Askep Pre Eklampsia

12

Click here to load reader

Transcript of Askep Pre Eklampsia

Page 1: Askep Pre Eklampsia

PRAKTEK KLINIK PROFESI UNIT KEPERAWATAN MATERNITAS

PSIK – FK UNAIR SURABAYA

LAPORAN PENDAHULUAN

NAMA: NI WAYAN DEWI TARINI TEMPAT PRAKTEK: RB IINIM : 019930093 B TANGGAL : 8-12 April 2002

TOPIK : ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU DENGAN HYPERTENSI DALAM KEHAMILAN (PRE EKLAMPSIA)

Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Dasar(Dikaitkan Dengan Patofisiologi, Insiden dan Prognosis Penyakit)

1. PENGERTIAN:Penyakit hipertensi dalam kehamilan merupakan kelainan vaskuler yang terjadi sebelum kehamilan atau timbul dalam kehamilan atau pada permulaan nifas, yang ditandai dengan hipertensi, kadang-kadang proteinuria, oedem, konvulsi, coma atau gejala-gejala lain (Bagian Obgyn Unpad; 1994).

2. PATOFISIOLOGI:

HIPERTENSI

Vasospasme pada pembuluh darah

Penurunan pengisian darah di ventrikel kiri

Proses I: Cardiac ouput menurun

Arcus aorta (body reseptor/baroreseptor) volume dan tekanan menurun

Merangsang medula oblongata

Sistem saraf simpatis meningkat

Jantung Paru Pembuluh darah GI tract Kulit

Kompensasi saraf simpatis: Penumpukan darah Vasokonstriksi HCl meningkat kel.keringat meningkatHR, kontraktilitas meningkat(berdebar) LAEDP meningkat Metabolisme turun Peristaltik turun diaporesisGgn irama jantung Kongesti vena pulmonal Akral dingin Akumulasi gas meningkat Aliran turbulensi Proses perpindahan cairan konstipasi, mual Timbul emboli Karena perbedaan tekanan

Timbul oedem 12. Resiko kerusakan Gangguan fungsi alveoli integritas kulit (ronchi, rales, tachipnea, PCO2 turun) 10.Ggn pemenuhan nutrisi 11.Resiko ggn eleminasi alvi Ggn rasa nyaman (nyeri)

1.Gangguan rasa nyaman (nyeri) 9.Perubahan perfusi jaringan 2.Koping individu tidak efektif 3.Kurang pengetahuan 5.Resiko kelebihan volume cairan 4.Perubahan penampilan 6.Resiko kerusakan pertukaran gas 7.Pola nafas tidak efektif 8.Ansietas

Page 2: Askep Pre Eklampsia

Proses II: Cardiac output menurun pengaruh ke organ

Otak Jantung Ginjal Ekstremitas GI tract

Hipoksia iskemik, chest pain GFR parenkhim ginjal metab.anaerob hipoksia duodenal (absorbsi ion H)

Pusing infark oliguri/anuri ARF ATP turun (2 ATP) as.laktat

Penumpukan ion HDesak darah nekrosis cepat lelah, lemah

Mukosa lambung Iritasi lambung

Gangguan perfusi jaringan 13.Gangguan eleminasi urine 15. intolerans aktifitas 14. Resiko kurang volume cairan tubuh 16.Resiko trauma 17.Gangguan pemenuhan ADL Gangguan rasa nyaman (nyeri) Gangguan pemenuhan nutrisi

Proses III: Cardiac Output menurun pengaruh ke plasenta dan bayi

Gangguan suplay O2 + nutrisi ke plasenta menurun

Terjadi hipoksia janin intra uteri

Solutio plasenta Kematian janin

Resiko asfiksia intra uteri (gawat janin)Resiko gangguan pertumbuhan janin intra uteri

Pemeriksaan Diagnostik Hasil:1. Px. Tekanan darah @ 4 jam kec.

Pada malam hari pada saat pasien tidur.

2. Px. Proteinuria @ hari secara kuantitatif.

3. Px. Cairan keluar masuk @ hari.4. Sakit kepala, gangguan penglihatan,

oedem jaringan dan kelopak mata.5. BB @ 2 hari.6. Px. Retina.

TD sistolis 140 mmHg atau lebih atau kenaikan 30 mmHg di atas tekanan biasa.TD diastolis 90 mmHg atau lebih atau kenaikan 15 mmHg di atas tekanan biasa.Lebih dari 0,3 gr/L dalam urine 24 jam atau lebih dari 1 gr/l pada urine sembarang.CM tidak seimbang dengan CK.Oedem yang tetap pada jari tangan dan kelopak mata.Peningkatan BB.Penurunan refleks retina.

Diagnosa Keperawatan:1. Gangguan perfusi jaringan otak b/d penurunan cardiac output skunder terhadap vasopasme

pembuluh darah.2. Resiko terjadi gawat janin intra uteri (hipoksia) b/d penurunan suplay O2 dan nutrisi ke

jaringan plasenta skunder trehadap penurunan cardiac output.3. Kelebihan volume cairan b/d kerusakan fungsi glomerolus skunder terhadap penurunan

cardiac output.4. Gangguan pemenuhan ADL b/d immobilisasi; kelemahan.5. Defisit knowledge mengenai penatalaksanaan terapi dan perawatan b/d misinterpretasi

informasi.

Page 3: Askep Pre Eklampsia

RENCANA KEPERAWATANDiagnosa

KeperawatanTujuan dan Kriteria Hasil Rencana Intervensi Rasional

1. Gangguan perfusi jaringan otak b/d penurunan cardiac output skunder terhadap vasopasme pembuluh darah.

Perfusi jaringan otak adekuat dan tercapai secara optimal.Kriteria hasil:- Keluhan nyeri kepala

tidak ada, bebas nyeri/ketidaknyamanan.

- GCS: E4V5M6, pasien sadar/terorientasi baik.

- TD sistolik 140 mmHg, TD diastolik 90 mmHg.

- vital sign dalam batas yang dapat diterima, nadi perifer kuat.

- intake output seimbang, tidak ada oedem.

- akral teraba hangat.- sianosis (-).

Monitor perubahan tiba-tiba atau gangguan mental kontinu (camas, bingung, letargi, pinsan).

Observasi adanya pucat, sianosis, belang, kulit dingin/lembab, catat kekuatan nadi perifer.

Kaji tanda Homan (nyeri pada betis dengan posisi dorsofleksi), eritema, edema.

Dorong latihan kaki aktif/pasif.

Pantau pernafasan.

Kaji fungsi GI, catat anoreksia, penurunan bising usus, mual/muntah, distensi abdomen, konstipasi.

Pantau masukan dan perubahan keluaran urine.

Perfusi serebral secara langsung berhubungan dengan curah jantung, dipengaruhi oleh elektrolit/variasi asam basa, hipoksia atau emboli sistemik.

Vasokonstriksi sistemik diakibatkan oleh penurunan curah jantung mungkin dibuktikan oleh penurunan perfusi kulit dan penurunan nadi.

Indikator adanya trombosis vena dalam.

Menurunkan stasis vena, meningkatkan aliran balik vena dan menurunkan resiko tromboplebitis.

Pompa jantung gagal dapat mencetuskan distres pernafasan. Namun dispnea tiba-tiba/berlanjut menunjukkan komplikasi tromboemboli paru.

Penurunan aliran darah ke mesentri dapat mengakibatkan disfungsi G, contoh kehilangan peristaltik.

Penurunan pemasukan/mual terus-menerus dapat mengakibatkan penurunan volume sirkulasi, yang berdampak negatif pada perfusi dan organ.

2. Resiko terjadi gawat janin intra uteri (hipoksia) b/d penurunan suplay O2

dan nutrisi ke jaringan plasenta skunder terhadap penurunan cardiac output.

Gawat janin tidak terjadi, bayi dapat dipertahankan sampai umur 37 minggu dan atau BBL 2500 gr.Kriteria hasil:

- Gerakan janin aktif.- DJJ 120-140 x/mnt.- Kontraksi uterus /his

tidak ada.- Kehamilan dapat

dipertahankan sampai umur 37 minggu dan atau BBL 2500 gr.

Anjurkan penderita untuk tidur miring ke kiri.

Anjurkan pasien untuk melakukan ANC secara teratur sesuai dengan masa kehamilan:- 1 x/bln pada trimester I- 2 x/bln pada trimester II- 1 x/minggu pada trimester III.

Pantau DJJ, kontraksi uterus/his, gerakan janin setiap hari.

Motivasi pasien untuk meningkatkan fase istirahat.

Meminimalkan tekanan pada aorta sehingga O2

yang disuplay ke plasenta dan janin lebih lancar. Deteksi dini terhadap adanya penyimpangan pada

kehamilan.

Penurunan DJJ dan gerakan janin sebagai prediksi adanya asfiksia janin.

Fase istirahat yang lebih akan membantu meminimalkan pemakaian energi dan O2 sekaligus dapat mengistirahatkan bayi sampai cukup bulan.

Page 4: Askep Pre Eklampsia

Jelaskan pada pasien untuk segera memeriksakan kehamilannya bila terdapat:- Gerakan janin berkurang/menurun.- Kontraksi/his terus-menerus.- Perdarahan- Nyeri abdomen.- Perut mengeras dan sangat nyeri.

Bila perlu bero O2 2 liter/menit.

Sebagai kontrol langsung dari pasien terhadap kondisi kehamilannya.

Membantu mengurangi asfiksia pada janin.3. Kelebihan volume

cairan b/d kerusakan fungsi glomerolus skunder terhadap penurunan cardiac output.

Kelebihan volume cairan teratasi. Kriteria hasil:- balance cairan masuk

dan keluar.- vital sign dalam batas

yang dapat diterima.- tanda-tanda edema

tidak ada.- suara nafas bersih

Auskultasi bunyi nafas untuk adanya krekels.

Catat adanya DVJ, adanya edema dependen.

Ukur masukan/keluaran, catat penurunan pengeluaran, sifat konsentrasi. Hitung keseimbnagan cairan.

Pertahankan pemasukan total cairan 2000 cc/24 jam dalam toleransi kardiovaskuler.

Berikan diet rendah natrium/garam. Delegatif pemberian diuretik.

Mengindikasikan edema paru skunder akibat dekompensasi jantung.

Dicurigai adanya gagal jantung kongestif.kelebihan volume cairan.

Penurunan curah jantung mengakibatkan gangguan perfusi ginjal, retensi cairan/Na, dan penurunan keluaran urine. Keseimbangan cairan positif berulang pada adanya gejala lain menunjukkan klebihan volume/gagal jantung.

Memenuhi kebutuhan cairan tubuh orang dewasa tetapi memerlukan pembatasan pada adanya dekompensasi jantung.

Na meningkatkan retensi cairan dan harus dibatasi.

Mungkin perlu untuk memperbaiki kelebihan cairan.

4. Gangguan pemenuhan ADL b/d immobilisasi; kelemahan.

ADL dan kebutuhan beraktifitas pasien terpenuhi secara adekuat.Kriteria hasil:- Menunjukkan

peningkatan dalam beraktifitas.

- Kelemahan dan kelelahan berkurang.

- Kebutuhan ADL terpenuhi secara mandiri atau dengan bantuan.

- frekuensi jantung/irama dan Td dalam batas normal.

Kaji toleransi pasien terhadap aktifitas menggunakan parameter berikut: nadi 20/mnt di atas frek nadi istirahat, catat peningaktan TD, dispnea, nyeri dada, kelelahan berat, kelemahan, berkeringat, pusing atau pinsan.

Tingkatkan istirahat, batasi aktifitas pada dasar nyeri/respon hemodinamik, berikan aktifitas senggang yang tidak berat.

Kaji kesiapan untuk meningkatkan aktifitas contoh: penurunan kelemahan/kelelahan, TD stabil/frek nadi, peningaktan perhatian pada aktifitas dan

Parameter menunjukkan respon fisiologis pasien terhadap stres aktifitas dan indikator derajat penagruh kelebihan kerja jnatung.

Menurunkan kerja miokard/komsumsi oksigen , menurunkan resiko komplikasi.

Stabilitas fisiologis pada istirahat penting untuk menunjukkan tingkat aktifitas individu.

Komsumsi oksigen miokardia selama berbagai

Page 5: Askep Pre Eklampsia

- kulit hangat, merah muda dan kering

perawatan diri. Dorong memajukan aktifitas/toleransi

perawatan diri.

Anjurkan keluarga untuk membantu pemenuhan kebutuhan ADL pasien.

Anjurkan pasien menghindari peningkatan tekanan abdomen, menegejan saat defekasi.

Jelaskan pola peningkatan bertahap dari aktifitas, contoh: posisi duduk ditempat tidur bila tidak pusing dan tidak ada nyeri, bangun dari tempat tidur, belajar berdiri dst.

aktifitas dapat meningkatkan jumlah oksigen yang ada. Kemajuan aktifitas bertahap mencegah peningkatan tiba-tiba pada kerja jantung.

Teknik penghematan energi menurunkan penggunaan energi dan membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.

Aktifitas yang memerlukan menahan nafas dan menunduk (manuver valsava) dapat mengakibatkan bradikardia, menurunkan curah jantung, takikardia dengan peningaktan TD.

Aktifitas yang maju memberikan kontrol jantung, meningaktkan regangan dan mencegah aktifitas berlebihan.

5. Defisit knowledge mengenai penatalaksanaan terapi dan perawatan b/d misinterpretasi informasi.

Kebutuhan pengetahuan terpenuhi secara adekuat.Kriteria hasil:- Pasien memahami

regimen terapeutik dan perawatan yang diberikan.

- Pasien kooperatif terhadap tindakan pengobatan dan perawatan yang diberikan.

- Pasien taat terhadap program pengobatan dan perawatan yang diberikan.

Identifikasi dan ketahui persepsi pasien thd ancaman/situasi. Dorong mengekspresikan dan jangan menolak perasaan marah, takut dll.

Mempertahankan kepercayaan pasien (tanpa keyakinan yang salah).

Terima tetapi jangan beri penguatan terhadap penolakan.

Orientasikan klien/keluarga thd prosedur rutin dan aktifitas. Tingkatkan partisipasi bila mungkin.

Jawab pertanyaan dengan nyata dan jujur. Berikan informasi konsisten, ulangi bila perlu.

Dorong kemandirian, perawatan diri, libatkan keluarga secara aktif dalam perawatan.

Cemas berkelanjutan dapat terjadi dalam berbagai derajat selama beberapa waktu dan dapat dimanifestasikan oleh gejala depresi.

Pasien dan keluarga dapat dipengaruhi denagn sikap tenang dari petugas serta penjelasan yang jujur dapat mengurangi kecemasan.

Menyangkal unutk beberapa saat dapat menguntungkan karena menghilangkan kecemasan tetapi dapat menurunkan rasa penerimaan thd kenyataan situasi.

Perkiraan dan informasi dapat menurunkan kecemasan pasien.

Informasi yang tepat tentang situasi menurunkan kecemasan, membantu pasien/keluarga menerima situasi secara nyata.

Peningkatan kemandirian dari pasien dan keluarga meningkatkan rasa percaya diri dan kemampuan untuk melakukan perawatan diri secara aktif.

Page 6: Askep Pre Eklampsia
Page 7: Askep Pre Eklampsia

BUKU ACUAN:

1. Bagian Obstetri dan Ginekologi FK Unpad (1994), Obstetri Patologi, Bagian Obstetri

dan Ginekologi FK Unpad, Bandung.

2. Hacker Moore (1999), Esensial Obstetri dan Ginekologi Edisi 2, Penerbit Buku

Kedokteran EGC, Jakarta.

3. Hanifa Wikyasastro (1997), Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono

Prawiroharjo, Jakarta.

4. Marylin E. Doengoes, Mary Frances Moorhouse, Alice C. Geissler (2000), Rencana

Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian

Perawatan Pasien Edisi 3, Peneribit Buku Kedokteran EGC, Jakarta

Page 8: Askep Pre Eklampsia

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS PADA PASIEN NY. DENGAN

DI RUANG RSUD DR. SOETOMO SURABAYATANGGAL

( Disusun Sebagai Bahan Laporan Praktek Profesi Keperawatan Unit Maternitas)

Oleh:NI WAYAN DEWI TARINI

NIM. 019930093 B

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SURABAYA

2002

Page 9: Askep Pre Eklampsia

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN KASUS DENGAN JUDUL:

ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITASPADA NY. DENGAN

DI RUANG RSUD DR. SOETOMO SURABAYATANGGAL

Disahkan Sebagai Laporan KasusPraktek Keperawatan Tahap Profesi

Di Ruang Tanggal

Pembimbing Akademik, Pembimbing Ruangan,

( Esty Yunitasari, S.Kp)