Askep Hipertensi

27
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan salah satu penyakit yang umum dijumpai di masyarakat yang terkait dengan sistem kardiovaskuler. Hipertensi bukan penyakit menular, namun kita juga tidak bisa menganggapnya sepele. Tekanan Darah tinggi atau Hipertesi dan arterosclerosis (pengerasan arteri) adalah dua kondisi pokok yang mendasari banyak bentuk penyakit kardiovaskuler. Lebih jauh, tidak jarang tekanan darah tinggi juga menyebabkan gangguan ginjal. Sampai saat ini, usaha-usaha baik untuk mencegah maupun mengobati penyakit hipertensi belum berhasil sepenuhnya, hal ini dikarenakan banyak faktor penghambat yang mempengaruhi seperti kurang pengetahuan tentang hipertensi (pengertian, klasifikasi, tanda dan gejala, sebab akibat, komplikasi) dan juga perawatannya. Angka kematian karena hipertensi di Indonesia sangat tinggi. Hipertensi merupakan penyebab kematian nomor 3 setelah stroke dan tuberkulosis, yakni mencapai 6,7% dari populasi kematian pada semua umur di Indonesia. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Balitbangkes 1

description

Askep Hipertensi : Definisi, Etiologi, Manifestasi klinis, Patofisiologis, Pemeriksaan penunjang, Penatalaksanaan, Diagnosa Kep yang lazim, Intervensi

Transcript of Askep Hipertensi

Page 1: Askep Hipertensi

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hipertensi merupakan salah satu penyakit yang umum dijumpai di masyarakat

yang terkait dengan sistem kardiovaskuler. Hipertensi bukan penyakit menular,

namun kita juga tidak bisa menganggapnya sepele. Tekanan Darah tinggi atau

Hipertesi dan arterosclerosis (pengerasan arteri) adalah dua kondisi pokok yang

mendasari banyak bentuk penyakit kardiovaskuler. Lebih jauh, tidak jarang tekanan

darah tinggi juga menyebabkan gangguan ginjal. Sampai saat ini, usaha-usaha baik

untuk mencegah maupun mengobati penyakit hipertensi belum berhasil sepenuhnya,

hal ini dikarenakan banyak faktor penghambat yang mempengaruhi seperti kurang

pengetahuan tentang hipertensi (pengertian, klasifikasi, tanda dan gejala, sebab

akibat, komplikasi) dan juga perawatannya.

Angka kematian karena hipertensi di Indonesia sangat tinggi. Hipertensi

merupakan penyebab kematian nomor 3 setelah stroke dan tuberkulosis, yakni 

mencapai 6,7% dari populasi kematian pada semua umur di Indonesia. Hasil Riset

Kesehatan Dasar (Riskesdas) Balitbangkes tahun 2007 menunjukan prevalensi

hipertensi secara nasional mencapai 31,7% (Kementerian Kesehatan Republik

Indonesia). Dari jumlah itu, 60% penderita hipertensi berakhir pada stroke.

Sedangkan sisanya pada jantung, gagal ginjal, dan kebutaan.

B. Rumusan Masalah

Berikut ini adalah rumusan masalah mengenai hipertensi:

1. Apa definisi hipertensi?

2.

C. Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

1

Page 2: Askep Hipertensi

1. Mampu mengetahui definisi hipertensi.

2. Mampu mengetahui etiologi hipertensi

3. Mampu mengetahui manifestasi klinis hipertensi

4. Mampu mengetahui pemeriksaan penunjang hipertensi

5. Mampu mengetahui penatalaksanaan medis hipertensi.

2

Page 3: Askep Hipertensi

BAB II

ISI

A. Pengertian Hipertensi

Hipertensi adalah tekanan darah sistolik 140 mmHg dan tekanan darah

diastolik 90 mmHg. Hipertensi merupakan suatu keadaan dimana terjadi

peningkatan tekanan darah baik sistole dan diastole karena adanya gangguan

peredaran darah tepi dengan tanda dan gejala yang khas. Klasifikasi hipertensi

menurut JNC VII :

Sistolik Diastolik

1. Normotensi

2. Pre hipertensi

3. Hipertensi tahap I

4. hipertensi tahap II

< 130

130 – 140

140 – 160

> 160

< 80

80 – 90

91 – 100

> 100

B. Etiologi

Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi 2 golongan yaitu :

a. Hipertensi primer atau essensial yang tidak diketahui penyebabnya atau

idiopatik terdapat sekitar 90% kasus dan banyak penderita tidak menunjukkan

gejala atau keluhan. Berbagai hal seperti faktor genetik, aktivitas saraf simpatis,

faktor hemodinamik, metabolisme natrium dalam ginjal, gangguan mekanisme

pompa Na (sodium pump) dan faktor renin, angiotensin, aldosteron serta faktor

yang meningkatkan resiko seperti obesitas, alkohol, merokok dan polisetimia

mempunyai kaitan erat dengan peningkatan tekanan darah esensial.

b. Hipertensi sekunder atau hipertensi renal. Terdapat sekitar 5% kasus. Penyebab

spesifiknya diketahui seperti glomerulonefritis, penggunaan estrogen, penyakit

ginjal, hipertensi vaskularrenal, hiperaldisteronisme primer, sindrom chusing,

3

Page 4: Askep Hipertensi

feotromositoma, koarktasioaorta, hipertensi yang berhubungan dengan

kehamilan dan lain-lain.

C. Patofisiologi

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak

di pusat vasomotor, pada medula di otak. Dari pusat vasomotor ini bermula pada

sistem saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari

kolumna medula spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan

pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui

sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis.

Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan

merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan

dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Individu

dengan hipertensi sangat sensitif terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui

dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.

Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah

sebagai respons rangsang emosi. Kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan

tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epineprin, yang

menyebabkan vasokonstriksi.

Korteks adrenal mensekresi kortisol dan streroid lainnya, yang dapat

memperkuat respons vasokonstriksi pembuluh darah. Vasokonstriksi yang

mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin.

Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi

angiotensin II, suatu vasokonstrikstriktor kuat. Yang pada gilirannya merangsang

sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. hormon ini menyebabkan retensi natrium dan

air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intravaskuler. Semua

faktor tersebut cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.

Pertimbangan gerontologis. Perubahan struktur dan fungsional pada sistem

perifer bertanggung jawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia

4

Page 5: Askep Hipertensi

lanjut. Perubahan tersebut meliputi arterosklerosis, hilangnya elastisistas jaringan

ikat, dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya

menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya,

aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume

darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup), mengakibatkan penurunan

curah jantung dan peningkatan tahanan parifer (Bruner dan Suddarth, 2001).

D. Manifestasi Klinis

Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi ( Edward K Chung, 1995 )

1. Tidak ada gejala

Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan

tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal

ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri

tidak terukur.

2. Gejala yang lazim

Bila ada biasanya menunjukkan kerusakan vaskuler, dengan manifestasi yang

khas sesuai system organ yang divaskularisasi oleh pembuluh darah yang

bersangkutan. Penyakit arteri koroner dengan angina adalah gejala yang paling

menyertai hipertensi. Hipertofi ventrikel kiri terjadi sebagai respons peningkatan

beban kerja ventrikel saat dipaksa berkontraksi melawan tekanan sistemik yang

meningkat. Apabila jantung tidak mampu lagi menahan peningkatan beban kerja

maka terjadi gagal jantung kiri. Perubahan patologis pada ginjal dapat

bermanifestasi sebagai nokturia (peningkatan urinasi pada malam hari) dan

azotemia (peningkatan nitrogen urea darah dan kretinin). Keterlibatan pembuluh

darah otak dapat menimbulkan stroke atau serangan iskemik trasien yang

termanifestasi sebagai paralysis sementara pada satu sisi (hemiplegia) atau

gangguan ketajaman penglihatan.

Gejala dan tanda yang biasa timbul pada penyakit hipertensi adalah

5

Page 6: Askep Hipertensi

Nyeri kepala yang menjalar sampai kekuduk

Pandangan kabur

Terjadi peningkatan tekanan darah yang nyata

Mata berkunang-kunang

Jantung berdebar-debar

Badan terasa lemah

Perubahan emosi (mudah marah)

Telinga sering berdenging

Rasa pegel di bahu hingga tengkuk

E. Pemeriksaan Diagnostik

a. Riwayat dan pemeriksaan fisik secara menyeluruh

b. Pemeriksaan retina

c. Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kerusakan organ seperti ginjal dan

jantung

d. EKG untuk mengetahui hipertropi ventrikel kiri

e. Urinalisa untuk mengetahui protein dalam urin, darah, glukosa

f. Pemeriksaan : renogram, pielogram intravena arteriogram renal, pemeriksaan

fungsi ginjal terpisah dan penentuan kadar urin.

g. Foto dada dan CT scan

F. Penatalaksanaan

Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas

akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan

pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg. Prinsip pengelolaan penyakit

hipertensi meliputi :

1.) Terapi tanpa Obat

6

Page 7: Askep Hipertensi

Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan dan

sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa obat ini

meliputi :

a. Diet, diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :

a) Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr

b) Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh

c) Penurunan berat badan

d) Penurunan asupan etanol

e) Menghentikan merokok

f) Diet tinggi kalium

b. Latihan Fisik

Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang dianjurkan untuk

penderita hipertensi adalah olah raga yang mempunyai empat prinsip yaitu :

a) Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, jogging,

bersepeda, berenang dan lain-lain

b) Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari kapasitas aerobik

atau 72-87 % dari denyut nadi maksimal yang disebut zona latihan.

Denyut nadi maksimal dapat ditentukan dengan rumus 220 – umur

c) Lamanya latihan berkisar antara 20 – 25 menit berada dalam zona

latihan

d) Frekuensi latihan sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik 5 x

perminggu

c. Edukasi Psikologis

Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi :

a) Tehnik Biofeedback

7

Page 8: Askep Hipertensi

Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk menunjukkan pada

subyek tanda-tanda mengenai keadaan tubuh yang secara sadar oleh

subyek dianggap tidak normal. Penerapan biofeedback terutama

dipakai untuk mengatasi

gangguan somatik seperti nyeri kepala dan migrain, juga untuk

gangguan psikologis seperti kecemasan dan ketegangan.

b) Tehnik relaksasi

Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk

mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih penderita

untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam tubuh menjadi rileks.

c) Pendidikan Kesehatan ( Penyuluhan )

Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan

pasien tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien

dapat mempertahankan hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut.

d. Terapi dengan Obat

Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja

tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar

penderita dapat bertambah kuat. Pengobatan hipertensi umumnya perlu

dilakukan seumur hidup penderita. Pengobatan standar yang dianjurkan oleh

Komite Dokter Ahli Hipertensi ( JOINT NATIONAL COMMITTEE ON

DETECTION, EVALUATION AND TREATMENT OF HIGH BLOOD

PRESSURE, USA, 1988 ) menyimpulkan bahwa obat diuretika, penyekat

beta, antagonis kalsium, atau penghambat ACE dapat digunakan sebagai

obat tunggal pertama dengan memperhatikan keadaan penderita dan

penyakit lain yang ada pada penderita.

Pengobatannya meliputi :

8

Page 9: Askep Hipertensi

a. Step 1 : Obat pilihan pertama : diuretika, beta blocker, Ca

antagonis,

ACE inhibitor .

b. Step 2 : Alternatif yang bisa diberikan

1) Dosis obat pertama dinaikan

2) Diganti jenis lain dari obat pilihan pertama

3) Ditambah obat ke –2 jenis lain, dapat berupa diuretika , beta

blocker, Ca antagonis, Alpa blocker, clonidin, reserphin, vasodilator

c. Step 3 : alternatif yang bisa ditempuh

1) Obat ke-2 diganti

2) Ditambah obat ke-3 jenis lain

d. Step 4 : alternatif pemberian obatnya

1) Ditambah obat ke-3 dan ke-4

2) Re-evaluasi dan konsultasi

e. Follow Up untuk mempertahankan terapi

Untuk mempertahankan terapi jangka panjang memerlukan interaksi dan

komunikasi yang baik antara pasien dan petugas kesehatan( perawat,

dokter ) dengan cara pemberian pendidikan kesehatan. Hal-hal yang

harus diperhatikan dalam interaksi pasien dengan petugas kesehatan

adalah sebagai berikut :

a) Setiap kali penderita periksa, penderita diberitahu hasil pengukuran

tekanan darahnya

b) Bicarakan dengan penderita tujuan yang hendak dicapai mengenai

tekanan darahnya

c) Diskusikan dengan penderita bahwa hipertensi tidak dapat sembuh,

namun bisa dikendalikan untuk dapat menurunkan morbiditas dan

mortilitas

9

Page 10: Askep Hipertensi

d) Yakinkan penderita bahwa penderita tidak dapat mengatakan

tingginya tekanan darah atas dasar apa yang dirasakannya, tekanan

darah hanya dapat diketahui dengan mengukur memakai alat

tensimeter

e) Penderita tidak boleh menghentikan obat tanpa didiskusikan lebih

dahulu

f) Sedapat mungkin tindakan terapi dimasukkan dalam cara hidup

penderita

g) Ikut sertakan keluarga penderita dalam proses terapi

h) Pada penderita tertentu mungkin menguntungkan bila penderita atau

keluarga dapat mengukur tekanan darahnya di rumah

i) Buatlah sesederhana mungkin pemakaian obat anti hipertensi misal 1

x sehari atau 2 x sehari

j) Diskusikan dengan penderita tentang obat-obat anti hipertensi, efek

samping dan masalah-masalah yang mungkin terjadi

k) Yakinkan penderita kemungkinan perlunya memodifikasi dosis atau

mengganti obat untuk mencapai efek samping minimal dan efektifitas

maksimal

l) Usahakan biaya terapi seminimal mungkin

m) Untuk penderita yang kurang patuh, usahakan kunjungan lebih sering

n) Hubungi segera penderita, bila tidak datang pada waktu yang

ditentukan.

Melihat pentingnya kepatuhan pasien dalam pengobatan maka sangat

diperlukan sekali pengetahuan dan sikap pasien tentang pemahaman dan

pelaksanaan pengobatan hipertensi.

G. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan untuk klien hipertensi mencakup :

10

Page 11: Askep Hipertensi

a. Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload,

vaskonstriksi, iskemia miokard, hipertropi ventricular

b. Nyeri (sakit kepala) berhubungan dengan peningkatan tekanan vasculer serebral

c. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan

kebutuhan oksigen

H. Intervensi Keperawatan

a. Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload,

vasokonstriksi, iskemia miokard, hipertropi ventrikelar

Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan

masalah penurunan curah jantung dapat teratasi dengan kriteria hasil:

1)      mempertahankan tekanan darah dalam rentang individu yang dapat diterima

2)      berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan tekanan darah atau kerja

jantung

3)      memperlihatkan irama dan frekuensi jantung stabil dalam rentang normal

pasien

INTERVENSI RASIONAL

Pantau tekanan darah. Ukur pada

kedua tangan/paha untuk evaluasi

awal. Gunakan ukuran manset yang

tepat dan teknik yang akurat.

Perbandingan dari tekanan

memberikan gambaran yang lebih

langkap tentang keterlibatan/bidang

masalah vaskuler. Hipertensi berat

diklasifikasikan pada orang dewasa

sebagai peningkatan tekanan diastolik

sampai 130 mmHg, hasil pengukuran

diastolik di atas 130 mmHg

dipertimbangkan sebagai peningkatan

pertama, kemudian maligna.

Hipertensi sistolit juga merupakan

11

Page 12: Askep Hipertensi

faktor risiko yang ditentukan untuk

penyakit serebrovaskular dan

penyakit iskemi jantung bila tekanan

diastolik 90-115

Catat keberadaan, kualitas denyutan

sentral dan parifer

Denyutan karotis,jugularis, radialis

dan femoralis mungkin

teramati/terpalpasi. Denyut pada

tungkai mungkin menurun,

mencerminkan efek dari

vasokonstriksi (peningkatan SVR)

dan kongesti vena

Auskultasi tonus jantung dan bunyi

napas

S4 umum terdengar pada pasien

hipertensi berat karena adanya

hipertropi atrium (peningkatan

volume/tekanan atrium). Perkemba-

 ngan S3 menunjukkan hipertropi

ventrikel dan kerusakan fungsi.

Adanya krakles, mengindikasikan

kongesti paru sekunder terhadap

terjadinya atau gagal jantung kronik.

Amati warna kulit, kelembaban, suhu,

dan masa pengisian kapiler

Adanya pucat, dingin, kulit lembab

dan masa pengisian kapiler lambat

mungkin berkaitan dengan

vasokonstriksi atau mencerminkan

dekompensasi/penurunan curah

jantung.

Catat edema umum/tertentu Dapat mengindikasi gagal jantung,

kerusakan ginjal atau vaskular

12

Page 13: Askep Hipertensi

Berikan lingkungan tenang, nyaman,

kurangi aktivitas/keributan

lingkungan. Batasi jumlah

pengunjung dan lamanya tinggal

Membantu menurunkan rangsang

simpatis meningkatkan relaksasi

Pertahankan pembatasan aktivitas,

seperti: istirahat di tempat tidur/kursi,

jadwalperiode istirahat tanpa

gangguan, bantu pasien melakukan

aktivitas perawatan diri sesuai

kebutuhan

Menurunkan stres dan ketegangan

yang mempengaruhi tekanna darah

dan perjalanan peyakit hipertensi

Lakukan tindakan-tindakan yang

nyaman, seperti: pijatan punggung

dan leher, meninggikan kepala tempat

tidur

Mengurangi ketidaknyamanan dan

dapat menurunkan rangsang simpatis

Anjurkan teknik relaksasi, panduan

imajinasi, aktivitas pengalihan

Dapat menurunkan rangsangan yang

menimbulkan stres, membuat efek

tenang, sehingga akan menurunkan

TD

Pantau respon terhadap obat untuk

mengontrol takanan darah

Respon terhadap terapi obat

“stepped” (yang terdiri dari atas

diuretik, inhibitor simpatis dan

vasodilator) tergantung pada individu

dan efek sinergis obat. Karena efek

samping tersebut, maka penting untuk

menggunakan obat dalam jumlah

paling sedikit dan dosis paling rebdah

Kolaborasi:

Berikan obat-obat sesuai indikasi,

Tiazid mungkin digunakan sendiri

atau dicampur dengan obat lain untuk

13

Page 14: Askep Hipertensi

contoh:

Diuretic tiazin, misalnya:

kortikosteroid (diuri), hidroklorotiazid

(esidrix/hidroDIURIL),

bendroflumentiazid (Naturetin)

menurunkan TD pada pasien dengan

fungsi ginjal yang relative normal.

Diuretic ini memperkuan agen-agen

antihipertensif lain dengan membatasi

retensi cairan.

Berikan pembatasan cairan dan diit

natrium sesuai indikasi

Pembatasan ini dapat menangani

retensi cairan respon hipertensif,

dengan demikian menurunkan kerja

jantung

b. Nyeri (sakit kepala) berhubungan dengan peningkatan tekan vasculer serebral

Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan

masalah nyeri teratasi dengan kriteria hasil:

1)      Melaporkan nyeri/ketidaknyamanan terkontrol

2)      Mengikuti regimen farmakologi yang diresepkan

INTERVENSI RASIONAL

Mempertahankan tirah baring selama fase

akut

Meminimalkan

stimulasi/meningkatkan

relaksasi

Berikan tindakan nonfarmakologi untuk

menghilangkan sakit kepala, missal:

kompres dingin pada dahi, pijat punggung

dan leher, tenang, redupkan lampu kamar,

teknik relaksasi (panduan imajinasi,

distraksi) dan aktivitas waktu senggang

Tindakan yang menurunkan

tekanan vaskular serebral

 dan yang memperlambat atau

memblok respon simpatis

efektif dalam menghilangkan

sakit kepala dan

komplikasinya

Hilangkan/minimalkan aktivitas

vasokonstriksi yang dapat meningkatkan

Aktivitas yang meningkatkan

vasokonstriksi menyebabkan

14

Page 15: Askep Hipertensi

sakit kepala, misalnya mengejan saat BAB,

batuk panjang, membungkuk

sakit kepala pada adanya

peningkatan tekanan

vaskularserebral

Bantu pasien dalam ambulasi sesuai

kebutuhan

Pusing dan penglihatan kabur

sering berhubungan dengan

sakit kepala. Pasien juga

dapat mengalami episode

hipotensi postural

Berikan cairan, makanan lunak, perawatan

mulut yang teratur bila terjadi perdarahan

hidung atau kompres hidung telah dilakukan

untuk menghentikan perdarahan

Meningkatkan kenyamanan

umum. Kompres hidung dan

mengganggu menelan atau

membutuhkan napas dengan

mulut, menimbulkan stagnasi

sekresi oral dan menger

membran mukosa

Kilaborasi:

Berikan sesuai indikasi: analgesik

Menurunkan/mengontrol

nyeri dan menurunkan

rangsang sistem saraf

simpatis

Antiansieta, missal lorazepam (ativan),

diazepam (valium)

Dapat mengurangi tegangan

dan ketidaknyamanan

diperberat oleh stres

c. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan

kebutuhan oksigen

Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan

masalah intoleransi aktivitas teratasi dengan kriteria hasil:

1)      Peningkatan dalam toleransi aktivitas yang dapat diukur

15

Page 16: Askep Hipertensi

2)      Menunjukkan penurunan dalam tanda-tanda intoleransi fisiologi

3)      Berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan/diperlukan

INTERVENSI RASIONAL

Kaji respons pasien terhadap

aktivitas, perhatikan frekuensi nadi

lebih dari 20 kali permenit di atas

frekuensi istirahat, peningkatan TD

yang nyata selama/sesudah aktivitas

(tekanan sistolik meningkat 40 mmHg

atau tekanan diastolik meningkat 20

mmHg), dispnea atau nyeri dada,

keletihan dan kelemahan yang

berlebihan, diaphoresis, pusing atau

pingsan

Menyebutkan parameter membantu

dalam mengkaji respons fisiologi

terhadap stress aktivitas dan bila ada

merupakan indikator dari kelebihan

kerja yang berkaitan dengan tingkat

aktivitas

Instruksikan pasien tentang teknik

penghematan energi, missal:

menggunakan kursi saat mandi,

duduk saat menyisir rambut atau

menyikat gigi, melakukan aktivitas

dengan perlahan

Teknik menghemat energi

mengurangi penggunaan energi,

juga membantu keseimbangan

antara suplai dan kebutuhan oksigen

Berikan dorongan untuk melakukan

aktivitas/perawatan diri terhadap jika

dapat ditoleransi. Berikan bantuan

sesuai kebutuhan.

Kemajuan aktivitas bertahap

mencegah peningkatan kerja jantung

tiba-tiba. Memberikan bantuan

hanya sebatas kebutuhan akan

mendorong kemandirian dalam

melakukan aktivitas.

16

Page 17: Askep Hipertensi

BAB III

PENUTUP

a. Simpulan

Hipertensi adalah meningkatnya tekanan sistolik sedikitnya 140 mmHg dan

diastolik sedikitnya 90 mmHg. Hipertensi dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:

Faktor genetik, Usia, keadaan emosi seseorang, konsumsi Na terlalu tinggi, Obat,

Hormonal, Neurologik ,dll.

Orang yang sugah terkena hipertensi dapat juga mengalami banyak

komplikasi yang diderita, diantaranya Stroke, kebutaan, angina pectoris, CHF, gagal

ginjal, infark miokard, dll.

b. Saran

Untuk menghindari terjadinya hipertensi, maka sebaiknya kita selaku petugas

medis sebaiknya memberi contoh masyarakat untuk menerapkan perilaku hidup

bersih dan sehat, dan juga tidak mengkonsumsi makanan sembarangan yang belum

teruji kesehatannya.

17