Askep Pangkreatitis 1.doc
-
Upload
kharisma-hadi -
Category
Documents
-
view
65 -
download
0
Transcript of Askep Pangkreatitis 1.doc
PROSES KEPERAWATAN KLIEN DENGAN PANKREATITIS
A. PENGERTIAN
Pankreatitis (inflamasi pankreas) merupakan penyakit yang serius pada pankreas
dengan intensitas yang dapat berkisar mulai dari kelainan yang relatif ringan dan
sembuh sendiri hingga penyakit yang berjalan dengan cepat dan fatal yang tidak
bereaksi terhadap berbagai pengobatan.
Pankreatitis adalah kondisi inflamasi yang menimbulkan nyeri dimana enzim
pankreas diaktifasi secara prematur mengakibatkan autodigestif dari pankreas.
Pankreatitis akut adalah inflamasi pankreas yang biasanya terjadi akibat
alkoholisme dan penyakit saluran empedu seperti kolelitiasis dan kolesistisis.
B. ETIOLOGI
- Batu saluran empedu
- Infeksi virus atau bakteri
- Alkoholisme berat
- Obat seperti steroid, diuretik tiazoid
- Hiperlipidemia, terutama fredericson tipe V
- Hiperparatiroidisme
- Asidosis metabolik
- Uremia
- Imunologi seperti lupus eritematosus
- Pankreatitis gestasional karena ketidakseimbangan hormonal
- Defisiensi protein
1
- Toksin
- Lain-lain seperti gangguan sirkulasi, stimulsi vagal
C. KLASIFIKASI
1. Pankreatitis akut atau inflamasi pada pankreas terjadi akibat tercernanya
organ ini oleh enzim-enzimnya sendiri, khususnya oleh tripsin. Disini fungsi
pankreas kembali normal.
2. Pankreatitis kronik merupakan kelainan inflamasi yang ditandai oleh
kehancuran anatomis dan fungsional yang progresif pada pankreas, dimana
terdapat sisa-sisa kerusakan yang permanen.
D. PATOFISIOLOGI
Dalam keadaan normal pankreas terlindung dari efek enzimatik enzim
digestifnya sendiri. Enzim ini disintetis sebagai zimogen yang inaktif dan
diaktivasi dengan pemecahan rantai peptid secara enzimatik. Enzim proteolitik
(tripsin, kemotripsin, karboksipeptidase, elastase) dan fosfolipase A termasuk
dalam kelompok ini. Enzim digestif yang lain seperti amilase dan lipase
disintetis dalam bentuk inaktif dan disimpan dalam butir zimogen sehingga
terisolasi oleh membran fosfolipid di dalam sel asini.
Terdapat juga inhibitor di dalam jaringan pankreas, cairan pankreas, dan
serum sehingga dapat menginaktivasi protease yang diaktivasi terlalu dini.
Dalam proses aktivasi enzim di dalam pankreas, peran penting terletak pada
tripsin yang mengaktivasi semua zimogen pankreas yang terlihat dalam proses
autodigesti (kimotripsinogen, proelastase, fosfolipase A). Hanya lipase yang
2
aktif yang tidak tergantung pada tripsin. Aktivasi zimogen secara normal
dimulai oleh enterokinase di duodenum. Ini mengakibatkan timbulnya aktivasi
tripsin yang kemudian mengaktivasi zimogen yang lain. Jadi diduga bahwa
aktivasi dini tripsinogen menjadi tripsin adalah pemicu bagi kaskade enzim dan
autodigesti pankreas.
Adapun mekanisme yang memulai aktivasi enzim antara lain adalah
refluk isi duodenum dan refluk cairan empedu, aktivasi sistem komplemen,
stimulasi, sekresi enzim yang berlebihan. Isi duodenum merupakan campuran
enzim pankreas yang aktif, asam empedu, lisoletisin, dan lemak yang telah
mengalami emulsifikasi; semua ini mampu menginduksi pankreastitis akut.
Asam empedu mempunyai efek detergen pada sel pancreas, meningkatkan
aktivasi lipase dan fosfolipase- A, memecah lesitin menjadi lisolesitin dan asam
lemak dan menginduksi spontan sejumlah kecil tripsinogen sehingga berikutnya
mengaktivasi proenzim pancreas yang lain. Selanjutnya perfusi asam empedu ke
dalam duktus pankreatikus yang utama menambah permeabilitas sehingga
mengakibatkan perubahan struktural yang jelas. Perfusi 16,16 dimetil
prostaglandin mengubah penemuan histologik pankreatitis tipe edema ke tipe
hemorhagik.
Kelainan histologis utama yang ditemukan pada pankreatitis akut adalah
nekrosis koagulasi parenkim dan piknosis inti atau kariolisis yang cepat diikuti
oleh degradasi asini yang nekrotik dan absorpsi debris yang timbul. Adanya
edema, pendarahan, dan thrombosis menunjukkan kerusakan vascular yang
terjadi bersamaan.
3
Alkohol
1. Dimungkinkan karena alkohol mempunyai efek toksik yang langsung pada
pankreas terutama pada orang-orang tertentu yang mempunyai kelainan
enzimatik yang tidak diketahui.
2. Alkohol merangsang spincter Oddi sehingga terjadi spasme dan
meningkatkan tekanan di dalam saluran bilier dan saluran-saluran di dalam
pankreas. Alkohol juga merangsang sekresi enzim pankreas, sehingga
mengakibatkan pankreatitis. Alkohol juga mengurangi jumlah inhibator
tripsin sehingga pankreas menjadi lebih mudah dirusak oleh tripsin.
Selanjutnya sekresi pankreas yang pekat yang ditemukan pada klien-klien
alkoholik, seringkali mengandung small rigid protein plugs, yang berperan
pada pembentukan batu di dalam saluran-saluran pankreas. Obstruksi
saluran-saluran pankreas yang kecil oleh plugs ini dapat merusak asinus
pankreas.
Penyakit-penyakit saluran empedu
1. Batu empedu yang terjepit pada ampulla vater/spincter Oddi atau adanya
mikrolitiasis dapat mengakibatkan pankreatitis akut karena refluks cairan
empedu ke dalam saluran pankreas. Adanya mikrolitiasis ini diketahui
dengan didapatkannya kristal-kristal (kolesterol, monohidrat, kalsium
bilirubinat atau kalsium karbonat) via ERCP atau dengan ditemukannya
lumpur pada kandung empedu pada pemeriksaan ultrasonografi.
2. Obat-obatan mengakibatkan pankreatitis karena hipersensitifitas atau
terbentuknya metabolit-metabolit yang toksik.
4
POHON MASALAH
Faktor etiologi (penyakit bilier, alkoholisme, idiopatik, dll)
Proses yang memulai (refluk empedu, refluk duodenum, dll)
Kerusakan permulaan pankreas (edema, vascular, pecahnya pembuluh darah asinar)
Aktivasi enzim digestif
Tripsin
Fosfolipase A
Elastase lipase
Kimotripsin
Kolikrein
Autodigesti
Perubahan status kesehatan Nekrosis pankreas
Inflamasi & Edema Resiko infeksi
Kurang pengetahuan Nyeri
Imobilisasi
Pola nafas tidak efektif
Perubahan nutrisi Mual & Muntah
Defisit volume cairan
5
E. MANIFESTASI KLINIK
Nyeri abdomen yang hebat merupakan gejala utama pankreatitis yang
menyebabkan pasien datang ke rumah sakit. Rasa sakit dan nyeri tekan abdomen
yang disertai nyeri pada punggung terjadi akibat iritasi dan edema pada pankreas
yang mengalami inflamasi tersebut sehingga timbul rangsangan pada ujung-
ujung saraf. Peningkatan tekanan pada kapsul pankreas dan obstruksi duktus
pankreatikus juga turut menimbulkan rasa sakit.
Secara khas rasa sakit yang terjadi pada bagian tengah ulu hati
(midepigastrium). Awitannya sering bersifat akut dan terjadi 24-48 jam setelah
makan atau setelah mengkonsumsi minuman keras; rasa sakit ini dapat bersifat
menyebar dan sulit ditentukan lokasinya. Umumnya rasa sakit menjadi semakin
parah setelah makan dan tidak dapat diredakan dengan pemberian antasid. Rasa
sakit ini dapat disertai dengan distensi abdomen, adanya massa pada abdomen
yang dapat diraba tetapi batasnya tidak jelas dan dengan penurunan peristatis.
Rasa sakit yang disebabkan oleh pankreatitis sering disertai dengan muntah.
Pasien tampak berada dalam keadaan sakit berat defens muskuler teraba pada
abdomen.
Perut yang kaku atau mirip papan dapat terjadi dan merupakan tanda
yang fatal. Namun demikian abdomen dapat tetap lunak jika tidak terjadi
peritonitis. Ekimosis (memar) didaerah pinggang dan disekitar umbilikus
merupakan tanda yang menunjukkan adanya pankreatitis haemoragik yang berat.
Mual dan muntah umumnya dijumpai pada pankreatitis akut. Muntahan biasanya
6
berasal dari isi lambung tetapi juga dapat mengandung getah empedu. Gejala
panas, ikterus, konfusidan agitasi dapat terjadi.
Hipotensi yang terjadi bersifat khas dan mencerminkan keadaan
hipovolemia serta syok yang disebabkan oleh kehilangan sejumlah besar cairan
yang kaya protein, karena cairan ini mengalir kedalam jaringan dan rongga
peritoneum. Pasien dapat mengalami takikardia, sianosis dan kulit yang dingin
serta basah disamping gejala hipotensi. Gagal ginjal akut sering dijumpai pada
keadaan ini.
Gangguan pernafasan serta hipoksia lazim terjadi, dan pasien dapat
memperlihatkan gejala infiltrasi paru yang difus, dispnoe, tachipnoe dan hasil
pemeriksaan gas darah abnormal. Depresi miokard, hipokalsemia, hiperglikemia
dan koagulopati intravaskuler diseminata dapat pula terjadi pada pankreatitis
akut.
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Scan-CT: Menentukan luasnya edema dan nekrosis.
2. Ultrasound Abdomen: Dapat digunakan untuk mengidentifikasi inflamasi
pankreas, abses, pseudositis, karsinoma, dan obstruksi traktus bilier.
3. Endoskopi: Penggambaran duktus pankreas berguna untuk diagnosa fistula,
penyakit obstruksi bilier dan striktur/anomali duktus pankreas. Catatan:
prosedur ini dikontra indikasikan pada fase akut.
4. Aspirasi Jarum Penunjuk CT: Dilakukan untuk menentukan adanya infeksi.
7
5. Foto Abdomen: Dapat menunjukkan dilatasi lubang usus besar berbatasan
dengan pankreas atau faktor pencetus intra abdomen yang lain, adanya udara
bebas intra peritoneal disebabkan oleh perforasi atau pembekuan abses,
kalsifikasi pankreas.
6. Pemeriksaan Seri GI Atas: Sering menunjukkan bukti pembesaran
pankreas/inflamasi.
7. Amilase Serum: Meningkat karena obstruksi aliran normal enzim pankreas
(kadar normal tidak menyingkirkan penyakit).
8. Amilase Urine: Meningkat dalam 2-3 hari setelah serangan.
9. Lipase Serum: Biasanya meningkat bersama amilase, tetapi tetap tinggi lebih
lama.
10. Bilirubin Serum: Terjadi pengikatan umum (mungkin disebabkan oleh
penyakit hati alkoholik atau penekanan duktus koledokus).
11. Fosfatase Alkaline: Biasanya meningkat bila pankreatitis disertai oleh
penyakit bilier.
12. Albumin dan protein serum dapat meningkat (meningkatkan permeabilitas
kapiler dan transudasi cairan kearea ekstrasel).
13. Kalsium Serum: Hipokalsemi dapat terlihat dalam 2-3 hari setelah timbul
penyakit (biasanya menunjukkan nekrosis lemak dan dapat disertai nekrosis
pankreas).
8
14. Kalium: Hipokalemia dapat terjadi karena kehilangan dari gaster;
hiperkalemia dapat terjadi sekunder terhadap nekrosis jaringan, asidosis,
insufisiensi ginjal.
15. Trigliserida: Kadar dapat melebihi 1700 mg/dl dan mungkin agen penyebab
pankreatitis akut.
16. LDH/AST (SGOT): Mungkin meningkat lebih dari 15x normal karena
gangguan bilier dalam hati.
17. Darah lengkap: SDM 10.000-25.000 terjadi pada 80% pasien. Hb mungkin
menurun karena perdarahan. Ht biasanya meningkat (hemokonsentrasi)
sehubungan dengan muntah atau dari efusi cairan kedalam pankreas atau
area retroperitoneal.
18. Glukosa Serum: Meningkat sementara umum terjadi khususnya selama
serangan awal atau akut. Hiperglikemi lanjut menunjukkan adanya
kerusakan sel beta dan nekrosis pankreas dan tanda aprognosis buruk. Urine
analisa; amilase, mioglobin, hematuria dan proteinuria mungkin ada
(kerusakan glomerolus).
19. Feses: Peningkatan kandungan lemak (seatoreal) menunjukkan gagal
pencernaan lemak dan protein.
9
G. MANAJEMEN MEDIS
Tidak ada terapi yang diketahui dapat menghentikan siklus aktivasi
enzim pankreas dengan inflamasi dan nekrosis kelenjar. Tetapi definitif
ditujukan pada penyebab gangguan. Prioritas keperawatan dan medis untuk
penatalaksanaan pendukung dari pankreatitis akut termasuk sebagai berikut:
- Penggantian cairan dan elektrolit
Penggantian cairan menjadi prioritas utama dalam penanganan pankreatitis
akut. Larutan yang diperintahkan dokter untuk resusitasi cairan adalah koloid
atau ringer laktat. Namun dapat pula diberikan plasma segar beku atau
albumin. Tanpa memperhatikan larutan mana yang dipergunakan.
Penggantian cairan digunakan untuk memberikan perfusi pancreas yang hal
ini diduga mengurangi perkembangan keparahan rasa sakit. Ginjal juga tetap
dapat melakukan perfusi dan ini dapat mencegah terjadinya gagal ginjal akut.
Pasien dengan pankreatitis hemorragia kut selain mendapat terapi cairan
mungkin juga membutuhkan sel-sel darah merah untuk memulihkan volume.
Pasien dengan penyakit parah yang mengalami hipertensi, gagal memberikan
respon terhadap terapi cairan mungkin membutuhkan obat-obatan untuk
mendukung tekanan darah. Obat pilihannya adalah dopamin yang dapat
dimulai pada dosis yang rendah (2-5 ug/kg/menit). Keuntungan obat ini
adalah bahwa dosis rendah dapat menjaga perfusi ginjal sementara
mendukung tekanan darah. Pasien hipokalsemia berat ditempetkan pada
situasi kewaspdaan kejang dengan ketersediaan peralatan bantu nafas.
Perawat bertanggung jawab untuk memantau kadar kalsium, terhadap
10
pemberian larutan pengganti dan pengevaluasian respon pasien terhadap
kalsium yang diberikan. Penggantian kalsium harus didifusikan melalui aliran
sentral, karena infiltrasi perifer dapat menyebabkan nekrosis jaringan. Pasien
juga harus dipantau terhadap toksisitas kalsium. Hipomagnesemia juga dapat
timbul bersama hipokalsemia dan magnesium yang juga perlu mendapat
penggantian. Koreksi terhadap magnesium biasanya dibutuhkan sebelum
kadar kalsium menjadi normal. Kalium adalah elektrolit lain yang perlu
diganti sejak awal sebelum regimen pengobatan karena muntah yang
berhubungan dengan pangkreatitis akut. Kalium dalam jumlah yang
berlebihan juga terdapat dalam getah pankreas. Kalsium harus diberikan
dalam waktu lambat lebih dari satu jam lebih dengan menggunakan pompa
infus. Pada beberapa kasus, hiperglikemia dapat juga berhubungan dengan
dehidrasi atau ketidakseimbangan elektrolit lainnya. Mungkin diperintahkan
pemberian insulin lainnya dengan skala geser, insulin ini perlu diberikan
dengan hati-hati, karena kadar glukagon sementara pada pankreatitis akut.
- Pengistirahatan pankreas
Suction nasogastric digunakan pada kebanyakan pasien dengan pankreatitis
akut untuk menekan sekresi eksokrin pankreas dengan pencegahan pelepasan
sekretin dari duodenum. Mual, muntah, dan nyeri abdomen dapat juga
berkurang bila selang nasogastric ke suction lebih dini dalam perawatan.
Selang nasogastrik juga diperlukan pasien dengan illeus, distensi lambung
berat atau penurunan tingkat kesadaran untuk mencegah komplikasi akibat
aspirasi pulmoner. Puasa ketat (tak ada masukan peroral) harus dipertahankan
sampai nyeri abdomen reda dan kadar albumin serum kembali normal. 11
Namun parenteral total dianjurkan untuk pasien pankreatitis mendadak dan
parah yang tetap dalam status puasa jangka panjang dengan suction
nasogastrik dengan illeus paralitik, nyeri abdomen terus-menerus atau
komplikasi pankreas. Lipid tidak boleh diberikan karena dapat meningkatkan
kadar trigliserida lebih jauh dan memperburuk proses peradangan. Pada
pasien dengan pankreatitis ringan cairan peroral biasanya dapat dimulai
kembali dalam 3-7 hari dengan penggantian menjadi padat sesuai toleransi.
Status puasa yang diperpanjang dapat menyulitkan pasien. Perawatan mulut
yang sering dan posisi yang sesuai serta memberikan pelumasan pada selang
nasogastric menjadi penting dengan mempertahankan integritas kulit dan
memaksimalkan kenyamanan pasien. Dianjurkan tirah baring untuk
mengurangi laju metabolisme basal pasien. Hal ini selanjutnya akan
mengurangi rangsangan dari sekresi pankreas.
- Penatalaksanaan Nyeri
Analgesik diberikan untuk kenyamanan pasien maupun untuk mengurangi
rangsangan saraf yang diinduksi stress atau sekresi lambung dan pankreas.
Meferidan (dimerol) digunakan menggantikan morfin karena morfin dapat
menginduksi spasme sfingter oddi.
- Pencegahan Komplikasi
Karena sebab utama kematian adalah sepsis maka antibiotika diberikan.
Antasid biasanya diberikan untuk mengurangi pengeluaran asam lambung
dan duodenum dan resiko perdarahan sekunder terhadap gastritis atau
duodenitis.
12
- Diet
Tinggi kalori tinggi protein rendah lemak.
- Pemberian enzim pankreas: Pankreatin (viakose), pankrelipase (cotozym),
pankrease.
- Fiberoscopy dengan kanulisasi dan spingterotomi oddi.
- Intervensi bedah
Terapi bedah mungkin diperlukan dalam kasus pankreatitis akut yang
menyertai penyakit batu empedu. Jika kolesistisis atau obstruksi duktus
komunistidak memberikan respon terhadap terapi konservatif selama 48 jam
pertama, maka kolesistosyomi, koleastektimi atau dekompresi duktus
komunis.mungkin diperlukan untuk memperbaiki perjalanan klinik yang
memburuk secara progresif. Sering adanya kolesistisis gangrenosa atau
kolengitis sulit disingkirkan dalam waktu singkat dan intervensi yang dini
mungkin diperlukan, tetapi pada umumnya terapi konservatif dianjurkan
sampai pankreatitis menyembuh, dimana prosedur pada saluran empedu bisa
dilakukan dengan batas keamanan yang lebih besar.
H. MANAJEMEN KEPERAWATAN DAN PROSES KEPERAWATAN
Pengkajian
- Biodata
Pada biodata diperoleh data tentang nama, umur, jenis kelamin, tempat
tinggal, pekerjaan, pendidikan dan status perkawinan. Dimana beberapa
13
faktor tersebut dapat menempatkan klien pada resiko pada pankreatitis
akut.
- Keluhan Utama
Nyeri hampir selalu merupakan keluhan yang diberikan oleh pasien dan
nyeri dapat terjadi di epigastrium, abdomen bawah atau terlokalisir pada
daerah torasika posterior dan lumbalis. Nyeri bisa ringan atau parah atau
biasanya menetap dan tidak bersifat kram.
- Riwayat penyakit sekarang
Riwayat kesehatan juga mencakup pengkajian yang tetap tentang nyeri,
lokasi, durasi, faktor-faktor pencetus dan hubungan nyeri dengan
makanan, postur, minum alkohol, anoreksia, dan intoleransi makanan.
- Riwayat penyakit lalu
• Kaji apakah pernah mendapat intervensi pembedahan seperti
colecystectomy, atau prosedur diagnostik seperti EKCP. Kaji apakah
pernah menderita masalah medis lain yang menyebabkan pankreatitis
meliputi :
- Ulkus peptikum
- Gagal ginjal
- Vaskular disorder
- Hypoparathyroidism
- Hyperlipidemia
• Kaji apakah klien pernah mengidap infeksi virus dan buat catatan obat-
obatan yang pernah digunakan.
14
- Riwayat kesehatan keluarga
Kaji riwayat keluarga yang mengkonsumsi alkohol, mengidap pankreatitis
dan penyakit biliaris.
- Pengkajian psikososial
Penggunaan alkohol secara berlebihan adalah hal yang paling sering
menyebabkan pankreatitis akut. Perlu dikaji riwayat penggunaan alkohol
pada klien, kapan paling sering klien mengkonsumsi alkohol. Kaji apakah
klien pernah mengalami trauma seperti kemtian anggota keluarga,
kehilangan pekerjaan yang berkontribusi terhadap peningkatan
penggunaan alkohol.
- Pola aktivitas
Klien dapat melaporkan adanya steatorea (feses berlemak), juga penurunan
berat badan, mual, muntah. Pastikan karakteristik dan frekuensi buang air
besar. Perlu mengkaji status nutrisi klien dan cacat faktor yang dapat
menurunkan kebutuhan nutrisi.
Pemeriksaan Fisik
a. Tanda-tanda vital
Kaji adanya peningkatan temperatur, takikardi, dan penurunan tekanan
darah. Demam merupakan gejala yang umum biasanya (dari 39° C).
Demam berkepanjangan dapat menandakan adanya komplikasi
gastrointestinal dari penyakit seperti peritonitis, kolesistitis atau absese
intra abdomen.
15
b. Sistem gastrointestinal
Pada pemeriksaan fisik ditemukan nyeri abdomen. Juga terdapat distensi
abdomen bagian atas dan terdengar bunyi timpani. Bising usus menurun
atau hilang karena efek proses peradangan dan aktivitas enzim pada
motilitas usus. Hal ini memperberat ketidakseimbangan cairan pada
penyakit ini. Pasien dengan penyakit pankreatitis yang parah dapat
mengalami asites, ikterik dan teraba massa abdomen.
c. Sistem cardiovascular
Efek sistemik lainnya dari pelepasan kedalam sirkulasi adalah vasodilatasi
perifer yang pada gilirannya dapat menyebabkan hipotensi dan syok.
Penurunan perfusi pankreas dapat menyebabkan penurunan faktor
depresan miokardial (MDF). Faktor depresan miokardial diketahui dapat
menurunkan kontraktilitas jantung. Seluruh organ tubuh kemudian
terganggu.
d. Sistem sirkulasi
Resusitasi cairan dini dan agresif diduga dapat mencegah pelepasan MDF.
Aktivasi tripsin diketahui dapat mengakibatkan abnormalitas dalam
koagulitas darah dan lisis bekuan. Koagulasi intravaskular diseminata
dengan keterkaitan dengan gangguan perdarahan selanjutnya dapat
mempengaruhi keseimbangan cairan.
e. Sistem respirasi
Pelepasan enzim-enzim lain (contoh fosfolipase) diduga banyak
menyebabkan komplikasi pulmonal yang berhubungan dengan pankretitis
16
akut. Ini termasuk hipoksemia arterial, atelektasis, efusi pleural,
pneumonia, gagal nafas akut, dan sindroma distress pernafasan akut.
f. Sistem metabolisme
Komplikasi metabolik dari pankreatitis akut termasuk hipokalsemia dan
hiperlipidemia yang diduga berhubungan dengan daerah nekrosis lemak
disekitar daerah pankreas yang meradang. Hiperglikemia dapat timbul dan
disebabkan oleh respon terhadap stress. Kerusakan sel-sel inset langerhans
menyebabkan hiperglikemia refraktori. Asidosis metabolik dapat
diakibatkan oleh hipoperfusi dan aktivasi hipermetabolik anaerob.
g. Sistem urinary
Oliguria, azotemia atau trombosis vena renalis bisa menyebabkan gagal
ginjal.
h. Sistem neurologi
Kaji perubahan tingkah laku dan sensori yang dapat berhubungan dengan
penggunaan alkohol atau indikasi hipoksia yang disertai syok.
i. Sistem integumen
Membran mukosa kering, kulit dingin dan lembab, sianosis yang dapat
mencerminkan dehidrasi ringan sampai sedang akibat muntah atau
sindrom kebocoran kapiler. Perubahan warna keunguan pada panggul
(tanda turney grey) atau pada area periumbilikus (tanda cullen) terjadi
pada nekrosis hemoragik yang luas.
17
I. DIAGNOSA DAN INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Nyeri Berhubungan Dengan Proses Inflamasi
Tujuan: Nyeri hilang atau terkontrol
Kriteria Standar: Pasien menyatakan nyeri hilang/terkontrol. Pasien
mengikuti program terapeutik menunjukkan metode mengurangi nyeri
Intervensi dan Rasional:
1. Selidiki keluhan verbal nyeri, lihat lokasi dan intensitas khusus (skala 0 -
10). Catat faktor-faktor yang meningkatkan dan mengurangi nyeri.
Rasional: Pengkajian dan pengendalian rasa nyeri sangat penting karena
kegelisahan pasien meningkatkan metabolisme tubuh yang akan
menstimulasi sekresi enzim-enzim pankreas dan lambung.
2. Pertahankan tirah baring selama serangan akut. Berikan lingkungan yang
tenang.
Rasional: Menurunkan laju metabolik dan rangsangan/ sekresi GI
sehingga menurunkan aktivitas pankreas.
3. Ajarkan teknik distraksi relaksasi.
Rasional: Mengalihkan perhatian dapat meningkatkan ambang nyeri/
mengurangi nyeri.
4. Pertahankan lingkungan bebas lingkungan berbau.
Rasional: Rangsangan sensori dapat mengaktifkan enzim pankreas,
meningkatkan nyeri.
5. Kolaborasi pemberian analgesik narkotik, contoh meferidin (demerol).
Rasional: Meferidin biasanya efektif pada penghilangan nyeri.
18
6. Siapkan untuk intervensi bedah bila diindikasikan.
Rasional: Bedah eksplorasi mungkin diperlukan pada adanya nyeri/
komplikasi yang tak hilang pada trakts billier.
Evaluasi:
Klien:
- Mengungkapkan bahwa rasa nyerinya berkurang
- Memperlihatkan lebih rileks dan nyaman
2. Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Berhubungan Dengan Mual Muntah
Tujuan: Kebutuhan nutrisi klien terpenuhi setelah dilakukan intervensi
keperawatan selama 2×24 jam.
Kriteria Standar: Menunjukkan peningkatan berat badan. Tidak mengalami
malnutrisi.
Intervensi dan Rasional:
1. Kaji abdomen, catat adanya/ karakter bising usus, distensi abdomen dan
keluhan mual.
Rasional: Distensi usus dan atoni usus sering terjadi, mengakibatkan
penurunan/ tak adanya bising usus.
2. Berikan perawatan oral hygiene
Rasional: Menurunkan rangsangan muntah.
3. Bantu pasien dalam pemilihan makanan/ cairan yang memenuhi
kebutuhan nutrisi dan pembatasan bila diet dimulai.
Rasional: Kebiasaan diet sebelumnya mungkin tidak memuaskan pada
pemenuhan kebutuhan saat ini untuk regenerasi jaringan dan
penyembuhan.
19
4. Observasi warna/ konsistensi/ jumlah feses. Catat konsistensi lembek/
bau busuk.
Rasional: Steatorea terjadi karena pencernaan lemak tak sempurna.
5. Tes urine untuk gula dan aseton.
Rasional: Deteksi dini pada penggunaan glukosa tak adekuat dapat
mencegah terjadinya ketoasidosis.
6. Kolaborasikan pemberian vitamin ADEK.
Rasional: Kebutuhan penggantian seperti metabolisme lemak terganggu,
penurunan absorbsi/ penyimpangan vitamin larut dalam lemak.
7. Kolaborasikan pemberian trigliserida rantai sedang (contoh : MCT,
portagen).
Rasional: MCT memberikan kalori/ nutrien tambahan yang tidak
memerlukan enzim pankreas untuk pencernaan/ absorbsi.
Evaluasi:
Klien:
- Memperlihatkan peningkatan berat badan yang baik
- Mentoleransi diet seimbang
3. Defisit Volume Cairan Berhubungan Dengan Diaphoresis, Mual,
Muntah
Tujuan: Volume cairan tubuh pasien terpenuhi setelah dilakukan intervensi
keperawatan selama 1×24 jam.
Kriteria Standar: Mempertahankan hidarasi kuat, tanda-tanda vital adekuat.
20
Intervensi dan Rasional:
1. Awasi tekanan darah dan ukur CVP bila ada.
Rasional: Penurunan curah jantung/ perfusi organ buruk sekunder
terhadap episode hipotensi dapat mencetuskan luasnya komplikasi
sistemik.
2. Ukur masukan dan keluaran cairan termasuk muntah atau aspirasi gaster,
diare.
Rasional: Indikator kebutuhan penggantian/ keefektifan terapi.
3. Timbang berat badan sesuai dengan indikasi.
Rasional: Penurunan berat badan menunjukkan hipovolemia.
4. Observasi dan catat edema perifer dan dependen.
Rasional: Perpindahan cairan atau edema terjadi sebagai akibat
peningkatan permeabilitas vaskuler, retensi natrium, dan penurunan
tekanan koloid pada kompartemen intravaskuler.
5. Auskultasi bunyi jantung, catat frekuensi dan irama.
Rasional: Perubahan jantung/ disritmia dapat menunjukkan hipovolemia
dan/ketidakseimbangan elektrolit, umumnya hipokalemia/ hipokalsemia.
6. Kolaborasi pemberian cairan sesuai indikasi contoh cairan garam faal,
albumin, produk darah/ darah, dekstran.
Rasional: Cairan garam faal dan albumin dapat digunakan untuk
mengikatkan mobilisasi cairan kembali kedalam area vaskuler.
21
Evaluasi:
Klien menunjukkan:
- Tanda vital yang stabil
- Elektrolit dalam batas normal
- Turgor kulit adekuat
- Masukan dan haluaran seimbang
4. Pola Pernafasan Yang Tidak Efektif Berhubungan Dengan Imobilisasi
Akibat Rasa Nyeri Yang Hebat, Infiltrat Pulmoner, Efusi Pleura, Dan
Atelektasis
Tujuan: Perbaikan fungsi respiratorius.
Kriteria Standar: Setelah dilakukan perawatan selama 1×24 jam pola
pernafasan klien kembali normal.
Intervensi dan Rasional:
1. Kaji status pernafasan (frekuensi, pola, suara nafas) pulsa oksimetri dan
gas darah arteri.
Rasional: Pankreatitis akut menyebabkan edema retroperitonial, elevasi
diafragma, efusi pleura dan ventilasi paru tidak adekuat.
2. Pertahankan posisi semi fowler.
Rasional: Penurunan tekanan pada diafragma dan memungkinkan
ekspansi paru yang lebih besar.
3. Beritahukan dan dorong pasien untuk melakukan nafas dalam dan batuk
setiap jam sekali.
Rasional: Menarik nafas dalam dan batuk akan membersihkan saluran
nafas dan mengurangi atelektasis.
22
4. Bantu pasien membalik tubuh dan mengubah posisi tiap 2 jam sekali.
Rasional: Pengubahan posisi sering membantu aerasi dan drainase semua
lobus paru.
Evaluasi:
Klien:
- Memperlihatkan frekuensi pernafasan normal
- Melakukan laihan nafas dalam yang tepat
- Memperlihatkan bunyi nafas yang normal
5. Resiko Infeksi Berhubungan Dengan Immobilisasi, Proses Inflamasi,
Akumulasi Cairan.
Tujuan: Setelah diadakan intervensi keperawatan klien tidak mengalami
infeksi/infeksi tidak terjadi.
Kriteria Standar:
§ Meningkatkan waktu penyembuhan.
§ Klien bebas infeksi.
§ Berpartisipasi pada aktifitas untuk mengurangi resiko nyeri.
Intervensi dan Rasional:
1. Gunakan teknik aseptik ketat bila mengganti balutan bedah atau bekerja
dengan infus kateter/selang, drain. Ganti balutan dengan cepat.
Rasional: Membatasi sumber infeksi dimana dapat menimbulkan sepsis
pada pasien.
2. Tekankan pentingnya mencuci tangan dengan baik.
Rasional: Menurunkan resiko kontaminasi silang.
23
3. Observasi frekuensi dan karakteristik pernapasan, bunyi napas. Catat
adanya batuk dan produksi sputum.
Rasional: Akumulasi cairan dan keterbatasan mobilitas mencetuskan
infeksi pernapasan dan atelektasis.
4. Observasi tanda infeksi seperti demam dan distress pernapasan.
Rasional: Mendeteksi dini terjadinya infeksi pada pasien.
Evaluasi:
Klien menunjukkan:
- Kondisi afebris
- Penyembuhan luka adekuat
- Jaringan di sekitar luka bersih, kering, dan utuh
- Paru-paru besih
- Tidak adanya tanda infeksi pada urine
6. Defisit Pengetahuan Tentang Kondisi, Prognosis Dan Kebutuhan
Pengobatan.
Tujuan: Klien memahami tentang proses penyakit dan prognosanya setelah
dilakukan penyuluhan kesehatan.
Kriteria Standar:
§ Memahami proses penyakit dan prognosanya.
§ Melakukan perubahan pola hidup dan berpartisipasi dalam program
pengobatan.
24
Intervensi dan Rasional:
1. Kaji ulang penyebab khusus terjadinya episode dan prognosis.
Rasional: Memberikan dasar pengetahuan dimana pasien dapat membuat
pilihan informasi.
2. Diskusi penyebab lain/faktor yang berhubungan. Contoh: Masukan
alkohol berlebihan, penyakit kandung empedu, ulkus duodenum,
hiperlipidemia dan beberapa obat (contoh: kontrasepsi oral, tiazid, lasix).
Rasional: Penghindaran dapat membantu membatasi kerusakan dan
mencegah terjadinya kondisi kronis.
3. Anjurkan menghentikan merokok.
Rasional: Nikotin merangsang sekresi gaster dan aktivitas pankreas yang
tak perlu.
4. Diskusikan tanda dan gejala DM. Contoh: Polidipsia, poliuria,
kelemahan, penurunan berat badan.
Rasional: Kerusakan sel beta dapat mengakibatkan gangguan produksi
insulin sementara atau permanen.
Evaluasi:
- Klien dapat memahami proses penyakit yang dialaminya
- Klien ikut serta dalam rencana pengobatan dan mengungkapkan keinginan
untuk menjalankan rencana setelah keluar
25
Daftar Pustaka
Sudoyo, Aru W. dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat Penerbitan
Ilmu Penyakit Dalam FKUI
Price, Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit.
Jakarta: EGC.
Inayah, Iin. 2004. Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan Sistem
Pencernaan. Jakarta: Salemba Medika.
http://www.scribd.com/doc/Pankreatitis
26