87020331 Sectio Caesarea(1)

37
1. Sectio Caesarea (SC) 1. Pengertian Sectio Caesarea Sectio Caesarea menurut (Wikjosastro, 2000) adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan syarat dinding dalam keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram. Sementara menurut (Bobak et al, 2004) Sectio Caesarea merupakan kelahiran bayi melalui insisi trans abdominal. Menurut (Mochtar, 1998) Sectio Caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut atau vagina atau Sectio Caesarea adalah suatu histerotomia untuk melahirkan janin dalam rahim. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Sectio Caesarea merupakan suatu pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan dinding uterus. 2. Indikasi Sectio Caesarea Menurut Kasdu (2003) Indikasi pemberian tindakan Sectio Caesarea antara lain: 1. Faktor janin 1. Bayi terlalu besar Berat bayi lahir sekitar 4.000 gram atau lebih (giant baby), menyebabkan bayi sulit keluar dari jalan lahir, umumnya pertumbuhan janin yang berlebihan (macrosomia) karena ibu menderita kencing manis (diabetes mellitus). Apabila dibiarkan terlalu lama di jalan lahir dapat membahayakan keselamatan janinnya. 2. Kelainan letak janin

Transcript of 87020331 Sectio Caesarea(1)

Page 1: 87020331 Sectio Caesarea(1)

1. Sectio Caesarea (SC)

1. Pengertian Sectio Caesarea

Sectio Caesarea menurut (Wikjosastro, 2000) adalah suatu persalinan buatan

dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan

syarat dinding dalam keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram. Sementara menurut

(Bobak et al, 2004) Sectio Caesarea merupakan kelahiran bayi melalui insisi trans

abdominal. Menurut (Mochtar, 1998) Sectio Caesarea adalah suatu cara melahirkan janin

dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut atau vagina

atau Sectio Caesarea adalah suatu histerotomia untuk melahirkan janin dalam rahim.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Sectio Caesarea merupakan

suatu pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan dinding

uterus.

2. Indikasi Sectio Caesarea

Menurut Kasdu (2003) Indikasi pemberian tindakan Sectio Caesarea antara lain:

1. Faktor janin

1. Bayi terlalu besar

Berat bayi lahir sekitar 4.000 gram atau lebih (giant baby), menyebabkan

bayi sulit keluar dari jalan lahir, umumnya pertumbuhan janin yang

berlebihan (macrosomia) karena ibu menderita kencing manis (diabetes mellitus).

Apabila dibiarkan terlalu lama di jalan lahir dapat membahayakan keselamatan

janinnya.

2. Kelainan letak janin

Page 2: 87020331 Sectio Caesarea(1)

Ada 2 kelainan letak janin dalam rahim, yaitu letak sungsang dan letak

lintang. Letak sungsang yaitu letak memanjang dengan kelainan dalam polaritas.

Panggul janin merupakan kutub bawah. Sedangkan letak lintang terjadi bila sumbu

memanjang ibu membentuk sudut tegak lurus dengan sumbu memanjang janin.

Oleh karena seringkali bahu terletak diatas PAP (Pintu Atas Panggul), malposisi ini

disebut juga prensentasi bahu.

3. Ancaman gawat janin (fetal disstres)

Keadaan janin yang gawat pada tahap persalinan, memungkinkan untuk

segera dilakukannya operasi. Apabila ditambah dengan kondisi ibu yang kurang

menguntungkan. Janin pada saat belum lahir mendapat oksigen (O2) dari ibunya

melalui ari-ari dan tali pusat. Apabila terjadi gangguan pada ari-ari (akibat ibu

menderita tekanan darah tinggi atau kejang rahim), serta pada tali pusat (akibat tali

pusat terjepit antara tubuh bayi), maka suplai oksigen (O2) yang disalurkan ke bayi

akan berkurang pula. Akibatnya janin akan tercekik karena kehabisan nafas.

Kondisi ini dapat menyebabkan janin mengalami kerusakan otak, bahkan tidak

jarang meninggal dalam rahim. Apabila proses persalinan sulit dilakukan melalui

vagina maka bedah casarea merupakan jalan keluar satu-satunya.

4. Janin abnormal

Janin sakit atau abnormal, kerusakan genetik, dan hidrosepalus (kepala

besar karena otak berisi cairan), dapat menyababkan memutuskan dilakukan

tindakan operasi.

5. Faktor plasenta

Page 3: 87020331 Sectio Caesarea(1)

Ada beberapa kelainan plasenta yang dapat menyebabkan keadaan gawat

darurat pada ibu atau janin sehingga harus dilakukan persalinan dengan operasi

yaitu Plasenta previa(plasenta menutupi jalan lahir), Solutio Plasenta (plasenta

lepas), Plasenta accrete (plasenta menempel kuat pada dinding uterus), Vasa

previa (kelainan perkembangan plasenta).

6. Kelainan tali pusat

Berikut ini ada dua kelainan tali pusat yang biasa terjadi yaitu prolapsus tali

pusat (tali pusat menumbung), dan terlilit tali pusat. Prolapsus tali pusat (tali pusat

menumbung) adalah keadaan penyembuhan sebagian atau seluruh tali pusat berada

di depan atau di samping bagian terbawah janin atau tali pusat sudah berada di jalan

lahir sebelum bayi. Dalam hal ini, persalinan harus segera dilakukan sebelum

terjadi sesuatu yang tidak diinginkan pada bayi, misalnya sesak nafas karena

kekurangan oksigen (O2). Terlilit tali pusat atau terpelintir menyebabkan aliran

oksigen dan nutrisi ke janin tidak lancar. Jadi, posisi janin tidak dapat masuk ke

jalan lahir, sehingga mengganggu persalinan maka kemungkinan dokter akan

mengambil keputusan untuk melahirkan bayi melalui tindakan Sectio Caesaerea.

7. Bayi kembar (multiple pregnancy)

Tidak selamanya bayi kembar dilakukan secara Caesarea. Kelahiran

kembar memiliki resiko terjadi komplikasi yang lebih tinggi daripada kelahiran satu

bayi. Bayi kembar dapat mengalami sungsang atau salah letak lintang sehingga sulit

untuk dilahirkan melalui persalinan alami. Hal ini diakibatkan, janin kembar dan

cairan ketuban yang berlebihan membuat janin mengalami kelainan letak. Oleh

karena itu, pada kelahiran kembar dianjurkan dilahirkan di rumah sakit

karena kemungkinan sewaktu-waktu dapat dilakukan tindakan operasi

Page 4: 87020331 Sectio Caesarea(1)

tanpadirencanakan. Meskipun dalam keadaan tertentu, bisa saja bayi kembar lahir

secara alami. Faktor ibu menyebabkan ibu dilakukannya tindaka operasi, misalnya

panggul sempit atau abnormal, disfungsi kontraksi rahim, riwayat kematian pre-

natal, pernah mengalami trauma persalinan dan tindakan sterilisasi. Berikut ini,

faktor ibu yang menyebabkan janin harus dilahirkan dengan operasi.

2. Faktor ibu

1. Usia

Ibu yang melahirkan untuk pertama kalinya pada usia sekitar 35 tahun

memiliki resiko melahirkan dengan operasi. Apalagi perempuan dengan usia 40

tahun ke atas. Pada usia ini, biasanya seseorang memiliki penyakit yang beresiko,

misalnya tekanan darah tinggi, penyakit jantung, kencing manis (diabetes melitus)

dan pre- eklamsia (kejang). Eklamsia (keracunan kehamilan) dapat menyebabkan

ibu kejang sehingga seringkali menyebabkan dokter memutuskan persalinan dengan

operasi caesarea.

2. Tulang panggul

Cephalopelvic disproportion (CPD) adalah ukuran lingkar panggul ibu tidak

sesuai dengan ukuran lingkar kepala janin dan dapat menyebabkan ibu tidak dapat

melahirkan secara alami. Kondisi tersebut membuat bayi susah keluar melalui jalan

lahir.

3. Persalinan sebelumnya Caesar

Page 5: 87020331 Sectio Caesarea(1)

Persalinan melalui bedah Caesarea tidak mempengaruhi persalinan

selanjutnya harus berlangsung secara operasi atau tidak.

4. Faktor hambatan panggul

Adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya adanya tumor dan kelainan

bawaan pada jalan lahir, tali pusat pendek dan ibu sulit. bemafas. Gangguan jalan

lahir ini bisa terjadi karena adanya mioma atau tumor. Keadan ini menyebabkan

persalinan terhambat atau macet, yang biasa disebut distosia.

5. Kelainan kontraksi rahim

Jika kontraksi lahir lemah dan tidak terkoordinasi (inkordinate uterine

action) atau tidak elastisnya leher rahim sehingga tidak dapat melebar pada proses

persalinan, menyebabkan kepala bayi tidak terdorong atau tidak dapat melewati

jalan lahir dengan lancar. Apabila keadaan tidak memungkinkan, maka dokter

biasanya akan melakukan operasi Caesarea.

6. Ketuban pecah dini

Robeknya kantung ketuban sebelum waktunya dapat menyebabkan bayi

harus segera dilahirkan. Kondisi ini akan membuat air ketuban merembes keluar

sehingga tinggal sedikit atau habis.

7. Rasa takut kehilangan

Pada umumnya, seorang wanita yang melahirkan secara alami akan

mengalami rasa sakit, yaitu berupa rasa mulas disertai rasa sakit di pinggang dan

Page 6: 87020331 Sectio Caesarea(1)

pangkal paha yang semakin kuat. Kondisi tersebut sering menyebabkan seorang

perempuan yang akan melahirkan merasa ketakutan, khawatir, dan cemas

menjalaninya. Sehingga untuk menghilangkan perasaan tersebut seorang

perempuan akan berfikir melahirkan melalui Caesarea.

3. Jenis Sectio Caesarea

Ada beberapa jenis Sectio Caesarea (SC). Menurut Mochtar (1998), antara lain :

1. Sectio Caesarea Abdominalis

1. Sectio Caesarea transperitonealis

1. Sectio Caesarea klasik atau kopral dengan insisi memanjang pada

korpus uteri

2. Sectio Caesarea ismika atau profunda dengan insisi pada segmen

bawah rahim

2. Sectio Caesarea Ekstraperitonealis,

yaitu tanpa membuka peritoneum parietalis, dengan demikian tidak membuka

kavum abdominal.

2. Sectio Caesarea Klasik (Kopral)

Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus uteri kira-kira

sepanjang 10 cm.

Kelebihan :

1. Mengeluarkan janin lebih cepat

Page 7: 87020331 Sectio Caesarea(1)

2. Tidak mengakibatkan komplikasi kandung kemih tertarik

3. Sayatan bias diperpanjang proksimal atau distal

Kekurangan :

1. Infeksi mudah menyebar secara intra abdominal karena tidak ada reperinonealisasi yang

baik

2. Untuk persalinan berikutnya lebih sering terjadi rupture uteri spontan

3. Sectio Caesarea Ismika (profunda)

Dilakukan dengan membuat sayatan melintang pada segmen bawah rahim (low

cervical transversal) kira-kira 10 cm

Kelebihan :

1. Penjahitan luka lebih mudah

2. Penutupan luka dengan reperitonealisasi

3. Tumpang tindih dari peritoneal baik sekali untuk menahan penyebaran isi uterus ke

rongga peritoneum

4. Perdarahan kurang

5. Dibandingkan dengan cara klasik kemungkinan ruptura uteri spontan kurang/lebih kecil

Kekurangan :

1. Keluhan pada kandung kemih postoperative tinggi.

Sementara menurut Kasdu (2003), membedakan jenis operasi Caesar menjadi 2

yaitu sayatan melintang dan vertikal. Adapun jenis sayatannya, operasi berlangsung

Page 8: 87020331 Sectio Caesarea(1)

sekitar 45-60 menit, tetapi proses melahirkan bayi sendiri hanya berlangsung 5-10 menit

Pemilihan jenis sayatan ini tergantung pada perut pada operasi Caesarea sebelumnya,

kembar siam, tumor (mioma uteri) di segmen bawah

uterus, hipervaskularisasi (pembuluh darah meningkat) di segmen bawah uterus pada

plasenta previa, kanker serviks, risiko bahaya perdarahan apabila di lakukan tindakan

sayatan melintang berhubung letak plasenta, misalnya pada plasenta previa, janin letak

lintang, atau kembar dengan letak abnormal dan apabila akan melakukan histerektomi

setelah janin di lahirkan.

Terdapat kerugian dari operasi Caesarea dengan jenis sayatan melintang, antara

lain: lebih berisiko terkena peritonitis (radang selaput perut), memiliki resiko empat kali

lebih besar terkena rupture uteri pada kehamilan selanjutnya, otot-otot rahimnya lebih

tebal dan lebih banyak pembuluh darahnya sehingga sayatan ini lebih banyak

mengeluarkan darah. Akibatnya, lebih banyak parut di daerah dinding atas rahim. Oleh

karena itu, pasien tidak dianjurkan hamil lagi, jika menggunakan anestesi lokal, sayatan

ini akan memerlukan waktu dan obat lebih banyak.

4. Anastesi pada Sectio Caesarea

Menurut Cunningham et al (2006), pembiusan adalah upaya untuk menghilangkan

rasa sakit dan nyeri pada waktu menjalani operasi. Seperti pada tindakan pembedahan

lainya, bedah Sectio Caesarea juga memerlukan pembiusan atau anastesi. Ada 2 macam

pembiusan yang biasa dilakukan dalam operasi Sectio Caesarea, yaitu :

1. Anastesi lokal

Page 9: 87020331 Sectio Caesarea(1)

Bius lokal merupakan alternative yang aman, namun anastesi ini tidak dianjurkan

pada ibu hamil yang menderita eklamsia, obesitas, atau alergi terhadap lignokain (obat

bius lokal). Pada pemberian obat anastesi, oleh dokter dilakukan pada bagian lokal

sekitar jaringan yang akan dilakukan sayatan pada Sectio Caesarea, sehingga tidak

mempengaruhi keadaan bagi ibu dan bayi.

2. Anastesi regional/block spinal

Anastesi ini menghilangkan rasa dari bagian tubuh dengan cara menghalangi

transmisi rasa sakit dari serabut saraf. Pembiusan dengan metode block spinal ini

paling banyak dilakukan untuk kasus Sectio Caesarea, sebab relative aman dan ibu

tetap terjaga kesadaranya. Pembiusan ini dilakukan dengan cara memasukan obat

anastesi pada daerah lumbal dengan jarum functie yang dosisnya telah diatur oleh tim

anastesi.

5. Perawatan Pasca Bedah Caesar

Menurut Mochtar (1998) perawatan pasca bedah meliputi :

1. Perawatan luka insisi

Luka insisi dibersihkan dengan alkohol dan larutan betadin dan sebagainya, lalu

ditutup dengan kain penutup luka. Secara periodik pembalut luka diganti dan luka

dibersihkan.

2. Tempat perawatan pasca bedah

Page 10: 87020331 Sectio Caesarea(1)

Setelah tindakan di kamar operasi selesai, pasien dipindahkan ke dalam kamar

rawat khusus yang dilengkapi dengan alat pendingin kamar udara selama beberapa

hari. Bila pasca bedah kondisi gawat segera pindahkan ke unit darurat untuk perawatan

bersama-sama dengan unit anastesi, karena di sini peralatan untuk menyelamatkan

pasien lebih lengkap. Setelah pulih barulah di pindahkan ke tempat pasien semula

dirawat.

3. Pemberian cairan

Karena selama 24 jam pertama pasien puasa pasca operasi, maka pemberian

cairan perinfus harus cukup banyak dan mengandung elektrolit yang diperlukan, agar

tidak terjadi dehidrasi.

4. Nyeri

Nyeri pasca opererasi merupakan efek samping yang harus diderita oleh mereka

yang pernah menjalani operasi, termasuk bedah Caesar. Nyeri tersebut dapat

disebabkan oleh perlekatan-perlekatan antar jaringan akibat operasi. Nyeri tersebut

hampir tidak mungkin di hilangkan 100%, ibu akan mengalami nyeri atau gangguan

terutama bila aktivitas berlebih atau melakukan gerakan-gerakan kasar yang tiba-tiba.

Sejak pasien sadar dalam 24 jam pertama rasa nyeri masih dirasakan didaerah

operasi. Untuk mengurangi rasa nyeri tersebut dapat diberikan obat-obat anti nyeri dan

penenang seperti suntikan intramuskuler pethidin dengan dosis 100-150 mg atau

morfin sebanyak 10-15 mg atau secara perinfus.

5. Mobilisasi

Page 11: 87020331 Sectio Caesarea(1)

Mobilisasi segera tahap demi tahap sangat berguna untuk membantu jalanya

penyembuhan pasien. Mobilisasi berguna untuk mencegah terjadinya thrombosis dan

emboli. Miring ke kanan dan kiri sudah dapat dimulai sejak 6-10 jam setelah pasien

sadar. Latihan pernafasan dapat dilakukan pasien sambil tidur terlentang sedini

mungkin setelah sadar. Pada hari kedua pasies dapat didukukan selama 5 menit dan

dan diminta untuk bernafas dalam-dalam lalu menghembuskanya disertai batuk-batuk

kecil yang gunanya untuk melonggarkan pernafasan dan sekaligus menumbuhkan

kepercayaan pada diri pasien bahwa ia mulai pulih. Kemudian posisi tidur terlentang

dirubah menjadi setengah duduk (semi fowler).selanjutnya secara berturut-turut, hari

demi hari pasien dianjurkan belajar duduk selama sehari, belajar berjalan dan berjalan

sendiri pada hari ke 3 sampai 5 pasca bedah.

2. Postpartum

1. Pengertian

Manurut Chaplin dalam Kartono (2006), postpartum adalah sesudah kelahiran,

satu istilah yang digunakan untuk mencirikan kondisi normal atau kondisi patologis,

sesudah kelahiran bayi.

Periode postpartum adalah masa enam minggu sejak bayi lahir sampai organ-

organ reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum hamil. Periode ini kadang

disebut puerperium atau trimester ke empat kehamilan (Bobak et al, 2004)

Masa puerperium atau nifas didefinisikan sebagai periode selama dan tepat setelah

kelahiran. Namun secara popular, diketahui istilah tersebut mencakup 6 minggu

berikutnya saat terjadi invulsi kehamilan normal (Cunningham et al, 2006 )

Page 12: 87020331 Sectio Caesarea(1)

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa masa postpartum adalah

masa 6 minggu tepat setelah kelahiran bayi sampai organ-organ reproduksi kembali

kekeadaan normal sebelum hamil.

2. Perubahan fisik

Perubahan fisiologis yang terjadi sangat jelas, walaupun dianggap normal, dimana

proses-proses pada kehamilan berjalan terbalik. Banyak faktor, termasuk tingkat energi

tingkat kenyamanan, kesehatan bayi baru lahir, dan perawatan serta dorongan semangat

yang diberikan tenaga kesehatan profesional ikut membentuk respons ibu terhadap

bayinya selama masa ini. Untuk memberi perawatan yang menguntungkan ibu, bayi, dan

keluarganya, seorang perawat harus memanfaatkan pengetahuannya tentang anatomi dan

fisiologi ibu pada periode pemulihan, karakteristik fisik dan perilaku bayi baru lahir, dan

respons keluarga terhadap kelahiran seorang anak (Bobak et al, 2004)

Menurut Saleha (2009) perubahan fisiologis pada masa nifas, yaitu :

1. Uterus

Proses kembalinya uterus kekeadaan sebelum hamil setelah melahirkan disebut

involusi. Proses ini dimulai segera setelah plasenta keluar akibat kontraksi otot-otot

polos uterus. Pada akhir tahap ketiga persalinan, uterus berada pada garis tengah,

kira-kira 2 cm di bawah umbilicus dengan fundus bersandar pada promotorium

sakralis. Pada waktu 12 jam tinggi fundus mencapai kurang lebih 1 cm di atas

umbilikus. Dalam beberapa hari kemudian perubahan involusio berlangsung dengan

cepat. Fundus turun kira-kira 1-2 cm setiap 24 jam. Pada hari ke-6 fundus berada

diantara umbilikus dengan pinggir atas simpisis pubis. Uterus tidak dapat dipalpasi

pada abdomen pada hari ke 9 postpartum. Seminggu setelah melahirkan uterus sudah

berada didalam panggul dan pada minggu ke 6 beratnya menjadi 50-60 gram.

Page 13: 87020331 Sectio Caesarea(1)

2. Afterpain

Setelah melahirkan tonus uterus meningkat sehingga fundus tetap kencang.

Relaksasi dan kontraksi yang periodik sering dialami multipara dan bisa

menimbulkan nyeri yang bertahan sepanjang awal puerperium yang

disebut afterpains. Proses menyusui dan pemberian oksitosin tambahan biasanya

meningkatkan nyeri ini karena keduanya dapat merangsang kontraksi uterus.

3. Lokia

Pengeluaran lokia setelah melahirkan, jumlahnya berkurang secara perlahan

dan disertai perubahan warna. Lokia ini mengalami perubahan, pada awalnya disebut

lokia rubra berwarna merah terutama mengandung darah dan debris desidua serta

debris trofoblastik. Aliran menyembur, menjadi merah muda atau coklat setelah 3-4

hari yang disebut lokia serosa. Lokia serosa terdiri dari darah lama, serum, leukosit

dan debris jaringan. Sekitar 10 hari setelah bayi lahir, warna cairan ini menjadi

kuning sampai putih disebut lokia alba. Lokia alba biasanya bertahan selama 2-6

minggu setelah bayi lahir dan berangsur berhenti.

4. Payudara

Konsentrasi hormon yang menstimulasi perkembangan payudara selama hamil

(estrogen, progesteron, human chorionic gonadotoprin, prolaktin, kortisol dan

insulin) menurun dengan cepat setelah bayi lahir. Waktu yang dibutuhkan hormon-

hormon ini untuk kembali ke kadar sebelum hamil sebagian ditentukan oleh ibu

menyusui atau tidak. Apabila wanita memilih untuk tidak menyusui dan tidak

menggunakan obat antilaktogenik, kadar prolaktin akan turun dengan cepat. Sekresi

dan ekskresi kolostrum menetap selama beberapa hari pertama setelah melahirkan.

Pada hari kedua atau ketiga ditemukan adanya nyeri seiring dimulainya produksi air

Page 14: 87020331 Sectio Caesarea(1)

susu. Pada hari ketiga atau keempat bisa terjadi pembengkakan (engorgement).

Payudara teregang, bengkak, keras dan nyeri bila ditekan serta hangat jika diraba.

Apabila bayi belum mengisap atau dihentikan, laktasi berhenti dalam beberapa hari

atau satu minggu

5. Vagina dan perineum

Struktur penopang uterus dan vagina bisa mengalami cedera sewaktu

melahirkan. Jaringan penopang dasar panggul yang teregang memerlukan waktu

sampai enam bulan untuk kembali ketonus semula. Relaksasi panggul berhubungan

dengan pemanjangan dan melemahnya topangan permukaan struktur panggul.

Struktur ini terdiri atas uterus, kandung kemih dan rektum. Walupun relaksasi dapat

terjadi pada setiap wanita, tetapi biasanya merupakan komplikasi langsung yang

timbul terlambat akibat melahirkan.

3. Perubahan psikologi

Menurut Saleha (2009) yang mengutip pendapat Reva Rubin (1963) faktor

adaptasi psikologi yang terjadi pada ibu postpartum terdiri dari 3 fase juga dapat

menyebabkan depresipostpartum, yaitu : a) fase taking in disebut juga periode

ketergantungan. Pada fase ini ibu berfokus pada diri sendiri dan tergantung pada orang

lain. Pikiran ibu masih berfokus pada persalinan dan tenaganya diarahkan untuk

kesehatan dan kesejahteraan dirinya, dibandingkan dengan merawat bayinya. Perilaku

yang ditunjukkan pasif dan tergantung, ibu memerlukan bantuan untuk memenuhi

kebutuhan fisik dan emosionalnya. Fase ini terjadi dalam 1 sampai 2 hari dan dapat

diobservasi pada satu jam setelah persalinan; b) fase taking hold merupakan perpindahan

dari periode ketergantungan menjadi mandiri. Pada fase ini tenaga ibu meningkat. Ibu

merasa lebih nyaman dan lebih berfokus pada bayi daripada dirinya sendiri. Ibu lebih

Page 15: 87020331 Sectio Caesarea(1)

mandiri untuk memulai perawatan diri dan berfokus pada fungsi tubuh. Ibu dapat

menerima tanggungjawab dalam perawatan bayi seperti mengontrol tubuhnya sendiri.

Menurut Rubin, fase ini sangat ideal untuk memberikan edukasi tentang perawatan diri

dan bayinya. Fase ini berlangsung mulai hari ketiga sampai sampai hari ketujuh; c) fase

ketiga adalah letting go, yang merupakan periode kemandirian dalam menjalankan peran

sebagai ibu baru. Ibu mulai dapat menjalankan peran barunya sebagai ibu secara penuh

sejalan dengan kemampuan merawat bayi dan semakin percaya diri. Fase ini mulai

sekitar dua minggu postpartum.

3. Nyeri

1. Pengertian

Menurut Asosiasi Internasional untuk Penelitian Nyeri (IASP) dalam Potter

(2006), mendefinisikan nyeri sebagai suatu sensori subjektif dan pengalaman emosional

yang tidak menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan yang aktual atau

potensial atau yang dirasakan dalam kejadian-kejadian di mana terjadi kerusakan.

Menurut Mc Caffery dalam Potter (2006), nyeri adalah segala sesuatu yang

dikatakan seseorang tentang nyeri tersebut dan terjadi kapan saja seseorang mengatakan

bahwa ia merasa nyeri.

Menurut Carpenito, L J (2005), nyeri adalah keadaan dimana individu mengalami

dan melaporkan adanya rasa ketidaknyamanan yang hebat atau sensasi yang tidak

menyenangkan.

Menurut Smeltzer & Bare (2002), nyeri adalah pengalaman emosional dan sensori

yang tidak menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang actual atau potensial

Page 16: 87020331 Sectio Caesarea(1)

Dari beberapa pengertian di atas maka dapat didefinisikan nyeri secara umum

sebagai suatu rasa yang tidak menyenangkan baik ringan maupun berat.

2. Fisiologis nyeri

Menurut Barbara C Long (1996), menjelaskan tentang fisiologis nyeri sebagai

berikut. Reseptor nyeri disebut noiceptor merupakan ujung-ujung syaraf yang bebas,

tidak bermyelin atau sedikit bermyelin dari neuron aferen. Nociceptor-nociceptor tersebar

luas pada kulit dan mukosa dan terdapat pada struktur-struktur yang lebih dalam seperti

pada visera, persendian, dinding arteri, hati dan kandung empedu. Noiceptor member

respon yang terpilih terhadap stimuli yang membahayakan seperti stimuli kimiawi,

thermal, listrik atau mekanis. Yang tergolong stimuli kimiawi terhadap nyeri adalah

histamine, bradikinin, prostaglandin, bermacam macam asam, sebagian bahan tersebut

dilepas oleh jaringan yang rusak. Anoksia yang menimbulkan nyeri adalah oleh kimia

yang dilepas oleh jaringan anoksia yang rusak. Spasmus otot menimbulkan nyeri kerena

menekan pembuluh darah yang menjadi anoksia. Spasme otot dapat juga berakibat

anoksia. Pembengkakan jaringan menjadi nyeri akibat tekanan (stimuli mekanis) kepada

nociceptor yang menghubungkan jaringan. Nyeri tidak menimbulkan adaptasi adaptasi

yang berulang ulang pada beberapa kejadian bisa menjadi lebih sensitive untuk beberapa

lama. Pada keadaan patologis sensitifitas nyeri meningkat. Contoh, luka yang terbakar

karena matahari menjadi sangat peka terhadap nyeri walaupun hanya sedikit sentuhan

(stimulus mekanis).

3. Proses transmisi nyeri

Impuls-impuls nyeri disalurkan ke sum-sum tulang belakang oleh dua jenis

serabut-serabut yang bermyelin rapat serabut A-delta (cepat), serabut-serabut lamban

serabut C. nyeri dapat diterangkan sebagai nyeri tajam atau menusuk dan yang mudah

Page 17: 87020331 Sectio Caesarea(1)

diketahui lokasinya akibat dari impuls-impuls yang disalurkan oleh serabut-serabut delta-

A. Contoh dari nyeri tersebut ialah seperti tusukan oleh jarum, rasa nyeri “panas” ,

“tumpul” atau “gatal” dan yang lebih difus berasal dari impuls-impuls yang

ditransmisikan oleh serabut C. Impuls-impuls yang ditransmisikan oleh serabut delta A

mempunyai sifat inhibitori yang ditransmisikan ke serabut-serabut C. serabut-serabut

syaraf aferen masuk ke spinal lewat “dorsal noot” dan sinaps pada “dorsal horn”. Dorsal

horn terdiri dari beberapa lapisan yang saling bertautan. Lamina II dan III membentuk

daerah yang disebut subtantia gelatinosa. Subtantia P dilepas pada sinaps dari SG dan

diduga merupakan penyalur syaraf/neuro transmitter utama dari impuls-impuls nyeri.

Impuls-impuls nyeri menyebrangi sum-sum belakang pada interneuron-

interneuron dan bersambung dengan jalur spinalis asendens. Paling sedikit terdapat enam

jalur sendens untuk impuls-impuls nociptive terletak pada belahan ventral dari sum-sum

belakang yang paling utama adalah spinothalamus tract (STT) / jalur spinotalamus dan

spinoreticular track (SKRT) / jalur spinoretikkuler. STT merupakan system yang

diskriminatif dan membawa informasi mengenai sifat dan stimulus kepada thalamus

kemudian ke kortek untuk di interpretasi. Impuls-impuls yang ditransmisi lewat SKT

(yang pergi ke batang otak dank e sebagian thalamus)mengaktifkan respon-respon

autonomi dan limbic (motivational affectice / evektif yang dimotivasi).

(Barbara C. Long, 1996)

4. Teori pengontrolan nyeri

Teori Gerbang Kendali Nyeri (Gate Control Theory) proses dimana terjadi

interaksi antara stimulus nyeri dan sensasi lain dan stimulasi serabut yang mengirim

sensasi tedak nyeri memblok atau menurunkan transmisi impuls nyeri melalui gerbang

penghambat. Substantia Gelatinosa (SG) yaitu area dari sel-sel khusus pada bagian ujung

Page 18: 87020331 Sectio Caesarea(1)

dorsal spinal cord mempunyai peran sebagai mekanisme pintu gerbang yang dapat

membuka dan menutup yang dapat mengijinkan atau menolak lewatnya impuls nyeri.

Mekanisme pintu gerbang ini dapat merubah sensasi nyeri yang dating sebelum sampai

ke korteks dan menimbulkan persepsi nyeri. Jika menutup impuls nyeri tidak sampai ke

korteks dan jika terbuka akan sampai ke korteks dan menimbulkan persepsi nyeri (Potter

& Perry, 2006).

5. klasifikasi nyeri

Smeltzer & Bare (2002), mengklasifikasikan nyeri berdasarkan durasinya, yaitu:

1. Nyeri akut

Nyeri akut biasanya awitannya tiba-tiba dan umumnya berkaitan dengan cedera

spesifik. Nyeri akut mengindikasikan bahwa kerusakan atau cedera telah terjadi.

Nyeri ini umumnya terjadi kurang dari 6 bulan dan biasanya kurang dari 1 bulan.

Untuk tujuan definisi nyeri akut dapat dijelaskan sebagai nyeri berlangsung dari

beberapa detik hingga 6 bulan.

2. Nyeri kronik

Nyeri kronik adalah nyeri konstan atau intermiten yang menetap sepanjang

suatu periode waktu. Nyeri ini berlangsung di luar waktu penyembuhan yang

diperkirakan dan sering tidak dapat dikaitkan dengan penyebab atau cedera spesifik.

Nyeri kronik dapat tidak mempunyai awitan yang ditetapkan dengan tepat dan sering

sulit untuk diobati karena biasanya nyeri ini tidak memberikan respon terhadap

pengobatan yang diarahkan pada penyembuhannya. Nyeri kronik sering didefinisikan

sebagai nyeri yang berlangsung selama 6 bulan atau lebih, meskipun dapat berubah

antara akut dan kronik.

Page 19: 87020331 Sectio Caesarea(1)

Sementara Price & Wilson (2006), mengklasifikasikan nyeri berdasarkan lokasi

atau sumber, antara lain:

1. Nyeri somatik superfisial (kulit)

Nyeri kulit berasal dari struktur-struktur superfisial kulit dan jaringan subkutis.

Stimulus yang efektif untuk menimbulkan nyeri di kulit dapat berupa rangsang

mekanis, suhu, kimiawi, atau listrik. Apabila kulit hanya yang terlibat, nyeri sering

dirasakan sebagai penyengat, tajam, meringis atau seperti terbakar, tetapi apabila

pembuluh darah ikut berperan menimbulkan nyeri, sifaf nyeri menjadi berdenyut.

2. Nyeri somatik dalam

Nyeri somatik dalam mengacu kepada nyeri yang berasal dari otot, tendon,

ligamentum, tulang, sendi dan arteri. Struktur-struktur ini memiliki lebih sedikit

reseptor nyeri sehingga lokalisasi nyeri kulit dan cenderung menyebar ke daerah

sekitarnya.

3. Nyeri visera

Nyeri visera mengacu kepada nyeri yang berasal dari organ-organ tubuh.

Reseptor nyeri visera lebih jarang dibandingkan dengan reseptor nyeri somatik dan

terletak di dinding otot polos organ-organ berongga. Mekanisme utama yang

menimbulkan nyeri visera adalah peregangan atau distensi abnormal dinding atau

kapsul organ, iskemiadan peradangan.

4. Nyeri alih

Nyeri alih didefinisikan sebagai nyeri berasal dari salah satu daerah di tubuh

tetapi dirasakan terletak di daerah lain. Nyeri visera sering dialihkan ke dermatom

Page 20: 87020331 Sectio Caesarea(1)

(daerah kulit) yang dipersarafi oleh segmen medula spinalis yang sama dengan viksus

yang nyeri tersebut berasal dari masa mudigah, tidak hams di tempat organ tersebut

berada pada masa dewasa.

5. Nyeri neuropati

Sistem saraf secara normal menyalurkan rangsangan yang merugikan dari

sistem saraf tepi (SST) ke sistem saraf pusat (SSP) yang menimbulkan perasaan

nyeri. Dengan demikian, lesi di SST atau SSP dapat menyebabkan gangguan

atau hilangnya sensasi nyeri. Nyeri neuropatik sering memiliki kualitas seperti

terbakar, perih atau seperti tersengat listrik. Pasien dengan nyeri neuropatik menderita

akibat instabilitas sistem saraf otonom (SSO). Dengan deminkian, nyeri sering

bertambah parah oleh stres emosi atau fisik (dingin, kelelahan) dan mereda oleh

relaksasi.

6. Faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri

Menurut Potter & Perry (2006) faktor-faktor yang menyebabkan nyeri, antara lain

:

1. Usia

Usia merupakan variabel penting yang mempengaruhi nyeri, khususnya pada

anak dan lansia. Perbedaan perkembangan yang ditemukan diantara kelompok usia

ini dapat mempengaruhi bagaimana anak dan lansia bereaksi terhadap nyeri.

Page 21: 87020331 Sectio Caesarea(1)

2. Jenis kelamin

Secara umum, pria dan wanita tidak berbeda secara makna dalam respon

terhadap nyeri. Diragukan apakah hanya jenis kelamin saja yang merupakan suatu

faktor dalam mengekspresikan nyeri. Toleransi nyeri sejak lama telah menjadi subyek

penelitian yang melibatkan pria dan wanita, akan tetapi toleransi terhadap nyeri

dipengaruhi oleh faktor-faktor biokimia dan merupakan hal yang unik pada setiap

individu tanpa memperhatikan jenis kelamin

3. Kebudayaan

Keyakinan dan nilai-nilai budaya mempengaruhi cara individu mengatasi nyeri.

Individu mempelajari apa yang diharapkan dan apa yang diterima oleh kebudayaan

mereka. Menurut Clancy dan Vicar dalam (Perry & Potter, 2006), menyatakan bahwa

sosialisasi budaya menetukan perilaku psikologis seseorang. Dengan demikian, hal

ini dapat mempengaruhi pengeluaran fisiologis opiat endogen dan sehingga terjadilah

persepsi nyeri.

4. Makna nyeri

Pengalaman nyeri dan cara seseorang beradaptasi terhadap nyeri. Hal ini juga

dikaitkan secara dekat dengan latar belakang budaya individu tersebut. Individu akan

mempersepsikan nyeri dengan cara berbeda beda apabila nyeri tersebut memberikan

kesan ancaman, suatu kehilangan, hukuman dan tantangan. Misalnya seorang wanita

yang melahirkan akan mempersepsikan nyeri, akibat cedera karena pukulan

pasangannya. Derajat dan kualitas nyeri yang dipersiapkan nyeri klien berhubungan

dengan makna nyeri.

5. Perhatian

Page 22: 87020331 Sectio Caesarea(1)

Perhatian yang meningkat dihubungkan dengan nyeri yang

meningkat sedangkan upaya pengalihan dihubungkan dengan respon nyeri yang

menurun. Dengan memfokuskan perhatian dan konsentrasi klien pada stimulus yang

lain, maka perawat menempatkan nyeri pada kesadaran yang perifer. Biasanya hal ini

menyebabkan toleransi nyeri individu meningkat, khususnya terhadap nyeri yang

berlangsung hanya selama waktu pengalihan.

6. Ansietas

Hubungan antara nyeri dan ansietas bersifat kompleks. Ansietas seringkali

meningkatkan persepsi nyeri, tetapi nyeri juga dapat menimbulkan suatu perasaan

ansietas. Pola bangkitan otonom adalah sama dalam nyeri dan ansietas. Price (Potter

& Perry, 2006), melaporkan suatu bukti bahwa stimulus nyeri mengaktifkan bagian

sistim limbik dapat memproses reaksi emosi seseorang, khususnya ansietas. Sistem

limbic dapat memproses reaksi emosi seseorang terhadap nyeri, yakni memperburuk

atau menghilangkan nyeri.

7. Keletihan

Keletihan meningkatkan persepsi nyeri, rasa kelelahan menyebabkan sensasi

nyeri semakin intensif dan menurunkan kemampuan koping. Hal ini dapat menjadi

masalah umum pada setiap individu yang menderita penyakit dalam jangka lama.

Apabila keletihan disertai kesulitan tidur, maka persepsi nyeri terasa lebih berat dan

jika mengalami suatu proses periode tidur yang baik maka nyeri berkurang.

8. Pengalaman sebelumnya

Pengalaman nyeri sebelumnya tidak selalu berati bahwa individu akan

menerima nyeri dengan lebih mudah pada masa yang akan datang. Apabila individu

Page 23: 87020331 Sectio Caesarea(1)

sejak lama sering mengalami serangkaian episode nyeri tanpa pernah sembuh maka

rasa takut akan muncul, dan juga sebaliknya. Akibatnya klien akan lebih siap untuk

melakukan tindakan-tindakan yang diperlukan untuk menghilangkan nyeri.

9. Gaya koping

Pengalaman nyeri dapat menjadi suatu pengalaman yang membuat merasa

kesepian, gaya koping mempengaruhi mengatasi nyeri.

10. Dukungan keluarga dan sosial

Faktor lain yang bermakna mempengaruhi respon nyeri adalah kehadiran

orang-orang terdekat klien dan bagaimana sikap mereka terhadap klien. Walaupun

nyeri dirasakan, kehadiran orang yang bermakna bagi pasien akan meminimalkan

kesepian dan ketakutan. Apabila tidak ada keluarga atau teman, seringkali

pengalaman nyeri membuat klien semakin tertekan, sebaliknya tersedianya seseorang

yang memberi dukungan sangatlah berguna karena akan membuat seseorang merasa

lebih nyaman. Kehadiran orang tua sangat penting bagi anak- anak yang mengalami

nyeri.

7. Proses keperawatan nyeri

1. Pengkajian nyeri

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengkajian nyeri menurut Smeltzer &

Bare (2002) adalah sebagai berikut :

Page 24: 87020331 Sectio Caesarea(1)

1. Intensitas nyeri

Intensitas nyeri adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri yang

dirasakan oleh individu. Pengukuran intensitas nyeri sangat subyektif dan

individual, dan kemungkinan nyeri dalam intensitas yang sama dirasakan sangat

berbeda oleh dua orang yang berbeda. Pengukuran nyeri dengan pendekatan

obyektif yang paling mungkin adalah menggunakan respon fisiologik tubuh

terhadap nyeri itu sendiri. Namun, pengukuran dengan teknik ini juga tidak

memberikan gambaran pasti tentang nyeri itu sendiri.

Pengukuran subyektif nyeri dapat dilakukan dengan menggunakan

berbagai alat pengukur seperti Verbal Descriptor Scale (VDS), Numerical Rating

Scales (NRS), Visual Analog Scale (VAS).

1. Verbal Descriptor Scale (VDS)

Skala pendeskripsi verbal (Verbal Descriptor Scale,VDS) merupakan

sebuah garis yang terdiri dari tiga sampai lima kata pendeskripsi yang

tersusun dengan jarak yang sama disepanjang garis. Pendeskripsi ini

dirangking dari “tidak terasa nyeri” sampai “nyeri tidak tertahankan”. Perawat

menunjukan klain skala tersebut dan meminta klien untuk memilih intensitas

nyeri terbaru yang ia rasakan. Perawat juga menanyakan seberapa jauh nyeri

paling menyakitkan dan seberapa jauh nyeri terasa paling tidak menyakitkan.

Page 25: 87020331 Sectio Caesarea(1)

VDS memungkinkan klien memilih sebuah kategori untuk mendiskripsikan

nyeri.

Gambar 2.1 Verbal Descriptor Scale (VDS)

2. Numerical Rating Scales (NRS)

Skala penilaian numerik (Nemerical Rating scales, NRS) lebih

digunakan sebagai alat pendeskripsi kata. Dalam hal ini, klien menilai nyeri

dengan menggunakan skala 0-10.

1. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Gambar 2.2 Numerical Rating Scales (NRS)

3. Visual Analog Scale (VAS)

Skala analog visual (Visual analog scale, VAS) tidak melebel

subdivisi. VAS adalah suatu garis lurus, yang mewakili intensitas nyeri yang

terus menerus dan pendeskripsi verbal pada setiap ujungnya. Skala ini

memberi klien kebebasan penuh untuk mengidentifikasi keparahan nyeri.

Page 26: 87020331 Sectio Caesarea(1)

VAS dapat merupakan pengukuran keparahan nyeri yang lebih sensitif karena

klien dapat mengidentifikasi setiap titik pada rangkaian dari pada dipaksa

memilih satu kata atau satu angka (Potter & perry, 2006).

Keadaan VAS ini telah dibuktikan oleh incractas korelasi koefisien

(ICCs) dengan 95% confidence internal (95% CIS) dan Bland Altman analisis

yang digunakan untuk menilai keandalan diperoleh pasangan pengukuran

VAS 1 menit terpisah 30 menit selama 2 jam. Hasil yang diperoleh dari

ringkasan ICC untuk semua pasangan VAS skor adalah 0,97 [95% CI = 0,96-

0,98] (Bijur, 2001). Hal tersebut menunjukan bahwa VAS cukup handal digunakan

untuk menilai nyeri.

Gambar 2.3 Visual Analog Scale (VAS)

Skala nyeri harus dirancang sehingga skala tersebut mudah digunakan

dan tidak mengkomsumsi banyak waktu saat klien melengkapinya. Apabila

klien dapat membaca dan memahami skala, maka deskripsi nyeri akan lebih

akurat. Skala deskritif bermanfaat bukan saja dalam upaya mengkaji tingkat

keparahan nyeri, tapi juga, mengevaluasi perubahan kondisi klien. Perawat

dapat menggunakan setelah terapi atau saat gejala menjadi lebih memburuk

atau menilai apakah nyeri mengalami penurunan atau peningkatan (Potter &

perry, 2006).

2. Karakteristik nyeri

Page 27: 87020331 Sectio Caesarea(1)

Karakteristik nyeri meliputi lokasi nyeri, penyebaran nyeri, dan

kemungkinan penyebaran, durasi (menit, jam, hari, bulan) serat irama (terus-

menerus, hilang timbul, periode bertambah atau berkurangnya intenstias nyeri)

dan kulitas nyeri (misalnya seperti ditusuk, seperti terbakar, sakit, seperti digencet

dan sebagainya).

3. Faktor-faktor yang meredakan nyeri

Berbagai perilaku sering diidentifikasikan klien sebagai faktor yang

mengubah intensitas nyeri (misal aktivitas, istirahat, pengerahan tenaga, positi

tubuh, penggunaan obat bebas, dan sebagainya) dan apa yang diyakini klien dapat

membantu dirinya. Perilaku ini sering didasarkan pada upaya try and error.

4. Efek nyeri terhadap aktivitas kehidupan sehari-hari

Misalnya, terhadap pola tidur, nafsu makan, konsentrasi, interaksi dan

aktivitas santai. Nyeri akut sering berkaitan dengan ansietas dan nyeri kronis yang

berhubungan dengan depresi

5. Kekhawatiran individu tentang nyeri

Dapat meliputi masalah yang luas seperti beban ekonomi, prognosis serta

berpengaruh terhadap peran dan citra diri.

8. Metode mengatasi nyeri

Menurut Barbara C. L (1996) menjelaskan metode mengatasi nyeri ada dua yaitu,

tindakan peredaan nyeri secara farmakologis dan non farmakologis.

1. Tindakan peredaan nyeri secara farmakologis

Page 28: 87020331 Sectio Caesarea(1)

Obat-obatan dapat mengurangi nyeri dengan berbagai cara. Tiap obat yang

diberikan dapat mengurangi nyeri. Nyeri dapat dikurangi dengan

mengganggu/memblok transmisi stimulus agar terjadi perubahan persepsi dan dengan

mengurangi respon cortical terhadap nyeri. Sebagian obat-obatan seperti narkotika

dapat mempengaruhi keduanya baik perspsi maupun respon.

1. Analgesik narkotik

Opiate merupakan yang terkenal untuk mengendalikan nyeri sedang

sampai yang berat.

1. Analgesik nonnarkotik

1. Aspirin

Aspirin merupakan analgesik yang dipakai secara luas untuk nyeri yang

ringan sampai sedang. Aspirin berkhasiat setelah 15 menit sampai 20 menit,

memuncak 1 jam sampai 2 jam dan berkhasiat selama 3 jam sampai 4 jam.

2. Acetaminophen

Acetaminophen sama seperti aspirin untuk analgesic, tapi tidak anti

inflamatori. Kurang menimbulkan perubahan dan efek samping lebih sedikit

tapi dapat menimbulkan kerusakan hati yang parah. Dipakai oleh pasien yang

alergi terhadap aspirin.

3. Obat-obatan nonsteroidal antiinflamatori

Butazolidin merupakan NSAIDs yang berkhasiat anti inflamatori yang

kuatyang diberikan dalam jangka waktu yang pendek sampai sedang atau

Page 29: 87020331 Sectio Caesarea(1)

gawat. Disamping obat ini mempunyai khasiat analgesic, namun tidak dipakai

secara umum untuk analgesikterhadap nyeri sedang karena kurang bisa

ditolelir oleh semua orang dan mempunyai banyak efek samping termasuk

perubahan hematologi, iritasi gastric, dan gangguan cairan dan elektrolit.

2. Tindakan pereda nyeri secara nonfarmakologis

1. Distraksi

Merupakan suatu metode untuk menghilangkan atau menurunkan nyeri

dengan cara mengalihkan perhatian klien pada hal lain sehingga akan lupa

terhadap nyeri yang dialaminya. Antara lain, membaca, mendengar musik yang

disuka, menonton TV, membayangkan hal-hal yang menyenangkan dengan

menutup mata (imajinasi terbimbing).

2. Relaksasi

Relaksasi merupakan kebebasan mental dan fisik dari ketegangan dan

stress. Teknik relaksasi memberikankan individu control diri ketika rasa tidak

nyaman atau nyeri, stress fisik, dan emosi pada nyeri. Contoh relaksasi adalah

nafas dalam.

3. Stimulasi kulit

Dapat dilakukan dengan cara pemberian kompres dingin dan hangat.

Page 30: 87020331 Sectio Caesarea(1)

4. Massase/pemijatan

Masasse kulit memberikan efek penurunan kecemaan dan ketegangan

otot. Rangsangan masase otot ini dipercaya akan merangsang serabut berdiameter

besar, sehingga mampu memblok atau menurunkan inpuls nyeri. Beberapa

strategi stimulasi kulit lainnya juga menggunakan mekanisme ini. Masase adalah

stimuasli kulit tubuh secara umum, dipusatkan pada punggung dan bahu, atau

dapat dilakukan pada satu atau beberapa bagian tubuh dan dilakukan sekitar 10

menit pada masing-masing bagian tubuh untuk mencapai hasil relaksasi yang

maksimal.

4. Teknik relaksasi nafas dalam

1. Teknik Relaksasi Nafas Dalam

Teknik relaksasi nafas dalam merupakan suatu bentuk asuhan keperawatan, yang

dimana dalam hal ini perawat mengajarkan kepada klien bagaimana cara melakukan

nafas dalam, napas lambat (menahan inspirasi secara maksimal) dan bagaimana

menghembuskan nafas secara perlahan, selain dapan menurunkan intensitas nyeri, teknik

relaksasi nafas dalam juga bias meningkatkan ventilasi paru dan meningkatkan oksigen

darah (Smeltzer & Bare, 2002).

2. Tujuan

Smeltzer & Bare (2002) menyatakan bahwa tujuan teknik relaksasi nafas dalam

adalah untuk meningkatkan ventilasi alveoli, memelihara pertukaran gas, mengurangi

Page 31: 87020331 Sectio Caesarea(1)

stress baik stress fisik maupun emosional yaitu menurunkan nyeri dan menurunkan

kecemasan.

3. Efek relaksasi

Perry & Potter (2006), menyatakan bahwa ada 9 efek relaksasi, yaitu

a. Relaksasi dapat menurunkan nadi, tekanan darah dan pernafasan,

b. Relaksasi dapat menurunkan konsumsi oksigen,

c. Penurunan ketegangan otot

d. Relaksasi dapat menurunkan kecepatan metabolisme,

e. Relaksasi dapat meningkatkan kesadaran global,

f. Relaksasi dapat mengurangi perhatian terhadap stimulus lingkungan,

g. Relaksasi dapat membuat tidak adanya perubahan posisi volunter,

h. Relaksasi dapat meningkatkan perasaan damai dan sejahtera, dan

i. Relaksasi dapat mengubah kewaspadaan menjadi santai dan dalam

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi teknik

relaksasi nafas dalam terhadap penurunan

nyeri, antara lain :

1. Dengan merelaksasikan otot-otot

skelet yang mengalami spasme yang

disebabkan oleh peningkatan

prostaglandin sehingga terjadi

Page 32: 87020331 Sectio Caesarea(1)

vasodilatasi pembuluh darah dan

akan meningkatkan aliran darah ke

daerah yang mengalami spasme.

2. Teknik relaksasi nafas dalam

dipercayai mampu merangsang

tubuh untuk melepaskan opoid

endogen yaitu endoprin dan enkefain

(Smeltzer & Bare, 2002)

3. Mudah dilakukan dan tidak

memerlukan alat .

Relaksasi melibatkan otot dan respirasi dan tidak membutuhkan alat lain sehingga

mudah dilakukan kapan saja dan sewaktu-waktu.

5. Komponen teknik relaksasi

1. Lingkungan yang tenang,

menghindarkan sebanyak mungkin

kebisingan dan gangguan-gangguan

2. Posisi yang nyaman

3. Sikap yang dapat dirubah,

mengosongkan semua pikiran-

pikiran dari alam sadar

4. Keadaan mental (yang baik:

memusatkan perhatian pada suara,

kata-kata, ungkapan, imaginasi,

abjek atau pola nafas, untuk merubah

fikiran2 secara internal menjadi

pikiran yang lebih dapat diterima)

6. Prosedur relaksasi

Prosedur teknik relaksasi napas dalam menurut Priharjo (2003) adalah bentuk

pernapasan yang digunakan pada prosedur ini adalah pernapasan diafragma yang

Page 33: 87020331 Sectio Caesarea(1)

mengacu pada pendataran kubah diafragma selama inspirasi yang mengakibatkan

pembesaran abdomen bagian atas sejalan dengan desakan udara masuk selama inspirasi.

Langkah-langkah teknik relaksasi nafas dalam adalah sebagai berikut :

1. Ciptakan lingkungan yang tenang

2. Usahakan tetap rileks dan tenang

3. Menarik nafas dalam dari hidung dan

mengisi paru-paru dengan udara

melalui hitungan 1,2,3

4. Perlahan-lahan udara dihembuskan

lewat mulut sambil merasakan

ekstremitas atas dan bawah rileks

5. Anjurkan bernafas dengan irama

normal 3 kali

6. Menarik nafas lagi melalui hidung

dan menghembuskan lewat mulut

perlahan-lahan

7. Membiarkan telapak tangan dan kaki

rileks

8. Usahakan tetap konsentrasi mata

sambil terpejam

9. Pada saat konsentrasi pusatkan pada

daerah yang nyeri

10. Anjurkan untuk mengulangi

prosedur hingga nyeri terasa

berkurang

Page 34: 87020331 Sectio Caesarea(1)

11. Ulangi sampai 15 kali, dengan

diselingi istirahat setiap 5 kali

12. Bila nyeri menjadi hebat, anjurkan

pasien untuk bernafas secara dangkal

dan cepat.

5. K

e

r

a

n

g

k

a

t

e

Page 35: 87020331 Sectio Caesarea(1)

ori

Gambar 2.4. Kerangka teori

Page 36: 87020331 Sectio Caesarea(1)

Keterangan : yang dicetak tebal yang diteliti.

Sumber : Teori Reva Rubin (1963), Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas, 2009

6. Kerangka Konsep

Intensitas nyeri sebelum nafas dalam

Relaksasi nafas dalam

Intensitas nyeri setelah nafas dalam

Gambar 2.5. Kerangka konsep pemberian teknik relaksasi nafas dalam terhadap perubahan skala

nyeri ibu primigravida post operasi Sectio Caesarea.

7. Hipotesis

Ada pengaruh pemberian teknik relaksasi nafas dalam yang signifikan terhadap

perubahan intensitas nyeri ibu primigravida post operasi Sectio Caesarea.

Page 37: 87020331 Sectio Caesarea(1)

11