Askep Osteomielitis

download Askep Osteomielitis

of 13

description

osteomielitis

Transcript of Askep Osteomielitis

BAB IITINJAUAN TEORI

PengertianOsteomielitis adalah infeksi tulang. Infeksi tulang lebih sulit disembuhkan daripada infeksi jaringan lunak karena terbatasnya asupan darah, respons jaringan terhadap inflamasi, tingginya tekanan jaringan dan pembentukan involukrum (pembentukan tulang baru di sekeliling jaringan tulang mati). Osteomielitis dapat menjadi masalah kronis yang akan mempengaruhi kualitas hidup atau mengakibatkan kehilangan ekstremitas. (Brunner, suddarth. (2001).Osteomielitis adalah infeksi pada tulang dan sumsum tulang yang dapat disebabkan oleh bakteri, virus atau proses spesifik (Mansjoer, 2000).Osteomielitis adalah infeksi akut tulang yang dapat terjadi karena penyebaran infeksi dari darah (osteomielitis hematogen) atau yang lebih sering, setelah kontaminasi fraktur terbuka atau reduksi (osteomielitis eksogen) (Corwin, 2001).Jadi Osteomielitis adalah infeksi tulang yang biasanya disebabkan oleh bakteri, tetapi kadang-kadang disebabkan oleh jamur.

EtiologiPenyebab dari osteomielitis sebagai berikut :1. Staphylococcus aureus hemolitukus (koagulasi positif) sebanyak 90% dan jarang oleh streptococcus hemolitikus.2. Haemophylus influenzae (50%) pada anak-anak dibawah umur 4 tahun. Organisme yang lain seperti : Bakteri colli, Salmonella thyposa dan sebagainya.Tulang, yang biasanya terlindung dengan baik dari infeksi, bisa mengalami infeksi melalui 3 cara:1. Aliran darahAliran darah bisa membawa suatu infeksi dari bagian tubuh yang lain ke tulang. Infeksi biasanya terjadi di ujung tulang tungkai dan lengan (pada anak-anak) dan di tulang belakang (pada dewasa). Orang yang menjalani dialisa ginjal dan penyalahguna obat suntik ilegal, rentan terhadap infeksi tulang belakang (osteomielitis vertebral). Infeksi juga bisa terjadi jika sepotong logam telah ditempelkan pada tulang, seperti yang terjadi pada perbaikan panggul atau patah tulang lainnya.2. Penyebaran langsungOrganisme bisa memasuki tulang secara langsung melalui patah tulang terbuka, selama pembedahan tulang atau dari benda yang tercemar yang menembus tulang. Infeksi ada sendi buatan, biasanya didapat selama pembedahan dan bisa menyebar ke tulang di dekatnya.3. Infeksi dari jaringan lunak di dekatnya.Infeksi pada jaringan lunak di sekitar tulang bisa menyebar ke tulang setelah beberapa hari atau minggu. Infeksi jaringan lunak bisa timbul di daerah yang mengalami kerusakan karena cedera, terapi penyinaran atau kanker, atau ulkus di kulit yang disebabkan oleh jeleknya pasokan darah atau diabetes (kencing manis). Suatu infeksi pada sinus, rahang atau gigi, bisa menyebar ke tulang tengkorak.

PatofisiologiStaphylococcus aureus merupakan penyebab 70% sampai 80% infeksi tulang. Organisme patogenik lainnya yang sering dijumpai pada Osteomielitis meliputi : Proteus, Pseudomonas, dan Escerichia Coli. Terdapat peningkatan insiden infeksi resistensi penisilin, nosokomial, gram negative dan anaerobik.Awitan Osteomielitis stelah pembedahan ortopedi dapat terjadi dalam 3 bulan pertama (akut fulminan stadium 1) dan sering berhubngan dengan penumpukan hematoma atau infeksi superficial. Infeksi awitan lambat (stadium 2) terjadi antara 4 sampai 24 bulan setelah pembedahan. Osteomielitis awitan lama (stadium 3) biasanya akibat penyebaran hematogen dan terjadi 2 tahun atau lebih setelah pembedahan.Respon inisial terhadap infeksi adalah salah satu dari inflamasi, peningkatan vaskularisasi, dan edema. Setelah 2 atau 3 hari, trombisis pada pembuluh darah terjadi pada tempat tersebut, mengakibatkan iskemia dan nefrosis tulang sehubungan dengan penigkatan tekanan jaringan dan medula. Infeksi kemudian berkembang ke kavitas medularis dan ke bawah periosteum dan dapat menyebar ke jaringan lunak atau sendi di sekitarnya. Kecuali bila proses infeksi dapat dikontrol awal, kemudian akan membentuk abses tulang.Pada perjalanan alamiahnya, abses dapat keluar spontan namun yang lebih sering harus dilakukan insisi dan drainase oleh ahli bedah. Abses yang terbentuk dalam dindingnya terbentuk daerah jaringan mati (sequestrum) tidak mudah mencari dan mengalir keluar. Rongga tidak dapat mengempis dan menyembuh, seperti yang terjadi pada jaringan lunak. Terjadi pertumbuhan tulang baru (involukrum) dan mengelilingi sequestrum. Jadi meskipun tampak terjadi proses penyembuhan, namun sequestrum infeksius kronis yang ada tetap rentan mengeluarkan abses kambuhan sepanjang hidup pasien. Dinamakan osteomielitis tipe kronis.

PATHWAY

Faktor Predisposisi: Usia, virulensi kuman, riwayat trauma, nutrisi, dan lokasi infeksi

Pembentukan pus, nekrosis jaringanPeningkatan tekanan jaringan tulang dan medulaKeterbatasan pergerakanProses inflamasi secara umumProses inflamasi: hyperemia, pembengkakan, gangguan fungsi, pembentukan pus, dan kerusakan integritas jaringanFagositosisOsteomilitisInvasi kuman ke tulang dan sendiKerusakan pembuluh darah dan adanya port de entreeMasuk ke juksta epifisis tulang panjangFraktur terbukaInvasi mikroorganisme dari tempat lain yang beredar melalui sirkulasi darah

Iskemia dan nekrosis tulangPenurunan kemampuan pergerakanDeam, malaise, penurunan nafsu makan, penurunan kemampuan tonus otot

Komplikasi infeksiPenyebaran infeksi ke organ penting

Hambatan mobilitas fisik

Pembentukan abses tulang

Septikemia

Defisit perawatan diri

Involucrum (pertumbuhan tulang baru), pengeluaran pus dari lukaNyeri

Kelemahan fisikKetidakseimbang-an nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Tirah baring lama penekanan lokal

Kerusakan intregitas kulit

Klasifikasi1. Osteomielitis hematogen akutMerupakan infeksi tulang dan sumsum tulang akut yang disebabkan oleh bakteri piogen yang mikroorganismenya berasal dari focus di tempat lain dan beredar melalui sirkulasi darah. Kelainan ini sering ditemukan pada anak-anak dan sangat jarang pada orang dewasa. Diagnosis yang dini sangat penting, karena prognosis bergantung pada pengobatan yang tepat dan segera.2. Osteomielitis akibat fraktur terbukaMerupakan osteomielitis yang paling sering ditemukan pada orang dewasa. Terjadi kerusakan pembuluh darah, edema, hematoma, dan hubungan antar fraktur dengan dunia luar sehingga pada fraktur terbuka pada umumnya terjadi infeksi. Osteomielitis akibat fraktur terutama disebabkan oleh Staphylococcus aureus, B. coli, Pseudomonas, dan kadang-kadang oleh bakteri anaerob seperti Clostridium, Streptococcus anaerobic, atau Bacteroides.3. Osteomielitis pacaoperasiYang paling ditakuti adalah osteomielitis setelah operasi artroplasti. Pada keadaan ini, pencegahan osteomielitis lebih penting daripada pengobatan. Perawat instrument operasi sangat berperan dalam menjaga kesterilan dari sirkulasi instrument operasi.4. Osteomielitis hematogen sub-akutBiasanya ditemukan pada anak-anak dan remaja. 5. Osteomielitis sclerosing atau osteomilitis GarreAdalah suatu osteomielitis sub-akut dan terdapat kavitas yang dikelilingi oleh jaringan sklerotik pada daerah metafisi dan diafisis tulang panjang. Klien biasanya remaja dan orang dewasa, terdapat nyeri dan mungkin sedikit pembengkakan pada tulang.6. Osteomielitis kronisUmunya lanjutan dari osteomielitis akut yang tidak terdiagnosis atau tidak diobati dengan baik. Osteomielitis kronis juga dapat terjadi setelah fraktur terbuka atau setelah operasi pada tulang. Bakteri penyebab osteomielitis kronis terutama adalah Staphylococcus aureus, E. coli, Proteus, Pseudomonas. Staphylococcus epidermidis merupakan penyebab utama osteomielitis kronis pada operasi orthopedi yang menggunakan implant. Infeksi tulang dapat menyebabkan terjadinya sekusetrum yang menghambat terjadinya resolusi dan penyembuhan spontan yang normal pada tulang.

ManifestasiGambaran klinis osteomielitis tergantung dari stadium patogenesis dari penyakit, dapat berkembang secara progresif atau cepat.Pada anak-anak, infeksi tulang yang didapat melalui aliran darah, menyebabkan demam dan kadang-kadang di kemudian hari, menyebabkan nyeri pada tulang yang terinfeksi. Daerah diatas tulang bisa mengalami luka dan membengkak, dan pergerakan akan menimbulkan nyeri. Infeksi tulang belakang biasanya timbul secara bertahap, menyebabkan nyeri punggung dan nyeri tumpul jika disentuh. Nyeri akan memburuk bila penderita bergerak dan tidak berkurang dengan istirahat, pemanasan atau minum obat pereda nyeri. Demam, yang merupakan tanda suatu infeksi, sering tidak terjadi.Infeksi tulang yang disebabkan oleh infeksi jaringan lunak di dekatnya atau yang berasal dari penyebaran langsung, menyebabkan nyeri dan pembengkakan di daerah diatas tulang, dan abses bisa terbentuk di jaringan sekitarnya. Infeksi ini tidak menyebabkan demam, dan pemeriksaan darah menunjukkan hasil yang normal. Penderita yang mengalami infeksi pada sendi buatan atau anggota gerak, biasanya memiliki nyeri yang menetap di daerah tersebut.Jika suatu infeksi tulang tidak berhasil diobati, bisa terjadi osteomielitis menahun (osteomielitis kronis). Kadang-kadang infeksi ini tidak terdeteksi selama bertahun-tahun dan tidak menimbulkan gejala selama beberapa bulan atau beberapa tahun. Osteomielitis menahun sering menyebabkan nyeri tulang, infeksi jaringan lunak diatas tulang yang berulang dan pengeluaran nanah yang menetap atau hilang timbul dari kulit. Pengeluaran nanah terjadi jika nanah dari tulang yang terinfeksi menembus permukaan kulit dan suatu saluran (saluran sinus) terbentuk dari tulang menuju kulit.

Pemeriksaan Penunjang1. Pemeriksaan darahSel darah putih meningkat sampai 30.000 L gr/dl disertai peningkatan laju endapan darah.2. Pemeriksaan titer antibodi anti staphylococcusPemeriksaan kultur darah untuk menentukan bakteri (50% positif) dan diikuti dengan uji sensitivitas.3. Pemeriksaan fesesPemeriksaan feses untuk kultur dilakukan apabila terdapat kecurigaan infeksi oleh bakteri Salmonella.

4. Pemeriksaan Biopsi tulangPemeriksaan ini dilakukan pada tempat yang dicurigai.5. Pemeriksaan ultra soundPemeriksaan ini dapat memperlihatkan adanya efusi pada sendi.6. Pemeriksaan radiologiPemeriksaan photo polos dalam 10 hari pertama tidak ditemukan kelainan radiologik, setelah dua minggu akan terlihat berupa refraksi tulang yang bersifat difus.

Penatalaksanaan1. Istirahat dan pemberian analgetik untuk menghilangkan nyeri2. Pemberian cairan intra vena dan kalau perlu tranfusi darah3. Istirahat local dengan bidai atau traksi4. Pemberian antibiotika secepatnya sesuai penyebab5. Drainase beda

Komplikasi1. Septikemia2. Infeksi yang bersifat metastatic.3. Artritis Supuratif4. Gangguan Pertumbuhan5. Osteomilitis Kronis

BAB IIIASUHAN KEPERAWATAN

Pengkajian1. Anamnesaa. Identifikasi klienTerdiri dari nama, jenis kelamin, usia, status perkawinan, agama, suku bangsa, pendidikan,bahasa yang digunakan, pekerjaan dan alamat.b. Riwayat kesehatan masa laluIdentifikasi adanya trauma tulang, fraktur terbuka,atau infeksi lainnya (bakteri pneumonia,sinusitis,kulit atau infeksi gigi dan infeksi saluran kemih) pada masa lalu. Tanyakan mengenai riwayat pembedahan tulang.c. Riwayat kesehatan sekarangApakah klien terdapat pembengkakan,adanya nyeri dan demam.d. Riwayat kesehatan keluargaAdakah dalam keluarga yang menderita penyakit keturunan.e. Riwayat psikososialAdakah ditemukan depresi, marah ataupun stress.f. Kebiasaan sehari-hari1) Pola nutrisi: anoreksia, mual, muntah.2) Pola eliminasi: adakah retensi urin dan konstipasi.3) Pola aktivitas: pola kebiasaan

2. Pemeriksaan fisika. Kaji gejala akut seperti nyeri lokal, pembengkakan, eritema, demam dan keluarnya pus dari sinus disertai nyeri.b. Kaji adanya faktor resiko (misalnya lansia, diabetes, terapi kortikosteroid jangka panjang) dan cedera, infeksi atau bedah ortopedi sebelumnya.c. Identifikasi adanya kelemahan umum akibat reaksi sistemik infeksi. (pada osteomielitis akut)d. Observasi adanya daerah inflamasi, pembengkakan nyata, dan adanya cairan purulen.e. Identisikasi peningkatan suhu tubuhf. Area sekitar tulang yang terinfeksi menjadi bengkak dan terasa lembek bila di palpasi.

Diagnosa Keperawatan1. Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan pembengkakan2. Gangguan mobilisasi fisik berhubungan dengan nyeri, alat imobilisasi dan keterbatasan menahan beban berat badan3. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi4. Gangguan intergritas kulit berhubungan dengan efek pembedahan, imobilisasi.5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan nafsu makan.

Intervensi1. Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan pembengkakanTujuan :Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan nyeridan ketidaknyamanan berkurang, serta tidak terjadi kekambuhan nyeri.Kriteria Hasil :a. Tidak terjadi nyerib. Napsu makan menjadi normalc. Ekspresi wajah rileksIntervensi :a. Mengkaji karakteris- tik nyeri : lokasi, durasi, intensitas nyeri dengan meng- gunakan skala nyeri (0-10)Rasional : Untuk mengetahui tingkat rasa nyeri sehingga dapat me- nentukan jenis tindak annyab. Mempertahankan imobilisasi (back slab)Rasional : Mencegah pergeseran tulang dan penekanan pada jaringan yang luka.c. Ajarkan metode distraksi selama nyeriRasional : Mengalihkan perhatian klien terhadap nyeri ke hal-hal yang menyenangkan.d. Pemberian analgesicRasional : Analgetik memblok lintasan nyeri sehingga nyeri akan berkurang.

2. Gangguan mobilisasi fisik berhubungan dengan nyeri, alat imobilisasi dan keterbatasan menahan beban berat badan.Tujuan : Gangguan mobilitas fisik dapat berkurang setelah dilakukan tindakan keperawatanKriteria Hasil :a. Meningkatkan mobilitas pada tingkat paling tinggi yang mungkinb. Mempertahankan posisi fungsionalc. Meningkatkan / fungsi yang sakitd. Menunjukkna teknik mampu melakukan aktivitasIntervensi :a. Pertahankan tirah baring dalam posisi yang di programkanRasional : Agar gangguan mobilitas fisik dapat berkurangb. Tinggikan ekstremitas yang sakit, instruksikan klien / bantu dalam latihan rentang gerak pada ekstremitas yang sakit dan tak sakitRasional : Dapat meringankan masalah gangguan mobilitas fisik yang dialami klienc. Beri penyanggah pada ekstremitas yang sakit pada saat bergerakRasional : Dapat meringankan masalah gangguan mobilitas yang dialami kliend. Ubah posisi secara periodicRasional : Mengurangi gangguan mobilitas fisike. Fisioterapi / aoakulasi terapiRasional : Mengurangi gangguan mobilitas fisik

3. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasiTujuan : Setelah dilakukan intervensi masalah keperawatan akan teratasi.Kriteria Evaluasi :a. Pasien tidak mengalami dehidrasi lebih lanjutb. Suhu tubuh normalc. Tidak merasa mual dan muntahd. Tidak ada perubahan warna kulitIntervensi : a. Observasi TTVb. Kaji suhu klien tiap 2 jamc. Beri kompres hangatd. Observasi warna kulit dan suhu kulite. Berikan antipiretik

4. Gangguan intergritas kulit berhubungan dengan efek pembedahan, imobilisasi.Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 2 x 24 jam diharapkan masalah gangguan infeksi kulit teratasi dan kembali dalam batas normal.Kriteria hasil :Klien tampak rileks dank lien menunjukan perilaku atau tekhnik untuk mencegah kerusakan kulit, memudahkan penyembuhan sesuai indikasi.Intervensi :a. Kaji kulit untuk luka terbuka, benda asing kemudian perdarahan dan perubahan warna kulitb. Pertahankan tempat tidur kering dan bebas kerutanc. Tempatkan bantalan air atau bantalan lain dibawah siku atau tumit sesuai indikasid. Perawatan, bersihkan kulit dengan sabun air, gosok perlahan dengan alcohol atau bedak dengan jumlah sedikit berate. Gunakan telapak tangan untuk memasang, mempertahankan atau lepaskan gips, dan dukung bantal setelah pemasangan

5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan nafsu makan.Tujuan : Pemenuhan kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi.Kriteria hasil : a. Muntah berkurang setelah dilakukan intervensi.Intervensi :a. Observasi frekuensi dan jumlah makanan yang dimuntahkan klien.Rasional : Mengetahui jumlah nutrisi yang akan diberikan kepada klien.b. Anjurkan klien untuk dilakukan infus.Rasional : Cairan infus dapat mengganti elektrolit yang keluar melalui muntah.c. Berikan makanan yang cepat dicerna oleh tubuh.Rasional : Makanan yang cepat dicerna dapat mengganti nutrisi yang keluat lewat muntah.d. Berikan informasi bahwa pentingnya makanan yang diintervensikan untuk dikonsumsi klien.Rasional : Klien mau mengonsumsi makanan yang diintervensikan.e. Kolaborasi pemberian obat muntah.Rasional : Untuk mengurangi jumlah dan frekuensi muntah klien.

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. (2002).Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8, Jakarta : EGCCorwin, Elizabeth J. 2001.Buku saku patofisiologi. Jakarta: EGC.Muttaqin, Arif. 2008.Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta: EGCMansjoer, Arif, 2000., Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculaapius FKUI, Jakarta