Askep Osteoporosis.docx
-
Upload
july-miss-goodbye -
Category
Documents
-
view
60 -
download
6
Transcript of Askep Osteoporosis.docx
Askep OsteoporosisCreated By Iwan, S.KpKep. Medikal Bedah III42ASKEP pada Klien dengan gangguan MetabolismeTulang : OSTEOPOROSISBy Iwan Sain, S.KpDefenisiadalah kelainan di mana terjadi penurunan massa tulang total. Terdapatperubahan pergantian tulang homeostasis normal, kecepatan resorpsitulang lebih besar dari kecepatan pembentukan tulang, pengakibatkanpenurunan masa tulang total. Tulang secara progresif menjadi porus,rapuh dan mudah patah; tulang menjadi mudah fraktur dengan stresyang tidak akan menimbulkan pengaruh pada tulang normal.ETIOLOGIFaktor-faktor yang mempengaruhi pengurangan massa tulang pada usialanjut:o Determinan Massa TulangFaktor genetikPerbedaan genetik mempunyai pengaruh terhadap derajatkepadatan tulang. Beberapa orang mempunyai tulang yang cukupbesar dan yang lain kecil. Sebagai contoh, orang kulit hitam padaumumnya mempunyai struktur tulang lebih kuat/berat dari paciabangsa Kaukasia. Jacii seseorang yang mempunyai tulang kuat(terutama kulit Hitam Amerika), relatif imun terhadap fraktur karenaosteoporosis.Faktor mekanisBeban mekanis berpengaruh terhadap massa tulang di sampingfaktor genetk. Bertambahnya beban akan menambah massa tulangdan berkurangnya beban akan mengakibatkan berkurangnya massatulang. Dengan perkataan lain dapat disebutkan bahwa adahubungan langsung dan nyata antara massa otot dan massa tulang.Kedua hal tersebut menunjukkan respons terhadap kerja mekanikBeban mekanik yang berat akan mengakibatkan massa otot besarAskep OsteoporosisCreated By Iwan, S.KpKep. Medikal Bedah III43dan juga massa tulang yang besar. Sebagai contoh adalah pemaintenis atau pengayuh becak, akan dijumpai adanya hipertrofi baikpada otot maupun tulangnya terutama pada lengan atau tungkainya;sebaliknya atrofi baik pada otot maupun tulangnya akan dijumpaipada pasien yang harus istrahat di tempat tidur dalam waktu yanglama, poliomielitis atau pada penerbangan luar angkasa. Walaupundemikian belum diketahui dengan pasti berapa besar beban mekanisyang diperlukan dan berapa lama untuk meningkatkan massa tulang
di sampihg faktor genetikFaktor makanan dan hormonPada seseorang dengan pertumbuhan hormon dengan nutrisi yangcukup (protein dan mineral), pertumbuhan tulang akan mencapaimaksimal sesuai dengan pengaruh genetik yang bersangkutan.Pemberian makanan yang berlebih (misainya kalsium) di ataskebutuhan maksimal selama masa pertumbuhan, disangsikan dapatmenghasilkan massa tulang yang melebihi kemampuanpertumbuhan tulang yang bersangkutan sesuai dengan kemampuangenetiknya.o Determinan penurunan Massa TulangFaktor genetikFaktor genetik berpengaruh terhadap risiko terjadinya fraktur. Padaseseorang dengan tulang yang kecil akan lebih mudah mendapatrisiko fraktur dari pada seseorang dengan tulang yang besar. Sampaisaat ini tidak ada ukuran universal yang dapat dipakai sebagaiukuran tulang normal. Setiap individu mempunyai ketentuan normalsesuai dengan sitat genetiknya serta beban mekanis den besarbadannya. Apabila individu dengan tulang yang besar, kemudianterjadi proses penurunan massa tulang (osteoporosis) sehubungandengan lanjutnya usia, maka individu tersebut relatif masihmempunyai tulang tobih banyak dari pada individu yang mempunyaitulang kecil pada usia yang samaAskep OsteoporosisCreated By Iwan, S.KpKep. Medikal Bedah III44Faktor mekanisDi lain pihak, faktor mekanis mungkin merupakan faktor yangterpenting dalarn proses penurunan massa tulang schubungandengan lanjutnya usia. Walaupun demikian telah terbukti bahwa adainteraksi panting antara faktor mekanis dengan faktor nutrisihormonal. Pada umumnya aktivitas fisis akan menurun denganbertambahnya usia; dan karena massa tulang merupakan fungsibeban mekanis, massa tulang tersebut pasti akan menurun denganbertambahnya usia.KalsiumFaktor makanan ternyata memegang peranan penting dalam prosespenurunan massa tulang sehubungan dengan bertambahnya Lisia,terutama pada wanita post menopause. Kalsium, merupakan nutrisiyang sangat penting. Wanita-wanita pada masa peri menopause,dengan masukan kalsiumnya rendah dan absorbsinya tidak bak,akan mengakibatkan keseimbangan kalsiumnya menjadi negatif,sedang mereka yang masukan kalsiumnya baik dan absorbsinyajuga baik, menunjukkan keseimbangan kalsium positif. Dari keadaanini jelas, bahwa pada wanita masa menopause ada hubungan yang
erat antara masukan kalsium dengan keseimbangan kalsium dalamtubuhnya. Pada wanita dalam masa menopause keseimbangankalsiumnya akan terganggu akibat masukan serta absorbsinyakurang serta eksresi melalui urin yang bertambah. Hasil akhirkekurangan/kehilangan estrogen pada masa menopause adalahpergeseran keseimbangan kalsium yang negatif, sejumiah 25 mgkalsium sehari.ProteinProtein juga merupakan faktor yang penting dalam mempengaruhipenurunan massa tulang. Makanan yang kaya protein akanmengakibatkan ekskresi asam amino yang mengandung sulfatmelalui urin, hal ini akan meningkatkan ekskresi kalsium.Askep OsteoporosisCreated By Iwan, S.KpKep. Medikal Bedah III45Pada umumnya protein tidak dimakan secara tersendiri, tetapibersama makanan lain. Apabila makanan tersebut mengandungfosfor, maka fosfor tersebut akan mengurangi ekskresi kalsiummelalui urin. Sayangnya fosfor tersebut akan mengubah pengeluarankalsium melalui tinja. Hasil akhir dari makanan yang mengandungprotein berlebihan akan mengakibatkan kecenderungan untuk terjadikeseimbangan kalsium yang negatifEstrogen.Berkurangnya/hilangnya estrogen dari dalam tubuh akanmengakibatkan terjadinya gangguan keseimbangan kalsium. Hal inidisebabkan oleh karena menurunnya eflsiensi absorbsi kalsium darimakanan dan juga menurunnya konservasi kalsium di ginjal.Rokok dan kopiMerokok dan minum kopi dalam jumlah banyak cenderung akanmengakibatkan penurunan massa tulang, lebih-lebih bila disertaimasukan kalsium yang rendah. Mekanisme pengaruh merokokterhadap penurunan massa tulang tidak diketahui, akan tetapi kafeindapat memperbanyak ekskresi kalsium melalui urin maupun tinja.AlkoholAlkoholisme akhir-akhir ini merupakan masalah yang seringditemukan. Individu dengan alkoholisme mempunyai kecenderunganmasukan kalsium rendah, disertai dengan ekskresi lewat urin yangmeningkat. Mekanisme yang jelas belum diketahui dengan pasti .PATOGENESISo Dalam keadaan normal terjadi proses yang terus menerus dan terjadisecara seimbang yaitu proses resorbsi dan proses pembentukantulang (remodelling). Setiap ada perubahan dalam keseimbangan ini,misalnya proses resorbsi lebih besar dari proses pembentukan, makaakan terjadi penurunan massa tulangAskep Osteoporosis
Created By Iwan, S.KpKep. Medikal Bedah III46o Proses konsolidasi secara maksimal akan dicapai pada usia 30-35tahun untuk tulang bagian korteks dan lebih dini pd bagian trabekulao Pada usia 40-45 th, baik wanita maupun pria akan mengalamipenipisan tulang bagian korteks sebesar 0,3-0,5 %/tahun dan bagiantrabekula pada usia lebih mudao Pada pria seusia wanita menopause mengalami penipisan tulangberkisar 20-30 % dan pd wanita 40-50 %o Penurunan massa tulang lebih cepat pd bagian-bagian tubuh sepertimetakarpal, kolum femoris, dan korpus vertebrao Bagian-bagian tubuh yg sering fraktur adalah vertebra, paha bagianproksimal dan radius bagian distalMANIFESTASI KLINISo Nyeri dengan atau tanpa fraktur yang nyata. Ciri-ciri khas nyeri akibatfraktur kompressi pada vertebra (paling sering Th 11 dan 12 )adalah:o Nyeri timbul mendadako Sakit hebat dan terlokalisasi pada vertebra yg terserango Nyeri berkurang pada saat istirahat di t4 tiduro Nyeri ringan pada saat bangun tidur dan dan akan bertambah olehkarena melakukan aktivitaso Deformitas vertebra thorakalis Penurunan tinggi badanPEMERIKSAAN DIAGNOSTIKPemeriksaan non-invasif yaitu ;Pemeriksaan analisis aktivasi neutron yang bertujuan untuk memeriksakalsium total dan massa tulang.Pemeriksaan absorpsiometriPemeriksaan komputer tomografi (CT)Pemeriksaan biopsi yaitu bersifat invasif dan berguna untuk memberikaninformasi mengenai keadaan osteoklas, osteoblas, ketebalan trabekuladan kualitas meneralisasi tulang. Biopsi dilakukan pada tulang sternumatau krista iliaka.Askep OsteoporosisCreated By Iwan, S.KpKep. Medikal Bedah III47Pemeriksaan laboratorium yaitu pemeriksaan kimia darah dan kimiaurine biasanya dalam batas normal.sehingga pemeriksaan ini tidakbanyak membantu kecuali pada pemeriksaan biomakers osteocalein(GIA protein).PengobatanPrinsip Pengobatano Meningkatkan pembentukan tulang, obat-obatan yg dapatmeningkatkan pembentukan tulan adalah Na-fluorida dan steroid
anaboliko Menghambat resobsi tulang, obat-obatan yang dapatmengahambat resorbsi tulang adalah kalsium, kalsitonin, estrogendan difosfonatPencegahanPencegahan sebaiknya dilakukan pada usia pertumbuhan/dewasa muda,hal ini bertujuan:Mencapai massa tulang dewasa Proses konsolidasi) yang optimalMengatur makanan dan life style yg menjadi seseorang tetap bugarseperti:1. Diet mengandung tinggi kalsium (1000 mg/hari)2. Latihan teratur setiap hari3. Hindari :Makanan tinggi proteinMinum alkoholMerokokMinum kopiMinum antasida yang mengandung aluminiumAskep OsteoporosisCreated By Iwan, S.KpKep. Medikal Bedah III48PROSES KEPERAWATANPENGKAJIANPromosi kesehatan, identifikasi individu dengan risiko mengalamiosteoporosis dan penemuan masalah yang berhubungan denganosteoporosis membentuk dasar bagi pengkajian keperawatan.Wawancara meliputi pertanyaan mengenai terjadinya osteoporosisdalam keluarga, fraktur sebelumnya, konsumsi kalsium diet harian, polalatihan, awitan menopause dan penggunaan kortikoseteoroid selainasupan alkohol, rokok dan kafein. Setiap sengaja yang dialami pasien,seperti nyeri pingang, konstipasi atau ganggua citra diri harus digali.Pemeriksaan fisik kadang menemukan adanya patah tulang kifosisvertebrata torakalis atau pemendekan tinggi badan. Masalah mobilitasdan pernapasan dapat terjadi akibat perubahan postur dan kelemahanotot. Konstipasi dapat terjadi akibat inaktivitas.DIAGNOSA KEPERAWATAN1. Kurang pengetahuan mengenai proses osteoporosis dan programterapi2. Nyeri yang berhubungan dengan fraktur dan spasme otot3. Konstipasi yang berhubungan dengan imobilitasi atau terjadinya ileus(obstruksi usus)4. Risiko terhadap cedera : fraktur, yang berhubungan dengan tulangosteoporotikTUJUANsasaran umum pasien dapat meliputi pengetahuan mengenai
osteoporosis dan program tindakan, pengurangan nyeri, perbaikanpengosongan usus dan tidak ada fraktur tambahan.Askep OsteoporosisCreated By Iwan, S.KpKep. Medikal Bedah III49INTERVENSI KEPERAWATANMemahami Osteoporosis dan Program Tindakan.1. Ajarkan pada klien tentang faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinyaoeteoporosis.2. Anjurkan diet atau suplemen kalsium yang memadai.3. Timbang Berat badan secara teratur dan modifikasi gaya hidup sepertiPengurangan kafein, sigaret dan alkohol, hal ini dapat membantumempertahankan massa tulang.4. Anjurkan Latihan aktivitas fisik yang mana merupakan kunci utamauntuk menumbuhkan tulang dengan kepadatan tinggi yang tahanterhadap terjadinya oestoeporosis.5. Anjurkan pada lansia untuk tetap membutuhkan kalsium, vitamin D,sinar matahari dan latihan yang memadai untuk meminimalkan efekoesteoporosis.6. Berikan Pendidikan pasien mengenai efek samping penggunaan obat.Karena nyeri lambung dan distensi abdomen merupakan efek sampingyang sering terjadi pada suplemen kalsium, maka pasien sebaiknyameminum suplemen kalsium bersama makanan untuk mengurangiterjadinya efek samping tersebut. Selain itu, asupan cairan yangmemadai dapat menurunkan risiko pembentukan batu ginjal.7. Bila diresepkan HRT, pasien harus diajar mengenai pentingnyaskrining berkala terhadap kanker payudara dan endometrium.Meredakan Nyeri1. Peredaaan nyeri punggung dapat dilakukan dengan istirahat di tempattidur dengan posisi telentang atau miring ke samping selama beberapahari.2. Kasur harus padat dan tidak lentur.3. Fleksi lutut dapat meningkatkan rasa nyaman dengan merelaksasiotot.4. Kompres panas intermiten dan pijatan punggung memperbaikirelaksasi otot.Askep OsteoporosisCreated By Iwan, S.KpKep. Medikal Bedah III505. Pasien diminta untuk menggerakkan batang tubuh sebagai satu unitdan hindari gerakan memuntir.6. Postur yang bagus dianjurkan dan mekanika tubuh harus diajarkan.Ketika pasien dibantu turun dari tempat tidur,7. pasang korset lumbosakral untuk menyokong dan imobilisasi
sementara, meskipun alat serupa kadang terasa tidak nyaman dankurang bisa ditoleransi oleh kebanyakan lansia.8. Bila pasien sudah dapat menghabiskan lebih banyak waktunya di luartempat tidur perlu dianjurkan untuk sering istirahat baring untukmengurangi rasa tak nyaman dan mengurangi stres akibat posturabnormal pada otot yang melemah.9. opioid oral mungkin diperlukan untuk hari-hari pertama setelah awitannyeri punggung. Setelah beberapa hari, analgetika non – opoid dapatmengurangi nyeri.Memperbaiki Pengosongan Usus.Konstipasi merupakan masalah yang berkaitan dengan imobilitas,pengobatan dan lansia.1. Berikan diet tinggi serat.2. Berikan tambahan cairan dan gunakan pelunak tinja sesuai ketentuandapat membantu atau meminimalkan konstipasi.3. Pantau asupan pasien, bising usus dan aktivitas usus karena bilaterjadi kolaps vertebra pada T10-L2, maka pasien dapat mengalamiileus.Mencegah Cedera.1. Anjurkan melakukan Aktivitas fisik secara teratur hal ini sangat pentinguntuk memperkuat otot, mencegah atrofi dan memperlambatdemineralisasi tulang progresif.2. Ajarkan Latihan isometrik, latihan ini dapat digunakan untukmemperkuat otot batang tubuh.Askep OsteoporosisCreated By Iwan, S.KpKep. Medikal Bedah III513. Anjurkan untuk Berjalan, mekanika tubuh yang baik, dan postur yangbaik.4. Hindari Membungkuk mendadak, melenggok dan mengangkat bebanlama.5. Lakukan aktivitas pembebanan berat badan Sebaiknya dilakukan diluar rumah di bawah sinar matahari, karena sangat diperlukan untukmemperbaiki kemampuan tubuh menghasilkan vitamin D.Pertimbangan Gerontologik.1. Lansia sering jatuh sebagai akibat dari bahaya lingkungan, gangguanneuromuskular, penurunan sensor dan respons kardiovaskuler danrespons terhadap pengobatan. Bahaya harus diidentifikasi dandihilangkan. Supervisi dan bantuan harus selalu tersedia.2. Pasien dan keluarganya perlu dilibatkan dalam perencanaan asuhanberkeseimbangan dan program penanganan pencegahan.3. Lingkungan rumah harus dikaji mengenai adanya potensial bahaya(mis. Permadani yang terlipat, ruangan yang berantakan, mainan dilantai, binatang piaraan dibawah kaki) dan diciptakan lingkungan yangaman (mis. Anak tangga dengan penerangan yang memadai dengan
pegangan yang kokoh, pegangan di kamar mandi, alas kaki denganukuran pas).EVALUASI1. Mendapatkan pengetahuan mengenai oesteoporosis dan programpenanganannya.o Menyebutkan hubungan asupan kalsium dan latihan terhadapmassa tulango Mengkonsumsi kalsium diet dalam jumlah yang mencukupio Meningkatkan tingkat latihano Gunakan terapi hormon yang diresepkano Menjalani prosedur skrining sesuai anjuran2. Mendapatkan peredaan nyerio Mengalami redanya nyeri saat beristirahatAskep OsteoporosisCreated By Iwan, S.KpKep. Medikal Bedah III52o Mengalami ketidaknyamanan minimal selama aktivitas kehidupansehari-hario Menunjukkan berkurangnya nyei tekan pada tempat fraktur3. Menunjukkan pengosongan usus yang normalo Bising usus aktifo Gerakan usus teratur4. Tidak mengalami fraktur baruo Mempertahankan postur yang baguso Mempegunakan mekanika tubuh yang baiko Mengkonsumsi diet seimbang tinggi kalsium dan vitamin Do Rajin menjalankan latihan pembedahan berat badan (berjalan-jalansetiap hari)o Istirahat dengan berbaring beberapa kali sehario Berpartisipasi dalam aktivitas di luar rumaho Menciptakan lingkungan rumah yang amano Menerima bantuan dan supervisi sesuai kebutuhan.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN OSTEOPOROSIS
1. A. Konsep Dasar Anatomi Fisiologi Muskuloskeletal
Sistem muskuloskeletal meliputi tulang, persendian, otot, tendon dan bursae. Pertumbuhan dan perkembangan struktur ini terjadi selama masa kanak-kanak dan remaja. Struktur tulang dan jaringan ikat menyusun kurang lebih 25% berat badan, dan otot menyusun kurang lebih 50%. Kesehatan dan fungsi sistem muskuloskeletal sangat bergantung pada sistem tubuh yang lain.
Struktur tulang memberi perlindungan terhadap organ vital, termasuk otak, jantung, dan paru. Kerangka tulang merupakan kerangka yang kuat untuk menyangga struktur tubuh. Otot yang melekat ke tulang memungkinkan tubuh bergerak.
Pembagian skeletal, yaitu :
1. Axial skeleton terdiri dari kerangka tulang kepala dan leher, tengkorak, kolumna vertebrae, tulang iga, tulang hioid sternum.
2. Apendikular skeleton, terdiri dari : 1. Kerangka tulang lengan dan kaki2. Ekstremitas atas ( skapula, klavikula, humerus, ulna, radial ) dan tangan ( karpal,
metakarpal, falang )3. Ekstremitas bawah ( tulang pelvik, femur, patela, tibia, fibula ) dan kaki ( tarsal,
metatarsal, falang )
Kelompok tulang tubuh manusia :
1. Tulang-tulang panjang
a) Humerus, radius, ulna, femur, tibia, fibula.
b) Tulang-tulang ini tidak benar-benar lurus, tetapi agak melengkung, tujuannya supaya tulang menjadi kuat menahan beban dan tekanan.
1. Tulang-tulang pendek
a) Perbandingan tebal dan panjang hampir sama,terdapat pada pergelangan tangan dan kaki, bentuknya seperti kubus.
1. Tulang-tulang pipih
a) Tulang iga, tempurung kepala, panggul dan belikat.
b) Bentuk pipih berfungsi untuk perlindungan otak, rongga dada dan perlekatan yang luas.
1. Tulang-tulang tidak teratur
a) Tulang-tulang pada wajah dan vertebra
b) Ada kelompok tulang yang lain, tetapi fungsinya berbeda, yaitu tulang-tulang sesamoid.
Sel-sel penyusun tulang terdiri dari :
1. Osteoblas berfungsi menghasilkan jaringan osteosid dan menyekresi sejumlah besar fosfatase alkali yang berperan penting dalam pengendapan kalsium dan fosfat kedalam matriks tulang.
2. Osteosit adalah sel-sel tulang dewasa yang bertindak sebagai lintasan untuk pertukaran kimiawi melalui tulang yang padat.
3. osteoklas adalah sel-sel berinti banyak yang memungkinkan mineral dan matriks tulang dapat diabsorpsi. Sel-sel ini menghasilkan enzim proteolitik yang memecah matriks dan beberapa asam yang melarutkan mineral tulang, sehingga kalsium dan fosfat terlepas ke dalam darah.
Pertumbuhan dan metabolisme tulang dipengaruhi oleh sejumlah mineral dan hormone meliputi :
1. Kalsium dan fosfor. Keseimbangan kalsium dan fosfor dipertahankan oleh kalsitonin dan hormone paratiriod (PTH).
2. Kalsitonin. Diproduksi oleh kelenjar tiroid dan menrunkan konsentrasi Ca serum.3. Vitamin D. diperlukan agar kalsium dan fosfor dapat diabsorpsi dari usus dan dugunakan
tubuh.4. Hormon paratiroid (PTH)5. Hormon pertumbuhan6. Glukokortikoid. Mengatur metabolisme protein.7. Hormon seksual
a) Ekstrogen. Menstimulasi aktivitas osteoblastik dan cenderung menghambat peran hormone paratiroid.
b)Androgen. Seperti testosterone, meningkatkan anabolisme dan masa tulang.
Kerangka ada dua macam yaitu skelet aksis yang terdiri dari kurang lebih 80 tulang. Disusun oleh ruas-ruas tulang belakang dan tulang-tulang di sekitarnya (tulang iga dan tulang dada). Jenis kedua adalah skelet apendiks yang bawah serta tulang-tulang penghubung anggota dengan skeleton aksis, misalnya scapula panggul dan klavikula.
Tulang-tulang tersebut membentuk persendian. Sendi dibagi berdasarkan fungsi dan bentuk. Sendi adalah hubungan antara dua tulang atau lebih. Berdasarkan fungsinya sendi dibagi menjadi :
1. Sinartrosis (tidak bergerak, tulang kepala). Tulang yang dihubungkan oleh jaringan fibrous atau kartilago.
2. Diartrosis (bergerak). Persendian yang dapat bergerak lebih leluasa.3. Amfiartrosis (kadang bergerak).
Berdasarkan bentuknya sendi dibagi menjadi :
1. Ada tidak rongga atau celah sendi2. Jenis jaringan pengikat tulang
Berdasarkan pengikatnya sendi dibagi menjadi :
1. Pengikat jaringan fibrosa. Sendi ini tidak mempunyai celah. Tulang dihubungkan oleh jaringan ikat fibrosa dan berubah sifatnya.
2. Sindermosis. Jaringan fibrosa membentuk ligamentum.3. Glomphosis. Mungkin ada gerakan atau tidak. Hubungannya disebut sinkondrosis.
Terdapat pada tulang iga dan tulang dada.
Gerakan sendi dipengaruhi oleh letak bagian lunak sendi yang disebut aposigi (sendi siku yang tidak dapat bertemu), ketegangan ligamentum (sendi lutut), ketegangan otot (sendi paha), atau bentuk permukaan tulang pembentuk sendi.
Beberapa jenis gerakan sendi adalah rotasi : berputar pada sumbu, sirkumduksi : berputar pada satu titik. Satu sumbu dapat ditemui pada sendi siku, sedangkan dengan dua sumbu pada sendi pergelangan tangan.
Bursae adalah kantong yang berisi cairan yang memudahkan gerakan pada suatu sendi. Bursae dapat terganggu oleh radang yang disebut bursitis, ditandai dengan edema, panas, merah, dan nyeri serta perubahan funsi sendi.
Beberapa jenis otot adalah otot polos (terdapat pada usus, saluran kemih, pembuluh darah), otot lurik (terdapat pada otot jantung dan otot kerangka). karena adanya kontraksi, terjadi gerakan tubuh dan mampu beradaptasi dengan lingkungan.
Gangguna gerakan (arthritis) bisa karena rusaknya permukaan tulang rawan/sendi dan kurangnya pelumas (termasuk di sini adala reumatik). Beberapa sistem yang berperan dalam musculoskeletal adalah :
1. Sistem kerangka, yang menyiapkan pengungkit tulang\2. Sistem otot, yang menyediakan tenaga untuk menggunakan pengungkit3. Sistem saraf, yang mengatur kegiatan tubuh.
1. B. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Osteoporosis
1. Pengertian Osteoporosis
Osteoporosis adalah kelainan di mana terjadi penurunan massa tulang total. Terdapat perubahan pergantian tulang homeostasis normal, kecepatan resorpsi tulang lebih besar dari kecepatan pembentukan tulang, pengakibatkan penurunan masa tulang total. Tulang secara progresif menjadi porus, rapuh dan mudah patah; tulang menjadi mudah fraktur dengan stres yang tidak akan menimbulkan pengaruh pada tulang normal (Brunner&Suddarth, 2000).
Osteoporosis adalah gangguan metabolisme tulang sehingga masa tulang berkurang. Resorpsi terjadi lebih cepat dari pada formasi tulang, sehingga tulang menjadi tipis (Pusdiknakes, 1995). Jadi osteoporosis adalah kelainan atau gangguan yang terjadi karena penurunan masa tulang total.
1. Etiologi Osteoporosis
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengurangan massa tulang pada usia lanjut:
1. a. Determinan Massa Tulang
1) Faktor genetik
Perbedaan genetik mempunyai pengaruh terhadap derajat kepadatan tulang. Beberapa orang mempunyai tulang yang cukup besar dan yang lain kecil. Sebagai contoh, orang kulit hitam pada umumnya mempunyai struktur tulang lebih kuat/berat dari pacia bangsa Kaukasia. Jacii seseorang yang mempunyai tulang kuat (terutama kulit Hitam Amerika), relatif imun terhadap fraktur karena osteoporosis
2) Faktor mekanis
Beban mekanis berpengaruh terhadap massa tulang di samping faktor genetk. Bertambahnya beban akan menambah massa tulang dan berkurangnya beban akan mengakibatkan berkurangnya massa tulang. Dengan perkataan lain dapat disebutkan bahwa ada hubungan langsung dan nyata antara massa otot dan massa tulang. Kedua hal tersebut menunjukkan respons terhadap kerja mekanik Beban mekanik yang berat akan mengakibatkan massa otot besar dan juga massa tulang yang besar. Sebagai contoh adalah pemain tenis atau pengayuh becak, akan dijumpai adanya hipertrofi baik pada otot maupun tulangnya terutama pada lengan atau tungkainya; sebaliknya atrofi baik pada otot maupun tulangnya akan dijumpai pada pasien yang harus istrahat di tempat tidur dalam waktu yang lama, poliomielitis atau pada penerbangan luar angkasa. Walaupun demikian belum diketahui dengan pasti berapa besar beban mekanis yang diperlukan dan berapa lama untuk meningkatkan massa tulang di sampihg faktor genetik
3) Faktor makanan dan hormon
Pada seseorang dengan pertumbuhan hormon dengan nutrisi yang cukup (protein dan mineral), pertumbuhan tulang akan mencapai maksimal sesuai dengan pengaruh genetik yang bersangkutan. Pemberian makanan yang berlebih (misainya kalsium) di atas kebutuhan maksimal selama masa pertumbuhan, disangsikan dapat menghasilkan massa tulang yang melebihi kemampuan pertumbuhan tulang yang bersangkutan sesuai dengan kemampuan genetiknya.
1. b. Determinan Penurunan Massa Tulang
1) Faktor genetik
Faktor genetik berpengaruh terhadap risiko terjadinya fraktur. Pada seseorang dengan tulang yang kecil akan lebih mudah mendapat risiko fraktur dari pada seseorang dengan tulang yang besar. Sampai saat ini tidak ada ukuran universal yang dapat dipakai sebagai ukuran tulang normal. Setiap individu mempunyai ketentuan normal sesuai dengan sitat genetiknya serta beban mekanis den besar badannya. Apabila individu dengan tulang yang besar, kemudian terjadi
proses penurunan massa tulang (osteoporosis) sehubungan dengan lanjutnya usia, maka individu tersebut relatif masih mempunyai tulang tobih banyak dari pada individu yang mempunyai tulang kecil pada usia yang sama
2) Faktor mekanis
Di lain pihak, faktor mekanis mungkin merupakan faktor yang terpenting dalarn proses penurunan massa tulang schubungan dengan lanjutnya usia. Walaupun demikian telah terbukti bahwa ada interaksi panting antara faktor mekanis dengan faktor nutrisi hormonal. Pada umumnya aktivitas fisis akan menurun dengan bertambahnya usia; dan karena massa tulang merupakan fungsi beban mekanis, massa tulang tersebut pasti akan menurun dengan bertambahnya usia.
3) Kalsium
Faktor makanan ternyata memegang peranan penting dalam proses penurunan massa tulang sehubungan dengan bertambahnya Lisia, terutama pada wanita post menopause. Kalsium, merupakan nutrisi yang sangat penting. Wanita-wanita pada masa peri menopause, dengan masukan kalsiumnya rendah dan absorbsinya tidak bak, akan mengakibatkan keseimbangan kalsiumnya menjadi negatif, sedang mereka yang masukan kalsiumnya baik dan absorbsinya juga baik, menunjukkan keseimbangan kalsium positif. Dari keadaan ini jelas, bahwa pada wanita masa menopause ada hubungan yang erat antara masukan kalsium dengan keseimbangan kalsium dalam tubuhnya. Pada wanita dalam masa menopause keseimbangan kalsiumnya akan terganggu akibat masukan serta absorbsinya kurang serta eksresi melalui urin yang bertambah. Hasil akhir kekurangan/kehilangan estrogen pada masa menopause adalah pergeseran keseimbangan kalsium yang negatif, sejumiah 25 mg kalsium sehari.
4) Protein
Protein juga merupakan faktor yang penting dalam mempengaruhi penurunan massa tulang. Makanan yang kaya protein akan mengakibatkan ekskresi asam amino yang mengandung sulfat melalui urin, hal ini akan meningkatkan ekskresi kalsium.
Pada umumnya protein tidak dimakan secara tersendiri, tetapi bersama makanan lain. Apabila makanan tersebut mengandung fosfor, maka fosfor tersebut akan mengurangi ekskresi kalsium melalui urin. Sayangnya fosfor tersebut akan mengubah pengeluaran kalsium melalui tinja. Hasil akhir dari makanan yang mengandung protein berlebihan akan mengakibatkan kecenderungan untuk terjadi keseimbangan kalsium yang negatif
5) Estrogen.
Berkurangnya/hilangnya estrogen dari dalam tubuh akan mengakibatkan terjadinya gangguan keseimbangan kalsium. Hal ini disebabkan oleh karena menurunnya eflsiensi absorbsi kalsium dari makanan dan juga menurunnya konservasi kalsium di ginjal.
6) Rokok dan kopi
Merokok dan minum kopi dalam jumlah banyak cenderung akan mengakibatkan penurunan massa tulang, lebih-lebih bila disertai masukan kalsium yang rendah. Mekanisme pengaruh merokok terhadap penurunan massa tulang tidak diketahui, akan tetapi kafein dapat memperbanyak ekskresi kalsium melalui urin maupun tinja.
7) Alkohol
Alkoholisme akhir-akhir ini merupakan masalah yang sering ditemukan. Individu dengan alkoholisme mempunyai kecenderungan masukan kalsium rendah, disertai dengan ekskresi lewat urin yang meningkat. Mekanisme yang jelas belum diketahui dengan pasti .
1. Patofisiologi Osteoporosis
Osteoporosis menunjukan adanya penurunan absolut dari jumlah tulang yang diperlukan sebagai kekuatan penyanggah mekanik. Berkurangnya masa tulang, dan demikian pula dengan massa otot sesungguhnya berkaitan dengan proses menua. Hanya apabila berkurangnya (hilangnya) jaringan tulang cukup luas sampai menimbulkan gejala maka disebut osteoporosis.
Osteoporosis dapat dikategorikan menjadi 2 kategor, meliputi :
1. Primer : bentuk yang lebih umum 1. Sekunder : berkurangnya jaringan tulang yang berkaitan dengan bermacam-
macam sindrom patologik yang jelas. Hal ini meliputi : 1. Malnutrisi sebagai akibat kekurangan protein dalam diet atau karena
sindrom malabsorpsi2. Beberapa kelainan endokrin seperti sindrom cushing tirotoksikosis3. Immobilisasi yang cukup lama.
Berkurangnya kalsium
dalam diet
Rangsangan sekresi PTH aktivasi osteoklas rearbsorpsi
kalsium tulang
berkurangnya meningkatnya
arbsorpsi kalsium sensitivitas osteoklas
terhadap PTH
menurunnya sintesis vitamin D
yang aktif oleh ginjal
kadar ekstrogen yang rendah
skema tentang kemungkinan patogenesis osteoporosis post manepouse. Garis putus-putus menunjukan hambatan balik (Robins&Kumar, 1995).
1. Manifestasi Klinik Osteoporosis
Gejala yang paling sering dan paling mencemaskan pada osteoporosis adalah :
1. Nyeri dengan atau tanpa fraktur yang nyata. Ciri-ciri khas nyeri akibat fraktur kompressi pada vertebra (paling sering Th 11 dan 12) adalah:
2. Nyeri timbul mendadak3. Sakit hebat dan terlokalisasi pada vertebra yg terserang4. Nyeri berkurang pada saat istirahat di t4 tidur5. Nyeri ringan pada saat bangun tidur dan dan akan bertambah oleh karena melakukan
aktivitas6. Deformitas vertebra thorakalis à Penurunan tinggi badan
1. Komplikasi Osteoporosis
Osteoporosis sering mengakibatkan fraktur kompresi. Fraktur kompresi ganda vertebra mengakibatkan deformitas skelet.
1. Pemeriksaan Penunjang Osteoporosis
Pemeriksaan non-invasif yaitu ;
1. Pemeriksaan analisis aktivasi neutron yang bertujuan untuk memeriksa kalsium total dan massa tulang.
2. Pemeriksaan absorpsiometri3. Pemeriksaan komputer tomografi (CT)4. Pemeriksaan biopsi yaitu bersifat invasif dan berguna untuk memberikan informasi
mengenai keadaan osteoklas, osteoblas, ketebalan trabekula dan kualitas meneralisasi tulang. Biopsi dilakukan pada tulang sternum atau krista iliaka.
5. Pemeriksaan laboratorium yaitu pemeriksaan kimia darah dan kimia urine biasanya dalam batas normal.sehingga pemeriksaan ini tidak banyak membantu kecuali pada pemeriksaan biomakers osteocalein (GIA protein).
1. Penatalaksanaan Medis
Adapun penatalaksanaan pada klien dengan osteoporososis meliputi :
1. a. Pengobatan
1) Meningkatkan pembentukan tulang, obat-obatan yg dapat meningkatkan pembentukan tulan adalah Na-fluorida dan steroid anabolik
2) Menghambat resobsi tulang, obat-obatan yang dapat mengahambat resorbsi tulang adalah kalsium, kalsitonin, estrogen dan difosfonat
b. Pencegahan
Pencegahan sebaiknya dilakukan pada usia pertumbuhan/dewasa muda, hal ini bertujuan:
1) Mencapai massa tulang dewasa Proses konsolidasi) yang optimal
2) Mengatur makanan dan life style yg menjadi seseorang tetap bugar seperti:
a) Diet mengandung tinggi kalsium (1000 mg/hari)
b) Latihan teratur setiap hari
c) Hindari :
i. Makanan tinggi protein
ii. Minum alkohol
iii. Merokok
iv. Minum kopi
v. Minum antasida yang mengandung aluminium
1. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Osteoporosis
1. a. Pengkajian
Adapun pengkajian yang dilakukan pada klien dengan osteoporosis meliputi :
1) Riwayat keperawatan. Dalam pengkajian riwayat keperawatan, perawat perlu mengidentifikasi adanya :
a) Rasa nyeri/sakit tulang punggung (bagian bawah), leher, dan pinggang
b) Berat badan menurun
c) Biasanya di atas 45 tahun
d) Jenis kelamin sering pada wanita
e) Pola latihan dan aktivitas
f) Keadaan nutrisi (mis, kurang vitamin D dan C, serta kalsium)
g) Merokok, mengonsumsi alkohol dan kafein
h) Adanya penyakit endokrin: diabetes mellitus, hipertiroid, hiperparatiroid, Sindrom Cushing, akromegali, Hipogonadisme
2) Pemeriksaan fisik :
a) Lakukan penekanan pada tulang punggung terdapat nyeri tekan atau nyeri pergerakan
b) Periksa mobilitas pasien
c) Amati posisi pasien yang nampak membungkuk
3) Riwayat Psikososial. Penyakit ini sering terjadi pada wanita. Biasanya sering timbul kecemasan, takut melakukan aktivitas, dan perubahan konsep diri. Perawat perlu mengkaji masalah-masalah psikologis yang timbul akibat proses ketuaan dan efek penyakit yang menyertainya.
1. b. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan data pengkajian, diagnosis keperawatan untuk klien osteoporosis sebagai berikut :
1) Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan proses penyakit.
2) Gangguan konsep diri : perubahan citra tubuh dan harga diri yang berhubungan dengan proses penyakit
3) Nyeri yang berhubungan dengan fraktur dan spasme otot
4) Risiko terhadap cedera : fraktur, yang berhubungan dengan tulang osteoporotik
5) Kurang pengetahuan mengenai proses osteoporosis dan program terapi
1. c. Tujuan
Sasaran umum pasien dapat meliputi dapat meningkatkan mobilitas dan aktivitas fisik, dapat menggunakan koping yang positif, nyeri reda, cedera tidak terjadi, dan memahami osteoporosis dan proram pengobatan.
1. d. Intervensi
Intervensi keperawatan yang dilakukan sesuai dengan diagnosis yang ditemukan, meliputi :
1) Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan proses penyakit
Intervensi :
a) Gunakan matras dengan tempat tidur papan untuk membantu memperbaiki posisi tulang belakang
b) Bantu pasien menggunakan alat bantu walker atau tongkat
c) Bantu dan anjarkan latihan ROM setiap 4 jam untuk meningkatkan fungsi persendian dan mencegah kontraktur
d) Anjurkan menggunakan brace punggung atau korset, pasien perlu dilatih menggunakannya dan jelas tujuannya
e) Kolaborasi dalam pemberian analgetik, ekstrogen, kalsium, dan vitamin D
f) Kolaborasi dengan ahli gizi dalam program diet tinggi kalsium serta vitamin C dan D
g) Kolaborasi dengan petugas laboratorium dalam memantau kadar kalsium
2) Gangguan konsep diri : perubahan citra tubuh dan harga diri yang berhubungan dengan proses penyakit
Intervensi :
a) Bantu pasien mengekspresikan perasaan dan dengarkan dengan penuh perhatian. Perhatian sungguh-sungguh dapat meyakinkan pasien bahwa perawat bersedia membantu mengatasi masalahnya dan akan tercipta hubungan yang harmonis sehingga timbul koordinasi
b) Klasifikasi jika terjadi kesalahpahaman tentang proses penyakit dan pengobatan yang telah diberikan. Klasifikasi ini dapat meningkatkan koordinasi pasien selama perawatan
c) Bantu pasien mengidentifikasi pengalaman masa lalu yang menimbulkan kesuksesan atau kebanggan saat itu. Ini dapat membantu upaya mengenal diri kembali
d) Identifikasi bersama pasien tentang alternative pemecahan masalah yang positif. Hal ini akan mengembalikan rasa percaya diri
e) Bantu untuk meningkatkan komunikasi dengan keluarga dan teman
3) Nyeri yang berhubungan dengan fraktur dan spasme otot
Intervensi :
a) Anjurkan istirahat di tempat tidur dengan posisi telentang atau miring
b) Atur posisi lutut fleksi, meningkatkan rasa nyaman dengan merelaksasi otot
c) Kompres hangat intermiten dan pijat pungung dapat memperbaiki otot
d) Anjurkan posisi tubuh yang baik dan ajarkan mekanika tubuh
e) Gunakan korset atau brace punggung, saat pasien turun dari tempat tidur
f) Kolaborasi dalam pemberian analgesik untuk mengurangi rasa nyeri
4) Risiko terhadap cedera : fraktur, yang berhubungan dengan tulang osteoporotis
Intervensi :
a) Anjurkan untuk melakukan aktivitas fisik untuk memperkuat otot, mencegah atrofi, dan memperlambat demineralisasi tulang progresif
b) Latihan isometrik dapat digunakan untuk memperkuat otot batang tubuh
c) Anjurkan pasien untuk berjalan, mekanika tubuh yang baik, dan postur tubuh yang baik
d) Hindari aktivitas membungkuk mendadak, melengok, dan mengangkat beban lama
e) Lakukan aktivitas di luar ruangan dan dibawah sinar matahari untuk memperbaiki kemampuan tubuh menghasilkan vitamin D
5) Kurang pengetahuan mengenai proses osteoporosis dan program terapi
a) Jelaskan pentingnya diet yang tepat, latihan, dan aktivitas fisik yang sesuai, serta istirahat yang cukup
b) Jelaskan penggunaan obat serta efek samping obat yang diberikan secara detail
c) Jelaskan pentingnya lingkungan yang aman. Misalnya, lantai tidak licin, tangga menggunakan pegangan untuk menghindari jatuh
d) Anjurkan mengurangi kafein, alcohol, dan merokok
e) Jelaskan pentingnya perawatan lanjutan
1. e. Evaluasi
Setelah dilakukan intervensi keperawatan diharapkan :
1) Aktivitas dan mobilitas fisik terpenuhi
a) Melakukan ROM secara teratur
b) Menggunakan alat bantu saat aktivitas
c) Menggunakan brace / korset saat aktivitas
2) Koping pasien positif
a) Mengekspresikan perasaan
b) Memilih alternatif pemecah masalah
c) Meningkatkan komunikasi
3) Mendapatkan peredaan nyeri
a) Mengalami redanya nyeri saat beristirahat
b) Mengalami ketidaknyamanan minimal selama aktivitas kehidupan sehari-hari
c) Menunjukkan berkurangnya nyei tekan pada tempat fraktur
4) Tidak mengalami fraktur baru
a) Mempertahankan postur yang bagus
b) Mempegunakan mekanika tubuh yang baik
c) Mengkonsumsi diet seimbang tinggi kalsium dan vitamin D
d) Rajin menjalankan latihan pembedahan berat badan (berjalan-jalan setiap hari)
e) Istirahat dengan berbaring beberapa kali sehari
f) Berpartisipasi dalam aktivitas di luar rumah
g) Menciptakan lingkungan rumah yang aman
h) Menerima bantuan dan supervisi sesuai kebutuhan
5) Mendapatkan pengetahuan mengenai oesteoporosis dan program penanganannya.
a) Menyebutkan hubungan asupan kalsium dan latihan terhadap massa tulang
b) Mengkonsumsi kalsium diet dalam jumlah yang mencukupi
c) Meningkatkan tingkat latihan
d) Gunakan terapi hormon yang diresepkan
e) Menjalani prosedur skrining sesuai anjuran
Askep Osteoporosis
OsteoporosisA. DefinisiOsteoporosis adalah berkurangnya kepadatan tulang yang progresif, sehingga tulang menjadi rapuh dan mudah patah. Tulang terdiri dari mineral-mineral seperti kalsium dan fosfat, sehingga tulang menjadi keras dan padat. Untuk mempertahankan kepadatan tulang, tubuh memerlukan persediaan kalsium dan mineral lainnya yang memadai, dan harus menghasilkan hormon dalam jumlah yang mencukupi (hormon paratiroid, hormon pertumbuhan, kalsitonin, estrogen pada wanita dan testosteron pada pria). Juga persediaan vitamin D yang adekuat, yang diperlukan untuk menyerap kalsium dari makanan dan memasukkan ke dalam tulang. Secara progresif, tulang meningkatkan kepadatannya sampai tercapai kepadatan maksimal (sekitar usia 30 tahun). Setelah itu kepadatan tulang akan berkurang secara perlahan. Jika tubuh tidak mampu mengatur kandungan mineral dalam tulang, maka tulang menjadi kurang padat dan lebih rapuh, sehingga terjadilah osteoporosis.Sekitar 80% persen penderita penyakit osteoporosis adalah wanita, termasuk wanita muda yang mengalami penghentian siklus menstruasi (amenorrhea). Hilangnya hormon estrogen setelah menopause meningkatkan risiko terkena osteoporosis.B. EpidemiologiInsiden osteoporosis lebih tinggi pada wanita dibandingkan laki-laki dan merupakan problem pada wanita pascamenopause. Osteoporosis di klinik menjadi penting karena problem fraktur tulang, baik fraktur yang disertai trauma yang jelas maupun fraktur yang terjadi tanpa disertai trauma yang jelas.Diperkirakan lebih 200 juta orang diseluruh dunia terkena osteoporosis , sepertiganya terjadi pada usia 60-70 th, 2/3nya terjadi pada usia lebih 80 th. Diperkirakan 30% dari wanita di atas usia 50 th mendapat 1 atau lebih patah tulang vertabra. Diperkirakan 1 dari 5 pria di atas 50 th mendapat patah tulang akibat osteoporosis dalam hidupnya. Angka kematian 5 tahun pertama meningkat sekitar 20 % pada patah tulang nertebra maupun panggul.
Di Amerika pada tahun 1995 pata tulang aibat osteoporosis menduduki peringkat 1 dibanding penyakit lain, jumlah 1,5 juta pertahun dengan patah tulang vertebra terbanyak (750 ribu),hip(250 ribu), wrist(250 ribu), fraktur lain ( 250 ribu),dengan anggaran meningkat sebesar 13,8 miliar dollarpertahun(kebanyakan biaya untuk patah tulang hip sebesar 8,7 miliar dollar. Bahkan diperkirakan insiden patah tulang hip meningkat bermakna 240% pada wanita dan 320% pada pria. Perkiraan pada tahun 2050 menjadi 6,3 juta terbanyak di asia.C. EtiologiPenyebab Osteoporosis yaitu :a. Osteoporosis postmenopausalTerjadi karena kekurangan estrogen (hormon utama pada wanita), yang membantu mengatur pengangkutan kalsium ke dalam tulang pada wanita. Biasanya gejala timbul pada wanita yang berusia di antara 51-75 tahun, tetapi bisa mulai muncul lebih cepat ataupun lebih lambat. Tidak semua wanita memiliki resiko yang sama untuk menderita osteoporosis postmenopausal, wanita kulit putih dan daerah timur lebih mudah menderita penyakit ini daripada wanita kulit hitam.b. Osteoporosis senilisKemungkinan merupakan akibat dari kekurangan kalsium yang berhubungan dengan usia dan ketidakseimbangan diantara kecepatan hancurnya tulang dan pembentukan tulang yang baru. Senilis berarti bahwa keadaan ini hanya terjadi pada usia lanjut. Penyakit ini biasanya terjadi pada usia diatas 70 tahun dan 2 kali lebih sering menyerang wanita. Wanita seringkali menderita osteoporosis senilis dan postmenopausal. c. Osteoporosis sekunderDialami kurang dari 5% penderita osteoporosis, yang disebabkan oleh keadaan medis lainnya atau oleh obat-obatan. Penyakit ini bisa disebabkan oleh gagal ginjal kronis dan kelainan hormonal (terutama tiroid, paratiroid dan adrenal) dan obat-obatan (misalnya kortikosteroid, barbiturat, anti-kejang dan hormon tiroid yang berlebihan). Pemakaian alkohol yang berlebihan dan merokok bisa memperburuk keadaan ini.d. Osteoporosis juvenil idiopatikMerupakan jenis osteoporosis yang penyebabnya tidak diketahui. Hal ini terjadi pada anak-anak dan dewasa muda yang memiliki kadar dan fungsi hormon yang normal, kadar vitamin yang normal dan tidak memiliki penyebab yang jelas dari rapuhnya tulang.Etiologi
—-Ada 2 penyebab utama osteoporosis, yaitu pembentukan massa puncak tulang yang kurang baik selama masa pertumbuhan dan meningkatnya pengurangan massa tulang setelah menopause. Massa tulang meningkat secara konstan dan mencapai puncak sampai usia 40 tahun, pada wanita lebih muda sekitar 30-35 tahun. Walaupun demikian tulang yang hidup tidak pernah beristirahat dan akan selalu mengadakan remodelling dan memperbaharui cadangan mineralnya sepanjang garis beban mekanik. Faktor pengatur formasi dan resorpsi tulang dilaksanakan melalui 2 proses yang selalu berada dalam keadaan seimbang dan disebut coupling. Proses coupling ini memungkinkan aktivitas formasi tulang sebanding dengan aktivitas resorpsi tulang. Proses ini berlangsung 12 minggu pada orang muda dan 16-20 minggu pada usia menengah atau lanjut. Remodelling rate adalah 2-10% massa skelet per tahun.
—-Proses remodelling ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor lokal yang menyebabkan terjadinya satu rangkaian kejadian pada konsep Activation – Resorption – Formation (ARF). Proses ini dipengaruhi oleh protein mitogenik yang berasal dari tulang yang
merangsang preosteoblas supaya membelah membelah menjadi osteoblas akibat adanya aktivitas resorpsi oleh osteoklas. Faktor lain yang mempengaruhi proses remodelling adalah faktor hormonal. Proses remodelling akan ditingkatkan oleh hormon paratiroid, hormon pertumbuhan dan 1,25 (OH)2 vitamin D. Sedang yang menghambat proses remodelling adalah kalsitonin, estrogen dan glukokortikoid. Proses-proses yang mengganggu remodelling tulang inilah yang menyebabkan osteoporosis.
—-Selain gangguan pada proses remodelling tulang faktor lainnya adalah pengaturan metabolisme kalsium dan fosfat. Walaupun terdapat variasi asupan kalsium yang besar, tubuh tetap memelihara konsentrasi kalsium serum pada kadar yang tetap. Pengaturan homeostasis kalsium serum dikontrol oleh organ tulang, ginjal dan usus melalui pengaturan paratiroid hormon (PTH), hormon kalsitonin, kalsitriol (1,25(OH)2 vitamin D) dan penurunan fosfat serum. Faktor lain yang berperan adalah hormon tiroid, glukokortikoid dan insulin, vitamin C dan inhibitor mineralisasi tulang (pirofosfat dan pH darah). Pertukaran kalsium sebesar 1.000 mg/harinya antara tulang dan cairan ekstraseluler dapat bersifat kinetik melalui fase formasi dan resorpsi tulang yang lambat. Absorpsi kalsium dari gastrointestinal yang efisien tergantung pada asupan kalsium harian, status vitamin D dan umur. Didalam darah absorpsi tergantung kadar protein tubuh, yaitu albumin, karena 50% kalsium yang diserap oleh tubuh terikat oleh albumin, 40% dalam bentuk kompleks sitrat dan 10% terikat fosfat.
D. Faktor Resiko OsteoporosisFaktor resiko Osteoporosis yaitu :a. Usia· Tiap peningkatan 1 dekade, resiko meningkat 1,4-1,8b. Genetik· Etnis (kaukasia dan oriental > kulit hitam dan polinesia)· Seks (wanita > pria)· Riwayat keluargac. Lingkungan, dan lainnya· Defisiensi kalsium· Aktivitas fisik kurang· Obat-obatan (kortikosteroid, anti konvulsan, heparin, siklosporin)· Merokok, alkohol· Resiko terjatuh yang meningkat (gangguan keseimbangan, licin, gangguan penglihatan)· Hormonal dan penyakit kronikØ Defisiensi estrogen, androgenØ Tirotoksikosis, hiperparatiroidisme primer, hiperkortisolismeØ Penyakit kronik (sirosis hepatis, gangguan ginjal, gastrektomi)· Sifat fisik tulangØ Densitas (massa)Ø Ukuran dan geometriØ Mikroarsitektur
Ø KomposisiSelain itu ada juga faktor resiko faktur panggul yaitu,:· Penurunan respons protektifØ Kelainan neuromuskularØ Gangguan penglihatanØ Gangguan keseimbangan· Peningkatan fragilitas tulangØ Densitas massa tulang rendahØ Hiperparatiroidisme· Gangguan penyediaan energiØ Malabsorpsi
E. PatofisiologiPenyebab pasti dari osteoporosis belum diketahui, kemungkinan pengaruh dari pertumbuhan aktifitas osteoklas yang berfungsi bentuk tulang. Jika sudah mencapai umur 30 tahun struktur tulang sudah tidak terlindungi karena adanya penyerapan mineral tulang.Dalam keadaan normal terjadi proses yang terus menerus dan terjadi secara seimbang yaitu proses resorbsi dan proses pembentukan tulang (remodelling). Setiap ada perubahan dalam keseimbangan ini, misalnya proses resorbsi lebih besar dari proses pembentukan, maka akan terjadi penurunan massa tulangProses konsolidasi secara maksimal akan dicapai pada usia 30-35 tahun untuk tulang bagian korteks dan lebih dini pada bagian trabekula. Pada usia 40-45 tahun, baik wanita maupun pria akan mengalami penipisan tulang bagian korteks sebesar 0,3-0,5 %/tahun dan bagian trabekula pada usia lebih mudaPada pria seusia wanita menopause mengalami penipisan tulang berkisar 20-30 % dan pada wanita 40-50 % Penurunan massa tulang lebih cepat pada bagian-bagian tubuh seperti metakarpal, kolum femoris, dan korpus vertebra Bagian-bagian tubuh yg sering fraktur adalah vertebra, paha bagian proksimal dan radius bagian distal
F. Tanda dan GejalaPenyakit osteoporosis sering disebut sebagai silent disease karena proses kepadatan tulang berkurang secara perlahan (terutama pada penderita osteoporosis senilis) dan berlangsung secara progresif selama bertahun-tahun tanpa kita sadari dan tanpa disertai adanya gejala.Gejala-gejala baru timbul pada tahap osteoporosis lanjut, seperti:a. patah tulangb. punggung yang semakin membungkukc. hilangnya tinggi badand. nyeri punggungJika kepadatan tulang sangat berkurang sehingga tulang menjadi hancur, maka akan timbul nyeri tulang dan kelainan bentuk. Hancurnya tulang belakang menyebabkan nyeri punggung menahun.
Tulang belakang yang rapuh bisa mengalami hancur secara spontan atau karena cedera ringan. Biasanya nyeri timbul secara tiba-tiba dan dirasakan di daerah tertentu dari punggung, yang akan bertambah nyeri jika penderita berdiri atau berjalan. Jika disentuh, daerah tersebut akan terasa sakit, tetapi biasanya rasa sakit ini akan menghilang secara bertahap setelah beberapa minggu atau beberapa bulan. Jika beberapa tulang belakang hancur, maka akan terbentuk kelengkungan yang abnormal dari tulang belakang (punuk Dowager), yang menyebabkan ketegangan otot dan sakit. Tulang lainnya bisa patah, yang seringkali disebabkan oleh tekanan yang ringan atau karena jatuh. Salah satu patah tulang yang paling serius adalah patah tulang panggul. Hal yang juga sering terjadi adalah patah tulang lengan (radius) di daerah persambungannya dengan pergelangan tangan, yang disebut fraktur Colles. Selain itu, pada penderita osteoporosis, patah tulang cenderung menyembuh secara perlahan.
G. Manifestasi KlinisNyeri dengan atau tanpa fraktur yang nyata. Ciri-ciri khas nyeri akibat fraktur kompressi pada vertebra (paling sering Th 11 dan 12 ) adalah:· Nyeri timbul mendadak· Sakit hebat dan terlokalisasi pada vertebra yang terserang· Nyeri berkurang pada saat istirahat di tempat tidur· Nyeri ringan pada saat bangun tidur dan dan akan bertambah oleh karena melakukan aktivitas· Deformitas vertebra thorakalis à Penurunan tinggi badan
H. Pemeriksaan Diagnostika. Pemeriksaan non-invasif.b. Pemeriksaan analisis aktivasi neutron yang bertujuan untuk memeriksa kalsium total dan massa tulang.c. Pemeriksaan absorpsiometrid. Pemeriksaan komputer tomografi (CT)e. Pemeriksaan biopsi yaitu bersifat invasif dan berguna untuk memberikan informasi mengenai keadaan osteoklas, osteoblas, ketebalan trabekula dan kualitas meneralisasi tulang. Biopsi dilakukan pada tulang sternum atau krista iliaka.f. Pemeriksaan laboratorium yaitu pemeriksaan kimia darah dan kimia urine biasanya dalam batas normal.sehingga pemeriksaan ini tidak banyak membantu kecuali pada pemeriksaan biomakers osteocalein (GIA protein).I. PenatalaksanaanTerapi pada osteoporosis harus mempertimbangkan 2 hal, yaitu terapi pencegahan yang pada umumnya bertujuan untuk menghambat hilangnya massa tulang. Dengan cara yaitu memperhatikan faktor makanan, latihan fisik ( senam pencegahan osteoporosis), pola hidup yang aktif dan paparan sinar ultra violet. Selain itu juga menghindari obat-obatan dan jenis makanan yang merupakan faktor resiko osteoporosis seperti alkohol, kafein, diuretika, sedatif, kortikosteroid.Selain pencegahan, tujuan terapi osteoporosis adalah meningkatkan massa tulang dengan
melakukan pemberian obat-obatan antara lain hormon pengganti (estrogen dan progesterone dosis rendah). Kalsitrol, kalsitonin, bifosfat, raloxifene, dan nutrisi seperti kalsium serta senam beban.Pembedahan pada pasien osteoporosis dilakukan bila terjadi fraktur, terutama bila terjadi fraktur panggul.J. Pengkajian Keperawatan1. Aktivitas / Istirahat.Gejala : kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton.Tanda :Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea.2. SirkulasiGejala :Riwayat Hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner/katupdan penyakit cebrocaskuler, episodepalpitasi.Tanda : Kenaikan TD, Nadi denyutan jelas dari karotis, jugularis,radialis, tikikardi, murmur stenosis valvular, distensi vena jugularis,kulit pucat, sianosis, suhu dingin (vasokontriksi perifer) pengisiankapiler mungkin lambat/ bertunda.3. Integritas Ego.Gejala :Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, factor stress multiple(hubungan, keuangan, yang berkaitan dengan pekerjaan).Tanda : Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan continue perhatian,tangisan meledak, otot muka tegang, pernafasan menghela, peningkatan pola bicara.4. EliminasiGejala : Gangguan ginjal saat ini atau (seperti obstruksi atau riwayatpenyakit ginjal pada masa yang lalu).5. Makanan/cairanGejala: Makanan yang disukai yang mencakup makanan tinggi garam, lemak serta kolesterol, mual, muntah dan perubahan BB akhir akhir ini(meningkat/turun)Riwayat penggunaan diuretic.Tanda: Berat badan normal atau obesitas,, adanya edema, glikosuria.6. NeurosensoriGenjala: Keluhan pening pening/pusing, berdenyu, sakit kepala,subojksipital (terjadi saat bangun dan menghilangkan secara spontansetelah beberapa jam) Gangguan penglihatan (diplobia, penglihatan kabur,epistakis).Tanda: Status mental, perubahan keterjagaan, orientasi, pola/isi bicara,efek, proses piker, penurunan keuatan genggaman tangan.7. Nyeri/ketidaknyamanGejala: Angina (penyakit arteri koroner/ keterlibatan jantung),sakitkepala.8. PernafasanGejala : Dispnea yang berkaitan dari kativitas/kerja takipnea,ortopnea,dispnea, batuk dengan/tanpa pembentukan sputum, riwayat merokok.Tanda: Distress pernafasan/penggunaan otot aksesori pernafasan bunyinafas tambahan (krakties/mengi), sianosis.9. KeamananGejala: Gangguan koordinasi/cara berjalan, hipotensi postural.10. Pembelajaran/PenyuluhanGejala: Faktor resiko keluarga: hipertensi, aterosporosis, penyakitjantung,DM.Faktor faktor etnik seperti: orang Afrika-amerika, Asia Tenggara,
penggunaan pil KB atau hormone lain, penggunaan alcohol/obat.
K. Diagnosa dan IntervensiDiagnosa :a. Kurang pengetahuan mengenai proses osteoporosis dan program terapib. Nyeri yang berhubungan dengan fraktur dan spasme ototc. Konstipasi yang berhubungan dengan imobilitasi atau terjadinya ileus (obstruksi usus)d. Risiko terhadap cedera : fraktur, yang berhubungan dengan tulang osteoporotik
Intervensi :a. Kurang pengetahuan mengenai proses osteoporosis dan program terapiTujuan : Memahami osteoporosis dan program tindakan.Kriteria hasil : Mendapatkan pengetahuan mengenai oesteoporosis dan program penanganannya.Menyebutkan hubungan asupan kalsium dan latihan terhadap massa tulangMengkonsumsi kalsium diet dalam jumlah yang mencukupiMeningkatkan tingkat latihan.
Intervensi :· Ajarkan pada klien tentang faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya oeteoporosis.· Anjurkan diet atau suplemen kalsium yang memadai.· Timbang Berat badan secara teratur dan modifikasi gaya hidup seperti Pengurangan kafein, sigaret dan alkohol, hal ini dapat membantu mempertahankan massa tulang.· Anjurkan Latihan aktivitas fisik yang mana merupakan kunci utama untuk menumbuhkan tulang dengan kepadatan tinggi yang tahan terhadap terjadinya oestoeporosis.· Anjurkan pada lansia untuk tetap membutuhkan kalsium, vitamin D, sinar matahari dan latihan yang memadai untuk meminimalkan efek oesteoporosis.· Berikan Pendidikan pasien mengenai efek samping penggunaan obat. Karena nyeri lambung dan distensi abdomen merupakan efek samping yang sering terjadi pada suplemen kalsium, maka pasien sebaiknya meminum suplemen kalsium bersama makanan untuk mengurangi terjadinya efek samping tersebut. Selain itu, asupan cairan yang memadai dapat menurunkan risiko pembentukan batu ginjal.· Bila diresepkan HRT, pasien harus diajar mengenai pentingnya skrining berkala terhadap kanker payudara dan endometrium.b. Nyeri yang berhubungan dengan fraktur dan spasme ototTujuan : Meredakan rasa nyeriKriteria hasil : Mendapatkan peredaan nyeri· Mengalami redanya nyeri saat beristirahat· Mengalami ketidaknyamanan minimal selama aktivitas kehidupan sehari-hari.Intervensi :· Peredaaan nyeri punggung dapat dilakukan dengan istirahat di tempat tidur dengan posisi telentang atau miring ke samping selama beberapa hari.
· Kasur harus padat dan tidak lentur.· Fleksi lutut dapat meningkatkan rasa nyaman dengan merelaksasi otot.· Kompres panas intermiten dan pijatan punggung memperbaiki relaksasi otot.· Pasien diminta untuk menggerakkan batang tubuh sebagai satu unit dan hindari gerakan memuntir.· Postur yang bagus dianjurkan dan mekanika tubuh harus diajarkan. Ketika pasien dibantu turun dari tempat tidur,· pasang korset lumbosakral untuk menyokong dan imobilisasi sementara, meskipun alat serupa kadang terasa tidak nyaman dan kurang bisa ditoleransi oleh kebanyakan lansia.· Bila pasien sudah dapat menghabiskan lebih banyak waktunya di luar tempat tidur perlu dianjurkan untuk sering istirahat baring untuk mengurangi rasa tak nyaman dan mengurangi stres akibat postur abnormal pada otot yang melemah.· opioid oral mungkin diperlukan untuk hari-hari pertama setelah awitan nyeri punggung. Setelah beberapa hari, analgetika non – opoid dapat mengurangi nyeri.
c. Konstipasi yang berhubungan dengan imobilitasi atau terjadinya ileus (obstruksi usus)Tujuan : Memperbaiki pengosongan ususKriteria hasil : Menunjukkan pengosongan usus yang normal· Bising usus aktif· Gerakan usus teraturIntervensi :Konstipasi merupakan masalah yang berkaitan dengan imobilitas, pengobatan dan lansia.· Berikan diet tinggi serat.· Berikan tambahan cairan dan gunakan pelunak tinja sesuai ketentuan dapat membantu atau meminimalkan konstipasi.· Pantau asupan pasien, bising usus dan aktivitas usus karena bila terjadi kolaps vertebra pada T10-L2, maka pasien dapat mengalami ileus.d. Risiko terhadap cedera : fraktur, yang berhubungan dengan tulang osteoporotikTujuan : Mencegah cideraKriteria hasil : Tidak mengalami fraktur baru· Mempertahankan postur yang bagus· Mempegunakan mekanika tubuh yang baik· Mengkonsumsi diet seimbang tinggi kalsium dan vitamin D· Rajin menjalankan latihan pembedahan berat badan (berjalan-jalan setiap hari)· Istirahat dengan berbaring beberapa kali sehariIntervensi :· Anjurkan melakukan Aktivitas fisik secara teratur hal ini sangat penting untuk memperkuat otot, mencegah atrofi dan memperlambat demineralisasi tulang progresif.· Ajarkan Latihan isometrik, latihan ini dapat digunakan untuk memperkuat otot batang tubuh.· Anjurkan untuk Berjalan, mekanika tubuh yang baik, dan postur yang baik.
· Hindari Membungkuk mendadak, melenggok dan mengangkat beban lama.· Lakukan aktivitas pembebanan berat badan Sebaiknya dilakukan di luar rumah di bawah sinar matahari, karena sangat diperlukan untuk memperbaiki kemampuan tubuh menghasilkan vitamin D.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner, Suddarth, (2001) Buku Ajar Keperawatan-Medikal Bedah, Edisi 8 Volume 3, EGC : Jakarta.Doenges, Marilynn E, dkk, (2000), Penerapan Proses Keperawatan dan Diagnosa Keperawatan, EGC : Jakarta.
http://amirrimbawanto.blogspot.com/2009/03/askep-osteoporosis.html diakses pada tanggal 4/8/2009
http://pustaka.unpad.ac.id/archives/10824/. Diakses pada tanggal 4/8/2009
http://wayanpuja.blinxer.com/?page_id=239. Diakses pada tanggal 4/8/2009
http://mukipartono.com/osteoporosis-fraktur-vertebra-sebagai-salah-satu-faktor-resiko-nyeri-pinggang/. Di akses pada tanggal 4/8/2009
http://id.wikipedia.org/wiki/Osteoporosis. di akses pada tanggal 4/8/2009
http://mukipartono.com/osteoporosis-fraktur-vertebra-sebagai-salah-satu-faktor-resiko-nyeri-pinggang/. Di akses pada tanggal 4/8/2009
Senin, 06 Mei 2013
ASKEP OSTEOPOROSIS
asuhan keperawatan Osteoporosis ( Askep Osteoporosis ) BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dengan meningkatnya usia harapan hidup, maka berbagai penyakit degeneratif dan
metabolik, termasuk osteoporosis akan menjadi problem muskolokeletal yang memerlukan
perhatian khusus, terutama dinegara berkembang, termasuk indonesia. Pada tahun 1990, ternyata
jumlah penduduk yang berusia 55 tahun atau lebih mencapai 9,2%, meningkat 50%
dibandingkan survey tahun 1971. Dengan demikian, kasus osteoporosis dengan berbagai
akibatnya, terutama fraktur diperkirakan juga akan meningkat ( Sodoyo, 2009 )
Penelitian Roeshadi di Jawa Timur, mendapatkan bahwa puncak massa tulang dicapai
pada usia 30-34 tahun dan rata-rata kehilangan massa tulang pasca menopause adalah 1,4%
tahun. Penelitian yang dilakukan di klinik Reumatologi RSCM mendapatkan faktor resiko
osteoporosis yang meliputi umur, lamanya menopause dan kadar estrogen yang rendah,
sedangkan faktor proteksinya adalah kadar estrogen yang tinggi, riwayat berat badan
lebih/obesitas dan latihan yang teratur ( Sudoyo, 2009 ).
B. Rumusan Masalah
Agar penulisan makalah tidak menyimpang dari tujuan semula, maka penulis
merumuskan masalah pada:
1. Apa yang dimaksud dengan Osteoporosis?
2. Apa etiologi dari Osteoporosis?
3. Bagaimana manifestasi klinis Osteoporosis?
4. Bagaimana penatalaksanaan Osteoporosis secara medis dan keperawatan?
5. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan Osteoporosis ?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu sebagai proses pembelajaran mahasiswa
dalam memahami Osteoporosis, dan mahasiswa mampu memahami defenisi, etiologi,
manifestasi klinis, klassifikasi, penatalaksanaan medis dan keperawatan serta asuhan
keperawatan dari Osteoporosis.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Defenisi
Osteoporosis berasal dari kata osteo dan porous, osteo artinya tulang, dan porous berarti
berlubang-lubang atau keropos. Jadi, osteoporosis adalah tulang yang keropos, yaitu penyakit
yang mempunyai sifat khas berupa massa tulangnya rendah atau berkurang, disertai gangguan
mikro-arsitektur tulang dan penurunan kualitas jaringan tulang yang dapat menimbulkan
kerapuhan tulang (Tandra, 2009).
Menurut WHO pada International Consensus Development Conference, di Roma, Itali, 1992
Osteoporosis adalah penyakit dengan sifat-sifat khas berupa massa tulang yang rendah, disertai
perubahan mikroarsitektur tulang, dan penurunan kualitas jaringan tulang, yang pada akhirnya
menimbulkan akibat meningkatnya kerapuhan tulang dengan resiko terjadinya patah tulang
(Suryati, 2006).
Menurut National Institute of Health (NIH), 2001 Osteoporosis adalah kelainan kerangka,
ditandai dengan kekuatan tulang mengkhawatirkan dan dipengaruhi oleh meningkatnya risiko
patah tulang. Sedangkan kekuatan tulang merefleksikan gabungan dari dua faktor, yaitu densitas
tulang dan kualitas tulang (Junaidi, 2007).
Osteoporosis adalah penyakit tulamg sisitemik yang ditandai oleh penurunan mikroarsitektur
tulang sehingga tulang menjadi rapuh dan mudah patah. Pada tahun 2001, National Institute of
Health (NIH) mengajukan definisi baru osteoporosis sebagai penyakit tulang sistemik yang
ditandai oleh compromised bone strength sehingga tulang mudah patah ( Sudoyo, 2009 ).
Osteoporosis dibagi 2 kelompok, yaitu :
a. Osteoporosis Primer
Osteoporosis primer berhubungan dengan kelainan pada tulang, yang menyebabkan peningkatan
proses resorpsi di tulang trabekula sehingga meningkatkan resiko fraktur vertebra dan Colles.
Pada usia decade awal pasca menopause, wanita lebih sering terkena dari pada pria dengan
perbandingan 68:1 pada usia rata-rata 53-57 tahun.
b. Osteoporosis Sekunder
Osteoporosis sekunder disebabkan oleh penyakit atau sebab lain diluar tulang
B. Etiologi
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengurangan massa tulang pada usia lanjut:
1. Determinan Massa Tulang
a. Faktor genetik
Perbedaan genetik mempunyai pengaruh terhadap derajat kepadatan tulang. Beberapa orang
mempunyai tulang yang cukup besar dan yang lain kecil. Sebagai contoh, orang kulit hitam pada
umumnya mempunyai struktur tulang lebih kuat/berat dari pacia bangsa Kaukasia. Jacii
seseorang yang mempunyai tulang kuat (terutama kulit Hitam Amerika), relatif imun terhadap
fraktur karena osteoporosis.
b. Faktor mekanis
Beban mekanis berpengaruh terhadap massa tulang di samping faktor genetk. Bertambahnya beban akan menambah massa tulang dan berkurangnya beban akan mengakibatkan berkurangnya massa tulang. Kedua hal tersebut menunjukkan respons terhadap kerja mekanik Beban mekanik yang berat akan mengakibatkan massa otot besar dan juga massa tulang yang besar. Sebagai contoh adalah pemain tenis atau pengayuh becak, akan dijumpai adanya hipertrofi baik pada otot maupun tulangnya terutama pada lengan atau tungkainya, sebaliknya atrofi baik pada otot maupun tulangnya akan dijumpai pada pasien yang harus istrahat di tempat tidur dalam waktu yang lama, poliomielitis atau pada penerbangan luar angkasa. Walaupun demikian belum diketahui dengan pasti berapa besar beban mekanis yang diperlukan dan berapa lama untuk meningkatkan massa tulang di sampihg faktor genetik.
c. Faktor makanan dan hormon
Pada seseorang dengan pertumbuhan hormon dengan nutrisi yang cukup (protein dan
mineral), pertumbuhan tulang akan mencapai maksimal sesuai dengan pengaruh genetik yang
bersangkutan. Pemberian makanan yang berlebih (misainya kalsium) di atas kebutuhan
maksimal selama masa pertumbuhan, disangsikan dapat menghasilkan massa tulang yang
melebihi kemampuan pertumbuhan tulang yang bersangkutan sesuai dengan kemampuan
genetiknya.
2. Determinan penurunan Massa Tulang
a. Faktor genetik
Pada seseorang dengan tulang yang kecil akan lebih mudah mendapat risiko fraktur dari pada seseorang dengan tulang yang besar. Sampai saat ini tidak ada ukuran universal yang dapat dipakai sebagai ukuran tulang normal. Setiap individu mempunyai ketentuan normal sesuai dengan sitat genetiknya serta beban mekanis den besar badannya. Apabila individu dengan tulang yang besar, kemudian terjadi proses penurunan massa tulang (osteoporosis) sehubungan dengan lanjutnya usia, maka individu tersebut relatif masih mempunyai tulang lebih banyak dari pada individu yang mempunyai tulang kecil pada usia yang sama.
b. Faktor mekanis
Faktor mekanis mungkin merupakan yang terpenting dalarn proses penurunan massa tulang schubungan dengan lanjutnya usia. Walaupun demikian telah terbukti bahwa ada interaksi panting antara faktor mekanis dengan faktor nutrisi hormonal. Pada umumnya aktivitas fisis akan menurun dengan bertambahnya usia; dan karena massa tulang merupakan fungsi beban mekanis, massa tulang tersebut pasti akan menurun dengan bertambahnya usia.
c. Kalsium
Faktor makanan ternyata memegang peranan penting dalam proses penurunan massa tulang sehubungan dengan bertambahnya usia, terutama pada wanita post menopause. Kalsium, merupakan nutrisi yang sangat penting. Wanita-wanita pada masa peri menopause, dengan masukan kalsiumnya rendah dan absorbsinya tidak bak, akan mengakibatkan keseimbangan kalsiumnya menjadi negatif, sedang mereka yang masukan kalsiumnya baik dan absorbsinya juga baik, menunjukkan keseimbangan kalsium positif. Dari keadaan ini jelas, bahwa pada wanita masa menopause ada hubungan yang erat antara masukan kalsium dengan keseimbangan kalsium dalam tubuhnya. Pada wanita dalam masa menopause keseimbangan kalsiumnya akan terganggu akibat masukan serta absorbsinya kurang serta eksresi melalui urin yang bertambah. Hasil akhir kekurangan/kehilangan estrogen pada masa menopause adalah pergeseran keseimbangan kalsium yang negatif, sejumiah 25 mg kalsium sehari.
d. Protein
Protein juga merupakan faktor yang penting dalam mempengaruhi penurunan massa tulang. Makanan yang kaya protein akan mengakibatkan ekskresi asam amino yang mengandung sulfat melalui urin, hal ini akan meningkatkan ekskresi kalsium. Pada umumnya protein tidak dimakan secara tersendiri, tetapi bersama makanan lain. Apabila makanan tersebut mengandung fosfor, maka fosfor tersebut akan mengurangi ekskresi kalsium melalui urin. Sayangnya fosfor tersebut akan mengubah pengeluaran kalsium melalui tinja. Hasil akhir dari makanan yang mengandung protein berlebihan akan mengakibatkan kecenderungan untuk terjadi keseimbangan kalsium yang negative.
e. Estrogen.
Berkurangnya/hilangnya estrogen dari dalam tubuh akan mengakibatkan terjadinya gangguan keseimbangan kalsium. Hal ini disebabkan oleh karena menurunnya eflsiensi absorbsi kalsium dari makanan dan juga menurunnya konservasi kalsium di ginjal.
f. Rokok dan kopi
Merokok dan minum kopi dalam jumlah banyak cenderung akan mengakibatkan penurunan massa tulang, lebih-lebih bila disertai masukan kalsium yang rendah. Mekanisme pengaruh merokok terhadap penurunan massa tulang tidak diketahui, akan tetapi kafein dapat memperbanyak ekskresi kalsium melalui urin maupun tinja.
g. Alkohol
Alkoholisme akhir-akhir ini merupakan masalah yang sering ditemukan. Individu dengan alkoholisme mempunyai kecenderungan masukan kalsium rendah, disertai dengan ekskresi lewat urin yang meningkat. Mekanisme yang jelas belum diketahui dengan pasti .
Beberapa penyebab osteoporosis dalam (Junaidi, 2007), yaitu:
1. Osteoporosis pascamenopause terjadi karena kurngnya hormon estrogen (hormon utama pada
wanita), yang membantu mengatur pengangkutan kalsium kedalam tulang. Biasanya gejala
timbul pada perempuan yang berusia antara 51-75 tahun, tetapi dapat muncul lebih cepat atau
lebih lambat. Hormon estrogen produksinya menurun 2-3 tahun sebelum menopause dan terus
berlangsung 3-4 tahun setelah meopause. Hal ini berakibat menurunnya massa tulang sebanyak
1-3% dalam waktu 5-7 tahun pertama setelah menopause.
2. Osteoporosis senilis kemungkinan merupakan akibat dari kekurangan kalsium yang
berhubungan dengan usia dan ketidak seimbangan antara kecepatan hancurnya tulang (osteoklas)
dan pembentukan tulang baru (osteoblast). Senilis berati bahwa keadaan ini hanya terjadi pada
usia lanjut. Penyakit ini biasanya terjadi pada orang-orang berusia diatas 70 tahun dan 2 kali
lebih sering wanita. Wanita sering kali menderita osteoporosis senilis dan pasca menopause.
3. Kurang dari 5% penderita osteoporosis juga mengalami osteoporosis sekunder yang disebakan
oleh keadaan medis lain atau obat-obatan. Penyakit ini bisa disebabkan oleh gagal ginjal kronis
dan kelainan hormonal (terutama tiroid, paratiroid, dan adrenal) serta obat-obatan (mislnya
kortikosteroid, barbiturat, anti kejang, dan hormon tiroid yang berlebihan). Pemakaian alkohol
yang berlebihan dapat memperburuk keadaan ini.
4. Osteoporosis juvenil idiopatik merupakan jenis osteoporosis yang penyebabnya tidak
diketahui. Hal ini terjadi pada anak-anak dan dewasa muda yang memiliki kadar dan fungsi
hormon yang normal, kadar vitamin yang normal, dan tidak memiliki penyebab yang jelas dari
rapuhnya tulang.
C. Manifestasi Klinis
Osteoporosis dimanifestasikan dengan :
1. Nyeri dengan atau tanpa fraktur yang nyata.
2. Nyeri timbul mendadak.
3. Sakit hebat dan terlokalisasi pada vertebra yg terserang.
4. Nyeri berkurang pada saat istirahat di tempat tidur.
5. Nyeri ringan pada saat bangun tidur dan akan bertambah jika melakukan aktivitas.
6. Deformitas vertebra thorakalis à Penurunan tinggi badan
D. Patofisiologi
Kartilago hialin adalah jaringan elastis yang 95% terdiri dari air dan matrik ekstra selular,
5 % sel konrosit. Fungsinya sebagai penyangga juga pelumas sehingga tidak menimbulkan nyeri
pada saat pergerakan sendi.
Apabila kerusakan jaringan rawan sendi lebih cepat dari kemampuannya untuk
memperbaiki diri, maka terjadi penipisan dan kehilangan pelumas sehingga kedua tulang akan
bersentuhan. Inilah yang menyebabkan rasa nyeri pada sendi lutut. Setelah terjadi kerusakan
tulang rawan, sendi dan tulang ikut berubah.
E. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan radiologik
Dilakukan untuk menilai densitas massa tulang sangat tidak sensitif. Gambaran radiologik yang
khas pada osteoporosis adalah penipisan korteks dan daerah trabekuler yang lebih lusen.Hal ini
akan tampak pada tulang-tulang vertebra yang memberikan gambaran picture-frame vertebra.
b. Pemeriksaan densitas massa tulang (Densitometri)
Densitometri tulang merupakan pemeriksaan yang akurat dan untuk menilai densitas massa
tulang, seseorang dikatakan menderita osteoporosis apabila nilai BMD ( Bone Mineral Density )
berada dibawah -2,5 dan dikatakan mengalami osteopenia (mulai menurunnya kepadatan tulang)
bila nilai BMD berada antara -2,5 dan -1 dan normal apabila nilai BMD berada diatas nilai -1.
Beberapa metode yang digunakan untuk menilai densitas massa tulang:
1. Single-Photon Absortiometry (SPA)
Pada SPA digunakan unsur radioisotop I yang mempunyai energi photon rendah guna
menghasilkan berkas radiasi kolimasi tinggi. SPA digunakan hanya untuk bagian tulang yang
mempunyai jaringan lunak yang tidak tebalseperti distal radius dan kalkaneus.
2. Dual-Photon Absorptiometry (DPA)
Metode ini mempunyai cara yang sama dengan SPA. Perbedaannya berupa sumber energi yang
mempunyai photon dengan 2 tingkat energi yang berbeda guna mengatasi tulang dan jaringan
lunak yang cukup tebal sehingga dapat dipakai untuk evaluasi bagian-bagian tubuh dan tulang
yang mempunyai struktur geometri komplek seperti pada daerah leher femur dan vetrebrata.
3. Quantitative Computer Tomography (QCT)
Merupakan densitometri yang paling ideal karena mengukur densitas tulang secara volimetrik.
c. Sonodensitometri
Sebuah metode yang digunakan untuk menilai densitas perifer dengan menggunakan gelombang
suara dan tanpa adanya resiko radiasi.
d. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
MRI dalam menilai densitas tulang trabekula melalui dua langkah yaitu pertama T2 sumsum
tulang dapat digunakan untuk menilai densitas serta kualitas jaringan tulang trabekula dan yang
kedua untuk menilai arsitektur trabekula.
e. Biopsi tulang dan Histomorfometri
Merupakan pemeriksaan yang sangat penting untuk memeriksa kelainan metabolisme tulang.
f. Radiologis
Gejala radiologis yang khas adalah densitas atau masa tulang yang menurun yang dapat dilihat
pada vertebra spinalis. Dinding dekat korpus vertebra biasanya merupakan lokasi yang paling
berat. Penipisa korteks dan hilangnya trabekula transfersal merupakan kelainan yang sering
ditemukan. Lemahnya korpus vertebra menyebabkan penonjolan yang menggelembung dari
nukleus pulposus ke dalam ruang intervertebral dan menyebabkan deformitas bikonkaf.
g. CT-Scan
CT-Scan dapat mengukur densitas tulang secara kuantitatif yang mempunyai nilai penting dalam
diagnostik dan terapi follow up. Mineral vertebra diatas 110 mg/cm3 baisanya tidak menimbulkan
fraktur vetebra atau penonjolan, sedangkan mineral vertebra dibawah 65 mg/cm3 ada pada
hampir semua klien yang mengalami fraktur.
h. Pemeriksaan Laboratorium
1. Kadar Ca, P, Fosfatase alkali tidak menunjukkan kelainan yang nyata.
2. Kadar HPT (pada pascamenoupouse kadar HPT meningkat) dan Ct (terapi ekstrogen
merangsang pembentukkan Ct)
3. Kadar 1,25-(OH)2-D3 absorbsi Ca menurun.
4. Eksresi fosfat dan hidroksipolin terganggu sehingga meningkat kadarnya.
F. Web Of Caution
1. Diagnosa keperawatan
a. Nyeri berhubungan dengan dampak sekunder dari fraktur, spasme otot, deformitas tulang.
b. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan disfungsi sekunder akibat perubahan skeletal
(kifosis), nyeri sekunder atau fraktur baru.
c. Risiko cedera berhubungan dengan dampak sekunder perubahan skeletal dan
ketidakseimbangan tubuh.
d. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi.
2. Intervensi Keperawatan
a. Nyeri berhubungan dengan dampak sekunder dari fraktur, spasme otot, deformitas tulang.
Intervensi Keperawatan Rasionalisasi
1. Pantau tingkat nyeri pada
punggung, nyeri terlokalisasi atau
menyebar pada abdomen atau
pinggang.
2. Ajarkan pada klien tentang
alternative lain untuk mengatasi
dan mengurangi rasa nyerinya.
3. Kaji obat-obatan untuk
mengatasi nyeri.
4. Rencanakan pada klien tentang
periode istirahat adekuat dengan
berbaring dalam posisi telentang
selama kurang lebih 15 menit
1. tulang dalam peningkatan
jumlah trabekular, pembatasan
gerak spinal.
2. Alternatif lain untuk
mengatasi nyeri, pengaturan
posisi, kompres hangat dan
sebagainya.
3. Keyakinan klien tidak dapat
menoleransi obat yang adekuat
atau tidak adekuat untuk
mengatasi nyerinya.
4. Kelelahan dan keletihan dapat
menurunkan minat untuk
aktivitas sehari-hari.
b. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan disfungsi sekunder akibat perubahan skeletal
(kifosis), nyeri sekunder atau fraktur baru.
Intervensi Keperawatan Rasionalisasi
1. Kaji tingkat kemampuan klien
yang masih ada.
2. Rencanakan tentang pemberian
program latihan:
Bantu klien jika diperlukan
latihan
Ajarkan klien tentang
aktivitas hidup sehari hari yang
dapat dikerjakan
1. Dasar untuk memberikan
alternative dan latihan gerak
yang sesuai dengan
kemapuannya.
2. Latihan akan meningkatkan
pergerakan otot dan stimulasi
sirkulasi darah
3. Aktifitas hidup sehari-hari
secara mandiri
4. Dengan latihan fisik:
Masa otot lebih besar
sehingga memberikan
Ajarkan pentingnya latihan.
3. Bantu kebutuhan untuk
beradaptasi dan melakukan
aktivitas hidup sehari hari,
rencana okupasi .
4. Peningkatan latihan fisik secara
adekuat:
dorong latihan dan hindari
tekanan pada tulang seperti
berjalan.
instruksikan klien untuk
latihan selama kurang lebih
30menit dan selingi dengan
istirahat dengan berbaring selama
15 menit
hindari latihan fleksi,
membungkuk tiba– tiba,dan
penangkatan beban berat
perlindungan pada osteoporosis
Program latihan
merangsang pembentukan
tulang
Gerakan menimbulkan
kompresi vertical dan fraktur
vertebra.
c. Risiko cedera berhubungan dengan dampak sekunder perubahan skeletal dan
ketidakseimbangan tubuh.
Intervensi Keperawatan Rasionalisasi
1. Ciptakan lingkungan yang
bebas dari bahaya:
Tempatkan klien pada tempat
tidur rendah.
Amati lantai yang
1. Menciptakan lingkungan yang
aman dan mengurangi risiko
terjadinya kecelakaan.
2. Ambulasi yang dilakukan
tergesa-gesa dapat
membahayakan klien.
Berikan penerangan yang
cukup
Tempatkan klien pada
ruangan yang tertutup dan mudah
untuk diobservasi.
Ajarkan klien tentang
pentingnya menggunakan alat
pengaman di ruangan.
2. Berikan dukungan ambulasi
sesuai dengan kebutuhan:
Kaji kebutuhan untuk
berjalan.
Konsultasi dengan ahli
therapist.
Ajarkan klien untuk meminta
bantuan bila diperlukan.
Ajarkan klien untuk berjalan
dan keluar ruangan.
3. Bantu klien untuk melakukan
aktivitas hidup sehari-hari secara
hati-hati.
4. Ajarkan pada klien untuk
berhenti secara perlahan, tidak
naik tanggga, dan mengangkat
menyebabkan mudah jatuh.
3. Penarikan yang terlalu keras
akan menyebabkan terjadinya
fraktur.
4. Pergerakan yang cepat akan
lebih memudahkan terjadinya
fraktur kompresi vertebra pada
klien osteoporosis.
5. Diet kalsium dibutuhkan
untuk mempertahankan kalsium
serum, mencegah bertambahnya
kehilangan tulang. Kelebihan
kafein akan meningkatkan
kalsium dalam urine. Alcohol
akan meningkatkan asidosis
yang meningkatkan resorpsi
tulang
6. Rokok dapat meningkatkan
terjadinya asidosis.
7. Obat-obatan seperti diuretic,
fenotiazin dapat menyebabkan
pusing, megantuk, dan lemah
yang merupakan predisposisi
klien untuk jatuh.
beban berat.
5. Ajarkan pentingnya diet untuk
mencegah osteoporosis:
Rujuk klien pada ahli gizi
Ajarkan diet yang
mengandung banyak kalsium
Ajarkan klien untuk
mengurangi atau berhenti
menggunakan rokok atau kopi
6. Ajarkan tentang efek rokok
terhadap pemulihan tulang
7. Observasi efek samping obat-
obatan yang digunakan
d. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi.
Intervensi Keperawatan Rasionalisasi
1. Kaji ulang proses penyakit dan
harapan yang akan datang
2. Ajarkan pada klien tentang
faktor-faktor yang mempengaruhi
terjadinya osteoporosis
3. Berikan pendidikan kepada
klien mengenai efek samping
penggunaan obat
1. Memberikan dasar
pengetahuan dimana klien dapat
membuat pilihan berdasarkan
informasi.
2. Informasi yang diberikan
akan membuat klien lebih
memahami tentang penyakitnya
3. Suplemen kalsium ssering
mengakibatkan nyeri lambung
dan distensi abdomen maka
klien sebaiknya mengkonsumsi
kalsium bersama makanan
untuk mengurangi terjadinya
efek samping tersebut dan
memperhatikan asupan cairan
yang memadai untuk
menurunkan resiko
pembentukan batu ginjal
G. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan
1. Penatalaksanaan Medis
A. Pengobatan
1. Meningkatkan pembentukan tulang, obat-obatan yg dapat meningkatkan pembentukan tulan
adalah Na-fluorida dan steroid anabolik
2. Menghambat resobsi tulang, obat-obatan yang dapat mengahambat resorbsi tulang adalah
kalsium, kalsitonin, estrogen dan difosfonat.
B. Pencegahan
Pencegahan sebaiknya dilakukan pada usia pertumbuhan/dewasa muda, hal ini bertujuan:
1. Mencapai massa tulang dewasa Proses konsolidasi) yang optimal
2. Mengatur makanan dan life style yg menjadi seseorang tetap bugar seperti:
a. Diet mengandung tinggi kalsium (1000 mg/hari)
b. Latihan teratur setiap hari
c. Hindari :
1. Makanan tinggi protein
2. Minum alkohol
3. Merokok
4. Minum kopi
5. Minum antasida yang mengandung aluminium
2. Penatalaksanaan keperawatan
a. Membantu klien mengatasi nyeri.
b. Membantu klien dalam mobilitas.
c. Memberikan informasi tentang penyakit yang diderita kepada klien.
d. Memfasilitasikan klien dalam beraktivitas agar tidak terjadi cedera.
BAB III
KASUS
A. Uraian Kasus
Ny. S umur 58 tahun datang ke RSUD AA Pekanbaru dengan keluhan ngilu pada sendi yang
seringdirasakannya sejak 3 bulan yang lalu, rasa ngilu itu sudah dirasakan sejak beberapa tahun
yang lalu, namun Ny. S tidak memperdulikannya. Ketika memeriksakan diri ke dokter Ny. S
dianjurkan untuk tes darah dan rongent kaki. Hasil rongent menunjukkan bahwa Ny. S
menderita osteoporosis diperkuat lagi dengan hasil BMD T-score -3. Klien mengalami
menopause sejak 6 tahun yang lalu. Menurut klien dirinya tidak suka minum susu sejak usia
muda dan tidak menyukai makanan laut. Klien beranggapan bahwa keluhan yang dirasakannya
karena usianya yang bertambah tua. Riwayat kesehatan sebelumnya diketahui bahwa klien tidak
pernah mengalami penyakit seperti DM dan hipertensi dan tidak pernah dirawat di RS. Pola
aktifitas diketahui klien banyak beraktifitas duduk karena dulu dirinya bekerja sebagai staf
administrasi dan tidak suka olahraga karena tidak sempat. Riwayat penggunaan KB hormonal
dengan metode pil. Pemeriksaan TB 165 cm, BB 76 kg (BB sebelumnya 78 kg).
B. Pengkajian
1. Data demografi
Nama : Ny. S
Umur : 58 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pekerjaan : IRT
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Ny. S umur 58 tahun datang dengan keluhan ngilu pada sendi yang seringdirasakannya
sejak 3 bulan yang lalu, rasa ngilu itu sudah dirasakan sejak beberapa tahun yang lalu, namun
Ny. S tidak memperdulikannya.
3. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
Klien terlihat bungkuk (kifosis), penurunan berat badan, perubahan gaya berjalan.
b. Palpasi
Klien merasakan nyeri saat dilakukan palpasi pada area punggung.
4. Riwayat Psikososial
Klien cemas untuk melakukan aktivitas-aktivitas yang berat.
5. Hasil pemeriksaan laboratorium
BMD T-score -3
C. Analisa Data
Data Subjektif Data Objektif Masalah
keperawatan
1.Klien mengatakan ngilu 1. Klien mengalami Nyeri
di bagian sendi sejak
beberapa tahun lalu,
namun Ny. S tidak
mempedulikannya.
Sejak kurang lebih tiga
bulan yang lalu, ngilu di
tubuhnya tak kunjung
hilang
2.Klien mengatakan
banyak beraktifitas
duduk karena dulu
dirinya bekerja sebagai
staf administrasi dan
3.Klien mengatakan tidak
suka olahraga karena
tidak sempat.
4.Klien mengatakan
terasa sakit pada sendi
ketika berjalan
5.Klien mengatakan
aktivitas sehari-hari
terhambat
6.Skala nyeri 7
menopause sejak 6 tahun
yang lalu.
2. Riwayat penggunaan
KB hormonal dengan
metode pil.
3. Wajah klien terlihat
meringis.
4. Sering terlihat
memegang area yang
sakit
1.Klien mengatakan ngilu
di bagian sendi sejak
beberapa tahun lalu,
namun Ny. S tidak
mempedulikannya.
1. Ny. S umur 58 tahun
2. Hasil rongent
menunjukkan bahwa Ny.
S menderita osteoporosis.
Mobilitas fisik
Sejak kurang lebih tiga
bulan yang lalu, ngilu di
tubuhnya tak kunjung
hilang.
2.Klien mengatakan
banyak beraktifitas
duduk karena dulu
dirinya bekerja sebagai
staf administrasi dan
tidak suka olahraga
karena tidak sempat.
3.Klien mengatakan
terasa sakit pada sendi
ketika berjalan.
4.Klien mengatakan
aktivitas sehari-hari
terhambat
3. Hasil BMD T-score -3.
4. Hasil darah lengkap
dalam.
5. Pemeriksaan TB 165
cm, BB 76 kg.
6. Kifosis
1.Klien mengatakan
merasakan ngilu saat
beraktivitas yang berat.
1. Klien terlihat sangat
berhati-hati berjalan.
2. Klien terlihat kifosis
( bungkuk)
3. Hasil rongent
menunjukkan bahwa Ny.
S menderita osteoporosis
4. Hasil BMD T-score -3.
Resiko cedera
1.Klien mengatakan ngilu
di bagian sendi sejak
beberapa tahun lalu,
namun Ny. S tidak
1. Ny. S umur 58 tahun
2. Riwayat kesehatan
sebelumnya diketahui
Kurang
pengetahuan
mempedulikannya.
Sejak kurang lebih tiga
bulan yang lalu, ngilu di
tubuhnya tak kunjung
hilang
2.Klien mengatakan
dirinya tidak suka
minum susu sejak usia
muda dan tidak
menyukai makanan
laut.
3.Klien beranggapan
bahwa keluhan yang
dirasakannya karena
usianya yang bertambah
tua.
4.Klien mengatakan
banyak beraktifitas
duduk karena dulu
dirinya bekerja sebagai
staf administrasi dan
tidak suka olahraga
karena tidak sempat.
bahwa klien tidak pernah
mengalami penyakit
seperti DM dan
hipertensi dan tidak
pernah dirawat di RS.
3. Riwayat penggunaan
KB hormonal dengan
metode pil.
4. Pendidikan Terakhir
Klien SMA
D. WOC ( Web Of Caution )
E. Intervensi Keperawatan
Diagnosa
Keperawatan
Etiologi Intervensi
Keperawatan
Rasionalisasi
Nyeri
berhubungan
dengan dampak
sekunder dari
fraktur, spasme
otot, deformitas
tulang
Penurunan massa
tulang /
osteoporosis
Fraktur vertebra
Deformitas
Vertebra
Teregangnya
ligamentum dan
otot/ spasme otot
Nyeri
4. Pantau tingkat
nyeri pada
punggung, nyeri
terlokalisasi atau
menyebar pada
abdomen atau
pinggang.
5. Ajarkan pada
klien tentang
alternative lain
untuk mengatasi
dan mengurangi
rasa nyerinya.
6. Kaji obat-obatan
untuk mengatasi
nyeri.
5. Rencanakan
pada klien tentang
periode istirahat
adekuat dengan
berbaring dalam
posisi telentang
selama kurang
lebih 15 menit
5. tulang dalam
peningkatan
jumlah trabekular,
pembatasan gerak
spinal.
6. Alternatif lain
untuk mengatasi
nyeri, pengaturan
posisi, kompres
hangat dan
sebagainya.
7. Keyakinan klien
tidak dapat
menoleransi obat
yang adekuat atau
tidak adekuat
untuk mengatasi
nyerinya.
8. Kelelahan dan
keletihan dapat
menurunkan
minat untuk
aktivitas sehari-
hari.
Hambatan
mobilitas fisik
berhubungan
Penurunan massa
tulang /
2. Kaji tingkat
kemampuan klien
1. Dasar untuk
memberikan
alternative dan
dengan disfungsi
sekunder akibat
perubahan skeletal
(kifosis), nyeri
sekunder atau
fraktur baru.
osteoporosis
Fraktur vertebra
Deformitas
Vertebra
Bungkuk
Hambatan
mobilitas fisik
yang masih ada.
3. Rencanakan
tentang pemberian
program latihan:
Bantu klien
jika diperlukan
latihan
Ajarkan klien
tentang aktivitas
hidup sehari hari
yang dapat
dikerjakan
Ajarkan
pentingnya latihan.
5. Bantu kebutuhan
untuk beradaptasi
dan melakukan
aktivitas hidup
sehari hari,
rencana okupasi .
6. Peningkatan
latihan fisik secara
adekuat:
dorong latihan
dan hindari
tekanan pada
tulang seperti
berjalan
latihan gerak
yang sesuai
dengan
kemapuannya.
2. Latihan akan
meningkatkan
pergerakan otot
dan stimulasi
sirkulasi darah
Aktifitas
hidup sehari-hari
secara mandiri
Dengan
latihan fisik:
Masa otot
lebih besar
sehingga
memberikan
perlindungan
pada osteoporosis
Program
latihan
merangsang
pembentukan
tulang
Gerakan
menimbulkan
kompresi vertical
dan fraktur
vertebra.
instruksikan
klien untuk latihan
selama kurang
lebih 30menit dan
selingi dengan
istirahat dengan
berbaring selama
15 menit
hindari latihan
fleksi,
membungkuk
tiba– tiba,dan
penangkatan beban
berat
Risiko cedera
berhubungan
dengan dampak
sekunder
perubahan skeletal
dan
ketidakseimbangan
tubuh.
Penurunan massa
tulang/osteoporosi
s
Resiko cedera
2. Ciptakan
lingkungan yang
bebas dari bahaya:
Tempatkan
klien pada tempat
tidur rendah.
Amati lantai
yang
membahayakan
klien.
Berikan
penerangan yang
cukup
Tempatkan
2. Menciptakan
lingkungan yang
aman dan
mengurangi risiko
terjadinya
kecelakaan.
3. Ambulasi yang
dilakukan
tergesa-gesa
dapat
menyebabkan
mudah jatuh.
6. Penarikan yang
terlalu keras akan
menyebabkan
klien pada ruangan
yang tertutup dan
mudah untuk
diobservasi.
Ajarkan klien
tentang pentingnya
menggunakan alat
pengaman di
ruangan.
3. Berikan
dukungan
ambulasi sesuai
dengan kebutuhan:
Kaji kebutuhan
untuk berjalan.
Konsultasi
dengan ahli
therapist.
Ajarkan klien
untuk meminta
bantuan bila
diperlukan.
Ajarkan klien
untuk berjalan dan
keluar ruangan.
5. Bantu klien
untuk melakukan
aktivitas hidup
terjadinya fraktur.
7. Pergerakan
yang cepat akan
lebih
memudahkan
terjadinya fraktur
kompresi vertebra
pada klien
osteoporosis.
8. Diet kalsium
dibutuhkan untuk
mempertahankan
kalsium serum,
mencegah
bertambahnya
kehilangan
tulang. Kelebihan
kafein akan
meningkatkan
kalsium dalam
urine. Alcohol
akan
meningkatkan
asidosis yang
meningkatkan
resorpsi tulang
8. Rokok dapat
meningkatkan
terjadinya
sehari-hari secara
hati-hati.
6. Ajarkan pada
klien untuk
berhenti secara
perlahan, tidak
naik tanggga, dan
mengangkat beban
berat.
8. Ajarkan
pentingnya diet
untuk mencegah
osteoporosis:
Rujuk klien
pada ahli gizi
Ajarkan diet
yang mengandung
banyak kalsium
Ajarkan klien
untuk mengurangi
atau berhenti
menggunakan
rokok atau kopi
9. Ajarkan tentang
efek rokok
terhadap
pemulihan tulang
asidosis.
9. Obat-obatan
seperti diuretic,
fenotiazin dapat
menyebabkan
pusing,
megantuk, dan
lemah yang
merupakan
predisposisi klien
untuk jatuh.
10. Observasi efek
samping obat-
obatan yang
digunakan
Kurang
pengetahuan
mengenai proses
osteoporosis dan
program terapi
yang berhubungan
dengan kurang
informasi, salah
persepsi ditandai
dengan klien
mengatakan
kurang ,mengerti
tentang
penyakitnya, klien
tampak gelisah
Postmenopause, usia lanjut
Penurunan hormon inhibitor osteoclast
(estrogen, kalsitonin)
Penigkatan osteoclast
Penurunan massa
tulang/osteoporosi
s
Kurang
pengetahuan
4. Kaji ulang
proses penyakit
dan harapan yang
akan datang
4. Ajarkan pada
klien tentang
faktor-faktor yang
mempengaruhi
terjadinya
osteoporosis
5. Berikan
pendidikan kepada
klien mengenai
efek samping
penggunaan obat
2. Memberikan
dasar
pengetahuan
dimana klien
dapat membuat
pilihan
berdasarkan
informasi.
5. Informasi yang
diberikan akan
membuat klien
lebih memahami
tentang
penyakitnya
6. Suplemen
kalsium ssering
mengakibatkan
nyeri lambung
dan distensi
abdomen maka
klien sebaiknya
mengkonsumsi
kalsium bersama
makanan untuk
mengurangi
terjadinya efek
samping tersebut
dan
memperhatikan
asupan cairan
yang memadai
untuk
menurunkan
resiko
pembentukan
batu ginjal
F. Healt Education
1. Anjurkan pasien untuk melakukan aktivitas fisik yang teratur untuk memelihara kekuatan,
kelenturan, dan koordinasi sistem neuromuskular serta kebugaran, sehingga dapat mencegah
risiko terjatuh. Berbagai latihan yang dapat dilakukan meliputi berjalan 30 – 60 menit/hari.
2. Anjurkan pasien untuk menjaga asupan kalsium 1000 – 1500 mg/hari, baik melalui makanan
sehari-hari maupun suplementasi.
3. Hindari mengangkat barang-barang yang berat pada pasien yang sudah pasti osteoporosis.
4. Hindari berbagai hal yang dapat menyebabkan pasien terjatuh, misalnya lantai yang licin, obat-
obatan sedatif, dan obat anti hipertensi yang dapat menyebabkan hipotensi orthostatik.
5. Hindari defisiensi vitamin D, terutama pada pasien yang kurang terpajan sinar matahari atau
pasien dengan fotosensitifitas, misalnya SLE. Jika diduga ada defisiensi vitamin D, maka kadar
25(OH)D serum harus diperiksa. Bila 25(OH)D serum menurun, maka suplementasi vitamin D
400 IU/hari atau 800 IU/hari pada orangtua harus diberikan. Pada pasien dengan gagal ginjal,
suplementasi 1,25(OH)2D harus dipertimbangkan.
6. Hindari peningkatan ekskresi kalsium lewat ginjal dengan membatasi asupan nutrisi sampai
3gram/hari untuk meningkatkan reabsorpsi kalsium di tubulus ginjal. Bila ekskresi kalsium urin
> 300mg/hari, berikan diuretik tiazid dosis rendah (HCT 25 mg/hari).
7. Pada pasien yang memerlukan glukokortikoid dosis tinggi dan jangka panjang, usahakan
pemberian glukokortikoid pada dosis serendah mungkin dan sesingkat mungkin.
8. Pada pasien arthritis reumatiod dan arthritis inflamasi lainnya, sangat penting mengatasi
aktivitas penyakitnya, karena hal ini akan mengurangi nyeri dan penurunan densitas massa
tulang akibat arthritis inflamasi yang aktif.
9. Informasikan pemberian terapi estrogen. Pemberian estrogen oral, transdermal atau implan
kesemuanya dapat meningkatkan densitas tulang secara bermakna dan secara epidemiologik
dibuktikan bahwa terapi ini menurunkan angka kejadian patah tulang oleh karena osteoporosis
pada panggul dan tulang punggung.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Osteoporosis adalah penyakit tulamg sisitemik yang ditandai oleh penurunan mikroarsitektur
tulang sehingga tulang menjadi rapuh dan mudah patah.
Osteoporosis dibagi 2 kelompok, yaitu :
1. Osteoporosis Primer
Osteoporosis primer berhubungan dengan kelainan pada tulang, yang menyebabkan
peningkatan proses resorpsi di tulang trabekula sehingga meningkatkan resiko fraktur vertebra
dan Colles. Pada usia decade awal pasca menopause, wanita lebih sering terkena dari pada pria
dengan perbandingan 68:1 pada usia rata-rata 53-57 tahun.
2. Osteoporosis Sekunder
Osteoporosis sekunder disebabkan oleh penyakit atau sebab lain diluar tulang
B. Saran
Untuk meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan maka penulis memberikan saran-
saran sebagai berikut :
1. Pada pengkajian perawat perlu melakukan pengkajian dengan teliti melihat kondisi klien serta
senantiasa mengembangkan teknik terapeutik dalam berkomunikasi dengan klien.
2. Agar dapat memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan serta sikap profesional dalam menetapkan diagnosa keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
Tandra, H, 2009. Segala Sesuatu Yang Harus Anda Ketahui Tentang Osteoporosis Mengenal, Mengatasi
dan Mencegah Tulang Keropos. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
Lukman & Nurna Ningsih.2009. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem
Muskolokeletal. Jakarta : Salemba Medika.
Sudoyo, Aru dkk. 2009. Buku Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 3 Edisi 5. Jakarta : Internal Publishing.
Lippincott dkk. 2011. Nursing Memahami Berbagai Macam Penyakit. Jakarta : PT Indeks.
Junaidi, I, 2007. Osteoporosis - Seri Kesehatan Populer. Cetakan Kedua, Penerbit PT Bhuana Ilmu
Populer.
Suryati, A, Nuraini, S. 2006. Faktor Spesifik Penyebab Penyakit Osteoporosis Pada Sekelompok
Osteoporosis Di RSIJ, 2005. Jurnal Kedokteran dan Kesehatan, Vol.2, No.2, Juli 2006:107-126.
Hinchliff, S.1999. Kamus Keperawatan. Jakarta : EGC