Keluarga Dg Lansia 1

56
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keperawatan adalah “suatu bentuk pelayanan kesehatan kepada masyarakat yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan berbentuk pelayanan bio-psiko-sosial- kultural dan spiritual yang didasarkan pada pencapaian kebutuhan dasar manusia”. Dalam hal ini asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien bersifat komprehensif, ditujukan pada individu, keluarga dan masyarakat, baik dalam kondisi sehat dan sakit yang mencakup seluruh kehidupan manusia. Sedangkan asuhan yang diberikan berupa bantuian-bantuan kepada pasien karena adanya kelemahan fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan serta kurangnya kemampuan dan atau kemauan dalam melaksanakan aktivitas kehidupan sehari-hari secara mandiri. Perkembangan kehidupan lansia yang diharapkan mencakup penyesuaian terhadap penurunan kekuatan dan kesehatan fisik, penyesuaian terhadap pensiun (bagi mereka yang bekerja di sektor formal) dan penurunan penghasilan, penyesuaian terhadap kematian pasangan atau kerabat, membangun suatu perkumpulan dengan sekelompok seusia,

Transcript of Keluarga Dg Lansia 1

Page 1: Keluarga Dg Lansia 1

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keperawatan adalah “suatu bentuk pelayanan kesehatan kepada masyarakat yang

didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan berbentuk pelayanan bio-psiko-

sosial-kultural dan spiritual yang didasarkan pada pencapaian kebutuhan dasar

manusia”. Dalam hal ini asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien

bersifat komprehensif, ditujukan pada individu, keluarga dan masyarakat, baik

dalam kondisi sehat dan sakit yang mencakup seluruh kehidupan manusia.

Sedangkan asuhan yang diberikan berupa bantuian-bantuan kepada pasien karena

adanya kelemahan fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan serta kurangnya

kemampuan dan atau kemauan dalam melaksanakan aktivitas kehidupan sehari-

hari secara mandiri.

Perkembangan kehidupan lansia yang diharapkan mencakup penyesuaian

terhadap penurunan kekuatan dan kesehatan fisik, penyesuaian terhadap pensiun

(bagi mereka yang bekerja di sektor formal) dan penurunan penghasilan,

penyesuaian terhadap kematian pasangan atau kerabat, membangun suatu

perkumpulan dengan sekelompok seusia, mengambil dan beradaptasi terhadap

peran sosial dengan cara yang eksibel, serta membuat pengaturan hidup atau

kegiatan fisik yang menyenangkan.

Pada makalah ini akan dibahas secara singkat asuhan keperawatan pada pasien

lanjut usia di tatanan klinik (clinical area), dimanan pendekatan yang digunakan

adalah proses keperawatan yang meliputi pengkajian (assessment), merumuskan

diagnosa keperawatan (Nursing diagnosis), merencanakan tindakan keperawatan

(intervention), melaksanakan tindakan keperawatan (Implementation) dan

melakukan evaluasi (Evaluation). Dibawah ini ada beberapa alasan timbulnya

perhatian kepada lanjut usia, yaitu :

Page 2: Keluarga Dg Lansia 1

2

1. Pensiunan dan masalah-masalahnya

2. Kematian mendadak karena penyakit jantung dan stroke

3. Meningkatnya jumlah lanjut usia

4. Pencemaran pelayanan kesehatan,Kewajiban Pemerintah terhadap orang cacat

dan jompo

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Mampu melakukan Asuhan Keperawatan Keluarga pada Lansia secara

komprehensif meliputi aspek biopsikologis dan spiritual.

2. Tujuan khusus

a. Mampu mengetahui Kegiatan Asuhan Keperawatan Dasar Bagi Lansia

b. Mengetahui Pendekatan Perawatan Lanjut Usia

c. Mengetahui tujuan Asuhan Keperawatan Lanjut Usia

d. Mengetahui fokus Keperawatan Lanjut Usia

e. Mengetahui proses keperawatan keluarga

f. Mempengaruhi asuhan Keperawatan keluarga pada lansia

C. Metode Penulisan

Metode penulisan makalah ilmiah ini, penulis menggunakan: Studi

Kepustakaan yaitu dengan cara mempelajari buku-buku keperawatan

keluarga dan medik yang dijadikan sebagai bahan referensi yang

berhubungan dengan isi makalah ini.

D. Sistematika Penulisan

Dalam makalah ilmiah ini menggunakan penulisan sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN, yang terdiri dari : latar belakang, tujuan

penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan. BAB II : TINJAUAN

TEORI yang terdiri dari :pengertian, etiologi, rentang respon, tanda dan gejala,

Page 3: Keluarga Dg Lansia 1

3

Asuhan keperawatan. BAB III : PENUTUP yang terdiri dari : kesimpulan dan

saran

DAFTAR PUSTAKA

Page 4: Keluarga Dg Lansia 1

4

BAB II

PEMBAHASAN

A. Kegiatan Asuhan Keperawatan Dasar Bagi Lansia

Kegiatan Asuhan Keperawatan Dasar Bagi Lansia menurut Depkes,

dimaksudkan untuk memberikan bantuan, bimbingan pengawasan, perlindungan

dan pertolongan kepada lanjut usia secara individu maupun kelompok, seperti di

rumah / lingkungan keluarga, Panti Werda maupun Puskesmas, yang diberikan

oleh perawat. Untuk asuhan keperawatan yang masih dapat dilakukan oleh

anggota keluarga atau petugas sosial yang bukan tenaga keperawatan, diperlukan

latihan sebelumnya atau bimbingan langsung pada waktu tenaga keperawatan

melakukan asuhan keperawatan di rumah atau panti.

Adapun asuhan keperawatan dasar yang diberikan, disesuaikan pada kelompok

lanjut usia, apakah lanjut usia aktif atau pasif, antara lain:

1. Untuk lanjut usia yang masih aktif, asuhan keperawatan dapat berupa

dukungan tentang personal hygiene: kebersihan gigi dan mulut atau

pembersihan gigi palsu: kebersihan diri termasuk kepala, rambut, badan,

kuku, mata serta telinga: kebersihan lingkungan seperti tempat tidur dan

ruangan : makanan yang sesuai, misalnya porsi kecil bergizi, bervariai dan

mudah dicerna, dan kesegaran jasmani.

2. Untuk lanjut usia yang mengalami pasif, yang tergantung pada orang lain.

Hal yang perlu diperhatikan dalam memberikan asuhan keperawatan pada

lanjut usia pasif pada dasarnya sama seperti pada lanjut usia aktif, dengan

bantuan penuh oleh anggota keluarga atau petugas. Khususnya bagi yang

lumpuh, perlu dicegah agar tidak terjadi dekubitus (lecet).

Lanjut usia mempunyai potensi besar untuk menjadi dekubitus karena

perubahan kulit berkaitan dengan bertambahnya usia, antara lain:

a. Berkurangnya jaringan lemak subkutan

Page 5: Keluarga Dg Lansia 1

5

b. Berkurangnya jaringan kolagen dan elastisitas

c. Menurunnya efisiensi kolateral capital pada kulit sehingga kulit menjadi

lebih tipis dan rapuh

d. Adanya kecenderungan lansia imobilisasi sehingga potensi terjadinya

dekubitus.

B. Pendekatan Perawatan Lanjut Usia

1. Pendekatan fisik

Perawatan yang memperhatikan kesehatan obyektif, kebutuhan, kejadian-

kejadian yang dialami klien lanjut usia semasa hidupnya, perubahan fisik

pada organ tubuh, tingkat kesehatan yang masih bias di capai dan

dikembangkan, dan penyakit yang yang dapat dicegah atau ditekan

progresifitasnya. Perawatan fisik secara umum bagi klien lanjut usia dapat

dibagi atas dua bagian yaitu:

a. Klien lanjut usia yang masih aktif, yang keadaan fisiknya masih mampu

bergerak tanpa bantuan orang lain sehingga untuk kebutuhannya sehari-

hari masih mampu melakukan sendiri.

b. Klien lanjut usia yang pasif atau yang tidak dapat bangun, yang keadaan

fisiknya mengalami kelumpuhan atau sakit. Perawat harus mengetahui

dasar perawatan klien usia lanjut ini terutama tentang hal-hal yang

berhubungan dengan keberhasilan perorangan untuk mempertahankan

kesehatannya.

Kebersihan perorangan sangat penting dalam usaha mencegah timbulnya

peradangan, mengingat sumber infeksi dapat timbul bila keberhasilan kurang

mendapat perhatian. Disamping itu kemunduran kondisi fisik akibat proses

penuaan, dapat mempengaruhi ketahanan tubuh terhadap gangguan atau

serangan infeksi dari luar. Untuk klien lanjut usia yang masih aktif dapat

diberikan bimbingan mengenai kebersihan mulut dan gigi, kebersihan kulit

dan badan, kebersihan rambut dan kuku, kebersihan tempat tidur serta posisi

Page 6: Keluarga Dg Lansia 1

6

tidurnya, hal makanan, cara memakan obat, dan cara pindahdari tempat tidur

ke kursi atau sebaliknya. Hal ini penting meskipun tidak selalu keluhan-

keluhan yang dikemukakan atau gejala yang ditemukan memerlukan

perawatan, tidak jarang pada klien lanjut usia dihadapkan pada dokter dalam

keadaan gawat yang memerlukan tindakan darurat dan intensif, misalnya

gangguan serebrovaskuler mendadak, trauma, intoksikasi dan kejang-kejang,

untuk itu perlu pengamatan secermat mungkin.

Adapun komponen pendekatan fisik yang lebuh mendasar adalah

memperhatikan atau membantu para klien lanjut usia untuk bernafas dengan

lancar, makan, minum, melakukan eliminasi, tidur, menjaga sikap tubuh

waktu berjalan, tidur, menjaga sikap, tubuh waktu berjalan, duduk, merubah

posisi tiduran, beristirahat, kebersihan tubuh, memakai dan menukar

pakaian, mempertahankan suhu badan melindungi kulit dan kecelakaan.

Toleransi terhadap kakurangan O2 sangat menurun pada klien lanjut usia,

untuk itu kekurangan O2 yang mendadak harus disegah dengan posisi

bersandar pada beberapa bantal, jangan melakukan gerak badan yang

berlebihan.

Seorang perawat harus mampu memotifasi para klien lanjut usia agar mau

dan menerima makanan yang disajikan. Kurangnya kemampuan mengunyah

sering dapat menyebabkan hilangnya nafsu makan. Untuk mengatasi

masalah ini adalah dengan menghidangkan makanan agak lunak atau

memakai gigi palsu. Waktu makan yang teratur, menu bervariasi dan bergizi,

makanan yang serasi dan suasana yang menyenangkan dapat menambah

selera makan, bila ada penyakit tertentu perawat harus mengatur makanan

mereka sesuai dengan diet yang dianjurkan.

Kebersihan perorangan sangat penting dalam usaha mencegah timbulnya

peradangan, mengingat sumber infeksi bisa saja timbul bila kebersihan

Page 7: Keluarga Dg Lansia 1

7

kurang mendapat perhatian. Oleh karena itu, kebersihan badan, tempat tidur,

kebersihan rambut, kuku dan mulut atau gigi perlu mendapat perhatian

perawatan karena semua itu akan mempengaruhi kesehatan klien lanjut usia.

Perawat perlu mengadakan pemeriksaan kesehatan, hal ini harus dilakukan

kepada klien lanjut usia yang diduga menderita penyakit tertentu atau secara

berkala bila memperlihatkan kelainan, misalnya: batuk, pilek, dsb. Perawat

perlu memberikan penjelasan dan penyuluhan kesehatan, jika ada keluhan

insomnia, harus dicari penyebabnya, kemudian mengkomunikasikan dengan

mereka tentang cara pemecahannya. Perawat harus mendekatkan diri dengan

klien lanjut usia membimbing dengan sabar dan ramah, sambil bertanya apa

keluhan yang dirasakan, bagaimana tentang tidur, makan, apakah obat sudah

dimminum, apakah mereka bisa melaksanakan ibadah dsb. Sentuhan

(misalnya genggaman tangan) terkadang sangat berarti buat mereka.

2. Pendekatan psikis

Disini perawat mempunyai peranan penting untuk mengadakan pendekatan

edukatif pada klien lanjut usia, perawat dapat berperan sebagai supporter ,

interpreter terhadap segala sesuatu yang asing, sebagai penampung rahasia

yang pribadi dan sebagai sahabat yang akrab. Perawat hendaknya memiliki

kesabaran dan ketelitian dalam memberikan kesempatan dan waktu yang

cukup banyak untuk menerima berbagai bentuk keluhan agar para lanjut usia

merasa puas. Perawat harus selalu memegang prinsip ” Tripple”, yaitu sabar,

simpatik dan service. Pada dasarnya klien lanjut usia membutuhkan rasa aman

dan cinta kasih sayang dari lingkungan, termasuk perawat yang memberikan

perawatan.. Untuk itu perawat harus selalu menciptakan suasana yang aman ,

tidak gaduh, membiarkan mereka melakukan kegiatan dalam batas

kemampuan dan hobi yang dimilikinya.

Perawat harus membangkitkan semangat dan kreasi klien lanjut usia dalam

memecahkan dan mengurangi rasa putus asa , rendah diri, rasa keterbatasan

Page 8: Keluarga Dg Lansia 1

8

sebagai akibat dari ketidakmampuan fisik, dan kelainan yang dideritanya. Hal

itu perlu dilakukan karena perubahan psikologi terjadi karena bersama dengan

semakin lanjutnya usia. Perubahan-perubahan ini meliputi gejala-gejala,

seperti menurunnya daya ingat untuk peristiwa yang baru terjadi,

berkurangnya kegairahan atau keinginan, peningkatan kewaspadaan ,

perubahan pola tidur dengan suatu kecenderungan untuk tiduran diwaktu

siang, dan pergeseran libido.

Perawat harus sabar mendengarkan cerita dari masa lampau yang

membosankan, jangan menertawakan atau memarahi klien lanjut usia bila

lupa melakukan kesalahan . Harus diingat kemunduran ingatan jangan

dimanfaatkan untuk tujuan tertentu. Bila perawat ingin merubah tingkah laku

dan pandangan mereka terhadap kesehatan, perawat bila melakukannya secara

perlahan –lahan dan bertahap, perawat harus dapat mendukung mental mereka

kearah pemuasan pribadi sehinga seluruh pengalaman yang dilaluinya tidak

menambah beban, bila perlu diusahakan agar di masa lanjut usia ini mereka

puas dan bahagia.

3. Pendekatan sosial

Mengadakan diskusi, tukar pikiran, dan bercerita merupakan salah satu upaya

perawat dalam pendekatan social. Memberi kesempatan untuk berkumpul

bersama dengan sesama klien usia berarti menciptakan sosialisasi mereka.

Jadi pendekatan social ini merupakan suatu pegangan bagi perawat bahwa

orang yang dihadapinya adalah makhluk sosial yang membutuhkan orang lain.

Penyakit memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada para lanjut usia

untuk mengadakan konunikasi dan melakukan rekreasi, misal jalan pagi,

nonton film, atau hiburan lain. Tidak sedikit klien tidak tidur terasa, stress

memikirkan penyakitnya, biaya hidup, keluarga yang dirumah sehingga

menimbulkan kekecewaan, ketakutan atau kekhawatiran, dan rasa kecemasan.

Page 9: Keluarga Dg Lansia 1

9

Tidak jarang terjadi pertengkaran dan perkelahian diantara lanjut usia, hal ini

dapat diatasi dengan berbagai cara yaitu mengadakan hak dan kewajiban

bersama. Dengan demikian perawat tetap mempunyai hubungan komunikasi

baik sesama mereka maupun terhadap petugas yang secara langsung berkaitan

dengan pelayanan kesejahteraan sosial bagi lanjut usia di Panti Werda.

4. Pendekatan spiritual

Perawat harus bisa memberikan ketenangan dan kepuasan batin dalam

hubungannya dengan Tuhan atau agama yang dianutnua dalam kedaan sakit

atau mendeteksikematian.

Sehubungan dengan pendekatan spiritual bagi klien lanjut usia yang

menghadapi kematian, DR. Tony styobuhi mengemukakn bahwa maut sering

kali menggugah rasa takut. Rasa semacam ini didasari oleh berbagai macam

factor, seperti ketidak pastian akan pengalaman selanjutnya, adanya rasa sakit

dan kegelisahan kumpul lagi bengan keluatga dan lingkungan sekitarnya.

Dalam menghadapi kematian setiap klien lanjut usia akan memberikan reaksi

yang berbeda, tergantung dari kepribadian dan cara dalam mengahadapi hidup

ini. Adapun kegelisahan yang timbul diakibatkan oleh persoalan keluarga

perawat harus dapat meyakinkan lanjut usia bahwa kalaupun kelurga tadi di

tinggalkan , masih ada orang lain yang mengurus mereka. Sedangkan rasa

bersalah selalu menghantui pikiran lanjut usia.

Umumnya pada waktu kematian akan datang agama atau kepercayaan

seseorang merupakan factor yang penting sekali. Pada waktu inilah kelahiran

seorang iman sangat perlu untuk melapangkan dada klien lanjut usia. Dengan

demikian pendekatan perawat pada klien lanjut usia bukan hanya terhadap

fisik saja, melainkan perawat lebih dituntut menemukan pribadi klien lanjut

usia melalui agama mereka.

Page 10: Keluarga Dg Lansia 1

10

C. Tujuan Asuhan Keperawatan Lanjut Usia

Agar lanjut usia dapat melakukan kegiatan sehari –hari secara mandiri dengan:

1. Mempertahankan kesehatan serta kemampuan dari mereka yang usianya telah

lanjut dengan jalan perawatan dan pencegahan.

2. Membantu mempertahankan serta membesarkan daya hidup atau semangat

hidup klien lanjut usia (life support)

3. menolong dan merawat klien lanjut usia yang menderita penyakit atau

gangguan baik kronis maupun akut.

4. Merangsang para petugas kesehatan untuk dapat mengenal dan menegakkan

diagnosa yang tepat dan dini, bila mereka menjumpai kelainan tertentu

5. Mencari upaya semaksimal mungkin, agar para klien lanjut usia yang

menderita suatu penyakit, masih dapat mempertahankan kebebasan yang

maksimal tanpa perlu suatu pertolongan (memelihara kemandirian secara

maksimal).

Tujuan perawatan pada lansia adalah:

- Untuk mengoptimalkan kesehatan mereka secara umum, serta memperbaiki/

mempertahankan kapasitas fungsionalnya.

- Lansia dapat tetap dipertahankan dirumahnya untuk mengurangi biaya

perawatan

- Meningkatkan kualitas hidupnya sehari-hari

D. Fokus Keperawatan Lanjut Usia

Keperawatan lanjut usia berfokus pada :

1. Peningkatan kesehatan (helth promotion)

2. Pencegahan penyakit (preventif)

3. Mengoptimalkan fungsi mental

4. Mengatasi gangguan kesehatan yang umum.

Page 11: Keluarga Dg Lansia 1

11

E. Proses Keperawatan Keluarga

Langkah-langkah proses keperawatan adalah:

(Sumber: Zaidin Ali, 2009: 39)

Pengkajian terhadap kelurgaMengidentifikasi data

1. Sosial Budaya2. Lingkungan3. Struktur4. Fungsi Keluarga5. Fungsi Keluarga

Pengkajian anggota keluarga secara perorangan

1. Mental2. Fisik3. Emosional4. Sosial5. Spiritual

Rencana asuhan keperawatan

1. Menyusun tujuan2. Mengidentifikasi sumber3. Mengidentifikasi

pendekatan alternatif4. Memilih intervensi5. Menyusun prioritas

Identifikasi masalah keluarga dan individu

(diagnosis keperawatan)

Intervensi Keperawatan: Implementasi rencana penggerakan sumber

Evaluasi Keperawatan

Page 12: Keluarga Dg Lansia 1

12

Dari gambar diatas dapat disimpulkan bahwa proses keperawatan adalah:

- Pengkajian, yang terdiri dari pengkajian keluarga dan pengkajian individu/

Anggota keluarga

- Perumusan diagnosis keperawatan

- Rencana asuhan keperawatan

- Intervensi

- Evaluasi keperawatan

1. Pengkajian Keperawatan

a) Penjajakan keluarga

Penjajakan keluarga perlu dilakukan untuk membina hubungan baik dengan

keluarga. Dalam penjajakan ini perawat perlu mengadakan kontak dengan

RW/RT dan keluarga yang bersangkutan guna menyampaikan maksud dan

tujuan serta mengatasi masalah kesehatan mereka. Setelah mendapat

tanggapan positif dari keluarga tersebut, pengkajian diteruskan pda langkah

berikutnya.

b) Pengumpulan data

Merupakan upaya pengumpulan semua data, fakta, dan informasi yang

mendukung pemecahan masalah klien( Lansia). Jenis data yang

dikumpulkan:

I. Data Umum

a. Identitas kepala keluarga

1) Nama kepala keluarga (KK) :

2) Umur (KK) :

3) Pekerjaan kepala keluarga (KK) :

4) Pendidikan kepala keluarga (KK) :

5) Alamat dan nomor telpon: :

Page 13: Keluarga Dg Lansia 1

13

b. Komposisi anggota keluarga

No NamaJenis

KelaminHubungan

Tempat

tanggal lahirPekerjaan Pendidikan

c. Genogram

Genogram harus menyangkut minimal 3 generasi, harus tertera nama, umur,

kondisi kesehatan tiap keterangan gambar. Terdapat keterangan gambar

dengan simbol berbeda (Friedman, 1998) seperti:

: Laki-laki

: Perempuan

: Meninggal dunia

: Pasien yang diidentifikasi

: Kawin

: Cerai

: Anak adopsi

: Anak kembar

Page 14: Keluarga Dg Lansia 1

14

: Aborsi/ keguguran

d. Tipe bentuk keluarga

e. Suku bangsa:

- Asal suku bangsa keluarga

- Bahasa yang dipakai keluarga

- Kebiasaan keluarga yang dipengaruhi suku yang dapat mempengaruhi

kesehatan

f. Agama

- Agama yang dianut keluarga

- Kepercayaan yang mempengaruhi kesehatan

g. Status kelas sosial ekonomi keluarga

- Rata-rata penghasilan seluruh anggota keluarga

- Jenis pengeluaran keluarga tiap bulan

- Tabungan khusus kesehatan

- Barang (harta benda) yang dimiliki keluarga (perabot, transportasi)

h. Aktifitas rekreasi keluarga

II. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga

a) Tahap perkembangan keluarga saat ini

b) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi

c) Riwayat keluarga inti:

- Riwayat terbentuknya keluarga inti

Page 15: Keluarga Dg Lansia 1

15

- Penyakit yang diderita keluarga orang tua (adanya penyakit menular atau

penyakit menular dikeluarga)

d) Riwayat keluarga sebelumnya (suami istri):

- Riwayat penyakit keturunan dan penyakit menular dikeluarga

- Riwayat kebiasaan/ gaya hidup yang mempengaruhi kesehatan

III. Data lingkungan

a. Karateristik rumah

- Ukuran rumah (luas rumah)

- Kondisi dalam dan luar rumah

- Kebersihan rumah

- Ventilasi rumah

- Saluran pembuangan air limbah

- Air bersih

- Pengelolaan sampah

- Kepemilikan rumah

- Kamar mandi/ wc

- Denah rumah

b. Karateristik tetangga dan komunitas tempat tinggal:

- Apakah ingin tinggal dengan satu suku saja

- Aturan dan kesepakatan penduduk setempat

- Budaya setempat yang mempengaruhi kesehatan

c. Mobilitas geografis keluarga:

- Apakah keluarga sering pindah rumah

- Dampak pindah rumah terhadap kondisi keluarga (apakah menyebabkan

stress)

d. Perkumpulan keluarga

- Perkumpulan/ organisasi sosial yang diikuti oleh anggota keluarga

- Digambarkan dalam ecomap

Page 16: Keluarga Dg Lansia 1

16

e. Sistem pendukung keluarga

Termaksud siapa saja yang terlibat bila keluarga mengalami masalah

IV. Struktur keluarga

a) Pola-pola komunikasi bagaimana pesan-pesan emosional disampaikanm

dalam keluarga, berapa frekuensi dan kualitas komunikasi yang berlansung

dalam.

b) Struktur kekuasaan : hasil-hasil dari kekuasaan, proses pembuatan keputusan

dasar-dasar kekuasaan, variabel yang mempengaruhi kekuasaan

kekeluargaan, keseluruhan, sistem kekuasaan dan kekuasaan subsistem,

kontinum kekuasaan keluarga.

c) Struktur peran : struktur peran formal, struktur peran informal analisa model-

model peran variabel-variabel yang mempengaruhi struktur peran.

d) Nilai-nilai keluarga : penggunaan metode perbandingan dan membedakan

dengan nilai-nilai dan kebudayaan yang dominan dan kelompok referensi

keluarga, kelompok etnis yang mereka identfikasi atau keduanya.

V. Fungsi keluarga

a) Fungsi afektif : pada kebutuhan keluarga saling memperhatikan keakraban

dan identifikasi, keterpisahan dan keterkaitan.

b) Fungsi sosialisasi : siapa yang menerima tanggung jawab untuk peran

membesarkan anak atau fungsi sosialisasi bagaimana anak-anak dihargai,

keyakinan-keyakina budaya dan faktor-faktor sosial yang mempengaruhi

pola-pola membersarkan anak.

c) Fungsi keperawatan kesehatan keyakinan-keyakinan, nilai-nilai dan perilaku

keluarga, definisi dari keluarga tentang sehat, sakit dan tingkat pengetahuan

mereka.

Page 17: Keluarga Dg Lansia 1

17

VI. Koping keluarga

a) Stresor-stresor baik jangka pendek maupun jangka panjan dan yang

berhubungan dengan sosial ekonomi dan lingkungan.

b) Kemampuan keluarga untuk bertindak berdasarkan penilaian yang objektif

dan realistis terhadap situasi yang penuh dan stres.

c) Reaksi keluarga terhadap situasi yang penuh dan stres.

d) Waktu penguasaan yang dicapai dalam bidang atau situasi-situasi masalah.

e) Strategi-strategi adaptip disfungsional yang telah digunankan dan sedang

digunakan.

VII. Pemeriksaan fisik

a. Pemeriksaan Fisik Pada Lansia

Tata cara pemeriksaan fisik dilakukan sebagaimana halnya prosedur yang

ditempuh pada kelompok usia lainnya. Namun, dalam melakukan pengkajian

fisik pada kllien lansia secara efektif memerlukan penilaian terhadap status

kesehatannya secara tepat. Seperti biasa, pemeriksaan fisik mencakup

inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.

1. Kesadaran

Pasien dapat menunjukan tingkat kesadaran baik (tak ada kelainan/

gangguan kesadaran), dengan kata lain keadaan umum pasien baik.

Keadaan umum pasien tampak sakit (bisa ringan, sedang, atau berat).

Gangguan kesadaran tingkat ringan dan tingkat sedangharus dibedakan

dari kondisi klien lansia yang sedang tidur.

Tingkat kesadaran dibagi menjadi beberapa bagian:

- Compos mentis (normal)

- Somnolen

- Sopor

- Soporkoma

- Koma

Page 18: Keluarga Dg Lansia 1

18

Bila lansia menunjukan gangguan tingkat kesadaran, cara yang lazim

digunakan adalah skala Glasgow, yaitu GCS. Disini kondisi neurologi

dinilai berdasarkan 3 faktor. Reaksi membuka mata, respon verbal, dan

respon motorik.

2. Tanda Vital

Pemeriksaan TTV meliputu pemeriksaan nadi, permeriksaan tekanan darah.

3. Sistem Integumen

Lemak subkutan menyusut, kulit kering dan tipis, rentan terhadap trauma

dan iritasu, serta lambat sembuh. Selain itu juga perhatikan ada tidaknya

anemia, ikterus, sianosis, serta lesi primer dan lesi sekunder.

4. Pengkajian status Gizi

Pada lansia perlu mewaspadai status gizi yang menurun. Malnutrisi

merupakan masalah multi faktor, yaitu meliputi faktor fisik, sosial dan

ekonomi. Bagi lansia sendiri, sering kali mengalami kuranf makan.

Kegunaan status gizi pada lansia:

- Untuk memperolth respon umum terhadap masuknya antigen asing.

- Untuk dapat mempertahankan struktur anatomi

- Untuk dapat berpikir jernih

- Untuk dapat memperoleh energi cadangan bagi keperluan sosialisasi

serta aktivitas jasmani

Beberapa perubahan fisiologis yang terkait dengan proses penuaan dan dapat

mempengaruhi status gizi adalah:

- Penurunan penciuman dan pengecapan

- Gangguan gigi geligi

- Berkurangnya produksi saliva sampai sebesar 1/3 kali produksi pada

usia muda

Page 19: Keluarga Dg Lansia 1

19

- Gangguan refleks menelan

- Kutang toleran terhadap lemak

- Peristaltik menurun

- Rendahnya produktivitas asam lambung yang khususnya terkait

menurunya pencernaan dan absorpsi vitamin, zat besi, zink dan kalsium.

5. Pengkajian Sistem Perkemihan

Proses penuaan pada ginjal, kandung kemuh, uretra dan sistem persarafan

mempengaruhi fisiologi pengeluaran urine. Proses penuaan dapat mengarah

pada terjadinya inkontinensia. Faktor resiko untuk timbulnya inkontinensia

meliputi obat-obatan, kondisi patologis, psikososial serta kelainan kognitif

dan fungsional.

Pengkajian faktor resiko yang mempengaruhi eliminasi urine:

- (Pria) : apakah pernah operasi prostat/ kandung kemih?

- (Pria) : Adakah riwayat masalah prostat?

- (Wanita): apakah lansia punya anak?

- (Wanita) : pernahkah dioperasi panggul, kandung kemih/ uterus?

- (Wanita) : Adakah infeksi pada traktus genitalia?

- Adakah nyeri/ rasa tak nyaman waktu berkemih?

- Adakah infeksi urinaria?

- Adakah penyakit kronis, obat apakah yang dipakai?

- Berapa banyak minum sehari? (tanyakan jumlah dan jenisnya?)

Pengkajian faktor resiko tidak langsung

- Adakah kesulitan untuk berjalan/ gangguan keseimbangan?

- Bila berada ditempat umum adakah mengalami kesulitan ketoilet?

Pengkajian gejalan dan keluhan disfungsi urine

- Bisakan menahan kemih sebelum mencapai toilet?

Page 20: Keluarga Dg Lansia 1

20

- Apakah perlu selalu bangun berkemih malam hari?

- Setelah berkemih apakah merasa tidak lampias?

6. Pengkajian sistem pernapasan

Hal yang mencakup:

1. Perubahan pada saluran pernapasan atas

2. Diameter dinding

3. Dinding dada kaku

Bentuk kelainan yang dikaji meliputi adanya pernapasan dengan

menggunakan otot napas tambahan, pernapasan yang memerlukan tenaga,

pernapasan yang kurang efisien, menurunnya reflek batuk, serta lansia

menjadi lebih rentan terhadap infeksi saluran napas bagian bawah. Adapun

faktor resiko yang ditemukan anatara lain berupa merokok, polusi udara, atau

polusi akibat keterpaparan dari lingkungan (asbestosis).

7. Pengkajian Mobilitas

Pengkajian mobilitas dilakukan atas dasar pemahaman terhadap proses

penuaan yang terjadi akibat mobilitas. Hal ini mencakup:

- Berkurangnya massa otot

- Jaringan ikat mengalami perubahan degeneratif

- Osteoporosis

- Perubahan pada susunan saraf

Bentuk kelainan lain yang dikaji meliputi antara lain berupa osteoporosis,

terutama pada wanita, mereka yang kurang bergerak, serta lansia dengan

kelainan kekurangan kalsium.

8. Pengkajian sistem integumen/kulit

Pengkajian ini dilakukan atas dasar pemahaman terhadap proses penuaan yang

terjadi pada sistem kulit/integumen. Hal ini mencakup:

Page 21: Keluarga Dg Lansia 1

21

- Pertumbuhan epidemis melambat, kulit kering, epidermis menipis

- Berkurangnya vaskularisasi

- Melanosit dan kelenjar-kelenjar pada kulit

Bentuk kelainan yang dikaji meliputi adanya kulit kering, keriput, luka sulit

meyembuh, mudah mengalami luka bakar, serta trauma dan infeksi/ Adapun

faktor resiko yang ditemukan antara lain berupa: terkena sinar ultraviolet,

frekuensi kebiasaan mandi, serta keterbatasan aktivitas.

9. Pengkajian pola tidur

Pengkajian pola tidur dilakukan atas dasar pemahaman terhadap proses

penuaan yang terjadi pada pengkajian pola tidur. Hal ini mencakup perubahan

siklus tidur seiring penuaan. Bentuk kelainan yang dikaji meliputi adanya

berbagai konsekuensi fungsional berupa: susah tidur pulas, sering terbangun,

serta kualitas tidur yang rendah.

Adapun faktor resiko yang ditemukan antara lain berupa: nyeri,

ketidaknyamanan, pemakaian obat tidur, serta adanya faktor lingkungan

seperti: kegaduhan dan penyakit sistemik yang berdampak lansia sering

berkemih dimalam hari.

10. Pengkajian status fungsional

Pengkajian ini sangat penting, terutama ketika terjadi hambatan pada

kemampuan lansia dalam melaksanakan fungsi kehidupan sehari-harinya. Dari

hasil penelitian tentang gangguan status fungsional (baik fisik maupun

psikososial) merupakan indikator penting tentang adanya penyakit pada

lansia. Aktivitas kehidupan harian yang dalam istilah ADL meliputi antara

lain: ketoilet, makan, berpakaian, mandi dan berpindah tempat. Pengkajian

ADL penting untuk mengetahui tingkat ketergantungan. Bila lansia tidak

dapat melakukan ADL instrumen secara mandiri diperlukan peran perawat

pembantu.

Page 22: Keluarga Dg Lansia 1

22

b. Pengkajian status psikososial

Adapun pengkajian fungsi psikososial dilakukan melalui observasi, wawancara,

dan pemeriksaan status mental. Informasi yang dihimpun meliputi fungsi

kognitif, psikomotor, pandangan dan penalaran, serta kontak dengan lansia.

Pengkajian status psikososial meliputi pengkajian fungsi kognitif dan pengkajian

psikososial (mental, emosional). Pemeriksaan ini dilakukan untuk dapat

menentukan pikiran serta proses menua, apakah lansia dapat memperlihatkan

fungsi optimal.

Bila lansia mengalami suatu serangan penyakit atau gangguan tertentu, maka

perlu diidentifikasi hal berikut:

1) Evaluasi kesadaran dan orientasi

2) Aspek kognitif, alam perasaan, dan afek.

c. Pengkajian aspek spiritual

Indeks untuk mengukur upaya yang dilakukan secara individual dalam pencarian

arti dan makna kehidupan

- Perasaan individu tentang kehidupan keagamaan (sholat, atau berdoa)

- Melakukan kewajiban-kewajiban agar berkontemplasi tentang makna

kehidupan manurut agama dan kepercayaan.

- Bagaimana seorang mengekspresikan arti kehidupan yang dijalaninya

- Apakah nilai-nilai keberagamaannya dapat menuntun menjawab tantangan

dalam kehidupan.

- Mengetahui bahwa kehidupan spritualnya merupakan suatu proses yang

berlangsung terus selama hayat.

- Apakah seorang itu peduli tentang isu-isu kemanusiaan?

- Apakah seorang masih mendalami pengetahuan keagamaan?

- Apakah yang bersangkutan meyakini tentang konsep keimanan terhadap

Tuhan penciptanya?

- Apakah terdapat keinginan untuk membagi nilai-nilai spiritual bersama

orang lain?

Page 23: Keluarga Dg Lansia 1

23

2. Diagnosa Keperawatan

a. Aspek fisik atau biologis

1) Dx: Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d

tidak mampu dalam memasukkan, memasukan, mencerna,

mengabsorbsi makanan karena factor biologi.

NOC I: Status nutrisi

Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3X24 jam pasien

diharapkan mampu:

- Asupan nutrisi tidak bermasalah

- Asupan makanan dan cairan tidak bermasalah

- Energy tdak bermasalah

- Berat badan ideal

NIC I: Manajemen ketidakteraturan makan (eating disorder management)

- Kolaborasi dengan anggota tim kesehatan untuk memuat perencanaan

perawatan jika sesuai.

- Diskusikan dengan tim dan pasien untuk membuat target berat

badann, jika berat badan pasien tdak sesuia dengan usia dan bentuk

tubuh.

- Diskusikan dengan ahli gizi untuk menentukan asupan kalori setiap

hari supaya mencapai dan atau mempertahankan berat badan sesuai

target.

- Ajarkan dan kuatkan konsep nutrisi yang baik pada pasien

- Kembangkan hubungan suportif dengna pasien

- Dorong pasien untuk memonitor diri sendiri terhadap asupan

makanan dan kenaikan atau pemeliharaan berat badan

- Gunakan teknik modifikasi tingkah laku untuk meningkatkan berat

badan dan untuk menimimalkan berat badan.

- Berikan pujian atas peningkatan berat badan dan tingkah laku yang

mendukung peningkatan berat badan.

Page 24: Keluarga Dg Lansia 1

24

2) Dx. Gangguan pola tidur berhubungan dengan insomnia dalam waktu

lama, terbangun lebih awal atau terlambat bangun dan penurunan

kemampuan fungsi yng ditandai dengan penuaan perubahan pola tidur

dan cemas

NOC: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2×24 jam pasien

diharapkan dapat memperbaiki pola tidurnya dengan criteria :

- Mengatur jumlah jam tidurnya

- Tidur secara rutin

- Miningkatkan pola tidur

- Meningkatkan kualitas tidur

- Tidak ada gangguan tidur

NIC: Peningkatan Tidur

- Tetapkan pola kegiatan dan tidur pasien

- Monitor pola tidur pasien dan jumlah jam tidurnya

- Jelaskan pentingnya tidur selama sakit dan stress fisik

- Bantu pasien untuk menghilangkan situasi stress sebelum jam tidurnya

        

3) Dx. Inkontinensia urin fungsional berhubungan dengan

keterbatasan  neuromuskular yang ditandai dengan waktu yang

diperlukan ke toilet melebihi waktu untuk menahan pengosongan

bladder dan tidak mampu mengontrol pengosongan.

NOC : Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3×24 jam

diharapkan pasien mampu :

- Kontinensia Urin

- Merespon dengan cepat keinginan buang air kecil (BAK).

- Mampu mencapai toilet dan mengeluarkan urin secara tepat waktu.

- Mengosongkan bladde dengan lengkap.

Page 25: Keluarga Dg Lansia 1

25

- Mampu memprediksi pengeluaran urin.

NIC  : Perawatan Inkontinensia Urin

- Monitor eliminasi urin

- Bantu klien mengembangkan sensasi keinginan BAK.

- Modifikasi baju dan lingkungan untuk memudahkan klien ke toilet.

- Instruksikan pasien untuk mengonsumsi air minum sebanyak 1500

cc/hari.

4) Dx. Gangguan proses berpikir berhubungan dengan kemunduran atau

kerusakan memori sekunder

NOC : Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 2×24 jam pasien

diharapkan dapat meningkatkan daya ingat dengan criteria :

- Mengingat dengan segera informasi yang tepat

- Mengingat inormasi yang baru saja disampaikan

- Mengingat informasi yang sudah lalu

NIC : Latihan Daya Ingat

- Diskusi dengan pasien dan keluarga beberapa masalah ingatan

- Rangsang ingatan dengan mengulang pemikiran pasien kemarin dengan

cepat

- Mengenangkan tentang pengalaman di masalalu dengan pasien

        

5) Dx. Disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan struktur

tubuh/fungsi yang ditandai dengan perubahan dalam mencapai kepuasan

seksual.

NOC : Fungsi Seksual

- Mengekspresikan kenyamanan

- Mengekspresikan kepercayaan diri

Page 26: Keluarga Dg Lansia 1

26

NIC  : Konseling Seksual

- Bantu pasien untuk mengekspresikan perubahan fungsi tubuh termasuk

organ seksual seiring dengan bertambahnya usia.

- Diskusikan beberapa pilihan agar dicapai kenyamanan.

        

6) Dx. Kelemahan mobilitas fisik b.d kerusakan musculoskeletal dan

neuromuscular Yang ditandai dengan :

- Perubahan gaya berjalan

- Gerak lambat

- Gerak menyebabkan tremor

- Usaha yang kuat untuk perubahan gerak

NOC : Level Mobilitas ( Mobility Level )

Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 2X24 jam diharapkan pasien

dapat :

- Memposisikan penampilan tubuh

- Ambulasi : berjalan

- Menggerakan otot

- Menyambung gerakan/mengkolaborasikan gerakan

NIC :  Latihan dengan Terapi Gerakan ( Exercise Therapy Ambulation )

- Kosultasi kepada pemberi terapi fisik mengenai rencana gerakan yang

sesuai dengan kebutuhan

- Dorong untuk bergerak secara bebas namun masih dalam batas yang

aman

- Gunakan alat bantu untuk bergerak, jika tidak kuat untuk berdiri (mudah

goyah/tidak kokoh)

       

Page 27: Keluarga Dg Lansia 1

27

7) Dx. Kelelahan b.d kondisi fisik kurang

Yang ditandai dengan:

- Peningkatan kebutuhan istirahat

- Lelah

- Penampilan menurun

NOC Activity Tolerance

Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 2X24 jam diharapkan pasien

dapat:

- Memonitor  usaha bernapas dalam respon aktivitas

- Melaporkan aktivitas harian

- Memonitor ECG dalam batas normal

- Memonitor warna kulit

NIC Energy Management

- Monitor intake nutrisi untuk memastikan sumber energi yang adekuat

- Tentukan keterbatasan fisik pasien

- Tentukan penyebab kelelahan

- Bantu pasien untuk jadwal  istirahat

8) Dx. Risiko kerusakan integritas kulit

NOC : Kontrol Risiko ( risk control )

Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 2X24 jam diharapkan pasien

dapat

- Kontrol perubahan status kesehatan

- Gunakan support system pribadi untuk mengontrol risiko

- Mengenal perubahan status kesehatan

- Monitor factor risiko yang berasal dari lingkungan

NIC : penjagaan terhadap kulit ( skin surveillance )

Page 28: Keluarga Dg Lansia 1

28

- Monitor area kulit yang terlihat kemerahan dan adanya kerusakan

- Monitor kulit yang sering mendapat tekanan dan gesekan

- Monitor warna kulit

- Monitor suhu kulit

- Periksa pakaian, jika pakaian terlihat terlalu ketat

9) Dx. Kerusakan Memori b.d  gangguan neurologis

Yang ditandai dengan :

- Tidak mampu mengingat informasi factual

- Tidak mampu mengingat kejadian yang baru saja terjadi atau masa lampau

- Lupa dalam melaporkan atau menunjukkan pengalaman

- Tidak mampu belajar atau menyimpan keterampilan atau informasi baru

NOC : Orientasi Kognitif

Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 2X24 jam diharapkan pasien

dapat :

- Mengenal diri sendiri

- Mengenal orang atau hal penting

- Mengenal tempatnya sekarang

- Mengenal hari, bulan, dan tahun dengan benar

NIC : Pelatihan Memori ( Memory Training )

- Stimulasi memory dengan mengulangi pembicaraan secara jelas di akhir

pertemuan dengan pasien.

- Mengenang pengalaman masa lalu dengan pasien

- Menyediakan gambar untuk mengenal ingatannya kembali

- Monitor perilaku pasien selama terapi

Page 29: Keluarga Dg Lansia 1

29

b. Aspek psikososial

1) Dx. Coping tidak efektif b.d percaya diri tidak adekuat dalam kemampuan

koping, dukungan social tidak adekuat yang dibentuk dari karakteristik

atau hubungan.

NOC I : koping (coping)

Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3X24 jam pasien secara

konsisten diharapkan mampu:

- Mengidentifikasi pola koping efektif

- Mengedentifikasi pola koping yang tidak efektif

- Melaporkan penurunan stress

- Memverbalkan control perasaan

- Memodifikasi gaya hidup yang dibutuhkan

- Beradaptasi dengan perubahan perkembangan

- Menggunakan dukungan social yang tersedia

- Melaporkan peningkatan kenyamanan psikologis

NIC I : coping enhancement

- Dorong aktifitas social dan komunitas

- Dorong pasien untuk mengembangkan hubungan

- Dorong berhubungan dengan seseorang yang memiliki tujuan dan

ketertarikan yang sama

- Dukung pasein untuk menguunakan mekanisme pertahanan yang sesuai.

- Kenalkan pasien kepada seseorang yang mempunyai latar belakang

pengalaman yang sama.

2) Dx. Isolasi social b.d perubhaan penampilan fisik, peubahan keadaan

sejahtera, perubahan status mental.

NOC I : Lingkungan keluarga : internal ( family environment: interna)

Page 30: Keluarga Dg Lansia 1

30

Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3X24 jam pasien secara

konsisten diharapkan mampu:

- Berpatisipasi dalam aktifitas bersama

- Berpatisipasi dala tradisi keluarga

- Menerima kujungan dari teman dan  anggota keluarga besar

- Memberikan dukungan satu sama lain

- Mengekspresikan perasaan dan masalah kepada yang lain.

- Mendorong anggota keluarga untuk tidak ketergantungan

- Berpatisipasi dalam rekreasi dan acara aktifitas komunitas

- Memecahkan masalah

NIC I : Keterlibatan keluarga (Family involvement)

- Mengidentifikasikan kemampuan anggota keluarga untuk terlibat dalam

perawatan pasien.

- Menentukan sumber fisik, psikososial dan pendidikan pemberi pelayanan

kesehatan yang utama.

- Mengidentifkasi deficit perawatan diri pasien

- Menentukan tinggat ketergantungan pasien terhadap keluarganya  yang

sesuai dengan umur atau penyakitnya.

3) Dx. Gangguan harga diri berhubungan dengan ketergantungan, perubahan

peran, perubahan citra tubuh dan fungsi seksual.

NOC :

Setelah dilakukan tindakan intervensi keperawatan selama 2×24 jam pasien

diharapkan akan bisa memperbaiki konsep diri dengan criteria :

- Mengidentifikasi pola koping terdahulu yang efektif dan pada saat ini tidak

mungkin lagi digunakan akibat penyakit dan penanganan (pemakaian

alkohol dan obat-obatan; penggunaan tenaga yang berlebihan)

- Pasien dan keluarga mengidentifikasi dan mengungkapkan perasaan dan

reaksinya terhadap penyakit dan perubahan hidup yang diperlukan

Page 31: Keluarga Dg Lansia 1

31

- Mencari konseling profesional, jika perlu, untuk menghadapi perubahan

akibat pnyakitnya

- Melaporkan kepuasan dengan metode ekspresi seksual

NIC : Peningkatan harga diri

- Kuatkan rasa percaya diri terhadap kemampuan pasien mengndalikan situasi

- Menguatkan tenaga pribadi dalam mengenal dirinya

- Bantu pasien untuk memeriksa kembali persepsi negative tentang dirinya

4) Dx. Cemas b.d perubahan dalam status peran, status kesehatan, pola interaksi,

fungsi peran, lingkungan, status ekonomi

Yang ditandai dengan:

- Ekspresi yang mendalam dalam perubahan hidup

- Mudah tersinggung

- Gangguan tidur

NOC  Anxiety Control

Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 2X24 jam diharapkan pasien

dapat:

- Memonitor  intensitas  cemas

- Melaporkan tidur  yang adekuat

- Mengontrol respon cemas

- Merencanakan strategi koping dalamsituasi stress

NIC  Anxiety Reduction

- Bantu pasien untuk menidentifikasi situasi percepatan cemas

- Dampingi pasien untuk mempromosikan kenyamanan dan mengurangi

ketakutan

- Identifikasi ketika perubahan level cemas

- Instuksikan pasien dalam teknik relaksasi

Page 32: Keluarga Dg Lansia 1

32

5) Dx. Resiko Kesendirian

NOC Family Coping

Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 2X24 jam diharapkan pasien

dapat:

- Mendemontrasikan fleksibelitas peran

- Mengatur masalah

- Menggunakan strategi penguranagn stress

- Menghadapi masalah

NIC  Family Support

- Bantu pekembangan harapan yang realistis

- Identifikasi alami dukungan spiritual  bagi keluarga

- Berikan kepercayaan  dalam hubungan dengan keluarga

- Dengarkan untuk berhubungan dengan keluarga, perasan dan pertanyaan

6) Dx. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan dan

ketergantungan fisik (ketidakseimbangan mobilitas) serta psikologis yang

disebabkan penyakit atau terapi

NOC : Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 2x24jam pasien

diharapkan meningkatkan citra tubuhnya dengan criteria :

- Merasa puas dengan penampilan tubuhnya

- Merasa puas dengan fungsi anggota badannya

- Mendiskripsikan bagian tubuh tambahan

NIC : Peningkatan Citra Tubuh

- Bantu pasien untuk mendiskusikan perubahan karena penyakit atau

pembedahan

- Memutuskan apakah perubahan fisik yang baru saja diterima dapat masuk

dalam citra tubuh pasien

Page 33: Keluarga Dg Lansia 1

33

- Memudahkan hubungan dengan individu lain yang mempunyai penyakit

yang sama

c. Aspek spiritual

1) Dx : Distress spiritual b.d peubahan hidup, kematian atau sekarat diri atau

orang lain, cemas, mengasingkan diri, kesendirian atau pengasingan social,

kurang sosiokultural.

NOC I : pengaharapan (hope)

Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3X24 jam pasien secara luas

diharapkan mampu:

- Mengekspresikan orientasi masa depan yang positif

- Mengekspresikan arti kehidupan

- Mengekspresikan rasa optimis

- Mengekspresikan perasaan untuk mengontrol diri sendiri

- Mengekspresikan kepercayaan

- Mengekspresikan rasa percaya pada diri sendiri dan orang lain

NIC I : penanaman harapan (hope instillation)

- Pengkaji pasian atau keluarga untuk mengidentifikasi area pengharapan

dalam hidup

- Melibatkan pasien secara aktif dalam perawatan diri

- Mengajarkan keluarga tentang aspek positif pengharapan

- Memberikan kesempatan pasien atau keluarga terlibat dalam support

group.

- Mengembangkan mekanisme paran koping pasien

3. Pelaksanaan (Implementasi Keperawatan)

Pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang

spesifik. Tahap ini merupakan tahap keempat dalam proses keperawatan  oleh

Page 34: Keluarga Dg Lansia 1

34

karena itu pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan dirumuskan sesuai skala

urgent dan non urgent.

Dalam pelaksanaan tindakan ada tiga yang harus dilalui yaitu : persiapan,

perencanaan, dan pendokumentasian

Fase persiapan meliputi

1) Review antisipasi tindakan keperawatan

1) Menganalisa pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan

2) Mengetahui komplikasi yang mungkin timbul

3) Persiapan alat

4) Persiapan lingkungan yang kondusif

5) Mengidentifikasi aspek hukum dan etik

Fase implementasi

a) Independen

b) Interdependen

c) Dependen

Fase dokumentasi

Merupakan suatu catatan lengkap dan akurat dari tindakan yang telah

dilaksanakan dalam pelaksanaan tindakan asuhan keperawatan pada keluarga

dengan lansia. Perawat dapat berperan sebagai pelaksana keperawatan, memberi

support, pendidikan, advokasi dan pencatatan.

4. Evaluasi

Adalah salah satu yang direncanakan dan perbandingan yang sistematis pada

status kesehatan klien. Evaluasi terdiri dari dua jenis yaitu evalusi formatif atau

evaluasi jangka pendek dimana evaluasi ini dilakukan secepatnya setelah

tindakan keperawatan dilakukan sampai tujuan akhir. Sedangkan evaluasi

sumatif ini disebut evaluasi akhir atau jangka panjang, dimana evaluasi dilakukan

Page 35: Keluarga Dg Lansia 1

35

pada akhir tindakan keperawatan. Sistem penulisan pada tahap evaluasi ini

umumnya menggunakan sistem SOAP.

Adapun tujuan evaluasi yang diharapkan dalam pemberian asuhan keperawatan

pada klien dengan pneumonia adalah :

1. Ketidakseimbangan nutrisi teratasi

2. Gangguan pola tidur teratasi

3. Inkontinensia urin fungsional teratasi

4. Gangguan proses berpikir teratasi

5. Disfungsi seksual teratasi

6. Kelemahan mobilitas fisik teratasi

7. Kelelahan teratasi

8. Risiko kerusakan integritas kulit tidak terjadi

9. Coping tidak efektif teratasi

Page 36: Keluarga Dg Lansia 1

36

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kegiatan Asuhan Keperawatan Dasar Bagi Lansia menurut Depkes,

dimaksudkan untuk memberikan bantuan, bimbingan pengawasan, perlindungan

dan pertolongan kepada lanjut usia secara individu maupun kelompok, seperti di

rumah / lingkungan keluarga, Panti Werda maupun Puskesmas, yang diberikan

oleh perawat. Untuk asuhan keperawatan yang masih dapat dilakukan oleh

anggota keluarga atau petugas sosial yang bukan tenaga keperawatan, diperlukan

latihan sebelumnya atau bimbingan langsung pada waktu tenaga keperawatan

melakukan asuhan keperawatan di rumah atau panti.

Untuk lanjut usia yang masih aktif, asuhan keperawatan dapat berupa dukungan

tentang personal hygiene: kebersihan gigi dan mulut atau pembersihan gigi palsu:

kebersihan diri termasuk kepala, rambut, badan, kuku, mata serta telinga:

kebersihan lingkungan seperti tempat tidur dan ruangan : makanan yang sesuai,

misalnya porsi kecil bergizi, bervariai dan mudah dicerna, dan kesegaran

jasmani. Untuk lanjut usia yang mengalami pasif, yang tergantung pada orang

lain. Hal yang perlu diperhatikan dalam memberikan asuhan keperawatan pada

lanjut usia pasif pada dasarnya sama seperti pada lanjut usia aktif, dengan

bantuan penuh oleh anggota keluarga atau petugas. Khususnya bagi yang

lumpuh, perlu dicegah agar tidak terjadi dekubitus (lecet).

Adapun masalah keperawatan yang muncul pada lansia adalah dapat dilihat dari

aspek fisik atau biologis: Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan

tubuh b.d tidak mampu dalam memasukkan, memasukan, mencerna,

mengabsorbsi makanan karena factor biologi, Gangguan pola tidur berhubungan

dengan insomnia dalam waktu lama, terbangun lebih awal atau terlambat bangun

dan penurunan kemampuan fungsi yng ditandai dengan penuaan perubahan pola

Page 37: Keluarga Dg Lansia 1

37

tidur dan cemas, Inkontinensia urin fungsional berhubungan dengan

keterbatasan  neuromuskular yang ditandai dengan waktu yang diperlukan ke

toilet melebihi waktu untuk menahan pengosongan bladder dan tidak mampu

mengontrol pengosongan, Gangguan proses berpikir berhubungan dengan

kemunduran atau kerusakan memori sekunder, Disfungsi seksual berhubungan

dengan perubahan struktur tubuh/fungsi yang ditandai dengan perubahan dalam

mencapai kepuasan seksual.

Dari segi aspek psikososial masalah yang muncul adalah Coping tidak efektif b.d

percaya diri tidak adekuat dalam kemampuan koping, dukungan social tidak

adekuat yang dibentuk dari karakteristik atau hubungan, Isolasi social b.d

perubhaan penampilan fisik, peubahan keadaan sejahtera, perubahan status

mental dll. Dari segi Aspek spiritual adalah Distress spiritual b.d peubahan

hidup, kematian atau sekarat diri atau orang lain, cemas, mengasingkan diri,

kesendirian atau pengasingan social, kurang sosiokultural,

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas,maka penulis memberikan saran sebagi berikut:

1. Untuk Institusi Pendidikan

Institusi pendidikan sebagai penyelenggara pendidikan, hendaknya

menambah literature yang ada diperpustakaan, dengan literature yang masih

tergolong terbitan baru, sehingga peserta didik tidak kesulitan saat mencari

literature.

2. Untuk Perawat

Hendaknya mencatumkan atau mencatat apa tindakan-tindakan yang

dilakukan tentunya yang berkaitan dengan teori, sehingga akan

mempermudah perawat lain yang ingin menerapkannya sesuai teori tersebut,

dan hendaknya penyuluhan kesehatan dijadikan suatu program diruangan

guna meningkatkan pengetahuan klien tentang penyakitnya dan dapat

memberikan motivasi kepada pasien lansia.

Page 38: Keluarga Dg Lansia 1

38

3. Untuk Mahasiswa

Mahasiswa dapat memberikan asuhan keperawatan dan dapat melakukan

pengkajian dengan benar sesuai dengan konsep dasar asuhan keperawatan

pada keluarga dengan lansia. Selalu berdiskusi dengan teman-teman sejawat

dan pembimbing bila mengalami kesulitan.

Page 39: Keluarga Dg Lansia 1

39

DAFTAR PUSTAKA

Achjar, Komang Ayu Henny. 2010. Asuhan Keperawatan keluarga. Sagung Seto

Ali, Zaidin. 2009. Pengantar Keperawatan Keluarga. Penerbit Buku Kedokteran: EGC

NANDA. Nursing Diagnoses: Definition and Classification 2005-2006. Philadelphia: NANDA International.

Tamher dan Noorkasiani. 2009. Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan Asuhan Keperawatan. Penerbit: Salemba Medika

http://yh4princ3ss.wordpress.com/2010/04/17/asuhan-keperawatan-pada-lanjut-usia-lansia/ diakses tanggal 08 okteber 2012