Pengertian Sectio Caesarea

download Pengertian Sectio Caesarea

of 23

Transcript of Pengertian Sectio Caesarea

Pengertian sectio caesarea

Seksio secaria merupakan prosedur operatif, yang di lakukan di bawah anestesia sehingga janin, plasentadan ketuban di lahirkan melalui insisi dinding abdomendan uterus. Prosedurini biasanya di lakukan setelah viabilitas tercapai ( mis, usia kehamilan lebih dari 24 minggu ).(Buku Ajar bidan,Myles,edisi 14.2011.hal:567).Sectio sesarea adalah pengeluaran janin melalui insisi abdomen. Teknik ini digunakan jika kondisi ibu menimbulkan distres pada janin atau jika telah terjadi distres janin. Sebagian kelainan yang sering memicu tindakan ini adalah malposisi janin, plasenta previa, diabetes ibu, dan disproporsi sefalopelvis janin dan ibu. Sectio sesarea dapat merupakan prosedur elektif atau darurat .Untuk sectio caesarea biasanya dilakukan anestesi spinal atau epidural. Apabila dipilih anestesi umum, maka persiapan dan pemasangan duk dilakukan sebelum induksi untuk mengurangi efek depresif obat anestesi pada bayi .(Buku pre operatif .arif muttaqin.2010.hal:507)Sectio caesarea adalah melahirkan janin melalui insisi pada dinding abdomen (laparotomi)dan dinding uterus (histerotomi).Definisi ini tidak mencakup pengeluaran janin dari rongga abdomen pada kasus rupture uteri atau pada kasus kehamilan abdomen. (obstetri williams,2005).Kesimpulan dari ketiga pengertian diatas yaitu, Sectio caesarea adalah pengeluaran janin melalui insisi dinding abdomen. Teknik ini digunakan jika kondisi ibu menimbulkan distres pada janin atau jika telah terjadi distres janin. Sebagian kelainan yang sering memicu tindakan ini adalah malposisi janin, plasenta previa, diabetes ibu, dan disproporsi sefalopelvis janin dan ibu.

2. Etiologi Indikasi kelahiran dengan bedah sesarAbsolute Relative

Ibu

a Indikasi persalinan yang gagal b Proses persalinan tidak maju(distosia persalinan)

c. Disproporsi sefalopelvik(panggul sempita Bedah sesar elektif berulang b Penyakit ibu (pre eklamsi berat,penyakit diabetes,kanker serviks)

Utero plasenta a. Bedah uterus sebelumnya (sesar klasik)b. Riwayat ruptur uterus c. Obstruksi jalan lahir (fibroid)d. Plasenta previa,abruption plasenta berukuran besar a. Riwayat bedah uterus sebelumnya miomektomi dengan ketebalan penuh)b. Presentasi funik(tali pusat)pada saat persalinan

Janin a. Gawat janin/hasil pemeriksaan janin yang tidak meyakinkan b. Prolaps tali pusat c. Malpresentasi janin (posisi melintang)a. Mal presentasi janin(sungsang ,presentasi alis ,presentasi gabingan )b. Makrosomiac. Kelainan janin (hidrosefalus)

Sumber :errol norwis,buku anatomi 2011

3. Patofisiologi Adanya beberapa kelainan / hambatan pada proses persalinan yang menyebabkan bayi tidak dapat lahir secara normal / spontan, misalnya plasenta previa sentralis dan lateralis, panggul sempit, disproporsi cephalo pelvic, rupture uteri mengancam, partus lama, partus tidak maju, pre-eklamsia, distosia serviks, dan malpresentasi janin. Kondisi tersebut menyebabkan perlu adanya suatu tindakan pembedahan yaitu Sectio Caesarea (SC). Dalam proses operasinya dilakukan tindakan anestesi yang akan menyebabkan pasien mengalami imobilisasi sehingga akan menimbulkan masalah intoleransi aktivitas. Adanya kelumpuhan sementara dan kelemahan fisik akan menyebabkan pasien tidak mampu melakukan aktivitas perawatan diri pasien secara mandiri sehingga timbul masalah defisit perawatan diri.

Kurangnya informasi mengenai proses pembedahan, penyembuhan, dan perawatan post operasi akan menimbulkan masalah ansietas pada pasien. Selain itu, dalam proses pembedahan juga akan dilakukan tindakan insisi pada dinding abdomen sehingga menyebabkan terputusnya inkontinuitas jaringan, pembuluh darah, dan saraf - saraf di sekitar daerah insisi. Hal ini akan merangsang pengeluaran histamin dan prostaglandin yang akan menimbulkan rasa nyeri (nyeri akut). Setelah proses pembedahan berakhir, daerah insisi akan ditutup dan menimbulkan luka post op, yang bila tidak dirawat dengan baik akan menimbulkan masalah risiko infeksi.

4. Pemeriksaan penunjang a. Hemoglobin atau hematokrit (HB/Ht) untuk mengkaji perubahan dari kadar pra operasi dan mengevaluasi efek kehilangan darah pada pembedahan.b. Leukosit (WBC) mengidentifikasi adanya infeksic. Tes golongan darah, lama perdarahan, waktu pembekuan darahd. Urinalisis / kultur urine e. Pemeriksaan elektrolit.

5. Penatalaksanaan Medis Post SC a. Pemberian cairan Karena 6 jam pertama penderita puasa pasca operasi, maka pemberian cairan perintavena harus cukup banyak dan mengandung elektrolit agar tidak terjadi hipotermi, dehidrasi, atau komplikasi pada organ tubuh lainnya. Cairan yang biasa diberikan biasanya DS 10%, garam fisiologi dan RL secara bergantian dan jumlah tetesan tergantung kebutuhan. Bila kadar Hb rendah diberikan transfusi darah sesuai kebutuhan. b. DietPemberian cairan perinfus biasanya dihentikan setelah penderita flatus lalu dimulailah pemberian minuman dan makanan peroral.Pemberian minuman dengan jumlah yang sedikit sudah boleh dilakukan pada 6 - 8 jam pasca operasi, berupa air putih dan air teh.

c. MobilisasiMobilisasi dilakukan secara bertahap meliputi :1) Miring kanan dan kiri dapat dimulai sejak 6 - 8 jam setelah operasi2) Latihan pernafasan dapat dilakukan penderita sambil tidur telentang sedini mungkin setelah sadar3) Hari pertama post operasi, penderita dapat didudukkan selama 5 menit dan diminta untuk bernafas dalam lalu menghembuskannya.4) Kemudian posisi tidur telentang dapat diubah menjadi posisi setengah duduk (semifowler)5) Selanjutnya selama berturut-turut, hari demi hari, pasien dianjurkan belajar duduk selama sehari, belajar berjalan, dan kemudian berjalan sendiri, dan pada hari ke-3 pasca operasi.pasien bisa dipulangkan

d. KateterisasiKandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan tidak enak pada penderita, menghalangi involusi uterus dan menyebabkan perdarahan.Kateter biasanya terpasang 24 - 48 jam / lebih lama lagi tergantung jenis operasi dan keadaan penderita.e. Pemberian obat-obatan1. AntibiotikCara pemilihan dan pemberian antibiotic sangat berbeda-beda setiap institusi2. Analgetik dan obat untuk memperlancar kerja saluran pencernaan1) Supositoria = ketopropen sup 2x/24 jam2) Oral = tramadol tiap 6 jam atau paracetamol3) Injeksi = penitidine 90-75 mg diberikan setiap 6 jam bila perlu3. Obat-obatan lainUntuk meningkatkan vitalitas dan keadaan umum penderita dapat diberikan caboransia seperti neurobian I vit. C.f. Perawatan luka Kondisi balutan luka dilihat pada 1 hari post operasi, bila basah dan berdarah harus dibuka dan diganti.

g. Perawatan rutinHal-hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan adalah suhu, tekanan darah, nadi,dan pernafasan.

6. Komplikasia. Infeksi PuerperalisKomplikasi ini bersifat ringan, seperti kenaikan suhu selama beberapa hari dalam masa nifas atau dapat juga bersifat berat, misalnya peritonitis, sepsis dan lain-lain. Infeksi post operasi terjadi apabila sebelum pembedahan sudah ada gejala - gejala infeksi intrapartum atau ada faktor - faktor yang merupakan predisposisi terhadap kelainan itu (partus lama khususnya setelah ketuban pecah, tindakan vaginal sebelumnya). Bahaya infeksi dapat diperkecil dengan pemberian antibiotika, tetapi tidak dapat dihilangkan sama sekali, terutama SC klasik dalam hal ini lebih berbahaya daripada SC transperitonealis profunda.b. PerdarahanPerdarahan banyak bisa timbul pada waktu pembedahan jika cabang arteria uterina ikut terbuka atau karena atonia uteri

c. Komplikasi - komplikasi lain seperti :1) Luka kandung kemih 2) Embolisme paru paru3) Suatu komplikasi yang baru kemudian tampak ialah kurang kuatnya perut pada dinding uterus, sehingga pada kehamilan berikutnya bisa terjadi ruptura uteri. Kemungkinan hal ini lebih banyak ditemukan sesudah sectio caesarea klasik.

7. Prognosis1) Dengan kemajuan teknik pembedahan, adanya antibiotika dan persediaan darah yang cukup, pelaksanaan sectio ceesarea sekarang jauh lebih aman dari pada dahulu.2) Angka kematian di rumah sakit dengan fasilitas baik dan tenaga yang kompeten < 2/1000. Faktor - faktor yang mempengaruhi morbiditas pembedahan adalah kelainan atau gangguan yang menjadi indikasi pembedahan dan lamanya persalinan berlangsung.3) Anak yang dilahirkan dengan sectio caesaria nasibnya tergantung dari keadaan yang menjadi alasan untuk melakukan sectio caesarea. Menurut statistik, di negara - negara dengan pengawasan antenatal dan intranatal yang baik, angka kematian perinatal sekitar 4 - 7%.

8. Klasifikasi sectio caesarea1. Insisi Abdomena. InsisiVertikalInsisi vertical garistengahinfraumbilikus adalah insisi yang paling cepatdibuat.Insisiiniharuscukuppanjang agar janindapatlahirtanpakesulitan.Olehkarenanya, panjangharus sesuaidengantaksiranukuranjaninb. Insisi Transversal/LintangKulitdanjaringansubkutandisayatdenganmenggunakan insisi transversal rendah sedikit melengkung.Insisi kulit transversal jelas memiliki keunggulan kosmetik .walaupun sebagian orang beranggapan bahwa insisi ini lebih kuat dan kecil kemungkinannya terlepas ,insisi ini juga memiliki kekurangan,pada sebagian wanita pemajanan uterus yang hamil dan apendiksnya tidak sebaik pada insisi vertical.

c. Insisi Uterus Suatuinsisi vertical kedalamkorpus uterus diatassegmenbawah uterus danmencapai fundus uterus namuntindakaninisudahjarangdigunakansaatini.Keuntungannya adalah menghindari risiko robekan ke pembuluh darah uterus,kemampuan untuk memperluas insisi jika diperlukan ,hanya pada segment bawah saja.Untuk presentasi kepala,insisi tranversal melalui segment bawah uterus merupakan tindakan pilihan.secara umum,insisi transversal:1. Lebih mudah di perbaiki2. Terletak ditempat yang paling kecil kemungkinannya rupture disertai keluarnya janin ke rongga abdomen pada kehamilan berikutnya 3. Tidak menyebabkan perleketan usus atau omentum ke garis insisi..d. Tekniki sisisesareaklasikKadang-kadangperludilakukaninsisiklasikuntukmelahirkanjanin.Beberapaindikasinyaadalah :1. Apabilasegmenbawah uterus tidakdapatdipajankanataudimasukidenganamankarenakandungkemihmelekateratakibatpembedahansebelumnya,atauapabilasebuahmiomamenempatisegmenbawah uterus atauapabilaterdapatkarsinoma invasive diserviks.2. Apabila janin berukuran besar dan terletak melintang ,terutama apabila selaput ketuban sudah pecah dan bahu terjepit jalan lahir.3. Pada sebagian kasus plasenta previa dengan implantasi anterior4. Pada sebagian kasus janin yang sengat kecil terutama dengan presentasi bokong yang segment bawah uterusnya tidak menipis.5. Pada sebagian kasus ibu dengan obesitas berat yang hanya memungkinan untuk menakses bagianatas uterus saja.e. Seksio sesarea ekstra peritoneumTujuan operasi adalah untuk membuka uterus secara ekstra peritoneum dengan melakukan diseksi melalui ruang retzius dan kemudian disepanjang salah satu dan di belakang kandung kemih untuk mencapai segmen bawah uterus.Prosedur ini hanya berlangsung singkat sebagian besar mungkin karena tersedianya berbagai obat antimikroba yang efektif.f. Seksio sesarea postmortemKadang-kadang seksio sesarea dilakukan pada seorang wanita yang baru meninggal atau yang diperkirakan tidak lama lagi akan meninggal.pada situasi seperti iniprognosis yang memuaskan pada bayi bergantung pada:1) Antisipasi kematian ibu,bila mungkin2) Usia gestasi janin3) Ketersediaan petugas dan peralatan yang sesuai 4) Ketersediaan ventilasi perimortem dan masase jantung bagi ibu5) Pelahiran segera dan resusitasi neonates yang efektif.2. Vagina (sectio caesarea vaginalisMenurut arah sayatan pada rahim, sectio caesaria dapat dilakukan apabila :1) Sayatan memanjang (longitudinal)2) Sayatan melintang (tranversal)3) Sayatan huruf T (T Insisian).(obstetric wiliams.2006,vol.1,)

B. Tinjauan teoritis keperawatan 1. Pengkajian a. Identitas klien dan penanggungb. Keluhan utama klien saat inic. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas sebelumnya bagi klien multiparad. Riwayat penyakit keluargae. Keadaan klien meliputi :1) SirkulasiHipertensi dan pendarahan vagina yang mungkin terjadi. Kemungkinan kehilangan darah selama prosedur pembedahan kira-kira 600-800 mL2) Integritas egoDapat menunjukkan prosedur yang diantisipasi sebagai tanda kegagalan dan atau refleksi negatif pada kemampuan sebagai wanita.Menunjukkan labilitas emosional dari kegembiraan, ketakutan, menarik diri, atau kecemasan.3) Makanan dan cairanAbdomen lunak dengan tidak ada distensi (diet ditentukan).4) NeurosensoriKerusakan gerakan dan sensasi di bawah tingkat anestesi spinalepidural.5) Nyeri / ketidaknyamananMungkin mengeluh nyeri dari berbagai sumber karena trauma bedah, distensi kandung kemih , efek - efek anesthesia, nyeri tekan uterus mungkin ada.6) PernapasanBunyi paru - paru vesikuler dan terdengar jelas.7) KeamananBalutan abdomen dapat tampak sedikit noda / kering dan utuh.8) SeksualitasFundus kontraksi kuat dan terletak di umbilikus.Aliran lokhea sedang.

2. Diagnose keperawatan a. Transisi Perubahan proses keluarga berhubungan dengan perkembangan atau adanya peningkatan anggota keluarga (Doengoes,2001).b. Gangguan nyaman : nyeri akut berhubungan dengan trauma pembedahan (Doengoes,2001).c. Ansietas berhubungan dengan situasi, ancaman pada konsep diri, transmisi / kontak interpersonal, kebutuhan tidak terpenuhi (Doengoes,2001).d. Harga diri rendah berhubungan dengan merasa gagal dalam peristiwa kehidupan (Doengoes,2001).e. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma jaringan / kulit rusak (Doengoes,2001)f. Konstipasi berhubungan dengan penurunan tonus otot (Doengoes,2001).g. Kurang pengetahuan mengenai perawatan diri dan bayi berhubungan dengan kurang pemajanan informasi, tidak mengenal sumber-sumber (Doengoes,2001)h. Perubahan eliminasi urin berhubungan dengan trauma atau diversi mekanisme efek-efek hormonal/anastesi (Doengoes,2001)i. Kurang perawatan diri berhubungan dengan efek-efek anestesi, penurunan kekuatan dan ketahanan, ketidatnyamana fisik (Doengoes,2001)

3. INTERVENSI DAN RASIONALa. Dx 1 : Perubahan proses keluarga berhubungan dengan perkembangan transisi / peningkatan anggota keluarga.Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan pasien dapat menerima perubahan dalam keluarga dengan anggota barunya.Kriteria hasil : a) Menggendong bayi, bila kondisi memungkinkanb) Mendemontrasikan prilaku kedekatan dan ikatan yang tepatc) Mulai secara aktif mengikuti perawatan bayi baru lahir dengan cepat. Intervensi : a) Anjurkan pasien untuk menggendong, menyetuh dan memeriksa bayi, tergantung pada kondisi pasien dan bayi, bantu sesuai kebutuhan,Rasional : Jam pertama setelah kelahiran memberikan kesempatan unik untuk ikatan keluarga terjadi karena ibu dan bayi secara emosional dan menerima isyarat satu sama lain, yang memulai kedekatan dan proses pengenalan.b) Berikan kesempatan untuk ayah / pasangan untuk menyentuh dan menggendong bayi dan Bantu dalam perawatan bayi sesuai kemungkinan situasi.Rasional : membantu memudahkan ikatan / kedekatan diantara ayah dan bayi. Memberikan kesempatan untuk ibu memvalidasi realitas situasi dan bayi baru lahir.c) Observasi dan catat interaksi keluarga bayi, perhatikan perilaku yang dianggap menggandakan dan kedekatan dalam budaya tertentu.Rasional : pada kontak pertama dengan bayi, ibu menunjukkan pola progresif dari perilaku dengan cara menggunakan ujung jari.d) Diskusikan kebutuhan kemajuan dan sifat interaksi yang lazim dari ikatan. Perhatikan kenormalan dari variasi respon dari satu waktu ke waktu.Rasional : membantu pasien dan pasangan memahami makna pentingnya proses dan memberikan keyakinan bahwa perbedaan diperkirakan.e) Sambut keluarga dan sibling untuk kunjungan sifat segera bila kondisi ibu atau bayi memungkinkan.Rasional : meningkatkan kesatuan keluarga dan membantu sibling memulai proses adaptasi positif terhadap peran baru dan memasukkan anggota baru kedalam struktur keluarga.f) Berikan informasi, sesuai kebutuhan, keamanan dan kondisi bayi. Dukungan pasangan sesuai kebutuhan.Rasional : membantu pasangan untuk memproses dan mengevaluasi informasi yang diperlukan, khususnya bila periode pengenalan awal telah terlambat.g) Jawab pertanyaan pasien mengenai protokol, perawatan selama periode pasca kelahiran.Rasional : informasi menghilangkan ansietas yang dapat menggangu ikatan atau mengakibatkan absorpsi dari pada perhatian terhadap bayi baru lahir.

b. Dx 2 : Ketidaknyamanan : nyeri, akut berhubungan dengan trauma pembedahan.Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan ketidaknyamanan ; nyeri berkurang atau hilang.Kriteria hasil : a) Mengungkapkan kekurangan rasa nyeri.b) Tampak rileks mampu tidur.c) Skala nyeri 1-3Intervensi : a. Tentukan lokasi dan karakteristik ketidaknyamanan perhatikan isyarat verbal dan non verbal seperti meringis.Rasional : pasien mungkin tidak secara verbal melaporkan nyeri dan ketidaknyamanan secara langsung. Membedakan karakteristik khusus dari nyeri membantu membedakan nyeri paska operasi dari terjadinya komplikasi.b. Berikan informasi dan petunjuk antisipasi mengenai penyebab ketidaknyamanan dan intervensi yang tepat.Rasional : meningkatkan pemecahan masalah, membantu mengurangi nyeri berkenaan dengan ansietas.c. Evaluasi tekanan darah dan nadi ; perhatikan perubahan prilaku.Rasional : pada banyak pasien, nyeri dapat menyebabkan gelisah, serta tekanan darah dan nadi meningkat. Analgesia dapat menurunkan tekanan darah.d. Perhatikan nyeri tekan uterus dan adanya atau karakteristik nyeri.Rasional : selama 12 jam pertama paska partum, kontraksi uterus kuat dan teratur dan ini berlanjut 2 3 hari berikutnya, meskipun frekuensi dan intensitasnya dikurangi faktor-faktor yang memperberat nyeri penyerta meliputi multipara, overdistersi uterus.e. Ubah posisi pasien, kurangi rangsangan berbahaya dan berikan gosokan punggung dan gunakan teknik pernafasan dan relaksasi dan distraksi.Rasional : merilekskan otot dan mengalihkan perhatian dari sensasi nyeri. Meningkatkan kenyamanan dan menurunkan distraksi tidak menyenangkan, meningkatkan rasa sejahtera.f. Lakukan nafas dalam dengan menggunakan prosedur- prosedur pembebasan dengan tepat 30 menit setelah pemberian analgesik.Rasional : nafas dalam meningkatkan upaya pernapasan. Pembebasan menurunkan regangan dan tegangan area insisi dan mengurangi nyeri dan ketidaknyamanan berkenaan dengan gerakan otot abdomen.g. Anjurkan ambulasi dini. Anjurkan menghindari makanan atau cairan berbentuk gas; misal : kacang-kacangan, kol, minuman karbonat.Rasional : menurunkan pembentukan gas dan meningkatkan peristaltik untuk menghilangkan ketidaknyamanan karena akumulasi gas.h. Palpasi kandung kemih, perhatikan adanya rasa penuh. Memudahkan berkemih periodik setelah pengangkatan kateter indwelling.Rasional : kembali fungsi kandung kemih normal memerlukan 4-7 hari dan overdistensi kandung kemih menciptakan perasaan dan ketidaknyamanan.c. Dx 3 : Ansietas berhubungan dengan krisis situasi, ancaman pada konsep diri, transmisi / kontak interpersonal, kebutuhan tidak terpenuhi.Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan ansietas dapat berkurang atau hilang.Kriteria hasil : a) Mengungkapkan perasaan ansietasb) Melaporkan bahwa ansietas sudah menurunc) Kelihatan rileks, dapat tidur / istirahat dengan benar.Intervensi : a. Dorong keberadaan atau partisipasi pasanganRasional : memberikan dukungan emosional; dapat mendorong mengungkapkan masalah.b. Tentukan tingkat ansietas pasien dan sumber dari masalah.Rasional Mendorong pasien atau pasangan untuk mengungkapkan keluhan atau harapan yang tidak terpenuhi dalam proses ikatan/menjadi orang tua. Bantu pasien atau pasangan dalam mengidentifikasi mekanisme koping baru yang lazim dan perkembangan strategi koping baru jika dibutuhkan.Rasional : membantu memfasilitasi adaptasi yang positif terhadap peran baru, mengurangi perasaan ansietas.c. Memberikan informasi yang akurat tentang keadaan pasien dan bayi.Rasional : khayalan yang disebabkan informasi atau kesalahpahaman dapat meningkatkan tingkat ansietas.d. Mulai kontak antara pasien/pasangan dengan baik sesegera mungkin.Rasional : mengurangi ansietas yang mungkin berhubungan dengan penanganan bayi, takut terhadap sesuatu yang tidak diketahui, atau menganggap hal yang buruk berkenaan dengan keadaan bayi.d. Dx 4 : Harga diri rendah berhubungan dengan merasa gagal dalam peristiwa kehidupan.Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan pasien tidak lagi mengungkapkan perasaan negatif diri dan situasiKriteria hasil : a) Mengungkapkan pemahaman mengenai faktor individu yang mencetuskan situasi saat ini.b) Mengekspresikan diri yang positif.Intervensi : a. Tentukan respon emosional pasien / pasangan terhadap kelahiran sesarea.Rasional : kedua anggota pasangan mungkin mengalami reaksi emosi negatif terhadap kelahiran sesarea meskipun bayi sehat, orangtua sering berduka dan merasa kehilangan karena tidak mengalami kelahiran pervagina sesuai yang diperkirakan.b. Tinjau ulang partisipasi pasien/pasangan dan peran dalam pengalaman kelahiran. Identifikasi perilaku positif selama proses prenatal dan antepartal.Rasional : respon berduka dapat berkurang bila ibu dan ayah mampu saling membagi akan pengalaman kelahiran, sebagai dapat membantu menghindari rasa bersalah.c. Tekankan kemiripan antara kelahiran sesarea dan vagina. Sampaikan sifat positif terhadap kelahiran sesarea. Dan atur perawatan pasca patum sedekat mungkin pada perawatan yang diberikan pada pasien setelah kelahiran vagina.Rasional: pasien dapat merubah persepsinya tentang pengalaman kelahiran sesarea sebagaiman persepsinya tentang kesehatannya / penyakitnya berdasarkan pada sikap professional.e. Dx 5 : Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma jaringan / kulit rusak.Tujuan : infeksi tidak terjadiKriteria hasil : a. Luka bebas dari drainase purulen dengan tanda awal penyembuhan.b. Bebas dari infeksi, tidak demam, urin jernih kuning pucat.Intervensi : a. Anjurkan dan gunakan teknik mencuci tangan dengan cermat dan pembuangan pengalas kotoran, pembalut perineal dan linen terkontaminasi dengan tepat.Rasional : membantu mencegah atau membatasi penyebaran infeksi.b. Tinjau ulang hemogolobin / hematokrit pranantal ; perhatikan adanya kondisi yang mempredisposisikan pasien pada infeksi pasca operasi.Rasional : anemia, diabetes dan persalinan yang lama sebelum kelahiran sesarea meningkatkan resiko infeksi dan memperlambat penyembahan.c. Kaji status nutrisi pasien. Perhatikan penampilan rambut, kuku jari, kulit dan sebagainya Perhatikan berat badan sebelum hamil dan penambahan berat badan prenatal.Rasional : pasien yang berat badan 20% dibawah berat badan normal atau yang anemia atau yang malnutrisi, lebih rentan terhadap infeksi pascapartum dan dapat memerlukan diet khusus.d. Dorong masukkan cairan oral dan diet tinggi protein, vitamin C dan besi.Rasional : mencegah dehidrasi ; memaksimalkan volume, sirkulasi dan aliran urin, protein dan vitamin C diperlukan untuk pembentukan kolagen, besi diperlukan untuk sintesi hemoglobin.e. Inspeksi balutan abdominal terhadap eksudat atau rembesan. Lepasnya balutan sesuai indikasi.Rasional : balutan steril menutupi luka pada 24 jam pertama kelahiran sesarea membantu melindungi luka dari cedera atau kontaminasi. Rembesan dapat menandakan hematoma.f. Inspeksi insisi terhadap proses penyembuhan, perhatikan kemerahan odem, nyeri, eksudat atau gangguan penyatuan.Rasional : tanda-tanda ini menandakan infeksi luka biasanya disebabkan oleh steptococus.g. Bantu sesuai kebutuhan pada pengangkatan jahitan kulit, atau klips.Rasional : insisi biasanya sudah cukup membaik untuk dilakukan pengangkatan jahitan pada hari ke 4 / 5.h. Dorong pasien untuk mandi shower dengan menggunakan air hangat setiap hari.Rasional :Mandi shower biasanya diizinkan setelah hari kedua setelah kelahiran sesarea, meningkatkan hiegenisdan dapat merangsang sirkulasi atau penyembuhan luka.i. Kaji suhu, nadi dan jumlah sel darah putih.Rasional : Demam paska operasi hari ketiga, leucositosis dan tachicardia menunjukkan infeksi. Peningkatan suhu sampai 38,3 C dalam 24 jam pertama sangat mengindentifikasikan infeksi.j. Kaji lokasi dan kontraktilitas uterus ; perhatikan perubahan involusi atau adanya nyeri tekan uterus yang ekstrem.Rasional : Setelah kelahiran sesarea fundus tetap pada ketinggian umbilikus selama sampai 5 hari, bila involusi mulai disertai dengan peningkatan aliran lokhea, perlambatan involusi meningkatkan resiko endometritis. Perkembangan nyeri tekan ekstrem menandakan kemungkinan jaringan plasenta tertahan atau infeksi.

Pola eleminasiPada pasien pos partum sering terjadi adanya perasaan sering /susah kencing selama masa nifas yang ditimbulkan karena terjadinya odema dari trigono, yang menimbulkan inveksi dari uretra sehingga sering terjadi konstipasi karena penderita takut untuk melakukan BAB.5) Istirahat dan tidurPada klien nifas terjadi perubagan pada pola istirahat dan tidur karena adanya kehadiran sang bayi dan nyeri epis setelah persalinan6) Pola hubungan dan peranPeran klien dalam keluarga meliputi hubungan klien dengan keluarga dan orang lain.7) Pola penagulangan stersBiasanya klien sering melamun dan merasa cemas8) Pola sensori dan kognitifPola sensori klien merasakan nyeri pada prineum akibat luka janhitan dan nyeri perut akibat involusi uteri, pada pola kognitif klien nifas primipara terjadi kurangnya pengetahuan merawat bayinya9) Pola persepsi dan konsep diriBiasanya terjadi kecemasan terhadap keadaan kehamilanya, lebih-lebih menjelang persalinan dampak psikologis klien terjadi perubahan konsep diri antara lain dan body image dan ideal diri10) Pola reproduksi dan sosial Terjadi disfungsi seksual yaitu perubahan dalam hubungan seksual atau fungsi dari seksual yang tidak adekuat karena adanya proses persalinan dan nifas.e. Pemeriksaan fisik 1) Kepala Bagaimana bentuk kepala, kebersihan kepala, kadang-kadang terdapat adanya cloasma gravidarum, dan apakah ada benjolan2) LeherKadang-kadang ditemukan adanya penbesaran kelenjar tioroid, karena adanya proses menerang yang salah3) MataTerkadang adanya pembengkakan paka kelopak mata, konjungtiva, dan kadang-kadang keadaan selaput mata pucat (anemia) karena proses persalinan yang mengalami perdarahan, sklera kunuing4) TelingaBiasanya bentuk telingga simetris atau tidak, bagaimana kebersihanya, adakah cairan yang keluar dari telinga.5) HidungAdanya polip atau tidak dan apabila pada post partum kadang-kadang ditemukan pernapasan cuping hidung6) DadaTerdapat adanya pembesaran payu dara, adanya hiper pigmentasi areola mamae dan papila mamae7) Pada klien nifas abdomen kendor kadang-kadang striae masih terasa nyeri. Fundus uteri 3 jari dibawa pusat.8) Genitaliua Pengeluaran darah campur lendir, pengeluaran air ketuban, bila terdapat pengeluaran mekomium yaitu feses yang dibentuk anak dalam kandungan menandakan adanya kelainan letak anak.9) AnusKadang-kadang pada klien nifas ada luka pada anus karena ruptur10) EkstermitasPemeriksaan odema untuk mrlihat kelainan-kelainan karena membesarnya uterus, karenan preeklamsia atau karena penyakit jantung atau ginjal.11) Tanda-tanda vitalApabila terjadi perdarahan pada pos partum tekanan darah turun, nadi cepat, pernafasan meningkat, suhu tubuh turun.

2. Diagnosa Keperawatan Dengan SCDiagnosa yang mungkin muncul:1. Menyusui tidak efektif berhubungan dengan kurangnya pengetahuan ibu tentang cara menyusui yang bernar.2. Nyeri akut berhubungan dengan injury fisik jalan lahir.3. Defisit pengetahuan berhubungan dengan tidak mengenal atau familiar dengan sumber informasi tentang cara perawatan bayi.4. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelelahan sehabis bersalin5. Resiko infeksi berhubungan dengan luka operasi

3. Rencana Keperawatan

RENCANA KEPERAWATAN

NODIANGOSA KEPERAWATAN DAN KOLABORASITUJUAN (NOC)INTERVENSI (NIC)

1.Menyusui tidak efektif berhubungan dengan kurangnya pengetahuan ibu tentang cara menyusui yang benar Setelah diberikan tindakan keperawatan selama 3x24 jam klien menunjukkan respon breast feeding adekuat dengan indikator: klien mengungkapkan puas dengan kebutuhan untuk menyusui klien mampu mendemonstrasikan perawatan payudaraHealth Education: Berikan informasi mengenai : Fisiologi menyusui Keuntungan menyusui Perawatan payudara Kebutuhan diit khusus Faktor-faktor yang menghambat proses menyusui Demonstrasikan breast care dan pantau kemampuan klien untuk melakukan secara teratur Ajarkan cara mengeluarkan ASI dengan benar, cara menyimpan, cara transportasi sehingga bisa diterima oleh bayi Berikan dukungan dan semangat pada ibu untuk melaksanakan pemberian Asi eksklusif Berikan penjelasan tentang tanda dan gejala bendungan payudara, infeksi payudara Anjurkan keluarga untuk memfasilitasi dan mendukung klien dalam pemberian ASI Diskusikan tentang sumber-sumber yang dapat memberikan informasi/memberikan pelayanan KIA

2.Nyeri akut b.d agen injuri fisik (luka insisi operasi)

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan nteri berkurang dengan indicator: Pain Level, Pain control, Comfort level Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan) Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri) Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang Tanda vital dalam rentang normal

Pain Management Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang ketidakefektifan kontrol nyeri masa lampau Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan Kurangi faktor presipitasi nyeri Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non farmakologi dan inter personal) Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi Ajarkan tentang teknik non farmakologi Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri Evaluasi keefektifan kontrol nyeri Tingkatkan istirahat Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeriAnalgesic Administration Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri sebelum pemberian obat Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis, dan frekuensi Cek riwayat alergi Pilih analgesik yang diperlukan atau kombinasi dari analgesik ketika pemberian lebih dari satu Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe dan beratnya nyeri Tentukan analgesik pilihan, rute pemberian, dan dosis optimal Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk pengobatan nyeri secara teratur Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama kali Berikan analgesik tepat waktu terutama saat nyeri hebat Evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan gejala (efek samping)-

3.Kurang pengetahuan tentang perawatan ibu nifas dan perawatan post operasi b/d kurangnya sumber informasi

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan pengetahuan klien meningkat dengan indicator: Kowlwdge : disease process Kowledge : health Behavior Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi, prognosis dan program pengobatan Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat/tim kesehatan lainnya.

Teaching : Disease Process Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien tentang proses penyakit yang spesifik Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini berhubungan dengan anatomi dan fisiologi, dengan cara yang tepat. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit, dengan cara yang tepat Gambarkan proses penyakit, dengan cara yang tepat Identifikasi kemungkinan penyebab, dengna cara yang tepat Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi, dengan cara yang tepat Hindari jaminan yang kosong Sediakan bagi keluarga atau SO informasi tentang kemajuan pasien dengan cara yang tepat Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan untuk mencegah komplikasi di masa yang akan datang dan atau proses pengontrolan penyakit Diskusikan pilihan terapi atau penanganan Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau mendapatkan second opinion dengan cara yang tepat atau diindikasikan Eksplorasi kemungkinan sumber atau dukungan, dengan cara yang tepat Rujuk pasien pada grup atau agensi di komunitas lokal, dengan cara yang tepat Instruksikan pasien mengenai tanda dan gejala untuk melaporkan pada pemberi perawatan kesehatan, dengan cara yang tepat

4.Defisit perawatan diri b.d. Kelelahan.Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam ADLs klien meningkat dengan indicator: Self care : Activity of Daily Living (ADLs) Klien terbebas dari bau badan Menyatakan kenyamanan terhadap kemampuan untuk melakukan ADLs Dapat melakukan ADLS dengan bantuan

Self Care assistane : ADLs Monitor kemempuan klien untuk perawatan diri yang mandiri. Monitor kebutuhan klien untuk alat-alat bantu untuk kebersihan diri, berpakaian, berhias, toileting dan makan. Sediakan bantuan sampai klien mampu secara utuh untuk melakukan self-care. Dorong klien untuk melakukan aktivitas sehari-hari yang normal sesuai kemampuan yang dimiliki. Dorong untuk melakukan secara mandiri, tapi beri bantuan ketika klien tidak mampu melakukannya. Ajarkan klien/ keluarga untuk mendorong kemandirian, untuk memberikan bantuan hanya jika pasien tidak mampu untuk melakukannya. Berikan aktivitas rutin sehari- hari sesuai kemampuan. Pertimbangkan usia klien jika mendorong pelaksanaan aktivitas sehari-hari.

5.Risiko infeksi b.d tindakan invasif, paparan lingkungan patogen

Setelah dilakuakan asuhan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan resiko infeksi terkontrol dengan indicator: Immune Status Knowledge : Infection control Risk control Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi Mendeskripsikan proses penularan penyakit, factor yang mempengaruhi penularan serta penatalaksanaannya, Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi Jumlah leukosit dalam batas normal Menunjukkan perilaku hidup sehat

Infection Control (Kontrol infeksi) Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain Pertahankan teknik isolasi Batasi pengunjung bila perlu Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci tangan saat berkunjung dan setelah berkunjung meninggalkan pasien Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci tangan Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan kperawtan Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung Pertahankan lingkungan aseptik selama pemasangan alat Ganti letak IV perifer dan line central dan dressing sesuai dengan petunjuk umum Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan infeksi kandung kencing Tingktkan intake nutrisi Berikan terapi antibiotik bila perluInfection Protection (Proteksi Terhadap Infeksi) Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal Monitor hitung granulosit, WBC Monitor kerentanan terhadap infeksi Batasi pengunjung Saring pengunjung terhadap penyakit menular Partahankan teknik aspesis pada pasien yang beresiko Pertahankan teknik isolasi k/p Berikan perawatan kuliat pada area epidema Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan, panas, drainase Ispeksi kondisi luka / insisi bedah Dorong masukkan nutrisi yang cukup Dorong masukan cairan Dorong istirahat Instruksikan pasien untuk minum antibiotik sesuai resep Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi Ajarkan cara menghindari infeksi Laporkan kecurigaan infeksi Laporkan kultur positif

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito. 2001. Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan, Diagnosa keperawatan dan masalah kolaboratif. Jakarta: EGCJohnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. New Jersey: Upper Saddle River Mansjoer, A. 2002. Asuhan Keperawatn Maternitas. Jakarta : Salemba MedikaManuaba, Ida Bagus Gede. 2002.Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana, Jakarta : EGCMc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC) Second Edition. New Jersey: Upper Saddle RiverMuchtar. 2005.Obstetri patologi, Cetakan I. Jakarta : EGCNurjannah Intansari. 2010. Proses Keperawatan NANDA, NOC &NIC. Yogyakarta : mocaMediaSantosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta: Prima MedikaSaifuddin, AB. 2002. Buku panduan praktis pelayanan kesehatan maternal dan neonatal. Jakarta : penerbit yayasan bina pustaka sarwono prawirohardjoSarwono Prawiroharjo. 2009.Ilmu Kebidanan, Edisi 4 Cetakan II. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka