askep tipess

23
Asuhan Keperawatan Thypoid 1. Definisi Thypus abdominalis adalah penyakit infeksi akut pada usus halus yang di sebabkan oleh salmonella typhosa(nugroho:2011) Demam tifoid adalah infeksi yang disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi, biasanya melalui konsumsi makanan atau air yang terkontaminasi oleh feses atau urin. Penyakit akut ditandai dengan demam berkepanjangan, sakit kepala, mual, kehilangan nafsu makan, dan sembelit atau kadang- kadang diare (WHO: 2008) Demam tifoid adalah penyakit menular yang bersifat akut, yang ditandai dengan bakterimia, perubahan pada sistem retikuloendotelial yang bersifat difus, pembentukan mikroabses dan ulserasi Nodus peyer di distal ileum. (Soegeng Soegijanto, 2002) 2. Anatomi Fisiologi a. Mulut

description

v

Transcript of askep tipess

Page 1: askep tipess

Asuhan Keperawatan Thypoid

1. Definisi

Thypus abdominalis adalah penyakit infeksi akut pada usus halus

yang di sebabkan oleh salmonella typhosa(nugroho:2011)

Demam tifoid adalah infeksi yang disebabkan oleh bakteri Salmonella

typhi, biasanya melalui konsumsi makanan atau air yang terkontaminasi

oleh feses atau urin. Penyakit akut ditandai dengan demam berkepanjangan,

sakit kepala, mual, kehilangan nafsu makan, dan sembelit atau kadang-

kadang diare (WHO: 2008)

Demam tifoid adalah penyakit menular yang bersifat akut, yang

ditandai dengan bakterimia, perubahan pada sistem retikuloendotelial yang

bersifat difus, pembentukan mikroabses dan ulserasi Nodus peyer di distal

ileum. (Soegeng Soegijanto, 2002)

2. Anatomi Fisiologi

a. Mulut

Mulut adalah permulaan saluran pencernaan yang terdiri dari dua

bagian yaitu:

1) Bagian atas: gusi, gigi, bibir, dan pipi.

2) Bagian dalam/rongga mulut.

b. faring

Faring merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut dengan

kerongkongan (esofagus).

Page 2: askep tipess

c. Esofagus

Terletak di mediastrium rongga torakal, anterior terhadap tulang

punggung dan posterior terhadap trakea dan jantung. Selang yang dapat

mengempis ini, yang panjangnya kira-kira 25 cm (10 inci), menjadi

distensi bila maknan melewatinya.

d. Lambung

Ditempatkan dibagian atas abdomen sebelah kiri dari garis tengah

tubuh, tepat di bawah diafragma kiri. Lambung adalah suatu kantung

yang dapat berdistensi dengan kapasitas sekitar 1500 ml. Intlet ke

lambung disebut pertemuan esofagogastirk. Bagian ini dikelilingi oleh

cincin otot halus , disebut sfringter esofagus bawah atau springter

kardia. Yang pada saat kontraksi, menutup lambung dari esofagus.

Lambung dapat dibagi kedalam empat bagian anatomi: kardia (jalan

masuk), fundus, korpus dan pilarus ( outtlet).

e. Usus halus

Usus halus adalah bagian dari sistem pencernaan makanan yang

berpangkal pada pilorus dan berakhir pada seikum, dengan panjangnya

kurang lebih 2 m.

Lapisan usus halus terdiri dari:

1) Lapisan mukosa

2) Lapisan otot

3) Lapisan serosa (luar)

Usus halus terdiri dari 2 bagian yaitu:

1) Duodenum (usus duabelas jari)

Page 3: askep tipess

Dengan panjang kurang lebih 25 cm, pada duo denim terdapat

muara saluran empedu dan saluran pankreas.

2) Yeyunum dan ileum

Dengan panjang kurang lebih 6 m, ujung bawah illeum

berhubungan dengan perantaraan lubang yang bernama orifisim

illeoseikal.

Fungsi usus halus:

1) Menerima zat-zat makanan yang sudah dicerna untuk diserap

melalui kapiler oleh darah dan saluran limpa.

2) Menyerap protein dalam bentuk asam amino.

3) Menyerap karbohidrat dalam bentuk monosakarida.

Dalam usus halus teradapat kelenjar yang menghasilkan getah usus

antara lain:

1) Entero kinase, mengaktifkan enzim proteolitik.

2) Eripsin, menerima protein menjadi asam amino.

f. Usus besar

Usus besar panjangnya kurang lebih 1,5 m, lebarnya 5-6 cm. Lapisan

usus besar terdiri dari (dari dalam keluar):

1) Selaput lendir

2) Lapisan otot

3) Lapisan ikat

4) Jaringan ikat

Page 4: askep tipess

Fungsi usus besar:

1) Menyerap air dari makanan

2) Tempat tinggal bakteri coli

3) Tempat feses

Usus besar terdiri dari 7 bagian:

1) Sekum

2) Kolon asenden

Terletak diabdomen sebelah kanan, membujur keatas dari illeum

sampai ke hati, panjangnya kurang lebih 13 cm.

3) Apendik (usus buntu)

Sering disebut umbai cacing dengan panjang kurang lebih 6 cm

4) Kolon tranversum

Membujur dari kolon asenden sampai ke kolon desenden dengan

panjang kurang lebih 38 cm.

5) Kolon desenden

Terletak dalam rongga abdomen sebelah kiri membujur dari atas

ke bawah dengan panjangnya kurang lebih 25 cm.

6) Kolon sigmoid

Terletak di dalam rongga pelvis sebelah kiri yang membentuk

huruf ‘S’, ujung bawah berhubungan dengan rektum.

7) Rektum

Page 5: askep tipess

Terletak di bawah kolon sigmoid yang menghubungkan

intestinum mayor dengan anus.

3. Etiologi

Penyebab demam tifoid dan demam paratifoid adalah S.typhi,

S.paratyphi A, S.paratyphi B dan S.paratyphi C.

ada dua sumber penularan salmonella typhi yaitu pasien dengan demam

tifoid dan pasien dengan carier. Carier adalah orang yang sembuh dari

demam tifoid dan masih terus mengekresi salmonella typhi dalam tinja dan

air kemih selama lebih dari 1 tahun.

Penyebab typhoid adalah kuman salmonela typosa,yang merupakan basil

gram negatif bergerak dengan rambut getar dan tidak berspora.

Kuman mempunyai 3 macam :

a) Antigen o (ogne houch) terdapat pada flagella

b) Antigen H

4. Manifestasi klinis

Penyakit tifus ditandai dengan demam berkepanjangan, sakit kepala,

mual, kehilangan nafsu makan, dan sembelit atau kadang-kadang diare.

Namun, keparahan klinis bervariasi dan kasus yang parah dapat

menyebabkan komplikasi yang serius atau bahkan kematian.

1. Pada minggu pertama,keluhan dan gejala serupa dengan penyakit

infeksi akut pada umumnya: demam,nyeri kepala,nyeri

otot,anorexsia,mual,muntah,kontipasi,atau diare,perasaan tidak enak

di perut,batuk dan epistaksis.

2. Pada minggu kedua gejala gejala menjadi lebih jelas berupa demam ,

bradikardia, lidahkotor,hepatomegali,splenomjegali,gangguan

kesadaran berupa somnolen sampai koma. (rampengan 1993)

Page 6: askep tipess

3. Menurut ngastiyah (2005) gejala prodromal ditemukan seperti

perasaan tidak enak badan,lesu,nyeri kepala,pusing dan tidak

semangat,nafsu makan berkurang.gambaran klinis yang biasa

ditemukan ialah:

a. Demam: biasanya berlangsung tiga minggu,bersifat pebris

remiten,dan suhu tidak tinggi sekali selam minggu pertama suhu

tubuh berangsur-angsur naik setiap hari biasanya menurun pada

pagi hari dan meningkat lagi pada sore dan malam hari.dalam

minggu kedua,pasien terus berada dalam keadaan demam.pada

minggu ketiga,suhu berangsur-angsur turun dan normal kembali

pada akhir minggu ketiga.

b. Gangguan pada saluran pencernaan,pada mulut nafas berbau tidak

sedap,bibir kering dan pecah-pecah,lidah kotor,perut kembung hati

dan limfa membesar disertai nyeri pada perabaan,dapat disertai

konstipasi atau diare.

c. Gangguan kesadaran ,umumnya kesadaran pasien menurun

walaupun tidak dalam yaitu apatis sampai somnolen,jarang terjadi

sopor,koma atau gelisah(kecuali penyakitnya berat) pada

punggung dan anggota gerak dapat ditemukan roseola (bintik

bintik kemerahan)

5. Komplikasi

Pada usus halus jarang terjadi tetapi bila terjadi sering fatal

a. Perdarahan usus bila sedikit hanya dilakukan pemeriksaan tinja dengan

benzidin.jika perdarahan banyak terjadi melena dapat disertai nyeri perut

dengan tanda tanda renjatan

b. Perforasi usus biasanya timbul pada minggu ketiga atau setelahnya dan

terjadi pada bagian distal illeum.perforasi yang tidak disertai peritonitis

hanya dapat ditemukan bila terdapat udara di rongga peritonium,yaitu

Page 7: askep tipess

pekak hati menghilang dan terdapat udara diantara hati dan diafragma

dan pada foto ronsen abdomen yang dibuat dalam keadaan tegak.

c. Peritonitis biasanya menyertai perporasi tetapi dapat trerjadi tanpa

perporasi usus.ditemukan gejala abdomen akut,yaitu nyeri perut yang

hebat, dinding abdomen tegang.

Komplikasi luar usus,terjadi karena lokalisasi peradangan akibat sepsis

(bakteremia) yaitu meningitis,koleosistisis,ensifalopati.terjadi karna

infeksi skunder yaitu bronkopneumonia

Page 8: askep tipess

6. Pathway

7. Patofisiologi

Penularan kuman salmonella typhosa dari Feses, muntah atau dengan

makanan dll. pada penderita typhoid dapat menularkan kuman salmonella

thypi kepada orang lain. Kuman tersebut dapat ditularkan melalui perantara

lalat, dimana lalat akan hinggap dimakanan yang akan dikonsumsi oleh

orang yang sehat. Apabila orang tersebut kurang memperhatikan kebersihan

dirinya seperti mencuci tangan dan makanan yang tercemar kuman

salmonella thypi masuk ke tubuh orang yang sehat melalui mulut.

Kemudian kuman masuk ke dalam lambung, sebagian kuman akan

dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus

Page 9: askep tipess

bagian distal dan mencapai jaringan limpoid. Di dalam jaringan limpoid ini

kuman berkembang biak, lalu masuk ke aliran darah dan mencapai sel-sel

retikuloendotelial. Sel-sel retikuloendotelial ini kemudian melepaskan

kuman ke dalam sirkulasi darah dan menimbulkan bakterimia, kuman

selanjutnya masuk limpa, usus halus dan kandung empedu.

Semula disangka demam dan gejala toksemia pada typhoid

disebabkan oleh endotoksemia. Tetapi berdasarkan penelitian eksperimental

disimpulkan bahwa endotoksemia bukan merupakan penyebab utama

demam pada typhoid. Endotoksemia berperan pada patogenesis typhoid,

karena membantu proses inflamasi lokal pada usus halus. Demam

disebabkan karena salmonella thypi dan endotoksinnya merangsang sintetis

dan pelepasan zat pirogen oleh leukosit pada jaringan yang meradang.

Masa inkubasi demam tifoid berlangsung selama 7-14 hari (bervariasi antara

3-60 hari) bergantung jumlah dan strain kuman yang tertelan. Selama masa

inkubasi penderita tetap dalam keadaan asimtomatis.

8. Penatalaksanaan

a. Penatalaksanaan

1) Tirah baring sampai 7 hari bebas demam

2) Diet lunak

3) Terapi golongan antibiotik

a) Kloramfenikol. Dosis yang diberikan adalah 4 x 500 mg perhari,

dapat diberikan secara oral atau intravena, sampai 7 hari bebas

panas

b) Tiamfenikol. Dosis yang diberikan 4 x 500 mg per hari.

c) Kortimoksazol. Dosis 2 x 2 tablet (satu tablet mengandung 400

mg sulfametoksazol dan 80 mg trimetoprim)

d) Ampisilin dan amoksilin. Dosis berkisar 50-150 mg/kg BB,

selama 2 minggu

Page 10: askep tipess

e) Sefalosporin Generasi Ketiga. dosis 3-4 gram dalam dekstrosa

100 cc, diberikan selama ½ jam per-infus sekali sehari, selama 3-

5 hari

f) Golongan Fluorokuinolon

• Norfloksasin : dosis 2 x 400 mg/hari selama 14 hari

• Siprofloksasin : dosis 2 x 500 mg/hari selama 6 hari

• Ofloksasin : dosis 2 x 400 mg/hari selama 7 hari

• Pefloksasin : dosis 1 x 400 mg/hari selama 7 hari

• Fleroksasin : dosis 1 x 400 mg/hari selama 7 hari

Kombinasi obat antibiotik. Hanya diindikasikan pada

keadaan tertentu seperti: Tifoid toksik, peritonitis atau perforasi,

syok septik, karena telah terbukti sering ditemukan dua macam

organisme dalam kultur darah selain kuman Salmonella typhi.

Page 11: askep tipess

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN THYPOID

1. Pengkajian

a. Riwayat kesehatan sekarang

Mengapa pasien masuk Rumah Sakit dan apa keluahan utama

pasien, sehingga dapat ditegakkan prioritas masalah keperawatan yang

dapat muncul.

b. Riwayat kesehatan sebelumnya

Apakah sudah pernah sakit dan dirawat dengan penyakit yang sama.

c. Riwayat Kesehatan Keluarga

Apakah ada dalam keluarga pasien yang sakit seperti pasien.

d. Riwayat Psikososial

Intrapersonal : perasaan yang dirasakan klien (cemas / sedih)

Interpersonal : hubungan dengan orang lain.

Pola nutrisi dan Pola Fungsi kesehatan metabolisme :

Biasanya nafsu makan klien berkurang karena terjadi gangguan pada

usus halus.

e. Pola istirahat dan tidur

Selama sakit pasien merasa tidak dapat istirahat karena pasien

merasakan sakit pada perutnya, mual, muntah, kadang diare.

f. Pemeriksaan Fisik

Kesadaran dan keadaan umum pasien :

Page 12: askep tipess

Kesadaran pasien perlu di kaji dari sadar - tidak sadar (composmentis -

coma) untuk mengetahui berat ringannya prognosis penyakit pasien.

Tanda - tanda vital dan pemeriksaan fisik Kepala – kaki :

TD, Nadi, Respirasi, Temperatur yang merupakan tolak ukur dari

keadaan umum pasien / kondisi pasien dan termasuk pemeriksaan dari

kepala sampai kaki dengan menggunakan prinsip-prinsip inspeksi,

auskultasi, palpasi, perkusi), disamping itu juga penimbangan BB untuk

mengetahui adanya penurunan BB karena peningakatan gangguan

nutrisi yang terjadi, sehingga dapat dihitung kebutuhan nutrisi yang

dibutuhkan.

g. Masalah keperawatan yang muncul

1) Hipertermi berhubungan dengan adanya proses infeksi dan

peningkatan metabolisme

2) Resiko tinggi pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan asupan makanan inadekuat ,penurunan

penyerapan nutrisi

3) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan peningkatan kebutuhan

metabolisme,keletihan.

h. Intervensi

1) Diagnosa keperawatan I

Do :

- Badan terasa hangat

- Suhu >37° C

- bibir kering

- Widal positif

- hepatomegali

- splenomegali

Page 13: askep tipess

Ds:

- Klien mengatakan demam naik turun selama 7 hari

- Klien megeluh sakit kepala,pusing dan nyeri otot

Tujuan

- Suhu tubuh normal

- Badan tidak hangat lagi

Intervensi

a) Observasi suhu tubuh klien (TTV) tiap 4-6 jam

Rasional : mengetahui perubahan suhu tubuh.

b) Beri kompres dengan air hangat (air biasa) pada daerah axila, lipat

paha, temporal bila terjadi panas

Rasional : melancarkan aliran darah dalam pembuluh darah.

c) Anjurkan keluarga untuk melakukan upaya mengatasi hipertermi

asupan cairan 2-3 liter / hari,kompres hangat memakaikan pakaian

yang dapat menyerap keringat seperti katun

Rasional : panas badan berkurang dan menjaga kebersihan badan

d) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat anti piretik

Rasional : menurunkan panas dengan obat.

2) Diagnosa keperawatan II

Do:

- Lidah kotor

- Nafsu makan turun

- BB turun

- Kembung

Page 14: askep tipess

Ds:

- Klien mengeluh perut terasa kembumg dan tidak enak

- Klien mengatakan tidak selera makan dan mual

Tujuan:

Kebutuhan nutrisi dan cairan terpenuhi (2-5 hari)

Kriteria

- Porsi makan habis

- BB dalam batas normal

Intervensi

a) Kaji pola nutrisi klien

Rasional : mengetahui pola makan, kebiasaan makan, keteraturan

waktu makan.

b) Kaji makan yang di sukai dan tidak disukai

Rasional : meningkatkan status makanan yang disukai dan

menghindari pemberian makan yang tidak disukai.

c) Anjurkan tirah baring / pembatasan aktivitas selama fase akut

Rasional : penghematan tenaga, mengurangi kerja tubuh.

d) Timbang berat badan tiap hari

Rasional : mengetahui adanya penurunan atau kenaikan berat

badan.

e) Anjurkan klien makan sedikit tapi sering

Rasional : mengurangi kerja usus, menghindari kebosanan makan.

f) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian diet

Rasional : mengetahui makanan apa saja yang dianjurkan dan

makanan yang tidak boleh dikonsumsi.

Page 15: askep tipess

3) Diagnosa Keperawatan III

Do:

- Klien tampak lemah

- Suhu >37,5 ℃

Ds:

Klien mengeluh lemah

Tujuan

Aktivitas maksimal dapat tercapai

Kriteria

- Mmeperlihatkan kemajuan aktivitas secara mandiri

- Respon positif terhadap aktivitas atau keletihan

Intervensi

a) Jelaskan batasan-batasan aktivitas klien sesuai kondisi

Rasional : klien tidak terlalu lelah

b) Tingkatkan aktivitas secara bertahap

Rasional : klien bisa bertahap melalukan kegiatan

c) Bantu pemenuhan aktivitas yang tidak dapat / tidak boleh

dilakukan klien,kalau perlu libatkan keluarga.

Rasional : agar klien tidak terlalu lelah dengan aktivitas yang

berlebihan

d) Kolaborasi dengan dokter untuk terapi,pemeriksaan,diet

Rasional : kolaborasi diet perlu agar nutrisi klien terpenuhi

sehingga mempunyai tenaga yang cukup untuk melakukan

aktivitas

Page 16: askep tipess