ASKEP MASTOIDITIS.docx

21
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mastoiditis terjadi sebagai komplikasi otitis media akut yang diobati secara tidak memadai dan merupakan perluasan infeksi ke dalam sistem sel udara mastoid yang berisi udara dengan osteoporosis hiperemik, nekrosis karena tekanan dinding-dinding sel tulang dan pembentukan empiema. Munculnya mastoiditis biasanya terjadi pada anak yang mengalami pemecahan membran timpani secara spontan selama otitis media dan yang kemudian mengalami nyeri telinga yang makin mendenyut dengan bertambahnya volume cairan purulen yang keluar dari telinga. Demam dapat berlangsung terus menerus meskipun telah mendapat antibiotik. Dari catatan medis di salah satu rumah sakit di Jakarta Pusat sepanjang Januari 2004 sampai Desember 2005 didapatkan 95 pasien dengan mastoiditis akut. Hanya pasien yang belum mendapatkan pengobatan baik topikal ataupun sistemik sekurangnya 5 hari terakhir yang dilakukan dalam penelitian. Angka kejadian mastoiditis rata-rata 27 tahun termuda 5 tahun dan tertua 70 tahun terbanyak antara 21-30 tahun (36,8%) terhadap kesamaan distribusi gender dalam penelitian ini (laki-laki 53,7% dan wanita 46,3%).(anonim, 2008) Mastoiditis dapat terjadi pada pasien-pasien imunosupresi atau mereka yang menelantarkan otitis media akut yang dideritanya. Penyakit ini agaknya berkaitan dengan virulensi dari

Transcript of ASKEP MASTOIDITIS.docx

Page 1: ASKEP MASTOIDITIS.docx

BAB I

PENDAHULUAN

 

1.1  Latar Belakang

Mastoiditis terjadi sebagai komplikasi otitis media akut yang diobati secara tidak

memadai dan merupakan perluasan infeksi ke dalam sistem sel udara mastoid yang berisi udara

dengan osteoporosis hiperemik, nekrosis karena tekanan dinding-dinding sel tulang dan

pembentukan empiema. Munculnya mastoiditis biasanya terjadi pada anak yang mengalami

pemecahan membran timpani secara spontan selama otitis media dan yang kemudian mengalami

nyeri telinga yang makin mendenyut dengan bertambahnya volume cairan purulen yang keluar

dari telinga. Demam dapat berlangsung terus menerus meskipun telah mendapat antibiotik.

Dari catatan medis di salah satu rumah sakit di Jakarta Pusat sepanjang Januari 2004 sampai

Desember 2005 didapatkan 95 pasien dengan mastoiditis akut. Hanya pasien yang belum

mendapatkan pengobatan baik topikal ataupun sistemik sekurangnya 5 hari terakhir yang

dilakukan dalam penelitian. Angka kejadian mastoiditis rata-rata 27 tahun termuda 5 tahun dan

tertua 70 tahun terbanyak antara 21-30 tahun (36,8%) terhadap kesamaan distribusi gender dalam

penelitian ini (laki-laki 53,7% dan wanita 46,3%).(anonim, 2008)

Mastoiditis dapat terjadi pada pasien-pasien imunosupresi atau mereka yang

menelantarkan otitis media akut yang dideritanya. Penyakit ini agaknya berkaitan dengan

virulensi dari organisme penyebab yang hampir sama dengan penyebab otitis media akut. Bila

tidak segera tertangani akan terjadi komplikasi serius seperti meningitis dan abses otot.

Kelompok mencoba memaparkan tentang konsep mastoiditis beserta asuhan keperawatannya

dengan harapan dapat berguna bagi mahasiswa maupun praktisi kesehatan sebagai salah satu

sumber referensi.

1.2  Rumusan Masalah

Apa konsep teori dari mastoiditis dan bagaimana proses keperawatan klien dengan

mastoiditis?

 

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Page 2: ASKEP MASTOIDITIS.docx

Menjelaskan tentang konsep dan asuhan keperawatan yang harus diberikan kepada klien dengan

mastoiditis.

1.3.2        Tujuan Khusus

1. Mahasiswa mampu memahami definisi dari mastoiditis

2. Mahasiswa mampu memahami etiologi dari mastoiditis

3. Mahasiswa mampu memahami Manifestasi klinis dari mastoiditis

4. Mahasiswa mampu memahami penatalaksanaan dari mastoiditis

5. Mahasiswa mampu memahami patofisiologi dari mastoiditis

6. Mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan dari mastoiditis, meliputi :

1. Pengkajian

2. Diagnosa keperawatan

3. Perencananaan Intervensi Keperawatan

4. WOC

1.4 Manfaat

Dengan adanya makalah ini, diharapkan mahasiswa mampu memahami asuhan

keperawatan pada klien dengan mastoiditis, serta mampu mengimplementasikannya dalam

proses keperawatan.

 

Page 3: ASKEP MASTOIDITIS.docx

BAB II

PEMBAHASAN

 

2.1 Definisi

Mastoiditis merupakan peradangan tulang mastoid, biasanya berasal dari kavum timpani.

Perluasan infeksi telinga bagian tengah yang berulang ulang dapat menyebabkan timbulnya

perubahan pada mastoid berupa penebalan mukosa dan terkumpulnya eksudat. Lama kelamaan

terjadi peradangan tulang (osteitis) dan pengumpulan eksudat/nanah yang makin banyak,yang

akhirnya mencari jalan keluar. Daerah yang lemah biasanya terletak di belakang telinga,

menyebabkan abses superiosteum ( Sumber, tahun)

2.2 Etiologi

Menurut Reeves (2001: 19) etiologi mastoiditis adalah:

1. Menyebarnya infeksi dari telinga bagian tengah, infeksi dan nanah mengumpul di sel-sel

udara mastoid

2. Mastoiditis dapat terjadi 2-3 minggu setelah otitis media akut

Menurut George (1997: 106) etiologi mastoiditis antara lain:

1. Klien imunosupresi atau orang yang menelantarkan otitis media akut yang dideritanya

2. Berkaitan dengan virulensi dari organisme penyebab otitis media akut 

yaitu streptococcus pnemonieae.

Bakteri penyebab lain  ialah Streptococcus hemolytikus (60%), Pneumococcus (30 %),

staphylococcus albus, Streptococcus  viridians, H. Influenza

2.3  Manifestasi Klinis

Menurut George (1997: 106) manifestasi klinis pada penderita mastoiditis antara lain:

1. Demam biasanya hilang dan timbul.

2. Nyeri cenderung menetap dan berdenyut, terletak di sekitar dan di dalam telinga, dan

mengalami nyeri tekan pada mastoid.

Page 4: ASKEP MASTOIDITIS.docx

3. Gangguan pendengaran sampai dengan kehilangan pendengaran.

4. Membran timpani menonjol berisi kulit yang telah rusak dan bahas sebaseus (lemak).

5. Dinding posterior kanalis menggantung.

6. Pembengkakan postaurikula.

7. Temuan radiologis yaitu adanya apasifikasi pada sel-sel udara mastoid oleh cairan dan

hilangnya trabukulasi normal sel-sel tersebut.

8. Keluarnya cairan yang melimpah melalui liang telinga dan berbau.

 

2.4  Patofisiologi

Mastoiditis umumnya disebabkan oleh Infeksi

oleh streptococcus (60%),pneumococcus (30%), staphylococcus aureus/albus, s. viridians, H.

influezae. Bakteri ini menyerang telinga bagian luar kemudian menjalar ke cavum tympani.

Cavum tympani mengalami peradangan.  Eksudat mulai terakumulasi. Kemudian infeksi

menjalar ke tulang mastoid, mastoid menjadi meradang. Peradangan mastoid ini bisa menjadi 4

macam yaitu jenis I yaitu mastoiditis disertai nanah dan jaringan granulasi, jenis II mastoiditis

dan kolesteatom, mastoiditis campuran (campuran jenis 1 dan 2), Mastoiditis yang sklerotik .

Bila mastoiditis ini terus berlanjut maka akumulasi eksudat dan nanah semakin meningkat,

kemudian dapat menimbulkan edema dan ulserasi dibeberapa tempat. Akibat selanjutnya eksudat

dan nanah menekan pembuluh darah dan penekanan ini menyebabkan nekrosis dan granulasi

ruang abses. Tulang bagian dalam juga bisa mengalami peradangan (osteitis).  Peningkatan

akumulasi eksudat di telinga bagian dalam. Eksudat bercampur nanah mencoba mencari jalan

keluar. Komplikasi selanjutnya  abses subperiosteum.

 

2.5  Penatalaksanaan

Terapi

Harus segera dilakukan, dan pemberian antibiotik secara IV dan per oral dalam dosis

besar, karena organisme penyebabnya mungkin Streptococcus β-hemoliticus atau Pneumococcus.

H .influenza. Tetapi harus juga sesuai  dengan hasil test kultur dan hasil resistensi.

 

Pembedahan 

Page 5: ASKEP MASTOIDITIS.docx

Tindakan pembedahan untuk membuang jaringan yang terinfeksi diperlukan jika tidak

ada respon terhadap pengobatan antibiotik selama beberapa hari. Mastoidektomy radikal/total

yang sederhana atau yang dimodifikasi dengan tympanoplasty dilaksanakan untuk memu-lihkan

ossicles dan membran timpani sebagai suatu usaha untuk memulihkan pendengaran. Seluruh

jaringan yang terinfeksi harus dibuang sehingga infeksi tidak menyebar ke bagian yang lain. 

Beberapa komplikasi dapat timbul bila bahan yang terinfeksi belum dibuang semuanya atau

ketika ada kontaminasi dari struktu/bagian lain diluar mastoid dan telinga te-ngah. Komplikasi

mastoiditis meliputi kerusakan di abducens dan syaraf-syaraf kranial wajah (syaraf-syaraf kranial

VI dan VII), menurunnya kemampuan klien untuk melihat ke arah sam-ping/lateral (syaraf

kranial VI) dan menyebabkan mulut mencong, seolah-olah ke samping (syaraf kranial VII).

Komplikasi-komplikasi lain meliputi vertigo, meningitis, abses otak, otitis media purulen yang

kronis dan luka infeksi.

Mastoidektomi

1. Mastoidektomi Sederhana

Masteidoktomi sederhana adalah tindakan membuka kortek mastoid dari arah permukaan

luarnya, membuang jaringan patologis seperti pembusukan tulang atau jaringan lunak,

menemukan antrum dan membuka aditus ad-antrum bila tersumbat. Masteidoktomi simple yang

lengkap harus membuang seluruh sel-sel mastoid termasuk yang di sudut sino-dura, sel mastoid

di tegmen mastoid, dan sampai seluruh sel-sel mastoid di mastoid tip. Pada mastoidektomi

simple untuk OMSK, jarang sekali dibutuhkan  mastoidektomi simple lengkap, cukup hanya

membuang jaringan patologik dan membuka aditus ad antrum bila tersumbat, sedangkan sel

pneumatisasi mastoid yang masih utuh tidak perlu dibuang.

Dibedakan menjadi :

1. Operasi  pada jaringan lunak

Operasi pada jaringan lunak tergantung pendekatan yang akan dipakai, apakah enaural

atau retroartikuler.

1. Operasi pada bagian tulang

Page 6: ASKEP MASTOIDITIS.docx

Mastoidektomi simple adalah tindakan membuang seluruh sel-sel mastoid dengan tetap

memperetahankan keutuhan tulang dinding belakang liang telinga.

Mastoidektomi Superfisial

Patokan pada tahap ini adalah dinding belakang liang telinga, linea temporalis, spina

Henle, segitiga Mc.Ewen, prosesus mastoid.pada tahap ini mata bor yang dipakai adalah mata

bor yang paling besar. Sebelum pengeboran, permukaan tulang diirigasi lebih dahulu agar serbuk

tulang tidak bertebangan. Irigasi juga berguna untuk meredam panas yang ditimbulkan gesekan

mata bor dengan tulang.

Mastoidektomi dalam

Antrum Mastoid

Antrum mastoid adalah ruang di rongga mastoid yang harus dituju pada setiap

mastoidektomi karena ruangan ini berhubungan langsung dengan aditus ad antrum yang

menghubungkan rongga mastoid dengan kavum timpani. Dengan melanjutkan pengeboran

langsung di belakang liang telinga dengan menjaga dinding liang telinga tetap utuh tetapi tipis,

juga dengan melakukan pengeboran di rongga mastoid bertepatan dengan tegmen mastoid, maka

di sebelah dalam segitiga imajiner Mc.Ewen akan ditemukan antrum mastoid.

Aditus ad Antrum

Aditus ad antrum dapat ditemukan dengan menyusuri bagian anterior-superior pertemuan

dinding belakang liang telinga dengan tegmen mastoid.

Fosa Indikus

Fosa indikus paling mudah dicapai dengan mengebor bagian tulang prosesus zigomatikus

yang menutupi antrum.

2.   Mastoidektomi Radikal dan Timpanoplasti dinding runtuh

Timpanoplasti dinding runtuh (canal wall down tympanoplasty, modified radical

mastoidectomy, open method tympanoplasty) adalah modifikasi dari mastoidektomi radilkal.

Mastoidektomi radikal yang klasik adalah tindakan membuang seluruh sel-sel mastoid di rongga

mastoid, meruntuhkan dinding belakang liang telinga, pembersihan seluruh sel mastoid yang

Page 7: ASKEP MASTOIDITIS.docx

mempunyai drainage ke kavum timpani, yaitu pembersihan total sel-sel mastoid di sudut sino-

dura, di daerah segitiga Trautman. Mukosa kavum timpani juga dibuang seluruhnya, muara tuba

eustachius ditutup dengan tandur jaringan lunak. Maksud tindakan ini adalah untuk membuang

seluruh jaringan patologis dan meninggalkan kavitas operasi yang kering. Mukosa sel-sel

mastoid atau kavum timpani yang tertinggal akan meninggalkan kavitas operasi yang basah yang

rentan terhadap peradangan.

Pada timpanoplasti dinding runtuh, seperti pada mastoidektomi radikal, maka diusahakan

pembersihan total sel-sel mastoid. Bedanya adalah mukosa kavum timpani dan sisa tulang-tulang

pendengaran dipertahankan setelah proses patologis dibersihkan sebersih-bersihnya. Tuba

eustachius tetap dipertahankan, bahkan dibersihkan agar terbuka bila tertutup jaringan patologis.

Kemudian kavitas operasi ditutup dengan fasila m.temporalis baik berupa tandur (free fascia

graft) ataupun sebagai jabir fasia m.temporalis. Dilakukan juga rekonstruksi tulang-tulang

pendengaran.   

Perawatan Post Operasi

Rendaman antiseptik gauze (An Antiseptic-Soaked Gauze), seperti Iodoform gauze

(Nuga-uze), dibalut didalam kanal auditori. Apabila dilakukan insisi postauricular atau endaural,

dressing luar ditempatkan diatas tempat operasi. Dressing dijaga/dipertahankan kebersih-an dan

kekeringannya. Perawat menggunakan teknik steril ketika mengganti dressing. Klien tetap dalam

posisi datar dengan telinga diatas, pertahankan sedikitnya selama 12 jam post operasi. Terapi

antibiotik profilaksis digunakan untuk mencegah kekambuhan. Umumnya klien melaporkan

mengalami kemajuan setelah balutan pada kanal dilepaskan. Sampai saat itu, perawat

menggunakan teknik komunikasi khusus karena adanya gangguan pendengaran pada klien dan

melakukan percakapan langsung pada telinga yang tidak terganggu. Perawat melatih klien

mengenai perawatan post operasi 

 

2.6 Asuhan Keperawatan

      2.6.1 Pengkajian

1. Keluhan utama

Rasa nyeri di telinga.

Page 8: ASKEP MASTOIDITIS.docx

1. Riwayat kesehatan sekarang

Biasanya diawali adanya otitis media akut setelah 2-3 minggu tanpa penanganan yang

baik nanah dan infeksi menyebar ke sel udara mastoid. Dapat muncul atau keluar cairan yang

berbau dari telinga, timbul nyeri di telinga dan demam hilang timbul.

1. Riwayat kesehatan dahulu

Adanya otitis media kronik karena adanya episode berulang.

1. Pemeriksaan fisik

1. Suhu tubuh meningkat, denyut nadi meningkat (takikardi)

2. Kemerahan pada kompleks mastoid

3. Keluarnya cairan baik bening maupun berupa lendir dari telinga tengah

ke auditory canal

4. Matinya jaringan keras (tulang, tulang rawan)

5. Adanya abses (kumpulan jaringan mati dan nanah)

6. Proses peradangan yang tetap melebar ke bagian dan organ lain

7. Riwayat infeksi pada telinga tengah sebelumnya

 

1. Pemeriksaan Penunjang

2. Laboratorium

Spesimen dari sel mastoid diperoleh selama operasi dan myringotomy cairan. Specimen

tersebut  harus dikirim untuk kultur  kedua bakteri aerobik dan anaerobic, Gram staining, dan

asam-cepat staining.

b . CT Scan dan MRI

untuk mengetahui perubahan pada sel udara mastoid

c. Tympanocentesis dan myringotomy Myringotomy mungkin awalnya dilakukan, diikuti dengan

terapi antibiotik.

d. Culturing cairan telinga tengah sebelum antimicrobial therapy adalah keharusan.

Page 9: ASKEP MASTOIDITIS.docx

1. Review Of System pada klien Mastoiditis

1. B1 Breath              : -

2. B2 Blood               : sekresi nanah

3. B3 Brain                : pusing

4. B4 Bladder            : -

5. B5 Bowel              : mual

6. B6 Bone                : nyeri  pada tulang mastoid

2.6.2 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang dapat muncul pada mastoiditis antara lain:

1. Nyeri akut berhubungan dengan  peradangan pada tulang mastoid akibat infeksi

2. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi.

3. Perubahan  persepsi/ sensori auditoris berhubungan dengan kerusakan pendengaran.

4. Risiko infeksi berhubungan dengan kerusakan jaringan.

5. Resiko cedera berhubungan dengan bahaya lingkungan infeksi

6. Ansietas berhubungan dengan menghadapi prosedur bedah.

2.6.3        Intervensi

1. Nyeri akut berhubungan dengan  peradangan pada tulang mastoid akibat infeksi

Tujuan      : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam nyeri teratasi

Kriteria Hasil     a. Pasien mengatakan nyeri berkurang

                           b. Skala nyeri turun

                           c. Wajah pasien tampak rileks

No Intervensi Rasional

1. Kaji ulang skala nyeri, lokasi,

intensitas

Mengetahui ketidakefektifan intervensi

2. Berikan posisi yang nyaman Mengurangi nyeri

 

3. Ajarkan teknik relaksasi dan

ciptakan lingkungan yang tenang

Mengalihkan perhatian pasien terhadap nyeri

dan mengurangi nyeri

4. Kolaborasi pemberian analgesik, Dapat mengurangi nyeri, membunuh kuman dan

Page 10: ASKEP MASTOIDITIS.docx

antibiotika, dan anti inflamasi

sesuai indikasi

mengurangi peradangan sehingga mempercepat

penyembuhan

 

1. 2.      Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi

Tujuan      : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam suhu tubuh dapat normal

(360-370C)

Kriteria Hasil     a.  Suhu tubuh dalam rentang normal (360-370C)

                           b. Kulit tidak teraba hangat

                           c. Wajah tidak tampak merah

                           d. Tidak terjadi dehidrasi

No Intervensi Rasional

1. Pantau  input dan output Untuk mengetahui balance cairan pasien

2. Ukur suhu tiap 4-8 jam Untuk mengetahui perkembangan klien

3. Ajarkan kompres hangat dan

banyak minum

Untuk menurunkan panas tubuh dan mengganti

cairan tubuh yang hilang

4. Kolaborasi dengan pemberian

antipiretik

Untuk menurunkan panas

 

1. 3.      Perubahan sensori/ persepsi (auditoris) berhubungan dengan kerusakan

pendengaran

Tujuan            : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam pasien mampu

mendengar dengan baik

Kriteria Hasil  : a. Pasien mengalami potensial pendengaran maksimum

                          b. Pasien menggunakan alat bantu dengar dengan tepat

No Intervensi Rasional

1. Kaji tentang ketajaman

pendengaran

Menentukan seberapa baik tingkat pendengaran

klien

2. Diskusikan tipe alat bantu dengar Untuk menjamin keuntungan maksimal

Page 11: ASKEP MASTOIDITIS.docx

dan perawatannya yang tepat

3. Bantu pasien berfokus pada

semua bunyi di lingkungan dan

membicarakannya hal tersebut

Untuk memaksimalkan pendengaran

 

1. 4.      Risiko infeksi berhubungan dengan kerusakan  jaringan.

Tujuan            : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam risiko infeksi dapat

hilang atau teratasi

Kriteria Hasil  :  Pasien tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi

No Intervensi Rasional

1. Observasi keadaan umum pasien

selama 24 jam

Mengetahui keadaan umum pasien

2. Anjurkan pentingnya cuci tangan Mencegah penularan penyakit

3. Ajarkan prosedur mencuci telinga

luar

Mencegah infeksi berlanjut

4. Kolaborasi pemberian antibiotik

profilaksis

Agar dapat membunuh kuman, sehingga tidak

menularkan penyakit terus-menerus

 

1. Resiko cedera berhubungan dengan bahaya lingkungan infeksi

Tujuan            : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan tidak

terjadi cidera

Kriteria Hasil  : pasien tidak mengalami cidera fisik

No Intervensi Rasional

1. Cegah infeksi telinga berlebih Agar kerusakan penedengaran tidak meluas

2.

 

 

Meminimalkan tingkat

kebisingan di unit perawatan

intensif

Lakukan upaya keamanan

Berhubungan dengan kehilangan pendengaran

 

 

Untuk mencegah pasien jatuh akibat gangguan

Page 12: ASKEP MASTOIDITIS.docx

3.

 

4.

seperti ambulasi terbimbing

Kolaborasi dengan pemberian

obat antiemetika

 

keseimbangan

Mengurangi nyeri kepala sehingga terhindar

dari jatuh

     

     

 

1. 6.      Ansietas berhubungan dengan menghadapi prosedur bedah.

Tujuan            : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam ansietas berkurang

Kriteria Hasil  : a. Menunjukkan kontrol agresi, kontrol ansietas, koping, kontra impuls,

penahanan mutilasi diri secara konsisten dan substansial

                          b.        Menunjukkan ketrampilan interaksi sosial yang efektif

No Intervensi Rasional

1. Informasikan pasien tentang

peran advokat perawat intra

operasi

Kembangkan rasa percaya/ hubungan, turunkan

rasa takut akan kehilangan kontrol pada

lingkungan yang asing

2. Identifikasi tingkat rasa takut

yang mengharuskan dilakukan

penundaan prosedur pembedahan

Rasa takut yang berlebihan/ terus-menerus akan

mengakibatkan reaksi stress yang berlebihan,

risiko potensial dari pembalikan reaksi terhadap

prosedur/ zat-zat anestesi

3. Cegah pemajan tubuh yang tidak

diperlukan selama pemindahan

ataupun pada tulang operasi

Pasien akan memperhatikan masalah kehilangan

harga diri dan ketidakmampuan untuk melatih

kontrol

4. Berikan petunjuk/ penjelasan

yang sederhana pada pasien yang

tenang

Ketidakseimbangan dari proses pemikiran akan

membuat pasien menemui kesulitan untuk

memahami petunjuk-petunjuk yang panjang dan

berbelit-belit

5. Kontrol stimulasi eksternal Suara gaduh dan keributan akan meningkatkan

ansietas

Page 13: ASKEP MASTOIDITIS.docx

6. Berikan obat sesuai petunjuk,

misal; zat-zat sedatif, hipnotis

Untuk meningkatkan tidur malam hari sebelum

pembedahan; meningkatkan kemampuan koping

 

2.6.4        WOC

 DOWNLOAD : WOC MASTOIDITIS

BAB III

PENUTUP

Page 14: ASKEP MASTOIDITIS.docx

3.1 Kesimpulan

Mastoiditis merupakan peradangan tulang mastoid, biasanya berasal dari kavum timpani.

Perluasan infeksi telinga bagian tengah yang berulang ulang dapat menyebabkan timbulnya

perubahan pada mastoid berupa penebalan mukosa dan terkumpulnya eksudat. Lama kelamaan

terjadi peradangan tulang (osteitis) dan pengumpulan eksudat/nanah yang makin banyak,yang

akhirnya mencari jalan keluar. Daerah yang lemah biasanya terletak di belakang telinga,

menyebabkan abses superiosteum.

3.2 Saran

Penulis menghimbau kepada semua pembaca agar selalu menjaga kebersihan telinga dari

virus agar kuman, sebaliknya apabila seorang terkena otitis harus diobati secara tuntas agar tidak

terjadi infeksi pada prosesus mastoiditis yang dapat komplikasi yang lebih parah.

 

DAFTAR PUSTAKA

Corwin, Elizabeth J.  2001. Patofisiologi. Jakarta : EGC

Page 15: ASKEP MASTOIDITIS.docx

Doengoes, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC

Latief, abdul dkk. 2007. Ilmu kesehatan anak. Jakarta : Bagian Ilmu Kesahatan Anak Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia

Reeves, C.J.2001.Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Salemba Medika

Smeltzer, S. C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Jakarta:

EGC

Wilkinson, J. M. 2007. Buku Ajar Diagnosa Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Kriteria

Hasil NOC. Jakarta: EGC