ASUHAN KEBIDANAN Dg Enchepalocele-Edit

download ASUHAN KEBIDANAN Dg Enchepalocele-Edit

of 29

Transcript of ASUHAN KEBIDANAN Dg Enchepalocele-Edit

ASUHAN KEBIDANAN PATOLOGI BY. NY. M DENGAN ENCEPHALOCELE DI RUANG PERINATALOGI RSUD EMBUNG FATIMAH KOTA BATAM

Di susun Oleh DIV BIDAN PENDIDIK

PROGRAM STUDI D IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESHATAN UNIVERSITAS BATAM TAHUN 2012

KATA PENGANTAR

Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat allah SWT. Karena atas segala limpahan rahmat, karunia dan hidayahNya akhirnya Penulis mampu

menyelesaikan makalah ini.

Makalah ini disusun untuk mengetahui bagaimana seorang bidan dalam menghadapi pasien yang menderita penyakit Encephalocele. Penulis

mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak membantu hingga terselesaikannya makalah ini.

Semoga makalah ini berguna dan bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya. Penulis menyadari sepenuhnya sebagai manusia biasa, tidak lepas dari kekurangan, begitu juga dengan makalah ini yang masih jauh dari sempurna. Untuk itu kritik dan saran yang sifatnya membangun tentunya, sangat penulis harapkan.

Penulis

DAFTAR ISIHalaman judul Halaman

Kata pengantar .................................................................................................... i Daftar isi .............................................................................................................. ii BAB I PENDAHULUAN1.1 Latar belakang ................................................................................................ 1 1.2 Tujuan ............................................................................................................. 2 1.2.1 Tujuan umum ............................................................................................ 2 1.2.2 Tujuan khusus............................................................................................ 2

BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Pengertian Enchepalocele .................................................................. 2.2 Etiologi ............................................................................................... 2.3 Patofisiologi ....................................................................................... 2.4 Prognosis ............................................................................................ 2.5 Gejala Klinis dan Komplikasi ............................................................ 2.6 Penanganan ........................................................................................

3 4 4 5 6 7

BAB III ASUHAN KEBIDANAN PATOLOGI BY. NY. M DENGAN ENCEPALOCEL DI RUANG PERINATALOGI RSUD EMBUNG FATIMAH KOTA BATAM ....................................... 9 BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN4.1 Kesimpulan .................................................................................................. 25 4.2 Saran ............................................................................................................ 25

DAFTAR PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Encephalocele paling sering ditemukan di negara Asia Tenggara seperti Indonesia, Malaysia, Thailand, Birma tetapi juga di Afrika dan Rusia. Di Indonesia hydrocephalus yang terbanyak adalah jenis sinsipital dan didapatkan lebih banyak pada anak laki-laki. Angka insidens internasional tidak diketahui secara pasti. Di Amerika Serikat Encephalocele terjadi pada 1-4 penderita per 10.000 bayi lahir hidup. Secara umum angka kejadian di negara Asia termasuk Indonesia berkisar antara 0.1-0.3 per 1.000 bayi lahir hidup. Pada fetus yang mengalami aborsi sebelum masa kehamilan 20 minggu, umumnya memiliki kelainan neural (Najatullah, 2004).

Encephalocele merupakan defek neural tube yang ditandai dengan protrusi seperti kantung pada otak dan membrane yang membungkusnya secara total melalui celah pada tengkorak. Defek ini disebabkan oleh kegagalan penutupan neural tube secara sempurna selama perkembangan fetus. Hasilnya adalah alur yang berjalan turun pada linea mediana bagian atas tengkorak, atau area antara dahi dan hidung, atau pada belakang kepala (Sarwono, 2005).

Jika terdapat pada belakang kepala, ensefaokel sering berhubungan dengan masalah neurologik. Biasanya encephalocele merupakan deformitas yang hebat dan didiagnosis segera setelah lahir, namun kadang encephalocele kecil pada nasal

dan frontal tidak terdeteksi. Gejala yang berhubungan dengan encephalocele adalah hydrocephalus, quadriplegia spastik, mikrosefali, ataxia, gangguan perkembangan, gangguan penglihatan, retardasi mental dan kejang.

Umumnya pembedahan dilakukan selama masa bayi untuk mengembalikan jaringan yang protrusi kembali ke dalam tengkorak, mengangkat kantungnya, dan mengoreksi sesuai kelainan kraniofasialnya. Penanganan lainnya adalah simptomatik dan suportif. Encephalocele muncul lebih banyak pada perempuan dibanding laki-laki. Umumnya sekarang ini encephalocele didiagnosis pada saat antenatal dan lahir. Beberapa jenis, khususnya encephalocele sfenoidal muncul setelah masa kanak-kanak.

1.2 Tujuan a. Tujuan Umum Agar mahasiswi dapat mengetahui tentang kasus Encephalocele.. b. Tujuan Khusus a. Agar mahasiswi dapat memahami tentang kasus Encephalocele. b. Agar mahasiswi mengetahui faktor penyebab terjadinya Encephalocele. c. Agar mahasiswi mengetahui asuhan kebidanan yang dilakukan.

1.3 Manfaat Sebagai sarana belajar dalam mengaplikasikan ilmu yang telah didapat serta menambah wawasan tentang kasus Encephalocele.

BAB II TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian Encephalocele adalah kantong berisi cairan, jaringan syaraf atau sebagian dari otak yang biasanya terdapat pada daerah occipitalis. Encephalocele di daerah occipital sering berhubungan dengan gangguan mental yang berat dan microcepal.

Encephalocele tidak hanya ada di daerah occipital tetapi bisa terjadi pada daerah sinsipital yang disebut meningo Encephalocele anterior atau Encephalocele fossa kranialis anterior. Meningo Encephalocele merupakan herniasi jaringan isinya intrakranial melalui suatu defek kongenital tulang tengkorak pada perhubungan antar tulang didaerah fossa cranii anterior dan tampak sebagai massa tumor dipermukaan wajah (Najatullah, 2004).

Encephalocele adalah herniasi otak dan meningen melalui suatu cacat kraniom, yang menimbulkan struktur mirip kantung. 75% Encephalocele terjadi pada daerah occipital dan sisanya pada daerah parietal, frontal atau nasofaingel. Encephalocele merupakan gangguan langka pada bayi baru lahir dengan sebuah celah pada tengkoraknya.

Encephalocele adalah suatu kelainan tabung saraf yang ditandai dengan adanya penonjolan meningens (selaput otak) dan otak yang terbentuk seperti kantung melalui suatu lubang pada tulang tengkorak.

2.2 Etiologi a. Encephalocele disebabkan oleh kegagalan penutupan tabung saraf selama perkembangan janin. b. Kegagalan penutupan tabung saraf ini disebabkan oleh gangguan pembentukan tulang kranium saat dalam uterus seperti kurangnya asupan asam folat selama kehamilan, adanya infeksi pada saat kehamilan terutama infeksi TORCH, mutasi gen (terpapar bahan radiologi), obat-obatan yang mengandung bahan yang terotegenik. c. Encephalocele disebabkan oleh defek tulang kepala, biasanya terjadi dibagian occipitalis, kadang kadang juga dibagian nasal, frontal, atau parietal.

2.3 Patofisiologi Abnormalitas utama dari perkembangan suatu encephalocele adalah defek mesodermal yang berakibat defek pada calvarium dan dura yang berhubungan dengan herniasi cairan serebrospinal, jaringan otak, dan meninges melalui defek tersebut. Akar penyebabnya adalah kegagalan permukaan ektoderm berpisah dengan neuroektoderm pada perkembangan embriologik. Pada calvarium, mungkin terdapat defek pada proses induksi pembentukan tulang atau erosi penekanan akibat massa intracranial. Defek pada dasar tengkorak mungkin berhubungan dengan kegagalan penutupan neural tube atau kegagalan ossifikasi basilar. Encephalocele dapat terjadi pada oksipital (75%), frontoetmoidal (13-15%), parietal (10-12%) atau sfenoidal. Encephalocele frontoetmoidal merupakan kasus yang tersering di Asia.

Neuropor anterior pada ujung sefalik dari neural tube seharusnya menutup pada ketinggian foramen sekum pada tulang frontal sekitar 24 hari masa perkembangan. Kegagalan neuropor untuk menutup biasanya menghasilkan malformasi letal dan aborsi spontan, berbeda dengan kegagalan neuropor posterior untuk menutup yang menyebabkan myeloschisis. Kelainan ini bias jadi suatu anensefali, eksensefali, akrania, kranioskisis, kraniorakiskisis jika tulang belakang ikut terlibat, yang ditemukan pada hampir 50% kasus. Sifat utama dari defek ini ialah bahwa lipatan neural sefalik terpapar dengan cairan amnion karena dura, kranium,dan kulit gagal untuk membungkus jaringan saraf.

Otak akan membentuk massa berupa jaringan saraf yang protrusi yang mengalami degenerasi selama masa gestasi sehingga hanya terdapat massa hemoragik dari parut glia, ependyma, pleksus koroid, elemen saraf dan meninges saat kelahiran (anensefali). Kegagalan neural tube untuk menutup mungkin dapat menjelaskan terjadinya naensefali, namun tidak dapat menjelaskan encephalocele dimana tidak terdapat bukti terjadinya disrafisme otak.

2.4 Prognosis Luasnya defek dan besarnya herniasi jaringan otak akan menentukan luasnya prognosis enchephalus. Enchefalokel mudah dideteksi dengan USG bila defek tulang kepala cukup besar, apalagi sudah disertai herniasi. Akan tetapi, lesi pada tulang kepala menjadi sulit dikenali bila terdapat olikohidramion.

2.5 Gejala Klinis dan Komplikasi a. Gejala klinis Bentuk encephalocele ini biasanya berukuran besar. Bentuknya bisa bertangkai dengan celah kranium yang kecil atau mungkin tidak bertangkai dengan celah kranium yang besar, yaitu jika terjadi defek mulai dari protuberantia oksipital sampai ke foramen magnum dan bahkan dapat berhubungan dengan spina bifida servikal. Isinya berupa menings, jaringan vaskuler, (sinus venosus) dan jaringan otak sendiri. Konsistensinya tergantung dari isinya. Bila lebih banyak cairan akan teraba padat dan berdungkul.

Sinus venosus yang biasa berada dalam kantong sefalokel ini adalah sinus sagitalis, sinus oksipitalis dan confluens sinuum, atau dapat pula terpecah mengelilingi celah pada tulang kranium. Jaringan otak yang mengalami herniasi ke dalam kantong dapat berupa korteks supratentorium yang telah mengalami hipoplasia, otak kecil atau keduanya. Struktur yang paling sering adalah vermis otak kecil. Encephalocele yang besar bahkan dapat berisi satu atau dua lobus oksipital dan sering melibatkan ventrikel lateralis sehingga dapat terjadi komplikasi hydroencephalocele. Kantong encephalocele ini ditutupi oleh kulit dan biasanya tidak tertutup sempurna pada apeks, dimana pada daerah itu terjadi rudimentasi kulit dan berwarna hemangiomatosa.

b. Komplikasi Hampir seluruh kasus terjadi pada daerah garis tengah mulai dari bagian anterior sampai ke posterior bahkan juga basis kranii, namun ada pula yang

dijumpai menonjol keluar melalui sutura dan foramen-foramen yang ada pada tulang tengkorak.

Enchephocele sering disertai dengan kelainan cranium fasial atau kelainan otak lainnya, seperti hidrochephalus atau kelainan kongenital lainnya (sydrome meckel, syndrome dandy-walker). Kelainan kepala lainnya yang dapat dideteksi dengan USG adalah kista otak, mienchephalus (fusi tulang occiput vertebrata sehingga janin dalam sikap hiperekstnsi), huloprocenchephalus (hanya berbentuk sebuah rongga ventrikel yang berdilatasi),

hyndranenchephalus (destruksi total jaringan otak sehingga kepala hanya berisi cairan), kelainan bentuk kepala (dulikochephaluskh, branchi chpalusk) dan sebagainya(Sarwono, 2005) .

2.6 Penanganan 1. Penanganan Pra Bedah a. Segera setelah lahir daerah yang terpakai harus dikenakan kasa steril yang direndam salin yang ditutupi plastik, atau lesi yang terpapar harus ditutupi kasa steril yang tidak melekat untuk mencegah jaringan saraf yang terpapar menjadi kering. b. Perawatan pra bedah neonatus rutin dengan penekanan khusus pada saat mempertahan suhu tubuh yang dapat menurun dengan cepat. Pada beberapa pusat tubuh bayi ditempatkan dalam kantong plastik untuk mencegah kehilangan panas yang dapat terjadi akibat permukaan lesi yang basah. c. Lingkaran occipito frontalis kepala diukur dan dibuat grafiknya.

d. Akan diminta X-Ray medulla spinalis e. Akan diambil photografi dari lesi. f. Persiapan operasi. g. Suatu catatan aktifitas otot pada anggota gerak bawah dan sringter anal akan dilakukan oleh fisioterapi.

2. Pembedahan medulla spinalis yang terpapar ditutupi dengan penutup durameter dan kulit dijahit diatas dura yang diperbaiki. Jika celah besar, maka perlu digunakan kulit yang lebih besar untuk menutupi cacat. Pada bayi ini drain sedot diinsersikan dibawah flap.

3. Perawatan pasca bedah a. Pemberian makan pr oral dapat diberikan 4 jam setelah pembedahan. b. Jika ada drain penyedotan luka makan harus diperiksa setiap jam untuk menjamin tidak adanya belitan atau tekukan pada saluran dan terjaganya tekanan negatif dan wadah. c. Lingkar kepala diukur dan dibuat grafik sekali atau dua kali seminggu. Sering kali terdapat peningkatan awal dalam pengukuran setelah penutupan cacat spinal dan jika peningkatan ini berlanjut dan terjadi perkembangan hidrochephalus maka harus diberikan terapi yang sesuai.

BAB III TINJAUAN KASUS ASUHAN KEBIDANAN PATOLOGI BY. NY. M DENGAN ENCEPALOCEL DI RUANG PERINATALOGI RSUD EMBUNG FATIMAH KOTA BATAM

I. SUBJEKTIF A. Identitas Pasien Anamnesa pada tanggal : 15 Januari 2012 pukul 01.50 WIB Nama Bayi : By. Ny. M

Tgl/Jam/Lahir : 14 Januari 2012 jam 18.00 WIB Jenis Kelamin : Laki-laki B. Identitas Orang Tua Nama Umur Agama : Ny. M : 28 tahun : Katolik Nama Umur Agama : Tn. P : 30 tahun : Katolik

Suku/ Bangsa : Flores/ Indonesia Pendidikan Pekerjaan Alamat : SLTP

Suku / Bangsa : Flores / Indonesia Pendidikan : SLTA : Swasta : Sagulung Asri

: Ibu Rumah Tangga Pekerjaan : Sagulung Asri Alamat

Alasan utama bayi dirawat: Pasien masuk Rumah Sakit rujukan klinik Aini, bayi lahir tanggal 14 Januari 2012 jam 18.00 WIB, dengan kelainan bawaan di kepala, adanya tonjolan selaput (selaput otak) ukuran 5x4 cm dari tempurung kepala bayi lahir dengan ukuran diameter kepala kurang normal, menangis aktif.

B. Pengkajian 1. Riwayat Kehamilan Ibu a. Pemeriksaan Ante Natal : Trimester I : 1x diperiksa oleh bidan. Trimester II : Tidak dilakukan pemeriksaan. Trimester III : 2x diperiksa oleh bidan. HPHT TP Usia gestasi : 10 April 2011 : 17 Januari 2012 : 39 minggu 4 hari.

b. Keluhan Trimester I Trimester II Trimester III USG

: : Mual, Muntah. : Tidak ada keluhan. : Tidak ada keluhan. : Tidak pernah dilakukan

c. Imunisasi

: TT (tidak dilakukan)

d. Riwayat Penyakit (tidak dilakukan pemeriksaan) NO 1 2 3 4 5 6 7 PENYAKIT Kardiovaskuler Diabetes Melitus TBC Asma Malaria PMS HIV/AIDS YA TIDAK

e. Riwayat yang menyertai Kehamilan 1. Perdarahan 2. Preeklampsia 3. Eklampsia 4. Lain - lain : tidak ada : tidak ada : tidak ada : tidak ada

f. Riwayat Persalinan Ibu Sekarang (tidak dilakukan pemeriksaaan) Jenis Persalinan Ditolong Oleh Lama Persalinan : Persalinan Spontan (pervaginam) : Bidan : ............. Bayi jam, segera ................... menangis, menit gerakan

Keadaan Bayi Saat Lahir :

cukup aktif, pada bagian Oksipital terdapat benjolan merah kehitamhitaman. Jumlah Air Ketuban Komplikasi Persalinan : 300 cc : Tidak ada

II. DATA OBYEKTIF a. Pemeriksaan Umum Keadaan Umum Kesadaran Suhu Pernafasan Nadi Keaktifan Tangisan b. Pemeriksaan Fisik 1. Kepala : Asimestris, Terdapat tonjolan berupa selaput tipis yang membungkus jaringan otak di bagian Oksipital. Warna Merah kehitaman, Diameter 5x4 cm dari os.Oxsipital, Massa lunak 2. 3. 4. 5. 6. 7. Muka Mata Konjungtifa Sklera Hidung Mulut : Warna wajah kemerahan : Simetri, periorbital edema : Tidak Pucat : Tidak ikterik : Ada septum nasal, simetris, Tidak ada cuping hidung : warna mulut merah tidak pucat, bersih, simetris tidak ada labioskisis/labiopalatoskisis 8. Telinga : Simetris, sejajar dengan sudut mata, tidak ada : Baik : Compos mentis : 36 oC : 63 x/mnt : 132 x/mnt : Aktif : Kuat

pengeluaran sekret.

9.

Dada& Axilla : Simetris, tidak ada retraksi dinding dada, tampak pengembangan dinding dada yang cepat, diameter lateral lebih besar dari anteroposteriur, suara pernafasan normal

10. Abdomen 11. Tali Pusat 12. Punggung 13. Extrimitas

: tidak ada benjolan, auskultasi bising usus normal : Warna tali pusat merah segar, jumlah vena 2 arteri 1 : simetris, tidak ada spinabivida : Simetris, tidak ada sindaktili, fleksi ringan sampai elkstensi pada ekstremitas. Warna tidak sianosis

14. Genitalia

: Testis sudah memasuki skrotum, tidak ada epispadia, tidak ada pembengkakan

15. Anus

: Lubang anus ada (+)

c. Reflek 1. Reflek Moro (Terkejut) 2. Reflek Rooting (menyentuh) 3. Reflek Sucking (mengisap) 4. Reflek Plantar/Grafs (mengengam) : Ada, kuat : Ada : Ada : Ada

5. Reflek Tonic Neck (mengerakan leher) : Ada

d. Antropometri 1. Lingkar Kepala : 30 cm 2. Lingkar Dada 3. BeratBadan : 29 cm : 2400 gr

4. Panjang Badan : 48 cm

e. Eliminasi 1. Miksi 2. Mekonium f. Data Penunjang Tanggal Pengambilan, 14 Januari 2012 Laboratorium 1. HB : : 14,1 gr/dl Normal 0-3 hari (15.0-20.0 g/dl) 1-2 mgg (12.5-18.5 g/dl) 2. Leukosit : 13.900/ul 0-3 hari (9.0-35.0 /ul) 1-2 mgg (5.0-20.0/ul) 3. Hematokrit : 43% 0-3 hari (45-61%) 1-2 mgg (39-57%) 4. Trombosit : 78.000/ul 0-3 hari (250-450/ul) 1-2 mgg (250-450/il) III. ANALISA Diagnosa : By, Ny. M, baru lahir cukup bulan, 7 jam dengan Encephalocele dan Microchepaly. Dasar : Lahir tangal : 14 Januari 2012 pukul: 18.00 wib : : ada ada, warna hitam, konsistensi lunak

Inspeksi Kepala : Asimestris, Terdapat tonjolan berupa selaput tipis yang membungkus jaringan otak dibagian Oksipital. Warna Merah kehitaman. Diameter 5x4 cm dari os.Oxsipital, Massa lunak. Lingkar Kepala : 30 cm

Masalah

:

Terdapat benjolan berupa selaput tipis yang membungkus selaput otak dibagian oksipitalis

Kebutuhan

:

Kolaborasi dengan dokter Sp.A dan dokter Sp. Saraf

IV. PENATALAKSANAAN 1. Mempertahankan suhu bayi agar tidak terjadi hypotermi. Bayi telah diletakan Infant cleaner. 2. Melakukan kolaborasi dengan dr. SpA, advis : Berikan cairan infus D 10% 9 tt/i (infus sudah terpasang pada daerah umbilikial dari UGD). Injeksi cefotaxim 2 x 125 mg. Injeksi neo K 1 mg (sudah diberikan di UGD). O2 1 ltr. Tutup benjolan dengan kassa steril serta kompres mengunakan NACL 0,9% pada daerah benjolan di kepala. ASI/ PASI 4 x 10 cc / oral. Atur posisi agar daerah benjolan kepala tidak mendapat tekanan. Kurangi memegang kepala dengan tangan 3. Melakukan observasi dan melaksanakan therapy sesuai dengan advis dokter.

Hasil pemberian therapy dan observasi TTV. Tanggal 14-01-2012 jam 01.50 wib Therapy IVFD Dex 10% 9 tt/i O2 1 ltr/nasal Inj. Cefotaxim 125 mg/iv Pemeriksaan TTV k/u:baik, Suhu:36c, TTV

Nadi:132 x/i,RR:63 x/i

02.50 wib

Memberikan PASI 4x10 cc Pemeriksaan TTV k/u:baik, Suhu:36,2c,

Nadi:136 x/i, RR:60 x/i

06.50 wib

Memberikan PASI 4x10 cc Pemeriksaan TTV k/u:baik, Suhu:36,5c,

Nadi:148 x/i, RR:56 x/i

10.50 wib

Memberikan PASI 4x10 cc Pemeriksaan TTV k/u:baik, Suhu:36,6c,

Nadi:151 x/i, RR:50 x/i

13.50 wib 14.50 wib

Inj. Cefotaxim 125 mg/iv Memberikan PASI 4x10 cc Pemeriksaan TTV k/u:baik, Suhu:36,3c,

Nadi:150 x/i, RR:44 x/i

18.50 wib

Memberikan PASI 4x10 cc Pemeriksaan TTV k/u:baik, Suhu:36,2c,

Nadi:148x/i, RR:41 x/i 22.50 wib Memberikan PASI 4x10 cc Pemeriksaan TTV k/u:baik, Suhu:36,5c,

Nadi:153 x/i,RR:643 x/i

Tanggal 16-17-18 januari 2012 Menurut catatan RMK/U : baik. Therapy yg di berikan oleh dokter SPA: Inj. Cefotaxim 2 x 125 mg/IV Inj. Gentamicin 2 x 8 mg/ IV Inj. Sabitol 50 mg bila bayi kejang. Aminofusin 40 cc/ hari. Inf. Dex 10% 47cc + kcl 1cc + ca gluconas 2cc 12 tt/i.

DATA PERKEMBANGAN Tanggal : 19 - 20 Januari 2012. 1. SUBJEKTIF: Operan dari petugas dinas sore : K/U memburuk. Bayi tidak terdengar menangis. Bayi sering mengalami apnoe.

2. OBJEKTIF: Keadaan Umum Kesadaran TTV : Buruk : Stupor : Nadi : 172 x/i

: Pernapasan : 72 x/i : Suhu Reflek 1. Reflek Moro (Terkejut) 2. Reflek Rooting (menyentuh) 3. Reflek Sucking (mengisap) 4. Reflek Plantar/Grafs (mengengam) 5. Reflek Tonic Neck (mengerakan leher) : Ada, lemah : Tidak ada : Tidak ada : Ada, lemah : Tidak Ada : 36.1c

3. ANALISA: Diagnosa: BY.Ny. M usia 6 hari dengan Encepalocel dan microcepal, keadaan umum bayi buruk.

4. PENATALAKSANAAN: 1. Memberikan asupan Oksigen sungkup 7 liter/i, bayi mengalami Apnoe dilakukan VTP, pernapasan bayi kembali stabil. 2. Bayi dipuasakan, untuk mencegah agar tidak terjadi aspirasi susu pada saat pernafasan tidak teratur.

3. Melaksanakan therapy sesuai dengan Advis dr.SPA: Injeksi Cefotaxim 2x125mg IV, injeksi telah dilakukan. Injeksi gentamicin 2x8 mg Aminofusin 40cc/hari Infus Dex 10% 47cc + kcl 1cc + ca gloconas 2 cc 12 gtt/i Injeksi sibital 50mg apabila bayi mengalami kejang 4. Mempertahankan suhu bayi agar tidak terjadi hypotermi, bayi tetap berada di inkubator. 5. Melakukan pencegahan infeksi pada daerah tonjolan selaput tipis yang ada di bagian oksipital dengan menutup benjolan dengan kassa steril serta mengompres mengunakan NACL 0,9% untuk mencegah jaringan agar tidak infeksi dan kering terpapar udara. 6. Mengurangi memegangi kepala dengan tangan. 7. Mengatur posisi tidur bayi menghadap ke sebelah kanan, untuk mengurangi penekanan pada daerah benjolah dikepala. 8. Observasi TTV tiap 1 jam. Jam 19.30 wib 20.30 wib 21.30 wib 22.30 wib 23.30 wib 00.30 wib 01.30 wib Nadi 150 x/i 152 x/i 148 x/i 146 x/i 120 x/i 132 x/i 124 x/i Suhu 36 c 36,5 c 36,7 c 36,5 c 37 c 37,2 c 37,5 c Pernafasan 70 x/i 72 x/i 69 x/i 70 x/i 65 x/i 63 x/i 63 x/i

02.30 wib 03.30 wib 04.30 wib 05.30 wib 06.30 wib 07.30 wib

125 x/i 120 x/i 118 x/i 115 x/i 110 x/i 107 x/i

37,3 c 37,1 c 36,8 c 36,9 c 36,5 c 36,7 c

65 x/i 72 x/i 70 x/i 68 x/i 65 x/i 70 x/i

DATA PERKEMBANGAN Tanggal: 20 - 21 Januari 2012 1. SUBJEKTIF: Bayi tidak terdengar menangis. Pergerakan bayi tidak ada. Bayi sering mengalami apnoe.

2. OBJEKTIF: Keadaan Umum Kesadaran TTV : Jelek : Stupor : Nadi : 70 x/i

: Pernapasan : 20 x/i : Suhu : 36,5c

Pemeriksaan Fisik 1. Kepala : Asimestris, Terdapat tonjolan berupa selaput tipis yang membungkus jaringan otak dibagian Oksipital. Warna kebiruan, Diameter 5x4 cm dari os.Oxsipital, Massa lunak 2. 3. 4. Muka Mata Hidung : Warna pucat. : Simetri, periorbital edema. : Ada cuping hidung, hidung terpasang selang Oksigen, pernafasan spontan tidak ada. 5. Mulut : warna mulut sinopsis, simetris tidak ada

labioskisis/labiopalatoskisi, mulut terpasang OGT. 6. Dada & Axilla : Ada retraksi dinding dada, tampak pengembangan dinding dada lemah. 7. 8. 9. Tali Pusat Extrimitas Pengeluaran : Layu kehitaman. : Warna kulit sianosis. : BAB (+), BAK (+)

Reflek 1. 2. 3. 4. 5. Reflek Moro (Terkejut) Reflek Rooting (menyentuh) Reflek Sucking (mengisap) Reflek Plantar/Grafs (mengengam) : Tidak ada : Tidak ada : Tidak ada : Tidak ada

Reflek Tonic Neck (mengerakan leher) : Tidak ada

3. ANALISA: Diagnosa: BY.Ny. M usia 7 hari dengan Encepalocel dan microcepal, keadaan umum bayi buruk.

4. PENATALAKSANAAN: 1. Memberikan asupan Oksigen 7 liter, bayi mengalami Apnoe dilakukan VTP, pernapasan tidak kunjung membaik, kemudian dilakukan RJP. 2. Melakukan pengisapan lendir pada hidung dan mulut, pada lambung warna cairan yang keluar berwarna hitam/ keruh. 3. Bayi dipuasakan, untuk mencegah agar tidak terjadi aspirasi susu pada saat pernafasan bagi tidak teratur. 4. Melanjutkan terapi: Infus Aminofusin 5% 30cc selama 24 jam tetap terpasang. Infus Dex 10% dihentikan untuk sementara. Mengobservasi ttv tiap 15 menit. Tabel 1.3 Observasi TTV tanggal 20 21 januari 2012 Jam 00.30 wib 00.45 wib 01.00 wib 01.15 wib 01.30 wib 01.45 wib 02.00 wib Nadi 70 x/i 70 x/i 65 x/i 60 x/i 50 x/i 40 x/i 42 x/i Suhu 36 c 36 c 36,2 c 36,5 c 37 c 36,8 c 36 c Pernafasan 20 x/i 16 x/i 15 x/i 16 x/i 15 x/i 14 x/i 14 x/i

02.15 wib 02.30 wib 02.45 wib 03.00 wib 03.05 wib

60 x/i 30 x/i 20 x/i 20 x/i Bayi dinyatakan meninggal oleh dokter jaga UGD.

36,5 c 36,6 c 36 c 35 c -

15 x/i 14 x/i -

5. Melakukan pencegahan infeksi pada daerah tonjolan selaput tipis yang ada di bagian oksipital dengan menutup benjolan dengan kassa steril serta mengompres mengunakan NACL 0,9% untuk mencegah jaringan agar tidak infeksi dan kering terpapar udara. 6. Meminimalkan handly untuk mengurangi memegangi kepala dengan tangan. 7. Mengatur posisi kepala bayi exstensi. 8. Melakukan kolaborasi dengan dokter jaga, keadaan umum bayi semakin memburuk saturasi 49%. 9. Pukul 03.05 WIB bayi dinyatakan + (meninggal) oleh dokter jaga. 10. Bayi dinyatakan meninggal oleh dr. Jaga UGD ( Dr. Risa ) di depan perawat dan mahasiswa. 11. Memberikan informasi kepada keluarga bahwa bayi telah meninggal. 12. Melakukan Perawatan jenazah.

Batam, Januari 2012

Mengetahui

Pembimbing Lahan

Pembimbing Akademis

(Susi Endriani, S.Kep)

(Febrina Hotmatiur Siregar, SST)

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan Encephalocele merupakan defek neural tube yang ditandai dengan protrusi seperti kantung pada otak dan membrane yang membungkusnya secara total melalui celah pada tengkorak. Defek ini disebabkan oleh kegagalan penutupan neural tube secara sempurna selama perkembangan fetus.

Biasanya encephalocele merupakan deformitas yang hebat dan didiagnosis segera setelah lahir, namun kadang encephalocele kecil pada nasal dan frontal tidak terdeteksi.

4.2 Saran Dianjurkan kepada setiap ibu yang merasa haidnya sudah terlambat agar secepatnya memerikasakan diri ke tenaga ketempat pelayanan kesehatan terdekat untuk melakukan tes urin dan USG sehingga angka kejadian encephalocele dapat terdeteksi sedini mungkin dan ibu dianjurkan mengonsumsi Asam Folat.

DAFTAR PUSTAKA

Prawihardji (2011), Ilmu kandungan Edisi ketiga Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawihardjo.

Sinclair, Chiritopher (2011), Buku Saku Ilmu Kebidanan dan Kandungan, Tangerang : Bina Rupa Aksara.

Sacharin, Rosa M (2005). Prinsip Keperawatan Pediatric. Jakarta : EGC

Staf Pengajar FKUI (2000). Ilmu Kesehatan Anak JILID 3. Jakarta : FKUI

Rustam, (1998), Sinopsis Obstetri Fisiologi, Obstetri patologi, jilid I, Jakarta : EGC

(http://kti-akbid.blogspot.com/2011/04/kti-gambaran-kasus-perdarahan.html. 12/07/2011)