ASKEP HIPOSPADIA

15
ASKEP HIPOSPADIA 2.2 Etiologi Penyebab yang jelas belum diketahui. Dapat dihubungkan dengan faktor genetik, lingkungan atau pengaruh hormonal. Namun, ada beberapa factor yang oleh para ahli dianggap paling berpengaruh antara lain : 1. Gangguan dan ketidakseimbangan hormone Hormone yang dimaksud di sini adalah hormone androgen yang mengatur organogenesis kelamin (pria). Atau biasa juga karena reseptor hormone androgennya sendiri di dalam tubuh yang kurang atau tidak ada. Sehingga walaupun hormone androgen sendiri telah terbentuk cukup akan tetapi apabila reseptornya tidak ada tetap saja tidak akan memberikan suatu efek yang semestinya. Atau enzim yang berperan dalam sintesis hormone androgen tidak mencukupi pun akan berdampak sama. 2. Genetika Terjadi karena gagalnya sintesis androgen. Hal ini biasanya terjadi karena mutasi pada gen yang mengode sintesis androgen tersebut sehingga ekspresi dari gen tersebut tidak terjadi. 3. Lingkungan Biasanya faktor lingkungan yang menjadi penyebab adalah polutan dan zat yang bersifat teratogenik yang dapat mengakibatkan mutasi. Faktor resiko. (Suriadi,2010:142) Penyebab kelainan ini adalah maskulinisasi inkomplit dari genetalia karena involusi yang premature dari sel interstisial

description

asuhan keperawatan hipos padia

Transcript of ASKEP HIPOSPADIA

Page 1: ASKEP HIPOSPADIA

ASKEP HIPOSPADIA2.2  Etiologi

Penyebab yang jelas belum diketahui. Dapat dihubungkan dengan faktor genetik, lingkungan atau pengaruh hormonal. Namun, ada beberapa factor yang oleh para ahli dianggap paling berpengaruh antara lain :

1.      Gangguan dan ketidakseimbangan hormone Hormone yang dimaksud di sini adalah hormone androgen yang mengatur organogenesis kelamin (pria). Atau biasa juga karena reseptor hormone androgennya sendiri di dalam tubuh yang kurang atau tidak ada. Sehingga walaupun hormone androgen sendiri telah terbentuk cukup akan tetapi apabila reseptornya tidak ada tetap saja tidak akan memberikan suatu efek yang semestinya. Atau enzim yang berperan dalam sintesis hormone androgen tidak mencukupi pun akan berdampak sama.

2.      Genetika Terjadi karena gagalnya sintesis androgen. Hal ini biasanya terjadi karena mutasi pada gen yang mengode sintesis androgen tersebut sehingga ekspresi dari gen tersebut tidak terjadi.

3.      LingkunganBiasanya faktor lingkungan yang menjadi penyebab adalah polutan dan zat yang bersifat teratogenik yang dapat mengakibatkan mutasi.

Faktor resiko. (Suriadi,2010:142)Penyebab kelainan ini adalah maskulinisasi inkomplit dari genetalia

karena involusi yang premature dari sel interstisial testis.Faktor eksogen antara lain pajanan prenatal terhadap kokain, alcohol, fenitoin, progesitin, rubella, atau diabetes gestasional.(Mansjoer, 2000 : 374)

2.6  Maninfestasi Klinik1.      Glans penis bentuknya lebih datar dan ada lekukan yang dangkal di bagian

bawah penis yang menyerupai meatus uretra eksternus.2.      Preputium (kulup) tidak ada dibagian bawah penis, menumpuk di bagian

punggung penis.

Page 2: ASKEP HIPOSPADIA

3.      Adanya chordee, yaitu jaringan fibrosa yang mengelilingi meatus dan membentang hingga ke glans penis, teraba lebih keras dari jaringan sekitar.

4.      Kulit penis bagian bawah sangat tipis.5.      Tunika dartos, fasia Buch dan korpus spongiosum tidak ada.6.      Dapat timbul tanpa chordee, bila letak meatus pada dasar dari glans penis.7.      Chordee dapat timbul tanpa hipospadia sehingga penis menjadi bengkok.8.      Sering disertai undescended testis (testis tidak turun ke kantung skrotum).9.      Kadang disertai kelainan kongenital pada ginjal.2.7  Komplikasi

Komplikasi yang biasa terjadi antara lain striktur uretra (terutama pada sambungan meatus uretra yang sebenarnya dengan uretra yang baru dibuat) atau fistula.

1.      Infertility 2.      Resiko hernia inguinalis 3.      Gangguan psikososial

Komplikasi paska operasi yang terjadi :1.      Edema / pembengkakan yang terjadi akibat reaksi jaringan besarnya dapat

bervariasi, juga terbentuknya hematom / kumpulan darah dibawah kulit, yang biasanya dicegah dengan balut tekan selama 2 sampai 3 hari paska operasi.

2.      Sturktur, pada proksimal anastomosis yang kemungkinan disebabkan oleh angulasi dari anastomosis.

3.      Rambut dalam uretra, yang dapat mengakibatkan infeksi saluran kencing berulang atau pembentukan batu saat pubertas.

4.      Fitula uretrokutan, merupakan komplikasi yang sering dan digunakan sebagai parameter untuyk menilai keberhasilan operasi. Pada prosedur satu tahap saat ini angka kejadian yang dapat diterima adalah 5-10 %.

5.      Residual chordee/rekuren chordee, akibat dari rilis korde yang tidak sempurna, dimana tidak melakukan ereksi artifisial saat operasi atau pembentukan skar yang berlebihan di ventral penis walaupun sangat jarang.

Page 3: ASKEP HIPOSPADIA

6.      Divertikulum, terjadi pada pembentukan neouretra yang terlalu lebar, atau adanya stenosis meatal yang mengakibatkan dilatasi yang lanjut.

2.11 DiagnosaA.    Pre Operasi1.      Gangguan rasa nyamanB.     Post Operasi1.      Nyeri akut2.      Resiko infeksi

Page 4: ASKEP HIPOSPADIA

2.12 Rencana IntervensiNo.

Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

1.Pre OperasiGangguan rasa nyamanDefinisi:Merasa kurang senang, lega, dan sempurna dalam dimensi fisik, psikospiritual, lingkungan dan sosial.Batasan Karakteristik:

Ansietas Menangis Gangguan pola tidurTakut

Ketidakmampuan untuk relaks

IritabilitasMerintihMelaporkan merasa dinginMelaporkan merasa panas

NOC1.      Tingkat kenyamanan2.      Tingkat ansietas

Tujuan dan Kriteria Hasil:Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam klien mampu untuk:

1.    Menunjukkan tingkat kenyamanan dengan indicator:

  Melaporkan kesejahteraan fisik

  Melaporkan kepuasan dengan kontrol gejala

  Melaporkan kesejahteraan psikologis

  Mengekspresikan kepuasan hati dengan lingkungan fisik

NICPain Management

1.       Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan

2.       Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, skala, kualitas dan faktor presipitasi(otot yang sudah lama tidak digerakkan)

3.       Lakukan tindakan kenyamanan untuk meningkatkan relaksasi, mis. Pemijatan, mengatur posisi, teknik relaksasi.

4.       Gunakan teknik panas dan dingin sesuai anjuran untuk meminimalkan nyeri.

5.       Pilihlah variasi dari ukuran pengobatan (farmakologis,

Page 5: ASKEP HIPOSPADIA

Melaporkan perasaan tidak nyaman

Melaporkan kurang senang dengan situasi tersebut

gelisahFaktor yang Berhubungan:

  Gejala terkait penyakit  Sumber yangtidak adekuat

(misalnya dukungan finansial dan sosial)

  Kurang pengendalian lingkungan

  Mengekspresikan kepuasan hati dengan hubungan sosial

  Mengekspresikan kepuasan spiritual

  Melaporkan kepuasan dengan tingkat kebebasan

  Mengekspresikan kepuasan dengan kontrol nyeri

2.    Menunjukkan Ansietas dengan indikator:

1.    Menunjukkan fleksibilitas peran

2.    Keluarga menunjukkan3.    fleksibilitas peran para

anggotanya 4.    Melibatkan angoota keluarga

dalam membuat keputusan 5.    Mengekspresikan perasaan

dan kebebasan emosional 6.    Menunjukkan strategi

penurunan stress

nonfarmakologis, dan hubungan atar pribadi) untuk mengurangi nyeri

6.       Ajari untuk menggunakan tehnik non-farmakologi (spt: biofeddback, TENS, hypnosis, relaksasi, terapi musik, distraksi, terapi bermain, acupressure, apikasi hangat/dingin, dan pijatan ) sebelum, sesudah dan jika memungkinkan, selama puncak nyeri , sebelum nyeri terjadi atau meningkat, dan sepanjang nyeri itu masih terukur

7.       Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri

Penurunan Ansietas8.       Gunakan pendekatan yang

menenangkan9.       Nyatakan dengan jelas harapan

terhadap pelaku pasien10.   Temani pasien untuk

memberikan keamanan dan

Page 6: ASKEP HIPOSPADIA

mengurangi takut11.   Dorong keluarga untuk menemani

anak12.   Lakukan back / neck rub13.   Dengarkan dengan penuh

perhatian14.   Identifikasi tingkat kecemasan 15.   Bantu pasien mengenal situasi

yang menimbulkan kecemasan16.   Dorong pasien untuk

mengungkapkan perasaan, ketakutan, persepsi

17.   Berikan obat untuk mengurangi kecemasanKolaborasi

18.   Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil

19.   Kolaborasi prosedur pembedahan :

a.       Pelepasan chordee dan  tunnelingb.      uretroplasty

Page 7: ASKEP HIPOSPADIA

Health Education20.   Berikan informasi faktual

mengenai diagnosis, tindakan prognosis Managemen Tekanan

21.   Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur

22.   Instruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi

2.Post OperasiNyeri akutDefinisi:Pengalaman emosional dan sensori yang tidak menyenangkan yang muncul dari kerusakan jaringan secara aktual dan potensial atau menunjukkan adanya kerusakan (Assosiation for Study of Pain) : serangan mendadak atau perlahan

NOC1.        Kontrol Nyeri2.        Tingkat Kenyamanan3.        Tingkatan nyeri

Tujuan dan Kriteria Hasil:Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam klien mampu :

       Mengontrol nyeri, dengan indikator :

Mampu mengenali faktor penyebab

Mampu melaporkan gejala

NICManajemen Nyeri

1.      Kaji secara komphrehensif tentang nyeri, meliputi: lokasi, karakteristik dan onset, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas/ beratnya nyeri, dan faktor-faktor presipitasi.

2.      Lakukan penilaian nyeri secara komprehensif dimulai dari lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas dan penyebab.

3.      Gunakan komunikasi terapeutik agar pasien dapat menyatakan

Page 8: ASKEP HIPOSPADIA

dari intensitas ringan sampai berat yang diantisipasi atau diprediksi durasi nyeri kurang dari 6 bulan.Batasan Karakteristik:

  Melaporkan nyeri secara verbal dan nonverbal

  Menunjukkan kerusakan  Posisi untuk mengurangi

nyeriFaktor-Faktor yang berhubungan:Agen cedera (biologi, psikologi, kimia, fisika)

pada tenaga kesehatan Mampu mengenali gejala-

gejala nyeri       Mempertahankan tingkat

kenyamanan, dengan indikator :

Dapat melakukan aktivitas seperti biasa tanpa harus merasakan nyeri.

      Menunjukan tingkat nyeri, dengan indikator :

Mampu melaporkan adanya nyeri, frekuensi nyeri dan episode lamanya nyeri.

Tanda-tanda vital kembali normal.

pengalaman nyerinya serta dukungan dalam merespon nyeri.

4.      Tentukan dampak nyeri terhadap kehidupan sehari-hari (tidur, nafsu makan, aktifitas, kesadaran, mood, hubungan social, performance kerja dan melakukan tanggung jawab sehari-hari

5.      Modifikasi tindakan mengontrol nyeri berdasarkan respon pasien.

6.      Tingkatkan tidur/istirahat yang cukup.Pemberian Analgetik

7.      Menentukan lokasi, karakteristik, mutu, dan intensitas nyeri sebelum mengobati klien.

8.      Cek riwayat alergi obat.9.      Tentukan jenis analgesic yang

digunakan (narkotik, non narkotik atau NSAID) berdasarkan tipe dan tingkat nyeri.

10.  Tentukan analgesic yang cocok,

Page 9: ASKEP HIPOSPADIA

rute pemberian dan dosis optimal.11.  Mengevaluasi efektivitas analgesic

pada interval tertentu, terutama setelah dosis awal, pengamatan juga dilakukan melihat adanya tanda dan gejala buruk atau tidak menguntungkan ( berhubungan dengan pernapasan, depresi, mual muntah, mulut kering dan konstipasi).Kolaborasi

12.  Kolaborasikan dengan pasien, orang terdekat dan tenaga profesional lain untuk memilh teknik non farmakologi

13.  Kolaborasikan dengan dokter jika terjadi perubahan obat, dosis, rute pemberian, atau interval, serta membuat rekomendasi spesifik berdasar pada prinsip equianalgesic.Health Education

Page 10: ASKEP HIPOSPADIA

14.  Berikan informasi tentang nyeri, seperti: penyebab, berapa lama terjadi, dan tindakan pencegahan.

15.  Anjurkan pasien untuk memonitor sendiri nyeri.

3. Resiko InfeksiDefinisi:Kenaikan resiko karena diserang oleh organisme penyakit.Batasan Karakteristik:

Penyakit kronik Mendapatkan kekebalan

yang tidak adekuat Pertahanan utama yang

tidak adekuat (e.g., kerusakan kulit, jaringan yang luka, pengurangan dalam tindakan, perubahan pada sekresi PH, mengubah gerak peristaltic)

NOC1.         Status Imun2.         Kontrol Infeksi

Tujuan dan Kriteria Hasil:Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam klien mampu untuk:

1.    Menunjukan status imun, dengan indikator :

      Tidak adanya infeksi berulang, tidak adanya tumor, Reaksi tes kulit cocok dengan pembukaan, Kadar zat terlarut pada antibody dalam batas normal

2.      Menunjukan kontrol infeksi,

NICKontrol Infeksi

1.      Batasi jumlah pengunjung/pembezuk.

2.      Gunakan sabun anti mikroba untuk mencuci tangan dengan benar.

3.      Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan perawatan pada pasien.

4.      Gunakan aturan umum.5.      Gunakan sarung tangan yang

bersih.6.      Jaga lingkungan agar tetap steril

selama insersi di tempat tidur.7.      Jaga lingkungan agar tetap steril

ketika mengganti saluran dan botol TPN.

Page 11: ASKEP HIPOSPADIA

Pertahanan kedua yang tidak adekuat (pengurangan hemoglobin, leucopenia, respon yang menekan sesuatu yang menyebabkan radang)

Pertambahan pembukaan lingkungan pada pathogen

Agen farmasi (ex: zat yang menghambat reaksi imun)

Membran amniotic pecah sebelum waktunya

Memperpanjang perpecahan pada membrane amniotic

Trauma/luka berat Destruksi jaringan

degan indikator :      Mendeskripsikan mode

transmisi, mendeskripsikan factor-faktor yang menyertai transmisi, mendeskripsi-kan tanda-tanda dan gejala, Mendeskripsikan aktivitas-aktivitas meningkatkan daya tahan terhadap infeksi.

8.      Tutup/jaga kerahasiaan system ketika melakukan pemeriksaan invasive hemodynamic.

9.      Ganti peripheral IV dan balutan berdasarkan petunju CDC.

10.  Pastikan keadaan steril saat menangani IV.

11.  Tingkatkan pemasukkan nutrisi yang tepat.

12.  Tingkatkan pemasukan cairan yang tepat.

13.  Lakukan terapi antibiotic yang tepat.Health Education

14.  Ajarkan mencuci tangan untuk memperbaiki kesehatan pribadi.

15.  Ajarkan teknik mencuci tangan yang benar.

16.  Ajarkan pasien dan keluarga tentang tanda-tanda dan gejala infeksi dan kapan harus melaporkannya pada tim

Page 12: ASKEP HIPOSPADIA

kesehatan.17.  Ajarkan pasien untuk memakan

antibiotic sesuai resep.