Askep anak Gastritis

23
ASKEP ANAK GASTRITIS Posted by Ahmad Rapani on Kamis, Oktober 29, 2009 A. PENGERTIAN 1. Gastritis adalah inflamasi dari dinding lambung terutama pada mukosa gaster. (Hadi, 1995) 2. Gastritis adalah suatu peradangan mukosa lambung yang dapat bersifat akut, kronik, difus atau lokal. (Price & Wilson, 1992) 3. Gastritis adalah peradangan lokal atau menyebar pada mukosa lambung, yang berkembang bila mekanisme protektif mukosa dipenuhi dengan bakteri atau bahan iritan lain. (Charlene J, Reeves, 2001) B. ETIOLOGI Beberapa hal yang dapat menyebabkan kerusakan lapisan pelindung lambung. 1) Gastritis Bakterialis a. Infeksi bakteri Helicobacter Pylori yang hidup didalam lapisan mukosa yang melapisi dinding lambung. Diperkirakan ditularkan melalui jalur oral atau akibat memakan atau minuman ynag terkontaminasi oleh bakteri ini. Infeksi ini sering terjadi pada masa kanak-kanan dan dapat bertahan seumur hidup jika tidak dilakukan perawatan. b. Infeksi bakteri Campylobacter Pyloroides. 2) Gastritis Karena Stres Akut a. Penyakit berat atau trauma ( cedera ) yang terjadi tiba – tiba. b. Pembedahan c. Infeksi berat d. Cederanya sendiri mungkin tidak mengenai lambung seperti terjadi pada luka bakar yang luas atau cedera yang menyebabkan perdarahan hebat. 3) Gastritis Erosif Kronis a. Pemakaian obat penghilang rasa nyeri secara terus – menerus. Obat analgesik anti inflamasi nonsteroid (AINS) seperti Aspirin, Ibu Profen dan Naproxen dapat menyebabkan perdarahan pada lambung dengan cara menurunkan Prostaglandin yang bertugas melindungi dinding lambung. b. Penyakit Crohn, gejalanya sakit perut dan diare dalam bentuk cairan. Bisa menyebabkan peradangan kronis pada dinding saluran cerna namun, kadang – kadang dapat juga menyebabkan peradangan pada dinding lambung.

description

untuk para perawat

Transcript of Askep anak Gastritis

Page 1: Askep anak Gastritis

ASKEP ANAK GASTRITIS

Posted by Ahmad Rapani on Kamis, Oktober 29, 2009

A. PENGERTIAN 

1. Gastritis adalah inflamasi dari dinding lambung terutama pada mukosa gaster. (Hadi, 1995) 

2. Gastritis adalah suatu peradangan mukosa lambung yang dapat bersifat akut, kronik, difus atau lokal.

(Price & Wilson, 1992) 

3. Gastritis adalah peradangan lokal atau menyebar pada mukosa lambung, yang berkembang bila

mekanisme protektif mukosa dipenuhi dengan bakteri atau bahan iritan lain. (Charlene J, Reeves, 2001) 

B. ETIOLOGI 

Beberapa hal yang dapat menyebabkan kerusakan lapisan pelindung lambung. 

1) Gastritis Bakterialis 

a. Infeksi bakteri Helicobacter Pylori yang hidup didalam lapisan mukosa yang melapisi dinding lambung.

Diperkirakan ditularkan melalui jalur oral atau akibat memakan atau minuman ynag terkontaminasi oleh

bakteri ini. Infeksi ini sering terjadi pada masa kanak-kanan dan dapat bertahan seumur hidup jika tidak

dilakukan perawatan. 

b. Infeksi bakteri Campylobacter Pyloroides. 

2) Gastritis Karena Stres Akut 

a. Penyakit berat atau trauma ( cedera ) yang terjadi tiba – tiba. 

b. Pembedahan 

c. Infeksi berat 

d. Cederanya sendiri mungkin tidak mengenai lambung seperti terjadi pada luka bakar yang luas atau

cedera yang menyebabkan perdarahan hebat. 

3) Gastritis Erosif Kronis 

a. Pemakaian obat penghilang rasa nyeri secara terus – menerus. Obat analgesik anti inflamasi nonsteroid

(AINS) seperti Aspirin, Ibu Profen dan Naproxen dapat menyebabkan perdarahan pada lambung dengan

cara menurunkan Prostaglandin yang bertugas melindungi dinding lambung. 

b. Penyakit Crohn, gejalanya sakit perut dan diare dalam bentuk cairan. Bisa menyebabkan peradangan

kronis pada dinding saluran cerna namun, kadang – kadang dapat juga menyebabkan peradangan pada

dinding lambung. 

c. Penggunaan Alkohol secara berlebihan , alkohol dapat mengiritasi dan mengikis mucosa pada dinding

lambung dan membuat dinding lambung lebih rentan terhadap asam lambung walaupun dalam kondisi

normal. 

4) Gastritis Eosinofilik 

Terjadi sebagai akibat dari reaksi alergi terhadap infeksi cacing gelang Eosinofil (sel darah putih)

terkumpul pada dinding lambung. 

Page 2: Askep anak Gastritis

5) Gastritis Hipotropi dan Atropi 

Terjadi karena kelainan Autoimmune, Autoimmune Atropic Gastritis terjadi ketika sistem kekebalan tubuh

menyerang sel – sel yang sehat yang berada dalam dinding lambung. Hal ini mengakibatkan peradangan

dan secara bertahap menipiskan dinding lambung, menghancurkan kelenjar –kelenjar penghasil asam

lambung dan mengganggu produksi faktor intrinsik (yaitu sebuah zat yang membantu tubuh mengabsorbsi

vitamin B12) kekurangan vitamin B12 akhirnya, dapat mengakibatkan Pernicious Anemia, sebuah kondisi

yang serius bila tidak segera dirawat dapat mempengaruhi seluruh sistem dalam tubuh. Autoimmune

Atropic Gastritis terutama terjadi pada orang tua. 

6) Penyakit Meiner 

Dinding lambung menjadi tebal, lipatannya melebar, kelenjarnya membesar dan memiliki kista yang terisi

cairan. Sekitar 10 % penderita ini menderita kanker lambung. 

7) Gastritis Sel Plasma 

Sel plasma ( salah satu jenis sel darah putih ) terkumpul dalam dinding lambung dan organ lainnya. 

8) Penyakit Bile Refluk 

Bile ( empedu ) adalah cairan yang membantu mencerna lemak – lemak dalam tubuh. Cairan ini diproduksi

oleh hati. Ketika dilepaskan, empedu akan melewati serangkaian saluran kecil dan menuju keusus kecil.

Dalam kondisi normal, sebuah otot Sphincter yang berbentuk seperti cincin (Pyloric Valve) akan

mencegah empedu mengalir balik kedalam lambung. Tetapi jika katub ini tidak bekerja dengan benar,

maka empedu akan masuk kedalam lambung dan mengakibatkan peradangan dan Gastritis. 

9) Radiasi dan Kemoterapi 

Perawatan terhadap kanker seperti kemoterapi dan radiasi dapat mengakibatkan peradangan pada dinding

lambung dan selanjutnya dapat berkembang menjadi Gastritis dan Peptic Ulcer. Ketika tubuh terkena

sejumlah kecil radiasi, kerusakan yang terjadi biasanya sementara, tapi dalam dosis besar akan

mengakibatkan kerusakan tersebut menjadi permanen dan dapat mengikis dinding lambung serta merusak

kelenjar – kelenjar penghasil asam lambung. 

10) Faktor-faktor lain 

Gastritis sering juga dikaitkan dengan kondisi kesehatan lainnya seperti HIV / AIDS, infeksi oleh parasit,

dan gagal hati atau ginjal. 

C. PATOFISIOLOGI 

Lambung adalah sebuah kantong otot yang kosong, terletak dibagian kiri atas perut tepat dibawah tulang

iga. Lambung orang dewasa memiliki panjang berkisar antara 10 inci dan dapat mengembang untuk

menampung makanan atau minuman sebanyak 1 gallon. Bila lambung dalam keadaan kosong, maka ia

akan melipat, mirip seperti sebuah akordion. Ketika lambung mulai terisi dan mengembang, lipatan –

lipatan tersebut secara bertahap membuka. 

Page 3: Askep anak Gastritis

Lambung memproses dan menyimpan makanan dan secara bertahap melepaskannya kedalam usus kecil.

Ketika makanan masuk kedalam esofagus, sebuah cincin otot yang berada pada sambungan antara

esofagus dan lambung ( Esophangeal Sphincer ) akan membuka dan membiarkan makanan masuk lewat

lambung. Setelah masuk kelambung cincin ini menutup. Dinding lambung terdiri dari lapisan otot yang

kuat. Ketika makanan berada dilambung, dinding lambung akan mulai menghancurkan makanan tersebut.

Pada saat yang sama, kelenjar – kelenjar yang berada dimucosa pada dinding lambung mulai

mengeluarkan cairan lambung ( termasuk enzim – enzim dan asam lambung ) untuk lebih menghancurkan

makanan tersebut. 

Suatu komponen cairan lambung adalah Asam Hidroklorida. Asam ini sangat korosif sehingga paku

besipun dapat larut dalam cairan ini. Dinding lambung dilindungi oleh mucosa – mucosa bicarbonate

(sebuah lapisan penyangga yang mengeluarkan ion bicarbonate secara reguler sehingga menyeimbangkan

keasaman dalam lambung ) sehingga terhindar dari sifat korosif hidroklorida. Fungsi dari lapisan

pelindung lambung ini adalah agar cairan asam dalam lambung tidak merusak dinding lambung. 

Kerusakan pada lapisan pelindung menyebabkan cairan lambung yang sangat asam bersentuhan langsung

dengan dinding lambung dan menyebabkan peradangan atau inflamasi.Gastritis biasanya terjadi ketika

mekanisme pelindung ini kewalahan dan mengakibatkan rusak dan meradangnya dinding lambung. 

D. MANIFESTASI KLINIS 

Gejalanya bermacam – macam, tergantung kepada penyebab Gastritisnya. Biasanya penderita Gastritis

mengalami gangguan pencernaan ( Indigesti ) dan rasa tidak nyaman diperut sebelah atas 

1) Gastritis Bakterialis 

Dapat ditandai dengan adanya demam, sakit kepala dan kejang otot. 

2) Gastritis Karena Stres Akut 

Penyebabnya (misalnya penyakit berat, luka bakar atau cedera) biasanya menutupi gejala – gejala lambung

: tetapi perut sebelah atas terasa tidak enak. Segera setelah cedera, timbul memar kecil dalam lapisan

lambung, dalam beberapa jam memar ini bisa berubah menjadi ulkus. Ulkus dan Gastritis bisa menghilang

bila penderita sembuh dengan cepat dari cederanya. Bila penderita tetap sakit, ulkus bisa membesar dan

mulai mengalami pendarahan, biasanya dalam waktu 2 – 5 hari setelah terjadinya cedera. Perdarahan

menyebabkan tinja berwarna kehitaman seperti aspal, cairan lambung menjadi kemerahan dan jika sangat

berat, tekanan darah bisa turun. Perdarahan bisa meluas dan berakibat fatal. 

3) Gastritis Erosif Kronis 

Gejalanya berupa mual ringan dan nyeri diperut sebelah atas. Tetapi banyak penderita ( misalnya pemakai

Aspirin jangka panjang ) tidak merasakan nyeri. Penderita lainnya merasakan gejala yang mirip ulkus,

yaitu nyeri ketika perut kosong. Jika gastritis menyebabkan perdarahan dari ulkus lambung, gejalanya

berupa tinja berwarna kehitaman seperti aspal ( Melena ), muntah darah ( Hematemesis ) atau makanan

yang sudah dicerna yang menyerupai endapan kopi. 

4) Gastritis Eosinofilik 

Gejalanya berupa nyeri perut dan muntah bisa disebabkan penyempitan atau penyumbatan ujung saluran

lambung yang menuju keusus dua belas jari. 

Page 4: Askep anak Gastritis

5) Penyakit Meniere 

Gejala yang paling sering ditemukan adalah nyeri lambung. Hilangnya nafsu makan, mual, muntah dan

penurunan berat badan, lebih jarang terjadi. Tidak pernah terjadi perdarahan lambung. Penimbunan cairan

dan pembengkakan jaringan (edema) bisa disebabkan karena hilangnya protein dari lapisan lambung yang

meradang. Protein yang hilang ini bercampur dengan isi lambung dan dibuang dari tubuh. 

6) Gastitis Sel Plasma 

Gejalanya berupa nyeri perut dan muntah bisa terjadi bersamaan dengan timbulnya ruam dikulit dan diare. 

7) Gastritis Akibat Terapi Penyinaran 

Menyebabkan nyeri, mual dan Heartburn (rasa hangat atau rasa terbakar dibelakang tulang dada), yang

terjadi karena adanya peradangan dan kadang karena adanya tukak dilambung. Tukak bisa menembus

dinding lambung sehingga isi lambung tumpah kedalam rongga perut, menyebabkan peritonitis

(peradangan lapisan perut) dan nyeri yang luar biasa. Perut kaku dan keadaan ini memerlukan tindakan

pembedahan darurat. Kadang setelah terapi penyinaran, terbentuk jaringan parut yang menyebabkan

menyempitnya saluran lambung yang menuju keusus duabelas jari, sehingga terjadi nyeri perut dan

muntah. Penyinaran bisa merusak lapisan pelindung lambung, sehingga bakteri dapat masuk kedalam

dinding lambung dan menyebabkan nyeri hebat yang muncul secara tiba – tiba. 

Gejala Gastritis secara umum 

a. Hilangnya nafsu makan. 

b. Sering disertai rasa pedih atau kembung di ulu hati, mual dan muntah. 

c. Perih atau sakit seperti rasa terbakar pada perut bagian atas yang dapat menjadi lebih baik atau lebih

buruk ketika makan. 

d. Perut terasa penuh pada perut bagian atas setelah makan. 

e. Kehilangan berat badan. 

E. KLASIFIKASI 

Gastritis dibagi menjadi 2 jenis (Charlene.J.Reeves, 2001) yaitu: 

1) Gastritis Akut 

Gastritis akut adalah proses peradangan jangka pendek dengan konsumsi agen kimia atau makanan yang

mengganggu dan merusak mucosa gastrik. Agen semacam itu mencakup bumbu, rempah-rempah, alkohol,

obat-obatan, radiasi, chemoterapi dan mikroorganisme infektif. 

2) Gastritis Kronis 

Gastritis kronis dibagi dalam tipe A dan B. Gastritis tipe A mampu menghasilkan imun sendiri, tipe ini

dikaitkan dengan atropi dari kelenjar lambung dan penurunan mucosa. Penurunan pada sekresi gastrik

mempengaruhi produksi antibodi. Anemia Pernisiosa berkembang dengan proses ini. Sedangkan Gastritis

tipe B lebih lazim, tipe ini dikaitkan dengan infeksi bakteri Helicobacter Pylori, yang menimbulkan ulkus

pada dinding lambung. 

Page 5: Askep anak Gastritis

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG 

Bila pasien didiagnosis terkena Gastritis, biasanya dilanjutkan dengan pemeriksaan penunjang untuk

mengetahui secara jelas penyebabnya. 

Pemeriksaan ini meliputi : 

1) Pemeriksaan Darah 

Tes ini digunakan untuk memeriksa adanya antibodi H. Pylori dalam darah. Hasil test yang positif

menunjukan bahwa pasien pernah kontak dengan bakteri pada suatu waktu dalam hidupnya, tapi itu tidak

menunjukan bahwa pasien tersebut terkena infeksi. Tes darah dapat juga dilakukan untuk memeriksa

Anemia, yang terjadi akibat pendarahan lambung akibat Gastritis. 

2) Pemeriksaan Pernafasan 

Tes ini dapat menentukan apakah pasien terinfeksi oleh bakteri H. Pylori atau tidak. 

3) Pemeriksaan Feses 

Tes ini memeriksa apakah terdapat H. Pylori dalam feses atau tidak. Hasil yang positif mengindikasikan

terjadi infeksi. Pemeriksaan juga dilakukan terhadap adanya darah dalam feses. Hal ini menunjukan

adanya perdarahan pada lambung. 

4) Endoskopi Saluran Cerna Bagian Atas 

Dengan test ini dapat terlihat adanya ketidaknormalan pada saluran cerna bagian atas yang mungkin tidak

terlihat dengan sinar-X. Test ini dilakukan dengan cara memesukan sebuah selang kecil yang fleksibel

(endoskop) melalui mulut dan masuk kedalam Esopagus, lambung dan bagian atas usus kecil.

Tenggorokan akan terlebih dahulu dimati-rasakan (anestesi) sebelum endoskop dimasukan untuk

memastikan pasien merasa nyaman menjalani test ini. 

Jika ada jaringan dalam saluran cerna yang terlihat mencurigakan, dokter akan mengambil sedikit sampel

(biopsi) dari jaringan tersebut. Sampel itu kemudian akan dibawa kelaboratorium untuk diperiksa. Test ini

memakan waktu kurang lebih 20 sampai 30 menit. Pasien biasanya tidak langsung disuruh pulang ketika

selesai test ini, tetapi harus menunggu sampai efek dari anestesi menghilang, kurang lebih satu atau dua

jam. 

Hampir tidak ada resiko akibat test ini. Komplikasi yang sering terjadi adalah rasa tidak nyaman pada

tenggorokan akibat menelan endoskop. 

5) Ronsen Saluran Cerna Bagian Atas 

Test ini akan melihat adanya tanda-tanda Gastritis atau penyakit pencernaan lainnya. Biasanya pasien akan

diminta menelan cairan Barium terlebih dahulu sebelum dilakukan Ronsen. Cairan ini akan melapisi

saluran cerna dan akan terlihat lebih jelas ketika dironsen. 

G. PENCEGAHAN 

Walaupun infeksi H.Pylori tidak dapat selalu dicegah, berikut beberapa saran untuk dapat mengurangi

resiko terkena Gastritis. 

Page 6: Askep anak Gastritis

1) Makan secara benar 

Hindari makanan yang dapat mengiritasi terutama makanan yang pedas, asam, gorengan, atau berlemak.

Yang sama pentingnya dengan pemilihan jenis makanan yang tepat bagi kesehatan adalah bagaimana cara

memakannya. Makanlah dengan jumlah yang cukup, pada waktunya dan lakukan dengan santai. 

2) Hindari Alkohol 

Penggunaan Alkohol dapat mengiritasi dan mengikis lapaisan mucosa lambung dan dapat mengakibatkan

peradangan dan perdarahan. 

3) Jangan merokok 

Merokok mengganggu kerja lapisan lambung, membuat lambung lebih rentan terhadap Gastritis dan

borok. Merokok juga meningkatkan asam lambung, sehingga menunda penyembuhan lambung dan

merupakan penyebab utama terjadinya kanker lambung. 

4) Lakukan olah raga secara teratur 

Aerobik dapat meningkatkan kecepatan pernafasan dan jantung, juga dapat menstimulasi aktivitas otot

usus sehingga membantu mengeluarkan limbah makanan dari usus secara lebih cepat. 

5) Kendalikan stres 

Stres meningkatkan resiko serangan jantung dan stroke, menurunkan sistem kekebalan tubuh dan dapat

memicu terjadinya permasalahan kulit. Stres juga dapat meningkatkan produksi asam lambung dan

memperlambat kecepatan pencernaan. Karena stres bagi sebagian orang tidak dapat dihindari, maka

kuncinya adalah dengan mengendalikannya secara efektif dengan cara diet yang bernutrisi, istirahat yang

cukup, olah raga teratur dan relaksasi yang cukup. 

6) Ganti obat penghilang nyeri 

Jika memungkinkan ahindari penggunaan AINS, obat-obat golongan ini akan menyebabkan terjadinya

peradangan dan akan membuat peradangan yang sudah ada menjadi lebih parah. Ganti dengan penghilang

nyeri yang mengandung Acetaminophen. 

7) Ikuti rekomendasi dokter 

H. PENATALAKSANAAN 

Terapi Gastritis sangat bergantung pada penyebab spesifiknya dan mungkin memerlukan perubahan dalam

gaya hidup, pengobatan atau dalam kasus yang jarang pembedahan untuk mengobatinya. 

1) Jika penyebabnya adalah infeksi oleh Helicobacter Pylori, maka diberikan Bismuth, Antibiotik

(misalnya Amoxicillin &Claritromycin) dan obat anti-tukak (misalnya Omeprazole). 

2) Penderita Gastritis karena stres akut banyak mengalami penyembuhan (penyakit berat, cedera atau

perdarahan) berhasil diatasi. Tetapi sekitar 2 % penderita Gastritis karena stres akut mengalami perdarahan

yang sering berakibat fatal. Karena itu dilakukan pencegahan dengan memberikan Antasid (untuk

menetralkan asam lambung) dan obat anti-ulkus yang kuat (untuk mengurangi atau menghentikan

pembentukan asam lambung). Perdarahan hebat karena Gastritis akibat stres akut bisa diatasi dengan

menutup sumber perdarahan dengan tindakan Endoskopi. Jika perdarahan masih berlanjut mungkin

Page 7: Askep anak Gastritis

seluruh lambung harus diangkat. 

3) Penderita Gastritis Erosif Kronis bisa diobati dengan Antasid. Penderita sebaikanya menghindari obat

tertentu (misalnya Aspirin atau obat anti peradangan non-steroid lainnya) dan makanan yang menyebabkan

iritasi lambung. Misoprostol mungkin bisa mengurangi resiko terbentuknya Ulkus karena obat anti

peradangan non-steroid. 

4) Untuk meringankan penyumbatan disaluran keluar lambung pada Gastritis Eosinofilik, bisa diberikan

Kortikosteroid atau dilakukan pembedahan. 

5) Gastritis Atrofik tidak dapat disembuhkan, sebagian besar penderita harus mendapatkan suntikan

tambahan vitamin B12. 

6) Penyakit Meiner bisa disembuhkan dengan mengangkat sebagian atau seluruh lambung. 

7) Gastritis sel plasma bisa diobati dengan obat anti Ulkus yang menghalangi pelepasan asam lambung. 

8) Pengaturan diet yaitu pemberian makanan lunak dengan jumlah sedikit tapi sering. 

9) Makanan yang perlu dihindari adalah yang merangsang dan berlemak seperti sambal, bumbu dapur dan

gorengan. 

10) Kedisiplinan dalam pemenuhan jam-jam makan juga sangat membantu pasien dengan gastritis. 

I. KOMPLIKASI 

Jika dibiarkan tidak terawat, Gastritis akan dapat mengakibatkan Peptic Ulcers dan perdarahan pada

lambung. Beberapa bentuk gastritis kronis dapat meningkatkan resiko kanker lambung, terutama jika

terjadi penipisan secara terus – menerus pada dinding lambung dan perubahan pada sel – sel dinding

lambung. 

Kebanyakan kanker lambung adalah Adenocarcinomas, yang bermula pada sel – sel kelenjar dalam

mucosa. Adenocarsinomas tipe 1 biasanya terjadi akibat infeksi H. Pylori. Kanker jenis lain yang terkait

dengan infeksi akibat H. Pylori adalah MALT (Mucosa associated Lymphoid Tissue) Lymphomas, kanker

ini berkembang secara perlahan pada jaringan sistem kekebalan pada dinding lambung. Kanker jenis ini

dapat disembuhkan bila ditemukan pada tahap awal. 

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK 

DENGAN GASTRITIS 

Page 8: Askep anak Gastritis

A. PENGKAJIAN 

Metode yang dapat digunakan dalam pengkajian berupa wawancara, pemeriksaan fisik, observasi umum,

catatan tertulis dari pelayanan kesehatan profesional lain, hasil pemeriksaan diagnostik, catat pada waktu

masuk RS dan interaksi dengan perawat, dokter, atau ahli yang lain (Long, 1996). 

Pengkajian kesehatan meliputi waktu terjadinya masalah, durasi, faktor pencetus dan manifestasi –

manifestasi yang dirasakannya. Mulai dengan menanyakan mengapa ia mencari bantuan kesehatan, kapan

merasakan gejala, tanyakan pasien mengenai keluhan utama dan penyakit saat ini berdasarkan: kapan

masalah pertama kali dirasakan? Apakah bertahap atau tiba – tiba? Apa yang dilakukan pasien bila

masalah pertama kali dihadapi? Apakah ini berhubungan dengan masukan makanan? 

1. Durasi 

a. Apakah masalah terjadi kadang – kadang atau menetap? 

b. Bila masalah nyeri, perhatikan apakah masalah nyeri kontinyu atau intermitten? 

2. Kualitas dan Karakteristik 

Minta pasien untuk menggambarkan masalah 

3. Tingkat Keparahan 

Apakah ini mempengaruhi kemampuannya melakukan aktivitas kehidupan sehari – hari seperti biasanya. 

4. Lokasi 

a. Dimana pasien merasakan terjadinya masalah? 

b. Apakah nyeri menyebar pada bagian tubuh yang lain? 

c. Apa yang terjadi pada pasien bila terjadi manifestasi? 

5. Faktor Pencertus 

a. Adakah sesuatu yang tampaknya menimbulkan masalah? 

b. Apakah hal itu membuat makin buruk / makin baik? 

c. Kapan ini terjadi? 

d. Apakah berhubungan dengan makanan, minuman atau aktivitas? 

e. Apakah makanan mencetuskan / meningkatkan nyeri? 

6. Faktor Penghilang 

a. Adakah sesuatu yang dilakukan pasien untuk mengurangi masalah? 

b. Sudahkah ia mencoba obat – obatan ? 

c. Mengubah posisi atau hal lain yang dapat menghilangkan nyerinya? 

7. Manifestasi yang berhubungan dengan gastritis 

a. Adakah manifestasi lain yang menggganggu pasien bila masalahnya ada? 

b. Apakah pasien kehilangan nafsu makan, mual, muntah atau diare? 

Dibawah ini adalah sumber data yang berupa biodata pasien, keluhan utama, keluhan tambahan, riwayat

kesehatan dahulu, riwayat kesehatan keluarga dan pemeriksaan fisik pada pasien dengan Gastritis: 

Page 9: Askep anak Gastritis

1. Biodata Pasien 

Biodata pasien secara lengkap diperlukan untuk memulai hubungan yang harmonis dan serasi antara

perawat dan pasien. Adanya hubungan awal yang baik dapat memperlancar dalam mengembangkan

hubungan atau komunikasi Terapeutik. Terjalinnya komunikasi terapeutik yang baik dapat membantu

menurunkan sters pasien akibat Hospitalisasi dan meningkatkan peras serta pasien dalam perawatan dan

pengobatan. 

2. Keluhan Utama 

Keluhan utama yang dirasakan pasien adalah nyeri didaerah Epigastrium. Nyeri yang dialami dipengaruhi

oleh penglaman, persepsi, toleransi dan reaksi orang terhadap nyeri itu sendiri. Individu memberi respon

yang berbeda terhadap nyeri, ada yang disertai rasa takut, gelisah, dan cemas sedangkan yang lain penuh

dengan toleransi dan optimis. ( Long, 1996 ). 

Beberapa mekanisme nyeri yang bersumber dari abdomen yaitu inflamasi peritoneum parietal, obstruksi

visera rongga, gangguan vaskular dan dinding abdominal. Nyeri inflamasi peritoneum parietal bersifat

tetap, sakit dan terletak langsung pada daerah meradang. Intensitas nyeri tergantung pada tipe dan jumlah

substansi benda asing pada peritoneum parietal yang terpapar dalam periode waktu tertentu. Pelepasan

mendadak sejumlah kecil cairan asam lambung kerongga peritoneum menyebabkan nyeri yang hebat

dibandingkan dengan bahan yang sangat tercemar dalam jumlah yang sama. 

Karakteristik lain iritasi peritoneal adalah spasme reflek tonik otot abdomen. Intensitas spasme otot tonik

yang menyertai inflamasi peritoneal bergantung pada lokasi proses peradangan atau kecepatan berkembang

dan integritas sistem nervosa. 

Nyeri obstruksi visera abdominal berongga secara klasik dilukiskan sebagai intermiten, abdomen mulas

atau kolik. Nyeri karena gangguan vaskuler disebabkan karena adanya embolisme atau trombosis arteri

mesentererika superior. 

Nyeri yang timbul dari dinding abdomen biasanya konstan dan sakit. Pergerakan, berdiri lama dan adanya

tekanan pada abdomen akan menambah perasaan nyeri dan spasme otot. Keterlibatan otot secara serentak

pada bagian lain dari tubuh biasanya bermanfaat untuk membedakan miositis dinding abdomen dari suatu

proses intraabdominal yang dapat menyebabkan nyeri pada daerah yang sama. 

3. Keluhan Tambahan 

Keluhan tambahan yang terdapat pada pasien gastritis biasanya berupa mual dan muntah. Mual dan

muntah dikendalikan oleh pusat muntah pada dasar ventrikel otak keempat. Pusat muntah dibagian dorsal

lateral dari formasio retikularis medula oblongata, yaitu pada tingkat nukleus motorik dorsal lateral dari

syaraf vagus. Pusat ini terletak dekat dengan pusat salivasi, vasomotor dan pernafasan. Alat keseimbangan

dapat terserang akibat proses – proses sentral atau perifer. Peranan dari pusat muntah adalah

mengkoordinir semua komponen komplek yang terlibat dalam proses muntah. (Long, 1996). 

Terjadinya muntah didahului oleh salivasi dan inspirasi dalam sfinter esophagus akan relaksasi, laring dan

palatum mole tingkat dan glotis menutup. Selanjutnya diafragma akan berkontraksi dan menurun serta

dinding perut juga berkontraksi mengakibatkan suatu tekanan pada lambung dan sebagian isinya

dimuntahkan. Peristiwa ini didahului oleh statis lambung, kontraksi duodenum, dan antrum lambung. Mual

dirasakan sebagai sensasi tidak enak diepigastrium, dibelakang tenggorokan dan perut. Sensasi mual

Page 10: Askep anak Gastritis

biasanya disertai dengan berkurangnya motilitas lambung dan meningkatnya kontraksi duodenum. 

Terdapat lima penyebab muntah yang utama diantaranya adalah penyakit psikogenik, proses – proses

sentral, proses sentral tidak langsung, penyakit perifer dan iritasi lambung atau usus. Konsekuensi dari

muntah yang berat dan lama akan meningkatkan dehidrasi, gangguan keseimbangan elektrolit serta

gangguan asam basa. 

4. Riwayat Kesehatan Dahulu 

Perawat menanyakan kepada pasien tentang masalah masa lalu pada sistem Gastrointestinal. Pernahkan

pasien dirawat dirumah sakit? Untuk melanjutkan pengkajian keperawatan riwayat pasien, perawata

mencatat status kesehatan umum pasien serta gangguan dan perbedaan gastrointestinal sebelumnya. Obat –

obatan, dapatkan informasi lengkap tentang obat yang diresepkan dan yang dijual bebas, baik saat ini dan

yang digunakan sebelumnya. Tanyakan tentang penggunaan Aspirin, dan obat antiinflamasi nonsteroid

(NSAID) yang dapat memperberat gastritis. 

5. Riwayat Kesehatan Keluarga 

Riwayat kesehatan keluarga tentang penyakit Gastrointestinal yang dapat mempengaruhi masalah

kesehatan saat ini dan masa lalu pasien. 

6. Pemeriksaan fisik 

Pemeriksaan fisik kemudian dilakukan untuk memastikan data subjektif yang didapat dari pasien.

Abdomen diinspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi. Pasien ditempatkan dalam posisi terlentang. 

Kontur dan simetrisitas abdomen diperhatikan dengan identifikasi benjolan lokal, distensi atau gerakan

peristaltik. Auskultasi dilaksanakan sebelum perkusi dan palpasi dapat meningkatkan motilitas usus,

mengubah bising usus. Palpasi digunakan untuk mengidentifikasi masa abdomen atau area nyeri tekan

sebelum perkusi dan palpasi. Timpani atau pekak dicatat selama perkusi. (Ester, 2000) 

Nyeri tekan pada regio epigastrik merupakan salah satu dari manifesrasi klinis pada gastritis. (Long, 1996).

Nyeri pada regio epigastrik terjadi karena destruksi mucosa lambung. Destruksi tersebut terjadi karena

susana asam yang terdapat pada lumen lambung yang akan mempercepat kerusakan mukosa barier oleh

cairan usus yang menyebabkan efek nyeri epigastrik, karena terjadi vasokontriksi pembuluh darah yang

disebabkan karena stress terjadi penurunan perfusi mucosa. Iskemia mucosa menyebabkan permeabilitas

meningkat sehingga difus balik H+ meningkat dan terjadi pengeluaran histamin mucosa dan pertukaran

yang dapat mengakibatkan gejala distensi abdomen dan konsistensi agak keras. 

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN 

1. Gangguan rasa nyaman ( Nyeri Akut ) berhubungan dengan Cedera Biologi (Iritasi Lambung ) 

2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan masukan makanan tidak

adekuat dan rangsangan muntah. 

3. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi pada mukosa lambung 

4. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan Muntah, Haematoemesis, Melena.

Page 11: Askep anak Gastritis

5. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan imunitas menurun dan proses penyakit. 

6. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, pengobatan, perawatan serta hospitalisasi berhubungan dengan

Kurang informasi. 

C. INTERVENSI 

DX. I : Gangguan rasa nyaman (Nyeri Akut) b.d Cedera Biologi (Iritasi Lambung) 

Tujuan : Nyeri berkurang atau hilang 

NOC I : Kontrol Nyeri 

Kriteria Hasil : 

1. Mengetahui faktor penyebab nyeri 

2. Mengetahui permulaan terjadinya nyeri 

3. Menggunakan tindakan pencegahan 

4. Melaporkan gejala 

5. Melaporkan kontrol nyeri 

NOC II : Tingkat Nyeri 

Kriteria Hasil : 

1. Melaporkan nyeri berkurang atau hilang 

2. Frekuensi nyeri berkurang 

3. Lamanya nyeri berlangsung 

4. Ekspresi wajah saat nyeri 

5. Posisi tubuh melindungi 

Skala Penilaian NOC : 

1. Tidak pernah dilakukan 

2. Jarang dilakukan 

3. Kadang dilakukan 

4. Sering dilakukan 

5. Selalu dilakukan 

NIC I : Manajemen Nyeri 

Aktivitas 

1. Lakukan pengkajian nyeri secara menyeluruh meliputi lokasi, durasi, kualitas, keparahan nyeri dan

faktor pencetus nyeri. 

2. Observasi ketidaknyamanan non verbal. 

3. ajarkan untuk teknik nonfarmakologi misal relaksasi, guide imajeri, terapi musik, distraksi. 

4. Kendalikan faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon pasien terhadap ketidaknyamanan

misal suhu, lingkungan, cahaya, kegaduhan. 

5. Kolaborasi : pemberian Analgetik sesuai indikasi 

NIC II : Manajemen Analgetik 

Aktivitas 

1. Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas dan tingkat nyeri sebelum mengobati pasien. 

2. Cek obat meliputi jenis, dosis, dan frekuensi pemberian analgetik. 

3. Tentukan jenis analgetik ( Narkotik, Non-Narkotik) disamping tipe dan tingkat nyeri. 

4. Tentukan Analgetik yang tepat, cara pemberian dan dosisnya secara tepat. 

5. Monitor tanda – tanda vital sebelum dan setelah pemberian analgetik. 

Page 12: Askep anak Gastritis

DX II : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d masukan makanan tidak adekuat dan

rangsangan muntah. 

Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi 

NOC : Status Gizi 

Kriteria Hasil : 

1. Mempertahankan berat badan dalam batas normal 

Berat badan ideal : 

Rumus : 8 + 2n n : umur 

Status nutrisi = Berat badan sekarang X 100 % 

Berat Ideal 

2. Toleransi terhadap diet yang dianjurkan 

Pasien mau makan diet yang diberikan minimal habis ½ porsi, nafsu makan baik. 

3. Melaporkan keadekuatan tingkat energi 

Pasien tidak lemas dan lemah. 

4. Menyatakan keinginan untuk mengikuti diet 

Pasien mau makan. 

5. Nilai laboratorium misal Albumin dan Globulin dalam batas normal 

Albumin normal : 3,5 – 5,3 gr/dl 

Globulin normal : 2,7 – 3,2 gr/dl 

Hemoglobin : 12 – 16 gr/dl 

SGOT : LKURANG 37, P KURANG 31 uI/L 

SGPT : L KURANG 41, KURANG 31 uI/L 

Skala penilaian NOC : 

1. Tidak adekuat 

2. Ringan 

3. Sedang 

4. Kuat 

5. Adekuat total 

NIC : Pengelolaan Nutrisi 

Aktivitas 

1. Kaji tentang makanan yang membuat klien alergi. 

2. Tentukan makanan kesukaan klien. 

3. Dorong pasien untuk memilih makanan yang lunak. 

4. Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C 

5. Hindari makanan pedas, asam atau berminyak. 

6. Monitor jumlah pemasukan nutrisi dan kalori. 

7. Kolaborasi : 

a. Diskusikan dengan ahli gizi dalam menentukan jumlah kebutuhan kalori dan protein. 

b. Diskusikan dengan dokter kebutuhan stimulasi nafsu makan, makanan pelengkap. 

DX III : Hipertermi b.d Proses infeksi pada mukosa lambung 

Tujuan : Tidak terjadi peningkatan suhu tubuh 

NOC : Termoregulasi 

Page 13: Askep anak Gastritis

Kriteria Hasil : 

1. Suhu tubuh dalam batas normal 

Suhu tubuh normal berkisar antara 36 – 37 derajat celsius 

2. Menjelaskan tindakan untuk mengurangi peningkatan suhu tubuh 

Tindakan untuk mengurangi peningkatan suhu tubuh. 

3. Tidak ada perubahan warna kulit. 

Warna kulit tidak sianosis, turgor kulit baik. 

4. Denyut nadi normal 

Nadi 

New Born =100 – 180 X/menit 

1 minggu – 3 bulan =100 – 120 X/menit 

3 bulan – 3 tahun =80 – 150 X/menit 

2 – 10 tahun =70 – 110 X/menit 

10 tahun – dewasa =55 – 90 X/menit 

5. Respirasi normal 

Pernafasan 

New Born =35 X/menit 

1 – 11 bulan =30 X/menit 

2 tahun =25 X/menit 

4 tahun =23 X/menit 

6 tahun =21 X/menit 

8 tahun =20 X/menit 

10 – 12 tahun =19 X/menit 

14 tahun =18 X/menit 

16 tahun =17 X/menit 

18 tahun =16 – 18 X/menit 

6. Cairan seimbang (intake dan out put) dalam 24 jam 

Urine output 

1 – 3 tahun =500 – 600 ml 

3 – 5 tahun =600 – 700 ml 

5 – 8 tahun =700 – 1000 ml 

8 – 14 tahun =800 – 1400 ml 

14 –18 tahun =1500 ml 

Berat jenis urine 20 – 40 mg/dl 

7. Tekanan darah dalam batas normal 

Tekanan darah 

New Born =40 mmHg 

1 bulan =85/54 mmHg 

1 tahun =95/65 mmHg 

6 tahun =105/65 mmHg 

10 – 13 tahun =110/65 mmHg 

14 – 17 tahun =120/80 mmHg 

Page 14: Askep anak Gastritis

Skala Penilaian NOC : 

1. Tidak normal 

2. Jauh dari normal 

3. Hampir normal 

4. Cukup normal 

5. Normal 

NIC I : Regulasi tubuh 

1. Observasi tanda – tanda vital 

2. Berikan minuman per oral 

3. Kompres dengan air hangat 

4. Kolaborasi pemberian Antipiretik 

5. Monitor masukan dan keluaran cairan dalam 24 jam 

DX. IV : Resiko kekurangan volume cairan b.d Muntah, Haematoemesis, Melena 

Tujuan : Tidak ada tanda – tanda kekurangan volume cairan misal dehidrasi 

NOC : Fluid Balance 

Kriteria Hasil : 

1. Keseimbangan intake dan output dalam 24 jam 

2. Tidak terlihat mata cekung 

3. Kelembaban kulit dalam batas normal 

4. Membran mukosa lembab 

5. Berat badan stabil 

Skala Penilaian NOC : 

1. Luar biasa kompromi 

2. Kompromi sekali 

3. Kompromi baik 

4. Kompromi sedang 

5. Tidak ada kompromi 

NIC : Fluid Management 

Aktivitas 

1. Timbang popok jika diperlukan 

2. Pertahan intake dan output yang akurat 

3. Monitor status hidrasi (kelembaban membran mucosa, nadi adekuat, tekanan darah) 

4. Monitor vital sign 

5. Dorong masukan oral 

6. Dorong keluarga untuk membantu pasien makan 

7. Kolaborasi 

c. Pemberian cairan IV 

d. Pemberian tranfusi darah jika perlukan 

DX. V : Resiko tinggi infeksi b.d Imunitas menurun dan Proses penyakit 

Tujuan : Tidak terjadi infeksi lebih lanjut 

NOC I : Imune Status 

Kriteria Hasil : 

1. Pasien bebas dari tanda dan gejala infeksi 

Tidak ada rubor, color, dolor, tumor dan fungsiolesa. 

Page 15: Askep anak Gastritis

2. Menunjukan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi 

3. Menunjukan perilaku hidup sehat 

Personal hygiene pasien terpenuhi baik sacara mandiri maupun dibantu keluarga. 

NOC II : Pengendalian Resiko 

Kriteria Hasil : 

1. Mengindikasikan status gastrointestinal, pernafasan, genitouria dan imun dalam batas normal 

a. Tidak ada konstipasi atau diare. 

b. Pernafasan 

New Born - =35 X/menit 

1 – 11 bulan =30 X/menit 

2 tahun =25 X/menit 

4 tahun =23 X/menit 

6 tahun =21 X/menit 

8 tahun =20 X/menit 

10 – 12 tahun =19 X/menit 

14 tahun =18 X/menit 

16 tahun =17 X/menit 

18 tahun =16 – 18 X/menit 

c. Tidak ada gangguan dalam berkemih 

d. Daya tahan tubuh baik tidak mudah terserang penyakit 

2. Mendapatkan imunisasi yang tepat 

Imunisasi 

Umur Imunisasi yang harus didapat

0 bulan Hepatitis B1, BCG, Polio 1

2 bulan Hepatitis B2, DPT1, Polio 2

3 bulan DPT2, Polio 3

4 bulan DPT3, Polio 4

6 bulan Hepatitis B3

9 bulan Campak

Skala Penilaian NOC : 

1. Tidak pernah menunjukan 

2. Jarang menunjukan 

3. Kadang menunjukan 

4. Sering menunjukan 

5. Konsisten menunjukan 

Page 16: Askep anak Gastritis

NIC : Infection Protection 

Aktivitas 

1. Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal 

2. Monitor terhadap kerentanan infeksi 

3. Batasi pengunjung 

4. Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan, panas dan drainase 

5. Dorong masukan nutrisi yang cukup 

6. Dorong masukan cairan yang cukup 

7. Dorong pasien untuk istirahat 

8. Informasikan kepada keluarga kapan jadwal imunisasi (DPT, Polio, Campak, Rubella) 

9. Jelaskan keuntungan imunisasi 

10. Ajarkan kepada pengunjung untuk mencuci tangan setiap kali masuk dan keluar dari ruangan klien. 

11. Kolaborasi : Berikan antibiotik jika diperlukan 

DX. VI : Kurang pengetahuan mengenai kondisi, pengobatan, perawatan serta hospitalisasi 

Tujuan : Pengetahuan pasien dan keluarga bertambah 

NOC : Pengetahuan : Proses Penyakit 

Kriteria Hasil 

1. Mengenal nama penyakit 

2. Deskripsi proses penyakit 

3. Deskripsi faktor penyebab 

4. Deskripsi tanda dan gejala 

5. Deskripsi cara meminimalkan perkembangan penyakit 

6. Deskripsi komplikasi penyakit 

7. Deskripsi tindakan pencegahan terhadap komplikasi 

Skala Penilaian NOC : 

1. Tidak ada 

2. Sedikit 

3. Sedang 

4. Luas 

5. Lengkap 

NIC : Pembelajaran Proses Penyakit 

Aktivitas 

1. Kaji tingkat pengetahuan klien tentang penyakit 

2. Jelaskan tanda dan gejala penyakit 

3. Jelaskan proses penyakit 

4. Identifikasi penyebab penyakit 

5. Berikan informasi tentang kondisi klien 

6. Berikan informasi tentang hasil pemeriksaan laboratorium 

7. Diskusikan perubahan gaya hidup untuk mencegah komplikasi 

C. EVALUASI 

Page 17: Askep anak Gastritis

Dx Kriteria Hasil Keterangan Skala

I Kontrol Nyeri

NOC I : Kontrol Nyeri

Kriteria Hasil :

1. Mengetahui faktor penyebab

nyeri

2. Mengetahui permulaan

terjadinya nyeri

3. Menggunakan tindakan

pencegahan

4. Melaporkan gejala

5. Melaporkan kontrol nyeri

NOC II : Tingkat Nyeri

Kriteria Hasil

1. Melaporkan nyeri berkurang

atau hilang

2. Frekuensi nyeri berkurang

3. Lamanya nyeri berlangsung

4. Ekspresi wajah saat nyeri

5. Posisi tubuh melindungi

1. Tidak pernah

dilakukan

2. Jarang dilakukan

3. Kadang dilakukan

4. Sering dilakukan

5. Selalu dilakukan

II NOC : Status Gizi

1. Mempertahankan berat badan

dalam batas normal

2. Toleransi terhadap diet yang

dianjurkan

3. Melaporkan keadekuatan

tingkat energi

4. Menyatakan keinginan untuk

mengikuti diet

5. Nilai laboratorium misal

Albumin dan globulin dalam

batas normal

1. Tidak adekuat

2. Ringan

3. Sedang

4. Kuat

5. Adekuat total

III. NOC : Termoregulasi

1. Suhu tubuh dalam batas

normal

2. Menjelaskan tindakan untuk

mengurangi peningkatan

suhu tubuh

1. Tidak normal

2. Jauh dari normal

3. Hampir normal

4. Cukup normal

5. Normal

Page 18: Askep anak Gastritis

Dx Kriteria Hasil Keterangan Skala

3. Tidak ada perubahan warna

kulit

4. Denyut nadi normal

5. Respirasi normal

6. Cairan seimbang (intake &

output) dalam 24 jam

7. Tekanan darah dalam batas

normal

IV. NOC : Fluid Balance

1. Keseimbangan intake dan

output dalam 24 jam

2. Berat badan stabil

3. Tidak ada cekung

4. Kelembaban kulit dalam batas

normal

5. Membran mukosa lembab

1. Luarbiasa kompromi

2. Kompromi sekali

3. Kompromi baik

4. Kompromi sedang

5. Tidak kompromi

V. NOC I : Imune Status

1. Pasien bebas dari tanda dan

gejala infeksi

2. Menunjukan kemampuan

untuk mencegah timbulnya

infeksi

3. Menunujukan perilaku hidup

sehat

NOC II : Pengendalian Resiko

1. Mengindikasikan status

gastrointestinal, pernafasan,

genitouria dan imun dalam

batas normal

2. Mendapatkan imunisasi yang

tepat

1. Tidak pernah

menunjukan

2. Jarang menunjukan

3. Kadang menunjukan

4. Sering menunjukan

5. Konsisten menunjukan

VI. 1. Mengenal nama penyakit

2. Deskripsi proses penyakit

3. Deskripsi faktor penyebab

4. Deskripsi tanda dan gejala

5.Deskripsi cara meminimalkan

perkembangan penyakit

1. Tidak ada

2. Sedikit

3. Sedang

4. Luas

5. Lengkap

Page 19: Askep anak Gastritis

Dx Kriteria Hasil Keterangan Skala

6. Deskripsi komplikasi penyakit

7.Deskripsi tindakan pencegahan

terhadap komplikasi

DAFTAR PUSTAKA 

Brunner, A. Suddart, 2005, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah,ed 8 vol.3, EGC, Jakarta. 

Ester, M, 2001, Keperawatan Medikal Bedah Pendekatan Sistem Gastrointestinal, EGC, Jakarta. 

Johnson, Marion, 2000, Nursing Outcomes Classification (NOC), second edition, Mosby, United State of

American. 

Hadi, Sujono, 1991, Gastroenterologi, ed 5, Alumni, Bandung. 

Long, BC, 1996, Perawatan Medikal Bedah: Suatu Pendekatan Proses Keperawatan, Yayasan Ikatan

Pendidikan Keperawatan Pajajaran , Bandung. 

Mansjoer, A, Suprohaita & Setyowulan, 1999, Kapita Selekta Kedokteran ed 3, Media Aesculapius,

Jakarta. 

MC, Closkey, Joanne C, 1996, Nursing Intervention Classification (NIC), second edition, Mosby, United

State of American. 

Santosa, Budi, 2006, Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda 2005-2006 Definisi dan Klasifikasi, EGC,

Jakarta. 

Priharjo, R, 1996, Pengkajian Fisik Keperawatan, editor Gede Yasmin asih, EGC, Jakarta. 

Reeves, Charlene J, 2001, Keperawatan Medikal Bedah, Salemba Medika, Jakarta.