askep krisis hipertensi

23
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN KRISIS HIPERTENSI Untuk melengkapi tugas mata kuliah gadar Oleh : Leni Trisnawati Clara Tripeny Putri Umi Azizah PRODI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS PESANTREN TINGGI DARUL ULUM JOMBANG

Transcript of askep krisis hipertensi

Page 1: askep krisis hipertensi

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN

KRISIS HIPERTENSI

Untuk melengkapi tugas mata kuliah gadar

Oleh :

Leni Trisnawati

Clara Tripeny Putri

Umi Azizah

PRODI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS

PESANTREN TINGGI DARUL ULUM

JOMBANG

2010

Page 2: askep krisis hipertensi

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang mana berkat, rahmat,

taufik serta hidayah-nyalah sampai akhirnya asuhan keperawatan klien dengan

krisis hipertensi ini dapat disusun dan di selesaikan.

Sholawat serta salam tak lupa kami panjatkan kepada junjungan Nabi

Muhammad Saw yang telah membawa kita dari jaman kegelapan menuju jaman yang

terang benderang.

Pada susunan asuhan keperawatan klien dengan krisis hipertensi ini dapat

terselesaikan tak jauh dari berbagai pihakyang telah memberi dukungan baik secara

langsung maupun tidak langsung kepada penulis, hingga akhir penulis menyampaikan

penghargaan setinggi-tingginya dan terima kasih kepada Bpk Moch Rajin selaku

pembimbing kami.

Disadari bahwa asuhan keperawatan keluarga ini masih jauh dari

kesempurnaan, sehingga kritik dan saran dari pembaca sekalian kami harapkan.

Semoga laporan asuhan keperawatan klien dengan krisis hipertensi ini

dapat bermanfaat bagi pembaca sekalian dan penulis khususnya Amien………..

Jombang,20 desember 2010

Penulis

Page 3: askep krisis hipertensi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penderita hipertensi yang tidak terkontrol sewaktu waktu bisa jatuh kedalam

keadaan gawat darurat. Diperkirakan sekitar 1-8% penderita hipertensi berlanjut

menjadi “Krisis Hipertensi”, dan banyak terjadi pada usia sekitar 30-70 tahun. Tetapi

krisis hipertensi jarang ditemukan pada penderita dengan tekanan darah normal tanpa

penyebab sebelumnya.

Pengobatan yang baik dan teratur dapat mencegah insiden krisis hipertensi menjadi

kurang dari 1 %.

Krisis Hipertensi adalah keadaan yang sangat berbahaya, karena terjadi kenaikan

tekanan darah yang tinggi dan cepat dalam waktu singkat. Biasanya tekanan diastolik

lebih atau sama dengan 130 mmHg dan menetap lebih dari 6 jam, disertai dengan

gangguan fungsi jantung, ginjal dan otak serta retinopati tingkat III – IV menurut

Keith-Wagner (KW).

1. Tujuan

a. Tujuan Umum

Setelah membaca asuhan kepertawatan klien dengan krisis hipertensi

ini mahasiswa dapat memahami apa yang dimaksud dengan krisis

hipertensi dan hal-hal yang menyangkut asuhan keperawatannya.

b. Tujuan Khusus

Setelah membaca makalah i ni mahasiswa dapat :

1) Menjelaskan definisi penyakit krisis hipertensi ?

2) Menjelaskan manifestasi klinis krisis hipertensi ?

3) Menjelaskan patologis penyakit krisis hipertensi?

4) Menjelaskan diagnosis penyakit krisis hipertensi?

5) Menjelaskan etiologi dan PNP penyakit krisis hipertensi ?

6) Mengetahui penatalaksanaan yang dapat diberikan pada anak

dengan penyakit krisis hipertensi

2. Rumusan masalah

1) Apa definisi penyaki krisis hipertensi ?

2) Apa saja manifestasi klinis krisis hipertensi ?

3) Apa saja patologi penyakit krisis hipertensi ?

4) Apa etiologi dan PNP penyakit krisis hipertensi ?

5) Bagaimana penatalaksanaan penyakit krisis hipertensi

Page 4: askep krisis hipertensi

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian

Krisis hipertensi adalah suatu keadaan klinis di mana tekanan darah menjadi

sangat tinggi dengan kemungkinan adanya kerusakan organ seperti otak (stroke),

ginjal, dan jantung. Krisis hipertensi sangat sering terjadi pada pasien hipertensi

lama yang tidak rutin atau lalai meminum obat antihipertensinya.

2.2 Krisis Hipertensi dibedakan menjadi 2 berdasar tingkat kegawatannya

a. Emergency Hypertension (Hipertensi Darurat): Tekanan darah yang sangat

tinggi dan terdapat kerusakan organ, sehingga tekanan darah harus

diturunkan dengan segera (dalam menit atau jam) agar dapat membatasi

kerusakan yang terjadi. Tingginya tekanan darah untuk dapat dikategorikan

sebagai hipertensi darurat tidaklah mutlak, namun kebanyakan referensi di

Indonesia memakan patokan >220/140.

b. Urgency Hypertension (Hipertensi Mendesak) :Tekanan darah yang tinggi

tapi belum disertai kerusakan organ. Tekanan darah harus diturunkan dalam

hitungan jam atau hari untuk mencegah kerusakan target organ. Sama seperti

Hipertensi darurat, tidak ada patokan mutlak, namun sebagai patokan tekanan

darah yang lebih dari 180/110 sudah dapat dikatak

2.3 Gejala krisis Hipertensi ini bervariasi, mulai dari gejala ringan sampai berat

a. Gejala ringan :

- Mual, muntah

- Sakit Kepala

- Kaku pada tengkuk

- Nyeri Dada

- Sesak Napas

b. Gejala yang lebih berat

- Gangguan kesadaran sampai pingsan

- Kejang

- Nyeri Dada hebat

2.4 Patogenesis

Bentuk manapun dari hipertensi yang menetap, baik primer maupun

sekunder, dapat dengan mendadak mengalami percepatan kenaikan dengan

tekanan diastolik meningkat cepat sampai di atas 130 mmHg dan menetap lebih

Page 5: askep krisis hipertensi

dari 6 jam.

Hal ini dapat menyebabkan nekrosis arterial yang lama dan tersebar luas,

serta hiperplasi intima arterial interlobuler nefron-nefron. Perubahan patologis

jelas terjadi terutama pada retina, otak dan ginjal.

Pada retina akan timbul perubahan eksudat, perdarahan dan udem papil.

Gejala retinopati dapat mendahului penemuan klinis kelainan ginjal dan

merupakan gejala paling terpercaya dari hipertensi maligna.

Otak mempunyai suatu mekanisme otoregulasi terhadap kenaikan

ataupun penurunan tekanan darah. Batas perubahan pada orang normal adalah

sekitar 60-160 mmHg. Apabila tekanan darah melampaui tonus pembuluh darah

sehingga tidak mampu lagi menahan kenaikan tekanan darah maka akan terjadi

udem otak. Tekanan diastolik yang sangat tinggi memungkinkan pecahnya

pembuluh darah otak yang dapat mengakibatkan kerusakan otak yang

irreversible.

Pada jantung kenaikan tekanan darah yang cepat dan tinggi akan

menyebabkan kenaikan after load, sehingga terjadi payah jantung. Sedangkan

pada hipertensi kronis hal ini akan terjadi lebih lambat karena ada mekanisme

adaptasi.

Penderita feokromositoma dengan krisis hipertensi akan terjadi pengeluaran

norefinefrin yang menetap atau berkala.

2.5 Penanganan Krisis Hipertensi

a. Hipertensi Darurat (Emergency Hypertension)

Penurunan tekanan darah harus dilakukan dengan segera namun tidak

terburu-buru. Penurunan tekanan darah yang terburu-buru dapat

menyebabkan iskemik pada otak dan ginjal. Tekanan darah harus dikurangi

25% dalam waktu 1 menit sampai 2 jam dan diturunkan lagi ke 160/100

dalam 2 sampai 6 jam. Medikasi yang diberikan sebaiknya per parenteral

(Infus drip, BUKAN INJEKSI). Obat yang cukup sering digunakan adalah

Nitroprusid IV dengan dosis 0,25 ug/kg/menit. Bila tidak ada, pengobatan oral

dapat diberikan sambil merujuk penderita ke Rumah Sakit. Pengobatan oral

yang dapat diberikan meliputi Nifedipinde 5-10 mg, Captorpil 12,5-25 mg,

Clonidin 75-100 ug, Propanolol 10-40 mg. Penderita harus dirawat inap.

b. Hipertensi Mendesak (Urgency Hypertension)

Penurunan tekanan darah dilakukan dengan obat oral kerja pendek,

tekanan darah harus diperiksa ulang dalam jangka waktu 24 jam.

Page 6: askep krisis hipertensi

2.6 Pengeloaan

Tujuan pengobatan pada keadaan darurat hipertensi ialah menurunkan tekanan

darah secepat dan seaman mungkin yang disesuaikan dengan keadaan klinis

penderita. Pengobatan biasanya diberikan secara parenteral dan memerlukan

pemantauan yang ketat terhadap penurunan tekanan darah untuk menghindari

keadaan yang merugikan atau munculnya masalah baru.

Obat yang ideal untuk keadaan ini adalah obat yang mempunyai sifat bekerja

cepat, mempunyai jangka waktu kerja yang pendek, menurunkan tekanan darah

dengan cara yang dapat diperhitungkan sebelumnya, mempunyai efek yang tidak

tergantung kepada sikap tubuh dan efek samping minimal.

1. Diazoxide

Adalah derivat benzotiadiazin, obat ini menurunkan tekanan darah secara kuat

dan cepat dengan mempengaruhi secara langsung pada otot polos arterial,

sehingga terjadi penurunan tekanan perifer tanpa mengurangi curah jantung

atau aliran darah ke ginjal. Tetapi menurut beberapa penulis, diazoxide juga

menaikkan isi sekuncup, isi semenit dan denyut jantung permenit, sehingga

tidak dianjurkan pada krisis hipertensi yang disertai aorta diseksi atau kelainan

coroner.

Efek samping dari diazoxide adalah : hipoglikemi, hiperurikemi dan

dapat menembus plasenta sehingga mempengaruhi metabolisme janin

sehingga tidak direkomendasikan untuk krisis hipertensi pada kasus eklamsia.

Diazoxide diberikan dengan intravena 75-300 mg selama 10-30 detik,

penurunan tekanan darah akan tampak dalam waktu 1-2 menit, pengaruh

puncak dicapai antara 2-3 menit, dan bertahan 4-12 jam.

Untuk penderita dengan perdaraham otak, dianjurkan pemberian intra

vena sebesar 500-1.000 mg. Pemberian dapat diulang setiap 10-15 menit

sampai didapat tekanan diastolik 100-105 mmHg

2. Sodium Nitropusid

Sodium nitropusid merupakan vasodilator pada arteri dan vena. Obat ini dapat

menurunkan isi sekuncup dan isi semenit jantung. Untuk menghindari

hipotensi, pengawasan ketat harus dilakukan pada pemberian obat ini.

Dosis : 0,3-0,6 ug/kgBB/menit, dinaikkan pelan-pelan sampai tercapai

penurunan tekanan darah yang cukup.

Penurunan tekanan darah terjadi dalam beberapa detik dan puncak tercapai

dalam 1-2 menit, hanya berlangsung 3-5 menit.

Efek samping : takikardi dan sakit kepala.

3. Trimetapan (Artonad)

Merupakan penghambat ganglion, bekerja dengan cara menurunkan isi

sekuncup jantung dan isi semenit jantung. Obat ini baik digunakan pada kasus

Page 7: askep krisis hipertensi

krisis hipertensi dengan payah jantung atau diseksi aorta anerisma

Dosis : 500 mg/500 cc Dextrosa 5% dengan kecepatan 0,25 mg%/menit,

kemudian dinaikkan perlahan sampai dicapai penurunan tekanan yang

dikehendaki, yaitu tekanan diastolik 110 mmHg dalam waktu 1 jam. Jangka

waktu kerja 5-15 menit. Infus diberikan dengan posisi duduk, untuk

menghindari efek hipotensi yang berlebihan.

4. Hidralazin (Apresolin)

Obat ini bekerja langsung pada otot polos arterial dan menimbulkan

vasodilatasi perifer, tanpa menurunkan aliran darah ke ginjal. Tetapi

hidralazin menaikkan denyut jantung permenit, isi sekuncup dan isi semenit

jantung.

Hidralazin direkomendasikan untuk diberikan pada toksemia gravidarum dan

krisis hipertensi dengan ensefalopati

Dosis : 5-20 mg diberikan intramuskular setiap 2-4 jam, atau ecara intra vena

(1 ampul dari 20 mg/ml dilarutkan dalam 300 cc NaCl 0,9%) dengan

kecepatan 10-60 tetes/menit. Penurunan tekanan darah terjadi dalam 10-20

menit, berlangsung sampai 1 jam. Apabila selama 30 menit tidak berhasil,

dapat diulang tiap 3-6 jam.

5. Klonidin (Catapres)

Merupakan derivat imidazolin, yang merangsang reseptor alfa adrenergik

pada batang otak, mengakibatkan penurunan discharge symphatis, sehingga

menurunkan tekanan vaskular sistemik, juga menekan pengeluaran renin oleh

ginjal.

Klonidin diberikan intravena 1 ampul (150 ug) diencerkan dalam 10 ml NaCl

0,9% dalam waktu 10 menit. Efek penurunan tekanan terjadi dalam waktu 5-

10 menit. Pemberian intramuskular, 1-2 ampul dan dulang dalam 3-4 jam,

terjadi penurunan tekanan dalam waktu 10-15 menit. Pemberian IM dinilai

lebih aman dan terkontrol, tetapi kurang dalam kekuatan dan kecepatan

dibanding dengan Diazoxide, Sodium Nitroprusid dan Trimetapan.

Efek samping yang muncul biasanya adalah mulut kering dan kantuk yang

hebat.

Obat ini direkomendasikan dipakai untuk krisis hipertensi dengan eklamsia dan

aorta anerisma.

6. Kaptopril (Kapoten)

Obat ini cukup memberikan harapan karena menaikkan kecepatan filtrasi

glomeruli dengan menhambat pembentukan vaso konstriktor yang sangat kuat

(angiotensin II) dan juga menghambat perusakan vasodilator yang kuat

(bradikinin).

Dosis awal 12,5 mg, dinaikkan pelan-pelan sampai dosis optimal. Diuretik

Page 8: askep krisis hipertensi

dapat memberikan efek potensiasi.

7. Pentolamin dan Penoxi Benzamin

Kedua obat merupakan penghambat alfa adrenergik, diberikan terutama untuk

feokromositoma atau karena hambatan MAO (mono amino oksidase).

Dosis : 5-15 mg IV, akan menurunkan tekanan darah dalam 10-15 menit.

8. Antagonis Kalsium (Nifedipin)

Antagonis kalsium (Nifedipin, Diltiazem dan Verapamil) bekerja dengan

menghambat pemasukan ion kalsium ke dalam sel dan merupakan vaso

dilatator kuat yang mempunyai daya aksi jangka panjang.

Nifedipin mempunyai harapan dalam pengobatan darurat dengan cara

menurunkan tahanan perifer dengan melemaskan otot polos pembuluh darah,

tidak menimbulkan depresi pada miokard dan tidak mempunyai sifat

antiaritmia.

Dosis : 1-2 tablet (10-20mg) dosis tunggal. Pemberian sublingual dapat

memberikan efek yang lebih cepat, yaitu beraksi dalam 3 menit setelah

pemberian. Apabila penderita tidak sadar dapat diberikan lewat pipa lambung.

2.7 Pengobatan khusus krisis hipertensi

1. Ensefalopati Hipertensi

Pada Ensefalofati hipertensi biasanya ada keluhan serebral. Bisa terjadi dari

hipertensi esensial atau hipertensi maligna, feokromositoma dan eklamsia.

Biasanya tekanan darah naik dengan cepat, dengan keluhan : nyeri kepala,

mual-muntah, bingung dan gejala saraf fokal (nistagmus, gangguan

penglihatan, babinsky positif, reflek asimetris, dan parese terbatas) melanjut

menjadi stupor, koma, kejang-kejang dan akhirnya meninggal.

Obat yang dianjurkan : Natrium Nitroprusid, Diazoxide dan Trimetapan.

2. Gagal Jantung Kiri Akut

Biasanya terjadi pada penderita hipertensi sedang atau berat, sebagai akibat

dari bertambahnya beban pada ventrikel kiri. Udem paru akut akan membaik

bila tensi telah terkontrol.

Obat pilihan : Trimetapan dan Natrium nitroprusid. Pemberian Diuretik IV

akan mempercepat perbaikan

3. Feokromositoma

Katekolamin dalam jumlah berlebihan yang dikeluarkan oleh tumor akan

berakibat kenaikan tekanan darah. Gejala biasanya timbul mendadak : nyeri

kepala, palpitasi, keringat banyak dan tremor.

Obat pilihan : Pentolamin 5-10 mg IV.

4. Deseksi Aorta Anerisma Akut

Awalnya terjadi robekan tunika intima, sehingga timbul hematom yang

Page 9: askep krisis hipertensi

meluas. Bila terjadi ruptur maka akan terjadi kematian. Gejala yang timbul

biasanya adalah nyeri dada tidaj khas yang menjalar ke punggung perut dan

anggota bawah. Auskultasi : didapatkan bising kelainan katup aorta atau

cabangnya dan perbedaan tekanan darah pada kedua lengan.

Pengobatan dengan pembedahan, dimana sebelumnya tekanan darah

diturunkan terlebih dulu dengan obat pilihan : Trimetapan atau Sodium

Nitroprusid.

5. Toksemia Gravidarum

Gejala yang muncul adalah kejang-kejang dan kebingungan.

Obat pilihan : Hidralazin kemudian dilanjutkan dengan klonidin.

6. Perdarahan Intrakranial

Pengobatan hipertensi pada kasus ini harus dilakukan dengan hati-hati, karena

penurunan tekanan yang cepat dapat menghilangkan spasme pembuluh darah

disekitar tempat perdarahan, yang justru akan menambah perdarahan.

Penurunan tekanan darah dilakukan sebanyak 10-15 % atau diastolik

dipertahankan sekitar 110-120 mmHg

Obat pilihan : Trimetapan atau Hidralazin.

Page 10: askep krisis hipertensi

ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA KRISIS

HIPERTENSI

Krisis Hipertensi (KH) biasanya secara klinis mudah dilihat tanda dan gejalanya.

Tanda dan Gejala

Tanda umum adalah:

1. Sakit kepala hebat

2. nyeri dada

3. pingsan

4. tachikardia > 100/menit

5. tachipnoe > 20/menit

6. Muka pucat

Tanda Ancaman Kehidupan

Gejala KH:

1. Sakit Kepala Hebat

2. nyeri dada

3. peningkatan tekanan vena

4. shock / Pingsan

Pengkajian

Pengkajian dengan pendekatan ABCD.

Airway

1. yakinkan kepatenan jalan napas

2. berikan alat bantu napas jika perlu (guedel atau nasopharyngeal)

3. jika terjadi penurunan fungsi pernapasan segera kontak ahli anestesi dan

bawa segera mungkin ke ICU

Breathing

1.kaji saturasi oksigen dengan menggunakan pulse oximeter, untuk

mempertahankan saturasi >92%.

2. Berikan oksigen dengan aliran tinggi melalui non re-breath mask.

3. Pertimbangkan untuk mendapatkan pernapasan dengan menggunakan

bag-valve-mask ventilation

4. Lakukan pemeriksaan gas darah arterial untuk mengkaji PaO2 dan

PaCO2

5. Kaji jumlah pernapasan / Auskultasi pernapasan

6. Lakukan pemeriksan system pernapasan

7. Dengarkan adanya bunyi krakles / Mengi yang mengindikasikan kongesti

paru

Page 11: askep krisis hipertensi

Circulation

1. Kaji heart rate dan ritme, kemungkinan terdengan suara gallop

2. Kaji peningkatan JVP

3. Monitoring tekanan darah

4. Pemeriksaan EKG mungkin menunjukan:

1. Sinus tachikardi

2. Adanya Suara terdengar jelas pada S4 dan S3

3. right bundle branch block (RBBB)

4. right axis deviation (RAD)

5. Lakukan IV akses dekstrose 5%

6. Pasang Kateter

7. Lakukan pemeriksaan darah lengkap

8. Jika ada kemungkina KP berikan Nifedipin Sublingual

9.Jika pasien mengalami Syok berikan secara bolus Diazoksid,Nitroprusid

Disability

a. kaji tingkat kesadaran dengan menggunakan AVPU

b. penurunan kesadaran menunjukan tanda awal pasien masuk kondisi ekstrim

dan membutuhkan pertolongan medis segera dan membutuhkan perawatan

di ICU.

Exposure

1. selalu mengkaji dengan menggunakan test kemungkinan KP

2.jika pasien stabil lakukan pemeriksaan riwayat kesehatan dan pemeriksaan

fisik lainnya.

3. Jangan lupa pemeriksaan untuk tanda gagal jantung kronik

Faktor Resiko terjadinya KP:

a. Meminum obat tidak teratur

b. Stress terhadap tindakan pembedahan

c. Terjadi Trauma

d. Keganasan

e. Pasien mengkonsumsi kontrasepsi oral

f. Pasien mendapatkan terapi hormone

g. Kehamilan dengan faktor resiko

h. Obesitas

i. Nepritik sindrom

Diagnosa Krisis Hipertensi:

Diagnosa Krisis hipertensi harus ditegakkan sedini mungkin, karena hasil

terapi tergantung kepada tindakan yang cepat dan tepat. Tidak perlu menunggu hasil

Page 12: askep krisis hipertensi

pemeriksaan yang menyeluruh walaupun dengan data-data yang minimal kita sudah

dapat mendiagnosa suatu krisis hipertensi.

Anamnesa : Sewaktu penderita masuk, dilakukan anamnesa singkat.

Krisis hipertensi umumnya adalah gejala organ target yang terganggu, diantaranya

nyeri dada dan sesak napas pada gangguan jantung dan diseksi aorta; mata kabur pada

edema papila mata; sakit kepala hebat, gangguan kesadaran dan lateralisasi pada

gangguan otak; gagal ginjal akut pada gangguan ginjal; di samping sakit kepala dan

nyeri tengkuk pada kenaikkan tekanan darah pada umumnya. Diagnosis ditegakkan

berdasarkan tingginya tekanan darah, gejala dan tanda keterlibatan organ target.[1]

Hal yang penting ditanyakan :

Riwayat hipertensi : lama dan beratnya.

Obat anti hipertensi yang digunakan dan kepatuhannya.

Usia : sering pada usia 40 – 60 tahun.

Gejala sistem syaraf ( sakit kepala, hoyong, perubahan mental, ansietas ).

Gejala sistem ginjal ( gross hematuri, jumlah urine berkurang ).

Gejala sistem kardiovascular ( adanya payah jantung, kongestif dan oedemparu,

nyeri dada ).

Riwayat penyakit : glomerulonefrosis, pyelonefritis.

Riwayat kehamilan : tanda eklampsi

Pemeriksaan fisik :

Pada pemeriksaan fisik dilakukan pengukuran TD ( baring dan berdiri ) mencari

kerusakan organ sasaran ( retinopati, gangguan neurologi, payah jantung kongestif,

altadiseksi ). Perlu dibedakan komplikasi krisis hipertensi dengan kegawatan

neurologi ataupun payah jantung, kongestif dan oedema paru. Perlu dicari penyakit

penyerta lain seperti penyakit jantung koroner.

Pemeriksaan penunjang :

Selain pemeriksaan fisik, data laboratorium ikut membantu diagnosis dan

perencanaan. Urin dapat menunjukkan proteinuria, hematuri dan silinder. Hal ini

terjadi karena tingginya tekanan darah juga menandakan keterlibatan ginjal apalagi

bila ureum dan kreatinin meningkat. Gangguan elektrolit bisa terjadi pada hipertensi

sekunder dan berpotensi menimbulkan aritmia.

Pemeriksaan penunjang dilakukan dua cara yaitu :

1. Pemeriksaan yang segera seperti :

a. darah : darah rutin, BUN, creatinine, elektrolit, KGD.

b. urine : Urinalisa dan kultur urine.

c. EKG : 12 Lead, melihat tanda iskemi, untuk melihat adanya hipertrofi ventrikel

kiri ataupun gangguan koroner

Page 13: askep krisis hipertensi

d. Foto dada : apakah ada oedema paru ( dapat ditunggu setelah pengobatan

terlaksana ).

2. Pemeriksaan lanjutan ( tergantung dari keadaan klinis dan hasil pemeriksaan yang

pertama ) :

a. Sangkaan kelainan renal : IVP, Renal angiography ( kasus tertentu ), biopsi

renald ( kasus tertentu ).

b. Menyingkirkan kemungkinan tindakan bedah neurologi : Spinal tab, CAT Scan.

c. Bila disangsikan Feokhromositoma : urine 24 jam untuk Katekholamine,

metamefrin, venumandelic Acid ( VMA ).

d. (USG) untuk melihat struktur gunjal dilaksanakan sesuai kondisi klinis pasien

Faktor presipitasi pada krisis hipertensi

Dari anamnese dan pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang dapat dibedakan

hipertensi emergensi urgensi dan faktor-faktor yang mempresipitasi krisis hipertensi.

Keadaan-keadaan klinis yang sering mempresipitasi timbulnya krisis hipertensi,

antara lain :

o Kenaikan TD tiba-tiba pada penderita hipertensi kronis essensial (tersering)

Hipertensi renovaskular.

o Glomerulonefritis akut.

o Sindroma withdrawal anti hipertensi.

o Cedera kepala dan ruda paksa susunan syaraf pusat.

o Renin-secretin tumors.

o Pemakaian prekusor katekholamine pada pasien yang mendapat MAO Inhibitors.

o Penyakit parenkhim ginjal.

o Pengaruh obat : kontrasepsi oral, anti depressant trisiklik, MAO Inhibitor,

simpatomimetik ( pil diet, sejenis Amphetamin ), kortikosteroid, NSAID,

ergotalk.

o Luka bakar.

o Progresif sistematik sklerosis, SLE.

Difrensial diagnosa

Krisis hipertensi harus dibedakan dari keadaan yang menyerupai krisis hipertensi

seperti :

• Hipertensi berat

• Emergensi neurologi yang dapat dikoreksi dengan pembedahan.

• Ansietas dengan hipertensi labil.

• Oedema paru dengan payah jantung kiri.

Penatalaksanaan Krisis Hipertensi:

Penderita hipertensi yang tidak terkontrol sewaktu waktu bisa jatuh kedalam keadaan

Page 14: askep krisis hipertensi

gawat darurat. Diperkirakan sekitar 1-8% penderita hipertensi berlanjut menjadi

“Krisis Hipertensi”, dan banyak terjadi pada usia sekitar 30-70 tahun. Tetapi krisis

hipertensi jarang ditemukan pada penderita dengan tekanan darah normal tanpa

penyebab sebelumnya.

Pengobatan yang baik dan teratur dapat mencegah insiden krisis hipertensi menjadi

kurang dari 1 %.

Krisis Hipertensi adalah keadaan yang sangat berbahaya, karena terjadi kenaikan

tekanan darah yang tinggi dan cepat dalam waktu singkat. Biasanya tekanan diastolik

lebih atau sama dengan 130 mmHg dan menetap lebih dari 6 jam, disertai dengan

gangguan fungsi jantung, ginjal dan otak serta retinopati tingkat III – IV menurut

Keith-Wagner (KW).

Beberapa keadaan yang termasuk keadaan darurat hipertensi atau krisis hipertensi

akut adalah :

1. Ensefalopati Hipertensi.

2. Hipertensi Maligna.

3. Hipertensi dengan komplikasi :

a. Gagal jantung kiri akut

b. Perdarahan intra kranial

c. Perdarahan pasca operasi

d. Aortic dessection.

4. Eklamsia.

5. Feokromositoma.

Page 15: askep krisis hipertensi

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Krisis hipertensi adalah keadaan darurat yang mengancam jiwa penderita yang

memerlukan penanganan intensif di Rumah Sakit dengan pengawasan yang ketat.

2. Obat parenteral merupakan pilihan utama karena bisa bereaksi cepat dan aman.

3. Ketepatan diagnosa akan mempengaruhi pilihan obat guna keberhasilan terapi

dalam menurunkan tekanan darah dan komplikasi yang ditimbulkan.

3.2 Beberapa Hal yang perlu diperhatikan

1. Disiplinlah dalam meminum obat antihipertensi anda

Kedisiplinan dalam meminum obat antihipertensi anda akan mencegah terjadinya

krisis hipertensi ini. Keitdakdisiplinan dalam meminum obat juga dapat

menyebabkan resistensi obat. Dimana diperlukan dosis yang lebih besar untuk

menurunkan tekanan darah anda ke angka yang ideal.

2. Sebaiknya anda memiliki pengukur tekanan darah sendiri

Alat pengukur tekanan darah elektronik dapat diperoleh dengan harga paling

murah sekitar Rp 300.000,00. Alat ini akan sangat membantu anda memantau

tekanan darah anda di rumah. Dan dapat member peringatan dini bila tekanan

darah anda terlalu tinggi.

3. Kontrol secara teratur

Tekanan darah tinggi dapat menyebabkan penyakit lain seperti penyakit ginjal,

mata, pembesaran jantung, bahkan stroke. BIla anda penderita penyakit darah

tinggi anda lebih mudah terkena penyakit-penyakit tersebut. Maka dari itu rajinlah

memeriksakan diri anda untuk memantau kesehatan anda.

4. Ubah gaya hidup

Banyak pasien Hipertensi merasa cukup dengan pemberian obat anti hipertensi.

Perlu diketahui pemberian obat antihipertensi hanyalah salah satu aspek dalam

penanganan hipertensi. Anda juga harus berperan aktif dalam menjaga gaya hidup

anda. Makanlah dengan pola makan yang sehat, berhenti merokok, berolahraga,

kurangi garam dan vetsin.

Page 16: askep krisis hipertensi

DAFTAR PUSTAKA

Kapita selekta kedokteran,editor Mansjoer Arif edisi 3 jakarta: 2000

www.google.com askep krisis hipertensi /Penatalaksanaan Hipertensi oleh

Admin

www.google.com ASKEP, gawat darurat, HIPERTENSI oleh YUNIE

www.google.com Diagnosa Krisis Hipertensi by andimarlinasyam

www.google.com Krisis Hipertensi leehongkyun Posted by: leehongkyun in

General