Asuhan Keperawatan Gawat Darurat

18
ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT ASMA Posted on October 3, 2013 A.PENGERTIAN Asma adalah penyakit jalan napas obstruktif intermiten, reversible dimana trakea dan bronkus berespon dalam secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu, dan dimanifestasikan dengan penyempitan jalan napas, yang mengakibatkan dispnea, batuk dan mengi. (Brunner & Suddarth, Edisi 8, Vol. 1, 2001. Hal. 611). Asma adalah suatu penyakit peradangan kronik pada jalan napas yang mana peradangan ini menyebabkan perubahan derajat obstruksi pada jalan napas dan menyebabkan kekambuhan. (Lewis, 2000, hal. 660). B. KLASIFIKASI Berdasarkan penyebabnya, asma bronkhial dapat diklasifikasikan menjadi 3 tipe, yaitu : 1. Ekstrinsik (alergik) : Ditandai dengan reaksi alergik yang disebabkan oleh faktor-faktor pencetus yang spesifik, seperti debu, serbuk bunga, bulu binatang, obat-obatan (antibiotic dan aspirin) dan spora jamur. Asma ekstrinsik sering dihubungkan dengan adanya suatu predisposisi genetik terhadap alergi. Oleh karena itu jika ada faktor- faktor pencetus spesifik seperti yang disebutkan di atas, maka akan terjadi serangan asma ekstrinsik. 2. Intrinsik (non alergik) : Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi terhadap pencetus yang tidak spesifik atau tidak diketahui, seperti udara dingin atau

description

TEXT

Transcript of Asuhan Keperawatan Gawat Darurat

Page 1: Asuhan Keperawatan Gawat Darurat

ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT ASMAPosted on October 3, 2013

A.PENGERTIAN

Asma adalah penyakit jalan napas obstruktif intermiten, reversible dimana

trakea dan bronkus berespon dalam secara hiperaktif terhadap stimuli

tertentu, dan dimanifestasikan dengan penyempitan jalan napas, yang

mengakibatkan dispnea, batuk dan mengi. (Brunner & Suddarth, Edisi 8,

Vol. 1, 2001. Hal. 611).

Asma adalah suatu penyakit peradangan kronik pada jalan napas yang

mana peradangan ini menyebabkan perubahan derajat obstruksi pada

jalan napas dan menyebabkan kekambuhan. (Lewis, 2000, hal. 660).

 

B. KLASIFIKASI

Berdasarkan penyebabnya, asma bronkhial dapat diklasifikasikan menjadi

3 tipe, yaitu :

1. Ekstrinsik (alergik) : Ditandai dengan reaksi alergik yang disebabkan

oleh faktor-faktor pencetus yang spesifik, seperti debu, serbuk

bunga, bulu binatang, obat-obatan (antibiotic dan aspirin) dan spora

jamur. Asma ekstrinsik sering dihubungkan dengan adanya suatu

predisposisi genetik terhadap alergi. Oleh karena itu jika ada faktor-

faktor pencetus spesifik seperti yang disebutkan di atas, maka akan

terjadi serangan asma ekstrinsik.

2. Intrinsik (non alergik) : Ditandai dengan adanya reaksi non alergi

yang bereaksi terhadap pencetus yang tidak spesifik atau tidak

diketahui, seperti udara dingin atau bisa juga disebabkan oleh

adanya infeksi saluran pernafasan dan emosi. Serangan asma ini

menjadi lebih berat dan sering sejalan dengan berlalunya waktu dan

Page 2: Asuhan Keperawatan Gawat Darurat

dapat berkembang menjadi bronkhitis kronik dan emfisema.

Beberapa pasien akan mengalami asma gabungan.

3. Asma gabungan Bentuk asma yang paling umum. Asma ini

mempunyai karakteristik dari bentuk alergik dan non-alergik.

 

C. ETIOLOGI

Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan presipitasi

timbulnya serangan asma bronkhial. 

a. Faktor predisposisi

1. Genetik

Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum

diketahui bagaimana cara penurunannya yang jelas. Penderita dengan

penyakit alerg biasanya mempunyai keluarga dekat juga menderita

penyakit alergi. Karena adanya bakat alergi ini, penderita sangat mudah

terkena penyakit asma bronkhial jika terpapar dengan foktor pencetus.

Selain itu hipersentifisitas saluran pernafasannya juga bisa diturunkan. 

b. Faktor presipitasi

1. Alergen

Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :

a)      Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan  ex: debu, bulu

binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan polusi

b)      Ingestan, yang masuk melalui mulut ex: makanan dan obat-obatan

c)      Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit ex: perhiasan,

logam dan jam tangan 

1. Perubahan cuaca

Page 3: Asuhan Keperawatan Gawat Darurat

Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi

asma. Atmosfir yang mendadak dingin merupakan faktor pemicu

terjadinya serangan asma. Kadang-kadang serangan berhubungan

dengan musim, seperti: musim hujan, musim kemarau, musim bunga. Hal

ini berhubungan dengan arah angin serbuk bunga dan debu. 

1. Stress

Stress/ gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain

itu juga bisa memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping

gejala asma yang  timbul harus segera diobati penderita asma yang

mengalami stress/gangguanemosi perlu diberi nasehat untuk

menyelesaikan masalah pribadinya. Karena jika stressnya belum diatasi

maka gejala asmanya belum bisa diobati. 

1. Lingkungan kerja

Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan asma.

Hal ini berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang yang bekerja

di laboratorium hewan, industri tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas.

Gejala ini membaik pada waktu libur atau cuti. 

1. Olah raga/ aktifitas jasmani yang berat

Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika melakukan

aktifitas jasmani atau aloh raga yang berat. Lari cepat paling mudah

menimbulkan serangan asma. Serangan asma karena aktifitas biasanya

terjadi segera setelah selesai aktifitas tersebut.

 

D. PATOFISIOLOGI

Asma ditandai dengan kontraksi spastic dari otot polos bronkhiolus yang

menyebabkan sukar bernafas. Penyebab yang umum adalah

hipersensitivitas bronkhioulus terhadap benda-benda asing di udara.

Reaksi yang timbul pada asma tipe alergi diduga terjadi dengan cara

sebagai berikut : seorang yang alergi mempunyai kecenderungan untuk

membentuk sejumlah antibody Ig E abnormal dalam jumlah besar dan

Page 4: Asuhan Keperawatan Gawat Darurat

antibodi ini menyebabkan reaksi alergi bila reaksi dengan antigen

spesifikasinya.

Pada asma, antibody ini terutama melekat pada sel mast yang terdapat

pada interstisial paru yang berhubungan erat dengan brokhiolus dan

bronkhus kecil. Bila seseorang menghirup alergen maka antibody Ig E

orang tersebut meningkat, alergen bereaksi dengan antibodi yang telah

terlekat pada sel mast dan menyebabkan sel ini akan mengeluarkan

berbagai macam zat, diantaranya histamin, zat anafilaksis yang bereaksi

lambat (yang merupakan leukotrient), faktor kemotaktik eosinofilik dan

bradikinin. Efek gabungan dari semua faktor-faktor ini akan menghasilkan

adema lokal pada dinding bronkhioulus kecil maupun sekresi mucus yang

kental dalam lumen bronkhioulus dan spasme otot polos bronkhiolus

sehingga menyebabkan tahanan saluran napas menjadi sangat

meningkat.

Pada asma , diameter bronkiolus lebih berkurang selama ekspirasi

daripada selama inspirasi karena peningkatan tekanan dalam paru selama

eksirasi paksa menekan bagian luar bronkiolus. Karena bronkiolus sudah

tersumbat sebagian, maka sumbatan selanjutnya adalah akibat dari

tekanan eksternal yang menimbulkan obstruksi berat terutama selama

ekspirasi. Pada penderita asma biasanya dapat melakukan inspirasi

dengan baik dan adekuat, tetapi sekali-kali melakukan ekspirasi. Hal ini

menyebabkan dispnea. Kapasitas residu fungsional dan volume residu

paru menjadi sangat meningkat selama serangan asma akibat kesukaran

mengeluarkan udara ekspirasi dari paru. Hal ini bisa menyebabkan barrel

chest.

 

E. MANIFESTASI KLINIK

Biasanya pada penderita yang sedang bebas serangan tidak ditemukan

gejala klinis, tapi pada saat serangan penderita tampak bernafas cepat

dan dalam, gelisah, duduk dengan menyangga ke depan, serta tanpa

otot-otot bantu pernafasan bekerja dengan keras. Gejala klasik dari asma

Page 5: Asuhan Keperawatan Gawat Darurat

bronkial ini adalah sesak nafas, mengi ( whezing ), batuk, dan pada

sebagian penderita ada yang merasa nyeri di dada. Gejala-gejala tersebut

tidak selalu dijumpai bersamaan.

Pada serangan asma yang lebih berat , gejala-gejala yang timbul makin

banyak, antara lain : silent chest, sianosis, gangguan kesadaran,

hyperinflasi dada, tachicardi dan pernafasan cepat dangkal . Serangan

asma seringkali terjadi pada malam hari.

 

F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

a. Pemeriksaan laboratorium

1. Pemeriksaan sputum 

Pemeriksaan sputum dilakukan untuk melihat adanya:

a)      Kristal-kristal charcot leyden yang merupakan degranulasi dari

kristal eosinopil.

b)      Spiral curshmann, yakni yang merupakan cast cell (sel cetakan) dari

cabang bronkus.

c)      Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus.

d)     Netrofil dan eosinopil yang terdapat pada sputum, umumnya bersifat

mukoid dengan viskositas yang tinggi dan kadang terdapat mucus plug. 

2. Pemeriksaan darah

a)      Analisa gas darah pada umumnya normal akan tetapi dapat pula

terjadi hipoksemia, hiperkapnia, atau asidosis.

Page 6: Asuhan Keperawatan Gawat Darurat

b)      Kadang pada darah terdapat peningkatan dari SGOT dan LDH.

Hiponatremia dan kadar leukosit kadang-kadang di atas 15.000/mm3

dimana menandakan terdapatnya suatu infeksi.

c)      Pada pemeriksaan faktor-faktor alergi terjadi peningkatan dari Ig E

pada waktu serangan dan menurun pada waktu bebas dari serangan.

b. Pemeriksaan penunjang

1. Pemeriksaan radiologi

Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal. Pada waktu

serangan menunjukan gambaran hiperinflasi pada paru-paru yakni

radiolusen yang bertambah dan peleburan rongga intercostalis, serta

diafragma yang menurun. Akan tetapi bila terdapat komplikasi, maka

kelainan yang didapat adalah sebagai berikut:

a)      Bila disertai dengan bronkitis,  maka bercak-bercak di hilus akan

bertambah.

b)      Bila terdapat komplikasi empisema (COPD), maka gambaran

radiolusen akan semakin bertambah.

c)      Bila terdapat komplikasi, maka terdapat gambaran infiltrate pada

paru 

d)     Dapat pula menimbulkan gambaran atelektasis lokal.

e)      Bila terjadi pneumonia mediastinum, pneumotoraks, dan

pneumoperikardium, maka dapat dilihat bentuk gambaran radiolusen

pada paru-paru.

1. Pemeriksaan tes kulit Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan

berbagai alergen yang dapat menimbulkan reaksi yang positif pada

asma.

Page 7: Asuhan Keperawatan Gawat Darurat

2. Elektrokardiografi Gambaran elektrokardiografi yang terjadi selama

serangan dapat dibagi menjadi 3  bagian, dan disesuaikan dengan

gambaran yang terjadi pada empisema paru yaitu :

a)      Perubahan aksis jantung, yakni pada umumnya terjadi right axis

deviasi dan clock wise rotation.

b)      Terdapatnya tanda-tanda hipertropi otot jantung, yakni terdapatnya

RBB ( Right bundle branch block).

c)      Tanda-tanda hopoksemia, yakni terdapatnya sinus tachycardia,

SVES, dan VES atau terjadinya depresi segmen ST negative.

1. Scanning paru Dengan scanning paru melalui inhalasi dapat

dipelajari bahwa redistribusi udara selama serangan asma tidak

menyeluruh pada paru-paru.

2. Spirometri Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas

reversible, cara yang paling cepat dan sederhana diagnosis asma

adalah melihat respon pengobatan dengan bronkodilator.

Pemeriksaan spirometer dilakukan sebelum dan sesudah pamberian

bronkodilator aerosol (inhaler atau nebulizer) golongan adrenergik.

Peningkatan FEV1 atau FVC sebanyak lebih dari 20% menunjukkan

diagnosis asma. Tidak adanya respon aerosol bronkodilator lebih dari

20%. Pemeriksaan spirometri tidak saja penting untuk menegakkan

diagnosis tetapi juga penting untuk menilai berat obstruksi dan efek

pengobatan. Benyak penderita tanpa keluhan tetapi pemeriksaan

spirometrinya menunjukkan obstruksi.

 

G. KOMPLIKASI

Berbagai komplikasi  yang mungkin timbul adalah :

1. Status asmatikus

2. Atelektasis

3. Hipoksemia

4. Pneumothoraks

Page 8: Asuhan Keperawatan Gawat Darurat

5. Emfisema

6. Deformitas thoraks

7. Gagal nafas

 

H. PENATALAKSANAAN

Prinsip umum pengobatan asma bronchial adalah :

1. Menghilangkan obstruksi jalan nafas dengan segara.

2. Mengenal dan menghindari fakto-faktor yang dapat mencetuskan

serangan asma 

3. Memberikan penerangan kepada penderita ataupun keluarganya

mengenai penyakit asma, baik pengobatannya maupun tentang

perjalanan penyakitnya sehingga penderita mengerti tujuan

penngobatan yang diberikan dan bekerjasama dengan dokter atau

perawat yang merawatnnya. 

Pengobatan pada asma bronkhial terbagi 2, yaitu:

1. Pengobatan  non farmakologik:

a)      Memberikan penyuluhan

b)      Menghindari faktor pencetus

c)      Pemberian cairan

d)     Fisiotherapy

e)      Beri O2 bila perlu. 

2. Pengobatan farmakologik :

 a). Bronkodilator : obat yang melebarkan saluran nafas. Terbagi dalam 2

golongan :

Page 9: Asuhan Keperawatan Gawat Darurat

1. Simpatomimetik/ andrenergik (Adrenalin dan efedrin)

Nama obat :

– Orsiprenalin (Alupent)

– Fenoterol (berotec)

– Terbutalin (bricasma)

Obat-obat golongan simpatomimetik tersedia dalam bentuk tablet, sirup,

suntikan dan semprotan. Yang berupa semprotan: MDI (Metered dose

inhaler). Ada juga yang berbentuk bubuk halus yang dihirup (Ventolin

Diskhaler dan Bricasma Turbuhaler) atau cairan broncodilator (Alupent,

Berotec, brivasma serts Ventolin) yang oleh alat khusus diubah menjadi

aerosol (partikel-partikel yang sangat halus ) untuk selanjutnya dihirup.

 

 

1. Santin (teofilin)

Nama obat :

– Aminofilin (Amicam supp)

– Aminofilin (Euphilin Retard)

– Teofilin (Amilex)

Efek dari teofilin sama dengan obat golongan simpatomimetik, tetapi cara

kerjanya berbeda. Sehingga bila kedua obat ini dikombinasikan efeknya

saling memperkuat. Cara pemakaian : Bentuk suntikan teofillin /

aminofilin dipakai pada serangan asma akut, dan disuntikan perlahan-

lahan langsung ke pembuluh darah. Karena sering merangsang lambung

bentuk tablet atau sirupnya sebaiknya diminum sesudah makan. Itulah

sebabnya penderita yang mempunyai sakit lambung sebaiknya berhati-

Page 10: Asuhan Keperawatan Gawat Darurat

hati bila minum obat ini. Teofilin ada juga dalam bentuk supositoria yang

cara pemakaiannya dimasukkan ke dalam anus. Supositoria ini digunakan

jika penderita karena sesuatu hal tidak dapat minum teofilin (misalnya

muntah atau lambungnya kering). 

1. Kromalin

Kromalin bukan bronkodilator tetapi merupakan obat pencegah serangan

asma. Manfaatnya adalah untuk penderita asma alergi terutama anak-

anak. Kromalin biasanya diberikan bersama-sama obat anti asma yang

lain, dan efeknya baru terlihat setelah pemakaian satu bulan.

1. Ketolifen

Mempunyai efek pencegahan terhadap asma seperti kromalin. Biasanya

diberikan dengan dosis dua kali 1mg / hari. Keuntungnan obat ini adalah

dapat diberika secara oral.

 

I. PENGKAJIAN

1. Airway

1. Kaji dan pertahankan jalan napas

2. Lakukan head tilt, chin lift jika perlu

3. Gunakan bantuan untuk memperbaiki jalan napas jika perlu

4. Pertimbangkan untuk di rujuk ke anesthetist untuk dilakukan intubasi

jika tidak mampu untuk menjaga jalan napas atau pasien dalam

kondisi terancam kehidupannya atau pada asthma akut berat

5. Jika pasien menunjukan gejala yang mengancam kehidupan,

yakinkan mendapat pertolongan medis secepatnya.

2. Breathing

1. Kaji saturasi oksigen dengan menggunakan pulse oximeter, dengan

tujuan mempertahankan saturasi oksigen >92%

2. Berikan aliran oksigen tinggi melalui non re-breath mask

3. Pertimbangkan untuk menggunakan bag-valve-mask-ventilation

Page 11: Asuhan Keperawatan Gawat Darurat

4. Ambil darah untuk pemeriksaan arterial blood gases untuk menkaji

PaO2 dan PaCO2

5. Kaji respiratory rate

6. Jika pasien mampu, rekam Peak Expiratory Flow dan dokumentasikan

7. Periksa system pernapasan – cari tanda:

1)      Cyanosis

2)      Deviasi  trachea

3)      Kesimetrisan  pergerakan dada

4)      Retraksi dinding dada

1. Dengarkan adanya:

1)      wheezing

2)      pengurangan aliran udara masuk

3)      silent chest

1. Berikan nebuliser bronchodilator melalui oksigen – salbutamol 5 mg

dan ipratropium 500mcg

2. Berikan prednisolon 40 mg per oral atau hydrocortisone 100 mg IV

setiap 6 jam

3. Lakukan thorak photo untuk mengetahui adanya pneumothorak

 

3. Circulation/Sirkulasi

1. Kaji denyut jantung dan rhytme

2. Catat tekanan darah

3. Lakukan EKG

4. Berikan akses IV dan pertimbangkan pemberian magnesium sulphat

2 gram dalam 20 menit

5. Kaji intake output

6. Jika potassium rendah makan berikan potassium

Page 12: Asuhan Keperawatan Gawat Darurat

4. Disability

1. Kaji tingkat kesadaran dengan menggunakan AVPU

2. Penurunan tingkat kesadaran merupakan tanda ekstrim pertama dan

pasien membutuhkan pertolongan di ruang Intesnsive

5. Exposure

Pada saat pasien stabil dapat di tanyakan riwayat dan pemeriksaan

lainnya.

 

J. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas b/d penumpukan sputum

2. Ketidakefektifan pola napas b/d penurunan kemampuan bernapas

3. Perubahan perfusi jaringan perifer b/d kekurangan oksigen

 

H. INTERVENSI KEPERAWATAN

DX 1 :

1. Amankan pasien ke tempat yang aman

R/ lokasi yang luas memungkinkan sirkulasi udara yang lebih banyak

untuk pasien

1. Kaji tingkat kesadaran pasien

R/  dengan melihat, mendengar, dan merasakan dapat dilakukan untuk

mengetahui tingkat kesadaran pasien

1. Segera minta pertolongan

R/ bantuan segera dari rumah sakit memungkinkan pertolongan yang

lebih intensif

1. Auskultasi bunyi napas dengan mendekatkan telinga ke mulut pasien

Page 13: Asuhan Keperawatan Gawat Darurat

R/ mengetahui tingkat pernapasan pasien dan mengetahui adanya

penumpukan sekret

1. Berikan teknik membuka jalan napas dengan cara memiringkan

pasien setengah telungkup dan membuka mulutnya

R/ memudahkan untuk mengeluarkan sputum pada jalan napas

DX 2 :

1. Kaji usaha dan frekuensi napas pasien

R/ mengetahui tingkat usaha napas pasien

1. Auskultasi bunyi napas dengan mendekatkan telinga pada hidung

pasien serta pipi ke mulut pasien

R/ mengetahui masih adanya usaha napas pasien

1. Pantau ekspansi dada pasien

R/ mengetahui masih adanya pengembangan dada pasien

 

DX 3 :

1. Pantau tanda – tanda vital ( nadi, warna kulit ) dengan menyentuh

nadi jugularis

2. Kaji adanya tanda-tanda sianosis

 

 

 

 

 

Page 14: Asuhan Keperawatan Gawat Darurat

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 15: Asuhan Keperawatan Gawat Darurat

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 16: Asuhan Keperawatan Gawat Darurat

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Hudak & Gallo, Keperawatan Kritis, Edisi VI,Vol I, Jakarta, EGC, 2001

 

Tucker S. Martin,  Standart Perawatan Pasien, Jilid 2, Jakarta, EGC, 1998

 

Reeves. Keperawatan Medikal Bedah. Ed 1. Jakarta : Salemba Medika;

2001

 

Halim Danukusantoso, Buku Saku Ilmu Penyakit Paru, Jakarta, Penerbit

Hipokrates , 2000

 

Page 17: Asuhan Keperawatan Gawat Darurat

Smeltzer,  C . Suzanne,dkk, Buku Ajar keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8

Vol 1. Jakarta ,

EGC,  2002

 

Krisanty Paula, dkk. Asuhan Keperawatan Gawat Darurat. Cetakan

Pertama, Jakarta, Trans

Info Media, 2009.