Askep Sectio Caesarea

download Askep Sectio Caesarea

If you can't read please download the document

Transcript of Askep Sectio Caesarea

aa1

123


Askep Sectio Caesarea(Seksio Sesaria). Pengertian Sectio Caesaria (Seksio Sesaria) Ada beberapa pengertian mengenai sectio caesaria : Sectio caesaria adalah suatu cara melahirkan janin dengan sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut. (Rustam Mochtar, 1992). Sectio caesaria adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding depan perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram (Sarwono, 1991).

Jadi operasi Seksio Sesaria ( sectio caesarea ) adalah suatu pembedahan guna melahirkan janin ( persalinan buatan ), melalui insisi pada dinding abdomen dan uterus bagian depan sehingga janin dilahirkan melalui perut dan dinding perut dan dinding rahim agar anak lahir dengan keadaan utuh dan sehat. Indikasi Sectio Caesaria Operasi sectio caesarea dilakukan jika kelahiran pervaginal mungkin akan menyebabkan resiko pada ibu ataupun pada janin, dengan pertimbangan hal-hal yang perlu tindakan SC proses persalinan normal lama/ kegagalan proses persalinan normal ( Dystasia ) Indikasi sectio caesaria pada Ibu Disproporsi cevalo-pelvik ( ketidakseimbangan antar ukuran kepala dan panggul ) Disfungsi uterus Distosia jaringan lunak

Plasenta previa His lemah / melemah Rupture uteri mengancam Primi muda atau tua Partus dengan komplikasi Problema plasenta Indikasi Sectio Caesaria Pada Anak Janin besar Gawat janin Janin dalam posisi sungsang atau melintang Fetal distress Kalainan letak Hydrocephalus Kontra Indikasi Sectio Caesaria : Pada umumnya sectio caesarian tidak dilakukan pada janin mati, syok, anemi berat sebelum diatasi, kelainan kongenital berat (Sarwono, 1991) Jenis Jenis Operasi Sectio Caesarea 1. Abdomen (sectio caesarea abdominalis) a. Sectio caesarea transperitonealis SC klasik atau corporal (dengan insisi memanjang pada corpus uteri) Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus uteri kira-kira 10 cm. Kelebihan :

Mengeluarkan janin dengan cepat Tidak mengakibatkan komplikasi kandung kemih tertarik Sayatan bisa diperpanjang proksimal atau distal

Kekurangan

Infeksi mudah menyebar secara intra abdominal karena tidak ada reperitonealis yang baik Untuk persalinan yang berikutnya lebih sering terjadi rupture uteri spontan SC ismika atau profundal (low servical dengan insisi pada segmen bawah rahim)

b. SC ektra peritonealis yaitu tanpa membuka peritoneum parietalis dengan demikian tidak membuka cavum abdominal Dilakukan dengan melakukan sayatan melintang konkat pada segmen bawah rahim (low servical transversal) kira-kira 10 cm Kelebihan :

Penjahitan luka lebih mudah Penutupan luka dengan reperitonealisasi yang baik Tumpang tindih dari peritoneal flap baik sekali untuk menahan penyebaran isi uterus ke rongga peritoneum Perdarahan tidak begitu banyak Kemungkinan rupture uteri spontan berkurang atau lebih kecil

Kekurangan :

Luka dapat melebar kekiri, kanan, dan bawah sehingga dapat menyebabkan uteri pecah sehingga mengakibatkan perdarahan banyak Keluhan pada kandung kemih post operasi tinggi

2. Vagina (section caesarea vaginalis) Menurut sayatan pada rahim, sectio caesarea dapat dilakukan sebagai berikut (Mochtar, Rustam, 1992) : 1. Sayatan memanjang ( longitudinal ) 2. Sayatan melintang ( Transversal ) 3. Sayatan huruf T ( T insicion ) Prognosis Operasi Sectio Caesarea Pada Ibu Dulu angka morbiditas dan mortalitas untuk ibu dan janin tinggi. Pada masa sekarang oleh karena kemajuan yang pesat dalam tehnik operasi, anestesi, penyediaan cairan dan darah, indikasi dan antibiotika angka ini sangat menurun.

Angka kematian ibu pada rumah-rumah sakit dengan fasilitas operasi yang baik dan oleh tenaga tenaga yang cekatan adalah kurang dari 2 per 1000. Pada anak Seperti halnya dengan ibunya, nasib anak yang dilahirkan dengan sectio caesaria banyak tergantung dari keadaan yang menjadi alasan untuk melakukan sectio caesaria. Menurut statistik di negara negara dengan pengawasan antenatal dan intra natal yang baik, kematian perinatal pasca sectio caesaria berkisar antara 4 hingga 7 %. (Sarwono, 1999). Komplikasi Operasi Sectio Caesarea Kemungkinan yang timbul setelah dilakukan operasi ini antara lain : 1. Infeksi puerperal ( Nifas ) - Ringan, dengan suhu meningkat dalam beberapa hari - Sedang, suhu meningkat lebih tinggi disertai dengan dehidrasi dan perut sedikit kembung - Berat, peritonealis, sepsis dan usus paralitik 2. Perdarahan - Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka - Perdarahan pada plasenta bed 3. Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila peritonealisasi terlalu tinggi 4. Kemungkinan rupture tinggi spontan pada kehamilan berikutnya Pemeriksaan Diagnostik Pemantauan janin terhadap kesehatan janin Pemantauan EKG JDL dengan diferensial Elektrolit Hemoglobin/Hematokrit Golongan darah Urinalisis Amniosentesis terhadap maturitas paru janin sesuai indikasi Pemeriksaan sinar x sesuai indikasi.

Ultrasound sesuai pesanan (Tucker, Susan Martin, 1998) Asuhan Keperawatan Sektio Caesaria 1. Devisit Volume Cairan b.d Perdarahan Tujuan: Tidak terjadi devisit volume cairan, seimbang antara intake dan output baik jumlah maupun kualitas. Intervensi: a.Kaji kondisi status hemodinamika. R/ Pengeluaran cairan akibat operasi yang berlebih merupakan faktor utama masalah. b.Ukur pengeluaran harian. R/ Jumlah cairan ditentukan dari jumlah kebutuhan harian ditambah dengan jumlah cairan yang hilang selama masa post operasi dan harian. c.Berikan sejumlah cairan pengganti harian. R/ Tranfusi mungkin diperlukan pada kondisi perdarahan masif. d.Evaluasi status hemodinamika. R/ Penilaian dapat dilakukan secara harian melalui pemeriksaan fisik. 2. Gangguan Aktivitas b.d kelemahan, penurunan sirkulasi Tujuan: Kllien dapat melakukan aktivitas tanpa adanya komplikasi Intervensi: a.Kaji tingkat kemampuan klien untuk beraktivitas. R/ Mungkin klien tidak mengalami perubahan berarti, tetapi perdarahan masif perlu diwaspadai untuk menccegah kondisi klien lebih buruk. b.Kaji pengaruh aktivitas terhadap kondisi luka dan kondisi tubuh umum. R/ Aktivitas merangsang peningkatan vaskularisasi dan pulsasi organ reproduksi, tetapi dapat mempengaruhi kondisi luka post operasi dan berkurangnya energi. c.Bantu klien untuk memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-hari. R/ Mengistiratkan klien secara optimal. d.Bantu klien untuk melakukan tindakan sesuai dengan kemampuan/kondisi klien.

R/ Mengoptimalkan kondisi klien, pada abortus imminens, istirahat mutlak sangat diperlukan. e.Evaluasi perkembangan kemampuan klien melakukan aktivitas. R/ Menilai kondisi umum klien. 3. Gangguan rasa nyaman : Nyeri b.d luka post operasi Tujuan: Klien dapat beradaptasi dengan nyeri yang dialami. Intervensi: a.Kaji kondisi nyeri yang dialami klien. R/ Pengukuran nilai ambang nyeri dapat dilakukan dengan skala maupun dsekripsi. b.Terangkan nyeri yang diderita klien dan penyebabnya. R/ Meningkatkan koping klien dalam melakukan guidance mengatasi nyeri. c.Ajarkan teknik distraksi. R/ Pengurangan persepsi nyeri. d.Kolaborasi pemberian analgetika. R/ Mengurangi onset terjadinya nyeri dapat dilakukan dengan pemberian analgetika oral maupun sistemik dalam spectrum luas/spesifik. 4. Resiko tinggi Infeksi b.d perdarahan, luka post operasi. Tujuan: Tidak terjadi infeksi selama perawatan perdarahan dan luka operasi. Intervensi: a.Kaji kondisi keluaran/dischart yang keluar ; jumlah, warna, dan bau dari luka operasi. R/ Perubahan yang terjadi pada dischart dikaji setiap saat dischart keluar. Adanya warna yang lebih gelap disertai bau tidak enak mungkin merupakan tanda infeksi. b.Terangkan pada klien pentingnya perawatan luka selama masa post operasi. R/ Infeksi dapat timbul akibat kurangnya kebersihan luka. c.Lakukan pemeriksaan biakan pada dischart. R/ Berbagai kuman dapat teridentifikasi melalui dischart. d.Lakukan perawatan luka.

R/ Inkubasi kuman pada area luka dapat menyebabkan infeksi. e.Terangkan pada klien cara mengidentifikasi tanda inveksi. R/ Berbagai manivestasi klinik dapat menjadi tanda nonspesifik infeksi; demam dan peningkatan rasa nyeri mungkin merupakan gejala infeksi. Daftar Pustaka Allen, Carol Vestal, (1998) Memahami Proses Keperawatan, Penerbit Buku Kedokteran, EGC, Jakarta. Betz Cecily L, Sowden Linda A. (2002). Buku Saku Keperawatan Pediatri. Jakarta : EGC. Carpenito L. J, 2001, Diagnosa keperawatan, Jakarta : EGC Doengoes, M E, 2000, Rencana Askep pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien, Jakarta : EGC Hamilton, Persis Mary,(1995) Dasar-Dasar Keperawatan Maternitas, Edisi 6, EGC. Jakarta. Ibrahim S. Cristina,(1993) Perawatan Kebidanan, Bratara Jakarta. Manuaba, Ida Bagus Gde, (1998), Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana, EGC. Jakarta. Martius, Gerhard, (1997), Bedah Kebidanan Martius, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. Muchtar, Rustam,(1998), Sinopsis Obstetri, Edisi 2, Jilid 1, EGC. Jakarta. Ngastiyah.( 1997 ). Perawatan Anak Sakit Jakarta : EGC Prawirohardjo, S. 2000. Buku acuan nasional pelayanan kesehatan maternal dan neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sacharin Rosa M. (1996). Prinsip Keperawatan Pediatrik. Alih bahasa : Maulanny R.F. Jakarta : EGC. Sarwono Prawiroharjo,(1999)., Ilmu Kebidanan, Edisi 2 Cetakan II Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta. Tucker, Susan Martin, (1998), Standar Perawatan Pasien, Edisi 5, Volume 4, Penerbit Buku Kedokteran, EGC. Jakarta. Winkjosastro, Hanifa, 2005, Ilmu Kebidanan, Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Artikel yang Berhubungan 1. Definisi Sectio Caesarea Istilah sectio caesarea berasal dari bahasa latin caedere yang artinya memotong.

Sedangkan definisi sectio caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut atau vagina (Rustam M, 1998).baca selengkapnya Beberapa macam teknik operasi sectio caesarea adalah : a. Sectio caesarea abdominalis

1) Sectio caesarea transperitonealis Sectio caesarea klasik atau korporal dengan incisi memanjang pada korpus uteri dan sectio caesarea ismika atau profunda dengan incisi pada segmen bawah rahim. 2) Sectio caesarea ekstraperitonealis Yaitu tanpa membuka peritoneum parietalis, dengan demikian tidak membuka kavum abdominal. b. Sectio caesarea vaginalis Anastesi merupakan upaya untuk menghilangkan rasa sakit dan nyeri pada waktu menjalani operasi. Teknik anastesi yang akan dibahas pada kasus sectio caesarea disini yaitu anastesi regional. Pada pembiusan regional, ibu yang menjalani persalinan tetap dalam keadaan sadar sebab yang mati rasa hanyalah saraf-saraf di bagian perut termasuk rahimnya. Pembiusan regional yang digunakan untuk operasi caesarea pada persalinan diantaranya adalah bius epidural, spinal dan kelamin. Jenis pembiusan ini dilakukan dengan memberi obat pemati rasa ke daerah tulang belakang, mengakibatkan sebatas panggul ke bawah mati rasa, tetapi ibu masih sadar selama proses pembedahan berlangsung (Dini Kasdu, 2003). 2. Anatomi Fungsional dan Fisiologi Anatomi fungsional yang dibahas pada kasus post operasi sectio caesarea terdiri dari anatomi dinding perut dan otot dasar panggul. a. Anatomi dinding perut Dinding perut dibentuk oleh otot-otot perut dimana disebelah atas dibatasi oleh angulus infrasternalis dan di sebelah bawah dibatasi oleh krista iliaka, sulkus pubikus dan sulkus inguinalis. Otot-otot dinding perut tersebut terdiri dari otot-otot dinding perut bagian depan, bagian lateral dan bagian belakang. 1) Otot rectus abdominis Terletak pada permukaan abdomen menutupi linea alba, bagian depan tertutup vagina dan bagian belakang terletak di atas kartilago kostalis 6-8. origo pada permukaan anterior kartilago kostalis 5-7, prosesus xyphoideus dan ligamen xyphoideum. Serabut menuju tuberkulum pubikum dan simpisis ossis pubis. Insertio pada ramus inferior ossis pubis. Fungsi dari otot ini untuk flexi trunk, mengangkat pelvis.

2) Otot piramidalis Terletak di bagian tengah di atas simpisis ossis pubis, di depan otot rectus abdominis. Origo pada bagian anterior ramus superior ossis pubis dan simpisis ossis pubis. Insertio terletak pada linea alba. Fungsinya untuk meregangkan linea alba. 3) Otot transversus abdominis Otot ini berupa tendon menuju linea alba dan bagian inferior vagina musculi recti abdominis. Origo pada permukaan kartilago kostalis 7-12. insertio pada fascia lumbo dorsalis, labium internum Krista iliaka, 2/3 lateral ligamen inguinale. Berupa tendon menuju linea alba dan bagian inferior vagina muskuli recti abdominis. Fungsi dari otot ini menekan perut, menegangkan dan menarik dinding perut. 4) Otot obligus eksternus abdominis Letaknya yaitu pada bagian lateral abdomen tepatnya di sebelah inferior thoraks. Origonya yaitu pada permukaan luas kosta 5-12 dan insertionya pada vagina musculi recti abdominis. Fungsi dari otot ini adalah rotasi thoraks ke sisi yang berlawanan. 5) Otot obligus internus abdominis Otot ini terletak pada anterior dan lateral abdomen, dan tertutup oleh otot obligus eksternus abdominis. Origo terletak pada permukaan posterior fascia lumbodorsalis, linea intermedia krista iliaka, 2/3 ligamen inguinale insertio pada kartilago kostalis 8-10 untuk serabut ke arah supero medial. Fungsi dari otot ini untuk rotasi thoraks ke sisi yang sama. b. Otot dasar panggul Otot dasar panggul terdiri dari diagfragma pelvis dan diagfragma urogenital. Diagfragma pelvis adalah otot dasar panggul bagian dalam yang terdiri dari otot levator ani, otot pubokoksigeus, iliokoksigeus, dan ischiokoksigeus. Sedangkan diafragma urogenetik dibentuk oleh aponeurosis otot transverses perinea profunda dan mabdor spincter ani eksternus. Fungsi dari otot-otot tersebut adalah levator ani untuk menahan rectum dan vagina turun ke bawah, otot spincter ani eksternus diperkuat oleh otot mabdor ani untuk menutup anus dan otot pubokavernosus untuk mengecilkan introitus vagina. c. Fisiologi nifas Perubahan yang terjadi selama masa nifas post sectio caesarea antara lain: (1) Uterus, setelah plasenta dilahirkan, uterus merupakan alat yang keras karena kontraksi dan reaksi ototototnya. Fundus uteri 3 jari di bawah pusat. Ukuran uterus mulai dua hari berikutnya, akan mengecil hingga hari kesepuluh tidak teraba dari luar. Invulsi uterus terjadi karena masingmasing sel menjadi kecil, yang disebabkan oleh proses antitoksis dimana zat protein dinding pecah, diabsorbsi dan dibuang melalui air seni. Sedangkan pada endomentrium menjadi luka dengan permukaan kasar, tidak rata kira-kira sebesar telapak tangan. Luka ini akan mengecil hingga sembuh dengan pertumbuhan endometrium baru di bawah permukaan luka, mulai dari pinggir dan dasar luka, (2) pembuluh darah uterus yang saat hamil dan membesar akan mengecil kembali karena tidak dipergunakan lagi, (3) dinding perut melonggar dan elastisitasnya berkurang akibat peregangan dalam waktu lama (Rustam M, 1998). 3. Patologi

Pada operasi sectio caesarea transperitonial ini terjadi, perlukaan baik pada dinding abdomen (kulit dan otot perut) dan pada dinding uterus. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi penyembuhan dari luka operasi antara lain adalah suplay darah, infeksi dan iritasi. Dengan adanya supply darah yang baik akan berpengaruh terhadap kecepatan proses penyembuhan. Perjalanan proses penyembuhan sebagai berikut : (1) sewaktu incisi (kulit diiris), maka beberapa sel epitel, sel dermis dan jaringan kulit akan mati. Ruang incisi akan diisi oleh gumpalan darah dalam 24 jam pertama akan mengalami reaksi radang mendadak, (2) dalam 2-3 hari kemudian, exudat akan mengalami resolusif proliferasi (pelipatgandaan) fibroblast mulai terjadi, (3) pada hari ke-3-4 gumpalan darah mengalami organisasi, (4) pada hari ke 5 tensile strength (kekuatan untuk mencegah terbuka kembali luka) mulai timbul, yang dapat mencegah terjadi dehiscence (merekah) luka, (5) pada hari ke-7-8, epitelisasi terjadi dan luka akan sembuh. Kecepatan epitelisasi adalah 0,5 mm per hari, berjalan dari tepi luka ke arah tengah atau terjadi dari sisa-sisa epitel dalam dermis, (6) Pada hari ke 14-15, tensile strength hanya 1/5 maksimum, (7) tensile strength mencapai maksimum dalam 6 minggu. Untuk itu pada seseorang dengan riwayat SC dianjurkan untuk tidak hamil pada satu tahun pertama setelah operasi (Hudaya, 1996). Komplikasi yang bisa timbul pada sectio caesarea adalah sebagai berikut : (1) infeksi puerperal yang terdiri dari infeksi ringan dan infeksi berat. Infeksi ringan ditandai dengan kenaikan suhu beberapa hari dalam masa nifas, infeksi yang berat ditandai dengan kenaikan suhu yang lebih tinggi bisa terjadi sepsis, infeksi ini bisa terjadi karena karena partus lama dan ketuban yang telah pecah terlalu lama, (2) perdarahan bisa terjadi pada waktu pembedahan cabang-cabang atonia uteria ikut terbuka atau karena atonia uteria, (3) terjadi komplikasi lain karena luka kandung kencing, embolisme paru dan deep vein trombosis, (4) terjadi ruptur uteri pada kehamilan berikutnya (Rustam M, 1998). 4. Etiologi Pada persalinan normal bayi akan keluar melalui vagina, baik dengan alat maupun dengan kekuatan ibu sendiri. Dalam keadaan patologi kemungkinan dilakukan operasi sectio caesarea. Adapun penyebab dilakukan operasi sectio caesarea adalah : a. Kelainan dalam bentuk janin 1) Bayi terlalu besar Berat bayi lahir sekitar 4000 gram atau lebih (giant baby), menyebabkan bayii sulit keluar dari jalan lahir. 2) Ancaman gawat janin Keadaan gawat janin pada tahap persalinan, memungkinkan dokter memutuskan untuk segera melakukan operasi. Apalagi jika ditunjang oleh kondisi ibu yang kurang menguntungkan. 3) Janin abnormal Janin sakit atau abnormal, misalnya gangguan Rh, kerusakan genetic, dan hidrosephalus (kepala besar karena otak berisi cairan), dapat menyebabkan diputuskannya dilakukan operasi. 4) Bayi kembar Tidak selamanya bayi kembar dilahirkan secara caesar. Hal ini karena kelahiran kembar memiliki resiko terjadi komplikasi yang lebih tinggi daripada kelahiran satu bayi. Selain itu, bayi kembar pun dapat mengalami sungsang atau salah letak lintang sehingga sulit untuk dilahirkan

secara normal. b. Kelainan panggul Bentuk panggul yang menunjukkan kelainan atau panggul patologis dapat menyebabkan kesulitan dalam proses persalinan. Terjadinya kelainan panggul ini dapat disebabkan oleh terjadinya gangguan pertumbuhan dalam rahim (sejak dalam kandungan), mengalami penyakit tulang (terutama tulang belakang), penyakit polio atau mengalami kecelakaan sehingga terjadi kerusakan atau patah panggul. c. Faktor hambatan jalan lahir Adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya jalan lahir yang tidak memungkinkan adanya pembukaan, adanya tumor dan kelainan bawaan pada jalan lahir, tali pusat pendek dan ibu sulit bernafas (Dini Kasdu, 2003). 5. Prognosis Dulu angka morbiditas dan mortalitas pada ibu dan janin tinggi, pada masa sekarang oleh karena kemajuan yang pesat dalam teknik operasi, anastesi, penyediaan cairan dan darah, indikasi dan antibioti angka ini sangat menurun. Angka kematian ibu pada rumah-rumah sakit dengan fasilitas operasi yang baik dan tenaga-tenaga yang cekatan kurang dari 2 per 1000 (Rustam M, 1998). B. Deskripsi Problematika Fisioterapi Adapun problem yang dihadapi oleh pasien post operasi sectio caesarea adalah : 1. Nyeri Nyeri dirasakan sebagai akibat adanya luka incisi pada dinding perut ataupun dinding uterus. 2. Potensial terjadinya penurunan elastisitas otot perut dan otot dasar panggul Penurunan elastisitas otot perut dan elastisitas otot dasar panggul terjadi karena pada masa kehamilan terjadi penguluran pada otot-otot tersebut. 3. Potensial terjadinya trombosis Hubungan pendek (shunt) antara sirkulasi ibu dan plasenta didapat pada masa kehamilan. Shunt akan hilang dengan tiba-tiba setelah melahirkan ada kompensasi hemokonsentrasi dengan peningkatan viskositas darah sehingga volume darah kembali seperti sedia kala. Dengan adanya mekanisme tersebut maka potensial terjadi trombosis pada pembuluh darah venanya karena tungkai dibiarkan terlalu lama tidak bergerak. 4. Penurunan kemampuan ADL Karena adanya nyeri pada masa incisi menyebabkan pasien enggan untuk bergerak. Sehingga pasien mengalami gangguan dalam transfer, ambulasi ataupun ADL. C.Teknologi Intervensi Fisioterapi Terapi latihan merupakan salah satu modalitas fisioterapi dimana dalam pelaksanaannya menggunakan latihan-latihan gerak tubuh, baik secara pasif maupun aktif (Kisner, 1996). Terapi latihan bertujuan untuk mempertahankan dan memperkuat elastisitas otot-otot

dinding perut. Otot-otot dasar panggul, ligamen dan jaringan serta fasia, perawatan dan pemeliharaan keindahan tubuh (Rustam M, 1998). Tehnik yang digunakan pada terapi latihan antara lain : 1. Gerakan aktif (active movement) Merupakan gerakan yang diselenggarakan dan dikontrol oleh kerja otot yang disadari, bekerja melawan tenaga dari luar. Klasifikasinya : a. Assisted active movement Merupakan gerakan yang terjadi karena adanya kerja otot yang bersangkutan melawan pengaruh gravitasi. Dalam melawan gravitasi kerjanya dibantu oleh kekuatan dari luar. b. Free active movement Merupakan gerakan yang terjadi karena kerja otot dalam melawan pengaruh gravitasi, yang kerjanya tidak dibantu oleh kekuatan dari luar. 2. Breathing exercise Merupakan suatu latihan pernafasan yang ditujukan untuk memelihara daya kembang thoraks. Selain itu juga membantu mengeluarkan mucus yang ada pada sistem pernafasan. Teknik yang digunakan adalah SMI (sustained maximal inspirited) yaitu inspirasi maximal yang ditahan 2-3 detik kemudian dihembuskan perlahan-lahan. Tujuannya adalah untuk meningkatkan daya kembang thoraks sehingga volume paru meningkat. 3. Statik kontraksi Suatu metode terapi latihan yang bertujuan untuk mengurangi nyeri dan spasme otot (Ebner, 1959). 4. Latihan otot-otot perut dan otot dasar panggul Latihan pada otot-otot perut dan otot dasar panggul bertujuan untuk meningkatkan

kekuatan dan elastisitas otot-otot perut dan otot-otot dasar panggul. 5. Edukasi Menjelaskan pada Ibu tentang manfaat latihan penguatan otot perut dan aktivitas perawatan diri di rumah. Selain itu diberi petunjuk latihan di rumah cara menyusui dan perawatan payudar DAFTAR PUSTAKA Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2000, Sistem Kesehatan Nasional. Dini Kasdu, 2003, Operasi Caesar Masalah dan Solusinya, Puspa Swara, Jakarta.. Ebner Maria, 1959, Second Edition, Physiotherapy in Obstetri and Gynecology, Hasanah, P, Senam Hamil, 1991, Bagian Obstetri dan Ginekologi, Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran, Bandung, . Kisner, C, Lynn dan Allen C, 1996, Therapheutic Exercise Foundation and Technique, FA Davis, Philadelphia, Kusnandari, 1993, Kesehatan Ibu Hamil dan Melahirkan, Unit Pelayanan Trehabilitasi Medis, RSUP Dr. Sardjito, Yogyakarta. Nugroho, D.S, 2001, Neurofisiologi Nyeri dan Aspek Kedokteran, Pelatihan Penatalaksanaan FT Komprehensif pada Nyeri, Surakarta 7-8 Maret. Prasetya, Hudoyo, 1996, Obstetri dan Ginekologi, Akademi Fisioterapi Surakarta. Puts and Pabts, 2000, Sobatta, EGC, Edisi 21, Jakarta,. Rosemary, M, Schlly, 1989, Physical Therap, J.B Lippincott Company Philadelphia. Rustam, Mochtar, 1998, Sinopsis Obstetri, Obstetri Operatif, Obestetri Sosial, Jilid ke 2, Edisi ke 2, EGC, Jakarta. Sarwono, Prawirohardjo, 1981, Ilmu Kebidanan, Edisi ke 2, Yayasan Bina Pustaka, Jakarta. Sri Mardiman, dkk, DP3Ft II, Akademik Fisioterapi Surakarta.

ASUHAN KEPERAWATAN SECTIO CAESAREA DENGAN INDIKASI PANGGUL SEMPIT

I. Pengertian Sectio caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan dinding uterus atau vagina atau suatu histerotomi untuk melahirkan janin dari dalam rahim.

II. Jenis jenis operasi sectio caesarea 1. Abdomen (sectio caesarea abdominalis) a. Sectio caesarea transperitonealis ? SC klasik atau corporal (dengan insisi memanjang pada corpus uteri) Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus uteri kira-kira 10 cm. Kelebihan : ? Mengeluarkan janin dengan cepat ? Tidak mengakibatkan komplikasi kandung kemih tertarik ? Sayatan bias diperpanjang proksimal atau distal Kekurangan ? Infeksi mudah menyebar secara intra abdominal karena tidak ada reperitonealis yang baik ? Untuk persalinan yang berikutnya lebih sering terjadi rupture uteri spontan ? SC ismika atau profundal (low servical dengan insisi pada segmen bawah rahim) Dilakukan dengan melakukan sayatan melintang konkat pada segmen bawah rahim (low servical transversal) kira-kira 10 cm Kelebihan : ? Penjahitan luka lebih mudah ? Penutupan luka dengan reperitonealisasi yang baik ? Tumpang tindih dari peritoneal flap baik sekali untuk menahan penyebaran isi uterus ke rongga peritoneum ? Perdarahan tidak begitu banyak ? Kemungkinan rupture uteri spontan berkurang atau lebih kecil Kekurangan : ? Luka dapat melebar kekiri, kanan, dan bawah sehingga dapat menyebabkan uteri uterine pecah sehingga mengakibatkan perdarahan banyak ? Keluhan pada kandung kemih post operasi tinggi b. SC ektra peritonealis yaitu tanpa membuka peritoneum parietalis dengan demikian tidak membuka cavum abdominal 2. Vagina (section caesarea vaginalis) Menurut sayatan pada rahim, sectio caesarea dapat dilakukan sebagai berikut : 1. Sayatan memanjang ( longitudinal ) 2. Sayatan melintang ( Transversal ) 3. Sayatan huruf T ( T insicion ) III. Indikasi Operasi sectio caesarea dilakukan jika kelahiran pervaginal mungkin akan menyebabkan resiko pada ibu ataupun pada janin, dengan pertimbangan hal-hal yang perlu tindakan SC proses persalinan normal lama/ kegagalan proses persalinan normal ( Dystasia ) ? Fetal distress ? His lemah / melemah ? Janin dalam posisi sungsang atau melintang ? Bayi besar ( BBL ? 4,2 kg ) ? Plasenta previa ? Kalainan letak ? Disproporsi cevalo-pelvik ( ketidakseimbangan antar ukuran kepala dan panggul ) ? Rupture uteri mengancam ? Hydrocephalus

? Primi muda atau tua ? Partus dengan komplikasi ? Panggul sempit ? Problema plasenta IV. Komplikasi Kemungkinan yang timbul setelah dilakukan operasi ini antara lain : 1. Infeksi puerperal ( Nifas ) - Ringan, dengan suhu meningkat dalam beberapa hari - Sedang, suhu meningkat lebih tinggi disertai dengan dehidrasi dan perut sedikit kembung - Berat, peritonealis, sepsis dan usus paralitik 2. Perdarahan - Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka - Perdarahan pada plasenta bed 3. Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila peritonealisasi terlalu tinggi 4. Kemungkinan rupture tinggi spontan pada kehamilan berikutnya V. POST PARTUM A. DEFINISI PUERPERIUM / NIFAS Adalah masa sesudah persalinan dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhirnya ketika alatalat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil, masa nifas berlangsung selama ? 6 minggu. (Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, 2002) adalah masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu. (Obstetri Fisiologi, 1983) B. PERIODE Masa nifas dibagi dalam 3 periode: 1. Early post partum Dalam 24 jam pertama. 2. Immediate post partum Minggu pertama post partum. 3. Late post partum Minggu kedua sampai dengan minggu keenam. C. TUJUAN ASUHAN KEPERAWATAN 1. Menjaga kesehatan Ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologiknya. 2. Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya. 3. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya dan perawatan bayi sehat. 4. Memberikan pelayanan keluarga berencana. D. TANDA DAN GEJALA 1. Perubahan Fisik a. Sistem Reproduksi Uterus

Involusi : Kembalinya uterus ke kondisi normal setelah hamil. Proses ini dipercepat oleh rangsangan pada puting susu. - Lochea Komposisi Jaringan endometrial, darah dan limfe. Tahap a. Rubra (merah) : 1-3 hari. b. Serosa (pink kecoklatan) c. Alba (kuning-putih) : 10-14 hari Lochea terus keluar sampai 3 minggu. Bau normal seperti menstruasi, jumlah meningkat saat berdiri. Jumlah keluaran rata-rata 240-270 ml. - Siklus Menstruasi Ibu menyusui paling awal 12 minggu rata-rata 18 minggu, untuk itu tidak menyusui akan kembali ke siklus normal. - Ovulasi Ada tidaknya tergantung tingkat proluktin. Ibu menyusui mulai ovulasi pada bulan ke-3 atau lebih. Ibu tidak menyusui mulai pada minggu ke-6 s/d minggu ke-8. Ovulasi mungkin tidak terlambat, dibutuhkan salah satu jenis kontrasepsi untuk mencegah kehamilan. - Serviks Segera setelah lahir terjadi edema, bentuk distensi untuk beberapa hari, struktur internal kembali dalam 2 minggu, struktur eksternal melebar dan tampak bercelah. - Vagina Nampak berugae kembali pada 3 minggu, kembali mendekati ukuran seperti tidak hamil, dalam 6 sampai 8 minggu, bentuk ramping lebar, produksi mukus normal dengan ovulasi. - Perineum Episiotomi Penyembuhan dalam 2 minggu. Laserasi TK I : Kulit dan strukturnya dari permukaan s/d otot TK II : Meluas sampai dengan otot perineal TK III : Meluas sampai dengan otot spinkter TK IV : melibatkan dinding anterior rektal b. Payudara Payudara membesar karena vaskularisasi dan engorgement (bengkak karena peningkatan prolaktin pada hari I-III). Pada payudara yang tidak disusui, engorgement akan berkurang dalam 2-3 hari, puting mudah erektil bila dirangsang. Pada ibu yang tidak menyusui akan mengecil pada 1-2 hari. c. Sistem Endokrin - Hormon Plasenta HCG (-) pada minggu ke-3 post partum, progesteron plasma tidak terdeteksi dalam 72 jam post partum normal setelah siklus menstruasi. - Hormon pituitari Prolaktin serum meningkat terjadi pada 2 minggu pertama, menurun sampai tidak ada pada ibu tidak menyusui FSH, LH, tidak ditemukan pada minggu I post partum.

d. Sistem Kardiovaskuler - Tanda-tanda vital Tekanan darah sama saat bersalin, suhu meningkat karena dehidrasi pada awal post partum terjadi bradikardi. - Volume darah Menurun karena kehilangan darah dan kembali normal 3-4 minggu Persalinan normal : 200 500 cc, sesaria : 600 800 cc. - Perubahan hematologik Ht meningkat, leukosit meningkat, neutrophil meningkat. - Jantung Kembali ke posisi normal, COP meningkat dan normal 2-3 minggu. e. Sistem Respirasi Fungsi paru kembali normal, RR : 16-24 x/menit, keseimbangan asam-basa kembali setelah 3 minggu post partum. f. Sistem Gastrointestinal - Mobilitas lambung menurun sehingga timbul konstipasi. - Nafsu makan kembali normal. - Kehilangan rata-rata berat badan 5,5 kg. g. Sistem Urinaria - Edema pada kandung kemih, urethra dan meatus urinarius terjadi karena trauma. - Pada fungsi ginjal: proteinuria, diuresis mulai 12 jam. - Fungsi kembali normal dalam 4 minggu. h. Sistem Muskuloskeletal Terjadi relaksasi pada otot abdomen karena terjadi tarikan saat hamil. Diastasis rekti 2-4 cm, kembali normal 6-8 minggu post partum. i. Sistem Integumen Hiperpigmentasi perlahan berkurang. j. Sistem Imun Rhesus incompability, diberikan anti RHO imunoglobin. VI. PANGGUL SEMPIT Dalam Obstetri yang terpenting bukan panggul sempit secara anatomis melainkan panggul sempit secara fungsional artinya perbandingan antara kepala dan panggul Kesempitan panggul dibagi sebagai berikut : 1. Kesempitan pintu atas panggul 2. kesempitan bidang bawah panggul 3. kesempitan pintu bawah panggul 4. kombinasi kesempitan pintu atas pangul, bidang tengah dan pintu bawah panggul. ? Kesempitan pintu atas panggul Pintu atas panggul dianggap sempit kalau conjugata vera kurang dari 10 cm atau kalau diameter transversa kurang dari 12 cm Conjugata vera dilalui oleh diameter biparietalis yang 9 cm dan kadang-kadang mencapai 10 cm, maka sudah jelas bahwa conjugata vera yang kurang dari 10cm dapat menimbulkan kesulitan. Kesukaran bertambah lagi kalau kedua ukuran ialah diameter antara posterior maupun diameter transversa sempit. Sebab-sebab yang dapat menimbulkan kelainan panggul dapat dibagi sebagai berikut : 1. Kelainan karena gangguan pertumbuhan

a. Panggul sempit seluruh : semua ukuran kecil b. Panggul picak : ukuran muka belakang sempit, ukuran melintang biasa c. Panggul sempit picak : semua ukuran kecil tapi terlebiha ukuran muka belakang d. Panggul corong :pintu atas panggul biasa,pintu bawah panggul sempit e. Panggul belah : symphyse terbuka 2. kelainan karena penyakit tulang panggul atau sendi-sendinya a. Panggul rachitis : panggul picak, panggul sempit, seluruha panggul sempit picak dan lain-lain b. Panggul osteomalacci : panggul sempit melintang c. Radang articulatio sacroilliaca : panggul sempit miring 3. kelainan panggul disebabkan kelainan tulang belakang a. kyphose didaerah tulang pinggang menyebabkan panggul corong b. sciliose didaerah tulang panggung menyebabkan panggul sempit miring 4. kelainan panggul disebabkan kelainan aggota bawah coxitis, luxatio, atrofia. Salah satu anggota menyebabkan panggul sempit miring. Disamping itu mungkin pula ada exostase atau fraktura dari tulang panggul yang menjadi penyebab kelainan panggul. ? Pengaruh panggul sempit pada kehamilan dan persalinan Panggul sempit mempunyai pengaruh yang besar pada kehamilan maupun persalinan. 1. Pengaruh pada kehamilan - Dapat menimbulkan retrafexio uteri gravida incarcerata - Karena kepala tidak dapat turun maka terutama pada primi gravida fundus atau gangguan peredaran darah Kadang-kadang fundus menonjol ke depan hingga perut menggantung Perut yang menggantung pada seorang primi gravida merupakan tanda panggul sempit - Kepala tidak turun kedalam panggul pada bulan terakhir - Dapat menimbulkan letak muka, letak sungsang dan letak lintang. - Biasanya anak seorang ibu dengan panggul sempit lebih kecil dari pada ukuran bayi pukul rata. 2. Pengaruh pada persalinan - Persalinan lebih lama dari biasa. a. Karena gangguan pembukaan b. Karena banyak waktu dipergunakan untuk moulage kepala anak Kelainan pembukaan disebabkan karena ketuban pecah sebelum waktunya, karena bagian depan kurang menutup pintu atas panggul selanjutnya setelah ketuban pecah kepala tidak dapat menekan cervix karena tertahan pada pintu atas panggul - Pada panggul sempit sering terjadi kelainan presentasi atau posisi misalnya : a. Pada panggul picak sering terjadi letak defleksi supaya diameter bitemporalis yang lebih kecil dari diameter biparietalis dapat melalui conjugata vera yang sempit itu. Asynclitismus sering juga terjadi, yang diterapkan dengan knopfloch mechanismus (mekanisme lobang kancing) b. Pada oang sempit kepala anak mengadakan hyperflexi supaya ukuran-ukuran kepala belakang yang melalui jalan lahir sekecil-kecilnya c. Pada panggul sempit melintang sutura sagitalis dalam jurusan muka belang (positio occypitalis

directa) pada pintu atas panggul. - Dapat terjadi ruptura uteri kalau his menjadi terlalu kuat dalam usaha mengatasi rintangan yang ditimbulkan oleh panggul sempit - Sebaiknya jika otot rahim menjadi lelah karena rintangan oleh panggul sempit dapat terjadi infeksi intra partum. Infeksi ini tidak saja membahayakan ibu tapi juga dapat menyebabkan kematian anak didalam rahim. Kadang-kadang karena infeksi dapat terjadi tympania uteri atau physometra. - Terjadi fistel : tekanan yang lama pada jaringan dapat menimbulkan ischaemia yang menyebabkan nekrosa. Nekrosa menimbulkan fistula vesicovaginalis atau fistula recto vaginalis. Fistula vesicovaginalis lebih sering terjadi karena kandung kencing tertekan antara kepala anak dan symphyse sedangkan rectum jarang tertekan dengan hebat keran adanya rongga sacrum. - Ruptur symphyse dapat terjadi , malahan kadang kadang ruptur dari articulatio scroilliaca. Kalau terjadi symphysiolysis maka pasien mengeluh tentang nyeri didaerah symphyse dan tidak dapat mengangkat tungkainya. - Parase kaki dapat menjelma karena tekanan dari kepala pada urat-urat saraf didalam rongga panggul , yang paling sering adalah kelumpuhan N. Peroneus. 3. Pengaruh pada anak - Patus lama misalnya: yang lebih dari 20 jam atau kala II yang lebih dari 3 jam sangat menambah kematian perinatal apalagi kalau ketuban pecah sebelum waktunya. - Prolapsus foeniculli dapat menimbulkan kematian pada anak - Moulage yang kuat dapat menimbulkan perdarahan otak. Terutama kalau diameter biparietalis berkurang lebih dari cm. selain itu mungkin pada tengkorak terdapat tanda-tanda tekanan. Terutama pada bagian yang melalui promontorium (os parietal) malahan dapat terjadi fraktur impresi. ? Persangkaan Panggul sempit Seorang harus ingat akan kemungkinan panggul sempit kalau : 1. Aprimipara kepala anak belum turun setelah minggu ke 36 2. Pada primipara ada perut menggantung 3. pada multipara persalinan yang dulu dulu sulit 4. kelainan letak pada hamil tua 5. kelainan bentuk badan (Cebol, scoliose,pincang dan lain-lain) 6. osborn positip ? Prognosa Prognosa persalinan dengan panggul sempit tergantung pada berbagai faktor - Bentuk panggul - Ukuran panggul, jadi derajat kesempitan - Kemungkinan pergerakan dalam sendi-sendi panggul - Besarnya kepala dan kesanggupan moulage kepala - Presentasi dan posisi kepala - His Diantara faktor faktor tersebut diatas yang dapat diukur secara pasti dan sebelum persalinan berlangsung hanya ukuran-ukuran panggul : karena itu ukuran ukuran tersebut sering menjadi dasar untuk meramalkan jalannya persalinan. Menurut pengalaman tidak ada anak yang cukup bulan yang dapat lahir dengan selamat per vaginam kalau CV kurang dari 8 cm.

Sebaliknya kalau CV 8 cm atau lebih persalinan pervaginam dapat diharapkan berlangsung selamat. Karena itu kalau CV < 8 cm dilakukan SC primer ( panggul demikuan disebut panggul sempit absolut ) Sebaliknya pada CV antara 8,5-10 cm hasil persalinan tergantung pada banyak faktor : 1. Riwayat persalinan yang lampau 2. besarnya presentasi dan posisi anak 3. pecahnya ketuban sebelum waktunya memburuknya prognosa 4. his 5. lancarnya pembukaan 6. infeksi intra partum 7. bentuk panggul dan derajat kesempitan karena banyak faktor yang mempengaruhi hasil persalinan pada panggul dengan CV antara 8 10cm (sering disebut panggul sempit relatip) maka pada panggul sedemikian dilakukan persalinan percobaan. ? Persalinan percobaan Yang disebut persalinan percobaan adalah untuk persalinan per vaginam pada wanita wanita dengan panggul yang relatip sempit. Persalinan percobaan dilakukan hanya pada letak belakang kepala, jadi tidak dilakukan pada letak sungsang, letak dahi, letak muka atau kelainan letak lainnya. Persalinan percobaan dimulai pada permulaan persalinan dan berakhir setelah kita mendapatkan keyakinan bahwa persalinan tidak dapat berlangsung per vaginam atau setelah anak lahir per vaginam. Persalinan percobaan dikatakan berhasil kalau anak lahir pervaginam secara spontan atau dibantu dengan ekstraksi (forcepe atau vacum) dan anak serta ibu dalam keadaan baik. Kita menghentikan presalianan percobaan kalau: 1. pembukaan tidak atau kurang sekali kemajuaannya - Keadaan ibu atau anak menjadi kurang baik - Kalau ada lingkaran retraksi yang patologis 2. setelah pembukaan lengkap dan pecahnya ketuban,kepala dalam 2 jam tidak mau masuk ke dalam rongga panggul walaupun his cukup kuat - Forcepe gagal Dalam keadaan-keadaan tersebut diatas dilakukan SC. Kalau SC dilakukan atas indikasi tersebut dalam golongan 2 (dua) maka pada persalinan berikutnya tidak ada gunanya dilakukan persalinan percobaan lagi Dalam istilah inggris ada 2 macam persalinan percobaan : 1. Trial of labor : serupa dengan persalinan percobaan yang diterngkan diatas 2. test of labor : sebetulnya merupakan fase terakhir dari trial of labor karena test of labor mulai pada pembukaan lengkap dan berakhir 2 jam sesudahnya. Kalau dalam 2 jam setelah pembukaan lengkap kepala janin tidak turun sampai H III maka test of labor dikatakan berhasil. Sekarang test of labor jarang dilakukan lagi karena: 1. Seringkali pembukaan tidak menjadi lengkap pada persalinan dengan panggul sempit 2. kematian anak terlalu tinggo dengan percobaan tersebut ? kesempitan bidang tengah panggul

bidang tengah panggul terbentang antara pinggir bawah symphysis dan spinae ossis ischii dan memotong sacrum kira-kira pada pertemuan ruas sacral ke 4 dan ke 5 Ukuran yang terpenting dari bidang ini adalah : 1. Diameter transversa ( diameter antar spina ) 10 cm 2. diameter anteroposterior dari pinggir bawah symphyse ke pertemuan ruas sacral ke 4 dan ke 5 11 cm 3. diameter sagitalis posterior dari pertengahan garis antar spina ke pertemuan sacral 4 dan 5 5 cm dikatakan bahwa bidang tengah panggul itu sempit : 1. Jumlah diameter transversa dan diameter sagitalis posterior 13,5 atau kurang ( normal 10,5 cm + 5 cm = 15,5 cm) 2. diameter antara spina < 9 cm ukuran ukuran bidang tengah panggul tidak dapat diperoleh secara klinis, harus diukur secara rontgenelogis, tetapi kita dapat menduga kesempitan bidang tengah panggul kalau : - Spinae ischiadicae sangat menonjol - Kalau diameter antar tuber ischii 8 cm atau kurang ? Prognosa Kesempitan bidang tengah panggul dapat menimbulkan gangguan putaran paksi.kalau diameter antar spinae 9 cm atau kurang kadang-kadang diperlukan SC. ? Terapi Kalau persalinan terhenti karena kesempitan bidang tengah panggul maka baiknya dipergunakan ekstraktor vacum, karena ekstraksi dengan forceps memperkecil ruangan jalan lahir. ? Kesempitan pintu bawah panggul: Pintu bawah panggul terdiri dari 2 segi tiga dengan jarak antar tuberum sebagai dasar bersamaan Ukuran ukuran yang penting ialah : 1. Diameter transversa (diameter antar tuberum ) 11 cm 2. diameter antara posterior dari pinggir bawah symphyse ke ujung os sacrum 11 cm 3. diameter sagitalis posterior dari pertengahan diameter antar tuberum ke ujung os sacrum 7 cm pintu bawah panggul dikatakan sempit kalau jarak antara tubera ossis ischii 8 atau kurang kalau jarak ini berkurang dengan sendirinya arcus pubis meruncing maka besarnya arcus pubis dapat dipergunakan untuk menentukan kesempitan pintu bawah panggul. Menurut thomas dustacia dapat terjadi kalau jumlah ukuran antar tuberum dan diameter sagitalis posterior < 15 cm ( normal 11 cm + 7,5 cm = 18,5 cm ) Kalau pintu bawah panggul sempit biasanya bidang tengah panggul juga sempit. Kesempitan pintu bawah panggul dapat menyebabkan gangguan putaran paksi. Kesempitan pintu bawah panggul jarang memaksa kita melakukan SC bisanya dapat diselesaikan dengan forcepe dan dengan episiotomy yang cukup luas. VII. Pengkajian 1. Sirkulasi Perhatikan riwayat masalah jantung, udema pulmonal, penyakit vaskuler perifer atau stasis vaskuler ( peningkatan resiko pembentukan thrombus ) 2. integritas ego perasaan cemas, takut, marah, apatis, serta adanya factor-faktor stress multiple seperti financial,

hubungan, gaya hidup. Dengan tanda-tanda tidak dapat beristirahat, peningkatan ketegangan, stimulasi simpatis 3. Makanan / cairan Malnutrisi, membrane mukosa yang kering pembatasan puasa pra operasi insufisiensi Pancreas/ DM, predisposisi untuk hipoglikemia/ ketoasidosis 4. Pernafasan Adanya infeksi, kondisi yang kronik/ batuk, merokok 5. Keamanan ? Adanya alergi atau sensitive terhadap obat, makanan, plester dan larutan ? Adanya defisiensi imun ? Munculnya kanker/ adanya terapi kanker ? Riwayat keluarga, tentang hipertermia malignan/ reaksi anestesi ? Riwayat penyakit hepatic ? Riwayat tranfusi darah ? Tanda munculnya proses infeksi VIII. Pathways IX. Proritas Keperawatan ? Mengurangi ansietas dan trauma emosional ? Menyediakan keamanan fisik ? Mencegah komplikasi ? Meredakan rasa sakit ? Memberikan fasilitas untuk proses kesembuhan ? Menyediakan informasi mengenai proses penyakit X. Diagnosa Keperawatan ? Ansietas b.d pengalaman pembedahan dan hasil tidak dapat diperkirakan ? Resti infeksi b.d destruksi pertahanan terhadap bakteri ? Nyeri akut b.d insisi, flatus dan mobilitas ? Resti perubahan nutrisi b.d peningkatan kebutuhan untuk penyembuhan luka, penurunan masukan ( sekunder akibat nyeri, mual, muntah ) XI. Intervensi DP Tujuan Intervensi Rasional Ansietas b.d pengalaman pembedahan dan hasil tidak dapat diperkirakan Resti infeksi b.d destruksi pertahanan terhadap bakteri Nyeri akut b.d insisi, flatus dan mobilitas Resti perubahan nutrisi b.d peningkatan kebutuhan tubuh untuk penyembuhan luka,penurunan masukan (sekunder akibat nyeri, mual, muntah Ansietas berkurang setelah diberikan perawatan dengan kriteria hasil : - Tidak menunjukkan traumatik pada saat membicarakan pembedahan - Tidak tampak gelisah - Tidak merasa takut untuk dilakukan pembedahan yang sama - Pasien merasa tenang

Infeksi tidak terjadi setelah perawatan selama 24 jam pertama dengan kriteria hasil : - Menunjukkan kondisi luka yang jauh dari kategori infeksi - Albumin dalam keadaan normal - Suhu tubuh pasien dalam keadaan normal, tidak demam Nyeri dapat berkurang setelah perawatan 1x 24 jam dengan kriteria : - Pasien tidak mengeluh nyeri / mengatakan bahwa nyeri sudah berkurang Mendemontrasikan berat badan stabil atau penambahan berat badan progresif kearah tujuan dengan normalisasi nilai laboratorium dan bebas dari tanda malnutrisi - Lakukan pendekatan diri pada pasien supaya pasien merasa nyaman - Yakinkan bahwa pembedahan merupakan jalan terbaik yang harus ditempuh untuk menyelamatkan bayi dan ibu - Berikan nutrisi yang adekuat - Berikan penkes untuk menjaga daya tahan tubuh, kebersihan luka, serta tanda-tanda infeksi dini pada luka - lakukan pengkajian nyeri - lakukan managemen nyeri - monitoring keadaan insisi luka post operasi - ajarkan mobilitas yang memungkinkan tiap jam sekali - kaji status nutrisi secara continue selama perawatan tiap hari, perhatikan tingkat energi, kondisi, kulit, kuku, rambut, rongga mulut - tekankan pentingnya trasnsisi pada pemberian makan per oral dengan tepat - beri waktu mengunyah, menelan, beri sosialisasi dan bantuan makan sesuai dengan indikasi - Rasa nyaman akan menumbuhkan rasa tenang, tidak cemas serta kepercayaan pada perawat. - Nutrisi yang adekuat akan menghasilkan daua tubuh yang optimal - Dengan adanya partisipasi dari pasien, maka kesembuhan luka dapat lebih mudah terwujud - Setiap skala nyeri memiliki managemen yang berbeda - Antisipasi nyeri akibat luka post operasi - Antisipasi nyeri akibat luka post operasi - Mobilitas dapat merangsang peristaltik usus sehingga mempercepat flatus - Memberi kesempatan untuk mengobservasi penyimpangan dari norma/ dasar pasien dan mempengaruhi pilihan intervensi - Trasnsisi pemberian makan oral lebih disukai - Pasien perlu bantuan untuk menghadapi masalah anoreksia, kelelahan, kelemahan otot DAFTAR PUSTAKA Carpenito L. J, 2001, Diagnosa keperawatan, Jakarta : EGC Doengoes, M E, 2000, Rencana Askep pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien, Jakarta : EGC

Mochtar, Rustam, 1998, Sinopsis Obstetri, Jakarta : EGC Winkjosastro, Hanifa, 2005, Ilmu Kebidanan, Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

omen (sectio caesarea abdominalis) Sectio caesarea transperitonealis SC klasik atau corporal (dengan insisi memanjang pada corpus uteri) Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus uteri kirakira 10 cm. Kelebihan : Mengeluarkan janin dengan cepat Tidak mengakibatkan komplikasi kandung kemih tertarik Sayatan bias diperpanjang proksimal atau distal Kekurangan Infeksi mudah menyebar secara intra abdominal karena tidak ada reperitonealis yang baik Untuk persalinan yang berikutnya lebih sering terjadi rupture uteri spontan SC ismika atau profundal (low servical dengan insisi pada segmen bawah rahim) Dilakukan dengan melakukan sayatan melintang konkat pada segmen bawah rahim (low servical transversal) kira-kira 10 cm Kelebihan : Penjahitan luka lebih mudah Penutupan luka dengan reperitonealisasi yang baik Tumpang tindih dari peritoneal flap baik sekali untuk menahan penyebaran isi uterus ke rongga peritoneum Perdarahan tidak begitu banyak Kemungkinan rupture uteri spontan berkurang atau lebih kecil Kekurangan : Luka dapat melebar kekiri, kanan, dan bawah sehingga dapat menyebabkan uteri uterine pecah sehingga mengakibatkan perdarahan banyak

Keluhan pada kandung kemih post operasi tinggi

SC ektra peritonealis yaitu tanpa membuka peritoneum parietalis dengan demikian tidak membuka cavum abdominal

Vagina (section caesarea vaginalis) Menurut sayatan pada rahim, sectio caesarea dapat dilakukan sebagai berikut : 1. Sayatan memanjang ( longitudinal ) 2. Sayatan melintang ( Transversal ) 3. Sayatan huruf T ( T insicion )

Indikasi Operasi sectio caesarea dilakukan jika kelahiran pervaginal mungkin akan menyebabkan resiko pada ibu ataupun pada janin, dengan pertimbangan hal-hal yang perlu tindakan SC proses persalinan normal lama/ kegagalan proses persalinan normal ( Dystasia ) Fetal distress His lemah / melemah Janin dalam posisi sungsang atau melintang Bayi besar ( BBL 4,2 kg ) Plasenta previa Kalainan letak Disproporsi cevalo-pelvik ( ketidakseimbangan antar ukuran kepala dan panggul ) Rupture uteri mengancam Hydrocephalus Primi muda atau tua Partus dengan komplikasi Panggul sempit Problema plasenta Komplikasi Kemungkinan yang timbul setelah dilakukan operasi ini antara lain : Infeksi puerperal ( Nifas ) Ringan, dengan suhu meningkat dalam beberapa hari Sedang, suhu meningkat lebih tinggi disertai dengan dehidrasi dan perut sedikit kembung Berat, peritonealis, sepsis dan usus paralitik Perdarahan Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka

Perdarahan pada plasenta bed Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila peritonealisasi terlalu tinggi Kemungkinan rupture tinggi spontan pada kehamilan berikutnya

Post Partum DEFINISI PUERPERIUM / NIFAS Adalah masa sesudah persalinan dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhirnya ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil, masa nifas berlangsung selama 6 minggu. (Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, 2002) adalah masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu. (Obstetri Fisiologi, 1983) PERIODE Masa nifas dibagi dalam 3 periode: Early post partum Dalam 24 jam pertama. Immediate post partum Minggu pertama post partum. Late post partum Minggu kedua sampai dengan minggu keenam.

TUJUAN ASUHAN KEPERAWATAN Menjaga kesehatan Ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologiknya. Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya dan perawatan bayi sehat.

Memberikan pelayanan keluarga berencana.

TANDA DAN GEJALA Perubahan Fisik Sistem Reproduksi Uterus Involusi : Kembalinya uterus ke kondisi normal setelah hamil. Proses ini dipercepat oleh rangsangan pada puting susu. Lochea Komposisi Jaringan endometrial, darah dan limfe. Tahap Rubra (merah) : 1-3 hari. Serosa (pink kecoklatan) Alba (kuning-putih) : 10-14 hari Lochea terus keluar sampai 3 minggu. Bau normal seperti menstruasi, jumlah meningkat saat berdiri.

Jumlah keluaran rata-rata 240-270 ml. Siklus Menstruasi Ibu menyusui paling awal 12 minggu rata-rata 18 minggu, untuk itu tidak menyusui akan kembali ke siklus normal. Ovulasi Ada tidaknya tergantung tingkat proluktin. Ibu menyusui mulai ovulasi pada bulan ke-3 atau lebih. Ibu tidak menyusui mulai pada minggu ke-6 s/d minggu ke-8. Ovulasi mungkin tidak terlambat, dibutuhkan salah satu jenis kontrasepsi untuk mencegah kehamilan. Serviks Segera setelah lahir terjadi edema, bentuk distensi untuk beberapa hari, struktur internal kembali dalam 2 minggu, struktur eksternal melebar dan tampak bercelah. Vagina Nampak berugae kembali pada 3 minggu, kembali mendekati ukuran seperti tidak hamil, dalam 6 sampai 8 minggu, bentuk ramping lebar, produksi mukus normal dengan ovulasi. Perineum Episiotomi Penyembuhan dalam 2 minggu.

Laserasi TK I : Kulit dan strukturnya dari permukaan s/d otot TK II : Meluas sampai dengan otot perineal TK III : Meluas sampai dengan otot spinkter TK IV : melibatkan dinding anterior rektal Payudara Payudara membesar karena vaskularisasi dan engorgement (bengkak karena peningkatan prolaktin pada hari I-III). Pada payudara yang tidak disusui, engorgement akan berkurang dalam 2-3 hari, puting mudah erektil bila dirangsang. Pada ibu yang tidak menyusui akan mengecil pada 1-2 hari. Sistem Endokrin Hormon Plasenta HCG (-) pada minggu ke-3 post partum, progesteron plasma tidak terdeteksi dalam 72 jam post partum normal setelah siklus menstruasi. Hormon pituitari Prolaktin serum meningkat terjadi pada 2 minggu pertama, menurun sampai tidak ada pada ibu tidak menyusui FSH, LH, tidak ditemukan pada minggu I post partum. Sistem Kardiovaskuler

Tanda-tanda vital Tekanan darah sama saat bersalin, suhu meningkat karena dehidrasi pada awal post partum terjadi bradikardi. Volume darah Menurun karena kehilangan darah dan kembali normal 3-4 minggu Persalinan normal : 200 500 cc, sesaria : 600 800 cc. Perubahan hematologik Ht meningkat, leukosit meningkat, neutrophil meningkat. Jantung Kembali ke posisi normal, COP meningkat dan normal 2-3 minggu. Sistem Respirasi Fungsi paru kembali normal, RR : 16-24 x/menit, keseimbangan asam-basa kembali setelah 3 minggu post partum. Sistem Gastrointestinal Mobilitas lambung menurun sehingga timbul konstipasi.

Nafsu makan kembali normal. Kehilangan rata-rata berat badan 5,5 kg. Sistem Urinaria Edema pada kandung kemih, urethra dan meatus urinarius terjadi karena trauma. Pada fungsi ginjal: proteinuria, diuresis mulai 12 jam. Fungsi kembali normal dalam 4 minggu. Sistem Muskuloskeletal Terjadi relaksasi pada otot abdomen karena terjadi tarikan saat hamil. Diastasis rekti 2-4 cm, kembali normal 6-8 minggu post partum. Sistem Integumen Hiperpigmentasi perlahan berkurang. Sistem Imun