Askep Gastritis 1

64
BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pada tahun 2004 penyakit gastritis menempati urutan ke-9 dari 50 peringkat utama pasien rawat jalan di rumah sakit seluruh indonesia dengan jumlah kasus 218.500 (Depkes RI, 2004). Dari berbagai penelitian berbasis populasi (systematic review of population-based study) menyimpulkan angka bervariasi dari 11-41%. Jika keluhan terbakar di ulu hati dikeluarkan maka angkanya berkisar 4-14%. Keluhan dispepsia merupakan keadaan klinis yang sering dijumpai dalam praktek sehari – hari. Diperkirakan hampir 30% kasus pada praktek umum dan 60% pada praktek gastroenterologis merupakan kasus dispepsia. (Farida, 2010). Di Indonesia menunjukkan prevalensi 36-41% dengan usia termuda adalah 5 bulan. Pada kelompok usia muda dibawah 5 tahun, 5,3-15,4% telah terinfeksi, dan diduga infeksi pada usia dini berperan sebagai faktor resiko timbulnya degenerasi maligna pada usia yang lebih lanjut. Asumsi ini perlu diamati lebih lanjut, karena kenyataannya prevalensi kanker lambung di 1

description

DIARE

Transcript of Askep Gastritis 1

Page 1: Askep Gastritis 1

BAB 1

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Pada tahun 2004 penyakit gastritis menempati urutan ke-9 dari 50

peringkat utama pasien rawat jalan di rumah sakit seluruh indonesia

dengan jumlah kasus 218.500 (Depkes RI, 2004).

Dari berbagai penelitian berbasis populasi (systematic review of

population-based study) menyimpulkan angka bervariasi dari 11-41%. Jika

keluhan terbakar di ulu hati dikeluarkan maka angkanya berkisar 4-14%.

Keluhan dispepsia merupakan keadaan klinis yang sering dijumpai dalam

praktek sehari – hari. Diperkirakan hampir 30% kasus pada praktek umum

dan 60% pada praktek gastroenterologis merupakan kasus dispepsia.

(Farida, 2010).

Di Indonesia menunjukkan prevalensi 36-41% dengan usia

termuda adalah 5 bulan. Pada kelompok usia muda dibawah 5 tahun, 5,3-

15,4% telah terinfeksi, dan diduga infeksi pada usia dini berperan sebagai

faktor resiko timbulnya degenerasi maligna pada usia yang lebih lanjut.

Asumsi ini perlu diamati lebih lanjut, karena kenyataannya prevalensi

kanker lambung di Indonesia relatif rendah, demikian pula prevalensi

tukak peptik. Agaknya selain faktor bakteri, faktor pejamu dan faktor

lingkungan yang berbeda akan menentukan terjadinya kelainan patologis

akibat infeksi (Farida, 2010 b).

Secara umum telah diketahui bahwa infeksi Helicobacter pylori

merupakan masalah global, tetapi mekanisme transmisi apakah oral atau

fekal oral belum diketahui dengan pasti. Studi di Indonesia menunjukkan

adanya hubungan antara tingkat sanitasi lingkungan dengan prevalensi

infeksi Helicobacter pylori, sedangkan data diluar negeri menunjukkan

hubungan antara infeksi dengan penyediaan atau sumber air minum

(Farida, 2010 a).

1

Page 2: Askep Gastritis 1

Data penelitian klinis di Indonesia menunjukkan bahwa prevalensi

tukak peptik pada pasien dispepsia di Jakarta yang telah diendoskopi

berkisar antara 5,78%. Sedangkan di Medan sekitar 16,91%. Pada

kelompok pasien dispepsia non ulkus, prevalensi dari infeksi H.pylori

yang dilaporkan berkisar antara 20 – 40% , dengan metoda diagnostik

yang berbeda yaitu serologi, kultur dan histopatologi. Angka tersebut

memberi gambaran bahwa pada infeksi di Indonesia tidak terjadi pada usia

dini tetapi pada usia yang lebih lanjut tidak sama dengan pola negara

berkembang lain seperti di Afrika. Tingginya prevalensi infeksi dalam

masyarakat tidak sesuai dengan prevalensi penyakit saluran cerna bagian

atas ( SCBA ) seperti tukak peptik ataupun karsinoma lambung.

Diperkirakan hanya sekitar 10 -20% saja yang kemudian menimbulkan

penyakit gastroduodenal (Farida, 2010).

Gastritis dapat terjadi secara mendadak (gastritis akut) atau bisa

terjadi perlahan-lahan dari waktu ke waktu (gastritis kronis). Dalam

beberapa kasus, gastritis dapat menyebabkan bisul ( ulkus )pada lambung

dan peningkatan risiko kanker perut. Bagi kebanyakan orang, gastritis

tidaklah serius dan dapat dengan cepat mereda bahkan sembuh dengan

pengobatan.

2. Ruang Lingkup

Dalam penulisan ini, penulis membatasi masalah pada satu pasien

saja yaitu “Asuhan Keperawatan pada Tn.WD Dengan Gangguan Sistem

Pencernaan Gastritis Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah

Kabupaten Mandailing Natal.

3. Tujuan Penulisan

3.1. Tujuan Umum

Untuk menerapkan gambaran dalam pelaksanaan Asuhan Keperawatan

pada Tn.K Dengan Gangguan Sistem Pencernaan Gastritis Di Ruang

Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Mandailing Natal.

2

Page 3: Askep Gastritis 1

3.2. Tujuan Khusus

a. Mampu melaksanakan Pengkajian Asuhan Keperawatan pada Tn.K

Dengan Gangguan Sistem Pencernaan Gastritis Di Ruang Rawat Inap

Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Mandailing Natal.

b. Mampu merumuskan Diagnosa Keperawatan Keperawatan pada Tn.K

Dengan Gangguan Sistem Pencernaan Gastritis Di Ruang Rawat Inap

Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Mandailing Natal.

c. Mampu menyusun rencana Asuhan Keperawatan pada Tn.K Dengan

Gangguan Sistem Pencernaan Gastritis Di Ruang Rawat Inap Rumah

Sakit Umum Daerah Kabupaten Mandailing Natal.

d. Mampu melaksanakn Asuhan Keperawatan pada Tn.K Dengan

Gangguan Sistem Pencernaan Gastritis Di Ruang Rawat Inap Rumah

Sakit Umum Daerah Kabupaten Mandailing Natal.

e. Mampu mengevaluasi tindakan keperawatan Keperawatan pada Tn.K

Dengan Gangguan Sistem Pencernaan Gastritis Di Ruang Rawat Inap

Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Mandailing Natal.

4. Metode Penulisan

a. Studi Keperpustakaan

Membaca dan mempelajari daftar referensi yang berhubungan

dengan kasus penulisan.

b. Studi Kasus

Mengadakan pengamatan secara langsung/melaksanakan Asuhan

Keperawatan langsung kepada pasien melalui :

Wawancara : Yaitu dengan melakukan wawancara langsung dengan

pasien asuhan keperawatan di ruangan untuk memperoleh keterangan yang

jelas.

Observasi : Yaitu mengumpulkan data dan informasi dengan

melakukan tanya jawab kepada pasien dan keluarga pasien.

Pemeriksaan fisik terdiri dari :

1) Inspeksi (melihat)

2) Palpasi (meraba)

3

Page 4: Askep Gastritis 1

3) Perkusi (mengetuk)

4) Auskultasi (Mendengar)

Dokumentasi : Yaitu dengan mempelajari data pasien dan catatan

perawatan dan catatan dokter yang ada dalam status pasien.

4

Page 5: Askep Gastritis 1

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

1. Konsep dasar Gastritis

A. Definisi

Gastritis atau lebih dikenal sebagai maag berasal dari bahasa yunani

yaitu gastro, yang berarti perut/lambung dan itis yang berarti

inflamasi/peradangan. Gastritis adalah inflamasi dari mukosa lambung (Kapita

Selekta Kedokteran, Edisi Ketiga , 1999). Gastritis adalah segala radang

mukosa lambung. Gastritis merupakan suatu keadaan peradangan atau

perdarahan mukosa lambung yang dapat bersifat akut, kronis, difus atau local

(Sylvia A Price, 2006).

Berdasarkan berbagai pendapat tokoh diatas, gastritis dapat juga

diartikan sebagai suatu proses inflamasi pada lapisan mukosa dan submukosa

lambung dan secara hispatologi dapat dibuktikan dengan adanya infiltrasi sel-

sel radang pada daerah tersebut. Gastritis bukan merupakan penyakit tunggal,

tetapi terbentuk dari beberapa kondisi yang kesemuanya itu mengakibatkan

peradangan pada lambung. Biasanya, peradangan tersebut merupakan akibat

dari infeksi oleh bakteri yang sama dengan bakteri yang dapat mengakibatkan

borok di lambung yaitu Helicobacter pylori. Peradangan ini mengakibatkan

sel darah putih menuju ke dinding lambung sebagai respon terjadinya kelainan

pada bagian tersebut.

B. Klasifikasi

Gastritis menurut jenisnya terbagi menjadi 2, yaitu: (David Ovedorf, 2002)

1) Gastritis akut

Disebabkan oleh mencerna asam atau alkali kuat yang dapat

menyebabkan mukosa menjadi gangren atau perforasi. Gastritis akut

dibagi menjadi dua garis besar yaitu :

a. Gastritis eksogen akut, biasanya disebabkan oleh faktor-faktor dari

luar, seperti bahan kimia. Misalnya lisol, alkohol, merokok, kafein

lada, steroid, mekanis iritasi bakterial, obat analgetik, anti inflamasi

5

Page 6: Askep Gastritis 1

terutama aspirin (aspirin yang dosis rendah sudah dapat menyebabkan

erosi mukosa lambung).

b. Gastritis endogen akut, adalah gastritis yang disebabkan oleh kelainan

badan.

2) Gastritis Kronik

Inflamasi lambung yang lama, dapat disebabkan oleh ulkus

benigna atau maligna dari lambung, atau oleh bakteri Helicobacter pylory.

Gastritis kronik dikelompokkan lagi dalam 2 tipe yaitu tipe A dan tipe B.

Dikatakan gastritis kronik tipe A jika mampu menghasilkan imun sendiri.

Tipe ini dikaitkan dengan atropi dari kelenjar lambung dan penurunan

mukosa. Penurunan pada sekresi gastrik mempengaruhi produksi antibodi.

Anemia pernisiosa berkembang pada proses ini. Gastritis kronik tipe B

lebih lazim. Tipe ini dikaitkan dengan infeksi Helicobacter pylori yang

menimbulkan ulkus pada dinding lambung.

C. Etiologi

Penyebab dari Gastritis dapat dibedakan sesuai dengan klasifikasinya

sebagai berikut :

1) Gastritis Akut

Penyebabnya adalah stres psikologi, obat analgetik, anti inflamasi

terutama aspirin (aspirin yang dosis rendah sudah dapat menyebabkan

erosi mukosa lambung), makanan, bahan kimia misalnya lisol, alkohol,

merokok, kafein lada, steroid dan digitalis.

2) Gastritis Kronik

Penyebab dan patogenesis pada umumnya belum diketahui,

biasanya disebabkan oleh ulkus benigna atau maligna dari lambung

Helicobacter pylori. Gastritis ini merupakan kejadian biasa pada orang tua,

tapi di duga pada peminum alkohol, dan merokok.

6

Page 7: Askep Gastritis 1

D. Patofisiologi

1) Gastritis Akut

Pengaruh efek samping obat-obat NSAIDs atau Non-Steroidal Anti

Inflamatory Drug seperti aspirin juga dapat menimbulkan gastritis. Obat

analgesik anti inflamasi nonsteroid (AINS) seperti aspirin, ibuproven dan

naproxen dapat menyebabkan peradangan pada lambung dengan cara

mengurangi prostaglandin yang bertugas melindungi dinding lambung.

Jika pemakaian obat-obat tersebut hanya sesekali maka

kemungkinan terjadinya masalah lambung akan kecil. Tapi jika

pemakaiannya dilakukan secara terus menerus atau pemakaian yang

berlebihan dapat mengakibatkan gastritis dan peptic ulcer. Pemberian

aspirin juga dapat menurunkan sekresi bikarbonat dan mukus oleh

lambung, sehingga kemampuan faktor defensif terganggu.

Alkohol berlebih, terlalu sering memakan makanan yang

mengandung nitrat (bahan pengawet) atau terlalu asam (cuka), kafein

seperti pada teh dan kopi serta kebiasaan merokok dapat memicu

terjadinya gastritis. Karena bahan-bahan tersebut bila terlalu sering kontak

dengan dinding lambung akan memicu sekresi asam lambung berlebih

sehingga dapat mengikis lapisan mukosa lambung.

Kemudian stress psikologis maupun fisiologis yang lama dapat

menyebabkan gastritis. Stress seperti syok, sepsis, dan trauma

menyebabkan iskemia mukosa lambung. Iskemia mukosa lambung

mengakibatkan peningkatan permeabilitas mukosa akibatnya terjadi difusi

balik H+ ke dalam mukosa. Mukosa tidak mampu lagi menahan asam

berlebih menyebabkan edema lalu rusak

2) Gastritis Kronik

Gastritis kronis dapat diklasifikasikan tipe A atau tipe B. Tipe A

(sering disebut sebagai gastritis autoimun) diakibatkan dari perubahan sel

parietal, yang menimbulkan atropi dan infiltrasi sel. Hal ini dihubungkan

dengan penyakit otoimun, seperti anemia pernisiosa dan terjadi pada

fundus atau korpus dari lambung.

7

Page 8: Askep Gastritis 1

Tipe B (kadang disebut sebagai gastritis H. pylory) Ini

dihubungkan dengan bakteri H. pylory, faktor diet seperti minum panas

atau pedas, penggunaan obat-obatan dan alkohol, merokok atau refluks isi

usus kedalam lambung. H. Pylori termasuk bakteri yang tidak tahan asam,

namun bakteri jenis ini dapat mengamankan dirinya pada lapisan mukosa

lambung. Keberadaan bakteri ini dalam mukosa lambung menyebabkan

lapisan lambung melemah dan rapuh sehingga asam lambung dapat

menembus lapisan tersebut.

Dengan demikian baik asam lambung maupun bakteri

menyebabkan luka atau tukak. Sistem kekebalan tubuh akan merespon

infeksi bakteri H. Pylori tersebut dengan mengirimkan butir-butir leukosit,

selT-killer, dan pelawan infeksi lainnya. Namun demikian semuanya tidak

mampu melawan infeksi H. Pylori tersebut sebab tidak bisa menembus

lapisan lambung.

Akan tetapi juga tidak bisa dibuang sehingga respons kekebalan

terus meningkat dan tumbuh. Polymorph mati dan mengeluarkan senyawa

perusak radikal superoksida pada sel lapisan lambung. Nutrisi ekstra

dikirim untuk menguatkan sel leukosit, namun nutrisi itu juga merupakan

sumber nutrisi bagi H. Pylori. Akhirnya, keadaan epitel lambung semakin

rusak sehingga terbentuk ulserasi superfisial dan bisa menyebabkan

hemoragi (perdarahan). Dalam beberapa hari gastritis dan bahkan tukak

lambung akan terbentuk.

8

Page 9: Askep Gastritis 1

E. Manifestasi Klinis

1) Gastritis Akut

a. Anoreksia

b. Mual

c. Muntah

d. Nyeri epigastrum

e. Perdarahan saluran cerna pada Hematemasis melena, tanda lebih lanjut

yaitu anemia.

2) Gastritis Kronik

Pada tipe A, biasanya asimtomatik, klien tidak mempunyai

keluhan. Namun pada gastritis tipe B, pasien biasanya mengeluh :

a. Nyeri ulu hati

9

Page 10: Askep Gastritis 1

b. Anorexia

c. Nausea

d. Anemia

F. Pemeriksaan Penunjang

Adapun pemeriksaan penunjang gastritis menurut Hudak dan Gallo, 1996,

seperti di bawah ini :

1) Nilai haemoglobin dan hematokrit untuk menentukan adanya anemia

akibat perdarahan.

2) Kadar serum gastrin rendah atau normal, atau meninggi pada gastritis

kronik yang berat.

3) Pemeriksaan rontgen dengan sinar X barium untuk melihat kelainan

mukosa lambung.

4) Endoskopi dengan menggunakan gastrocopy untuk melihat kelainan

mukosa lambung.

5) Pemeriksaan asam lambung untuk mengetahui ada atau tidak peningkatan

asam lambung

6) Pemeriksaan darah untuk memeriksa apakah terdapat H. Pylori dalam

darah. Hasil tes yang positif menunujukkan bahwa pasien pernah kontak

dengan bakteri pada suatu waktu dalam hidupnya tapi itu tidak

menunjukkan bahwa pasien tersebut terkena infeksi. Tes darah dapat juga

dilakukan untuk memeriksa anemia yang terjadi akibat perdarahan

lambung karena gastritis.

7) Pemeriksaan feses tes ini untuk memeriksa apakah terdapat bakteri H.

Pylori dalam feses atau tidak. Hasil yang positif dapat mengindikasikan

terjadinya infeksi. Pemeriksaan juga dilakukan terhadap adanya darah

dalam feses. Hal ini menunjukkan adanya pendarahan dalam lambung.

8) Analisa lambung tes ini untuk mengetahui sekresi asam dan merupakan

tekhnik penting untuk menegakkan diagnosis penyakit lambung. Suatu

tabung nasogastrik dimasukkan ke dalam lambung dan dilakukan aspirasi

isi lambung puasa untuk dianalisis. Analisis basal mengukur BAO( basal

acid output) tanpa perangsangan. Uji ini bermanfaat untuk menegakkan

10

Page 11: Askep Gastritis 1

diagnosis sindrom Zolinger- Elison (suatu tumor pankreas yang

menyekresi gastrin dalam jumlah besar yang selanjutnya akan

menyebabkan asiditas nyata).

G. Penatalaksanaan

Pengobatan gastritis meliputi :

1) Mengatasi kedaruratan medis yang terjadi.

2) Mengatasi atau menghindari penyebab apabila dapat dijumpai.

3) Pemberian obat-obat antasid atau obat-obat ulkus lambung yang lain

(Soeparman,1999)

Pada gastritis, penatalaksanaanya dapat dilakukan dengan (medis

dan non medis), yaitu sebagai berikut

1) Gastritis Akut

a. Intruksikan pasien untuk menghindari alkohol.

b. Bila pasien mampu makan melalui mulut, anjurkan diet mengandung gizi.

c. Bila gejala menetap, cairan perlu diberi secara parenteral.

d. Bila perdarahan terjadi, lakukan penatalaksanaan untuk hemoragi saluran

gastrofestinal.

e. Untuk menetralisir asam gunakan antasida umum.

f. Untuk menetralisir alkhali gunakan jus lemon encer atau cuka encer.

g. Pembedahan darurat mungkin diperlukan untuk mengangkat gangren atau

perforasi.

h. Jika gastritis terjadi akibat menelan basa kuat, gunakan sari buah jeruk

yang encer atau cuka yang di encerkan.

i. Reaksi lambung diperlukan untuk mengatasi obstruksi polirus.

2) Gastritis Kronik

a. Dapat diatasi dengan memodifikasi diet pasien, diet makan lunak

diberikan sedikit tapi lebih sering.

b. Mengurangi stress

c. H.pylori diatasi dengan antibiotik (seperti tetraciklin ¼, amoxillin) dan

gram bismuth (pepto-bismol).

11

Page 12: Askep Gastritis 1

H. Komplikasi

1) Perdarahan saluran cerna bagian atas berupa hematimesis dan melena yang

dapat berakhir sebagai syok hemoragie.

2) Ulkus peptikum, perforasi dan anemia karena gangguan absorbsi vitamin

B12 (Mansjoer, Arief 1999)

2. Asuhan Keperawatan

A. Pengkajian

1. Anamnese meliputi :

1) Nama :

2) Usia : lebih banyak pada anak-anak

3) Jenis kelamin : lebih banyak laki-laki

4) Jenis pekerjaan : tidak dipengaruhi jenis pekerjaan

5) Alamat : -

6) Suku/bangsa : Indonesia

7) Agama : islam

8) Tingkat pendidikan : bagi orang yang tingkat pendidikan rendah/minim

mendapatkan pengetahuan tentang gastritis, maka akan menganggap remeh

penyakit ini, bahkan hanya menganggap gastritis sebagai sakit perut biasa

dan akan memakan makanan yang dapat menimbulkan serta memperparah

penyakit ini.

9) Riwayat sakit dan kesehatan

a. Keluhan utama : Nyeri di ulu hati dan perut sebelah kanan

bawah.\

b. Riwayat penyakit saat ini : Meliputi perjalan penyakitnya, awal dari gejala

yang dirasakan klien, keluhan timbul dirasakan secara mendadak atau

bertahap, faktor pencetus, upaya untuk mengatasi masalah tersebut.

c. Riwayat penyakit dahulu : Meliputi penyakit yang berhubungan dengan

penyakit sekarang, riwayat dirumah sakit, dan riwayat pemakaian obat.

2. Pemeriksaan fisik, yaitu Review of system (ROS)

Keadaan umum : tampak kesakitan pada pemeriksaan fisik terdapat

nyeri tekan di kwadran epigastrik.

12

Page 13: Askep Gastritis 1

a. B1(breath) : takhipnea

b. B2 (blood) : takikardi, hipotensi, disritmia, nadi perifer

lemah, pengisian perifer lambat, warna kulit pucat.

c. B3 (brain) : sakit kepala, kelemahan, tingkat kesadaran dapat

terganggu, disorientasi, nyeri epigastrum.

d. B4 (bladder) : oliguria, gangguan keseimbangan cairan.

e. B5 (bowel) : anemia, anorexia, mual, muntah, nyeri ulu hati,

tidak toleran terhadap makanan pedas.

f. B6 (bone) : kelelahan, kelemahan

3. Fokus Pengkajian

a. Aktivitas / Istirahat

Gejala : kelemahan, kelelahan

Tanda : takikardia, takipnea / hiperventilasi (respons terhadap

aktivitas)

b. Sirkulasi

Gejala : kelemahan, berkeringat

Tanda :

hipotensi (termasuk postural)

takikardia, disritmia (hipovolemia / hipoksemia)

nadi perifer lemah

pengisian kapiler lambat / perlahan (vasokonstriksi)

warna kulit pucat, sianosis (tergantung pada jumlah

kehilangan darah)

kelemahan kulit / membran mukosa, berkeringat

(menunjukkan status syok, nyeri akut, respons psikologik)

c. Integritas ego

Gejala : faktor stress akut atau kronis (keuangan, hubungan kerja),

perasaan tak berdaya.

Tanda : tanda ansietas, misalnya gelisah, pucat, berkeringat,

perhatian menyempit, gemetar, suara gemetar.

13

Page 14: Askep Gastritis 1

d. Eliminasi

Gejala : riwayat perawatan di rumah sakit sebelumnya karena

perdarahan gastroenteritis (GE) atau masalah yang berhubungan

dengan GE, misalnya luka peptik atau gaster, gastritis, bedah

gaster, iradiasi area gaster. Perubahan pola defekasi / karakteristik

feses.

Tanda :

nyeri tekan abdomen, distensi

bunyi usus : sering hiperaktif selama perdarahan, hipoaktif

setelah perdarahan.

karakteristik feses : diare, darah warna gelap, kecoklatan atau

kadang-kadang merah cerah, berbusa, bau busuk (steatorea),

konstipasi dapat terjadi (perubahan diet, penggunaan antasida).

haluaran urine : menurun, pekat.

e. Makanan / Cairan

Gejala : - anoreksia, mual, muntah (muntah yang memanjang

diduga obstruksi pilorik bagian luar sehubungan dengan luka

duodenal).

- masalah menelan : cegukan

- nyeri ulu hati, sendawa bau asam, mual atau muntah

Tanda : muntah dengan warna kopi gelap atau merah cerah,

dengan atau tanpa bekuan darah, membran mukosa kering,

penurunan produksi mukosa, turgor kulit buruk (perdarahan kronis).

f. Neurosensi

Gejala : rasa berdenyut, pusing / sakit kepala karena sinar,

kelemahan.

Tanda : tingkat kesadaran dapat terganggu, rentang dari agak

cenderung tidur, disorientasi / bingung, sampai pingsan dan koma

(tergantung pada volume sirkulasi / oksigenasi).

g. Nyeri / Kenyamanan

Gejala :

14

Page 15: Askep Gastritis 1

nyeri, digambarkan sebagai tajam, dangkal, rasa terbakar, perih,

nyeri hebat tiba-tiba dapat disertai perforasi. Rasa

ketidaknyamanan / distres samar-samar setelah makan banyak

dan hilang dengan makan (gastritis akut).

nyeri epigastrum kiri sampai tengah / atau menyebar ke

punggung terjadi 1-2 jam setelah makan dan hilang dengan

antasida (ulkus gaster).

nyeri epigastrum kiri sampai / atau menyebar ke punggung

terjadi kurang lebih 4 jam setelah makan bila lambung kosong

dan hilang dengan makanan atau antasida (ulkus duodenal).

tak ada nyeri (varises esofegeal atau gastritis).

faktor pencetus : makanan, rokok, alkohol, penggunaan obat-

obatan tertentu (salisilat, reserpin, antibiotik, ibuprofen), stresor

psikologis.

Tanda : wajah berkerut, berhati-hati pada area yang sakit, pucat,

berkeringat, perhatian menyempit.

h. Keamanan

Gejala : alergi terhadap obat / sensitif misal : ASA

Tanda : peningkatan suhu, spider angioma, eritema palmar

(menunjukkan sirosis / hipertensi portal)

4. Pemeriksaan Diagnostik

a. Pemeriksaan darah

Tes ini digunakan untuk memeriksa apakah terdapat H. Pylori

dalam darah. Hasil tes yang positif menunujukkan bahwa pasien pernah

kontak dengan bakteri pada suatu waktu dalam hidupnya tapi itu tidak

menunjukkan bahwa pasien tersebut terkena infeksi. Tes darah dapat juga

dilakukan untuk memeriksa anemia yang terjadi akibat perdarahan

lambung karena gastritis.

b. Uji napas urea

Suatu metode diagnostik berdasarkan prinsip bahwa urea diubah

oleh urease H. Pylori dalam lambung menjadi amoniak dan

15

Page 16: Askep Gastritis 1

karbondioksida (CO2). CO2 cepat diabsorbsi melalui dinding lambung

dan dapat terdeteksi dalam udara ekspirasi.

c. Pemeriksaan feces

Tes ini memeriksa apakah terdapat bakteri H. Pylori dalam feses

atau tidak. Hasil yang positif dapat mengindikasikan terjadinya infeksi.

Pemeriksaan juga dilakukan terhadap adanya darah dalam feses. Hal ini

menunjukkan adanya pendarahan dalam lambung.

d. Endoskopi saluran cerna bagian atas

Dengan tes ini dapat terlihat adanya ketidaknormalan pada saluran

cerna bagian atas yang mungkin tidak terlihat dari sinar-x. Tes ini

dilakukan dengan cara memasukkan sebuah selang kecil yang

fleksibel(endoskop) melalui mulut dan masuk ke dalam esofagus, lambung

dan bagian atas usus kecil. Tenggorokan akan terlebih dahulu dianestesi

sebelum endoskop dimasukkan untuk memastikan pasien merasa nyaman

menjalani tes ini. Jika ada jaringan dalam saluran cerna yang terlihat

mencurigakan, dokter akan mengambil sedikit sampel(biopsy) dari

jaringan tersebut. Sampel itu kemudian akan dibawa ke laboratorium

untuk diperiksa. Tes ini memakan waktu kurang lebih 20 sampai 30 menit.

Pasien biasanya tidak langsung disuruh pulang ketika tes ini selesai, tetapi

harus menunggu sampai efek dari anestesi menghilang kurang lebih satu

atau dua jam. Hampir tidak ada resioko akibat tes ini. Komplikasi yang

sering terjadi adalah rasa tidak nyaman pada tenggorokan akibat menelan

endoskop.

e. Rontgen saluran cerna bagian atas

Tes ini akan melihat adanya tanda-tanda gastritis atau penyakit

pencernaan lainnya. Biasanya akan diminta menelan cairan barium terlebih

dahulu sebelum dirontgen. Cairan ini akan melapisi saluran cerna dan akan

terlihat lebih jelas ketika di rontgen.

f. Analisis Lambung

Tes ini untuk mengetahui sekresi asam dan merupakan tekhnik

penting untuk menegakkan diagnosis penyakit lambung. Suatu tabung

16

Page 17: Askep Gastritis 1

nasogastrik dimasukkan ke dalam lambung dan dilakukan aspirasi isi

lambung puasa untuk dianalisis. Analisis basal mengukur BAO( basal acid

output) tanpa perangsangan. Uji ini bermanfaat untuk menegakkan

diagnosis sindrom Zolinger- Elison(suatu tumor pankreas yang

menyekresi gastrin dalam jumlah besar yang selanjutnya akan

menyebabkan asiditas nyata).

g. Analisis stimulasi

Dapat dilakukan dengan mengukur pengeluaran asam maksimal

(MAO, maximum acid output) setelah pemberian obat yang merangsang

sekresi asam seperti histamin atau pentagastrin. Tes ini untuk mengetahui

teradinya aklorhidria atau tidak.

B. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul

1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan intake yang tidak

adekuat dan output cair yang berlebih (mual dan muntah).

2. Nyeri berhubungan dengan iritasi mukosa lambung sekunder karena stress

psikologi.

3. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan

intake asupan gizi.

4. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan, ancaman

kematian, nyeri.

5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi.

C. Intervensi keperawatan

NoDIAGNOSA

KEPERAWATANINTERVENSI RASIONAL

1. Kekurangan volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat dan output cair yang berlebih (mual dan muntah)

Tujuan:

Penuhi kebutuhan individual.

Anjurkan klien untuk minum  (dewasa : 40-60 cc/kg/jam).

Berikan cairan tambahan IV sesuai indikasi.

Awasi tanda-tanda

Intake cairan yang adekuat akan mengurangi resiko dehidrasi pasien.

Mengganti kehilangan cairan dan memperbaiki keseimbangan cairan dalam fase segera.

Menunjukkan status dehidrasi atau kemungkinan

17

Page 18: Askep Gastritis 1

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam intake cairan adekuat.

Kriteria Hasil: Mukosa bibir lembab Turgor kulit baik Pengisian kapiler baik Input dan output

seimbang         

vital, evaluasi turgor kulit, pengisian kapiler dan membran mukosa.

Kolaborasi pemberian cimetidine dan ranitidine

kebutuhan untuk peningkatan penggantian cairan.

Cimetidine dan ranitidine berfungsi untuk menghambat sekresi asam lambung

2. Nyeri berhubungan dengan iritasi mukosa lambung sekunder karena stress psikologi

Tujuan:Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam nyeri dapat berkurang, pasien dapat tenang dan keadaan umum cukup baik

Kriteria Hasil:Klien mengungkapakan

nyeri yang dirasakan berkurang atau hilang

Klien tidak menyeringai kesakitan

TTV dalam batasan normal

Intensitas nyeri berkurang (skala nyeri berkurang 1-10)

Menunjukkan rileks, istirahat tidur, peningkatan aktivitas dengan cepat

Selidiki keluhan nyeri, perhatikan lokasi, itensitas nyeri, dan skala nyeri

Anjurkan pasien untuk melaporkan nyeri segera saat mulai

Pantau tanda-tanda vital Jelaskan sebab dan

akibat nyeri pada klien  serta keluarganya

Anjurkan istirahat selama fase akut

Anjurkan teknik distruksi dan relaksasi

Berikan situasi lingkungan yang kondusif

Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian tindakan

Untuk mengetahui letak nyeri dan memudahkan intervensi yang akan dilakukan

Intervensi dini pada kontrol nyeri memudahkan pemulihan otot dengan menurunkan tegangan otot

Respon autonomik meliputi, perubahan pada TD, nadi, RR, yang berhubungan dengan penghilangan nyeri

Dengan sebab dan akibat nyeri diharapkan klien berpartisipasi dalam perawatan untuk mengurangi nyeri

Mengurangi nyeri yang diperberat oleh gerakan

Menurunkan tegangan otot, meningkatkan relaksasi, dan meningkatkan rasa kontrol dan kemampuan koping

Memberikan dukungan (fisik, emosional, meningkatkan rasa kontrol, dan kemampuan koping)

Menghilangkan atau mengurangi keluhan nyeri klien

3. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurangnya intake makanan

Anjurkan pasien untuk makan dengan porsi yang sedikit tapi sering

Berikan makanan yang

Menjaga nutrisi pasien tetap stabil dan mencegah rasa mual muntah

Untuk mempermudah

18

Page 19: Askep Gastritis 1

Tujuan:Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi

Kriteria hasil: Keadaan umum cukup Turgor kulit baik BB meningkat Kesulitan menelan

berkurang

lunak Lakukan oral hygiene Timbang BB dengan

teratur Observasi tekstur, turgor

kulit pasien Observasi intake dan

output nutrisi

pasien menelan Kebersihan mulut dapat

merangsang nafsu makan pasien

Mengetahui perkembangan status nutrisi pasien

Mengetahui status nutrisi pasien

Mengetahui keseimbangan nutrisi pasien

4. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan, ancaman kematian, nyeri.

Tujuan:Setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien dapat menunjukkan kecemasan berkurang atau hilang.

Kriteria hasil: Mengungkapkan

perasaan dan pikirannya secara terbuka

Melaporkan berkurangnya cemas dan takut

Mengungkapkan mengerti tentang peoses penyakit

Mengemukakan menyadari terhadap apa yang diinginkannya yaitu menyesuaikan diri terhadap perubahan fisiknya

Awasi respon fisiologi misalnya: takipnea, palpitasi, pusing, sakit kepala, sensasi kesemutan.

Dorong pernyataan takut dan ansietas, berikan umpan balik.

Berikan informasi yang akurat.

Berikan lingkungan yang tenang untuk istirahat.

Dorong orang terdekat untuk tinggal dengan pasien.

Tunjukan teknik relaksasi.

Dapat menjadi indikator derajat takut yang dialami pasien, tetapi dapat juga berhubungan dengan kondisi fisik atau status syok.

Membuat hubungan terapeutik

Melibatkan pasien dalam rencana asuhan dan menurunkan ansietas yang tak perlu tentang ketidaktahuan.

Memindahkan pasien dari stresor luar, meningkatkan relaksasi, dapat meningkatkan keterampilan koping.

Membantu menurunkan takut melalui pengalaman menakutkan menjadi seorang diri.

Belajar cara untuk rileks dapat membantu menurunkan takutdan ansietas

5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan

Beri pendidikan kesehatan (penyuluhan) tentang

Memberikan pengetahuan dasar dimana klien dapat

19

Page 20: Askep Gastritis 1

kurangnya informasi.

Tujuan:Klien mendapatkan informasi yang tepat dan efektif.

Kriteria hasil: Klien dapat

menyebutkan pengertian Penyebab Tanda dan gejala Perawatan dan

pengobatan.

penyakit, beri kesempatan klien atau keluarga untuk bertanya, beritahu tentang pentingnya obat-obatan untuk kesembuhan klien.

Evaluasi tingkat pengetahuan klien

membuat pilihan informasi tentang kontrol masalah kesehatan.

Pengkajian / evaluasi secara periodik meningkatkan pengenalan / pencegahan dini terhadap komplikasi seperti ulkus peptik dan pendarahan pada lambung.

BAB 3

20

Page 21: Askep Gastritis 1

TINJAUAN KASUS

Tanggal masuk : 8 Mei 2013

Ruang : Rawat Inap RSUD Mandailing natal

Tanggal Pengkajian : 8 Mei 2013, Pukul : 08.30 WIB

Metode : Anamnesa, Observasi, Pemeriksaan Fisik, Studi Dokumentasi

Sumber : Pasien, Keluarga Pasien, Tim Kesehatan

1. Identitas klien

Nama : Tn.WD

Umur : 35 tahun

Pendidikan : SMA

Agama : Islam

Alamat : Panyabungan

Pekerjaan : karyawan

Suku bangsa : Indonesia

Tanggal masuk : 08 Mei 2013

No. RM :

Dx medis :Gastritis

Penanggung jawab

Nama : Ny. M

Umur : 30 tahun

Pendidikan : SMA

Agama : Islam

Alamat : Panyabungan

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Hubungan dengan pasien : Istri

21

Page 22: Askep Gastritis 1

2. Riwayat Kesehatan

a. Riwayat Kesehatan sekarang

Klien mengatakan bahwa pernah dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah

Kabupaten Mandailing Natal dengan penyakit yang sama (gastritis),

klien tidak mempunyai penyakit keturunan (DM, Hipertensi), maupun

penyakit menular.

b. Riwayat Kesehatan Dahulu

Klien mengeluh pusing dan perut (ulu hati) terasa perih dan panas. klien

terlihat meringis saat epigastrium ditekan, nyeri seperti diremas-remas,

di ulu hati / epigastrium, skala 7 (skala nyeri 0 – 10), nyeri hilang timbul

saat epigastrium ditekan. Status kesehatan saat ini : pada tanggal 8 Mei

2013 klien dibawa ke IGD Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten

Mandailing Natal dengan keluhan I minggu yang lalu perutnya terasa

perih, panas dan muntah, TD : 110/80 mmHg, N : 120 x/menit, S : 36oC,

RR : 22 x/menit, dengan kesadaran composmentis. Klien mendapat

pertolongan pertama dengan infus RL 20 tpm (tetes per menit)

kemudian klien mendapat perawatan di ruang Rawat Inap Rumah Sakit

Umum Daerah Kabupaten Mandailing Natal.

c. Riwayat Kesehatan Keluarga

Klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mempunyai penyakit

seperti yang diderita klien dan tidakada yang mempunyai penyakit

menular atau keturunan (DM, Hipertensi).

3. Pemeriksaan Fisik

a. KU : lemah, kesadaran composmentis.

b. Kepala : bentuk mesocepal, bersih tidak ada lesi.

c. Mata : simetris, konjungtiva tidak anemis, fungsi penglihatan baik.

d. Hidung : bentuk simetris tidak ada polip, tidak ada keluhan dan kelainan

pada hidung. Telinga : bentuk simetris, tidak menggunakan alat bantu

pendengaran.

22

Page 23: Askep Gastritis 1

e. Leher : tidak terdapat pembesaran tiroid.

f. Mulut : bibir tampak kering dengan gigi bersih, tidak ada perdarahan dan

pembengkakan gusi.

g. Abdomen : 1 : simetris, datar, Au : peristaltik ± 4 x/mnt, Pa : adanya

nyeri tekan pada abdomen (ulu hati), Pe : tympani.

h. Paru : 1 : simetris Pa : teraba gerakan takstil premitus sama, Pe : sonor,

Au : vesikuler. Jantung : 1 : ictus cordis tidak tampak, Pa : ictus cordis

teraba, ICS (intercostals) 5 Pe : pekak, Au : terdengar suara murni 1, 2.

i. Muskuloskeletal : ekstremitas atas, klien terpasang infus RL 20 tpm

(tetes per menit) pada tangan kiri, tidak terdapat oedem, ekstremitas

bawah : tidak terdapat oedem.

4. Pemeriksaan Penunjang

Data laboratorium tanggal 10 Januari 2008,

- WBC (SEL DARAH PUTIH) : 9,51 . 103 m/l (4,00 – 10,00),

- RBC (eritrosit) : 5,39 . 106 m/l (3,50 – 5,50),

- HGB (hemoglobin) : 14,3 g/dl (11,0 – 16,0),

- HCT (hemotokrit) : 42,8% (37,0 – 50,0),

- MCV (Volume Korpuskular rerata) : 79,4 fl (80,0 – 50,0),

- MCH : 26,5 pg (27,0 – 100,0),

- MCHC : 33,0 g/dm (32,0 – 31,0),

- RDW : 12,9% (1,5 – 36,0),

- PLT : 207 . 103m/l (150 – 450), MPV : 7,0 fl (7,0 – 11,0),

- PDW : 16,1 (15,0 – 17,0).

- Therapy yang diberikan tanggal 13 Januari 2008, infus RL 20 tpm,

injeksi cefo 1 gr, obat oral : Ranitidine 2 x 1 mg, antasid 3 x 500 mg.

5. Pola aktivitas

a. Kebutuhan nutrisi : sebelum sakit : klien mengatakan makan 3X sehari

dengan komposisi nasi, lauk dan sayur. Makan selalu habis dalam 1

porsi. Klien mengatakan tidak mempunyai pantangan terhadap makanan,

klien minum 6-7 gelas jenis air putih setiap hari. Selama sakit : klien

23

Page 24: Askep Gastritis 1

mengatakan pagi ini klien makan bubur habis 1 porsi (makanan dari

rumah sakit : nasi tim, sayur dan lauk pauk tidak dimakan). Klien minum

air putih habis 5-6 gelas / hari.

b. Kebutuhan eliminasi : sebelum sakit : klien mengatakan BAB 1 X sehari

pada waktu pagi dengan konsistensi lembek, warna kuning, bau khas dan

tidak ada keluhan dalam BAB. Klien BAK ± 2-6 X sehari dengan warna

kuning, bau khas, dan klien tidak ada kesulitan dalam BAK. Selama

sakit : klien mengatakan selama dirawat di rumah sakit klien BAB

dengan frekuensi 1 X sehari, konsistensi keras (berbentuk bulat-bulat

kecil), warna hitam, bau khas dan klien mengeluh sulit untuk BAB.

Untuk eliminasi BAK nya, klien mengatakan BAK dengan frekuensi 5-6

X sehari warna kekuningan, bau khas dan tidak ada keluhan dalam BAK.

c. Kebutuhan istirahat dan tidur : sebelum sakit : klien mengatakan tidur

malam mulai pukul 22.00 dan bangun pukul 05.00 WIB. Klien jarang

tidur siang. Selama sakit : klien mengatakan tidur malam mulai pukul

21.00, kalau malam sering terbangun karena suasana yang panas, klien

bangun pukul 06.00 WIB.

d. Kebutuhan aktivitas dan latihan : sebelum sakit : klien dapat melakukan

aktivitas sehari-hari tanpa bantuan orang lain maupun alat bantu. Selama

sakit : klien mengatakan bisa melakukan aktivitas seharihari sesuai

kemampuan, klien ke kamar mandi dibantu oleh keluarga, klien tidak

mengalami kesulitan dalam melakukan personal hygiene, klien

mengatakan lebih banyak berbaring di tempat tidur karena perut terasa

sakit saat bergerak.

e. Persepsi klien terhadap penyakitnya, hal yang dipikirkan klien terhadap

penyakitnya adalah penyakit jantung karena di ulu hati terasa perih,

panas dan kemeng-kemeng, klien terlihat bingung terhadap penyakit

yang dideritanya sekarang. Dan yang dipikirkan klien saat ini adalah

kesembuhan klien.

B. ANALISA DATA DAN DIAGNOSA KEPERAWATAN

24

Page 25: Askep Gastritis 1

NO PENGKAJIAN ETIOLOGI MASALAH

1 DS:

1. Tn.WD mengatakan kalau daerah ulu

hatinya terasa panas dan terbakar

2. Tn.WD mengatakan kalau nyerinya

hilang timbul jika epigastrium di

tekan

3. Tn.WD mengeluh di sering merasa

mual dan muntah

DO:

1. Diagnosa medis dari Tn.WD adalah

gastritis

2. Skala nyeri klien 7 dari skal 0-10

3. Nyeri tekan pada daerah ulu hati

(epigastrium) Tn.WD

Peradangan pada

dinding mukosa

lambung (gaster)

Gangguan rasa

nyaman : Nyeri

dengan skala 7 dari

rentang skala (0-10)

2 DS:

1. Tn.WD sering merasa mual dan

muntah

2. Tn.WD mengatakan kalau dia hilang

selera makan

3. Tn.WD sering merasa kenyang

DO:

1. Diagnosa Medis dari Tn.WD adalah

Gastritis

2. Tn.WD tampak lemah dan tidak

berenergi

3. Kesadaran Tn.WD Compos mentis

Pemenuhan

nutrisi tidak

adekuat

Gangguan pola

makan: kurang dari

kebutuhan tubuh

3 DS: Kurang Aktivitas Konstipasi

25

Page 26: Askep Gastritis 1

1. Tn.WD mengatakan di rumah sakit

BAB dengan konsistensi feses keras,

2. Tn.WD mengatakan lebih banyak

berbaring di tempat tidur karena perut

terasa sakit saat bergerak.

DO:

1. Pa lpasi abdomen : teraba keras di

perut sebelah kiri bawah,

2. Auskultasi pada abdomen :

peristaltik ± 4x/mnt,

4 DS:

1. Tn.WD mengatakan hal yang

dipikirkan terhadap penyakitnya

adalah penyakit jantung karena di ulu

hati terasa perih, panas.

DO:

1. Klien tampak bingung terhadap

penyakitnya

Kurang Informasi Kurang Pengetahuan

Berdasarkjan analisa data diatas maka diagnosa prioritas dari Tn.WDS adalah :

1. Gangguan pola makan: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

Pemenuhan nutrisi tidak adekuat

2. Gangguan rasa nyaman : Nyeri dengan skala 7 dari rentang skala (0-10)

berhubungan dengan Peradangan pada dinding mukosa lambung (gaster)

3. Konstipasi berhubungan dengan Kurang Aktivitas

4. Kurang Pengetahuan berhubungan dengan Kurang Informasi

26

Page 27: Askep Gastritis 1

C. INTERVENSI

NODIAGNOSA

KEPERAWATAN

TUJUAN/ KRITERIA

HASILINTERVENSI RASIONAL

1 Gangguan rasa nyaman :

Nyeri berhubungan dengan

Peradangan pada dinding

mukosa lambung (gaster)

Rasa Nyeri klien berkurang

dengan tidak ada

peradangan atau iritasi

pada mukosa lambung

Tn.WD dalam waktu 2 x

24 jam dengan kriteria:

1. Skala Nyeri Tn.WD

berkurang

2. Tn.WD tidak merasa

nyeri pada epigastrium

(ulu hati)

3. Tn.WD tidak meringis

(tidak nyeri tekan

abdomen)

1. Catat keluhan nyeri, termasuk

lokasi, lamanya, intensitas

(skala 0-10)

2. Kaji ulang faktor yang

meningkatkan atau

menurunkan nyeri

3. Berikan makanan sedikit tapi

sering sesuai indikasi untuk

pasien

4. Bantu latihan rentang gerak

aktif / pasif

5. Berikan perawatan oral sering

dan tindakan kenyamanan

(pijatan punggung, perubahan

posisi)

1. nyeri tidak selalu ada tetapi bila

ada harus dibandingkan dengan

gejala nyeri pasien sebelumnya,

dimana dapat membantu

mendiagnosa etiologi perdarahan

dan terjadinya komplikasi.

2. membantu dalam membuat

diagnosa dan kebutuhan terapi.

3. makanan mempunyai efek

penetralisir asam, juga

menghancurkan kandungan gaster.

Makan sedikit mencegah distensi

dan haluaran gastrin.

4. menurunkan kekakuan sendi,

meminimalkan nyeri

ketidaknyamanan.

27

Page 28: Askep Gastritis 1

Kolaborasi

1 Berikan obat sesuai indikasi,

misal : Antasida

2 Antikolinergik (misal :

belladonna, atropin)

5. Napas bau karena tertahanya sekret

mulut menimbulkan tak nadsu

makan dan dapat meningkatkan

mual. Gingivitis dan masalah gigi

dapat meningkat

6.

1. menurunkan keasaman gaster

dengan absorbsi atau dengan

menetralisir kimia

2. diberikan pada waktu tidur untuk

menurunkan motilitas gaster,

menekan produksi asam,

memperlambat pengosongan

gaster, dan menghilangkan nyeri

nokturnal sehubungan

2 Gangguan pola makan:

kurang dari kebutuhan

tubuh berhubungan dengan

Pemenuhan nutrisi tidak

Pola Makan dari Tn.WD

teratur dengan cukup

memenuhi kebutuhan

nutrisi dalam waktu 2 x 24

1. Timbang berat badan sesuai

indikasi

2. Aukultasi bising usus

3. Berikan makanan dalam

jumlah kecil dan dalam waktu

1. mengevaluasi keefektifan atau

kebutuhan mengubah pemberian

nutrisi.

2. membantu dalam menentukan

respon untuk makan atau

28

Page 29: Askep Gastritis 1

adekuat jam dengan kriteria:

1. klien tidak mual

2. Klien tidak merasa

nyeri akibat gastritis

atau iritasi dari mukosa

lambung

yang sering dan teratur

4. Tentukan makanan yang Tidak

membentuk gas.

5. Berikan perawatan oral teratur,

sering dan teratur termasuk

minyak untuk bibir

berkembangnya komplikasi

3. meningkatkan proses pencernaan

dan toleransi pasien terhadap

nutrisi yang diberikan dan dapat

meningkatkan kerjasama pasien

saat makan.

4. dapat mempengaruhi nafsu

makan / pencernaan dan

membatasi masukan nutrisi

5. Mencegah ketidak nyamanan

karena mulut kering dan bbibir

pecajh yang disebabkan oleh

pembatasan cairan

3 Konstipasi berhubungan

dengan Kurang Aktivitas

BAB dari Tn.WD lancar

dengan bisa melakukan

aktivitas (banyak gerak) di

Tempat Tidur dealam

waktu 2 x 24 jam dengan

1. ajarkan alih baring setiap 2 jam sekali,

2. anjurkan pada klien untuk minum banyak (10-12 gelas),

3. anjurkan pada klien untuk makan tinggi serat (pepaya)

4. kolaborasi pemberian obat laksatif.

1. Banyak aktivitas bisa merangsang

gerakan peristaltik

2. Banyak minum untuk mencairkan

feses

3. Serat sangat berfungsi untuk

melancarkan proses defekasi

karena serat bisa melunakan

29

Page 30: Askep Gastritis 1

kriteria :

1. Feses lunak (normal)

2. mudah proses defekasi

konsistensi feses

4. untuk melancarkan proses defekasi

4 Kurang Pengetahuan

berhubungan dengan

Kurang Informasi

Tn.WD mengetahui

masalah yang dia alami

dengan memberikan

informasi terhadap masalah

dari Tn.WD dengan dalam

waktu 1 x 24 jam dengan

kriteria :

1. Tn.WD tahu tentang

penyakit dan tidak

salah persepsi

2. Tn.WD tidak bingung

terhadap masalah

kesehatan yang dia

alami

1. Kaji tingkat pengetahuan

tentang penyakitnya

2. Berikan pendidikan kesehatan

tentang penyakitnya,

3. motivasi klien untuk

melakukan anjuran dalam

pendidikan kesehatan,

4. beri kesempatan untuk klien

bertanya tentang penyakitnya.

1. Untuk mengetahui sam[ai man

pengetahuan klien sehingga

memudahkan untuk memeberikan

penyuluhan

2. Untuk menambah informasi

3. Untuk menambah semangat dan

harapanya klien mau melakukan

hal positif untuk kesehatan

4. Untuk menambah pengetahuan

klien

30

Page 31: Askep Gastritis 1

Catatan Perkembangan

Nama : Tn.WD Diagnosa : Gastritis

Umur : 35 Tahun

Hari/Tanggal Diagnosa Keperawatan

Evaluasi

Rabu/8 Mei 2013

Dx 1 S: Tn.WD mengatakan kalau daerah ulu hatinya

terasa panas dan terbakar

Tn.WD mengatakan kalau nyerinya hilang

timbul jika epigastrium di tekan

Tn.WD mengeluh di sering merasa mual dan

muntah

O: Skala nyeri klien 6 dari skal 0-10

Nyeri tekan pada daerah ulu hati (epigastrium) Tn.WD

A : Masalah Gangguan Rasa nyaman : Nyeri Belum Teratasi

P : Intervensi Di lanjutkan6. Catat keluhan nyeri, termasuk lokasi,

lamanya, intensitas (skala 0-10)

7. Kaji ulang faktor yang meningkatkan atau

menurunkan nyeri

8. Berikan makanan sedikit tapi sering sesuai

indikasi untuk pasien

9. Bantu latihan rentang gerak aktif / pasif

10. Berikan perawatan oral sering dan tindakan

kenyamanan (pijatan punggung, perubahan

posisi)

Kolaborasi

3 Berikan obat sesuai indikasi, misal : Antasida

4 Antikolinergik (misal : belladonna, atropin)

Page 32: Askep Gastritis 1

Dx 2

Dx 3

S :Tn.WD sering merasa mual dan muntah

Tn.WD mengatakan kalau dia hilang selera

makan

Tn.WD sering merasa kenyang

O: Tn.WD tampak lemah dan tidak berenergi

Kesadaran Tn.WD Compos mentisA : Masalah Gangguan pola makan: kurang dari kebutuhan tubuh Belum teratasiP : Intevensi Dilanjutkan6. Timbang berat badan sesuai indikasi

7. Aukultasi bising usus

8. Berikan makanan dalam jumlah kecil dan

dalam waktu yang sering dan teratur

9. Tentukan makanan yang Tidak membentuk

gas.

10. Berikan perawatan oral teratur, sering dan

teratur termasuk minyak untuk bibir

S : Tn.WD mengatakan di rumah sakit BAB

dengan konsistensi feses keras,

Tn.WD mengatakan lebih banyak berbaring di

tempat tidur karena perut terasa sakit saat

bergerak.

O : Palpasi abdomen : teraba keras di perut sebelah kiri bawah, Auskultasi pada abdomen : peristaltik ± 4x/mnt,A : Masalah Konstipasi Belum TeratasiP : Intervensi Di lanjutkan1. ajarkan alih baring setiap 2 jam sekali,

2. anjurkan pada klien untuk minum banyak

(10-12 gelas),

3. anjurkan pada klien untuk makan tinggi serat

(pepaya)

4. kolaborasi pemberian obat laksatif.

32

Page 33: Askep Gastritis 1

Kamis/9 Mei 2013

Dx 4

Dx 1

Dx 2

S: Tn.WD mengatakan Sudah mengetahui

kondisi penyakitnya

O :Klien tampak tidak cemas dan tidak bingung

terhadap penyakitnya

A : Masalah Kurang Pengetahuan Tentang

Penyakitnya teratasi

P : Intervensi Dihentikan

S: Tn.WD mengatakan kalau daerah ulu hatinya

Tidak lagi terasa panas dan terbakar.

Tn.WD mengatakan kalau nyerinya hilang jika

epigastrium di tekan

Tn.WD mengatakan tidak lagi mual dan muntah

O: Skala nyeri klien 3 dari skal 0-10

Klien tidak meringis

A : Masalah Gangguan Rasa nyaman : Nyeri Teratasi

P : Intervensi Dihentikan

S :Tn.WD mengatakan tidak lagi merasa mual

dan muntah

Tn.WD mengatakan selera makan tapi sedikit

Tn.WD sering merasa kenyang

O: Tn.WD tampak lemah

Kesadaran Tn.WD Compos mentisA : Masalah Gangguan pola makan: kurang dari kebutuhan tubuh Belum teratasiP : Intevensi Dilanjutkan1. Timbang berat badan sesuai indikasi

2. Aukultasi bising usus

3. Berikan makanan dalam jumlah kecil dan

33

Page 34: Askep Gastritis 1

Jumat/10 Mei 2013

Dx 3

Dx 2

dalam waktu yang sering dan teratur

4. Tentukan makanan yang Tidak membentuk

gas.

5. Berikan perawatan oral teratur, sering dan

teratur termasuk minyak untuk bibir

S : Tn.WD mengatakan di rumah sakit BAB

dengan konsistensi feses lunak,

Tn.WD mengatakan sudah bisa bergerak meski

terkadang masih merasa sakit diperut.

O : Palpasi abdomen : teraba keras di perut sebelah kiri bawah, Auskultasi pada abdomen : peristaltik ± 4x/mnt,A : Masalah Konstipasi Belum TeratasiP : Intervensi Di lanjutkan1. ajarkan alih baring setiap 2 jam sekali,

2. anjurkan pada klien untuk minum banyak

(10-12 gelas),

3. anjurkan pada klien untuk makan tinggi serat

(pepaya)

4. kolaborasi pemberian obat laksatif

S :Tn.WD mengatakan tidak lagi merasa mual

dan muntah

Tn.WD mengatakan selera makan

O: Tn.WD tampak Baik

Kesadaran Tn.WD Compos mentis

A : Masalah Gangguan pola makan: kurang dari kebutuhan tubuh teratasi

P : Intevensi Dihentikan

34

Page 35: Askep Gastritis 1

Dx 3

S : Tn.WD mengatakan di rumah sakit BAB

dengan konsistensi feses lunak,

Tn.WD mengatakan sudah bisa bergerak banyak

O : Palpasi abdomen : teraba luank di perut sebelah kiri bawah, Auskultasi pada abdomen : peristaltik ± 4x/mnt,

A : Masalah Konstipasi Teratasi

P : Intervensi Dihentikan

B AB 4

35

Page 36: Askep Gastritis 1

PEMBAHASAN

Setelah penulis melaksanakan dan menerapkan Asuhan Keperawatan pada

Tn.WD Dengan Gangguan Sistem Pencernaan Gastritis Di Ruang Rawat Inap Rumah

Sakit Umum Daerah Kabupaten Mandailing Natal penulis menemukan beberapa hal

yang mendukung dan menghambat kelancaran penerapan upaya keperawatan pasien

dalam keperawatan perawat berperan sebagai perawat asuhan keperawatan tersebut

bekerja sama dengan tim kesehatan lainnya.

Pada BAB ini penulis akan membahas kesenjangan-kesenjangan yang penulis

jumpai antara tinjauan kasus dan tinjauan teoritis yang penulis laporkan dalam

menerapkan Asuhan Keperawatan pada Tn.WD Dengan Gangguan Sistem

Pencernaan Gastritis Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten

Mandailing Natal. Selanjutnya penulis akan menerapkan hubungan maupun

hambatan dalam melaksanakan asuhan keperawatan yang meliputi pengkajian,

diagnose keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

1. Pengkajian

Pada tahap pengkajian pada proses keperawatan merupakan langkah awal yang

dilaksanakan dalam pengumpulan dan mengnenai keadaan pasien melalui observasi,

wawancara dengan pasien maupun keluarga pasien. Penulis tidak menemui kesulitan

dalam hal pengkajian, karena keluarga pasien mau bekerjasama sehingga penulis

memperoleh kemudahan dalam hal pengumpulan data.

2. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan yang dijumpai pada tinjauan teoritis adalah :

36

Page 37: Askep Gastritis 1

1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan intake yang tidak adekuat

dan output cair yang berlebih (mual dan muntah).

2. Nyeri berhubungan dengan iritasi mukosa lambung sekunder karena stress

psikologi.

3. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan intake

asupan gizi.

4. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan, ancaman

kematian, nyeri.

5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi.

Diagnosa keperawatan yang terdapat pada tinjauan kasus adalah :

1. Gangguan pola makan: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

Pemenuhan nutrisi tidak adekuat

2. Gangguan rasa nyaman : Nyeri dengan skala 7 dari rentang skala (0-10)

berhubungan dengan Peradangan pada dinding mukosa lambung (gaster)

3. Konstipasi berhubungan dengan Kurang Aktivitas

4. Kurang Pengetahuan berhubungan dengan Kurang Informasi

Diagnosa keperawatan yang muncul pada tinjauan teoritis tetapi tidak muncul pada

tinjauan kasus :

1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan intake yang tidak adekuat

dan output cair yang berlebih (mual dan muntah).

2. Nyeri berhubungan dengan iritasi mukosa lambung sekunder karena stress

psikologi.

3. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan, ancaman

kematian, nyeri.

Diagnosa yang muncul pada tinjauan kasus tetapi tidak ada di tinjauan teoritis adalah

1. Gangguan rasa nyaman : Nyeri dengan skala 7 dari rentang skala (0-10)

berhubungan dengan Peradangan pada dinding mukosa lambung (gaster)

37

Page 38: Askep Gastritis 1

2. Konstipasi berhubungan dengan Kurang Aktivitas

3. Intervensi

Pada tahap perencanaan penulis bekerja sama dengan perawat dan keluarga pasien.

Dalam perencanaan asuhan keperawatan ini keluarga pasien mendukung rencana

tindakan penulis yang penulis buat untuk menyembuhkan dan mengatasi masalah

yang dihadapi pasien sehingga tidak ada hambatan dan kesulitan.

4. Implementasi

Pada dasarnya tahap pelaksanaan tetap mengacu pada rencana tindakan yang telah

dibuat dalam menyelesaikan kondisi dan kebutuhan pasien serta fasilitas pendukung.

Pada tahap pelaksanaan penulis tidak menemukan hambatan, karena semua tindakan

yang dilaksanakan sudah tertulis di perencanaan asuhan keperawatan.

5. Evaluasi

Pada tahap evaluasi proses keperawatan yang diberikan mendapat respon terhadap

tindakan keperawatan yang diberikan. Adapun factor penunjang keberhasilan asuhan

keperawatan yang diberikan adalah adanya kerjasama yang baik antara penulis

dengan perawat lain dan tim medis lainnya serta peran aktif keluarga dalam proses

asuhan keperawatan pada Tn.WD.

BAB 5

38

Page 39: Askep Gastritis 1

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Pada tahun 2004 penyakit gastritis menempati urutan ke-9 dari 50

peringkat utama pasien rawat jalan di rumah sakit seluruh indonesia dengan

jumlah kasus 218.500 (Depkes RI, 2004).

Dari berbagai penelitian berbasis populasi (systematic review of

population-based study) menyimpulkan angka bervariasi dari 11-41%. Jika

keluhan terbakar di ulu hati dikeluarkan maka angkanya berkisar 4-14%.

Keluhan dispepsia merupakan keadaan klinis yang sering dijumpai dalam

praktek sehari – hari. Diperkirakan hampir 30% kasus pada praktek umum

dan 60% pada praktek gastroenterologis merupakan kasus dispepsia. (Farida,

2010).

Di Indonesia menunjukkan prevalensi 36-41% dengan usia termuda

adalah 5 bulan. Pada kelompok usia muda dibawah 5 tahun, 5,3-15,4% telah

terinfeksi, dan diduga infeksi pada usia dini berperan sebagai faktor resiko

timbulnya degenerasi maligna pada usia yang lebih lanjut. Asumsi ini perlu

diamati lebih lanjut, karena kenyataannya prevalensi kanker lambung di

Indonesia relatif rendah, demikian pula prevalensi tukak peptik. Agaknya

selain faktor bakteri, faktor pejamu dan faktor lingkungan yang berbeda akan

menentukan terjadinya kelainan patologis akibat infeksi (Farida, 2010 b).

Diagnosa keperawatan yang terdapat pada tinjauan kasus adalah :

1. Gangguan pola makan: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

Pemenuhan nutrisi tidak adekuat

2. Gangguan rasa nyaman : Nyeri dengan skala 7 dari rentang skala (0-10)

berhubungan dengan Peradangan pada dinding mukosa lambung (gaster)

3. Konstipasi berhubungan dengan Kurang Aktivitas

4. Kurang Pengetahuan berhubungan dengan Kurang Informasi

39

Page 40: Askep Gastritis 1

B. Saran

Bagi peneliti selanjutnya diharapkan untuk melakukan penelitian lebih lanjut

tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan system

pencernaan : Gastritis..

40

Page 41: Askep Gastritis 1

41

Page 42: Askep Gastritis 1

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L.J, 2000, Diagnosa Keperawatan : Aplikasi Pada praktik Klinis, alih bahasa Tim Penerjemah PSIK – UNPAD, Edisi 6 – edisi 8, EGC, Jakarta.

Doenges M.E, 1999 – 2000, Rencana Asuhan Keperawatan, Alih bahasa 1 Made Kariasa, dkk, Edisi 3, EGC, Jakarta.

Guyton, Arthur, C, 1997, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 9, alih bahasa Irawati Setiawan, EGC, Jakarta.

Long, C.B, 1996, Perawatan Medikal Bedah, Jilid 3, Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Padjajaran, Bandung.

Mansjoer, A, 1999, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi Ketiga, Jilid Pertama, FKUI, Jakarta.

Smeltzer, C.S, 2001, Buku ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth, Alih bahasa Agung Waluyo, Edisi 8, Vol.2, EGC, Jakarta.

Wilkinson, Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC, 2007

42