan tata cara kehidupannya, budayanya, bahkan

kisah-kisah kuno yang terdapat dalam ceritanya. Kuno disitin bukan seperti cerita

sebuah kerajaan atau sebuah legenda. Melainkan, sebuah cerita yang di dalamnya

berkisah mengenai kehidupan di masa sebelum pembaca hadir di dunia. Sehingga

pembaca tidak mengetahui seperti apa situasinya.

Ketika seseorang membaca sebuah novel romansa, yang ada dalam benaknya

adalah betapa romantisnya dan mengharukannya kisah sakit, pedih, tangis, tertawa

dan, bahagianya tokoh-tokoh yang ada dalam cerita tersebut. Namun, melupakan apa

yang sebenarnya penting dipetik dalam pesan moral cerita tersebut. Misalkan, nilai

Page 5: NILAI FEMINISME PADA NOVEL “AMBA” KARYA LAKSMI

perjuangan yang tak kenal lelah, nilai etika, nilai pendidikan dan sebagainya.

Mungkin, hanya sedikit orang yang menyadari bahwa masih ada nilai-nilai yang lebih

penting lagi selain dari yang disebutkan. Nilai feminisme misalnya. Mengapa harus

nilai feminisme? Karena kebanyakan orang memandang bahwa kedudukan wanita

dalam sebuah percintaan adalah jauh di bawah laki-laki. Bagaimana bisa? Apa karena

laki-laki akan menjadi kepala keluarga, mencari nafkah dan, memimpin segala yang

ada di dalamnya? Menurut saya tidak. Karena di Indonesia para wanita sudah

diperjuangkan kedudukannya oleh Ibu Kartini. Beliau membela kaum wanita agar

dapat mengenyam pendidikan tinggi, berkarir, dan meraih cita-citanya. Dalam

penelitian yang akan disajikan di sini adalah nilai feminisme dalam sebuah novel

romansa yang dibilang bisa sedikit kuno bagi kaum muda-mudi namun mengandung

nilai feminisme tinggi yang menurut saya menarik untuk diteliti. Novel karya Laksmi

Pamuntjak berjudul “Amba”.

Sebuah karya yang menarik, penuh dengan semangat seorang perempuan dan

sedikit sensual menurut saya penuh dengan konflik menarik dan nilai feminisme

tinggi dan patut untuk diapresiasi. Di dalamnya menunjukkan bahwa seorang wanita

juga patut berpendidikan tinggi serta meraih impian dan cita-citanya. Keluarga bukan

lagi sahabat, bahkan tidak perlu sahabat untuk meraih impiannya. Wanita juga bisa

mandiri, berjuang sendiri, berpikir sendiri, bahkan ia juga bisa mendapatkan cintanya

sendiri tanpa harus berparas cantik dan bertubuh indah. Karena sosok tokoh utama

Page 6: NILAI FEMINISME PADA NOVEL “AMBA” KARYA LAKSMI

yang begitu menarik inilah saya mengambil penelitian dengan judul “Nilai

Feminisme dalam Novel Berjudul Amba Karya Laksmi Pamuntjak”.

1.2 Fokus Penelitian

1. Bentuk-bentuk feminisme yang terdapat pada novel “Amba”

2. Usaha tokoh dalam berjuang sebagai penyebab munculnya nilai feminisme dalam

novel “Amba”

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui apa saja bentuk-bentuk feminisme yang terdapat pada novel

“Amba”

2. Untuk mendeskripsikan usaha dan perjuangan tokoh sebagai penyebab munculnya

nilai feminisme dalam novel “Amba”

1.4 Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

1) Menambah pengetahuan mengenai nilai-nilai yang dapat dipetik dalam sebuah

novel

2) Menambah pengetahuan mengenai nilai feminisme dalam kehidupan nyata

maupun dalam sebuah novel

3) Berkontribusi pada dunia sastra sebagai suatu bentuk apresiasi sebuah karya

Page 7: NILAI FEMINISME PADA NOVEL “AMBA” KARYA LAKSMI

2. Manfaat Praktis

1) Meningkatkan apresiasi terhadap karya sastra

2) Meningkatkan kepedulian terhadap jati diri seorang wanita

3) Menambah sumber pengetahuan untuk mengkritik sebuah karya bagi pembaca

1.5 Penegasan Istilah

1. Novel adalah karya sastra berbentuk prosa yang berjenis romantis, misteri, komedi,

inspiartif, dan horor.

2. Nilai merupakan sebuah sesuatu yang menjadi tolok ukur masyarakat untuk

menentukan baik dan buruk, benar dan salah, pantas atau tidak.

3. Feminisme merupakan penuntutan wanita agar disetarakan haknya dengan pria

misalkan memperoleh pendidikan tinggi dan berkarir.

4. Nilai feminisme merupakan sebuah tolok ukur bagi perempuan untuk dapat

mensetarakan derajatnya dengan pria tanpa memandang kaidah budaya yang sudah

kuno.

5. Ketidakadilan sosial adalah sebuah bentuk diskriminasi untuk sebagian orang atau

kalangan yang terikat oleh budaya, kedudukan, atau zaman.

Page 8: NILAI FEMINISME PADA NOVEL “AMBA” KARYA LAKSMI

BAB V

Penutup

Di dalam bab ini terdapat dua subab, yaitu 1) Simpulan dan, 2) Saran. Berikut

penjelasannya di bawah ini.

5.1 Simpulan

1. Adapun bentuk-bentuk feminisme dalam novel untuk menjawab fokus satu yaitu.

a. Adanya ketidakadilan bias gender, yaitu mengesampingkan perempuan dalam

keadaan, maupun strukstur sosial.

b. Kedua yaitu Pengaruh Budaya yang Mendiskriminasi sosial, dan Gerak

Perempuan. Dalam bentuk kedua ini ada 2 macam tindakan yang menyebabkan

ketidakadilan yaitu, kecantikan sebagai standar kemampuan untuk menarik

perhatian atau menarik ketertarikan seseorang. Dan kebudayaan masyarakat

Kadipura yang menganggap bahwa di atas umur 18 tahun apabila belum menikah,

maka ia dianggap sebagai perawan yang tidak laku.

c. Dan bentuk dari feminisme terakhir adalah, wanita sebagai penanggung akibat

peperangan maupun konflik antar ras/suku.

2. Penyebab munculnya nilai feminisme pada novel, untuk menjawab fokus kedua

dari penelitian ada tiga butir yaitu.

Page 9: NILAI FEMINISME PADA NOVEL “AMBA” KARYA LAKSMI

a. Pembelaan atas haknya berpendidikan dan mempertahankan pendiriannya.

b. Amba tetap tidak ingin berada di bawah tekanan seorang laki-laki.

c. Amba berusaha bangkit dari keterpurukan perginya Bhisma. Yang semuanya dapat

ditarik bahwa penyebab munculnya nilai feminisme pada novel “Amba” adalah

semua usaha Amba untuk memperjuangkan nilai feminisme dirinya sendiri sebagai

seorang wanita.

5.2 Saran

Karena penelitian yang dibahas pada novel “Amba” di sini merupakan “nilai

feminisme” dan lebih ditonjolkan pada tokoh utama. Dan, pada penilitian ini hanya

memaparkan mengenai bentuk-bentuk feminisme dan nilai feminisme yang

terkandung pada novel “Amba” saja. Maka, kekurangan dari penelitian ini adalah

membahas jenis nilai feminisme lainnya yang terdapat pada tokoh-tokoh wanita

lainnya misalnya, Mukaburung. Sangat menarik sekali meneliti dan mengkaji novel

“Amba” ini. Sebenarnya masih banyak hal menarik lagi yang dapat dijadikan bahan

penelitian pada novel “Amba”.

Sehingga peneliti menyarankan untuk penelitian selanjutnya yang akan

dilakukan pada novel “Amba” adalah, meneliti nilai feminisme pada tokoh

Mukaburung. Atau peran Bhisma dalam usaha memperjuangkan feminisme Amba.

Dengan jenis penelitian kualitatif dan metode kajian pustaka yang meneliti banyak

nilai moral lainnya misalkan, nilai budaya, nilai pendidikan dan nilai sosial lainnya.

Page 10: NILAI FEMINISME PADA NOVEL “AMBA” KARYA LAKSMI
Page 11: NILAI FEMINISME PADA NOVEL “AMBA” KARYA LAKSMI

LAMPIRAN

Sinopsis Novel “Amba”

Amba merupakan tokoh utama dalam isi cerita novel tersebut. Amba memiliki

dua saudara yang mereka adalah anak kembar bernama Ambika dan Ambalika.

Ambika merupakan perempuan yang masih tergolong remaja dan sangat

membanggakan kecantikannya untuk menarik simpati laki-laki. Sedangkan Ambalika

adalah saudara kembarnya yang jarang diceritakan dalam novel yang ceritanya dia

anak perempuan yang sakit-sakitan. Bapak Amba adalah seorang Guru yang lalu

ganti jabatan menjadi kepala sekolah hingga naik jabatan menjadi penilik sekolah.

ayah Amba sangat menyayangi Amba sebagai anak sullung dan mendukung prestasi-

prestasi Amba. Ibu Amba merupakan ibu rumah tangga yang baru ketika anak—

anaknya besar berjualan kue dititipkan di warung yang menggebu-gebu agar anak

sulungnya segera menikah tanpa berpikitnpanjang mengenai keinginan anaknya

untuk mengenyam pendidikan tinggi. Amba berbeda dengan saudara-saudaranya, jika

mereka lebih menonjojl karena kecantikannya lain dengan Amba. Amba lebih

menonjolkan kualitas dirinya, kepintarannya, dan ketangguhan sebagai seorang

wanita.

Hingga suatu saat ketangguhannya itu diuji dengan kedatangan Salwa. Sosok

laki-laki yang bernama Salwani yang Amba lebih suka memanggilnya Salwa. Salwa

memikat hati ibu Amba dan semakin membuatnya menggebu-gebu untuk

menjodohkan anaknya dengan laki-laki itu. Untungnya Salwa memahami Amba dan

Page 12: NILAI FEMINISME PADA NOVEL “AMBA” KARYA LAKSMI

menghargai keinginannya untuk mengenyam perguruan tinggi. Akhirnya Amba

masuk dalam UGM dan memilih jurusan sastra Inggris. Hingga suatu saat Amba

merasakan kejenuhan dengan hubungannya dengan Salwa. Ketika Salwa pergi ke

Surabaya dalam rangka tugas di sana. Amba ingin mencari pengalaman dan ingin

bekerja untuk mengisi kebosanannya. Hingga dia menemukan sebuah lowongan bagi

penerjemah Bahasa Inggris di suatu rumah sakit di Kediri. Di sini lah dimulainya

kisah Amba yang sebenarnya.

Di rumah sakit itu Amba bertemu dengan seorang dokter bermata hijau

keemasan, berkulit putih yang kadang dilihat juga tidak putih. Namanya adalah

dokter Rashad. Amba terpesona dengan dokter itu, dan siapa sangka sang dokter pun

juga menyukai Amba. Yang di sini Amba sendiri ragu tentang benarkah dokter itu

menyukainya karena sesungguhnya nama dokter itu adlah Bhisma, ya dokter Bishma

Rashad. Amba risau karena ia teringat dengan cerita di Mahabharata bahwa Bishma

lah yang menghancurkan Amba. Namun semua itu sirna seketika ketika Bisma

memasuki kamar Amba di paviliun rumah sakit dan tinggal disana semalam. Dalam

malam itu Bishma memulai ceritanya bersama Amba, untuk pertama kalinya Amba

merasa dicintai bahkan tak pernah ia dapat dari Salwa dan tak pernah ia harapkan

darinya. Namun tanpa diminta, Bishma memberinya pada Amba.

Namun, pada suatu malam Bishma hilang dan benar-benar tak meninggalkan

jejak. Setelah di satu malam mereka bersama menghadiri sebuah pesta yang

mengenang kawan Bishma yakni Bung Untarto. Malam itu Bishma bersama amba

menghadirinya, dan Bishma bertemu seorang wanita bernama Rinjani. Postur tubuh

Page 13: NILAI FEMINISME PADA NOVEL “AMBA” KARYA LAKSMI

dan kecantikannya jauh di atas Amba. Namun, Bishma tetap menggandeng tangan

Amba yang membuat Amba merasa tetap dicintai namun ia juga merasa was-was

akan hadirnya wanita itu. Hingga akhirnya terjadi sebuah penyerangan oleh pasukan

yang bersenjata bahkan teman Bishma yang bernama Yahya yang ditemuinya di

Yogya kala itu pun tertembak. Dari situlah Bishma berlari dan menolongnya, dalam

riuh bingung dan ketakutan orang yang sesak Amba mencari Bishma. Namun,

Bishma sudah tak dapat dijangkau mata. Karena semua sudah berlari melarikan diri

agar tidak ditangkap oleh tentara-tentara kanan yang di sini akan menangkap dan

membunuh siapa saja yang dianggapnya PKI.

Lalu Amba menanggung resikonya sendiri yang sudah berkali-kali ditanami

oleh benih dari Bishma di dalam rahimnya. Bagaimanapun Amba harus

mempertanggungjawabkannya. Amba sudah mencari Bishma di tempat-tempat ia

bekerja, bahkan sampai ke tempat temannya di mana dia pernah singgah bersama

Amba. Namun pencariannya itu nihil. Amba harus memberanikan diri

menghadapinya sendiri dan mencari jalan keluar itu sendiri. Dia benar, dia memang

Amba yang kuat, dan dia benar Bishma hanya merusak dan menghancurkan hidupnya

saat itu. Amba berpikir untuk berpindah ke Jakarta dan mutasi kuliahnya juga ke

sana. Namun, dia bertemu seorang guru kursus Bahasa Inggris bernama Adalhard.

Berbeda cerita lagi dia dengannya. Amba memang tidak secantik ibu dan dua adik

kembarnya. Namun aura dan kecerdasannya lah yang memukau lelaki-lelaki itu.

Adalhard terpesona dengan Amba dan mengetahui Amba sedang mengandung. Dia

menceritakan hidupnya pada Amba sehingga Amba tau ia sedang tidak punya istri,

Page 14: NILAI FEMINISME PADA NOVEL “AMBA” KARYA LAKSMI

anak, dan bahkan keluarga yang disebut rumah ia pun tak tau. Dari sini Adalhard

menawarkan bukan dengan maksud iba, karena ia mencintai Amba dan siap

menerima Amba dengan segala yang amba miliki. Adalhard ingin memperistri Amba

dan membantu membesarkan anaknya. Namun, Amba hanya diam dan memilih untuk

tetap ingin merawat anaknya sendiri.

Tabel Korpus Data

Fokus

Penelitian

Indikator Bukti dalam Novel Kode

1. Bentuk-

bentuk

feminisme

pada novel

a. Adanya

ketidakadilan

perlakuan

kepada kaum

wanita (bias

gender,

diskriminasi

sosial, dsb)

a) Pembatasan

identitas,

sosial, dan

gerak

perempuan

b) Perbedaan

kelas sosial.

Dalam hal ini

menempatkan

wanita harus

selalu ada

dibawah kuasa

laki-laki

a) “... mengapa kamu ndak

lari?” (lari dari Srimulat yang

telah bertemu dengan Nuniek)

tetapi Nuniek menjawab,

“kemana aku harus lari? Dan

dari apa?” ia adalah

kebanggaan orang tuanya, dan

mereka telah menjanjikan

seorang suami yang sebaik-

baiknya untuk dirinya, seorang

lelaki yang akan menuntun dan

mendampinginnya dalam

keajaiban dan keluhuran

perkawinan. Siapa tahu,

barangkali mereka ankan

menemukan dirinya dengan

seorang seperti Mas Teguh,

suami Srimulat yang begitu

teguh, begitu mengayomi, yang

berbicara langsung ke hatinya,

F1/B4/4.2/

BBF/H...

Page 15: NILAI FEMINISME PADA NOVEL “AMBA” KARYA LAKSMI

c) Pembatasan

derajat dan

kedudukan

politik.

tapi juga akan membiarkannya

sebagaimana Mas Teguh

terhadap Srimulat, terus

menyanyi dan menjadi dirinya.

Bukankah setelah ia menikah ia

akan berubah status menjadi

seorang perempuan dewasa

yang terhormat, tak lagi harus

minta izin siapapun kecuali

suaminya”.

b) “tahu nggak?” katanya

mencoba santai, “aku bilang

pada diriku sendiri, seandainya

kendaraan itu benar-benar

berhenti (mobil polisi pemburu

eks tapol) aku akan meminta Bu

Amba bergabung ke kamarku

supaya aku bisa mengaku

bahwa kami suami-istri.”

Sesaat Samuel merasa

kepalanya goyang. “Ya, masuk

akal. Begitu jauh lebih aman.

Ibu-“ ia menelan ludah, “-dia

memang sendirian? Belum....

menikah?”

“Masya Allah, Samuel,” lagi-

lagi laki-laki itu memotong,

dengan gaya sedikit tetrikal.

Tiba-tiba Samuel ingin sekali

menonjoknya. “masak sampai

sekarang kau ini masih belum

bisa menebak bahwa saya ini

Page 16: NILAI FEMINISME PADA NOVEL “AMBA” KARYA LAKSMI

kesini untuk mendampinginya?

Saya bisa saja mengaku dari

permulaan bahwa saya adalah

suaminya, atau saudaranya.

Atau abang kandungnya,

bahkan. Tapi ia baru saja

menemui dan meminta

pertolongan saya seminggu lalu,

dan itulah kenyataannya. Satu-

satunya yang bisa saya katakan

saat ini hanyalah bahwa ia

seorang wanita terhormat.

Seorang wanita terhormat yang

mencari sejumlah jawaban

tentang masa lalunya. Dan saya

ingin menjaga kehormatannya

selama ini bersama saya”.

c) Kutipan pertama:

“...setiap kali keluar dengan ibu

atau si kembar di sampingnya,

Amba sering merasa compang-

camping, seperti kantong

belanja yang lusuh. Ia tak suka

perasaan itu, tapi ia tak bisa

menepisnya.orang menyapanya

dengan ramah, kadang

hangat,tapi mereka merayakan

ibu dan adik-adiknya. Mereka

mengomentari rambutnya yang

legam, atau tingginya yang di

atas rata-rata, tapi begitu

mereka menatap ibu dan adik-

Page 17: NILAI FEMINISME PADA NOVEL “AMBA” KARYA LAKSMI

adiknya, bahasa mereka segera

berubah. “Duh, Gusti ayune””.

Kutipan Kedua:

“...mereka menunggu

setahun lamanya, setelah Amba

menyelesaikan ujian akhir SMA-

nya. Itu berarti ia baru saja

ulang tahun ke delapan belas.

Delapan belas dan belum

menikah. Di Kadipura itu

berarti perawan yang tidak

laku.”

b. Adanya

kekerasan

budaya, fisik,

atau

kedudukan

a) Kekerasan

seksual

(biasanya

KDRT, atau

pelecehan

seksual)

b) Wanita

dianggap

sebagai

pemikul,

penerima

akibat dari

“... Amba berdiri saja di sana,

pandangannya nanar. Tak satu

pun wajah yang terdampar

bersamanya ia kenali, kecuali

wajah bulan yang tersemat di

langit di atas mereka: bisu,

brutal, neon.

Ia ingin muntah, bau

darah dan asap senapan

membuatnya semakin mual.

Pada saat itu Amba

baru sadar ia telah terpisah dari

Bhisma.”

“Pada hari-hari yang

menyusul setelah Bhisma hilang,

Page 18: NILAI FEMINISME PADA NOVEL “AMBA” KARYA LAKSMI

adanya

perbedaan ras,

suku, maupun

adanya

peperangan.

tiap senti tiap detik yang

ditempuh Amba adalah ribuan

lorong yang vakum.”

2.

Penyebab

munculnya

nilai

feminisme

pada novel

a. Adanya

penyebab

awal yang

membuat

perlawanan

Amba untuk

memperjuang

kan hak

dirinya

sendiri

a) Wanita

ditempatkan

nomor dua

setelah laki-

laki.

b)

Diskriminasi

psikis maupun

sosial

c) Keterkaitan

budaya yang

kuno sehingga

membatasi

gerak wanita

“...setiap kali keluar dengan ibu

atau si kembar di sampingnya,

Amba sering merasa compang-

camping, seperti kantong

belanja yang lusuh. Ia tak suka

perasaan itu, tapi ia tak bisa

menepisnya.orang menyapanya

dengan ramah, kadang

hangat,tapi mereka merayakan

ibu dan adik-adiknya. Mereka

mengomentari rambutnya yang

legam, atau tingginya yang di

atas rata-rata, tapi begitu

mereka menatap ibu dan adik-

adiknya, bahasa mereka segera

berubah. “Duh, Gusti ayune””.

F2/B2/2.6/

PNF/H...

Page 19: NILAI FEMINISME PADA NOVEL “AMBA” KARYA LAKSMI

“...mereka menunggu

setahun lamanya, setelah Amba

menyelesaikan ujian akhir SMA-

nya. Itu berarti ia baru saja

ulang tahun ke delapan belas.

Delapan belas dan belum

menikah. Di Kadipura itu

berarti perawan yang tidak

laku.”

F2/B2/2.6/

PNF/H...

F2/B2/2.6/

PNF/H...

b. Langkah

Amba untuk

memperjuang

kan

kehidupan

yang

diinginkanny

a

a) Pembelaan

untuk

memperoleh

hak

berpendidikan

b) Berusaha

menguatkan

dirinya agar

tidak berada di

Pembelaan atas haknya

berpendidikan dan

mempertahankan

pendiriannya.

“...Amba sendiri kukuh

dengan pendiriannya. Ia tak

hanya ingin lulus, ia ingin lulus

dengan luar biasa. Baginya tak

ada pilihan lain, ia harus masuk

universitas.”

F2/B4/4.2/

PNF/H...

Page 20: NILAI FEMINISME PADA NOVEL “AMBA” KARYA LAKSMI

bawah tekanan

laki-laki

1. Amba tetap tidak ingin

berada di bawah tekanan

seorang laki-laki

“...ia mencintai dan

membencinya hingga ia

merasakan pedih pada

tulangnya, pada lambungnya,

pada kepalanya, dan rasa pedih

itu begitu jahat dan menguasai.

Aku harus berhenti

begini, pikirnya. Aku tak boleh

menangisi laki-laki seperti

seorang istri. Atau mencari-cari

seperti perempuan putus asa.

Kesabaran selamanya akan

lebih kuat dari pada menunggu.

Aku harus mengambil alih jam-

jamku, hari-hariku.”

2. Amba berusaha bangkit

dari keterpurukan perginya

Bhisma

“kini Amba tahu

mengapa ia tak boleh menunda

kehidupannya sendiri, untuk

mencari kehidupan lainyang

telah raib dari genggamannya.”

F2/B4/4.2/

PNF/H...

Page 21: NILAI FEMINISME PADA NOVEL “AMBA” KARYA LAKSMI
Page 22: NILAI FEMINISME PADA NOVEL “AMBA” KARYA LAKSMI

DAFTAR RUJUKAN

Anggito, Albi dan Jphan Setiawan. 2018. Metodologi Penelitian Kualitatif.

Sukabumi: CV.Jejak

Darmodiharjo, Darji dan Shidarta. 2006. Pokok-pokok Filsafat Hukum (Apa dan

Bagaimana Filsafat Hukum Indonesia). Jakarta:PT.Gramedia Pustaka Utama

Hay, Colin et all (eds). 2006. The State: Theories and Issues. Palgrave.

Hendy, Zaidan. 1993. Kasusastraan Indonesia Warisan yang Perlu Diwariskan 2.

Bandung: Angkasa.

Kosasih. 2012. Dasar-Dasar Keterampilan Bersastra. Bandung: Yrama Widya.

Murniati, A.Nunuk. P. 2004. Getar Gender. Magelang: IndonesiaTERA

Nurgiyantoro, Burhan. 2010. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada

University Press.

Rokhmansyah, Alfian. 2014. Studi dan Pengkajian Sastra: Perkenalan Awal terhadap

Ilmu Sastra. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Rosemarie Tong. 1997. Feminist Thought: A Comprehensive Introduction. USA:

Westview Press

Sudjiman, Panuti. 1984. Kamus Istilah Sastra. Jakarta: Gramedia.

Page 23: NILAI FEMINISME PADA NOVEL “AMBA” KARYA LAKSMI

Suroto. 1989. Teori dan Bimbingan Apresiasi Sastra Indonesia untuk SMTA. Jakarta:

Erlangga.

Tarigan, Henry Guntur. 1991. Prinsip-Prinsip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa

Bandung.

Wellek, Rene dan Warren, Austin. 2014. Teori Kesusastraan. Jakarta: Gramedia.