Askep Osteoporosis.docx

84
Askep Osteoporosis Created By Iwan, S.Kp Kep. Medikal Bedah III 42 ASKEP pada Klien dengan gangguan Metabolisme Tulang : OSTEOPOROSIS By Iwan Sain, S.Kp Defenisi adalah kelainan di mana terjadi penurunan massa tulang total. Terdapat perubahan pergantian tulang homeostasis normal, kecepatan resorpsi tulang lebih besar dari kecepatan pembentukan tulang, pengakibatkan penurunan masa tulang total. Tulang secara progresif menjadi porus, rapuh dan mudah patah; tulang menjadi mudah fraktur dengan stres yang tidak akan menimbulkan pengaruh pada tulang normal. ETIOLOGI Faktor-faktor yang mempengaruhi pengurangan massa tulang pada usia lanjut: o Determinan Massa Tulang Faktor genetik Perbedaan genetik mempunyai pengaruh terhadap derajat kepadatan tulang. Beberapa orang mempunyai tulang yang cukup besar dan yang lain kecil. Sebagai contoh, orang kulit hitam pada umumnya mempunyai struktur tulang lebih kuat/berat dari pacia bangsa Kaukasia. Jacii seseorang yang mempunyai tulang kuat (terutama kulit Hitam Amerika), relatif imun terhadap fraktur karena osteoporosis. Faktor mekanis Beban mekanis berpengaruh terhadap massa tulang di samping faktor genetk. Bertambahnya beban akan menambah massa tulang dan berkurangnya beban akan mengakibatkan berkurangnya massa tulang. Dengan perkataan lain dapat disebutkan bahwa ada hubungan langsung dan nyata antara massa otot dan massa tulang. Kedua hal tersebut menunjukkan respons terhadap kerja mekanik

Transcript of Askep Osteoporosis.docx

Page 1: Askep Osteoporosis.docx

Askep OsteoporosisCreated By Iwan, S.KpKep. Medikal Bedah III42ASKEP pada Klien dengan gangguan MetabolismeTulang : OSTEOPOROSISBy Iwan Sain, S.KpDefenisiadalah kelainan di mana terjadi penurunan massa tulang total. Terdapatperubahan pergantian tulang homeostasis normal, kecepatan resorpsitulang lebih besar dari kecepatan pembentukan tulang, pengakibatkanpenurunan masa tulang total. Tulang secara progresif menjadi porus,rapuh dan mudah patah; tulang menjadi mudah fraktur dengan stresyang tidak akan menimbulkan pengaruh pada tulang normal.ETIOLOGIFaktor-faktor yang mempengaruhi pengurangan massa tulang pada usialanjut:o Determinan Massa TulangFaktor genetikPerbedaan genetik mempunyai pengaruh terhadap derajatkepadatan tulang. Beberapa orang mempunyai tulang yang cukupbesar dan yang lain kecil. Sebagai contoh, orang kulit hitam padaumumnya mempunyai struktur tulang lebih kuat/berat dari paciabangsa Kaukasia. Jacii seseorang yang mempunyai tulang kuat(terutama kulit Hitam Amerika), relatif imun terhadap fraktur karenaosteoporosis.Faktor mekanisBeban mekanis berpengaruh terhadap massa tulang di sampingfaktor genetk. Bertambahnya beban akan menambah massa tulangdan berkurangnya beban akan mengakibatkan berkurangnya massatulang. Dengan perkataan lain dapat disebutkan bahwa adahubungan langsung dan nyata antara massa otot dan massa tulang.Kedua hal tersebut menunjukkan respons terhadap kerja mekanikBeban mekanik yang berat akan mengakibatkan massa otot besarAskep OsteoporosisCreated By Iwan, S.KpKep. Medikal Bedah III43dan juga massa tulang yang besar. Sebagai contoh adalah pemaintenis atau pengayuh becak, akan dijumpai adanya hipertrofi baikpada otot maupun tulangnya terutama pada lengan atau tungkainya;sebaliknya atrofi baik pada otot maupun tulangnya akan dijumpaipada pasien yang harus istrahat di tempat tidur dalam waktu yanglama, poliomielitis atau pada penerbangan luar angkasa. Walaupundemikian belum diketahui dengan pasti berapa besar beban mekanisyang diperlukan dan berapa lama untuk meningkatkan massa tulang

Page 2: Askep Osteoporosis.docx

di sampihg faktor genetikFaktor makanan dan hormonPada seseorang dengan pertumbuhan hormon dengan nutrisi yangcukup (protein dan mineral), pertumbuhan tulang akan mencapaimaksimal sesuai dengan pengaruh genetik yang bersangkutan.Pemberian makanan yang berlebih (misainya kalsium) di ataskebutuhan maksimal selama masa pertumbuhan, disangsikan dapatmenghasilkan massa tulang yang melebihi kemampuanpertumbuhan tulang yang bersangkutan sesuai dengan kemampuangenetiknya.o Determinan penurunan Massa TulangFaktor genetikFaktor genetik berpengaruh terhadap risiko terjadinya fraktur. Padaseseorang dengan tulang yang kecil akan lebih mudah mendapatrisiko fraktur dari pada seseorang dengan tulang yang besar. Sampaisaat ini tidak ada ukuran universal yang dapat dipakai sebagaiukuran tulang normal. Setiap individu mempunyai ketentuan normalsesuai dengan sitat genetiknya serta beban mekanis den besarbadannya. Apabila individu dengan tulang yang besar, kemudianterjadi proses penurunan massa tulang (osteoporosis) sehubungandengan lanjutnya usia, maka individu tersebut relatif masihmempunyai tulang tobih banyak dari pada individu yang mempunyaitulang kecil pada usia yang samaAskep OsteoporosisCreated By Iwan, S.KpKep. Medikal Bedah III44Faktor mekanisDi lain pihak, faktor mekanis mungkin merupakan faktor yangterpenting dalarn proses penurunan massa tulang schubungandengan lanjutnya usia. Walaupun demikian telah terbukti bahwa adainteraksi panting antara faktor mekanis dengan faktor nutrisihormonal. Pada umumnya aktivitas fisis akan menurun denganbertambahnya usia; dan karena massa tulang merupakan fungsibeban mekanis, massa tulang tersebut pasti akan menurun denganbertambahnya usia.KalsiumFaktor makanan ternyata memegang peranan penting dalam prosespenurunan massa tulang sehubungan dengan bertambahnya Lisia,terutama pada wanita post menopause. Kalsium, merupakan nutrisiyang sangat penting. Wanita-wanita pada masa peri menopause,dengan masukan kalsiumnya rendah dan absorbsinya tidak bak,akan mengakibatkan keseimbangan kalsiumnya menjadi negatif,sedang mereka yang masukan kalsiumnya baik dan absorbsinyajuga baik, menunjukkan keseimbangan kalsium positif. Dari keadaanini jelas, bahwa pada wanita masa menopause ada hubungan yang

Page 3: Askep Osteoporosis.docx

erat antara masukan kalsium dengan keseimbangan kalsium dalamtubuhnya. Pada wanita dalam masa menopause keseimbangankalsiumnya akan terganggu akibat masukan serta absorbsinyakurang serta eksresi melalui urin yang bertambah. Hasil akhirkekurangan/kehilangan estrogen pada masa menopause adalahpergeseran keseimbangan kalsium yang negatif, sejumiah 25 mgkalsium sehari.ProteinProtein juga merupakan faktor yang penting dalam mempengaruhipenurunan massa tulang. Makanan yang kaya protein akanmengakibatkan ekskresi asam amino yang mengandung sulfatmelalui urin, hal ini akan meningkatkan ekskresi kalsium.Askep OsteoporosisCreated By Iwan, S.KpKep. Medikal Bedah III45Pada umumnya protein tidak dimakan secara tersendiri, tetapibersama makanan lain. Apabila makanan tersebut mengandungfosfor, maka fosfor tersebut akan mengurangi ekskresi kalsiummelalui urin. Sayangnya fosfor tersebut akan mengubah pengeluarankalsium melalui tinja. Hasil akhir dari makanan yang mengandungprotein berlebihan akan mengakibatkan kecenderungan untuk terjadikeseimbangan kalsium yang negatifEstrogen.Berkurangnya/hilangnya estrogen dari dalam tubuh akanmengakibatkan terjadinya gangguan keseimbangan kalsium. Hal inidisebabkan oleh karena menurunnya eflsiensi absorbsi kalsium darimakanan dan juga menurunnya konservasi kalsium di ginjal.Rokok dan kopiMerokok dan minum kopi dalam jumlah banyak cenderung akanmengakibatkan penurunan massa tulang, lebih-lebih bila disertaimasukan kalsium yang rendah. Mekanisme pengaruh merokokterhadap penurunan massa tulang tidak diketahui, akan tetapi kafeindapat memperbanyak ekskresi kalsium melalui urin maupun tinja.AlkoholAlkoholisme akhir-akhir ini merupakan masalah yang seringditemukan. Individu dengan alkoholisme mempunyai kecenderunganmasukan kalsium rendah, disertai dengan ekskresi lewat urin yangmeningkat. Mekanisme yang jelas belum diketahui dengan pasti .PATOGENESISo Dalam keadaan normal terjadi proses yang terus menerus dan terjadisecara seimbang yaitu proses resorbsi dan proses pembentukantulang (remodelling). Setiap ada perubahan dalam keseimbangan ini,misalnya proses resorbsi lebih besar dari proses pembentukan, makaakan terjadi penurunan massa tulangAskep Osteoporosis

Page 4: Askep Osteoporosis.docx

Created By Iwan, S.KpKep. Medikal Bedah III46o Proses konsolidasi secara maksimal akan dicapai pada usia 30-35tahun untuk tulang bagian korteks dan lebih dini pd bagian trabekulao Pada usia 40-45 th, baik wanita maupun pria akan mengalamipenipisan tulang bagian korteks sebesar 0,3-0,5 %/tahun dan bagiantrabekula pada usia lebih mudao Pada pria seusia wanita menopause mengalami penipisan tulangberkisar 20-30 % dan pd wanita 40-50 %o Penurunan massa tulang lebih cepat pd bagian-bagian tubuh sepertimetakarpal, kolum femoris, dan korpus vertebrao Bagian-bagian tubuh yg sering fraktur adalah vertebra, paha bagianproksimal dan radius bagian distalMANIFESTASI KLINISo Nyeri dengan atau tanpa fraktur yang nyata. Ciri-ciri khas nyeri akibatfraktur kompressi pada vertebra (paling sering Th 11 dan 12 )adalah:o Nyeri timbul mendadako Sakit hebat dan terlokalisasi pada vertebra yg terserango Nyeri berkurang pada saat istirahat di t4 tiduro Nyeri ringan pada saat bangun tidur dan dan akan bertambah olehkarena melakukan aktivitaso Deformitas vertebra thorakalis Penurunan tinggi badanPEMERIKSAAN DIAGNOSTIKPemeriksaan non-invasif yaitu ;Pemeriksaan analisis aktivasi neutron yang bertujuan untuk memeriksakalsium total dan massa tulang.Pemeriksaan absorpsiometriPemeriksaan komputer tomografi (CT)Pemeriksaan biopsi yaitu bersifat invasif dan berguna untuk memberikaninformasi mengenai keadaan osteoklas, osteoblas, ketebalan trabekuladan kualitas meneralisasi tulang. Biopsi dilakukan pada tulang sternumatau krista iliaka.Askep OsteoporosisCreated By Iwan, S.KpKep. Medikal Bedah III47Pemeriksaan laboratorium yaitu pemeriksaan kimia darah dan kimiaurine biasanya dalam batas normal.sehingga pemeriksaan ini tidakbanyak membantu kecuali pada pemeriksaan biomakers osteocalein(GIA protein).PengobatanPrinsip Pengobatano Meningkatkan pembentukan tulang, obat-obatan yg dapatmeningkatkan pembentukan tulan adalah Na-fluorida dan steroid

Page 5: Askep Osteoporosis.docx

anaboliko Menghambat resobsi tulang, obat-obatan yang dapatmengahambat resorbsi tulang adalah kalsium, kalsitonin, estrogendan difosfonatPencegahanPencegahan sebaiknya dilakukan pada usia pertumbuhan/dewasa muda,hal ini bertujuan:Mencapai massa tulang dewasa Proses konsolidasi) yang optimalMengatur makanan dan life style yg menjadi seseorang tetap bugarseperti:1. Diet mengandung tinggi kalsium (1000 mg/hari)2. Latihan teratur setiap hari3. Hindari :Makanan tinggi proteinMinum alkoholMerokokMinum kopiMinum antasida yang mengandung aluminiumAskep OsteoporosisCreated By Iwan, S.KpKep. Medikal Bedah III48PROSES KEPERAWATANPENGKAJIANPromosi kesehatan, identifikasi individu dengan risiko mengalamiosteoporosis dan penemuan masalah yang berhubungan denganosteoporosis membentuk dasar bagi pengkajian keperawatan.Wawancara meliputi pertanyaan mengenai terjadinya osteoporosisdalam keluarga, fraktur sebelumnya, konsumsi kalsium diet harian, polalatihan, awitan menopause dan penggunaan kortikoseteoroid selainasupan alkohol, rokok dan kafein. Setiap sengaja yang dialami pasien,seperti nyeri pingang, konstipasi atau ganggua citra diri harus digali.Pemeriksaan fisik kadang menemukan adanya patah tulang kifosisvertebrata torakalis atau pemendekan tinggi badan. Masalah mobilitasdan pernapasan dapat terjadi akibat perubahan postur dan kelemahanotot. Konstipasi dapat terjadi akibat inaktivitas.DIAGNOSA KEPERAWATAN1. Kurang pengetahuan mengenai proses osteoporosis dan programterapi2. Nyeri yang berhubungan dengan fraktur dan spasme otot3. Konstipasi yang berhubungan dengan imobilitasi atau terjadinya ileus(obstruksi usus)4. Risiko terhadap cedera : fraktur, yang berhubungan dengan tulangosteoporotikTUJUANsasaran umum pasien dapat meliputi pengetahuan mengenai

Page 6: Askep Osteoporosis.docx

osteoporosis dan program tindakan, pengurangan nyeri, perbaikanpengosongan usus dan tidak ada fraktur tambahan.Askep OsteoporosisCreated By Iwan, S.KpKep. Medikal Bedah III49INTERVENSI KEPERAWATANMemahami Osteoporosis dan Program Tindakan.1. Ajarkan pada klien tentang faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinyaoeteoporosis.2. Anjurkan diet atau suplemen kalsium yang memadai.3. Timbang Berat badan secara teratur dan modifikasi gaya hidup sepertiPengurangan kafein, sigaret dan alkohol, hal ini dapat membantumempertahankan massa tulang.4. Anjurkan Latihan aktivitas fisik yang mana merupakan kunci utamauntuk menumbuhkan tulang dengan kepadatan tinggi yang tahanterhadap terjadinya oestoeporosis.5. Anjurkan pada lansia untuk tetap membutuhkan kalsium, vitamin D,sinar matahari dan latihan yang memadai untuk meminimalkan efekoesteoporosis.6. Berikan Pendidikan pasien mengenai efek samping penggunaan obat.Karena nyeri lambung dan distensi abdomen merupakan efek sampingyang sering terjadi pada suplemen kalsium, maka pasien sebaiknyameminum suplemen kalsium bersama makanan untuk mengurangiterjadinya efek samping tersebut. Selain itu, asupan cairan yangmemadai dapat menurunkan risiko pembentukan batu ginjal.7. Bila diresepkan HRT, pasien harus diajar mengenai pentingnyaskrining berkala terhadap kanker payudara dan endometrium.Meredakan Nyeri1. Peredaaan nyeri punggung dapat dilakukan dengan istirahat di tempattidur dengan posisi telentang atau miring ke samping selama beberapahari.2. Kasur harus padat dan tidak lentur.3. Fleksi lutut dapat meningkatkan rasa nyaman dengan merelaksasiotot.4. Kompres panas intermiten dan pijatan punggung memperbaikirelaksasi otot.Askep OsteoporosisCreated By Iwan, S.KpKep. Medikal Bedah III505. Pasien diminta untuk menggerakkan batang tubuh sebagai satu unitdan hindari gerakan memuntir.6. Postur yang bagus dianjurkan dan mekanika tubuh harus diajarkan.Ketika pasien dibantu turun dari tempat tidur,7. pasang korset lumbosakral untuk menyokong dan imobilisasi

Page 7: Askep Osteoporosis.docx

sementara, meskipun alat serupa kadang terasa tidak nyaman dankurang bisa ditoleransi oleh kebanyakan lansia.8. Bila pasien sudah dapat menghabiskan lebih banyak waktunya di luartempat tidur perlu dianjurkan untuk sering istirahat baring untukmengurangi rasa tak nyaman dan mengurangi stres akibat posturabnormal pada otot yang melemah.9. opioid oral mungkin diperlukan untuk hari-hari pertama setelah awitannyeri punggung. Setelah beberapa hari, analgetika non – opoid dapatmengurangi nyeri.Memperbaiki Pengosongan Usus.Konstipasi merupakan masalah yang berkaitan dengan imobilitas,pengobatan dan lansia.1. Berikan diet tinggi serat.2. Berikan tambahan cairan dan gunakan pelunak tinja sesuai ketentuandapat membantu atau meminimalkan konstipasi.3. Pantau asupan pasien, bising usus dan aktivitas usus karena bilaterjadi kolaps vertebra pada T10-L2, maka pasien dapat mengalamiileus.Mencegah Cedera.1. Anjurkan melakukan Aktivitas fisik secara teratur hal ini sangat pentinguntuk memperkuat otot, mencegah atrofi dan memperlambatdemineralisasi tulang progresif.2. Ajarkan Latihan isometrik, latihan ini dapat digunakan untukmemperkuat otot batang tubuh.Askep OsteoporosisCreated By Iwan, S.KpKep. Medikal Bedah III513. Anjurkan untuk Berjalan, mekanika tubuh yang baik, dan postur yangbaik.4. Hindari Membungkuk mendadak, melenggok dan mengangkat bebanlama.5. Lakukan aktivitas pembebanan berat badan Sebaiknya dilakukan diluar rumah di bawah sinar matahari, karena sangat diperlukan untukmemperbaiki kemampuan tubuh menghasilkan vitamin D.Pertimbangan Gerontologik.1. Lansia sering jatuh sebagai akibat dari bahaya lingkungan, gangguanneuromuskular, penurunan sensor dan respons kardiovaskuler danrespons terhadap pengobatan. Bahaya harus diidentifikasi dandihilangkan. Supervisi dan bantuan harus selalu tersedia.2. Pasien dan keluarganya perlu dilibatkan dalam perencanaan asuhanberkeseimbangan dan program penanganan pencegahan.3. Lingkungan rumah harus dikaji mengenai adanya potensial bahaya(mis. Permadani yang terlipat, ruangan yang berantakan, mainan dilantai, binatang piaraan dibawah kaki) dan diciptakan lingkungan yangaman (mis. Anak tangga dengan penerangan yang memadai dengan

Page 8: Askep Osteoporosis.docx

pegangan yang kokoh, pegangan di kamar mandi, alas kaki denganukuran pas).EVALUASI1. Mendapatkan pengetahuan mengenai oesteoporosis dan programpenanganannya.o Menyebutkan hubungan asupan kalsium dan latihan terhadapmassa tulango Mengkonsumsi kalsium diet dalam jumlah yang mencukupio Meningkatkan tingkat latihano Gunakan terapi hormon yang diresepkano Menjalani prosedur skrining sesuai anjuran2. Mendapatkan peredaan nyerio Mengalami redanya nyeri saat beristirahatAskep OsteoporosisCreated By Iwan, S.KpKep. Medikal Bedah III52o Mengalami ketidaknyamanan minimal selama aktivitas kehidupansehari-hario Menunjukkan berkurangnya nyei tekan pada tempat fraktur3. Menunjukkan pengosongan usus yang normalo Bising usus aktifo Gerakan usus teratur4. Tidak mengalami fraktur baruo Mempertahankan postur yang baguso Mempegunakan mekanika tubuh yang baiko Mengkonsumsi diet seimbang tinggi kalsium dan vitamin Do Rajin menjalankan latihan pembedahan berat badan (berjalan-jalansetiap hari)o Istirahat dengan berbaring beberapa kali sehario Berpartisipasi dalam aktivitas di luar rumaho Menciptakan lingkungan rumah yang amano Menerima bantuan dan supervisi sesuai kebutuhan.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN OSTEOPOROSIS

 

1. A.    Konsep Dasar Anatomi Fisiologi Muskuloskeletal

Sistem muskuloskeletal meliputi tulang, persendian, otot, tendon dan bursae. Pertumbuhan dan perkembangan struktur ini terjadi selama masa kanak-kanak dan remaja. Struktur tulang dan jaringan ikat menyusun kurang lebih 25% berat badan, dan otot menyusun kurang lebih 50%. Kesehatan dan fungsi sistem muskuloskeletal sangat bergantung pada sistem tubuh yang lain.

Page 9: Askep Osteoporosis.docx

Struktur tulang memberi perlindungan terhadap organ vital, termasuk otak, jantung, dan paru. Kerangka tulang merupakan kerangka yang kuat untuk menyangga struktur tubuh. Otot yang melekat ke tulang memungkinkan tubuh bergerak.

Pembagian skeletal, yaitu :

1. Axial skeleton terdiri dari kerangka tulang kepala dan leher, tengkorak, kolumna vertebrae, tulang iga, tulang hioid sternum.

2. Apendikular skeleton, terdiri dari : 1. Kerangka tulang lengan dan kaki2. Ekstremitas atas ( skapula, klavikula, humerus, ulna, radial ) dan tangan ( karpal,

metakarpal, falang )3. Ekstremitas bawah ( tulang pelvik, femur, patela, tibia, fibula ) dan kaki ( tarsal,

metatarsal, falang )

Kelompok tulang tubuh manusia :

1. Tulang-tulang panjang

a)      Humerus, radius, ulna, femur, tibia, fibula.

b)      Tulang-tulang ini tidak benar-benar lurus, tetapi agak melengkung, tujuannya supaya tulang menjadi kuat menahan beban dan tekanan.

1. Tulang-tulang pendek

a)      Perbandingan tebal dan panjang hampir sama,terdapat pada pergelangan tangan dan kaki, bentuknya seperti kubus.

1. Tulang-tulang pipih

a)      Tulang iga, tempurung kepala, panggul dan belikat.

b)      Bentuk pipih berfungsi untuk perlindungan otak, rongga dada dan perlekatan yang luas.

1. Tulang-tulang tidak teratur

a)      Tulang-tulang pada wajah dan vertebra

b)      Ada kelompok tulang yang lain, tetapi fungsinya berbeda, yaitu tulang-tulang sesamoid.

Sel-sel penyusun tulang terdiri dari :

1. Osteoblas berfungsi menghasilkan jaringan osteosid dan menyekresi sejumlah besar fosfatase alkali yang berperan penting dalam pengendapan kalsium dan fosfat kedalam matriks tulang.

Page 10: Askep Osteoporosis.docx

2. Osteosit adalah sel-sel tulang dewasa yang bertindak sebagai lintasan untuk pertukaran kimiawi melalui tulang yang padat.

3. osteoklas adalah sel-sel berinti banyak yang memungkinkan mineral dan matriks tulang dapat diabsorpsi. Sel-sel ini menghasilkan enzim proteolitik yang memecah matriks dan beberapa asam yang melarutkan mineral tulang, sehingga kalsium dan fosfat terlepas ke dalam darah.

Pertumbuhan dan metabolisme tulang dipengaruhi oleh sejumlah mineral dan hormone meliputi :

1. Kalsium dan fosfor. Keseimbangan kalsium dan fosfor dipertahankan oleh kalsitonin dan hormone paratiriod (PTH).

2. Kalsitonin. Diproduksi oleh kelenjar tiroid dan menrunkan konsentrasi Ca serum.3. Vitamin D. diperlukan agar kalsium dan fosfor dapat diabsorpsi dari usus dan dugunakan

tubuh.4. Hormon paratiroid (PTH)5. Hormon pertumbuhan6. Glukokortikoid. Mengatur metabolisme protein.7. Hormon seksual

a)    Ekstrogen. Menstimulasi aktivitas osteoblastik dan cenderung menghambat peran hormone paratiroid.

b)Androgen. Seperti testosterone, meningkatkan anabolisme dan masa tulang.

      Kerangka ada dua macam yaitu skelet aksis yang terdiri dari kurang lebih 80 tulang. Disusun oleh ruas-ruas tulang belakang dan tulang-tulang di sekitarnya (tulang iga dan tulang dada). Jenis kedua adalah skelet apendiks yang bawah serta tulang-tulang penghubung anggota dengan skeleton aksis, misalnya scapula panggul dan klavikula.

      Tulang-tulang tersebut membentuk persendian. Sendi dibagi berdasarkan fungsi dan bentuk. Sendi adalah hubungan antara dua tulang atau lebih. Berdasarkan fungsinya sendi dibagi menjadi :

1. Sinartrosis (tidak bergerak, tulang kepala). Tulang yang dihubungkan oleh jaringan fibrous atau kartilago.

2. Diartrosis (bergerak). Persendian yang dapat bergerak lebih leluasa.3. Amfiartrosis (kadang bergerak).

Berdasarkan bentuknya sendi dibagi menjadi :

1. Ada tidak rongga atau celah sendi2. Jenis jaringan pengikat tulang

Berdasarkan pengikatnya sendi dibagi menjadi :

Page 11: Askep Osteoporosis.docx

1. Pengikat jaringan fibrosa. Sendi ini tidak mempunyai celah. Tulang dihubungkan oleh jaringan  ikat fibrosa dan berubah sifatnya.

2. Sindermosis. Jaringan fibrosa membentuk ligamentum.3. Glomphosis. Mungkin ada gerakan atau tidak. Hubungannya disebut sinkondrosis.

Terdapat pada tulang iga dan tulang dada.

      Gerakan sendi dipengaruhi oleh letak bagian lunak sendi yang disebut aposigi (sendi siku yang tidak dapat bertemu), ketegangan ligamentum (sendi lutut), ketegangan otot (sendi paha), atau bentuk permukaan tulang pembentuk sendi.

      Beberapa jenis gerakan sendi adalah rotasi : berputar pada sumbu, sirkumduksi : berputar pada satu titik. Satu sumbu dapat ditemui pada sendi siku, sedangkan dengan dua sumbu pada sendi pergelangan tangan.

      Bursae adalah kantong yang berisi cairan yang memudahkan gerakan pada suatu sendi. Bursae dapat terganggu oleh radang yang disebut bursitis, ditandai dengan edema, panas, merah, dan nyeri serta perubahan funsi sendi.

      Beberapa jenis otot adalah otot polos (terdapat pada usus, saluran kemih, pembuluh darah), otot lurik (terdapat pada otot jantung dan otot kerangka). karena adanya kontraksi, terjadi gerakan tubuh dan mampu beradaptasi dengan lingkungan.

      Gangguna gerakan (arthritis) bisa karena rusaknya permukaan tulang rawan/sendi dan kurangnya pelumas (termasuk di sini adala reumatik). Beberapa sistem yang berperan dalam musculoskeletal adalah :

1. Sistem kerangka, yang menyiapkan pengungkit tulang\2. Sistem otot, yang menyediakan tenaga untuk menggunakan pengungkit3. Sistem saraf, yang mengatur kegiatan tubuh.

 

1. B.     Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Osteoporosis

1. Pengertian Osteoporosis

Osteoporosis adalah kelainan di mana terjadi penurunan massa tulang total. Terdapat perubahan pergantian tulang homeostasis normal, kecepatan resorpsi tulang lebih besar dari kecepatan pembentukan tulang, pengakibatkan penurunan masa tulang total. Tulang secara progresif menjadi porus, rapuh dan mudah patah; tulang menjadi mudah fraktur dengan stres yang tidak akan menimbulkan pengaruh pada tulang normal (Brunner&Suddarth, 2000).

Osteoporosis adalah gangguan metabolisme tulang sehingga masa tulang berkurang. Resorpsi terjadi lebih cepat dari pada formasi tulang, sehingga tulang menjadi tipis (Pusdiknakes, 1995). Jadi osteoporosis adalah kelainan atau gangguan yang terjadi karena penurunan masa tulang total.

Page 12: Askep Osteoporosis.docx

1. Etiologi Osteoporosis

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengurangan massa tulang pada usia lanjut:

1. a.      Determinan Massa Tulang

1)      Faktor genetik

Perbedaan genetik mempunyai pengaruh terhadap derajat kepadatan tulang. Beberapa orang mempunyai tulang yang cukup besar dan yang lain kecil. Sebagai contoh, orang kulit hitam pada umumnya mempunyai struktur tulang lebih kuat/berat dari pacia bangsa Kaukasia. Jacii seseorang yang mempunyai tulang kuat (terutama kulit Hitam Amerika), relatif imun terhadap fraktur karena osteoporosis

2)      Faktor mekanis

Beban mekanis berpengaruh terhadap massa tulang di samping faktor genetk. Bertambahnya beban akan menambah massa tulang dan berkurangnya beban akan mengakibatkan berkurangnya massa tulang. Dengan perkataan lain dapat disebutkan bahwa ada hubungan langsung dan nyata antara massa otot dan massa tulang. Kedua hal tersebut menunjukkan respons terhadap kerja mekanik Beban mekanik yang berat akan mengakibatkan massa otot besar dan juga massa tulang yang besar. Sebagai contoh adalah pemain tenis atau pengayuh becak, akan dijumpai adanya hipertrofi baik pada otot maupun tulangnya terutama pada lengan atau tungkainya; sebaliknya atrofi baik pada otot maupun tulangnya akan dijumpai pada pasien yang harus istrahat di tempat tidur dalam waktu yang lama, poliomielitis atau pada penerbangan luar angkasa. Walaupun demikian belum diketahui dengan pasti berapa besar beban mekanis yang diperlukan dan berapa lama untuk meningkatkan massa tulang di sampihg faktor genetik

3)      Faktor makanan dan hormon

Pada seseorang dengan pertumbuhan hormon dengan nutrisi yang cukup (protein dan mineral), pertumbuhan tulang akan mencapai maksimal sesuai dengan pengaruh genetik yang bersangkutan. Pemberian makanan yang berlebih (misainya kalsium) di atas kebutuhan maksimal selama masa pertumbuhan, disangsikan dapat menghasilkan massa tulang yang melebihi kemampuan pertumbuhan tulang yang bersangkutan sesuai dengan kemampuan genetiknya.

1. b.      Determinan Penurunan Massa Tulang

1)      Faktor genetik

Faktor genetik berpengaruh terhadap risiko terjadinya fraktur. Pada seseorang dengan tulang yang kecil akan lebih mudah mendapat risiko fraktur dari pada seseorang dengan tulang yang besar. Sampai saat ini tidak ada ukuran universal yang dapat dipakai sebagai ukuran tulang normal. Setiap individu mempunyai ketentuan normal sesuai dengan sitat genetiknya serta beban mekanis den besar badannya. Apabila individu dengan tulang yang besar, kemudian terjadi

Page 13: Askep Osteoporosis.docx

proses penurunan massa tulang (osteoporosis) sehubungan dengan lanjutnya usia, maka individu tersebut relatif masih mempunyai tulang tobih banyak dari pada individu yang mempunyai tulang kecil pada usia yang sama

2)      Faktor mekanis

Di lain pihak, faktor mekanis mungkin merupakan faktor yang terpenting dalarn proses penurunan massa tulang schubungan dengan lanjutnya usia. Walaupun demikian telah terbukti bahwa ada interaksi panting antara faktor mekanis dengan faktor nutrisi  hormonal. Pada umumnya aktivitas fisis akan menurun dengan bertambahnya usia; dan karena massa tulang merupakan fungsi beban mekanis, massa tulang tersebut pasti akan menurun dengan bertambahnya   usia.

3)      Kalsium

Faktor makanan ternyata memegang peranan penting dalam proses penurunan massa tulang sehubungan dengan bertambahnya Lisia, terutama pada wanita post menopause. Kalsium, merupakan nutrisi yang sangat penting. Wanita-wanita pada masa peri menopause, dengan masukan kalsiumnya rendah dan absorbsinya tidak bak, akan mengakibatkan keseimbangan kalsiumnya menjadi negatif, sedang mereka yang masukan kalsiumnya baik dan absorbsinya juga baik, menunjukkan keseimbangan kalsium positif. Dari keadaan ini jelas, bahwa pada wanita masa menopause ada hubungan yang erat antara masukan kalsium dengan keseimbangan kalsium dalam tubuhnya. Pada wanita dalam masa menopause keseimbangan kalsiumnya akan terganggu akibat masukan serta absorbsinya kurang serta eksresi melalui urin yang bertambah. Hasil akhir kekurangan/kehilangan estrogen pada masa menopause adalah pergeseran keseimbangan kalsium yang negatif, sejumiah 25 mg kalsium sehari.

4)      Protein

Protein juga merupakan faktor yang penting dalam mempengaruhi penurunan massa tulang. Makanan yang kaya protein akan mengakibatkan ekskresi asam amino yang mengandung sulfat melalui urin, hal ini akan meningkatkan ekskresi kalsium.

Pada umumnya protein tidak dimakan secara tersendiri, tetapi bersama makanan lain. Apabila makanan tersebut mengandung fosfor, maka fosfor tersebut akan mengurangi ekskresi kalsium melalui urin. Sayangnya fosfor tersebut akan mengubah pengeluaran kalsium melalui tinja. Hasil akhir dari makanan yang mengandung protein berlebihan akan mengakibatkan kecenderungan untuk terjadi keseimbangan kalsium yang negatif

5)      Estrogen.

Berkurangnya/hilangnya estrogen dari dalam tubuh akan mengakibatkan terjadinya gangguan keseimbangan kalsium. Hal ini disebabkan oleh karena menurunnya eflsiensi absorbsi kalsium dari makanan dan juga menurunnya konservasi kalsium di ginjal.

6)      Rokok dan kopi

Page 14: Askep Osteoporosis.docx

Merokok dan minum kopi dalam jumlah banyak cenderung akan mengakibatkan penurunan massa tulang, lebih-lebih bila disertai masukan kalsium yang rendah. Mekanisme pengaruh merokok terhadap penurunan massa tulang tidak diketahui, akan tetapi kafein dapat memperbanyak ekskresi kalsium melalui urin maupun tinja.

7)      Alkohol

Alkoholisme akhir-akhir ini merupakan masalah yang sering ditemukan. Individu  dengan alkoholisme mempunyai kecenderungan masukan kalsium rendah, disertai dengan ekskresi lewat urin yang meningkat. Mekanisme yang jelas belum diketahui dengan pasti .

1. Patofisiologi Osteoporosis

      Osteoporosis menunjukan adanya penurunan absolut dari jumlah tulang yang diperlukan sebagai kekuatan penyanggah mekanik. Berkurangnya masa tulang, dan demikian pula dengan massa otot sesungguhnya berkaitan dengan proses menua. Hanya apabila berkurangnya (hilangnya) jaringan tulang cukup luas sampai menimbulkan gejala maka disebut osteoporosis.

Osteoporosis dapat dikategorikan menjadi 2 kategor, meliputi :

1. Primer        : bentuk yang lebih umum 1. Sekunder   : berkurangnya jaringan tulang yang berkaitan dengan bermacam-

macam sindrom patologik yang jelas. Hal ini meliputi : 1. Malnutrisi sebagai akibat kekurangan protein dalam diet atau karena

sindrom malabsorpsi2. Beberapa kelainan endokrin seperti sindrom cushing tirotoksikosis3. Immobilisasi yang cukup lama.

Berkurangnya kalsium

dalam diet

                                    Rangsangan sekresi PTH        aktivasi osteoklas        rearbsorpsi

                                                                                                kalsium tulang

            berkurangnya                                                                          meningkatnya

                        arbsorpsi kalsium                                                                     sensitivitas osteoklas

                                                                                                                         terhadap PTH

                        menurunnya sintesis vitamin D

                        yang aktif oleh ginjal

Page 15: Askep Osteoporosis.docx

                  kadar ekstrogen yang rendah

                        skema tentang kemungkinan patogenesis osteoporosis post manepouse. Garis putus-putus menunjukan hambatan balik (Robins&Kumar, 1995).

1. Manifestasi Klinik Osteoporosis

Gejala yang paling sering dan paling mencemaskan pada osteoporosis adalah :

1. Nyeri dengan atau tanpa fraktur yang nyata. Ciri-ciri khas nyeri akibat fraktur kompressi pada vertebra (paling sering Th 11 dan 12) adalah:

2. Nyeri timbul mendadak3. Sakit hebat dan terlokalisasi pada vertebra yg terserang4. Nyeri berkurang pada saat istirahat di t4 tidur5. Nyeri ringan pada saat bangun tidur dan  dan akan bertambah oleh karena melakukan

aktivitas6. Deformitas vertebra thorakalis à Penurunan tinggi badan

 

1. Komplikasi Osteoporosis

Osteoporosis sering mengakibatkan fraktur kompresi. Fraktur kompresi ganda vertebra mengakibatkan deformitas skelet.

 

1. Pemeriksaan Penunjang Osteoporosis

      Pemeriksaan non-invasif yaitu ;

1. Pemeriksaan analisis aktivasi neutron yang bertujuan untuk memeriksa kalsium total dan massa tulang.

2. Pemeriksaan absorpsiometri3. Pemeriksaan komputer tomografi (CT)4. Pemeriksaan biopsi yaitu bersifat invasif dan berguna untuk memberikan informasi

mengenai keadaan osteoklas, osteoblas, ketebalan trabekula dan kualitas meneralisasi tulang. Biopsi dilakukan pada tulang sternum atau krista iliaka.

5. Pemeriksaan laboratorium yaitu pemeriksaan kimia darah dan kimia urine biasanya dalam batas normal.sehingga pemeriksaan ini tidak banyak membantu kecuali pada pemeriksaan biomakers osteocalein (GIA protein).

 

1. Penatalaksanaan Medis

Page 16: Askep Osteoporosis.docx

Adapun penatalaksanaan pada klien dengan osteoporososis meliputi :

1. a.       Pengobatan

1)      Meningkatkan pembentukan tulang, obat-obatan yg dapat meningkatkan pembentukan tulan adalah Na-fluorida dan steroid anabolik

2)      Menghambat resobsi tulang, obat-obatan yang dapat mengahambat resorbsi tulang adalah kalsium, kalsitonin, estrogen dan difosfonat

b.      Pencegahan

Pencegahan sebaiknya dilakukan pada usia pertumbuhan/dewasa muda, hal ini bertujuan:

1)      Mencapai massa tulang dewasa Proses konsolidasi) yang optimal

2)      Mengatur makanan dan life style yg menjadi seseorang tetap bugar seperti:

a)      Diet mengandung tinggi kalsium (1000 mg/hari)

b)      Latihan teratur setiap hari

c)      Hindari :

                                                              i.      Makanan tinggi protein

                                                            ii.      Minum alkohol

                                                          iii.      Merokok

                                                          iv.      Minum kopi

                                                            v.      Minum antasida yang mengandung aluminium

 

1. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Osteoporosis

1. a.      Pengkajian

Adapun pengkajian yang dilakukan pada klien dengan osteoporosis meliputi :

1)      Riwayat keperawatan. Dalam pengkajian riwayat keperawatan, perawat perlu mengidentifikasi adanya :

a)      Rasa nyeri/sakit tulang punggung (bagian bawah), leher, dan pinggang

Page 17: Askep Osteoporosis.docx

b)      Berat badan menurun

c)      Biasanya di atas 45 tahun

d)     Jenis kelamin sering pada wanita

e)      Pola latihan dan aktivitas

f)       Keadaan nutrisi (mis, kurang vitamin D dan C, serta kalsium)

g)      Merokok, mengonsumsi alkohol dan kafein

h)      Adanya penyakit endokrin: diabetes mellitus, hipertiroid, hiperparatiroid, Sindrom Cushing, akromegali, Hipogonadisme

2)      Pemeriksaan fisik :

a)      Lakukan penekanan pada tulang punggung terdapat nyeri tekan atau nyeri pergerakan

b)      Periksa mobilitas pasien

c)      Amati posisi pasien yang nampak membungkuk

3)      Riwayat Psikososial. Penyakit ini sering terjadi pada wanita. Biasanya sering timbul kecemasan, takut melakukan aktivitas, dan perubahan konsep diri. Perawat perlu mengkaji masalah-masalah psikologis yang timbul akibat proses ketuaan dan efek penyakit yang menyertainya.

1. b.      Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan data pengkajian, diagnosis keperawatan untuk klien osteoporosis sebagai berikut :

1)      Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan proses penyakit.

2)      Gangguan konsep diri : perubahan citra tubuh dan harga diri yang berhubungan dengan proses penyakit

3)      Nyeri yang berhubungan dengan fraktur dan spasme otot

4)      Risiko terhadap cedera : fraktur, yang berhubungan dengan tulang osteoporotik

5)      Kurang pengetahuan mengenai proses osteoporosis dan program terapi

1. c.       Tujuan

Page 18: Askep Osteoporosis.docx

Sasaran umum pasien dapat meliputi dapat meningkatkan mobilitas dan aktivitas fisik, dapat menggunakan koping yang positif, nyeri reda, cedera tidak terjadi, dan memahami osteoporosis dan proram pengobatan.

1. d.      Intervensi

Intervensi keperawatan yang dilakukan sesuai dengan diagnosis yang ditemukan, meliputi :

1)      Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan proses penyakit

Intervensi :

a)      Gunakan matras dengan tempat tidur papan untuk membantu memperbaiki posisi tulang belakang

b)      Bantu pasien menggunakan alat bantu walker atau tongkat

c)      Bantu dan anjarkan latihan ROM setiap 4 jam untuk meningkatkan fungsi persendian dan mencegah kontraktur

d)     Anjurkan menggunakan brace punggung atau korset, pasien perlu dilatih menggunakannya dan jelas tujuannya

e)      Kolaborasi dalam pemberian analgetik, ekstrogen, kalsium, dan vitamin D

f)       Kolaborasi dengan ahli gizi dalam program diet tinggi kalsium serta vitamin C dan D

g)      Kolaborasi dengan petugas laboratorium dalam memantau kadar kalsium

2)   Gangguan konsep diri : perubahan citra tubuh dan harga diri yang berhubungan dengan proses penyakit

Intervensi :

a)      Bantu pasien mengekspresikan perasaan dan dengarkan dengan penuh perhatian. Perhatian sungguh-sungguh dapat meyakinkan pasien bahwa perawat bersedia membantu mengatasi masalahnya dan akan tercipta hubungan yang harmonis sehingga timbul koordinasi

b)      Klasifikasi jika terjadi kesalahpahaman tentang proses penyakit dan pengobatan yang telah diberikan. Klasifikasi ini dapat meningkatkan koordinasi pasien selama perawatan

c)      Bantu pasien mengidentifikasi pengalaman masa lalu yang menimbulkan kesuksesan atau kebanggan saat itu. Ini dapat membantu upaya mengenal diri kembali

d)     Identifikasi bersama pasien tentang alternative pemecahan masalah yang positif. Hal ini akan mengembalikan rasa percaya diri

Page 19: Askep Osteoporosis.docx

e)      Bantu untuk meningkatkan komunikasi dengan keluarga dan teman

3)      Nyeri yang berhubungan dengan fraktur dan spasme otot

Intervensi :

a)      Anjurkan istirahat di tempat tidur dengan posisi telentang atau miring

b)      Atur posisi lutut fleksi, meningkatkan rasa nyaman dengan merelaksasi otot

c)      Kompres hangat intermiten dan pijat pungung dapat memperbaiki otot

d)     Anjurkan posisi tubuh yang baik dan ajarkan mekanika tubuh

e)      Gunakan korset atau brace punggung, saat pasien turun dari tempat tidur

f)       Kolaborasi dalam pemberian analgesik untuk mengurangi rasa nyeri

4)      Risiko terhadap cedera : fraktur, yang berhubungan dengan tulang osteoporotis

Intervensi :

a)      Anjurkan untuk melakukan aktivitas fisik untuk memperkuat otot, mencegah atrofi, dan memperlambat demineralisasi tulang progresif

b)      Latihan isometrik dapat digunakan untuk memperkuat otot batang tubuh

c)      Anjurkan pasien untuk berjalan, mekanika tubuh yang baik, dan postur tubuh yang baik

d)     Hindari aktivitas membungkuk mendadak, melengok, dan mengangkat beban lama

e)      Lakukan aktivitas di luar ruangan dan dibawah sinar matahari untuk memperbaiki kemampuan tubuh menghasilkan vitamin D

5)      Kurang pengetahuan mengenai proses osteoporosis dan program terapi

a)      Jelaskan pentingnya diet yang tepat, latihan, dan  aktivitas fisik yang sesuai, serta istirahat yang cukup

b)      Jelaskan penggunaan obat serta efek samping obat yang diberikan secara detail

c)      Jelaskan pentingnya lingkungan yang aman. Misalnya, lantai tidak licin, tangga menggunakan pegangan untuk menghindari jatuh

d)     Anjurkan mengurangi kafein, alcohol, dan merokok

Page 20: Askep Osteoporosis.docx

e)      Jelaskan pentingnya perawatan lanjutan

1. e.       Evaluasi

Setelah dilakukan intervensi keperawatan diharapkan :

1)      Aktivitas dan mobilitas fisik terpenuhi

a)      Melakukan ROM secara teratur

b)      Menggunakan alat bantu saat aktivitas

c)      Menggunakan brace / korset saat aktivitas

2)      Koping pasien positif

a)      Mengekspresikan perasaan

b)      Memilih alternatif pemecah masalah

c)      Meningkatkan komunikasi

3)      Mendapatkan peredaan nyeri

a)   Mengalami redanya nyeri saat beristirahat

b)   Mengalami ketidaknyamanan minimal selama aktivitas kehidupan sehari-hari

c)   Menunjukkan berkurangnya nyei tekan pada tempat fraktur

4)      Tidak mengalami fraktur baru

a)      Mempertahankan postur yang bagus

b)      Mempegunakan mekanika tubuh yang baik

c)      Mengkonsumsi diet seimbang tinggi kalsium dan vitamin D

d)     Rajin menjalankan latihan pembedahan berat badan (berjalan-jalan setiap hari)

e)      Istirahat dengan berbaring beberapa kali sehari

f)       Berpartisipasi dalam aktivitas di luar rumah

g)      Menciptakan lingkungan rumah yang aman

Page 21: Askep Osteoporosis.docx

h)      Menerima bantuan dan supervisi sesuai kebutuhan

5)      Mendapatkan pengetahuan mengenai oesteoporosis dan program penanganannya.

a)      Menyebutkan hubungan asupan kalsium dan latihan terhadap massa tulang

b)      Mengkonsumsi kalsium diet dalam jumlah yang mencukupi

c)      Meningkatkan  tingkat latihan

d)     Gunakan terapi hormon yang diresepkan

e)      Menjalani prosedur skrining sesuai anjuran

Askep Osteoporosis

OsteoporosisA. DefinisiOsteoporosis adalah berkurangnya kepadatan tulang yang progresif, sehingga tulang menjadi rapuh dan mudah patah. Tulang terdiri dari mineral-mineral seperti kalsium dan fosfat, sehingga tulang menjadi keras dan padat. Untuk mempertahankan kepadatan tulang, tubuh memerlukan persediaan kalsium dan mineral lainnya yang memadai, dan harus menghasilkan hormon dalam jumlah yang mencukupi (hormon paratiroid, hormon pertumbuhan, kalsitonin, estrogen pada wanita dan testosteron pada pria). Juga persediaan vitamin D yang adekuat, yang diperlukan untuk menyerap kalsium dari makanan dan memasukkan ke dalam tulang. Secara progresif, tulang meningkatkan kepadatannya sampai tercapai kepadatan maksimal (sekitar usia 30 tahun). Setelah itu kepadatan tulang akan berkurang secara perlahan. Jika tubuh tidak mampu mengatur kandungan mineral dalam tulang, maka tulang menjadi kurang padat dan lebih rapuh, sehingga terjadilah osteoporosis.Sekitar 80% persen penderita penyakit osteoporosis adalah wanita, termasuk wanita muda yang mengalami penghentian siklus menstruasi (amenorrhea). Hilangnya hormon estrogen setelah menopause meningkatkan risiko terkena osteoporosis.B. EpidemiologiInsiden osteoporosis lebih tinggi pada wanita dibandingkan laki-laki dan merupakan problem pada wanita pascamenopause. Osteoporosis di klinik menjadi penting karena problem fraktur tulang, baik fraktur yang disertai trauma yang jelas maupun fraktur yang terjadi tanpa disertai trauma yang jelas.Diperkirakan lebih 200 juta orang diseluruh dunia terkena osteoporosis , sepertiganya terjadi pada usia 60-70 th, 2/3nya terjadi pada usia lebih 80 th. Diperkirakan 30% dari wanita di atas usia 50 th mendapat 1 atau lebih patah tulang vertabra. Diperkirakan 1 dari 5 pria di atas 50 th mendapat patah tulang akibat osteoporosis dalam hidupnya. Angka kematian 5 tahun pertama meningkat sekitar 20 % pada patah tulang nertebra maupun panggul.

Page 22: Askep Osteoporosis.docx

Di Amerika pada tahun 1995 pata tulang aibat osteoporosis menduduki peringkat 1 dibanding penyakit lain, jumlah 1,5 juta pertahun dengan patah tulang vertebra terbanyak (750 ribu),hip(250 ribu), wrist(250 ribu), fraktur lain ( 250 ribu),dengan anggaran meningkat sebesar 13,8 miliar dollarpertahun(kebanyakan biaya untuk patah tulang hip sebesar 8,7 miliar dollar. Bahkan diperkirakan insiden patah tulang hip meningkat bermakna 240% pada wanita dan 320% pada pria. Perkiraan pada tahun 2050 menjadi 6,3 juta terbanyak di asia.C. EtiologiPenyebab Osteoporosis yaitu :a. Osteoporosis postmenopausalTerjadi karena kekurangan estrogen (hormon utama pada wanita), yang membantu mengatur pengangkutan kalsium ke dalam tulang pada wanita. Biasanya gejala timbul pada wanita yang berusia di antara 51-75 tahun, tetapi bisa mulai muncul lebih cepat ataupun lebih lambat. Tidak semua wanita memiliki resiko yang sama untuk menderita osteoporosis postmenopausal, wanita kulit putih dan daerah timur lebih mudah menderita penyakit ini daripada wanita kulit hitam.b. Osteoporosis senilisKemungkinan merupakan akibat dari kekurangan kalsium yang berhubungan dengan usia dan ketidakseimbangan diantara kecepatan hancurnya tulang dan pembentukan tulang yang baru. Senilis berarti bahwa keadaan ini hanya terjadi pada usia lanjut. Penyakit ini biasanya terjadi pada usia diatas 70 tahun dan 2 kali lebih sering menyerang wanita. Wanita seringkali menderita osteoporosis senilis dan postmenopausal. c. Osteoporosis sekunderDialami kurang dari 5% penderita osteoporosis, yang disebabkan oleh keadaan medis lainnya atau oleh obat-obatan. Penyakit ini bisa disebabkan oleh gagal ginjal kronis dan kelainan hormonal (terutama tiroid, paratiroid dan adrenal) dan obat-obatan (misalnya kortikosteroid, barbiturat, anti-kejang dan hormon tiroid yang berlebihan). Pemakaian alkohol yang berlebihan dan merokok bisa memperburuk keadaan ini.d. Osteoporosis juvenil idiopatikMerupakan jenis osteoporosis yang penyebabnya tidak diketahui. Hal ini terjadi pada anak-anak dan dewasa muda yang memiliki kadar dan fungsi hormon yang normal, kadar vitamin yang normal dan tidak memiliki penyebab yang jelas dari rapuhnya tulang.Etiologi

—-Ada 2 penyebab utama osteoporosis, yaitu pembentukan massa puncak tulang yang kurang baik selama masa pertumbuhan dan meningkatnya pengurangan massa tulang setelah menopause. Massa tulang meningkat secara konstan dan mencapai puncak sampai usia 40 tahun, pada wanita lebih muda sekitar 30-35 tahun. Walaupun demikian tulang yang hidup tidak pernah beristirahat dan akan selalu mengadakan remodelling dan memperbaharui cadangan mineralnya sepanjang garis beban mekanik. Faktor pengatur formasi dan resorpsi tulang dilaksanakan melalui 2 proses yang selalu berada dalam keadaan seimbang dan disebut coupling. Proses coupling ini memungkinkan aktivitas formasi tulang sebanding dengan aktivitas resorpsi tulang. Proses ini berlangsung 12 minggu pada orang muda dan 16-20 minggu pada usia menengah atau lanjut. Remodelling rate adalah 2-10% massa skelet per tahun.

—-Proses remodelling ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor lokal yang menyebabkan terjadinya satu rangkaian kejadian pada konsep Activation – Resorption – Formation (ARF). Proses ini dipengaruhi oleh protein mitogenik yang berasal dari tulang yang

Page 23: Askep Osteoporosis.docx

merangsang preosteoblas supaya membelah membelah menjadi osteoblas akibat adanya aktivitas resorpsi oleh osteoklas. Faktor lain yang mempengaruhi proses remodelling adalah faktor hormonal. Proses remodelling akan ditingkatkan oleh hormon paratiroid, hormon pertumbuhan dan 1,25 (OH)2 vitamin D. Sedang yang menghambat proses remodelling adalah kalsitonin, estrogen dan glukokortikoid. Proses-proses yang mengganggu remodelling tulang inilah yang menyebabkan osteoporosis.

—-Selain gangguan pada proses remodelling tulang faktor lainnya adalah pengaturan metabolisme kalsium dan fosfat. Walaupun terdapat variasi asupan kalsium yang besar, tubuh tetap memelihara konsentrasi kalsium serum pada kadar yang tetap. Pengaturan homeostasis kalsium serum dikontrol oleh organ tulang, ginjal dan usus melalui pengaturan paratiroid hormon (PTH), hormon kalsitonin, kalsitriol (1,25(OH)2 vitamin D) dan penurunan fosfat serum. Faktor lain yang berperan adalah hormon tiroid, glukokortikoid dan insulin, vitamin C dan inhibitor mineralisasi tulang (pirofosfat dan pH darah). Pertukaran kalsium sebesar 1.000 mg/harinya antara tulang dan cairan ekstraseluler dapat bersifat kinetik melalui fase formasi dan resorpsi tulang yang lambat. Absorpsi kalsium dari gastrointestinal yang efisien tergantung pada asupan kalsium harian, status vitamin D dan umur. Didalam darah absorpsi tergantung kadar protein tubuh, yaitu albumin, karena 50% kalsium yang diserap oleh tubuh terikat oleh albumin, 40% dalam bentuk kompleks sitrat dan 10% terikat fosfat.

D. Faktor Resiko OsteoporosisFaktor resiko Osteoporosis yaitu :a. Usia· Tiap peningkatan 1 dekade, resiko meningkat 1,4-1,8b. Genetik· Etnis (kaukasia dan oriental > kulit hitam dan polinesia)· Seks (wanita > pria)· Riwayat keluargac. Lingkungan, dan lainnya· Defisiensi kalsium· Aktivitas fisik kurang· Obat-obatan (kortikosteroid, anti konvulsan, heparin, siklosporin)· Merokok, alkohol· Resiko terjatuh yang meningkat (gangguan keseimbangan, licin, gangguan penglihatan)· Hormonal dan penyakit kronikØ Defisiensi estrogen, androgenØ Tirotoksikosis, hiperparatiroidisme primer, hiperkortisolismeØ Penyakit kronik (sirosis hepatis, gangguan ginjal, gastrektomi)· Sifat fisik tulangØ Densitas (massa)Ø Ukuran dan geometriØ Mikroarsitektur

Page 24: Askep Osteoporosis.docx

Ø KomposisiSelain itu ada juga faktor resiko faktur panggul yaitu,:· Penurunan respons protektifØ Kelainan neuromuskularØ Gangguan penglihatanØ Gangguan keseimbangan· Peningkatan fragilitas tulangØ Densitas massa tulang rendahØ Hiperparatiroidisme· Gangguan penyediaan energiØ Malabsorpsi

E. PatofisiologiPenyebab pasti dari osteoporosis belum diketahui, kemungkinan pengaruh dari pertumbuhan aktifitas osteoklas yang berfungsi bentuk tulang. Jika sudah mencapai umur 30 tahun struktur tulang sudah tidak terlindungi karena adanya penyerapan mineral tulang.Dalam keadaan normal terjadi proses yang terus menerus dan terjadi secara seimbang yaitu proses resorbsi dan proses pembentukan tulang (remodelling). Setiap ada perubahan dalam keseimbangan ini, misalnya proses resorbsi lebih besar dari proses pembentukan, maka akan terjadi penurunan massa tulangProses konsolidasi secara maksimal akan dicapai pada usia 30-35 tahun untuk tulang bagian korteks dan lebih dini pada bagian trabekula. Pada usia 40-45 tahun, baik wanita maupun pria akan mengalami penipisan tulang bagian korteks sebesar 0,3-0,5 %/tahun dan bagian trabekula pada usia lebih mudaPada pria seusia wanita menopause mengalami penipisan tulang berkisar 20-30 % dan pada wanita 40-50 % Penurunan massa tulang lebih cepat pada bagian-bagian tubuh seperti metakarpal, kolum femoris, dan korpus vertebra Bagian-bagian tubuh yg sering fraktur adalah vertebra, paha bagian proksimal dan radius bagian distal

F. Tanda dan GejalaPenyakit osteoporosis sering disebut sebagai silent disease karena proses kepadatan tulang berkurang secara perlahan (terutama pada penderita osteoporosis senilis) dan berlangsung secara progresif selama bertahun-tahun tanpa kita sadari dan tanpa disertai adanya gejala.Gejala-gejala baru timbul pada tahap osteoporosis lanjut, seperti:a. patah tulangb. punggung yang semakin membungkukc. hilangnya tinggi badand. nyeri punggungJika kepadatan tulang sangat berkurang sehingga tulang menjadi hancur, maka akan timbul nyeri tulang dan kelainan bentuk. Hancurnya tulang belakang menyebabkan nyeri punggung menahun.

Page 25: Askep Osteoporosis.docx

Tulang belakang yang rapuh bisa mengalami hancur secara spontan atau karena cedera ringan. Biasanya nyeri timbul secara tiba-tiba dan dirasakan di daerah tertentu dari punggung, yang akan bertambah nyeri jika penderita berdiri atau berjalan. Jika disentuh, daerah tersebut akan terasa sakit, tetapi biasanya rasa sakit ini akan menghilang secara bertahap setelah beberapa minggu atau beberapa bulan. Jika beberapa tulang belakang hancur, maka akan terbentuk kelengkungan yang abnormal dari tulang belakang (punuk Dowager), yang menyebabkan ketegangan otot dan sakit. Tulang lainnya bisa patah, yang seringkali disebabkan oleh tekanan yang ringan atau karena jatuh. Salah satu patah tulang yang paling serius adalah patah tulang panggul. Hal yang juga sering terjadi adalah patah tulang lengan (radius) di daerah persambungannya dengan pergelangan tangan, yang disebut fraktur Colles. Selain itu, pada penderita osteoporosis, patah tulang cenderung menyembuh secara perlahan.

G. Manifestasi KlinisNyeri dengan atau tanpa fraktur yang nyata. Ciri-ciri khas nyeri akibat fraktur kompressi pada vertebra (paling sering Th 11 dan 12 ) adalah:· Nyeri timbul mendadak· Sakit hebat dan terlokalisasi pada vertebra yang terserang· Nyeri berkurang pada saat istirahat di tempat tidur· Nyeri ringan pada saat bangun tidur dan dan akan bertambah oleh karena melakukan aktivitas· Deformitas vertebra thorakalis à Penurunan tinggi badan

H. Pemeriksaan Diagnostika. Pemeriksaan non-invasif.b. Pemeriksaan analisis aktivasi neutron yang bertujuan untuk memeriksa kalsium total dan massa tulang.c. Pemeriksaan absorpsiometrid. Pemeriksaan komputer tomografi (CT)e. Pemeriksaan biopsi yaitu bersifat invasif dan berguna untuk memberikan informasi mengenai keadaan osteoklas, osteoblas, ketebalan trabekula dan kualitas meneralisasi tulang. Biopsi dilakukan pada tulang sternum atau krista iliaka.f. Pemeriksaan laboratorium yaitu pemeriksaan kimia darah dan kimia urine biasanya dalam batas normal.sehingga pemeriksaan ini tidak banyak membantu kecuali pada pemeriksaan biomakers osteocalein (GIA protein).I. PenatalaksanaanTerapi pada osteoporosis harus mempertimbangkan 2 hal, yaitu terapi pencegahan yang pada umumnya bertujuan untuk menghambat hilangnya massa tulang. Dengan cara yaitu memperhatikan faktor makanan, latihan fisik ( senam pencegahan osteoporosis), pola hidup yang aktif dan paparan sinar ultra violet. Selain itu juga menghindari obat-obatan dan jenis makanan yang merupakan faktor resiko osteoporosis seperti alkohol, kafein, diuretika, sedatif, kortikosteroid.Selain pencegahan, tujuan terapi osteoporosis adalah meningkatkan massa tulang dengan

Page 26: Askep Osteoporosis.docx

melakukan pemberian obat-obatan antara lain hormon pengganti (estrogen dan progesterone dosis rendah). Kalsitrol, kalsitonin, bifosfat, raloxifene, dan nutrisi seperti kalsium serta senam beban.Pembedahan pada pasien osteoporosis dilakukan bila terjadi fraktur, terutama bila terjadi fraktur panggul.J. Pengkajian Keperawatan1. Aktivitas / Istirahat.Gejala : kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton.Tanda :Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea.2. SirkulasiGejala :Riwayat Hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner/katupdan penyakit cebrocaskuler, episodepalpitasi.Tanda : Kenaikan TD, Nadi denyutan jelas dari karotis, jugularis,radialis, tikikardi, murmur stenosis valvular, distensi vena jugularis,kulit pucat, sianosis, suhu dingin (vasokontriksi perifer) pengisiankapiler mungkin lambat/ bertunda.3. Integritas Ego.Gejala :Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, factor stress multiple(hubungan, keuangan, yang berkaitan dengan pekerjaan).Tanda : Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan continue perhatian,tangisan meledak, otot muka tegang, pernafasan menghela, peningkatan pola bicara.4. EliminasiGejala : Gangguan ginjal saat ini atau (seperti obstruksi atau riwayatpenyakit ginjal pada masa yang lalu).5. Makanan/cairanGejala: Makanan yang disukai yang mencakup makanan tinggi garam, lemak serta kolesterol, mual, muntah dan perubahan BB akhir akhir ini(meningkat/turun)Riwayat penggunaan diuretic.Tanda: Berat badan normal atau obesitas,, adanya edema, glikosuria.6. NeurosensoriGenjala: Keluhan pening pening/pusing, berdenyu, sakit kepala,subojksipital (terjadi saat bangun dan menghilangkan secara spontansetelah beberapa jam) Gangguan penglihatan (diplobia, penglihatan kabur,epistakis).Tanda: Status mental, perubahan keterjagaan, orientasi, pola/isi bicara,efek, proses piker, penurunan keuatan genggaman tangan.7. Nyeri/ketidaknyamanGejala: Angina (penyakit arteri koroner/ keterlibatan jantung),sakitkepala.8. PernafasanGejala : Dispnea yang berkaitan dari kativitas/kerja takipnea,ortopnea,dispnea, batuk dengan/tanpa pembentukan sputum, riwayat merokok.Tanda: Distress pernafasan/penggunaan otot aksesori pernafasan bunyinafas tambahan (krakties/mengi), sianosis.9. KeamananGejala: Gangguan koordinasi/cara berjalan, hipotensi postural.10. Pembelajaran/PenyuluhanGejala: Faktor resiko keluarga: hipertensi, aterosporosis, penyakitjantung,DM.Faktor faktor etnik seperti: orang Afrika-amerika, Asia Tenggara,

Page 27: Askep Osteoporosis.docx

penggunaan pil KB atau hormone lain, penggunaan alcohol/obat.

K. Diagnosa dan IntervensiDiagnosa :a. Kurang pengetahuan mengenai proses osteoporosis dan program terapib. Nyeri yang berhubungan dengan fraktur dan spasme ototc. Konstipasi yang berhubungan dengan imobilitasi atau terjadinya ileus (obstruksi usus)d. Risiko terhadap cedera : fraktur, yang berhubungan dengan tulang osteoporotik

Intervensi :a. Kurang pengetahuan mengenai proses osteoporosis dan program terapiTujuan : Memahami osteoporosis dan program tindakan.Kriteria hasil : Mendapatkan pengetahuan mengenai oesteoporosis dan program penanganannya.Menyebutkan hubungan asupan kalsium dan latihan terhadap massa tulangMengkonsumsi kalsium diet dalam jumlah yang mencukupiMeningkatkan tingkat latihan.

Intervensi :· Ajarkan pada klien tentang faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya oeteoporosis.· Anjurkan diet atau suplemen kalsium yang memadai.· Timbang Berat badan secara teratur dan modifikasi gaya hidup seperti Pengurangan kafein, sigaret dan alkohol, hal ini dapat membantu mempertahankan massa tulang.· Anjurkan Latihan aktivitas fisik yang mana merupakan kunci utama untuk menumbuhkan tulang dengan kepadatan tinggi yang tahan terhadap terjadinya oestoeporosis.· Anjurkan pada lansia untuk tetap membutuhkan kalsium, vitamin D, sinar matahari dan latihan yang memadai untuk meminimalkan efek oesteoporosis.· Berikan Pendidikan pasien mengenai efek samping penggunaan obat. Karena nyeri lambung dan distensi abdomen merupakan efek samping yang sering terjadi pada suplemen kalsium, maka pasien sebaiknya meminum suplemen kalsium bersama makanan untuk mengurangi terjadinya efek samping tersebut. Selain itu, asupan cairan yang memadai dapat menurunkan risiko pembentukan batu ginjal.· Bila diresepkan HRT, pasien harus diajar mengenai pentingnya skrining berkala terhadap kanker payudara dan endometrium.b. Nyeri yang berhubungan dengan fraktur dan spasme ototTujuan : Meredakan rasa nyeriKriteria hasil : Mendapatkan peredaan nyeri· Mengalami redanya nyeri saat beristirahat· Mengalami ketidaknyamanan minimal selama aktivitas kehidupan sehari-hari.Intervensi :· Peredaaan nyeri punggung dapat dilakukan dengan istirahat di tempat tidur dengan posisi telentang atau miring ke samping selama beberapa hari.

Page 28: Askep Osteoporosis.docx

· Kasur harus padat dan tidak lentur.· Fleksi lutut dapat meningkatkan rasa nyaman dengan merelaksasi otot.· Kompres panas intermiten dan pijatan punggung memperbaiki relaksasi otot.· Pasien diminta untuk menggerakkan batang tubuh sebagai satu unit dan hindari gerakan memuntir.· Postur yang bagus dianjurkan dan mekanika tubuh harus diajarkan. Ketika pasien dibantu turun dari tempat tidur,· pasang korset lumbosakral untuk menyokong dan imobilisasi sementara, meskipun alat serupa kadang terasa tidak nyaman dan kurang bisa ditoleransi oleh kebanyakan lansia.· Bila pasien sudah dapat menghabiskan lebih banyak waktunya di luar tempat tidur perlu dianjurkan untuk sering istirahat baring untuk mengurangi rasa tak nyaman dan mengurangi stres akibat postur abnormal pada otot yang melemah.· opioid oral mungkin diperlukan untuk hari-hari pertama setelah awitan nyeri punggung. Setelah beberapa hari, analgetika non – opoid dapat mengurangi nyeri.

c. Konstipasi yang berhubungan dengan imobilitasi atau terjadinya ileus (obstruksi usus)Tujuan : Memperbaiki pengosongan ususKriteria hasil : Menunjukkan pengosongan usus yang normal· Bising usus aktif· Gerakan usus teraturIntervensi :Konstipasi merupakan masalah yang berkaitan dengan imobilitas, pengobatan dan lansia.· Berikan diet tinggi serat.· Berikan tambahan cairan dan gunakan pelunak tinja sesuai ketentuan dapat membantu atau meminimalkan konstipasi.· Pantau asupan pasien, bising usus dan aktivitas usus karena bila terjadi kolaps vertebra pada T10-L2, maka pasien dapat mengalami ileus.d. Risiko terhadap cedera : fraktur, yang berhubungan dengan tulang osteoporotikTujuan : Mencegah cideraKriteria hasil : Tidak mengalami fraktur baru· Mempertahankan postur yang bagus· Mempegunakan mekanika tubuh yang baik· Mengkonsumsi diet seimbang tinggi kalsium dan vitamin D· Rajin menjalankan latihan pembedahan berat badan (berjalan-jalan setiap hari)· Istirahat dengan berbaring beberapa kali sehariIntervensi :· Anjurkan melakukan Aktivitas fisik secara teratur hal ini sangat penting untuk memperkuat otot, mencegah atrofi dan memperlambat demineralisasi tulang progresif.· Ajarkan Latihan isometrik, latihan ini dapat digunakan untuk memperkuat otot batang tubuh.· Anjurkan untuk Berjalan, mekanika tubuh yang baik, dan postur yang baik.

Page 29: Askep Osteoporosis.docx

· Hindari Membungkuk mendadak, melenggok dan mengangkat beban lama.· Lakukan aktivitas pembebanan berat badan Sebaiknya dilakukan di luar rumah di bawah sinar matahari, karena sangat diperlukan untuk memperbaiki kemampuan tubuh menghasilkan vitamin D.

DAFTAR PUSTAKA

Brunner, Suddarth, (2001) Buku Ajar Keperawatan-Medikal Bedah, Edisi 8 Volume 3, EGC : Jakarta.Doenges, Marilynn E, dkk, (2000), Penerapan Proses Keperawatan dan Diagnosa Keperawatan, EGC : Jakarta.

http://amirrimbawanto.blogspot.com/2009/03/askep-osteoporosis.html diakses pada tanggal 4/8/2009

http://pustaka.unpad.ac.id/archives/10824/. Diakses pada tanggal 4/8/2009

http://wayanpuja.blinxer.com/?page_id=239. Diakses pada tanggal 4/8/2009

http://mukipartono.com/osteoporosis-fraktur-vertebra-sebagai-salah-satu-faktor-resiko-nyeri-pinggang/. Di akses pada tanggal 4/8/2009

http://id.wikipedia.org/wiki/Osteoporosis. di akses pada tanggal 4/8/2009

http://mukipartono.com/osteoporosis-fraktur-vertebra-sebagai-salah-satu-faktor-resiko-nyeri-pinggang/. Di akses pada tanggal 4/8/2009

Senin, 06 Mei 2013

ASKEP OSTEOPOROSIS

asuhan keperawatan Osteoporosis ( Askep Osteoporosis ) BAB I

Page 30: Askep Osteoporosis.docx

PENDAHULUAN

 

 

   A.    Latar Belakang

Dengan meningkatnya usia harapan hidup, maka berbagai penyakit degeneratif dan

metabolik, termasuk osteoporosis akan menjadi problem muskolokeletal yang memerlukan

perhatian khusus, terutama dinegara berkembang, termasuk indonesia. Pada tahun 1990, ternyata

jumlah penduduk yang berusia 55 tahun atau lebih mencapai 9,2%, meningkat 50%

dibandingkan survey tahun 1971. Dengan demikian, kasus osteoporosis dengan berbagai

akibatnya, terutama fraktur diperkirakan juga akan meningkat ( Sodoyo, 2009 )

Penelitian Roeshadi di Jawa Timur, mendapatkan bahwa puncak massa tulang dicapai

pada usia 30-34 tahun dan rata-rata kehilangan massa tulang pasca menopause adalah 1,4%

tahun. Penelitian yang dilakukan di klinik Reumatologi RSCM mendapatkan faktor resiko

osteoporosis yang meliputi umur, lamanya menopause dan kadar estrogen yang rendah,

sedangkan faktor proteksinya adalah kadar estrogen yang tinggi, riwayat berat badan

lebih/obesitas dan latihan yang teratur ( Sudoyo, 2009 ).

   B.     Rumusan Masalah

Agar penulisan makalah tidak menyimpang dari tujuan semula, maka penulis

merumuskan masalah pada:

1.      Apa yang dimaksud dengan Osteoporosis?

2.      Apa etiologi dari Osteoporosis?

3.      Bagaimana manifestasi klinis Osteoporosis?

4.      Bagaimana penatalaksanaan Osteoporosis secara medis dan keperawatan?

5.      Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan Osteoporosis ?

   C.    Tujuan

Page 31: Askep Osteoporosis.docx

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu sebagai proses pembelajaran mahasiswa

dalam memahami Osteoporosis, dan mahasiswa mampu memahami defenisi, etiologi,

manifestasi klinis, klassifikasi, penatalaksanaan medis dan keperawatan serta asuhan

keperawatan dari Osteoporosis.

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

 

 

   A.    Defenisi

Osteoporosis berasal dari kata osteo dan porous, osteo artinya tulang, dan porous berarti

berlubang-lubang atau keropos. Jadi, osteoporosis adalah tulang yang keropos, yaitu penyakit

yang mempunyai sifat khas berupa massa tulangnya rendah atau berkurang, disertai gangguan

mikro-arsitektur tulang dan penurunan kualitas jaringan tulang yang dapat menimbulkan

kerapuhan tulang (Tandra, 2009).

Menurut WHO pada International Consensus Development Conference, di Roma, Itali, 1992

Osteoporosis adalah penyakit dengan sifat-sifat khas berupa massa tulang yang rendah, disertai

perubahan mikroarsitektur tulang, dan penurunan kualitas jaringan tulang, yang pada akhirnya

menimbulkan akibat meningkatnya kerapuhan tulang dengan resiko terjadinya patah tulang

(Suryati, 2006).

Menurut National Institute of Health (NIH), 2001 Osteoporosis adalah kelainan kerangka,

ditandai dengan kekuatan tulang mengkhawatirkan dan dipengaruhi oleh meningkatnya risiko

patah tulang. Sedangkan kekuatan tulang merefleksikan gabungan dari dua faktor, yaitu densitas

tulang dan kualitas tulang (Junaidi, 2007).

Osteoporosis adalah penyakit tulamg sisitemik yang ditandai oleh penurunan mikroarsitektur

tulang sehingga tulang menjadi rapuh dan mudah patah. Pada tahun 2001, National Institute of

Health (NIH) mengajukan definisi baru osteoporosis sebagai penyakit tulang sistemik yang

ditandai oleh compromised bone strength sehingga tulang mudah patah ( Sudoyo, 2009 ).

Page 32: Askep Osteoporosis.docx

Osteoporosis dibagi 2 kelompok, yaitu :

a.       Osteoporosis Primer

Osteoporosis primer berhubungan dengan kelainan pada tulang, yang menyebabkan peningkatan

proses resorpsi di tulang trabekula sehingga meningkatkan resiko fraktur vertebra dan Colles.

Pada usia decade awal pasca menopause, wanita lebih sering terkena dari pada pria dengan

perbandingan 68:1 pada usia rata-rata 53-57 tahun.

b.      Osteoporosis Sekunder

Osteoporosis sekunder disebabkan oleh penyakit atau sebab lain diluar tulang

B.     Etiologi

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengurangan massa tulang pada usia lanjut:

1.      Determinan Massa Tulang

a.       Faktor genetik

Perbedaan genetik mempunyai pengaruh terhadap derajat kepadatan tulang. Beberapa orang

mempunyai tulang yang cukup besar dan yang lain kecil. Sebagai contoh, orang kulit hitam pada

umumnya mempunyai struktur tulang lebih kuat/berat dari pacia bangsa Kaukasia. Jacii

seseorang yang mempunyai tulang kuat (terutama kulit Hitam Amerika), relatif imun terhadap

fraktur karena osteoporosis.

b.      Faktor mekanis

Beban mekanis berpengaruh terhadap massa tulang di samping faktor genetk. Bertambahnya beban akan menambah massa tulang dan berkurangnya beban akan mengakibatkan berkurangnya massa tulang. Kedua hal tersebut menunjukkan respons terhadap kerja mekanik Beban mekanik yang berat akan mengakibatkan massa otot besar dan juga massa tulang yang besar. Sebagai contoh adalah pemain tenis atau pengayuh becak, akan dijumpai adanya hipertrofi baik pada otot maupun tulangnya terutama pada lengan atau tungkainya, sebaliknya atrofi baik pada otot maupun tulangnya akan dijumpai pada pasien yang harus istrahat di tempat tidur dalam waktu yang lama, poliomielitis atau pada penerbangan luar angkasa. Walaupun demikian belum diketahui dengan pasti berapa besar beban mekanis yang diperlukan dan berapa lama untuk meningkatkan massa tulang di sampihg faktor genetik.

c.       Faktor makanan dan hormon

Page 33: Askep Osteoporosis.docx

Pada seseorang dengan pertumbuhan hormon dengan nutrisi yang cukup (protein dan

mineral), pertumbuhan tulang akan mencapai maksimal sesuai dengan pengaruh genetik yang

bersangkutan. Pemberian makanan yang berlebih (misainya kalsium) di atas kebutuhan

maksimal selama masa pertumbuhan, disangsikan dapat menghasilkan massa tulang yang

melebihi kemampuan pertumbuhan tulang yang bersangkutan sesuai dengan kemampuan

genetiknya.

2.      Determinan penurunan Massa Tulang

a.       Faktor genetik

Pada seseorang dengan tulang yang kecil akan lebih mudah mendapat risiko fraktur dari pada seseorang dengan tulang yang besar. Sampai saat ini tidak ada ukuran universal yang dapat dipakai sebagai ukuran tulang normal. Setiap individu mempunyai ketentuan normal sesuai dengan sitat genetiknya serta beban mekanis den besar badannya. Apabila individu dengan tulang yang besar, kemudian terjadi proses penurunan massa tulang (osteoporosis) sehubungan dengan lanjutnya usia, maka individu tersebut relatif masih mempunyai tulang lebih banyak dari pada individu yang mempunyai tulang kecil pada usia yang sama.

b.      Faktor mekanis

Faktor mekanis mungkin merupakan yang terpenting dalarn proses penurunan massa tulang schubungan dengan lanjutnya usia. Walaupun demikian telah terbukti bahwa ada interaksi panting antara faktor mekanis dengan faktor nutrisi hormonal. Pada umumnya aktivitas fisis akan menurun dengan bertambahnya usia; dan karena massa tulang merupakan fungsi beban mekanis, massa tulang tersebut pasti akan menurun dengan bertambahnya usia.

c.       Kalsium

Faktor makanan ternyata memegang peranan penting dalam proses penurunan massa tulang sehubungan dengan bertambahnya usia, terutama pada wanita post menopause. Kalsium, merupakan nutrisi yang sangat penting. Wanita-wanita pada masa peri menopause, dengan masukan kalsiumnya rendah dan absorbsinya tidak bak, akan mengakibatkan keseimbangan kalsiumnya menjadi negatif, sedang mereka yang masukan kalsiumnya baik dan absorbsinya juga baik, menunjukkan keseimbangan kalsium positif. Dari keadaan ini jelas, bahwa pada wanita masa menopause ada hubungan yang erat antara masukan kalsium dengan keseimbangan kalsium dalam tubuhnya. Pada wanita dalam masa menopause keseimbangan kalsiumnya akan terganggu akibat masukan serta absorbsinya kurang serta eksresi melalui urin yang bertambah. Hasil akhir kekurangan/kehilangan estrogen pada masa menopause adalah pergeseran keseimbangan kalsium yang negatif, sejumiah 25 mg kalsium sehari.

d.      Protein

Page 34: Askep Osteoporosis.docx

Protein juga merupakan faktor yang penting dalam mempengaruhi penurunan massa tulang. Makanan yang kaya protein akan mengakibatkan ekskresi asam amino yang mengandung sulfat melalui urin, hal ini akan meningkatkan ekskresi kalsium. Pada umumnya protein tidak dimakan secara tersendiri, tetapi bersama makanan lain. Apabila makanan tersebut mengandung fosfor, maka fosfor tersebut akan mengurangi ekskresi kalsium melalui urin. Sayangnya fosfor tersebut akan mengubah pengeluaran kalsium melalui tinja. Hasil akhir dari makanan yang mengandung protein berlebihan akan mengakibatkan kecenderungan untuk terjadi keseimbangan kalsium yang negative.

e.       Estrogen.

Berkurangnya/hilangnya estrogen dari dalam tubuh akan mengakibatkan terjadinya gangguan keseimbangan kalsium. Hal ini disebabkan oleh karena menurunnya eflsiensi absorbsi kalsium dari makanan dan juga menurunnya konservasi kalsium di ginjal.

f.       Rokok dan kopi

Merokok dan minum kopi dalam jumlah banyak cenderung akan mengakibatkan penurunan massa tulang, lebih-lebih bila disertai masukan kalsium yang rendah. Mekanisme pengaruh merokok terhadap penurunan massa tulang tidak diketahui, akan tetapi kafein dapat memperbanyak ekskresi kalsium melalui urin maupun tinja.

g.      Alkohol

Alkoholisme akhir-akhir ini merupakan masalah yang sering ditemukan. Individu dengan alkoholisme mempunyai kecenderungan masukan kalsium rendah, disertai dengan ekskresi lewat urin yang meningkat. Mekanisme yang jelas belum diketahui dengan pasti .

Beberapa penyebab osteoporosis dalam (Junaidi, 2007), yaitu:

1.      Osteoporosis pascamenopause terjadi karena kurngnya hormon estrogen (hormon utama pada

wanita), yang membantu mengatur pengangkutan kalsium kedalam tulang. Biasanya gejala

timbul pada perempuan yang berusia antara 51-75 tahun, tetapi dapat muncul lebih cepat atau

lebih lambat. Hormon estrogen produksinya menurun 2-3 tahun sebelum menopause dan terus

berlangsung 3-4 tahun setelah meopause. Hal ini berakibat menurunnya massa tulang sebanyak

1-3% dalam waktu 5-7 tahun pertama setelah menopause.

2.      Osteoporosis senilis kemungkinan merupakan akibat dari kekurangan kalsium yang

berhubungan dengan usia dan ketidak seimbangan antara kecepatan hancurnya tulang (osteoklas)

dan pembentukan tulang baru (osteoblast). Senilis berati bahwa keadaan ini hanya terjadi pada

Page 35: Askep Osteoporosis.docx

usia lanjut. Penyakit ini biasanya terjadi pada orang-orang berusia diatas 70 tahun dan 2 kali

lebih sering wanita. Wanita sering kali menderita osteoporosis senilis dan pasca menopause.

3.      Kurang dari 5% penderita osteoporosis juga mengalami osteoporosis sekunder yang disebakan

oleh keadaan medis lain atau obat-obatan. Penyakit ini bisa disebabkan oleh gagal ginjal kronis

dan kelainan hormonal (terutama tiroid, paratiroid, dan adrenal) serta obat-obatan (mislnya

kortikosteroid, barbiturat, anti kejang, dan hormon tiroid yang berlebihan). Pemakaian alkohol

yang berlebihan dapat memperburuk keadaan ini.

4.      Osteoporosis juvenil idiopatik merupakan jenis osteoporosis yang penyebabnya tidak

diketahui. Hal ini terjadi pada anak-anak dan dewasa muda yang memiliki kadar dan fungsi

hormon yang normal, kadar vitamin yang normal, dan tidak memiliki penyebab yang jelas dari

rapuhnya tulang.

C.    Manifestasi Klinis

Osteoporosis dimanifestasikan dengan :

1.      Nyeri dengan atau tanpa fraktur yang nyata.

2.      Nyeri timbul mendadak.

3.      Sakit hebat dan terlokalisasi pada vertebra yg terserang.

4.      Nyeri berkurang pada saat istirahat di tempat tidur.

5.      Nyeri ringan pada saat bangun tidur dan akan bertambah jika melakukan aktivitas.

6.      Deformitas vertebra thorakalis à Penurunan tinggi badan

D.    Patofisiologi

Kartilago hialin adalah jaringan elastis yang 95% terdiri dari air dan matrik ekstra selular,

5 % sel konrosit. Fungsinya sebagai penyangga juga pelumas sehingga tidak menimbulkan nyeri

pada saat pergerakan sendi.

Apabila kerusakan jaringan rawan sendi lebih cepat dari kemampuannya untuk

memperbaiki diri, maka terjadi penipisan dan kehilangan pelumas sehingga kedua tulang akan

Page 36: Askep Osteoporosis.docx

bersentuhan. Inilah yang menyebabkan rasa nyeri pada sendi lutut. Setelah terjadi kerusakan

tulang rawan, sendi dan tulang ikut berubah.

E.     Pemeriksaan Diagnostik

a.       Pemeriksaan radiologik

Dilakukan untuk menilai densitas massa tulang sangat tidak sensitif. Gambaran radiologik yang

khas pada osteoporosis adalah penipisan korteks dan daerah trabekuler yang lebih lusen.Hal ini

akan tampak pada tulang-tulang vertebra yang memberikan gambaran picture-frame vertebra.

b.      Pemeriksaan densitas massa tulang (Densitometri)

Densitometri tulang merupakan pemeriksaan yang akurat dan untuk menilai densitas massa

tulang, seseorang dikatakan menderita osteoporosis apabila nilai BMD ( Bone Mineral Density )

berada dibawah -2,5 dan dikatakan mengalami osteopenia (mulai menurunnya kepadatan tulang)

bila nilai BMD berada antara -2,5 dan -1 dan normal apabila nilai BMD berada diatas nilai -1.

Beberapa metode yang digunakan untuk menilai densitas massa tulang:

1.      Single-Photon Absortiometry (SPA)

Pada SPA digunakan unsur radioisotop I yang mempunyai energi photon rendah guna

menghasilkan berkas radiasi kolimasi tinggi. SPA digunakan hanya untuk bagian tulang yang

mempunyai jaringan lunak yang tidak tebalseperti distal radius dan kalkaneus.

2.      Dual-Photon Absorptiometry (DPA)

Metode ini mempunyai cara yang sama dengan SPA. Perbedaannya berupa sumber energi yang

mempunyai photon dengan 2 tingkat energi yang berbeda guna mengatasi tulang dan jaringan

lunak yang cukup tebal sehingga dapat dipakai untuk evaluasi bagian-bagian tubuh dan tulang

yang mempunyai struktur geometri komplek seperti pada daerah leher femur dan vetrebrata.

3.      Quantitative Computer Tomography (QCT)

Merupakan densitometri yang paling ideal karena mengukur densitas tulang secara volimetrik.

c.       Sonodensitometri

Page 37: Askep Osteoporosis.docx

Sebuah metode yang digunakan untuk menilai densitas perifer dengan menggunakan gelombang

suara dan tanpa adanya resiko radiasi.

d.      Magnetic Resonance Imaging (MRI)

MRI dalam menilai densitas tulang trabekula melalui dua langkah yaitu pertama T2 sumsum

tulang dapat digunakan untuk menilai densitas serta kualitas jaringan tulang trabekula dan yang

kedua untuk menilai arsitektur trabekula.

e.       Biopsi tulang dan Histomorfometri

Merupakan pemeriksaan yang sangat penting untuk memeriksa kelainan metabolisme tulang.

f.       Radiologis

Gejala radiologis yang khas adalah densitas atau masa tulang yang menurun yang dapat dilihat

pada vertebra spinalis. Dinding dekat korpus vertebra biasanya merupakan lokasi yang paling

berat. Penipisa korteks dan hilangnya trabekula transfersal merupakan kelainan yang sering

ditemukan. Lemahnya korpus vertebra menyebabkan penonjolan yang menggelembung dari

nukleus pulposus ke dalam ruang intervertebral dan menyebabkan deformitas bikonkaf.

g.      CT-Scan

CT-Scan dapat mengukur densitas tulang secara kuantitatif yang mempunyai nilai penting dalam

diagnostik dan terapi follow up. Mineral vertebra diatas 110 mg/cm3 baisanya tidak menimbulkan

fraktur vetebra atau penonjolan, sedangkan mineral vertebra dibawah 65 mg/cm3 ada pada

hampir semua klien yang mengalami fraktur.

h.      Pemeriksaan Laboratorium

1.      Kadar Ca, P, Fosfatase alkali tidak menunjukkan kelainan yang nyata.

2.      Kadar HPT (pada pascamenoupouse kadar HPT meningkat) dan Ct (terapi ekstrogen

merangsang pembentukkan Ct)

3.      Kadar 1,25-(OH)2-D3 absorbsi Ca menurun.

4.      Eksresi fosfat dan hidroksipolin terganggu sehingga meningkat kadarnya.

Page 38: Askep Osteoporosis.docx

 

F.     Web Of Caution

1.      Diagnosa keperawatan

a.       Nyeri berhubungan dengan dampak sekunder dari fraktur, spasme otot, deformitas tulang.

b.      Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan disfungsi sekunder akibat perubahan skeletal

(kifosis), nyeri sekunder atau fraktur baru.

c.       Risiko cedera berhubungan dengan dampak sekunder perubahan skeletal dan

ketidakseimbangan tubuh.

d.      Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi.

2.      Intervensi Keperawatan

a.       Nyeri berhubungan dengan dampak sekunder dari fraktur, spasme otot, deformitas tulang.

Intervensi Keperawatan Rasionalisasi

Page 39: Askep Osteoporosis.docx

1.      Pantau tingkat nyeri pada

punggung, nyeri terlokalisasi atau

menyebar pada abdomen atau

pinggang.

2.      Ajarkan pada klien tentang

alternative lain untuk mengatasi

dan mengurangi rasa nyerinya.

3.      Kaji obat-obatan untuk

mengatasi nyeri.

4.      Rencanakan pada klien tentang

periode istirahat adekuat dengan

berbaring dalam posisi telentang

selama kurang lebih 15 menit

1.      tulang dalam peningkatan

jumlah trabekular, pembatasan

gerak spinal.

2.      Alternatif lain untuk

mengatasi nyeri, pengaturan

posisi, kompres hangat dan

sebagainya.

3.      Keyakinan klien tidak dapat

menoleransi obat yang adekuat

atau tidak adekuat untuk

mengatasi nyerinya.

4.      Kelelahan dan keletihan dapat

menurunkan minat untuk

aktivitas sehari-hari.

b.      Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan disfungsi sekunder akibat perubahan skeletal

(kifosis), nyeri sekunder atau fraktur baru.

Intervensi Keperawatan Rasionalisasi

1.      Kaji tingkat kemampuan klien

yang masih ada.

2.      Rencanakan tentang pemberian

program latihan:

         Bantu klien jika diperlukan

latihan

         Ajarkan klien tentang

aktivitas hidup sehari hari yang

dapat dikerjakan

1.      Dasar untuk memberikan

alternative dan latihan gerak

yang sesuai dengan

kemapuannya.

2.      Latihan akan meningkatkan

pergerakan otot dan stimulasi

sirkulasi darah

3.      Aktifitas hidup sehari-hari

secara mandiri

4.      Dengan latihan fisik:

         Masa otot lebih besar

sehingga memberikan

Page 40: Askep Osteoporosis.docx

         Ajarkan pentingnya latihan.

3.      Bantu kebutuhan untuk

beradaptasi dan melakukan

aktivitas hidup sehari hari,

rencana okupasi .

4.      Peningkatan latihan fisik secara

adekuat:

         dorong latihan dan hindari

tekanan pada tulang seperti

berjalan.

         instruksikan klien untuk

latihan selama kurang lebih

30menit dan selingi dengan

istirahat dengan berbaring selama

15 menit

         hindari latihan fleksi,

membungkuk tiba– tiba,dan

penangkatan beban berat

perlindungan pada osteoporosis

         Program latihan

merangsang pembentukan

tulang

         Gerakan menimbulkan

kompresi vertical dan fraktur

vertebra.

c.       Risiko cedera berhubungan dengan dampak sekunder perubahan skeletal dan

ketidakseimbangan tubuh.

Intervensi Keperawatan Rasionalisasi

1.      Ciptakan lingkungan yang

bebas dari bahaya:

         Tempatkan klien pada tempat

tidur rendah.

         Amati lantai yang

1.      Menciptakan lingkungan yang

aman dan mengurangi risiko

terjadinya kecelakaan.

2.      Ambulasi yang dilakukan

tergesa-gesa dapat

Page 41: Askep Osteoporosis.docx

membahayakan klien.

         Berikan penerangan yang

cukup

         Tempatkan klien pada

ruangan yang tertutup dan mudah

untuk diobservasi.

         Ajarkan klien tentang

pentingnya menggunakan alat

pengaman di ruangan.

2.      Berikan dukungan ambulasi

sesuai dengan kebutuhan:

         Kaji kebutuhan untuk

berjalan.

         Konsultasi dengan ahli

therapist.

         Ajarkan klien untuk meminta

bantuan bila diperlukan.

         Ajarkan klien untuk berjalan

dan keluar ruangan.

3.      Bantu klien untuk melakukan

aktivitas hidup sehari-hari secara

hati-hati.

4.      Ajarkan pada klien untuk

berhenti secara perlahan, tidak

naik tanggga, dan mengangkat

menyebabkan mudah jatuh.

3.      Penarikan yang terlalu keras

akan menyebabkan terjadinya

fraktur.

4.      Pergerakan yang cepat akan

lebih memudahkan terjadinya

fraktur kompresi vertebra pada

klien osteoporosis.

5.      Diet kalsium dibutuhkan

untuk mempertahankan kalsium

serum, mencegah bertambahnya

kehilangan tulang. Kelebihan

kafein akan meningkatkan

kalsium dalam urine. Alcohol

akan meningkatkan asidosis

yang meningkatkan resorpsi

tulang

6.      Rokok dapat meningkatkan

terjadinya asidosis.

7.      Obat-obatan seperti diuretic,

fenotiazin dapat menyebabkan

pusing, megantuk, dan lemah

yang merupakan predisposisi

klien untuk jatuh.

Page 42: Askep Osteoporosis.docx

beban berat.

5.      Ajarkan pentingnya diet untuk

mencegah osteoporosis:

         Rujuk klien pada ahli gizi

         Ajarkan diet yang

mengandung banyak kalsium

         Ajarkan klien untuk

mengurangi atau berhenti

menggunakan rokok atau kopi

6.      Ajarkan tentang efek rokok

terhadap pemulihan tulang

7.      Observasi efek samping obat-

obatan yang digunakan

d.      Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi.

Intervensi Keperawatan Rasionalisasi

1.      Kaji ulang proses penyakit dan

harapan yang akan datang

2.      Ajarkan pada klien tentang

faktor-faktor yang mempengaruhi

terjadinya osteoporosis

3.      Berikan pendidikan kepada

klien mengenai efek samping

penggunaan obat

1.      Memberikan dasar

pengetahuan dimana klien dapat

membuat pilihan berdasarkan

informasi.

2.      Informasi yang diberikan

akan membuat klien lebih

memahami tentang penyakitnya

3.      Suplemen kalsium ssering

mengakibatkan nyeri lambung

dan distensi abdomen maka

klien sebaiknya mengkonsumsi

kalsium bersama makanan

Page 43: Askep Osteoporosis.docx

untuk mengurangi terjadinya

efek samping tersebut dan

memperhatikan asupan cairan

yang memadai untuk

menurunkan resiko

pembentukan batu ginjal

G.    Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan

1.      Penatalaksanaan Medis

A.    Pengobatan

1.      Meningkatkan pembentukan tulang, obat-obatan yg dapat meningkatkan pembentukan tulan

adalah Na-fluorida dan steroid anabolik

2.      Menghambat resobsi tulang, obat-obatan yang dapat mengahambat resorbsi tulang adalah

kalsium, kalsitonin, estrogen dan difosfonat.

B.     Pencegahan

Pencegahan sebaiknya dilakukan pada usia pertumbuhan/dewasa muda, hal ini bertujuan:

1.      Mencapai massa tulang dewasa Proses konsolidasi) yang optimal

2.      Mengatur makanan dan life style yg menjadi seseorang tetap bugar seperti:

a.       Diet mengandung tinggi kalsium (1000 mg/hari)

b.      Latihan teratur setiap hari

c.       Hindari :

1.      Makanan tinggi protein

2.      Minum alkohol

3.      Merokok

Page 44: Askep Osteoporosis.docx

4.      Minum kopi

5.      Minum antasida yang mengandung aluminium

2.      Penatalaksanaan keperawatan

a.       Membantu klien mengatasi nyeri.

b.      Membantu klien dalam mobilitas.

c.       Memberikan informasi tentang penyakit yang diderita kepada klien.

d.      Memfasilitasikan klien dalam beraktivitas agar tidak terjadi cedera.

BAB III

KASUS

 

 

A.    Uraian Kasus

Ny. S umur 58 tahun datang ke RSUD AA Pekanbaru dengan keluhan ngilu pada sendi yang

seringdirasakannya sejak 3 bulan yang lalu, rasa ngilu itu sudah dirasakan sejak beberapa tahun

yang lalu, namun Ny. S tidak memperdulikannya. Ketika memeriksakan diri ke dokter Ny. S

dianjurkan untuk tes darah dan rongent kaki. Hasil rongent  menunjukkan bahwa Ny. S

menderita osteoporosis diperkuat lagi dengan hasil BMD T-score -3. Klien mengalami

menopause sejak 6 tahun yang lalu. Menurut klien dirinya tidak suka minum susu sejak usia

muda dan tidak menyukai makanan laut. Klien beranggapan bahwa keluhan yang dirasakannya

karena usianya yang bertambah tua. Riwayat kesehatan sebelumnya diketahui bahwa klien tidak

pernah mengalami penyakit seperti DM dan hipertensi dan tidak pernah dirawat di RS. Pola

aktifitas diketahui klien banyak beraktifitas duduk karena dulu dirinya bekerja sebagai staf

administrasi dan tidak suka olahraga karena tidak sempat. Riwayat penggunaan KB hormonal

dengan metode pil. Pemeriksaan TB 165 cm, BB 76 kg (BB sebelumnya 78 kg).

B.     Pengkajian

Page 45: Askep Osteoporosis.docx

1.      Data demografi

Nama : Ny. S

Umur : 58 Tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Pekerjaan : IRT

2.      Riwayat Penyakit Sekarang

Ny. S umur 58 tahun datang dengan keluhan ngilu pada sendi yang seringdirasakannya

sejak 3 bulan yang lalu, rasa ngilu itu sudah dirasakan sejak beberapa tahun yang lalu, namun

Ny. S tidak memperdulikannya.

3.      Pemeriksaan Fisik

a.       Inspeksi

Klien terlihat bungkuk (kifosis), penurunan berat badan, perubahan gaya berjalan.

b.      Palpasi

Klien merasakan nyeri saat dilakukan palpasi pada area punggung.

4.      Riwayat Psikososial

Klien cemas untuk melakukan aktivitas-aktivitas yang berat.

5.      Hasil pemeriksaan laboratorium

BMD T-score -3

C.    Analisa Data

Data Subjektif Data Objektif Masalah

keperawatan

1.Klien mengatakan ngilu 1.   Klien mengalami Nyeri

Page 46: Askep Osteoporosis.docx

di bagian sendi sejak

beberapa tahun lalu,

namun Ny. S tidak

mempedulikannya.

Sejak kurang lebih tiga

bulan yang lalu, ngilu di

tubuhnya tak kunjung

hilang

2.Klien mengatakan

banyak beraktifitas

duduk karena dulu

dirinya bekerja sebagai

staf administrasi dan

3.Klien mengatakan tidak

suka olahraga karena

tidak sempat.

4.Klien mengatakan

terasa sakit pada sendi

ketika berjalan

5.Klien mengatakan

aktivitas sehari-hari

terhambat

6.Skala nyeri 7

menopause sejak 6 tahun

yang lalu.

2.   Riwayat penggunaan

KB hormonal dengan

metode pil.

3.   Wajah klien terlihat

meringis.

4.   Sering terlihat

memegang area yang

sakit

1.Klien mengatakan ngilu

di bagian sendi sejak

beberapa tahun lalu,

namun Ny. S tidak

mempedulikannya.

1.   Ny. S umur 58 tahun

2.   Hasil rongent 

menunjukkan bahwa Ny.

S menderita osteoporosis.

Mobilitas fisik

Page 47: Askep Osteoporosis.docx

Sejak kurang lebih tiga

bulan yang lalu, ngilu di

tubuhnya tak kunjung

hilang.

2.Klien mengatakan

banyak beraktifitas

duduk karena dulu

dirinya bekerja sebagai

staf administrasi dan

tidak suka olahraga

karena tidak sempat.

3.Klien mengatakan

terasa sakit pada sendi

ketika berjalan.

4.Klien mengatakan

aktivitas sehari-hari

terhambat

3.   Hasil BMD T-score -3.

4.   Hasil darah lengkap

dalam.

5.   Pemeriksaan TB 165

cm, BB 76 kg.

6.   Kifosis

1.Klien mengatakan

merasakan ngilu saat

beraktivitas yang berat.

1.   Klien terlihat sangat

berhati-hati berjalan.

2.   Klien terlihat kifosis

( bungkuk)

3.   Hasil rongent 

menunjukkan bahwa Ny.

S menderita osteoporosis

4.   Hasil BMD T-score -3.

Resiko cedera

1.Klien mengatakan ngilu

di bagian sendi sejak

beberapa tahun lalu,

namun Ny. S tidak

1.   Ny. S umur 58 tahun

2.   Riwayat kesehatan

sebelumnya diketahui

Kurang

pengetahuan

Page 48: Askep Osteoporosis.docx

mempedulikannya.

Sejak kurang lebih tiga

bulan yang lalu, ngilu di

tubuhnya tak kunjung

hilang

2.Klien mengatakan

dirinya tidak suka

minum susu sejak usia

muda dan tidak

menyukai makanan

laut.

3.Klien beranggapan

bahwa keluhan yang

dirasakannya karena

usianya yang bertambah

tua.

4.Klien mengatakan

banyak beraktifitas

duduk karena dulu

dirinya bekerja sebagai

staf administrasi dan

tidak suka olahraga

karena tidak sempat.

bahwa klien tidak pernah

mengalami penyakit

seperti DM dan

hipertensi dan tidak

pernah dirawat di RS.

3.   Riwayat penggunaan

KB hormonal dengan

metode pil.

4.   Pendidikan Terakhir

Klien SMA

D.    WOC ( Web Of Caution )

E.     Intervensi Keperawatan

Page 49: Askep Osteoporosis.docx

Diagnosa

Keperawatan

Etiologi Intervensi

Keperawatan

Rasionalisasi

Nyeri

berhubungan

dengan dampak

sekunder dari

fraktur, spasme

otot, deformitas

tulang

Penurunan massa

tulang /

osteoporosis

 

Fraktur vertebra

 

Deformitas

Vertebra

 

Teregangnya

ligamentum dan

otot/ spasme otot

 

Nyeri

4.      Pantau tingkat

nyeri pada

punggung, nyeri

terlokalisasi atau

menyebar pada

abdomen atau

pinggang.

5.      Ajarkan pada

klien tentang

alternative lain

untuk mengatasi

dan mengurangi

rasa nyerinya.

6.      Kaji obat-obatan

untuk mengatasi

nyeri.

5.      Rencanakan

pada klien tentang

periode istirahat

adekuat dengan

berbaring dalam

posisi telentang

selama kurang

lebih 15 menit

5.      tulang dalam

peningkatan

jumlah trabekular,

pembatasan gerak

spinal.

6.      Alternatif lain

untuk mengatasi

nyeri, pengaturan

posisi, kompres

hangat dan

sebagainya.

7.      Keyakinan klien

tidak dapat

menoleransi obat

yang adekuat atau

tidak adekuat

untuk mengatasi

nyerinya.

8.      Kelelahan dan

keletihan dapat

menurunkan

minat untuk

aktivitas sehari-

hari.

Hambatan

mobilitas fisik

berhubungan

Penurunan massa

tulang /

2.      Kaji tingkat

kemampuan klien

1.      Dasar untuk

memberikan

alternative dan

Page 50: Askep Osteoporosis.docx

dengan disfungsi

sekunder akibat

perubahan skeletal

(kifosis), nyeri

sekunder atau

fraktur baru.

osteoporosis

 

Fraktur vertebra

 

Deformitas

Vertebra

 

Bungkuk

 

Hambatan

mobilitas fisik

yang masih ada.

3.      Rencanakan

tentang pemberian

program latihan:

         Bantu klien

jika diperlukan

latihan

         Ajarkan klien

tentang aktivitas

hidup sehari hari

yang dapat

dikerjakan

         Ajarkan

pentingnya latihan.

5.      Bantu kebutuhan

untuk beradaptasi

dan melakukan

aktivitas hidup

sehari hari,

rencana okupasi .

6.      Peningkatan

latihan fisik secara

adekuat:

         dorong latihan

dan hindari

tekanan pada

tulang seperti

berjalan

latihan gerak

yang sesuai

dengan

kemapuannya.

2.      Latihan akan

meningkatkan

pergerakan otot

dan stimulasi

sirkulasi darah

         Aktifitas

hidup sehari-hari

secara mandiri

         Dengan

latihan fisik:

         Masa otot

lebih besar

sehingga

memberikan

perlindungan

pada osteoporosis

         Program

latihan

merangsang

pembentukan

tulang

         Gerakan

menimbulkan

kompresi vertical

dan fraktur

vertebra.

Page 51: Askep Osteoporosis.docx

         instruksikan

klien untuk latihan

selama kurang

lebih 30menit dan

selingi dengan

istirahat dengan

berbaring selama

15 menit

         hindari latihan

fleksi,

membungkuk

tiba– tiba,dan

penangkatan beban

berat

Risiko cedera

berhubungan

dengan dampak

sekunder

perubahan skeletal

dan

ketidakseimbangan

tubuh.

Penurunan massa

tulang/osteoporosi

s

Resiko cedera

2.      Ciptakan

lingkungan yang

bebas dari bahaya:

         Tempatkan

klien pada tempat

tidur rendah.

         Amati lantai

yang

membahayakan

klien.

         Berikan

penerangan yang

cukup

         Tempatkan

2.      Menciptakan

lingkungan yang

aman dan

mengurangi risiko

terjadinya

kecelakaan.

3.      Ambulasi yang

dilakukan

tergesa-gesa

dapat

menyebabkan

mudah jatuh.

6.      Penarikan yang

terlalu keras akan

menyebabkan

Page 52: Askep Osteoporosis.docx

klien pada ruangan

yang tertutup dan

mudah untuk

diobservasi.

         Ajarkan klien

tentang pentingnya

menggunakan alat

pengaman di

ruangan.

3.      Berikan

dukungan

ambulasi sesuai

dengan kebutuhan:

         Kaji kebutuhan

untuk berjalan.

         Konsultasi

dengan ahli

therapist.

         Ajarkan klien

untuk meminta

bantuan bila

diperlukan.

         Ajarkan klien

untuk berjalan dan

keluar ruangan.

5.      Bantu klien

untuk melakukan

aktivitas hidup

terjadinya fraktur.

7.      Pergerakan

yang cepat akan

lebih

memudahkan

terjadinya fraktur

kompresi vertebra

pada klien

osteoporosis.

8.      Diet kalsium

dibutuhkan untuk

mempertahankan

kalsium serum,

mencegah

bertambahnya

kehilangan

tulang. Kelebihan

kafein akan

meningkatkan

kalsium dalam

urine. Alcohol

akan

meningkatkan

asidosis yang

meningkatkan

resorpsi tulang

8.      Rokok dapat

meningkatkan

terjadinya

Page 53: Askep Osteoporosis.docx

sehari-hari secara

hati-hati.

6.      Ajarkan pada

klien untuk

berhenti secara

perlahan, tidak

naik tanggga, dan

mengangkat beban

berat.

8.      Ajarkan

pentingnya diet

untuk mencegah

osteoporosis:

         Rujuk klien

pada ahli gizi

         Ajarkan diet

yang mengandung

banyak kalsium

         Ajarkan klien

untuk mengurangi

atau berhenti

menggunakan

rokok atau kopi

9.      Ajarkan tentang

efek rokok

terhadap

pemulihan tulang

asidosis.

9.      Obat-obatan

seperti diuretic,

fenotiazin dapat

menyebabkan

pusing,

megantuk, dan

lemah yang

merupakan

predisposisi klien

untuk jatuh.

Page 54: Askep Osteoporosis.docx

10.  Observasi efek

samping obat-

obatan yang

digunakan

Kurang

pengetahuan

mengenai proses

osteoporosis dan

program terapi

yang berhubungan

dengan kurang

informasi, salah

persepsi ditandai

dengan klien

mengatakan

kurang ,mengerti

tentang

penyakitnya, klien

tampak gelisah

Postmenopause, usia lanjut

 

Penurunan hormon inhibitor osteoclast

(estrogen, kalsitonin)

 

Penigkatan osteoclast

 

Penurunan massa

tulang/osteoporosi

s

Kurang

pengetahuan

4.      Kaji ulang

proses penyakit

dan harapan yang

akan datang

4.      Ajarkan pada

klien tentang

faktor-faktor yang

mempengaruhi

terjadinya

osteoporosis

5.      Berikan

pendidikan kepada

klien mengenai

efek samping

penggunaan obat

2.      Memberikan

dasar

pengetahuan

dimana klien

dapat membuat

pilihan

berdasarkan

informasi.

5.      Informasi yang

diberikan akan

membuat klien

lebih memahami

tentang

penyakitnya

6.      Suplemen

kalsium ssering

mengakibatkan

nyeri lambung

dan distensi

abdomen maka

klien sebaiknya

mengkonsumsi

kalsium bersama

makanan untuk

mengurangi

terjadinya efek

samping tersebut

Page 55: Askep Osteoporosis.docx

dan

memperhatikan

asupan cairan

yang memadai

untuk

menurunkan

resiko

pembentukan

batu ginjal

F.     Healt Education

1.      Anjurkan pasien untuk melakukan aktivitas fisik yang teratur untuk memelihara kekuatan,

kelenturan, dan koordinasi sistem neuromuskular serta kebugaran, sehingga dapat mencegah

risiko terjatuh. Berbagai latihan yang dapat dilakukan meliputi berjalan 30 – 60 menit/hari.

2.      Anjurkan pasien untuk menjaga asupan kalsium 1000 – 1500 mg/hari, baik melalui makanan

sehari-hari maupun suplementasi.

3.      Hindari mengangkat barang-barang yang berat pada pasien yang sudah pasti osteoporosis.

4.      Hindari berbagai hal yang dapat menyebabkan pasien terjatuh, misalnya lantai yang licin, obat-

obatan sedatif, dan obat anti hipertensi yang dapat menyebabkan hipotensi orthostatik.

5.      Hindari defisiensi vitamin D, terutama pada pasien yang kurang terpajan sinar matahari atau

pasien dengan fotosensitifitas, misalnya SLE. Jika diduga ada defisiensi vitamin D, maka kadar

25(OH)D serum harus diperiksa. Bila 25(OH)D serum menurun, maka suplementasi vitamin D

400 IU/hari atau 800 IU/hari pada orangtua harus diberikan. Pada pasien dengan gagal ginjal,

suplementasi 1,25(OH)2D harus dipertimbangkan.

6.      Hindari peningkatan ekskresi kalsium lewat ginjal dengan membatasi asupan nutrisi sampai

3gram/hari untuk meningkatkan reabsorpsi kalsium di tubulus ginjal. Bila ekskresi kalsium urin

> 300mg/hari, berikan diuretik tiazid dosis rendah (HCT 25 mg/hari).

Page 56: Askep Osteoporosis.docx

7.      Pada pasien yang memerlukan glukokortikoid dosis tinggi dan jangka panjang, usahakan

pemberian glukokortikoid pada dosis serendah mungkin dan sesingkat mungkin.

8.      Pada pasien arthritis reumatiod dan arthritis inflamasi lainnya, sangat penting mengatasi

aktivitas penyakitnya, karena hal ini akan mengurangi nyeri dan penurunan densitas massa

tulang akibat arthritis inflamasi yang aktif.

9.      Informasikan pemberian terapi estrogen. Pemberian estrogen oral, transdermal atau implan

kesemuanya dapat meningkatkan densitas tulang secara bermakna dan secara epidemiologik

dibuktikan bahwa terapi ini menurunkan angka kejadian patah tulang oleh karena osteoporosis

pada panggul dan tulang punggung.

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

 

 

 

A.    Kesimpulan

Osteoporosis adalah penyakit tulamg sisitemik yang ditandai oleh penurunan mikroarsitektur

tulang sehingga tulang menjadi rapuh dan mudah patah.

Osteoporosis dibagi 2 kelompok, yaitu :

1.      Osteoporosis Primer

Osteoporosis primer berhubungan dengan kelainan pada tulang, yang menyebabkan

peningkatan proses resorpsi di tulang trabekula sehingga meningkatkan resiko fraktur vertebra

dan Colles. Pada usia decade awal pasca menopause, wanita lebih sering terkena dari pada pria

dengan perbandingan 68:1 pada usia rata-rata 53-57 tahun.

Page 57: Askep Osteoporosis.docx

2.   Osteoporosis Sekunder

Osteoporosis sekunder disebabkan oleh penyakit atau sebab lain diluar tulang

B.     Saran

Untuk meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan maka penulis memberikan saran-

saran sebagai berikut :

1.         Pada pengkajian perawat perlu melakukan pengkajian dengan teliti melihat kondisi klien serta

senantiasa mengembangkan teknik terapeutik dalam berkomunikasi dengan klien.

2.         Agar dapat memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas meningkatkan pengetahuan dan

keterampilan serta sikap profesional dalam menetapkan diagnosa keperawatan.

DAFTAR PUSTAKA

Tandra, H, 2009. Segala Sesuatu Yang Harus Anda Ketahui Tentang Osteoporosis Mengenal, Mengatasi

dan Mencegah Tulang Keropos. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.

Lukman & Nurna Ningsih.2009. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem

Muskolokeletal. Jakarta : Salemba Medika.

Sudoyo, Aru dkk. 2009. Buku Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 3 Edisi 5. Jakarta : Internal Publishing.

Lippincott dkk. 2011. Nursing Memahami Berbagai Macam Penyakit. Jakarta : PT Indeks.

Junaidi, I, 2007. Osteoporosis - Seri Kesehatan Populer. Cetakan Kedua, Penerbit PT Bhuana Ilmu

Populer.

Suryati, A, Nuraini, S. 2006. Faktor Spesifik Penyebab Penyakit Osteoporosis Pada Sekelompok

Osteoporosis Di RSIJ, 2005. Jurnal Kedokteran dan Kesehatan, Vol.2, No.2, Juli 2006:107-126.

Hinchliff, S.1999. Kamus Keperawatan. Jakarta : EGC