ASKEP Klien Dengan Hidrocefalus

download ASKEP Klien Dengan Hidrocefalus

of 48

Transcript of ASKEP Klien Dengan Hidrocefalus

  • 7/27/2019 ASKEP Klien Dengan Hidrocefalus

    1/48

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 LATAR BELAKANG

    Hidrocephalus adalah sebuah kondisi yang disebabkan oleh produksi yang

    tidak seimbang dan penyerapan dari cairan cerebrospinal (CSF) di dalam

    sistem Ventricular. Ketika produksi CSF lebih besar dari penyerapan, cairan

    cerebrospinal mengakumulasi di dalam sistem Ventricular.

    Insiden hidrochepalus antara 0,2-4 setiap 1000 kelahiran.Insiden

    hidrochepalus kongenital adalah 0,5-1,8 pada tiap 1000 kelahiran dan 11-43%

    disebabkan oleh stenosis aqueductus serebri. Tidak ada perbedaan bermakna

    insidensi untuk kedua jenis kelamin, juga dalam hal perbedaan ras.

    Hidrochepallus dapat terjadi pada semua umur. Pada remaja dan dewasa lebih

    sering disebabkan oleh toksoplasmosis. Hidrochepalus infantile ; 46% akibat

    abnormalitas perkembangan otak, 50% karena perdarahan subarachnoid dan

    meningitis, dan kurang dari 4% akibat tumor fossa posterior(Darsono, 2005).

    1.2 Tujuan

    1.2.1 Tujuan Umum

    Memberikan informasi tentang gambaran hasil pemberian asuhan

    keperawatan pada pasien dengan hidrochepalus secara profesional

    dan komprehensif.

    1.2.2 Tujuan Khusus1.2.2.1 Memberikan informasi tentang konsep hidrochepalus

    1.2.2.2 Memberikan informasi tentang asuhan keperawatan pada

    klien dengan hidrochepalus dengan menggunakan proses

    keperawatan dari pengkajian sampai dengan evaluasi.

    1.2.2.3Melakukan dokumentasi pada klien dengan hidrochepalus

  • 7/27/2019 ASKEP Klien Dengan Hidrocefalus

    2/48

    2

    1.3 Manfaat1.3.1 Bagi Klien dan Keluarga

    Sebagai bahan tambahan pengetahuan dalam mengenal tanda dan

    gejala hidrochepalus serta penatalaksanaannya.

    1.3.2 Bagi Mahasiswa

    Memberikan gambaran pengetahuan tentang asuhan keperawatan pada

    klien dengan hidrochepalus

    1.3.3 Bagi Institusi Rumah Sakit

    Hasil penulisan laporan ini dapat dijadikan salah satu bahan masukan

    dalam melaksanakan praktek asuhan keperawatan secara langsung.

    Selain itu juga dapat dijadikan salah satu bahan pertimbangan dalam

    menerapkan kebijakan-kebijakan sehubungan dengan perawatan

    pasien diruangan.

    1.4 Sistematika Penulisan

    BAB I : Pendahuluan, terdiri dari: latar Belakang, tujuan umum, tujuan

    khusus, manfaat.

    BAB II : Tinjauan Teoritis, terdiri dari : tinjauan teoritis medis dan tinjauan

    teoritis keperawatan.

    BAB III : Hasil Asuhan Keperawatan, terdiri dari: pengkajian, analisa data,

    intervensi, implementasi dan evaluasi.

    BAB IV : Penutup, terdiri dari: kesimpulan dan saran.

  • 7/27/2019 ASKEP Klien Dengan Hidrocefalus

    3/48

    3

    BAB 2

    TINJAUAN TEORITIS

    2.1 TINJAUAN TEORITIS MEDIS2.1.1 ANATOMI FISIOLOGI OTAK

    Otak berisi 10 miliar neuron yang menjadi kompleks secara

    kesatuan fungsional. Otak 2% dari berat badan orang dewasa,

    menerima 15% dari curah jantung, memerlukan sekitar 20%

    pemakaian oksigen tubuh dan sekitar 400 kilokalori energi setiap

    harinya (Muttaqin, 2012). Otak terdiri dari :

    2.1.1.1Jaringan OtakJaringan gelatinosa otak dan medula spinalis dilindungi oleh

    tulang tengkorak dan tulang belakang, dan oleh tiga lapisan

    jaringan penyambung yaitu piamater, araknoid dan

    duramater.

    2.1.1.2Cairan SerebrospinalDalam setiap ventrikel terdapat struktur sekresi khusus yang

    disebut pleksus koroideus. Pleksus koroideus inilah yang

    menyekresi cairan serebrospinal yang jernih dan tidak

    berwarna, yang merupakan bantal cairan pelindung disekitar

    SSP. CSF terdiri atas air, elektrolit, gas oksigen dan

    karbondioksida yang terlarut, glukosa, beberapa leukosit

    (terutama limfosit) dan sedikit protein. Cairan ini berbeda

    dari cairan ekstraseluler lainnya karena cairan ini

    mengandung kadar natrium dan klorida yang lebih tinggi,

    sedangkan kadar glukosa dan kaliumnya lebih rendah. Ini

    menunjukan bahwa pembentukannya bersifat sekresi bukan

    hanya filtrasi.

  • 7/27/2019 ASKEP Klien Dengan Hidrocefalus

    4/48

    4

    2.1.1.3VentrikelVentrikel merupakan rangkaian dari empat rongga dalam

    otak yang saling berhubungan dan dibatasi oleh ependima

    (semacam sel epitel yang membatasi semua rongga otak dan

    medula spinalis serta mengandung CSF).

    2.1.1.4Suplai DarahSuplai darah arteria keotak merupakan suatu jalinan

    pembuluh-pembuluh darah yang bercabang-cabang,

    berhubungan erat satu sama lainnya sehingga dapat

    menjamin suplai darah yang adekuat untuk sel. Suplai

    darah ini dijamin oleh dua pasang arteria yaitu arteria

    vertebralis dan arteria karotis interna.

    2.1.1.5SerebrumMerupakan bagian otak yang paling besar dan paling

    menonjol. Disini terletak pusat-pusat syaraf yang mengatur

    semua kegiatan sensorik dan motorik, juga mengatur proses

    penalaran, memori, dan inteligensia.

    2.1.1.6Korteks SerebriKorteks serebri atau mantel abu-abu dari serebrum

    mempunyai banyak lipatan yang disebut giri (tunggal

    girus). Susunan seperti ini memungkinkan permukaan otak

    menjadi luas (diperkirakan seluas 2200 cm) yang

    terkandung dalam rongga tengkorak yang sempit. Korteks

    serebri adalah bagian otak yang paling maju dan

    bertanggung jawab untuk mengindera lingkungan,

    menentukan perilaku yang bertujuan dan beralasan.

  • 7/27/2019 ASKEP Klien Dengan Hidrocefalus

    5/48

    5

    2.1.1.7SerebelumTerletak didalam fosa kranii posterior dan ditutupi oleh

    duramater yang menyerupai atap tenda, yaitu tentorium

    yang memisahkannya dari bagian posterior serebrum.

    Fungsi utam serebelum adalah mengatur otot-otot postural

    tubuh dan melakukan program akan gerakan-gerakan pada

    keadaan sadar maupun tidak sadar.

    2.1.1.8Formasio RetikularisTerdiri atas jaringan kompleks badan sel dan serabut yang

    saling terjalin membentuk inti sentral batang otak berfungsi

    sebagai integrasi berbagai proses kortikal dan subkortikal

    yaitu penentuan status kesadaran dan keadaan bangun,

    transmisi informasi sensorik ke pusat-pusat yang lebih

    tinggi, modula aktivitas motorik, pengaturan respon

    otonom, dan siklus tidur-bangun.

    2.1.1.9Batang OtakBatang otak terdiri atas pons dan medula oblongata

    a. PonsMerupakan serabut yang menghubungkan kedua

    hemisfer serebelum serta menghubungkan

    mesensefalon disebelah atas dengan medula oblongata

    dibawah.

    b. Medula OblongataMerupakan pusat reflek yang penting untyuk jantung,

    vasokontriktor, pernapasan, bersin, batuk, menelan,

    pengeluaran air liur dan muntah.

  • 7/27/2019 ASKEP Klien Dengan Hidrocefalus

    6/48

    6

    2.1.1.10 MesensefalonOtak tengah merupakan bagian pendek dari batang otak

    yang letaknya diatas pons, yang terdiri atas Kolikuli

    superior berperan dalam refleks penglihatan dan

    koordinasi gerakan penglihatan. Kolikuli inferior

    berperan dalam refleks pendengaran, misalnya

    menggerakan kepala kearah datangnya suara.

    2.1.1.11 DiensefalonStruktur-struktur disekitar ventrikel ketiga dan

    membentuk inti bagian dalam serebrum, yang terdiri dari

    empat wilayah yaitu talamus, subtalamus, epitalamus dan

    hipotalamus. Diensefalon memproses rangsang sensorik

    dan membantu mencetuskan atau memodifikasi reaksi

    tubuh terhadap rangsang-rangsang tersebut.

    a. TalamusTalamus terdiri atas dua struktur ovoid yang besar

    masing-masing mempunyai kompleks nukleus yang

    saling berhubungan dengan korteks serebri

    ipsilateral, serebelum, dan dengan berbagai kompleks

    nuklear subkortikal seperti yang ada didalam

    hipotalamus, formasio retikularis batang otak,

    ganglia basalis, dan mungkin juga substanzia nigra.

    b. SubtalamusSubtalamus merupakan nukleus ekstrapiramidal

    diensepalon yang penting. Subtalamus mempunyai

    hubungan dengan ruber, substansia nigra, dan globus

    palidus dari ganglia basalis. Fungsinya belum

    diketahui sepenuhnya, tetapi lesi pada subtalamus

    dapat menimbulkan diskenesia dramatis yang disebut

    hemibalismus.

  • 7/27/2019 ASKEP Klien Dengan Hidrocefalus

    7/48

    7

    c. EpitalamusEpitalamus merupakan pita sempit jaringan saraf

    yang membentuk atap diensefalon. Struktur utama

    area ini adalah nukleus habenular dan komisura,

    komisura posterior, striae medularis, dan epifisis.

    Epitalamus berhubungan dengan sistem limbik dan

    berperan pada beberapa dorongan emosi dasar dan

    integrasi informasi olfaktorius. Epifisis mensekresi

    melatonin dan membantu mengatur irama sirkadian

    tubuh serta menghambat hormon gonadotropin.

    d. HipotalamusHipotalamus terletak dibawah talamus, berkaitan

    dengan pengaturan rangsangan dari sistem susunan

    saraf otonom perifer yang menyertai ekspresi tingkah

    laku dan emosi

    2.1.1.12 Sistem LimbikBagian yang termasuk sistem limbik adalah nukleus dan

    terusan batas traktus antara serebri serta diensefalon yang

    mengelilingi korpus kalosum. Sistem ini merupakan

    suatu pengelompokan fungsional bukan anatomis serta

    mencakup komponen serebrum, diensefalon dan

    mesenfalon. Struktur kortikal utama adalah girus singuli

    (kingulata), girus hipokampus dan hipokampus. Sistem

    limbik berfungsi sebagai :

    a. Suatu pendirian atau respon emosional yangmengarahkan pada tingkah laku individu.

    b. Suatu respon sadar terhadap lingkungan.c. Memberdayakan fungsi intelektual korteks serebri

    secara tidak sadar dan memfungsikan secara otomatis

    batang otak untuk merespons keadaan.

  • 7/27/2019 ASKEP Klien Dengan Hidrocefalus

    8/48

    8

    d. Memfasilitasi penyimpangan memori dan menggalikembali simpanan memori yang diperlukan.

    e. Merespons suatu pengalaman dan ekspresi alamperasaan, terutama reaksi takut, marah, dan emosi

    yang berhubungan dengan perilaku seksual.

    2.1.2 DEFINISI HIDROCHEPALUSHidrocheplus merupakan penumpukan cairan serebrospinal secara

    aktif yang menyebabkan dilatasisistem ventrikel otak; walaupun

    pada kasus hidrochepalus eksternal pada anak-anak cairan akan

    berakumulasi di dalam rongga araknoid. Ada beberapa istilah

    dalam klasifikasi hidrochepalus (Satyanegara, 2010).

    Hidrochepalus adalah kelainan patologis otak yang mengakibatkan

    bertambahnya cairan cerebrospinal dengan atau pernah dengan

    tekanan TIK yang meninggi, sehingga terdapat pelebaran ventrikel

    (Darsono, 2005).

    Hidrosefalus adalah kelebihan akumulasi cairan serebrospinal

    didalam ventrikrl serebral, ruang arachnoid, atau ruang subdural

    (cindy smith, 1998)

    Jumlah cairan serebrospinal (CSS) dalam rongga serebrospinal

    yang berlebihan dapat meningkatkan tekanan sehingga dapat

    merusak jaringan saraf. Keadaan ini disebut hidrochepalus yang

    berarti kelebihan air dalam kubah tengkorak. Jadi hidrochepalus

    dapat diakibatkan oleh pembentukan cairan berlebihan oleh

    pleksus koroideus, absorpsi yang inadekuat, atau obstruksi aliran

    keluar pada salah satu ventrikel atau lebih (Muttaqin, 2008).

  • 7/27/2019 ASKEP Klien Dengan Hidrocefalus

    9/48

    9

    2.1.2 ETIOLOGIHydrosephalus dapat disebabkan oleh kelebihan atau tidak

    cukupnya penyerapan CSF pada otak atau obstruksi yang muncul

    mengganggu sirkulasi CSF di sistim ventrikuler. Kondisi diatas

    pada bayi dikuti oleh pembesaran kepala. Obstruksi pada lintasan

    yang sempit (Framina Monro, Aquaductus Sylvius, Foramina

    Mengindie dan luschka ) pada ventrikuler menyebabkan

    hidrocephalus yang disebut : Noncomunicating (Internal

    Hidricephalus)

    Obstruksi biasanya terjadi pada ductus silvius di antara ventrikel ke

    III dan IV yang diakibatkan perkembangan yang salah, infeksi atau

    tumor sehingga CSF tidak dapat bersirkulasi dari sistim ventrikuler

    ke sirkulasi subarahcnoid dimana secara normal akan diserap ke

    dalam pembuluh darah sehingga menyebabkan ventrikel lateral dan

    ke III membesar dan terjadi kenaikan ICP.

    Type lain dari hidrocephalus disebut : Communcating (Eksternal

    Hidrocephalus) dmana sirkulasi cairan dari sistim ventrikuler ke

    ruang subarahcnoid tidak terhalangi, ini mungkin disebabkan

    karena kesalahan absorbsi cairan oleh sirkulasi vena. Type

    hidrocephalus terlihat bersama sama dengan malformasi

    cerebrospinal sebelumnya.

    2.1.2 MANIFESTASI KLINIK2.1.3.1Pembesaran tengkorak, hipotrofi otak2.1.3.2Kelainan neurologi (mata selalu mengarah ke bawah,

    gangguan perkembangan motoric, gangguan

    penglihatan).

    2.1.3.3Terjadi penipisan korteks cerebrum yang permanenbila penimbunan cairan dibiarkan.

  • 7/27/2019 ASKEP Klien Dengan Hidrocefalus

    10/48

    10

    2.1.3.4Pada bayi yang suturanya masih terbuka akan terlihatlingkar kepala fronto-osipital yang makin membesar,

    sutura yang meregang dengan fontanel cembung dan

    tegang.

    2.1.3.5Vena kulit kepala sering terlihat menonjol.

    2.1.4 PATOFISIOLOGI

    Jika terdapat obstruksi pada system ventrikuler atau pada ruangan

    subarachnoid, ventrikel serebral melebar, menyebabkan permukaan

    ventrikuler mengkerut dan merobek garis ependymal. White mater

    dibawahnya akan mengalami atrofi dan tereduksi menjadi pita yang

    tipis. Pada gray matter terdapat pemeliharaan yang bersifat selektif,

    sehingga walaupun ventrikel telah mengalami pembesaran gray matter

    tidak mengalami gangguan. Proses dilatasi itu dapat merupakan proses

    yang tiba tiba / akut dan dapat juga selektif tergantung pada

    kedudukan penyumbatan. Proses akut itu merupakan kasus

    emergency. Pada bayi dan anak kecil sutura kranialnya melipat dan

    melebar untuk mengakomodasi peningkatan massa cranial. Jika

    fontanela anterior tidak tertutup dia tidak akan mengembang dan

    terasa tegang pada perabaan.Stenosis aquaductal (Penyakit keluarga /

    keturunan yang terpaut seks) menyebabkan titik pelebaran pada

    ventrikel laterasl dan tengah, pelebaran ini menyebabkan kepala

    berbentuk khas yaitu penampakan dahi yang menonjol secara dominan

    (dominan Frontal blow). Syndroma dandy walkker akan terjadi jika

    terjadi obstruksi pada foramina di luar pada ventrikel IV. Ventrikel ke

    IV melebar dan fossae posterior menonjol memenuhi sebagian besar

    ruang dibawah tentorium. Klein dengan type hidrosephalus diatas

    akan mengalami pembesaran cerebrum yang secara simetris dan

    wajahnya tampak kecil secara disproporsional.

  • 7/27/2019 ASKEP Klien Dengan Hidrocefalus

    11/48

    11

    Pada orang yang lebih tua, sutura cranial telah menutup sehingga

    membatasi ekspansi masa otak, sebagai akibatnya menujukkan gejala :

    Kenailkan ICP sebelum ventrikjel cerebral menjadi sangat membesar.

    Kerusakan dalam absorbsi dan sirkulasi CSF pada hidrosephalus tidak

    komplit. CSF melebihi kapasitas normal sistim ventrikel tiap 6 8 jam

    dan ketiadaan absorbsi total akan menyebabkan kematian.

    Pada pelebaran ventrikular menyebabkan robeknya garis ependyma

    normal yang pada didning rongga memungkinkan kenaikan absorpsi.

    Jika route kolateral cukup untuk mencegah dilatasi ventrikular lebih

    lanjut maka akan terjadi keadaan kompensasi.

  • 7/27/2019 ASKEP Klien Dengan Hidrocefalus

    12/48

    12

    Fatway Hidrochepalus

    Kelainan kongenital Infeksi neoplasma

    1. Obstruksi salah satu tempat

    pembentukan (ventrikel

    III/IV)

    2. Distruksi pada duktus

    rongga tengkorak

    3. Gangguan absorpsi LCS

    (foramen Monroe, Luscha

    dan Ma andie

    Fibrosis leptomeningen

    terutama pada daerah

    basal otak

    perdarahan

    Hidrochepalus

    komunikans

    Obstruksi dari

    perdarahan

    Meningkatnya jumlah

    cairan dalam ruang

    suraknoid

    Peradangan jaringan

    Hidrochepalus nonkomunikans Peningkatan jumlah cairan serebrospinal

    1.Obstruksi tempat pembentuka/penyerapan LCS

    2.Rangsangan produksi LCS

    1.Tidak efektifbersihan

    jalan nfas

    Pembesaran relative kepala

    10.Gangguan

    Pemenuhan

    ADL

    Depresi sarafkardiovaskuler

    dan pernafasan

    9.Disfungsi

    persepsi visual-

    spasial dan

    kehilangan

    sensori

    Edema papil

    MuntahPenekanan pada

    saraf kranial II

    Penekanan lokal

    Kerusakan

    fungsi motorik

    11. Koping individu dan eluarga tidak

    efektif12. Perubahan proses keluarga

    13. Kecemasan klien dan keliarga

    8.Resiko Gangguanintegritas kulit

    Intake nutrisi

    tidak adekuat

    Penurunan

    kesadaran

    Tindakan pembedahanPeningkatan TIK

    7.hambatan mobilitas fisik

    Adanya port de entre

    dan benda asingmasuk

    Terpasang shunt

    Kelemahan fisik umum

    Herniasi falk

    serebridan ke

    foramen magnum

    Kompresi batang

    otak

    Deficit neurologis

    inaktivitaskejang

    6.Resiko tinggi infeksi

    5.resiko

    cedera

    Kemampuan

    batuk

    3. Nyeri

    koma

    Intake cairan

    tidak adekuat

    4. Nutrisi kurang

    dari kebutuhan

    2. Defisit volume

    cairan tubuh

  • 7/27/2019 ASKEP Klien Dengan Hidrocefalus

    13/48

    13

    2.1.3 PEMERIKSAAN PENUNJANG2.1.4.1Pemeriksaan Laboratorium

    Pemeriksaan CSS dan lumbal fungsi, dapat dilakukan jika

    terjadi perdarahan subaraknoid. CSS dengan atau tanpa kuman

    dengan kultur, yaitu protein LCS normal atau menurun,

    leukosit meningkat/tetap, dan glukosa menurun atau tetap

    2.1.4.2 Pemeriksaan Radiografi

    a. CT scan (dengan atau tanpa kontras)Mengidentifikasi luasnya lesi, perdarahan, determinan,

    ventrikuler dan perubahan jaringan otak

    b. MRIDigunakan sama dengan CT scan dengan atau tanpa

    kontras radioaktif.

    c. Rontgen kepalaMendeteksi perubahan struktur garis sutura.

    2.1.4.3PENGKAJIAN PENATALAKSANAAN MEDISa. Tirah baring total

    b. Observasi tanda-tanda vital (GCS dan tingkat kesadaran)c. Pemberian obat-obatan

    1. Deksametason sebagai pengobatan antiedema serebral,dosis sesuai dengan berat ringanx trauma.

    2. Pengobatan antiedema, larutan hipertonis yaitu monitol20% atau glukosa 40% atau glisserol 10%

    3. Antibiotika yang mengandung barrier darah otak(penicillin) atau untuk infeksi anerob diberikan

    metronidazole

  • 7/27/2019 ASKEP Klien Dengan Hidrocefalus

    14/48

    14

    d. Makanan atau cairan, jika muntah dapat diberikan cairaninfus dekstrose 5%, 2-3 hari kemudian diberikan makanan

    lunak.

    e. Beberapa teknik pengobatan yang telah dikembangkanmeliputi penurunan LCS dengan merusak bagian fleksus

    (koroidalis).

    2.2 TINJAUAN TEORITIS KEPERAWATAN2.2.1 Pengkajian

    Menurut Muttaqin (2008) Asuhan keperawatan pada

    hidrochepalus adalah sebagai berikut :

    a.Keluhan UtamaHal yang sering menjadi alasan klien atau orang tua membawa

    anaknya untuk meminta pertolongan kesehatan bergantung

    seberapa jauh dampak dari hidrochepalus pada peningkatan

    tekanan intracranial, meliputi muntah, gelisah, nyeri kepala,

    letargi, lelah, apatis, penglihatan ganda, perubahanpupil dan

    kontriksi penglihatan perifer.

    b. Riwayat penyakit sekarangAdanya riwayat infeksi (biasanya infeksi pada selaput otak

    dan meningens) sebelumnya. Pengkajian yang didapat meliputi

    seorang anak mengalami pembesaran kepala, tingkat kesadarn

    menurun (GCS

  • 7/27/2019 ASKEP Klien Dengan Hidrocefalus

    15/48

    15

    c. Riwayat penyakit dahuluPengkajian penyakit yang perlu ditanyakan meliputi adanya

    riwayat hidrochepalus sebelumnya, adanya riwayat neoplasma

    otak, kelainan bawaan pada otak dan riwayat infeksi

    d. Riwayat perkembanganKelahiran : premature. Lahir dengan pertolongan, pada waktu

    lahir menangis keras atau tidak.

    Riwayat penyakit keluarga,mengkaji adanya anggota generasi

    terdahulu yang menderita stenosis akuaduktal yang sangat

    berhubungan dengan penyakit keluarga/keturunan terpaut seks.

    e. Pengkajian psikososiospiritualPengkajian mengenai mekanisme koping yang digunakan klien

    dan keluarga (orang tua) untuk menilai respons terhadap

    penyakit yang diderita dan perubahan peran dalam keluarga

    dan masyarakat serta respons atau pengaruhnya dalam

    kehidupan sehari-harinya, baik dalam keluarga maupun dalam

    masyarakat. Apakah ada dampak yang timbul pada klien dan

    orang tua yaitu timbul seperti ketakutan akan kecacatan, rasa

    cemas,rasa ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas secara

    optimal.

    Oleh karena itu klien harus menjalani rawat inap maka apakah

    keadaan ini memberi dampak pada status ekonomi klien,

    karena biaya perawatan dan pengobatan memerlukan dana

    yang tidak sedikit. Hidrochepalus memerlukan biaya untuk

    pemeriksaaan, pengobatan dan perawatan dapat mengacaukan

    keuangan keluarga sehingga factor biaya ini dapat

    mempengaruhi stabilitas emosi dan pikiran klien dan keluarga.

  • 7/27/2019 ASKEP Klien Dengan Hidrocefalus

    16/48

    16

    Perawat juga memasukkan pengkajian terhadap fungsi

    neurologis dengan dampak gangguan neurologis yang akan

    terjadi pada gaya hidup individu. Persfektif keperawatan dalam

    mengkaji terdiri atas dua masalah ; keterbatasan yang

    diakibatkan oleh deficit neurologis dalam hubungannya dengan

    peran social klien dan rencana pelayanan yang akan

    mendukung adaftasi pada gangguan neurologis di dalam

    system dukungan individu.

    2.2.2 Pemeriksaan Fisik2.2.2.1Keadaan umum

    Pada keadaan hidrochepalus umumnya mengalami

    penurunan kesadaran (GCS < 15) dan terjadi perubahan

    pada tanda-tanda vital.

    2.2.2.2 B1 (Breathing)Perubahan pada sitem pernafasan berhubungan dengan

    inaktivitas. Pada beberapa keadaan hasil dari pemeriksaan

    fisik dari system ini akan didapatkan hal-hal sebagai

    berikut:

    a. Inspeksi umum. Apakah didapatkan klien batuk,peningkatan produksi sputum, sesak napas, penggunaan

    otot bantu nafas dan peningkatan frekuensi pernafasan.

    Terdapat retraksi klavikula/dada, pengembangan paru

    tidak simetris. Ekspansi dada ; dinilai penuh/tidak penuh

    dan kesimterisannya. Pada observasiekspasni dada juga

    perlu dinilai: retrakasi dari otot-otot intercostal,

    substernal, pernafasan abdomen dan respirasi paradox

    (retraksi abdomen saat inspirasi). Pola nafas ini dapat

    terjadi jika otot-otot intercostal tidak mampu

    menggerakkan dinding dada.

  • 7/27/2019 ASKEP Klien Dengan Hidrocefalus

    17/48

    17

    b. Palpasi. Taktil premitus biasanya seimbang kanan dankiri.

    c. Perkusi. Resonan pada seluruh lapangan paru.d. Auskultasi. Bunyi nafas tambahan seperti nafas

    berbunyi, stridor, ronkhi pada klien dengan peningkatan

    produksi secret dan kemampuan batuk yang menurun

    yang sering didapatkan pada klien hidrochepalus dengan

    penurunan tingkat kesadaran koma.

    2.2.2.3B2 (Blood)Frekuensi nadi cepat dan lemah berhubungan dengan

    homeostatis tubuh dalam upaya menyeimbangkan

    kebutuhan oksigen perifer. Nadi bradikardia merupakan

    tanda dari perubahan perfusi jaringan keotak. Kulit

    kelihatan pucat menunjukkan adanya penurunan kadar

    haemoglobin dalam darah. Hipotensi menunjukkan adanya

    perubahan perfusi jaringan dan tanda-tanda awal dari suatu

    syok. Pada beberapa keadaan lain akibat dari trauma kepala

    akan merangsang pelepasan antidiuretic hormone yang

    berdampak pada kompensasi tubuh untuk melakukan retensi

    atau pengeluaran garam dan air dari tubulus. Mekanisme ini

    akan meningkatkan konsentrasi elektrolit sehingga

    menimbulkan risiko gangguan keseimbangan cairan dan

    elektrolit pada system kardiovaskuler.

    2.2.2.4B3 (Brain)Hidrsefalus menyebabkan berbagai deficit neurologis

    terutama disebabkan pengaruh peningkatan tekanan

    intracranial akibat adanya peningkatan jumlah CSF dalam

    sirkulasi ventikel. Pengkajian B3 (brain) merupakan

  • 7/27/2019 ASKEP Klien Dengan Hidrocefalus

    18/48

    18

    pemeriksaan focus dan lebih lengkap dibandingkan

    pengkajian pada system lainnya.

    Kepala terlihat lebih besar jika dibandingkan dengan tubuh.

    Hal ini diidentifikasi dengan mengukur lingkar kepala

    suboksipito bregmatikusdibandingkan dengan lingkar dada

    dan angka normal pada usia yang sama. Selain itu

    pengukuran berkala lingkar kepala , yaitu untuk melihat

    pembesaran kepala yang progresif dan lebih cepat dari

    normal. Ubun-ubun besar melebar atau tidak menutup pada

    waktunya, teraba tegang atau menonjol. Dahi tampak

    melebar dengan kulit kepala yang menipis, tegang dan

    mengkilat dengan pelebaran vena kulit kepala.

    Sutura tengkorak belum menutup dan teraba melebar.

    Didapatkan pula cracked pot sign yaitu bunyi seperti pot

    kembang yang retak pada perkusi kepala. Bola mata

    terdorong ke bawah oleh tekanan dan penipisan tulang

    supraorbital. Sclera tampak di atas iris sehingga iris seakan-

    akan matahari yang akan terbenam atausunset sign.

    a. Pengkajian tingkat kesadaranTingkat keterjagaan klien dan respons terhadap

    lingkungan adalah indicator paling sensitive untuk

    disfungsi system persarafan. Beberapa system

    digunakan untuk membuat peringkat perubahan dalam

    kewaspadaan dan keterjagaan. Gejala khas pada

    hidrosephalus tahap lanjut adalah adanya dimensia.

  • 7/27/2019 ASKEP Klien Dengan Hidrocefalus

    19/48

    19

    Pada keadaan lanjut tingkat kesadaran klien

    hidrochepalus biasanya berkisar pada letargi, stupor,

    semikomatosa sampai koma.

    b. Pengkajian fungsi serebralPengkajian fungsi serebral pada klien hidrochepalus

    meliputi status mental, fungsi intelektual dan lobus

    frontal.

    1. Status mentalObservasi penampilan, tingkah laku, nilai gaya

    bicara, ekspresi wajah dan aktivitas motoric klien.

    Pada klien hidrochepalus tahap lanjut biasanya status

    mental klien mengalami perubahan. Pada bayi dan

    anak-anak pemeriksaan status mental tidak

    dilakukan.

    2. Fungsi intelektualPada beberapa keadaan hidrochepalus didapatkan

    pennurunan dalam ingatan dan memori, baik jangka

    pendek maupun jangka panjang. Pada pengkajian

    anak, pemeriksaaan fungsi intelektual disesuaikan

    antara usia dan tumbuh kembang anak dibandingkan

    dengan perkembangan anak normal sesuai tingkat

    usianya.

    3. Lobus frontalKerusakan fungsi kognitif dan efek psikologik

    didapatkan jika jumlah CSS yang tinggi

    mengakibatkan adanya kerusakan pada lobus frontal

    kapasitas, memori, atau kerusakan fungsi intelektual

  • 7/27/2019 ASKEP Klien Dengan Hidrocefalus

    20/48

    20

    kortikal yang lebih tinggi. Disfungsi ini dapat

    ditunjukkan dalam lapang perhatian terbatas,

    kesulitan dalam pemahaman, lupa, dan kurang

    motivasi yang menyebabkan klien ini menghadapi

    masalah frustasi dalam program rehabilitasi mereka.

    Pada klien bayi dan anak-anak penilaian disesuaikan

    dengan tingkat perkembangan anak.

    c. Pengkajian saraf kranialPengkajian ini meliputipengkajian saraf kranial I-XII

    1. Saraf I. pada beberapa keadaan hidrochepalus yangmenekan anatomis dan fisiologis saraf ini klien akan

    mengalami kelainan pada fungsi penciuman/

    anosmia unilateral atau bilateral.

    2. Saraf II. Pada anak yang agak besar mungkinterdapat edema pupil saraf otak II pada

    pemeriksaaan funduskopi.

    3. Saraf III, IV, dan VI. Tanda dini herniasi tentoriumadalah midriasis yang tidak bereaksi pada

    penyinaran. Paralisis otot-otot ocular akan menyusul

    pada tahap berikutnya. Perubahan gerakan bola

    mata, penurunan luas lapang pandang. Konvergensi

    sedangkan alis mata dan bulu mata ke atas, tidak

    bias melihat ke atas. Stabismus, nistagmus, atropi

    optic sering didapatkan pada anak dengan

    hidrochepalus.

    4. Saraf V. Pada beberapa keadaan hidrochepalusmenyebabkan paralisis saraf trigeminus, didapatkan

    penurunan kemampuan koordinasi gerakan

    mengunyah dan menetek.

  • 7/27/2019 ASKEP Klien Dengan Hidrocefalus

    21/48

    21

    5. Saraf VII. Persepsi pengecapan mengalamiperubahan

    6. Saraf VIII. Biasanya tidak didapatkan adanyaperubahan fungsi pendengaran.

    7. Saraf IX dan X. Kemampuan menelan kurang baik,kesulitan membuka mulut.

    8. Saraf XI. Mobilitas klien kurang baik karenabesarnya kepala menghambat mobilitas leher klien.

    9. Saraf XII. Indra pengecapan mengalami perubahan.

    d. Pengkajian system motoricPada inspeksi umum, didapatkan kelemahan umum

    karena kerusakan pusat pengatur motoric.

    1. Tonus otot. Didapatkan menurun sampai hilang2.Kekuatan otot. Pada penilaian dengan menggunakan

    tingkat kekuatan otot didapatkan penurunan

    kekuatan otot-otot ekstremitas.

    3.Keseimbangan dan koordinasi. Didapatkanmengalami gangguan karena kelemahan fisik umum

    dan kesulitan dalam berjalan.

    e. Pengkajian reflexPengkajian reflex profunda, pengetukan pada tendon,

    ligamentum atau periosteum derajat reflex pada respons

    normal. Pada tahap lanjut, hidrochepalus yang

    menggangu pusat reflex, maka akan didapatkan

    perubahan dari derajat reflex. Pemeriksaan reflex

    patologis, pada fase akut reflex fisiologis sisi yang

    lumpuh akan menghilang. Setelah beberapa hari reflex

    fisiologis akan muncul kembali didahului dengan reflex

    patologis.

  • 7/27/2019 ASKEP Klien Dengan Hidrocefalus

    22/48

    22

    f. Pengkajian system system sensorikKehilangan sensori karena hidrochepalus dapat berupa

    kerusakan sentuhan ringan atau mungkin lebih berat,

    dengan kehilangan propriosepsi (kemampuan untuk

    merasakan posisi dan gerakan bagian tubuh) serta

    kesulitan dalam menginterprrestasikan stimuli visual,

    taktil dan auditorius.

    2.2.2.5B4 (Bladder)Kaji keadaan urine meliputi warna, jumlah, dan

    karakteristik urine termasuk berat jenis urine. Penurunan

    jumlah urine dan peningkatan retensi cairan dapat terjadi

    akibat menurunnya perfusi pada ginjal. Pada

    hidrochepalus tahap lanjut klien mungkin mengalami

    inkontinensia urine karena konfusi, ketidakmampuan

    mengkomunikasikan kebutuhan, dan ketidakmampuan

    menggunakan system perkemihan karena kerusakan

    control motoric dan postural. Kadang-kadang control

    sfingter urinarius eksternal hilang atau berkurang.

    Selama periode ini, dilakukan kateterisasi intermiten

    dengan teknik steril. Inkontinensia urine yang berlanjut

    menunjukkan kerusakan neurologis luas.

    2.2.2.6B5 (Bowel)Didapatkan adanya keluhan kesulitan menelan, nafsu

    makan menurun serta mual dan muntah pada fase akut.

    Mual sampai muntah akibat peningkatan produksi asam

    lambung sehingga menimbulkan masalah pemenuhan

    nutrisi. Pola defekasi biasanya terjadi konstipasi akibat

  • 7/27/2019 ASKEP Klien Dengan Hidrocefalus

    23/48

    23

    penurunan peristaltic usus. Adanya inkontinensia alvi

    yang berlanjut menunjukkan kerusakan neurologis luas.

    Pemeriksaaan rongga mulut dengan melakukan penilaian

    ada tidaknya lesi pada mulut atau perubahan pada lidah

    dapat menunjukkan adanya dehidrasi. Pemeriksaan

    bising usus untuk menilai keberadaan dan kualitas bising

    usus harus dikaji sebelum melakukan palpasi abdomen.

    Bising usus menurun atau hilang dapat terjadi pada

    paralitik ileus dan peritonitis. Lakukan observasi bising

    usus selama 2 menit. Penurunan motilitas usus dapat

    terjadi akibat tertelannya udara yang berasal dari sekitar

    selang endotrakeal dan nasotrakeal.

    2.2.2.7B6 (Bone)Disfungsi motoric paling umum adalah kelemahan fisik

    umum, pada bayi disebabkan pembesaran kepala

    sehingga mengganggu mobilitas fisik secara umum. Kaji

    warna kulit, suhu, kelembapan dan turgor kulit. Adanya

    perubahan warna kulit; warna kebiruan menunjukkan

    adanya sianosis (ujung kuku, ekstremitas, telinga,

    hidung, bibir dan membrane mukosa). Pucat pada wajah

    dan membrane mukosa dapat berhubungan dengan

    rendahnya kadar haemoglobin atau syok. Pucat,

    sianosispada klien yang mneggunakan ventilator dapat

    terjadi akibat adanya hipoksemia. Pada klien dengan

    kulit gelap, perubahan warna tidak begitu terlihat jelas.

    Warna kemerahan pada kulit dapat menunjukkan adanya

    demam dan infeksi. Integritas kulit untuk menilai adanya

    lesi dan decubitus. Adanya kesulitan untuk beraktivitas

    karena kelemahan, kehilangan sensoria atau

  • 7/27/2019 ASKEP Klien Dengan Hidrocefalus

    24/48

    24

    paralisis/hemiplegi, mudah lelah menyebabkan masalah

    pada pola aktifitas dan istirahat.

    2.2.3 Pemeriksaan Diagnostik2.2.3.1Pemeriksaan CSS dan lumbal fungsi

    Dapat dilakukan jika terjadi perdarahan subaraknoid. CSS

    dengan atau tanpa kuman dengan kultur, yaitu protein LCS

    normal atau menurun, leukosit meningkat/tetap, dan

    glukosa menurun atau tetap

    2.2.3.2CT scan (dengan atau tanpa kontras)Mengidentifikasi luasnya lesi, perdarahan, determinan,

    ventrikuler dan perubahan jaringan otak

    2.2.3.3MRIDigunakan sama dengan CT scan dengan atau tanpa kontras

    radioaktif

    2.2.3.4Rontgen kepalaMendeteksi perubahan struktur garis sutura.

    2.2.4 Diagnosis keperawatanDiagnosa keperawatan yang mungkin muncul adalah :

    a. Bersihan jalan nafas tidak efektif yang berhubungan denganpenumpukan sputum, peningkatan sekresi dan penurunan batuk

    sekunder akibat nyeri dan keletihan, ketidakmampuan

    batuk/batuk efektif

    b. Risiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungandengan pembatasan pemasukan cairan peroral

    c. Resiko tinggi terjadinya gangguan nutrisi : kurang darikebutuhan tubuh sehubungan dengan intake yang tidak adekuat.

    d. Resiko gangguan integritas kulit berhubungan denganimobilisasi, tidakadekuatnya sirkulasi perifer.

  • 7/27/2019 ASKEP Klien Dengan Hidrocefalus

    25/48

    25

    2.2.5 Intervensi keperawatana. Bersihan jalan nafas tidak efektif yang berhubungan dengan

    penumpukan sputum, peningkatan sekresi dan penurunan

    batuk sekunder akibat nyeri dan keletihan, ketidakmampuan

    batuk/batuk efektif

    Tujuan :

    Setelah dilakukan tindakan 1x24 jam bersihan jalan nafas

    efektif

    Kriteria hasil :

    Bunyi nafas bersih, mepertahankan pola nafas efektif.

    Intervensi :

    1. Pantau frekuensi nafas, kedalaman dan kerja pernafasanR/ Penggunaan otot intercostal/abdominal dan pelebaran

    nasal menunjukkan peningkatan upaya bernafas.

    2. Catat karakteristik bunyi nafasR/ Bunyi nafas menunjukkan aliran udara melalui pohon

    trakeobronkial dan dipengaruhi oleh adanya cairan, mucus

    atau obstruksi aliran udara lain

    3. Pertahankan posisi tubuh/kepala tepat dan gunakan alatjalan nafas sesuai kebutuhan.

    R/ Memudahkan memelihara jalan nafas atas paten bila

    jalan nafas pasien dipengaruhi missal, gangguan tingkat

    kesadaran.

    4. Kolaborasi : Berikan oksigen lembab, cairan IV

    R/ Kelembaban menghilangkan dan memobilisasi secret

    dan meningkatkan transport oksigen

    Berikan terapi aerosolR/ Pengobatan dibuat untuk mengirimkan oksigen pada

    alveoli dan untuk memobilisasi secret.

    Berikan bronkodilator

  • 7/27/2019 ASKEP Klien Dengan Hidrocefalus

    26/48

    26

    R/ Obat diberikan untuk menghilangkan spasme bronkus,

    menurunkan viskositas secret, memperbaiki ventilasi dan

    memudahkan pembuangan sekret

    b.Risiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungandengan pembatasan pemasukan cairan peroral

    Tujuan :

    Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam kekurangan

    volume cairan tidak terjadi

    Kriteria hasil :

    Tanda vital dalam batas normal. Turgor kulit normal. Membran mukosa lembab. Produksi urine output seimbangIntervensi :

    1. Ukur dan catat pemasukkan dan pengeluaran.R/ Dokumentasi yang akurat membantu meng-identifikasi

    kehilangan cairan atau memenuhi kebutuhan cairan dan

    mempengaruhi tindakan selanjutnya

    2. Monitor vital signHipotensi, tachikardi, peningkatan respirasi merupakan indikasi

    kekurangan cairan

    3. Catat perubahan mental, turgor kulit, hidrasi, membranemukosa.R/ kekurangan cairan juga dapat diidentifikasi dengan

    penurunan turgor kulit, membrane mukosa kering

    4. Kaji balutan luka, drainage secara teraturR/ Keluarnya darah yang berlebihan dapat menyebabkan

    hipovelemia, kolaps sirkulasi.

    5. Kolaborasi Monitor cairan parentral

  • 7/27/2019 ASKEP Klien Dengan Hidrocefalus

    27/48

    27

    R/ Penurunan volume cairan petensial untuk terjadinya

    dehidrasi, kolaps kardiovaskuler tidak seimbangnya cairan

    dan elektrolit.

    Monitor laboratorium ; Hb, HctR/ Anemia, Hct rendah terjadi akibat kehilangan cairan pada

    saat operasi

    c. Resiko tinggi terjadinya gangguan nutrisi : kurang darikebutuhan tubuh sehubungan dengan intake yang tidak adekuat.

    Tujuan :

    Setelah dilakukan tindakan 2x24 jam nutrisi kurang dari

    kebutuhan tidak terjadi

    Kriteria hasil :

    Tidak terjadi penurunan berat badan

    Intervensi :

    1. Evaluasi status nutrisi umum, ukur berat badan dasarR/Adanya kondisi kronis dapat menimbulkan malnutrisi

    2. Auskultasi bunyi ususR/ Bunyi usus mungkin menurun / tak ada bila proses infeksi

    berat

    3. Jaga keamanan saat memberikan makan pada pasien, selamapemberian makan selang lewat NGT

    R/ Menurunkan resiko regurgitasi dan atau terjadinya

    aspirasi

    4. Berikan makanan dalam jumlah kecil dan dalam waktu yangsering dengan teratur

    R/ Meningkatkan proses pencernaan dan toleransi pasien

    terhadap nutrisi yang diberikan dan dapat meningkatkan

    kerjasama pasien saat makan.

    5. Kolaborasi pemberian makanan dengan cara yang sesuaiseperti melalui NGT

  • 7/27/2019 ASKEP Klien Dengan Hidrocefalus

    28/48

    28

    R/ Pemilihan rute pemberian tergantung pada kebutuhan dan

    kemampuan pasien.

    d. Resiko gangguan integritas kulit berhubungan denganimobilisasi, tidakadekuatnya sirkulasi perifer.

    Tujuan :

    Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x24 jam gangguan

    integritas kulit tidak terjadi

    Kriteria hasil :

    Kulit utuh, bersih dan kering

    Intervensi :

    Kaji kulit kepala setiap 2 jam dan monitor terhadap areayang tertekan

    R/ Untuk memantau keadaan integumen kulit secara dini.

    Ubah posisi tiap 2 jam dapat dipertimbangkan untukmengubah kepala tiap jam.

    R/ Untuk meningkatkan sirkulasi kulit

    Hindari tidak adanya linen pada tempat tidurR/ Linen dapat menyerap keringat sehingga kulit tetap

    kering

    Lakukan massage pada daerah yang menonjol yang barumengalami tekanan pada waktu merubah posisi

    Jaga kebersihan kulitR/

    Berikan nutrisi sesuai kebutuhanR/ Jaringan akan mudah nekrosis bila kalori dan protein

    kurang

  • 7/27/2019 ASKEP Klien Dengan Hidrocefalus

    29/48

    29

    BAB 3

    HASIL ASUHAN KEPERAWATAN

    I. PENGKAJIANA. Identitas Klien

    Nama : Tn. M.N

    Umur : 16 thn

    Jenis Kelamin : Laki-laki

    Alamat : Gg. Tanjung Telisir Martapura

    Pekerjaan : Pelajar

    Suku/Bangsa : Banjar / Indonesia

    Tanggal MRS : 19 Juni 2013

    No RMK : 1.05.37.08

    Diangnosa Medis : Hidrochepalus

    Tanggal Pengkajian : 20 juni 2013

    B. Identitas Penanggung jawabNama : Tn. A.K

    Umur : 43 thn

    Jenis Kelamin : Laki-laki

    Alamat : Gg. Tanjung Telisir Martapura

    Hubungan dengan klien : Orang Tua Klien

    C. Riwayat Kesehatan1. Keluhan Utama

    Penurunan kesadaran

    2. Riwayat penyakit sekarangKlien tiba-tiba mengalami penurunan kesadaran sejak tanggal 17 juni

    2013, sebelum MRS klien kejang selama 15 menit, kemudian dibawa ke

  • 7/27/2019 ASKEP Klien Dengan Hidrocefalus

    30/48

    30

    RS Martapura. Klien kejang lagi sebanyak 3 kali selama 5 menit tidak

    ada sadar dan kemudian di bawa RS ulin Banjarmasin.

    3. Riwayat penyakit dahulu6 bulan SMRS klien mengeluh nyeri kepala belakang, dan 3 bulan

    SMRS klien mengeluh sakit kepala, penurunan penglihatan dan telingga

    berdengung. Kemudian dibawa ke dokter mata didapat hasil normal

    kemudian disarankan oleh dokter untuk CT scan kepala dasn

    ditemukan cairan dalam kepala yang menekan sarap mata.

    4. Riwayat penyakit keluargaDari hasil anamnesa dengan ayah klien didapat bahwa didalam keluarga

    tidak ada yang menderita penyakit yang sama seperti yang di alami oleh

    klien.

    D. Pemeriksaan Fisik1. Keadaan umum

    Status kesadaran klien adalah sokor dengan GCS E1 M4 V1 . Klien

    Nampak hanya tidur saja dengan TTV pada monitor EKG jam 10 wita

    TD: 108/64 HR:81 RR : 17 T : 36,7 adapun

    gambaran EKG pada monitor sinus ritem

    a. Sistem Pernafasan (B1)Klien tampak sesak nafas, terdapat penggunaan otot bantu pernafasan,

    terpasang O2 NRM 15 l/m, Ronkhi (+), Wheezhing (-), Spo2 89%,

    Deformitas pada tulang dada (-). Stridor (+)

    b. Sistem Kardiovaskuler (B2)Bunyi jantung S1 dan S2 tunggal, CRT kembali lambat > 2 detik, infus

    terpasang 2 line, jalur 1 untuk cairan Nacl 60 cc/jam, jalur 2 untuk drip

    dopamine

  • 7/27/2019 ASKEP Klien Dengan Hidrocefalus

    31/48

    31

    c. Sistem Persyarafan (B3)Perawat ruangan mengatakan sejak masuk ruangan ICU klien sudah

    mengalami penurunan kesadaran. Klien koma, EKG : ST, GCS 1-1-1,

    reflek patologis babinski (+), Pengkajian syaraf kranial tidak dilakukan

    karena pada pengkajian sistem motorik karena klien koma, terdapat

    benjolan tidak merata dan lunak pada daerah belakang kepala klien.

    d. Sistem Perkemihan (B4)Terpasang DC dengan jumlah 2100cc, klien menggunakan pempers.

    Tidak ditemukan edema pada ekstremitas.

    e. Sistem Pencernaan (B5)Mukosa bibir tampak kering, tidak ada peradangan atau perdarahan

    pada gusi dan mulut. Tidak nampak adanya stoma dan BB 50 Kg

    terpasang O2 NRM l5/mnt pada pengkajian abdomen:

    Perawat ruangan mengatakan asupan makanan melalui NGT, Pada

    klien terpasang NGT, kumbah lambung (+) keluar cairan kotor

    berwarna kehijauan, diprogramkan untuk pemberian diet cair setelah

    lambung bersih, BB : 50 kg.

    f. Sistem Integumen & Muskuluskeletal (B6)Klien tidak mengalami kelemahan pada ekstremitas dengan skala

    kekuatan otot 4 tidak terdapat kelainan atau riwayat fraktur pada

    ekstremitas atas dan bawah. Keadaan kulit nampak bersih dan agak

    kering. Tidak ada peradangan pada kulit

    Pada palpasi dirasakan kulit klien teraba dingin, suhu 35c, tidak

    terdapat tanda-tanda dekubitus.Kesadaran sokor dengan GCS E1 M4

    V1 bentuk kepala simetris reaksi isokor ( +/+ ) , tidak ada perdarahan

    pada bola mata nampak terpasang draen pada kepala.

  • 7/27/2019 ASKEP Klien Dengan Hidrocefalus

    32/48

    32

    E. Pola kebiasan sehari-hari1. Nutrisi dan cairan

    Di Rumah : keluarga mengatakan klien susah/jarang makan sejak

    bulan Maret saat terjadinya penurunan penglihatan.

    Di RS : Selama di rumah sakit klien dipuasakan

    2. Pola AktivitasDi Rumah : keluarga mengatakan klien jarang bergaul dengan

    temannya, klien sering diam di rumah. Namun untuk

    kegiatan pramuka, mengaji klien sering hadir

    Di RS :

    Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4

    Makan & minum

    Mandi

    Toeliting

    Mobilitas di tempat tidur

    Ambulasi ROM

    Keterangan: 0 : Mandiri 3 : Di bantu orang dengan

    Alat

    1 : Alat bantu 4 : Tergantung Total

    2 : Di bantu oleh orang lain

    3. Pola EliminasiDi Rumah : Keluarga mengatakan klien dalam sehari BAK 6-8x

    perhari

    Di RS : Selama di rumah sakit klien BAK menggunakan kateter

    dg jumlah 2100 cc perhari

    4. Pola istirahat dan tidurDi Rumah : Keluarga mengatakan klien istirahat/tidur 6-8 jam

    perhari

    Di RS : klien tidak sadar (sokor)

  • 7/27/2019 ASKEP Klien Dengan Hidrocefalus

    33/48

    33

    5. Interaksi sosialDi Rumah : Keluarga mengatakan klien berinteraksi dengan

    keluarganya baik, namun jarang keluar rumah untuk

    berinteraksi dengan tetangganya maupun temannya

    Di RS : klien tidak sadar (sokor)

    6. SpiritualDi Rumah : Keluarga mengatakan klien sering melaksanakan shalat

    lima waktu, mengaji bila ada waktu senggang.

    Di RS : klien tidak sadar (sokor), keluarga hanya berdoa semoga

    klien diberikan kesembuhan.

    F. Terapi MedikTerapi yang diberikan di ICU

    IVFD RL + dopamine 5mg 20 tpm

    Injeksi Ceftriaxone 2 x 1gr

    Injeksi fenitoin 3 x 100mg

    Injeksi ketorolac 3 x 30mg (k/p)

    Injeksi ranitidine 3 x 1 amp

    Injeksi dexamethasone 4 x 2 ampul

    G. Pemeriksaan penunjang1. Laboratorium

    Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan Satuan

    Haemoglobin 9,7 11,00-16,00 g/dl

    Lekosit 8,0 4,0-10,5 Ribu/ul

    Eritrosit 3,81 4,00-5,50 Juta/ul

    Hematocrit 30,5 32,00-44,00 Vol%

    Trombosit 221 150-450 Ribu/ul

    RDW-CV 15,6 11,5-14,7 %

    MCV 80,1 80,0-97,0 Fl

    MCH 25,4 27,0-32,0 Pg

  • 7/27/2019 ASKEP Klien Dengan Hidrocefalus

    34/48

    34

    MCHC 31,8 32,0-38,0 %

    Gran% 80,0 50,0-70,0 %

    Limfosit% 13,9 25,0-40,0 %

    MID% 6,1 4,0-11,0 %

    Gran# 6,40 2,50-7,00 Ribu/ul

    Limfosit# 1,1 1,25-4,0 Ribu/ul

    MID 0,5 Ribu/ul

    2. CT Scan tanggal 26-4-2013 : kepala tanpa dan dengan kontraskesimpulan

  • 7/27/2019 ASKEP Klien Dengan Hidrocefalus

    35/48

    35

    ANALISA DATA

    No Hari/

    tanggal

    Analisa data Etiologi Problem

    1 Kamis,

    20-6-2013

    DS : -

    DO : - terdengar bunyi

    ronkhi dan stidor

    - Terdapatpenggunaan otot

    aksesori

    penumpukan sputum,

    peningkatan sekresi

    dan penurunan batuk

    sekunder akibat nyeri

    dan keletihan,

    ketidakmampuan

    batuk/batuk efektif

    Bersihan jalan

    nafas tidak

    efektif

    2 Kamis,

    20-6-2013

    DS : - perawat mengatakan

    pasien sedang dipuasakan

    DO :- mukosa bibir kering- Kulit tampak

    kering

    - Turgor kulit < 2detik

    - Hb : 9,7- Ht : 30,5

    pembatasan

    pemasukan cairan

    peroral

    Risiko tinggi

    terhadap

    kekuranganvolume cairan

    3 Kamis,

    20-6-2013

    DS : - Perawat ruangan

    mengatakan klien

    sedang dipuasakan

    - BB : 50kg

    intake yang tidak

    adekuat

    Resiko tinggi

    terjadinya

    gangguan

    nutrisi : kurang

    dari kebutuhantubuh

    4 Jumat,21-6-2013

    DS : -

    DO : - Kulit tampak kering

    imobilisasi,

    tidakadekuatnya

    sirkulasi perifer

    Resiko

    gangguan

    integritas kulit

  • 7/27/2019 ASKEP Klien Dengan Hidrocefalus

    36/48

    36

    RENCANA KEPERAWATAN

    No Hari/

    tanggal

    Diagnosa

    Keperawatan

    Tujuan Intervensi Rasional

    1 Kamis,

    20 juni

    2013

    Bersihan jalan

    nafas tidak

    efektif yang

    berhubungan

    dengan

    penumpukan

    sputum,

    peningkatan

    sekresi dan

    penurunanbatuk sekunder

    akibat nyeri

    dan keletihan,

    ketidakmampu

    an batuk/batuk

    efektif

    Setelah

    dilakukan

    tindakan

    1x24 jam

    bersihan

    jalan nafas

    efektif

    1. Pantau frekuensinafas, kedalaman

    dan kerja

    pernafasan

    2. Catatkarakteristik

    bunyi nafas

    3. Pertahankanposisi tubuh/

    kepala tepat dangunakan alat

    jalan nafas sesuai

    kebutuhan.

    4. Lakukan suctionsesuia indikasi

    5. Kolaborasi : Berikan

    oksigen

    lembab, cairan

    IV

    Berikan terapiaerosol

    Berikanbronkodilator,

    kortikosteroid

    1. Penggunaan ototintercostal/abdomi

    nal dan pelebaran

    nasal

    menunjukkan

    peningkatan upaya

    bernafas

    2. Bunyi nafasmenunjukkan

    aliran udaramelalui pohon

    trakeobronkial dan

    dipengaruhi oleh

    adanya cairan,

    mucus atau

    obstruksi aliran

    udara lain

    3. Memudahkanmemelihara jalan

    nafas atas paten

    bila jalan nafaspasien dipengaruhi

    missal, gangguan

    tingkat kesadaran

    4. Membantupengeluaran sekret

    yang menutup

    jalan napas.

    5. Kolaborasi :Kelembaban

    menghilangkan

    dan memobilisasisecret dan

    meningkatkan

    transport oksigen

    Pengobatan dibuatuntuk

    mengirimkan

    oksigen pada

    alveoli dan untuk

    memobilisasi

    secret

  • 7/27/2019 ASKEP Klien Dengan Hidrocefalus

    37/48

    37

    Obat diberikanuntuk

    menghilangkanspasme bronkus,

    menurunkan

    viskositas secret,

    memperbaiki

    ventilasi dan

    memudahkan

    pembuangan sekret

    2 Kamis,

    20 juni

    2013

    Risiko tinggi

    terhadap

    kekuranganvolume cairan

    berhubungan

    dengan

    pembatasan

    pemasukan

    cairan peroral

    Setelah

    dilakukan

    tindakankeperawat

    an 1x24

    jam

    kekuranga

    n volume

    cairan

    tidak

    terjadi

    1. Ukur dan catatpemasukkan dan

    pengeluaran2. Monitor vital sign3. Catat perubahan

    mental, turgor

    kulit, hidrasi,

    membrane

    mukosa

    4. Kaji balutan luka,drainage secara

    teratur

    5. Kolaborasi :- monitor cairan

    parenteral

    - monitor

    laboratorium ;

    Hb, HT

    1. Dokumentasi yangakurat membantu

    meng-identifikasikehilangan cairan

    atau memenuhi

    kebutuhan cairan

    dan mempengaruhi

    tindakan

    selanjutnya

    2. Hipotensi,tachikardi,

    peningkatan

    respirasi

    merupakan

    indikasi

    kekurangan cairan

    3. kekurangan cairanjuga dapat

    diidentifikasi

    dengan penurunan

    turgor kulit,

    membrane mukosa

    kering

    4.Keluarnya darahyang berlebihan

    dapat

    menyebabkan

    hipovelemia,

    kolaps sirkulasi

    5. Menilai status gizimelalui nilai

    peningkatan/penur

    unan nilai

    laboratorium.

  • 7/27/2019 ASKEP Klien Dengan Hidrocefalus

    38/48

    38

    3 Kamis,

    20 juni

    2013

    Resiko tinggi

    terjadinya

    gangguannutrisi : kurang

    dari kebutuhan

    tubuh

    sehubungan

    dengan intake

    yang tidak

    adekuat

    Setelah

    dilakukan

    tindakan2x24 jam

    nutrisi

    kurang

    dari

    kebutuhan

    tidak

    terjadi

    1. Evaluasi statusnutrisi umum,

    ukur berat badandasar

    2. Auskultasi bunyiusus

    3. Jaga keamanansaat memberikan

    makan pada

    pasien, selama

    pemberian makan

    selang lewat

    NGT

    4. Berikan makanandalam jumlah

    kecil dan dalam

    waktu yang

    sering dengan

    teratur

    5. Kolaborasipemberian

    makanan dengan

    cara yang sesuai

    seperti melalui

    NGT

    1. Adanya kondisikronis dapat

    menimbulkanmalnutrisi

    2. Bunyi ususmungkin

    menurun / tak ada

    bila proses

    infeksi berat

    3. Menurunkanresiko regurgitasi

    dan atau

    terjadinya

    aspirasi4. Meningkatkan

    proses

    pencernaan dan

    toleransi pasien

    terhadap nutrisi

    yang diberikan

    dan dapat

    meningkatkan

    kerjasama pasien

    saat makan

    5. Pemilihan rutepemberian

    tergantung pada

    kebutuhan dan

    kemampuan

    pasien.

  • 7/27/2019 ASKEP Klien Dengan Hidrocefalus

    39/48

    39

    IMPLEMENTASI

    Hari/

    Tanggal

    Jam No

    DX

    Implementasi Evaluasi

    Kamis 9.00 I 1. Memantau frekuensi nafas,kedalaman dan kerja pernafasan

    2. Mencatat karakteristik bunyi nafas3. Pertahankan posisi tubuh/ kepala

    tepat dan gunakan alat jalan nafas

    sesuai kebutuhan.

    4. Melakukan suction sesuia indikasi5. Berkolaborasi :

    Memberikan oksigen lembab,cairan IV

    Memberikan terapi aerosol Memberikan bronkodilator,

    kortikosteroid

    S : Perawat ruangan

    mengatakan klien

    masih tampak sesak

    O :

    - Klien masih tampaksesak

    - Auskultasiterdengar bunyi

    ronkhi.

    - Saat bernafas klienmenggunakan ototbantu pernafasan.

    - Respirasi 34x/m- O2 terpasang 15

    l/m

    - SpO2 90 %A : Masalah belum

    teratasi

    P : Lanjutkan intervensi

    1,2,3,4 dan 5

    Kamis 9.00 II 1. Mengukur dan catat pemasukkandan pengeluaran

    2. Memonitor vital sign3. Mencatat perubahan mental, turgor

    kulit, hidrasi, membrane mukosa

    4. Mengkaji balutan luka, drainagesecara teratur

    5. Berkolaborasi :- Memonitor cairan parenteral

    - Memonitor laboratorium ; Hb, HT

    Kamis 9.00 III 1. Evaluasi status nutrisi umum, ukurberat badan dasar

    2. Auskultasi bunyi usus3. Jaga keamanan saat memberikan

    makan pada pasien, selama

    pemberian makan selang lewat NGT

    4. Berikan makanan dalam jumlahkecil dan dalam waktu yang sering

    dengan teratur

    5. Kolaborasi pemberian makanandengan cara yang sesuai seperti

    melalui NGT.

  • 7/27/2019 ASKEP Klien Dengan Hidrocefalus

    40/48

    40

    1. EvaluasiHari/tanggal Jam No

    DX

    SOAP

    Hari/tanggal Jam No

    DX

    SOAP

    Kamis

    20 juni2013

    16.00 1 S : Perawat ruangan mengatakan klien masih tampak

    sesak

    O :

    - Auskultasi terdengar bunyi ronkhi.- Saat bernafas klien menggunakan otot bantu

    pernafasan.

    - Respirasi 34x/m- Klien masih tampak sesak- O2 terpasang 15 l/m

    A : Masalah belum teratasi

    P : Lanjutkan intervensi 1,2 dan 3

    Kamis

    2-5-2013

    16.00 3 S: Perawat ruangan mengatakan pemberian makanan

    masih melalui NGT

    O:

    - Terpasang NGT

  • 7/27/2019 ASKEP Klien Dengan Hidrocefalus

    41/48

    41

    - Kumbah lambung (+) keluar cairan kotorberwarna kehijauan

    - Tingkat kesadaran koma.A: Masalah belum

    teratasi.

    P: Lanjutkan intervensi

    1,2,3dan 4

    Kamis

    2-5-2013

    16.00 4 S : -

    O :

    - Klien tampak terbaring di tempat tidur- Kesadaran klien koma- Tidak tampak adanya kemerahan pada kulit- GCS 1-1-1- Posisi klien dirubah setiap 4 jam.A : Masalah sebagian teratasi

    P : Lanjutkan intervensi 1,2,3 dan 4

    Hari/tanggal Jam No

    DX

    SOAP

    Jumat

    3-5-2013

    08.00 1 S : Perawat ruangan mengatakan klien masih tampak

    sesak

    O :

    - Auskultasi terdengar bunyi ronkhi.- Saat bernafas klien menggunakan otot bantu

    pernafasan.

    - Respirasi 38x/m- Klien masih tampak sesak- O2 terpasang 15 l/m

  • 7/27/2019 ASKEP Klien Dengan Hidrocefalus

    42/48

    42

    - SPO2: 89 %

    A : Masalah belum teratasi

    P : Lanjutkan intervensi 1,2 dan 3

    Jumat

    3-5-2013

    08.00 3 S: Perawat ruangan mengatakan pemberian makanan

    masih melalui NGT

    O:

    - Terpasang NGT- Kumbah lambung (+) keluar cairan kotor

    berwarna kehijauan

    - Tingkat kesadaran koma.A: Masalah belum

    teratasi.

    P: Lanjutkan intervensi

    1,2,3dan 4

    Ket:

    Keadaan umum klien pada pukul 09.00 TD : 80/50 mmhg, Nadi: 50x /menit,

    Temp: 41.00, klien diberi inj. Sulfas Atropin 0,5 gr, pukul 09.10 klien apnoe, nadi

    tidak teraba, dilakukan resusitasi jantung paru 5 siklus inj.epineprin 2 ampul.

    Pukul 09.30 Tekanan darah tidak terukur, nadi tidak teraba,pupil mendriasis total,

    dan klien dinyatakan meninggal oleh dokter jaga dihadapan dokter dan perawat

    jaga, intervensi keperawatan dihentikan.

  • 7/27/2019 ASKEP Klien Dengan Hidrocefalus

    43/48

    43

  • 7/27/2019 ASKEP Klien Dengan Hidrocefalus

    44/48

    44

    BAB IV

    PENUTUP

    A. KesimpulanDari hasil pengkajiaan sampai dengan analisa data kelompok merumuskan ada

    4 diagnosa keperawatan pada Ny.S yaitu:

    1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan kelelahan otot pernapasan2. Hipertermia berhubungan dengan inflamasi pada meningen.3. Ketidakseimbangan nutrisi, kurang dari keperluan tubuh berhubungan

    dengan ketidakmampuan untuk memasukan dan mencerna nutrisi.

    4. Resiko gangguan intregritas kulit berhubungan dengan tirah baring yanglama.

    Dari intervensi keperawatan yang telah dilakukan dan setelah dievaluasi

    didapatkan hasil bahwa perawatan dan pengobatan klien dengan penyakit

    meningitis yang sudah kronis sebagian besar tidak berhasil hal ini

    disebabkan oleh Bakteri yang paling sering menyebabkan meningitis

    adalah haemopilus influenza, nersseria diptokokus pnemonia, streptokokus

    grup A, stapilokokus aurens, eschericia colli, klebsiela dan psedomonas.

    Tubuh akan berespon terhadap bakteri sebagai benda asing dan berespon

    dengan terjadinya peradangan dengan adanya neotropil monosit dan

    limfosit.Cairan eksudat terdiri dari bakteri, fibrin dan lekosit terbentuk

    diruangan sub arachnoid ini akan terkumpul didalam cairan otak sehingga

    dapat menyebabkan lapisan yang tadinya tipis menjadi tebal dan

    pengumpulan cairan ini akan menyebabkan tekanan intra kranial. Hal ini

    akan menyebabkan jaringan otak akan mengalami infark, adeshi,

    kelumpuhan saraf serta koma sehingga sampai terjadinya kematian.

  • 7/27/2019 ASKEP Klien Dengan Hidrocefalus

    45/48

    45

    B. Saran

    1. Bagi KeluargaSelama perawatan dirumah sakit, agar mengikuti perawatan dan

    pengobatan yang diprogramkan dengan baik, keluarga memberikan

    support kepada klien, membatasi dan mengatur kunjungan dari keluarga

    dan teman klien. Diharapkan keluarga tetap dapat mengikuti anjuran

    perawat dengan baik selama proses perawatan dan menunggu

    penatalaksanaan medis.

    2. Bagi PerawatBagi perawat dapat dimanfaatkan sebagai acuan dalam melaksanakan

    standar asuhan keperawatan dalam rangka mempertahankan mutu

    pelayanan, terutama terhadap klien dengan meningitis.

    3. Bagi institusiMembuat suatu standar asuhan keperawatan dalam penatalaksaan

    diruangan.

  • 7/27/2019 ASKEP Klien Dengan Hidrocefalus

    46/48

    46

    ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN Ny. S DENGAN DIAGNOSA

    MEDIS MENINGITIS DI ICU RSUD ULIN BANJARMASIN

    Disusun oleh :

    Kelompok II

    1. Anang Junaidi, S.Kep NPM. 110064 B-S12. Azhar Ahmad, S.Kep NPM. 110067 B-S13. M.Azharul Hadi, S.Kep NPM. 11 0098 B-S14. M.Saifudin Anshari, S.Kep NPM. 110105 B-S15. Norhasanah, S.Kep NPM. 110111 B-S1

  • 7/27/2019 ASKEP Klien Dengan Hidrocefalus

    47/48

    47

    SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH

    PRAKTEK PROFESI PROGRAM NERS B

    BANJARMASIN, 2013

    PERSETUJUAN PEMBIMBING

    Asuhan Keperawatan pada Ny. S dengan diagnosa medis Meningitis di ICU RS

    Ulin Banjarmasin, telah diperiksa dan disetujui oleh Pembimbing Klinik dan

    Pembimbing Akademik, dan akan diseminarkan pada tanggal 30 Mei 2013 di

    Aula Antasari RS Ulin Banjarmasin.

    Banjarmasin, Mei 2013

    Pembimbing Klinik

    (MILIYAN JAMIL, S.Kep. Ns)

    Pembimbing Akademik

    (ZAQYYAH HUZAIFAH, S.Kep. Ns)

  • 7/27/2019 ASKEP Klien Dengan Hidrocefalus

    48/48

    48

    Mengetahui

    Kepala Bidang Keperawatan RS. Ulin Banjarmasin

    (H. ISWANTORO, SKp. MM)

    DAFTAR PUSTAKA

    Doenges, Marilyn E, Moorhouse Mary Frances, Geissler Alice G, (2000) Nursing

    Care Plans : Guidelines for Planning and Documenting Patient Care, 3rd

    Edition (edisi bahasa Indonesia diterjemahkan oleh I Made Kariasa & Ni

    Made Sumarwati), Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

    Muttaqin (2012), Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem

    Persyarafan. Jakarta : Penerbit Salemba Medika.

    Suriyadi, (2006). diakses tanggal 20 Mei 2013

    Donna D (1999). diakses tanggal 27

    mei 2013