NILAI FEMINISME PADA NOVEL “AMBA” KARYA LAKSMI
Transcript of NILAI FEMINISME PADA NOVEL “AMBA” KARYA LAKSMI
NILAI FEMINISME PADA NOVEL “AMBA” KARYA LAKSMI
PAMUNTJAK
SKRIPSI
Oleh:
Luluk Imahnunnah
21601071089
UNIVERSITAS ISLAM MALANG
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN SASTRA DAN BAHASA INDONESIA
FEBRUARI 2020
NILAI FEMINISME PADA NOVEL “ AMBA “ KARYA LAKSMI
PAMUNTJAK
SKRIPSI
Diajukan kepada
Fakultas keguruan dan ilmu pendidikan
Universitas islam malang
Untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
OLEH
LULUK IMAHNUNNAH
216.01.07.1.089
UNIVERSITAS ISLAM MALANG
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FEBRUARI 2020
ABSTRAK
Imahnunnah, Luluk. 2020. “Nilai Feminisme pada Novel “Amba” Karya Laksmi
Pamunctjak”. Skripsi, Bidang Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Islam Malang. Pembimbing I: Dr. Akhmad Tabrani, M.Pd;
Pembimbing II: Dr. Moh. Barih, M.Pd
Kata kunci: Nilai feminisme, novel “Amba”
Abstrak: Novel merupakan karya sastra yang sangat diminati oleh banyak
kalangan. Terutama para remaja dan pemuda. Melalui cerita pada novel, pembaca
dapat berimajinasi dan bahkan tidak sedikit yang mendapatkan inspirasi dari novel
yang telah dibaca. Pembaca dapat mengetahui representasi maksud yang akan
disampaikan oleh pengarang melalui alur dan setting ceritanya. Namun, terkadang
salah satu manfaat terpenting malah tertinggal. Misalnya mengetahui bahwa
dalam sebuah novel menganung nilai positif yang patut dijadikan contoh dan nilai
negatif yang harus dihindari.
Penelitian ini bertujuan untuk membahas mengenai nilai feminisme yang
terdapat pada novel karya Laksmi Pamuntjak berjudul “Amba”. Metode penelitian
ini adalah penelitian sastra kualitatif, yang di mana data dianalisis dan
dideskripsikan sesuai dengan kecocokan dari berbagai sumber. Penelitian
kualitatif mempertahankan hakikat nilai-nilai, yang di sini merupakan nilai
feminisme. Teknik yang digunakan yaitu, membaca, menganalisis,
mengelompokkan, lalu data diolah hingga menjadi sebuah hasil penelitian yang
sesuai.
Hasil penelitian ini yang pertama adalah menemukan nilai feminisme yang
terdapat pada novel “Amba”, yang kedua yaitu usaha tokoh utama dalam berjuang
mempertahankan hak wanita sebagai bentuk munculnya nilai feminisme pada
novel dan, yang terakhir adalah usaha tokoh utama yang bangkit dari
keterpukurkannya untuk memulai hidup baru yang lebih baik.
BAB I
Pendahuluan
Pada bagian pendahuluan mengemukakan (1) Konteks Penelitian, (2) Fokus
Penelitian, (3) Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian dan, (5) Penegasan Istilah.
Berikut adalah isi dari pendahuluan.
1.1 Konteks Penelitian
Sastra merupakan sebuah karya yang saat ini masih digandrugi oleh banyak
orang. Salah satunya adalah novel. Novel biasanya dibaca oleh sebagian orang hanya
untuk mengisi waktu kosong dalam kesehariannya. Namun kebanyakan khalayak
umum lebih suka novel romansa yang modern dan bahkan cenderung kekinian
sehingga melupakan sebelum adanya novel yang modern ada juga novel yang masih
mengangkat cerita-cerita klasik dengan tata cara kehidupannya, budayanya, bahkan
kisah-kisah kuno yang terdapat dalam ceritanya. Kuno disitin bukan seperti cerita
sebuah kerajaan atau sebuah legenda. Melainkan, sebuah cerita yang di dalamnya
berkisah mengenai kehidupan di masa sebelum pembaca hadir di dunia. Sehingga
pembaca tidak mengetahui seperti apa situasinya.
Ketika seseorang membaca sebuah novel romansa, yang ada dalam benaknya
adalah betapa romantisnya dan mengharukannya kisah sakit, pedih, tangis, tertawa
dan, bahagianya tokoh-tokoh yang ada dalam cerita tersebut. Namun, melupakan apa
yang sebenarnya penting dipetik dalam pesan moral cerita tersebut. Misalkan, nilai
perjuangan yang tak kenal lelah, nilai etika, nilai pendidikan dan sebagainya.
Mungkin, hanya sedikit orang yang menyadari bahwa masih ada nilai-nilai yang lebih
penting lagi selain dari yang disebutkan. Nilai feminisme misalnya. Mengapa harus
nilai feminisme? Karena kebanyakan orang memandang bahwa kedudukan wanita
dalam sebuah percintaan adalah jauh di bawah laki-laki. Bagaimana bisa? Apa karena
laki-laki akan menjadi kepala keluarga, mencari nafkah dan, memimpin segala yang
ada di dalamnya? Menurut saya tidak. Karena di Indonesia para wanita sudah
diperjuangkan kedudukannya oleh Ibu Kartini. Beliau membela kaum wanita agar
dapat mengenyam pendidikan tinggi, berkarir, dan meraih cita-citanya. Dalam
penelitian yang akan disajikan di sini adalah nilai feminisme dalam sebuah novel
romansa yang dibilang bisa sedikit kuno bagi kaum muda-mudi namun mengandung
nilai feminisme tinggi yang menurut saya menarik untuk diteliti. Novel karya Laksmi
Pamuntjak berjudul “Amba”.
Sebuah karya yang menarik, penuh dengan semangat seorang perempuan dan
sedikit sensual menurut saya penuh dengan konflik menarik dan nilai feminisme
tinggi dan patut untuk diapresiasi. Di dalamnya menunjukkan bahwa seorang wanita
juga patut berpendidikan tinggi serta meraih impian dan cita-citanya. Keluarga bukan
lagi sahabat, bahkan tidak perlu sahabat untuk meraih impiannya. Wanita juga bisa
mandiri, berjuang sendiri, berpikir sendiri, bahkan ia juga bisa mendapatkan cintanya
sendiri tanpa harus berparas cantik dan bertubuh indah. Karena sosok tokoh utama
yang begitu menarik inilah saya mengambil penelitian dengan judul “Nilai
Feminisme dalam Novel Berjudul Amba Karya Laksmi Pamuntjak”.
1.2 Fokus Penelitian
1. Bentuk-bentuk feminisme yang terdapat pada novel “Amba”
2. Usaha tokoh dalam berjuang sebagai penyebab munculnya nilai feminisme dalam
novel “Amba”
1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui apa saja bentuk-bentuk feminisme yang terdapat pada novel
“Amba”
2. Untuk mendeskripsikan usaha dan perjuangan tokoh sebagai penyebab munculnya
nilai feminisme dalam novel “Amba”
1.4 Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
1) Menambah pengetahuan mengenai nilai-nilai yang dapat dipetik dalam sebuah
novel
2) Menambah pengetahuan mengenai nilai feminisme dalam kehidupan nyata
maupun dalam sebuah novel
3) Berkontribusi pada dunia sastra sebagai suatu bentuk apresiasi sebuah karya
2. Manfaat Praktis
1) Meningkatkan apresiasi terhadap karya sastra
2) Meningkatkan kepedulian terhadap jati diri seorang wanita
3) Menambah sumber pengetahuan untuk mengkritik sebuah karya bagi pembaca
1.5 Penegasan Istilah
1. Novel adalah karya sastra berbentuk prosa yang berjenis romantis, misteri, komedi,
inspiartif, dan horor.
2. Nilai merupakan sebuah sesuatu yang menjadi tolok ukur masyarakat untuk
menentukan baik dan buruk, benar dan salah, pantas atau tidak.
3. Feminisme merupakan penuntutan wanita agar disetarakan haknya dengan pria
misalkan memperoleh pendidikan tinggi dan berkarir.
4. Nilai feminisme merupakan sebuah tolok ukur bagi perempuan untuk dapat
mensetarakan derajatnya dengan pria tanpa memandang kaidah budaya yang sudah
kuno.
5. Ketidakadilan sosial adalah sebuah bentuk diskriminasi untuk sebagian orang atau
kalangan yang terikat oleh budaya, kedudukan, atau zaman.
BAB V
Penutup
Di dalam bab ini terdapat dua subab, yaitu 1) Simpulan dan, 2) Saran. Berikut
penjelasannya di bawah ini.
5.1 Simpulan
1. Adapun bentuk-bentuk feminisme dalam novel untuk menjawab fokus satu yaitu.
a. Adanya ketidakadilan bias gender, yaitu mengesampingkan perempuan dalam
keadaan, maupun strukstur sosial.
b. Kedua yaitu Pengaruh Budaya yang Mendiskriminasi sosial, dan Gerak
Perempuan. Dalam bentuk kedua ini ada 2 macam tindakan yang menyebabkan
ketidakadilan yaitu, kecantikan sebagai standar kemampuan untuk menarik
perhatian atau menarik ketertarikan seseorang. Dan kebudayaan masyarakat
Kadipura yang menganggap bahwa di atas umur 18 tahun apabila belum menikah,
maka ia dianggap sebagai perawan yang tidak laku.
c. Dan bentuk dari feminisme terakhir adalah, wanita sebagai penanggung akibat
peperangan maupun konflik antar ras/suku.
2. Penyebab munculnya nilai feminisme pada novel, untuk menjawab fokus kedua
dari penelitian ada tiga butir yaitu.
a. Pembelaan atas haknya berpendidikan dan mempertahankan pendiriannya.
b. Amba tetap tidak ingin berada di bawah tekanan seorang laki-laki.
c. Amba berusaha bangkit dari keterpurukan perginya Bhisma. Yang semuanya dapat
ditarik bahwa penyebab munculnya nilai feminisme pada novel “Amba” adalah
semua usaha Amba untuk memperjuangkan nilai feminisme dirinya sendiri sebagai
seorang wanita.
5.2 Saran
Karena penelitian yang dibahas pada novel “Amba” di sini merupakan “nilai
feminisme” dan lebih ditonjolkan pada tokoh utama. Dan, pada penilitian ini hanya
memaparkan mengenai bentuk-bentuk feminisme dan nilai feminisme yang
terkandung pada novel “Amba” saja. Maka, kekurangan dari penelitian ini adalah
membahas jenis nilai feminisme lainnya yang terdapat pada tokoh-tokoh wanita
lainnya misalnya, Mukaburung. Sangat menarik sekali meneliti dan mengkaji novel
“Amba” ini. Sebenarnya masih banyak hal menarik lagi yang dapat dijadikan bahan
penelitian pada novel “Amba”.
Sehingga peneliti menyarankan untuk penelitian selanjutnya yang akan
dilakukan pada novel “Amba” adalah, meneliti nilai feminisme pada tokoh
Mukaburung. Atau peran Bhisma dalam usaha memperjuangkan feminisme Amba.
Dengan jenis penelitian kualitatif dan metode kajian pustaka yang meneliti banyak
nilai moral lainnya misalkan, nilai budaya, nilai pendidikan dan nilai sosial lainnya.
LAMPIRAN
Sinopsis Novel “Amba”
Amba merupakan tokoh utama dalam isi cerita novel tersebut. Amba memiliki
dua saudara yang mereka adalah anak kembar bernama Ambika dan Ambalika.
Ambika merupakan perempuan yang masih tergolong remaja dan sangat
membanggakan kecantikannya untuk menarik simpati laki-laki. Sedangkan Ambalika
adalah saudara kembarnya yang jarang diceritakan dalam novel yang ceritanya dia
anak perempuan yang sakit-sakitan. Bapak Amba adalah seorang Guru yang lalu
ganti jabatan menjadi kepala sekolah hingga naik jabatan menjadi penilik sekolah.
ayah Amba sangat menyayangi Amba sebagai anak sullung dan mendukung prestasi-
prestasi Amba. Ibu Amba merupakan ibu rumah tangga yang baru ketika anak—
anaknya besar berjualan kue dititipkan di warung yang menggebu-gebu agar anak
sulungnya segera menikah tanpa berpikitnpanjang mengenai keinginan anaknya
untuk mengenyam pendidikan tinggi. Amba berbeda dengan saudara-saudaranya, jika
mereka lebih menonjojl karena kecantikannya lain dengan Amba. Amba lebih
menonjolkan kualitas dirinya, kepintarannya, dan ketangguhan sebagai seorang
wanita.
Hingga suatu saat ketangguhannya itu diuji dengan kedatangan Salwa. Sosok
laki-laki yang bernama Salwani yang Amba lebih suka memanggilnya Salwa. Salwa
memikat hati ibu Amba dan semakin membuatnya menggebu-gebu untuk
menjodohkan anaknya dengan laki-laki itu. Untungnya Salwa memahami Amba dan
menghargai keinginannya untuk mengenyam perguruan tinggi. Akhirnya Amba
masuk dalam UGM dan memilih jurusan sastra Inggris. Hingga suatu saat Amba
merasakan kejenuhan dengan hubungannya dengan Salwa. Ketika Salwa pergi ke
Surabaya dalam rangka tugas di sana. Amba ingin mencari pengalaman dan ingin
bekerja untuk mengisi kebosanannya. Hingga dia menemukan sebuah lowongan bagi
penerjemah Bahasa Inggris di suatu rumah sakit di Kediri. Di sini lah dimulainya
kisah Amba yang sebenarnya.
Di rumah sakit itu Amba bertemu dengan seorang dokter bermata hijau
keemasan, berkulit putih yang kadang dilihat juga tidak putih. Namanya adalah
dokter Rashad. Amba terpesona dengan dokter itu, dan siapa sangka sang dokter pun
juga menyukai Amba. Yang di sini Amba sendiri ragu tentang benarkah dokter itu
menyukainya karena sesungguhnya nama dokter itu adlah Bhisma, ya dokter Bishma
Rashad. Amba risau karena ia teringat dengan cerita di Mahabharata bahwa Bishma
lah yang menghancurkan Amba. Namun semua itu sirna seketika ketika Bisma
memasuki kamar Amba di paviliun rumah sakit dan tinggal disana semalam. Dalam
malam itu Bishma memulai ceritanya bersama Amba, untuk pertama kalinya Amba
merasa dicintai bahkan tak pernah ia dapat dari Salwa dan tak pernah ia harapkan
darinya. Namun tanpa diminta, Bishma memberinya pada Amba.
Namun, pada suatu malam Bishma hilang dan benar-benar tak meninggalkan
jejak. Setelah di satu malam mereka bersama menghadiri sebuah pesta yang
mengenang kawan Bishma yakni Bung Untarto. Malam itu Bishma bersama amba
menghadirinya, dan Bishma bertemu seorang wanita bernama Rinjani. Postur tubuh
dan kecantikannya jauh di atas Amba. Namun, Bishma tetap menggandeng tangan
Amba yang membuat Amba merasa tetap dicintai namun ia juga merasa was-was
akan hadirnya wanita itu. Hingga akhirnya terjadi sebuah penyerangan oleh pasukan
yang bersenjata bahkan teman Bishma yang bernama Yahya yang ditemuinya di
Yogya kala itu pun tertembak. Dari situlah Bishma berlari dan menolongnya, dalam
riuh bingung dan ketakutan orang yang sesak Amba mencari Bishma. Namun,
Bishma sudah tak dapat dijangkau mata. Karena semua sudah berlari melarikan diri
agar tidak ditangkap oleh tentara-tentara kanan yang di sini akan menangkap dan
membunuh siapa saja yang dianggapnya PKI.
Lalu Amba menanggung resikonya sendiri yang sudah berkali-kali ditanami
oleh benih dari Bishma di dalam rahimnya. Bagaimanapun Amba harus
mempertanggungjawabkannya. Amba sudah mencari Bishma di tempat-tempat ia
bekerja, bahkan sampai ke tempat temannya di mana dia pernah singgah bersama
Amba. Namun pencariannya itu nihil. Amba harus memberanikan diri
menghadapinya sendiri dan mencari jalan keluar itu sendiri. Dia benar, dia memang
Amba yang kuat, dan dia benar Bishma hanya merusak dan menghancurkan hidupnya
saat itu. Amba berpikir untuk berpindah ke Jakarta dan mutasi kuliahnya juga ke
sana. Namun, dia bertemu seorang guru kursus Bahasa Inggris bernama Adalhard.
Berbeda cerita lagi dia dengannya. Amba memang tidak secantik ibu dan dua adik
kembarnya. Namun aura dan kecerdasannya lah yang memukau lelaki-lelaki itu.
Adalhard terpesona dengan Amba dan mengetahui Amba sedang mengandung. Dia
menceritakan hidupnya pada Amba sehingga Amba tau ia sedang tidak punya istri,
anak, dan bahkan keluarga yang disebut rumah ia pun tak tau. Dari sini Adalhard
menawarkan bukan dengan maksud iba, karena ia mencintai Amba dan siap
menerima Amba dengan segala yang amba miliki. Adalhard ingin memperistri Amba
dan membantu membesarkan anaknya. Namun, Amba hanya diam dan memilih untuk
tetap ingin merawat anaknya sendiri.
Tabel Korpus Data
Fokus
Penelitian
Indikator Bukti dalam Novel Kode
1. Bentuk-
bentuk
feminisme
pada novel
a. Adanya
ketidakadilan
perlakuan
kepada kaum
wanita (bias
gender,
diskriminasi
sosial, dsb)
a) Pembatasan
identitas,
sosial, dan
gerak
perempuan
b) Perbedaan
kelas sosial.
Dalam hal ini
menempatkan
wanita harus
selalu ada
dibawah kuasa
laki-laki
a) “... mengapa kamu ndak
lari?” (lari dari Srimulat yang
telah bertemu dengan Nuniek)
tetapi Nuniek menjawab,
“kemana aku harus lari? Dan
dari apa?” ia adalah
kebanggaan orang tuanya, dan
mereka telah menjanjikan
seorang suami yang sebaik-
baiknya untuk dirinya, seorang
lelaki yang akan menuntun dan
mendampinginnya dalam
keajaiban dan keluhuran
perkawinan. Siapa tahu,
barangkali mereka ankan
menemukan dirinya dengan
seorang seperti Mas Teguh,
suami Srimulat yang begitu
teguh, begitu mengayomi, yang
berbicara langsung ke hatinya,
F1/B4/4.2/
BBF/H...
c) Pembatasan
derajat dan
kedudukan
politik.
tapi juga akan membiarkannya
sebagaimana Mas Teguh
terhadap Srimulat, terus
menyanyi dan menjadi dirinya.
Bukankah setelah ia menikah ia
akan berubah status menjadi
seorang perempuan dewasa
yang terhormat, tak lagi harus
minta izin siapapun kecuali
suaminya”.
b) “tahu nggak?” katanya
mencoba santai, “aku bilang
pada diriku sendiri, seandainya
kendaraan itu benar-benar
berhenti (mobil polisi pemburu
eks tapol) aku akan meminta Bu
Amba bergabung ke kamarku
supaya aku bisa mengaku
bahwa kami suami-istri.”
Sesaat Samuel merasa
kepalanya goyang. “Ya, masuk
akal. Begitu jauh lebih aman.
Ibu-“ ia menelan ludah, “-dia
memang sendirian? Belum....
menikah?”
“Masya Allah, Samuel,” lagi-
lagi laki-laki itu memotong,
dengan gaya sedikit tetrikal.
Tiba-tiba Samuel ingin sekali
menonjoknya. “masak sampai
sekarang kau ini masih belum
bisa menebak bahwa saya ini
kesini untuk mendampinginya?
Saya bisa saja mengaku dari
permulaan bahwa saya adalah
suaminya, atau saudaranya.
Atau abang kandungnya,
bahkan. Tapi ia baru saja
menemui dan meminta
pertolongan saya seminggu lalu,
dan itulah kenyataannya. Satu-
satunya yang bisa saya katakan
saat ini hanyalah bahwa ia
seorang wanita terhormat.
Seorang wanita terhormat yang
mencari sejumlah jawaban
tentang masa lalunya. Dan saya
ingin menjaga kehormatannya
selama ini bersama saya”.
c) Kutipan pertama:
“...setiap kali keluar dengan ibu
atau si kembar di sampingnya,
Amba sering merasa compang-
camping, seperti kantong
belanja yang lusuh. Ia tak suka
perasaan itu, tapi ia tak bisa
menepisnya.orang menyapanya
dengan ramah, kadang
hangat,tapi mereka merayakan
ibu dan adik-adiknya. Mereka
mengomentari rambutnya yang
legam, atau tingginya yang di
atas rata-rata, tapi begitu
mereka menatap ibu dan adik-
adiknya, bahasa mereka segera
berubah. “Duh, Gusti ayune””.
Kutipan Kedua:
“...mereka menunggu
setahun lamanya, setelah Amba
menyelesaikan ujian akhir SMA-
nya. Itu berarti ia baru saja
ulang tahun ke delapan belas.
Delapan belas dan belum
menikah. Di Kadipura itu
berarti perawan yang tidak
laku.”
b. Adanya
kekerasan
budaya, fisik,
atau
kedudukan
a) Kekerasan
seksual
(biasanya
KDRT, atau
pelecehan
seksual)
b) Wanita
dianggap
sebagai
pemikul,
penerima
akibat dari
“... Amba berdiri saja di sana,
pandangannya nanar. Tak satu
pun wajah yang terdampar
bersamanya ia kenali, kecuali
wajah bulan yang tersemat di
langit di atas mereka: bisu,
brutal, neon.
Ia ingin muntah, bau
darah dan asap senapan
membuatnya semakin mual.
Pada saat itu Amba
baru sadar ia telah terpisah dari
Bhisma.”
“Pada hari-hari yang
menyusul setelah Bhisma hilang,
adanya
perbedaan ras,
suku, maupun
adanya
peperangan.
tiap senti tiap detik yang
ditempuh Amba adalah ribuan
lorong yang vakum.”
2.
Penyebab
munculnya
nilai
feminisme
pada novel
a. Adanya
penyebab
awal yang
membuat
perlawanan
Amba untuk
memperjuang
kan hak
dirinya
sendiri
a) Wanita
ditempatkan
nomor dua
setelah laki-
laki.
b)
Diskriminasi
psikis maupun
sosial
c) Keterkaitan
budaya yang
kuno sehingga
membatasi
gerak wanita
“...setiap kali keluar dengan ibu
atau si kembar di sampingnya,
Amba sering merasa compang-
camping, seperti kantong
belanja yang lusuh. Ia tak suka
perasaan itu, tapi ia tak bisa
menepisnya.orang menyapanya
dengan ramah, kadang
hangat,tapi mereka merayakan
ibu dan adik-adiknya. Mereka
mengomentari rambutnya yang
legam, atau tingginya yang di
atas rata-rata, tapi begitu
mereka menatap ibu dan adik-
adiknya, bahasa mereka segera
berubah. “Duh, Gusti ayune””.
F2/B2/2.6/
PNF/H...
“...mereka menunggu
setahun lamanya, setelah Amba
menyelesaikan ujian akhir SMA-
nya. Itu berarti ia baru saja
ulang tahun ke delapan belas.
Delapan belas dan belum
menikah. Di Kadipura itu
berarti perawan yang tidak
laku.”
F2/B2/2.6/
PNF/H...
F2/B2/2.6/
PNF/H...
b. Langkah
Amba untuk
memperjuang
kan
kehidupan
yang
diinginkanny
a
a) Pembelaan
untuk
memperoleh
hak
berpendidikan
b) Berusaha
menguatkan
dirinya agar
tidak berada di
Pembelaan atas haknya
berpendidikan dan
mempertahankan
pendiriannya.
“...Amba sendiri kukuh
dengan pendiriannya. Ia tak
hanya ingin lulus, ia ingin lulus
dengan luar biasa. Baginya tak
ada pilihan lain, ia harus masuk
universitas.”
F2/B4/4.2/
PNF/H...
bawah tekanan
laki-laki
1. Amba tetap tidak ingin
berada di bawah tekanan
seorang laki-laki
“...ia mencintai dan
membencinya hingga ia
merasakan pedih pada
tulangnya, pada lambungnya,
pada kepalanya, dan rasa pedih
itu begitu jahat dan menguasai.
Aku harus berhenti
begini, pikirnya. Aku tak boleh
menangisi laki-laki seperti
seorang istri. Atau mencari-cari
seperti perempuan putus asa.
Kesabaran selamanya akan
lebih kuat dari pada menunggu.
Aku harus mengambil alih jam-
jamku, hari-hariku.”
2. Amba berusaha bangkit
dari keterpurukan perginya
Bhisma
“kini Amba tahu
mengapa ia tak boleh menunda
kehidupannya sendiri, untuk
mencari kehidupan lainyang
telah raib dari genggamannya.”
F2/B4/4.2/
PNF/H...
DAFTAR RUJUKAN
Anggito, Albi dan Jphan Setiawan. 2018. Metodologi Penelitian Kualitatif.
Sukabumi: CV.Jejak
Darmodiharjo, Darji dan Shidarta. 2006. Pokok-pokok Filsafat Hukum (Apa dan
Bagaimana Filsafat Hukum Indonesia). Jakarta:PT.Gramedia Pustaka Utama
Hay, Colin et all (eds). 2006. The State: Theories and Issues. Palgrave.
Hendy, Zaidan. 1993. Kasusastraan Indonesia Warisan yang Perlu Diwariskan 2.
Bandung: Angkasa.
Kosasih. 2012. Dasar-Dasar Keterampilan Bersastra. Bandung: Yrama Widya.
Murniati, A.Nunuk. P. 2004. Getar Gender. Magelang: IndonesiaTERA
Nurgiyantoro, Burhan. 2010. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press.
Rokhmansyah, Alfian. 2014. Studi dan Pengkajian Sastra: Perkenalan Awal terhadap
Ilmu Sastra. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Rosemarie Tong. 1997. Feminist Thought: A Comprehensive Introduction. USA:
Westview Press
Sudjiman, Panuti. 1984. Kamus Istilah Sastra. Jakarta: Gramedia.
Suroto. 1989. Teori dan Bimbingan Apresiasi Sastra Indonesia untuk SMTA. Jakarta:
Erlangga.
Tarigan, Henry Guntur. 1991. Prinsip-Prinsip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa
Bandung.
Wellek, Rene dan Warren, Austin. 2014. Teori Kesusastraan. Jakarta: Gramedia.