askep tipess
-
Upload
rudhy-tauruz -
Category
Documents
-
view
221 -
download
0
description
Transcript of askep tipess
Asuhan Keperawatan Thypoid
1. Definisi
Thypus abdominalis adalah penyakit infeksi akut pada usus halus
yang di sebabkan oleh salmonella typhosa(nugroho:2011)
Demam tifoid adalah infeksi yang disebabkan oleh bakteri Salmonella
typhi, biasanya melalui konsumsi makanan atau air yang terkontaminasi
oleh feses atau urin. Penyakit akut ditandai dengan demam berkepanjangan,
sakit kepala, mual, kehilangan nafsu makan, dan sembelit atau kadang-
kadang diare (WHO: 2008)
Demam tifoid adalah penyakit menular yang bersifat akut, yang
ditandai dengan bakterimia, perubahan pada sistem retikuloendotelial yang
bersifat difus, pembentukan mikroabses dan ulserasi Nodus peyer di distal
ileum. (Soegeng Soegijanto, 2002)
2. Anatomi Fisiologi
a. Mulut
Mulut adalah permulaan saluran pencernaan yang terdiri dari dua
bagian yaitu:
1) Bagian atas: gusi, gigi, bibir, dan pipi.
2) Bagian dalam/rongga mulut.
b. faring
Faring merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut dengan
kerongkongan (esofagus).
c. Esofagus
Terletak di mediastrium rongga torakal, anterior terhadap tulang
punggung dan posterior terhadap trakea dan jantung. Selang yang dapat
mengempis ini, yang panjangnya kira-kira 25 cm (10 inci), menjadi
distensi bila maknan melewatinya.
d. Lambung
Ditempatkan dibagian atas abdomen sebelah kiri dari garis tengah
tubuh, tepat di bawah diafragma kiri. Lambung adalah suatu kantung
yang dapat berdistensi dengan kapasitas sekitar 1500 ml. Intlet ke
lambung disebut pertemuan esofagogastirk. Bagian ini dikelilingi oleh
cincin otot halus , disebut sfringter esofagus bawah atau springter
kardia. Yang pada saat kontraksi, menutup lambung dari esofagus.
Lambung dapat dibagi kedalam empat bagian anatomi: kardia (jalan
masuk), fundus, korpus dan pilarus ( outtlet).
e. Usus halus
Usus halus adalah bagian dari sistem pencernaan makanan yang
berpangkal pada pilorus dan berakhir pada seikum, dengan panjangnya
kurang lebih 2 m.
Lapisan usus halus terdiri dari:
1) Lapisan mukosa
2) Lapisan otot
3) Lapisan serosa (luar)
Usus halus terdiri dari 2 bagian yaitu:
1) Duodenum (usus duabelas jari)
Dengan panjang kurang lebih 25 cm, pada duo denim terdapat
muara saluran empedu dan saluran pankreas.
2) Yeyunum dan ileum
Dengan panjang kurang lebih 6 m, ujung bawah illeum
berhubungan dengan perantaraan lubang yang bernama orifisim
illeoseikal.
Fungsi usus halus:
1) Menerima zat-zat makanan yang sudah dicerna untuk diserap
melalui kapiler oleh darah dan saluran limpa.
2) Menyerap protein dalam bentuk asam amino.
3) Menyerap karbohidrat dalam bentuk monosakarida.
Dalam usus halus teradapat kelenjar yang menghasilkan getah usus
antara lain:
1) Entero kinase, mengaktifkan enzim proteolitik.
2) Eripsin, menerima protein menjadi asam amino.
f. Usus besar
Usus besar panjangnya kurang lebih 1,5 m, lebarnya 5-6 cm. Lapisan
usus besar terdiri dari (dari dalam keluar):
1) Selaput lendir
2) Lapisan otot
3) Lapisan ikat
4) Jaringan ikat
Fungsi usus besar:
1) Menyerap air dari makanan
2) Tempat tinggal bakteri coli
3) Tempat feses
Usus besar terdiri dari 7 bagian:
1) Sekum
2) Kolon asenden
Terletak diabdomen sebelah kanan, membujur keatas dari illeum
sampai ke hati, panjangnya kurang lebih 13 cm.
3) Apendik (usus buntu)
Sering disebut umbai cacing dengan panjang kurang lebih 6 cm
4) Kolon tranversum
Membujur dari kolon asenden sampai ke kolon desenden dengan
panjang kurang lebih 38 cm.
5) Kolon desenden
Terletak dalam rongga abdomen sebelah kiri membujur dari atas
ke bawah dengan panjangnya kurang lebih 25 cm.
6) Kolon sigmoid
Terletak di dalam rongga pelvis sebelah kiri yang membentuk
huruf ‘S’, ujung bawah berhubungan dengan rektum.
7) Rektum
Terletak di bawah kolon sigmoid yang menghubungkan
intestinum mayor dengan anus.
3. Etiologi
Penyebab demam tifoid dan demam paratifoid adalah S.typhi,
S.paratyphi A, S.paratyphi B dan S.paratyphi C.
ada dua sumber penularan salmonella typhi yaitu pasien dengan demam
tifoid dan pasien dengan carier. Carier adalah orang yang sembuh dari
demam tifoid dan masih terus mengekresi salmonella typhi dalam tinja dan
air kemih selama lebih dari 1 tahun.
Penyebab typhoid adalah kuman salmonela typosa,yang merupakan basil
gram negatif bergerak dengan rambut getar dan tidak berspora.
Kuman mempunyai 3 macam :
a) Antigen o (ogne houch) terdapat pada flagella
b) Antigen H
4. Manifestasi klinis
Penyakit tifus ditandai dengan demam berkepanjangan, sakit kepala,
mual, kehilangan nafsu makan, dan sembelit atau kadang-kadang diare.
Namun, keparahan klinis bervariasi dan kasus yang parah dapat
menyebabkan komplikasi yang serius atau bahkan kematian.
1. Pada minggu pertama,keluhan dan gejala serupa dengan penyakit
infeksi akut pada umumnya: demam,nyeri kepala,nyeri
otot,anorexsia,mual,muntah,kontipasi,atau diare,perasaan tidak enak
di perut,batuk dan epistaksis.
2. Pada minggu kedua gejala gejala menjadi lebih jelas berupa demam ,
bradikardia, lidahkotor,hepatomegali,splenomjegali,gangguan
kesadaran berupa somnolen sampai koma. (rampengan 1993)
3. Menurut ngastiyah (2005) gejala prodromal ditemukan seperti
perasaan tidak enak badan,lesu,nyeri kepala,pusing dan tidak
semangat,nafsu makan berkurang.gambaran klinis yang biasa
ditemukan ialah:
a. Demam: biasanya berlangsung tiga minggu,bersifat pebris
remiten,dan suhu tidak tinggi sekali selam minggu pertama suhu
tubuh berangsur-angsur naik setiap hari biasanya menurun pada
pagi hari dan meningkat lagi pada sore dan malam hari.dalam
minggu kedua,pasien terus berada dalam keadaan demam.pada
minggu ketiga,suhu berangsur-angsur turun dan normal kembali
pada akhir minggu ketiga.
b. Gangguan pada saluran pencernaan,pada mulut nafas berbau tidak
sedap,bibir kering dan pecah-pecah,lidah kotor,perut kembung hati
dan limfa membesar disertai nyeri pada perabaan,dapat disertai
konstipasi atau diare.
c. Gangguan kesadaran ,umumnya kesadaran pasien menurun
walaupun tidak dalam yaitu apatis sampai somnolen,jarang terjadi
sopor,koma atau gelisah(kecuali penyakitnya berat) pada
punggung dan anggota gerak dapat ditemukan roseola (bintik
bintik kemerahan)
5. Komplikasi
Pada usus halus jarang terjadi tetapi bila terjadi sering fatal
a. Perdarahan usus bila sedikit hanya dilakukan pemeriksaan tinja dengan
benzidin.jika perdarahan banyak terjadi melena dapat disertai nyeri perut
dengan tanda tanda renjatan
b. Perforasi usus biasanya timbul pada minggu ketiga atau setelahnya dan
terjadi pada bagian distal illeum.perforasi yang tidak disertai peritonitis
hanya dapat ditemukan bila terdapat udara di rongga peritonium,yaitu
pekak hati menghilang dan terdapat udara diantara hati dan diafragma
dan pada foto ronsen abdomen yang dibuat dalam keadaan tegak.
c. Peritonitis biasanya menyertai perporasi tetapi dapat trerjadi tanpa
perporasi usus.ditemukan gejala abdomen akut,yaitu nyeri perut yang
hebat, dinding abdomen tegang.
Komplikasi luar usus,terjadi karena lokalisasi peradangan akibat sepsis
(bakteremia) yaitu meningitis,koleosistisis,ensifalopati.terjadi karna
infeksi skunder yaitu bronkopneumonia
6. Pathway
7. Patofisiologi
Penularan kuman salmonella typhosa dari Feses, muntah atau dengan
makanan dll. pada penderita typhoid dapat menularkan kuman salmonella
thypi kepada orang lain. Kuman tersebut dapat ditularkan melalui perantara
lalat, dimana lalat akan hinggap dimakanan yang akan dikonsumsi oleh
orang yang sehat. Apabila orang tersebut kurang memperhatikan kebersihan
dirinya seperti mencuci tangan dan makanan yang tercemar kuman
salmonella thypi masuk ke tubuh orang yang sehat melalui mulut.
Kemudian kuman masuk ke dalam lambung, sebagian kuman akan
dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus
bagian distal dan mencapai jaringan limpoid. Di dalam jaringan limpoid ini
kuman berkembang biak, lalu masuk ke aliran darah dan mencapai sel-sel
retikuloendotelial. Sel-sel retikuloendotelial ini kemudian melepaskan
kuman ke dalam sirkulasi darah dan menimbulkan bakterimia, kuman
selanjutnya masuk limpa, usus halus dan kandung empedu.
Semula disangka demam dan gejala toksemia pada typhoid
disebabkan oleh endotoksemia. Tetapi berdasarkan penelitian eksperimental
disimpulkan bahwa endotoksemia bukan merupakan penyebab utama
demam pada typhoid. Endotoksemia berperan pada patogenesis typhoid,
karena membantu proses inflamasi lokal pada usus halus. Demam
disebabkan karena salmonella thypi dan endotoksinnya merangsang sintetis
dan pelepasan zat pirogen oleh leukosit pada jaringan yang meradang.
Masa inkubasi demam tifoid berlangsung selama 7-14 hari (bervariasi antara
3-60 hari) bergantung jumlah dan strain kuman yang tertelan. Selama masa
inkubasi penderita tetap dalam keadaan asimtomatis.
8. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan
1) Tirah baring sampai 7 hari bebas demam
2) Diet lunak
3) Terapi golongan antibiotik
a) Kloramfenikol. Dosis yang diberikan adalah 4 x 500 mg perhari,
dapat diberikan secara oral atau intravena, sampai 7 hari bebas
panas
b) Tiamfenikol. Dosis yang diberikan 4 x 500 mg per hari.
c) Kortimoksazol. Dosis 2 x 2 tablet (satu tablet mengandung 400
mg sulfametoksazol dan 80 mg trimetoprim)
d) Ampisilin dan amoksilin. Dosis berkisar 50-150 mg/kg BB,
selama 2 minggu
e) Sefalosporin Generasi Ketiga. dosis 3-4 gram dalam dekstrosa
100 cc, diberikan selama ½ jam per-infus sekali sehari, selama 3-
5 hari
f) Golongan Fluorokuinolon
• Norfloksasin : dosis 2 x 400 mg/hari selama 14 hari
• Siprofloksasin : dosis 2 x 500 mg/hari selama 6 hari
• Ofloksasin : dosis 2 x 400 mg/hari selama 7 hari
• Pefloksasin : dosis 1 x 400 mg/hari selama 7 hari
• Fleroksasin : dosis 1 x 400 mg/hari selama 7 hari
Kombinasi obat antibiotik. Hanya diindikasikan pada
keadaan tertentu seperti: Tifoid toksik, peritonitis atau perforasi,
syok septik, karena telah terbukti sering ditemukan dua macam
organisme dalam kultur darah selain kuman Salmonella typhi.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN THYPOID
1. Pengkajian
a. Riwayat kesehatan sekarang
Mengapa pasien masuk Rumah Sakit dan apa keluahan utama
pasien, sehingga dapat ditegakkan prioritas masalah keperawatan yang
dapat muncul.
b. Riwayat kesehatan sebelumnya
Apakah sudah pernah sakit dan dirawat dengan penyakit yang sama.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Apakah ada dalam keluarga pasien yang sakit seperti pasien.
d. Riwayat Psikososial
Intrapersonal : perasaan yang dirasakan klien (cemas / sedih)
Interpersonal : hubungan dengan orang lain.
Pola nutrisi dan Pola Fungsi kesehatan metabolisme :
Biasanya nafsu makan klien berkurang karena terjadi gangguan pada
usus halus.
e. Pola istirahat dan tidur
Selama sakit pasien merasa tidak dapat istirahat karena pasien
merasakan sakit pada perutnya, mual, muntah, kadang diare.
f. Pemeriksaan Fisik
Kesadaran dan keadaan umum pasien :
Kesadaran pasien perlu di kaji dari sadar - tidak sadar (composmentis -
coma) untuk mengetahui berat ringannya prognosis penyakit pasien.
Tanda - tanda vital dan pemeriksaan fisik Kepala – kaki :
TD, Nadi, Respirasi, Temperatur yang merupakan tolak ukur dari
keadaan umum pasien / kondisi pasien dan termasuk pemeriksaan dari
kepala sampai kaki dengan menggunakan prinsip-prinsip inspeksi,
auskultasi, palpasi, perkusi), disamping itu juga penimbangan BB untuk
mengetahui adanya penurunan BB karena peningakatan gangguan
nutrisi yang terjadi, sehingga dapat dihitung kebutuhan nutrisi yang
dibutuhkan.
g. Masalah keperawatan yang muncul
1) Hipertermi berhubungan dengan adanya proses infeksi dan
peningkatan metabolisme
2) Resiko tinggi pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan asupan makanan inadekuat ,penurunan
penyerapan nutrisi
3) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan peningkatan kebutuhan
metabolisme,keletihan.
h. Intervensi
1) Diagnosa keperawatan I
Do :
- Badan terasa hangat
- Suhu >37° C
- bibir kering
- Widal positif
- hepatomegali
- splenomegali
Ds:
- Klien mengatakan demam naik turun selama 7 hari
- Klien megeluh sakit kepala,pusing dan nyeri otot
Tujuan
- Suhu tubuh normal
- Badan tidak hangat lagi
Intervensi
a) Observasi suhu tubuh klien (TTV) tiap 4-6 jam
Rasional : mengetahui perubahan suhu tubuh.
b) Beri kompres dengan air hangat (air biasa) pada daerah axila, lipat
paha, temporal bila terjadi panas
Rasional : melancarkan aliran darah dalam pembuluh darah.
c) Anjurkan keluarga untuk melakukan upaya mengatasi hipertermi
asupan cairan 2-3 liter / hari,kompres hangat memakaikan pakaian
yang dapat menyerap keringat seperti katun
Rasional : panas badan berkurang dan menjaga kebersihan badan
d) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat anti piretik
Rasional : menurunkan panas dengan obat.
2) Diagnosa keperawatan II
Do:
- Lidah kotor
- Nafsu makan turun
- BB turun
- Kembung
Ds:
- Klien mengeluh perut terasa kembumg dan tidak enak
- Klien mengatakan tidak selera makan dan mual
Tujuan:
Kebutuhan nutrisi dan cairan terpenuhi (2-5 hari)
Kriteria
- Porsi makan habis
- BB dalam batas normal
Intervensi
a) Kaji pola nutrisi klien
Rasional : mengetahui pola makan, kebiasaan makan, keteraturan
waktu makan.
b) Kaji makan yang di sukai dan tidak disukai
Rasional : meningkatkan status makanan yang disukai dan
menghindari pemberian makan yang tidak disukai.
c) Anjurkan tirah baring / pembatasan aktivitas selama fase akut
Rasional : penghematan tenaga, mengurangi kerja tubuh.
d) Timbang berat badan tiap hari
Rasional : mengetahui adanya penurunan atau kenaikan berat
badan.
e) Anjurkan klien makan sedikit tapi sering
Rasional : mengurangi kerja usus, menghindari kebosanan makan.
f) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian diet
Rasional : mengetahui makanan apa saja yang dianjurkan dan
makanan yang tidak boleh dikonsumsi.
3) Diagnosa Keperawatan III
Do:
- Klien tampak lemah
- Suhu >37,5 ℃
Ds:
Klien mengeluh lemah
Tujuan
Aktivitas maksimal dapat tercapai
Kriteria
- Mmeperlihatkan kemajuan aktivitas secara mandiri
- Respon positif terhadap aktivitas atau keletihan
Intervensi
a) Jelaskan batasan-batasan aktivitas klien sesuai kondisi
Rasional : klien tidak terlalu lelah
b) Tingkatkan aktivitas secara bertahap
Rasional : klien bisa bertahap melalukan kegiatan
c) Bantu pemenuhan aktivitas yang tidak dapat / tidak boleh
dilakukan klien,kalau perlu libatkan keluarga.
Rasional : agar klien tidak terlalu lelah dengan aktivitas yang
berlebihan
d) Kolaborasi dengan dokter untuk terapi,pemeriksaan,diet
Rasional : kolaborasi diet perlu agar nutrisi klien terpenuhi
sehingga mempunyai tenaga yang cukup untuk melakukan
aktivitas