BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hipertensi merupakan salah satu penyakit yang umum dijumpai di masyarakat
yang terkait dengan sistem kardiovaskuler. Hipertensi bukan penyakit menular,
namun kita juga tidak bisa menganggapnya sepele. Tekanan Darah tinggi atau
Hipertesi dan arterosclerosis (pengerasan arteri) adalah dua kondisi pokok yang
mendasari banyak bentuk penyakit kardiovaskuler. Lebih jauh, tidak jarang tekanan
darah tinggi juga menyebabkan gangguan ginjal. Sampai saat ini, usaha-usaha baik
untuk mencegah maupun mengobati penyakit hipertensi belum berhasil sepenuhnya,
hal ini dikarenakan banyak faktor penghambat yang mempengaruhi seperti kurang
pengetahuan tentang hipertensi (pengertian, klasifikasi, tanda dan gejala, sebab
akibat, komplikasi) dan juga perawatannya.
Angka kematian karena hipertensi di Indonesia sangat tinggi. Hipertensi
merupakan penyebab kematian nomor 3 setelah stroke dan tuberkulosis, yakni
mencapai 6,7% dari populasi kematian pada semua umur di Indonesia. Hasil Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) Balitbangkes tahun 2007 menunjukan prevalensi
hipertensi secara nasional mencapai 31,7% (Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia). Dari jumlah itu, 60% penderita hipertensi berakhir pada stroke.
Sedangkan sisanya pada jantung, gagal ginjal, dan kebutaan.
B. Rumusan Masalah
Berikut ini adalah rumusan masalah mengenai hipertensi:
1. Apa definisi hipertensi?
2.
C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1
1. Mampu mengetahui definisi hipertensi.
2. Mampu mengetahui etiologi hipertensi
3. Mampu mengetahui manifestasi klinis hipertensi
4. Mampu mengetahui pemeriksaan penunjang hipertensi
5. Mampu mengetahui penatalaksanaan medis hipertensi.
2
BAB II
ISI
A. Pengertian Hipertensi
Hipertensi adalah tekanan darah sistolik 140 mmHg dan tekanan darah
diastolik 90 mmHg. Hipertensi merupakan suatu keadaan dimana terjadi
peningkatan tekanan darah baik sistole dan diastole karena adanya gangguan
peredaran darah tepi dengan tanda dan gejala yang khas. Klasifikasi hipertensi
menurut JNC VII :
Sistolik Diastolik
1. Normotensi
2. Pre hipertensi
3. Hipertensi tahap I
4. hipertensi tahap II
< 130
130 – 140
140 – 160
> 160
< 80
80 – 90
91 – 100
> 100
B. Etiologi
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi 2 golongan yaitu :
a. Hipertensi primer atau essensial yang tidak diketahui penyebabnya atau
idiopatik terdapat sekitar 90% kasus dan banyak penderita tidak menunjukkan
gejala atau keluhan. Berbagai hal seperti faktor genetik, aktivitas saraf simpatis,
faktor hemodinamik, metabolisme natrium dalam ginjal, gangguan mekanisme
pompa Na (sodium pump) dan faktor renin, angiotensin, aldosteron serta faktor
yang meningkatkan resiko seperti obesitas, alkohol, merokok dan polisetimia
mempunyai kaitan erat dengan peningkatan tekanan darah esensial.
b. Hipertensi sekunder atau hipertensi renal. Terdapat sekitar 5% kasus. Penyebab
spesifiknya diketahui seperti glomerulonefritis, penggunaan estrogen, penyakit
ginjal, hipertensi vaskularrenal, hiperaldisteronisme primer, sindrom chusing,
3
feotromositoma, koarktasioaorta, hipertensi yang berhubungan dengan
kehamilan dan lain-lain.
C. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak
di pusat vasomotor, pada medula di otak. Dari pusat vasomotor ini bermula pada
sistem saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari
kolumna medula spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan
pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui
sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis.
Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan
merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan
dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Individu
dengan hipertensi sangat sensitif terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui
dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah
sebagai respons rangsang emosi. Kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan
tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epineprin, yang
menyebabkan vasokonstriksi.
Korteks adrenal mensekresi kortisol dan streroid lainnya, yang dapat
memperkuat respons vasokonstriksi pembuluh darah. Vasokonstriksi yang
mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin.
Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi
angiotensin II, suatu vasokonstrikstriktor kuat. Yang pada gilirannya merangsang
sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. hormon ini menyebabkan retensi natrium dan
air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intravaskuler. Semua
faktor tersebut cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.
Pertimbangan gerontologis. Perubahan struktur dan fungsional pada sistem
perifer bertanggung jawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia
4
lanjut. Perubahan tersebut meliputi arterosklerosis, hilangnya elastisistas jaringan
ikat, dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya
menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya,
aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume
darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup), mengakibatkan penurunan
curah jantung dan peningkatan tahanan parifer (Bruner dan Suddarth, 2001).
D. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi ( Edward K Chung, 1995 )
1. Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan
tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal
ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri
tidak terukur.
2. Gejala yang lazim
Bila ada biasanya menunjukkan kerusakan vaskuler, dengan manifestasi yang
khas sesuai system organ yang divaskularisasi oleh pembuluh darah yang
bersangkutan. Penyakit arteri koroner dengan angina adalah gejala yang paling
menyertai hipertensi. Hipertofi ventrikel kiri terjadi sebagai respons peningkatan
beban kerja ventrikel saat dipaksa berkontraksi melawan tekanan sistemik yang
meningkat. Apabila jantung tidak mampu lagi menahan peningkatan beban kerja
maka terjadi gagal jantung kiri. Perubahan patologis pada ginjal dapat
bermanifestasi sebagai nokturia (peningkatan urinasi pada malam hari) dan
azotemia (peningkatan nitrogen urea darah dan kretinin). Keterlibatan pembuluh
darah otak dapat menimbulkan stroke atau serangan iskemik trasien yang
termanifestasi sebagai paralysis sementara pada satu sisi (hemiplegia) atau
gangguan ketajaman penglihatan.
Gejala dan tanda yang biasa timbul pada penyakit hipertensi adalah
5
Nyeri kepala yang menjalar sampai kekuduk
Pandangan kabur
Terjadi peningkatan tekanan darah yang nyata
Mata berkunang-kunang
Jantung berdebar-debar
Badan terasa lemah
Perubahan emosi (mudah marah)
Telinga sering berdenging
Rasa pegel di bahu hingga tengkuk
E. Pemeriksaan Diagnostik
a. Riwayat dan pemeriksaan fisik secara menyeluruh
b. Pemeriksaan retina
c. Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kerusakan organ seperti ginjal dan
jantung
d. EKG untuk mengetahui hipertropi ventrikel kiri
e. Urinalisa untuk mengetahui protein dalam urin, darah, glukosa
f. Pemeriksaan : renogram, pielogram intravena arteriogram renal, pemeriksaan
fungsi ginjal terpisah dan penentuan kadar urin.
g. Foto dada dan CT scan
F. Penatalaksanaan
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas
akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan
pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg. Prinsip pengelolaan penyakit
hipertensi meliputi :
1.) Terapi tanpa Obat
6
Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan dan
sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa obat ini
meliputi :
a. Diet, diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :
a) Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr
b) Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
c) Penurunan berat badan
d) Penurunan asupan etanol
e) Menghentikan merokok
f) Diet tinggi kalium
b. Latihan Fisik
Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang dianjurkan untuk
penderita hipertensi adalah olah raga yang mempunyai empat prinsip yaitu :
a) Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, jogging,
bersepeda, berenang dan lain-lain
b) Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari kapasitas aerobik
atau 72-87 % dari denyut nadi maksimal yang disebut zona latihan.
Denyut nadi maksimal dapat ditentukan dengan rumus 220 – umur
c) Lamanya latihan berkisar antara 20 – 25 menit berada dalam zona
latihan
d) Frekuensi latihan sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik 5 x
perminggu
c. Edukasi Psikologis
Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi :
a) Tehnik Biofeedback
7
Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk menunjukkan pada
subyek tanda-tanda mengenai keadaan tubuh yang secara sadar oleh
subyek dianggap tidak normal. Penerapan biofeedback terutama
dipakai untuk mengatasi
gangguan somatik seperti nyeri kepala dan migrain, juga untuk
gangguan psikologis seperti kecemasan dan ketegangan.
b) Tehnik relaksasi
Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk
mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih penderita
untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam tubuh menjadi rileks.
c) Pendidikan Kesehatan ( Penyuluhan )
Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan
pasien tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien
dapat mempertahankan hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut.
d. Terapi dengan Obat
Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja
tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar
penderita dapat bertambah kuat. Pengobatan hipertensi umumnya perlu
dilakukan seumur hidup penderita. Pengobatan standar yang dianjurkan oleh
Komite Dokter Ahli Hipertensi ( JOINT NATIONAL COMMITTEE ON
DETECTION, EVALUATION AND TREATMENT OF HIGH BLOOD
PRESSURE, USA, 1988 ) menyimpulkan bahwa obat diuretika, penyekat
beta, antagonis kalsium, atau penghambat ACE dapat digunakan sebagai
obat tunggal pertama dengan memperhatikan keadaan penderita dan
penyakit lain yang ada pada penderita.
Pengobatannya meliputi :
8
a. Step 1 : Obat pilihan pertama : diuretika, beta blocker, Ca
antagonis,
ACE inhibitor .
b. Step 2 : Alternatif yang bisa diberikan
1) Dosis obat pertama dinaikan
2) Diganti jenis lain dari obat pilihan pertama
3) Ditambah obat ke –2 jenis lain, dapat berupa diuretika , beta
blocker, Ca antagonis, Alpa blocker, clonidin, reserphin, vasodilator
c. Step 3 : alternatif yang bisa ditempuh
1) Obat ke-2 diganti
2) Ditambah obat ke-3 jenis lain
d. Step 4 : alternatif pemberian obatnya
1) Ditambah obat ke-3 dan ke-4
2) Re-evaluasi dan konsultasi
e. Follow Up untuk mempertahankan terapi
Untuk mempertahankan terapi jangka panjang memerlukan interaksi dan
komunikasi yang baik antara pasien dan petugas kesehatan( perawat,
dokter ) dengan cara pemberian pendidikan kesehatan. Hal-hal yang
harus diperhatikan dalam interaksi pasien dengan petugas kesehatan
adalah sebagai berikut :
a) Setiap kali penderita periksa, penderita diberitahu hasil pengukuran
tekanan darahnya
b) Bicarakan dengan penderita tujuan yang hendak dicapai mengenai
tekanan darahnya
c) Diskusikan dengan penderita bahwa hipertensi tidak dapat sembuh,
namun bisa dikendalikan untuk dapat menurunkan morbiditas dan
mortilitas
9
d) Yakinkan penderita bahwa penderita tidak dapat mengatakan
tingginya tekanan darah atas dasar apa yang dirasakannya, tekanan
darah hanya dapat diketahui dengan mengukur memakai alat
tensimeter
e) Penderita tidak boleh menghentikan obat tanpa didiskusikan lebih
dahulu
f) Sedapat mungkin tindakan terapi dimasukkan dalam cara hidup
penderita
g) Ikut sertakan keluarga penderita dalam proses terapi
h) Pada penderita tertentu mungkin menguntungkan bila penderita atau
keluarga dapat mengukur tekanan darahnya di rumah
i) Buatlah sesederhana mungkin pemakaian obat anti hipertensi misal 1
x sehari atau 2 x sehari
j) Diskusikan dengan penderita tentang obat-obat anti hipertensi, efek
samping dan masalah-masalah yang mungkin terjadi
k) Yakinkan penderita kemungkinan perlunya memodifikasi dosis atau
mengganti obat untuk mencapai efek samping minimal dan efektifitas
maksimal
l) Usahakan biaya terapi seminimal mungkin
m) Untuk penderita yang kurang patuh, usahakan kunjungan lebih sering
n) Hubungi segera penderita, bila tidak datang pada waktu yang
ditentukan.
Melihat pentingnya kepatuhan pasien dalam pengobatan maka sangat
diperlukan sekali pengetahuan dan sikap pasien tentang pemahaman dan
pelaksanaan pengobatan hipertensi.
G. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan untuk klien hipertensi mencakup :
10
a. Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload,
vaskonstriksi, iskemia miokard, hipertropi ventricular
b. Nyeri (sakit kepala) berhubungan dengan peningkatan tekanan vasculer serebral
c. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen
H. Intervensi Keperawatan
a. Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload,
vasokonstriksi, iskemia miokard, hipertropi ventrikelar
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan
masalah penurunan curah jantung dapat teratasi dengan kriteria hasil:
1) mempertahankan tekanan darah dalam rentang individu yang dapat diterima
2) berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan tekanan darah atau kerja
jantung
3) memperlihatkan irama dan frekuensi jantung stabil dalam rentang normal
pasien
INTERVENSI RASIONAL
Pantau tekanan darah. Ukur pada
kedua tangan/paha untuk evaluasi
awal. Gunakan ukuran manset yang
tepat dan teknik yang akurat.
Perbandingan dari tekanan
memberikan gambaran yang lebih
langkap tentang keterlibatan/bidang
masalah vaskuler. Hipertensi berat
diklasifikasikan pada orang dewasa
sebagai peningkatan tekanan diastolik
sampai 130 mmHg, hasil pengukuran
diastolik di atas 130 mmHg
dipertimbangkan sebagai peningkatan
pertama, kemudian maligna.
Hipertensi sistolit juga merupakan
11
faktor risiko yang ditentukan untuk
penyakit serebrovaskular dan
penyakit iskemi jantung bila tekanan
diastolik 90-115
Catat keberadaan, kualitas denyutan
sentral dan parifer
Denyutan karotis,jugularis, radialis
dan femoralis mungkin
teramati/terpalpasi. Denyut pada
tungkai mungkin menurun,
mencerminkan efek dari
vasokonstriksi (peningkatan SVR)
dan kongesti vena
Auskultasi tonus jantung dan bunyi
napas
S4 umum terdengar pada pasien
hipertensi berat karena adanya
hipertropi atrium (peningkatan
volume/tekanan atrium). Perkemba-
ngan S3 menunjukkan hipertropi
ventrikel dan kerusakan fungsi.
Adanya krakles, mengindikasikan
kongesti paru sekunder terhadap
terjadinya atau gagal jantung kronik.
Amati warna kulit, kelembaban, suhu,
dan masa pengisian kapiler
Adanya pucat, dingin, kulit lembab
dan masa pengisian kapiler lambat
mungkin berkaitan dengan
vasokonstriksi atau mencerminkan
dekompensasi/penurunan curah
jantung.
Catat edema umum/tertentu Dapat mengindikasi gagal jantung,
kerusakan ginjal atau vaskular
12
Berikan lingkungan tenang, nyaman,
kurangi aktivitas/keributan
lingkungan. Batasi jumlah
pengunjung dan lamanya tinggal
Membantu menurunkan rangsang
simpatis meningkatkan relaksasi
Pertahankan pembatasan aktivitas,
seperti: istirahat di tempat tidur/kursi,
jadwalperiode istirahat tanpa
gangguan, bantu pasien melakukan
aktivitas perawatan diri sesuai
kebutuhan
Menurunkan stres dan ketegangan
yang mempengaruhi tekanna darah
dan perjalanan peyakit hipertensi
Lakukan tindakan-tindakan yang
nyaman, seperti: pijatan punggung
dan leher, meninggikan kepala tempat
tidur
Mengurangi ketidaknyamanan dan
dapat menurunkan rangsang simpatis
Anjurkan teknik relaksasi, panduan
imajinasi, aktivitas pengalihan
Dapat menurunkan rangsangan yang
menimbulkan stres, membuat efek
tenang, sehingga akan menurunkan
TD
Pantau respon terhadap obat untuk
mengontrol takanan darah
Respon terhadap terapi obat
“stepped” (yang terdiri dari atas
diuretik, inhibitor simpatis dan
vasodilator) tergantung pada individu
dan efek sinergis obat. Karena efek
samping tersebut, maka penting untuk
menggunakan obat dalam jumlah
paling sedikit dan dosis paling rebdah
Kolaborasi:
Berikan obat-obat sesuai indikasi,
Tiazid mungkin digunakan sendiri
atau dicampur dengan obat lain untuk
13
contoh:
Diuretic tiazin, misalnya:
kortikosteroid (diuri), hidroklorotiazid
(esidrix/hidroDIURIL),
bendroflumentiazid (Naturetin)
menurunkan TD pada pasien dengan
fungsi ginjal yang relative normal.
Diuretic ini memperkuan agen-agen
antihipertensif lain dengan membatasi
retensi cairan.
Berikan pembatasan cairan dan diit
natrium sesuai indikasi
Pembatasan ini dapat menangani
retensi cairan respon hipertensif,
dengan demikian menurunkan kerja
jantung
b. Nyeri (sakit kepala) berhubungan dengan peningkatan tekan vasculer serebral
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan
masalah nyeri teratasi dengan kriteria hasil:
1) Melaporkan nyeri/ketidaknyamanan terkontrol
2) Mengikuti regimen farmakologi yang diresepkan
INTERVENSI RASIONAL
Mempertahankan tirah baring selama fase
akut
Meminimalkan
stimulasi/meningkatkan
relaksasi
Berikan tindakan nonfarmakologi untuk
menghilangkan sakit kepala, missal:
kompres dingin pada dahi, pijat punggung
dan leher, tenang, redupkan lampu kamar,
teknik relaksasi (panduan imajinasi,
distraksi) dan aktivitas waktu senggang
Tindakan yang menurunkan
tekanan vaskular serebral
dan yang memperlambat atau
memblok respon simpatis
efektif dalam menghilangkan
sakit kepala dan
komplikasinya
Hilangkan/minimalkan aktivitas
vasokonstriksi yang dapat meningkatkan
Aktivitas yang meningkatkan
vasokonstriksi menyebabkan
14
sakit kepala, misalnya mengejan saat BAB,
batuk panjang, membungkuk
sakit kepala pada adanya
peningkatan tekanan
vaskularserebral
Bantu pasien dalam ambulasi sesuai
kebutuhan
Pusing dan penglihatan kabur
sering berhubungan dengan
sakit kepala. Pasien juga
dapat mengalami episode
hipotensi postural
Berikan cairan, makanan lunak, perawatan
mulut yang teratur bila terjadi perdarahan
hidung atau kompres hidung telah dilakukan
untuk menghentikan perdarahan
Meningkatkan kenyamanan
umum. Kompres hidung dan
mengganggu menelan atau
membutuhkan napas dengan
mulut, menimbulkan stagnasi
sekresi oral dan menger
membran mukosa
Kilaborasi:
Berikan sesuai indikasi: analgesik
Menurunkan/mengontrol
nyeri dan menurunkan
rangsang sistem saraf
simpatis
Antiansieta, missal lorazepam (ativan),
diazepam (valium)
Dapat mengurangi tegangan
dan ketidaknyamanan
diperberat oleh stres
c. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan
masalah intoleransi aktivitas teratasi dengan kriteria hasil:
1) Peningkatan dalam toleransi aktivitas yang dapat diukur
15
2) Menunjukkan penurunan dalam tanda-tanda intoleransi fisiologi
3) Berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan/diperlukan
INTERVENSI RASIONAL
Kaji respons pasien terhadap
aktivitas, perhatikan frekuensi nadi
lebih dari 20 kali permenit di atas
frekuensi istirahat, peningkatan TD
yang nyata selama/sesudah aktivitas
(tekanan sistolik meningkat 40 mmHg
atau tekanan diastolik meningkat 20
mmHg), dispnea atau nyeri dada,
keletihan dan kelemahan yang
berlebihan, diaphoresis, pusing atau
pingsan
Menyebutkan parameter membantu
dalam mengkaji respons fisiologi
terhadap stress aktivitas dan bila ada
merupakan indikator dari kelebihan
kerja yang berkaitan dengan tingkat
aktivitas
Instruksikan pasien tentang teknik
penghematan energi, missal:
menggunakan kursi saat mandi,
duduk saat menyisir rambut atau
menyikat gigi, melakukan aktivitas
dengan perlahan
Teknik menghemat energi
mengurangi penggunaan energi,
juga membantu keseimbangan
antara suplai dan kebutuhan oksigen
Berikan dorongan untuk melakukan
aktivitas/perawatan diri terhadap jika
dapat ditoleransi. Berikan bantuan
sesuai kebutuhan.
Kemajuan aktivitas bertahap
mencegah peningkatan kerja jantung
tiba-tiba. Memberikan bantuan
hanya sebatas kebutuhan akan
mendorong kemandirian dalam
melakukan aktivitas.
16
BAB III
PENUTUP
a. Simpulan
Hipertensi adalah meningkatnya tekanan sistolik sedikitnya 140 mmHg dan
diastolik sedikitnya 90 mmHg. Hipertensi dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
Faktor genetik, Usia, keadaan emosi seseorang, konsumsi Na terlalu tinggi, Obat,
Hormonal, Neurologik ,dll.
Orang yang sugah terkena hipertensi dapat juga mengalami banyak
komplikasi yang diderita, diantaranya Stroke, kebutaan, angina pectoris, CHF, gagal
ginjal, infark miokard, dll.
b. Saran
Untuk menghindari terjadinya hipertensi, maka sebaiknya kita selaku petugas
medis sebaiknya memberi contoh masyarakat untuk menerapkan perilaku hidup
bersih dan sehat, dan juga tidak mengkonsumsi makanan sembarangan yang belum
teruji kesehatannya.
17