Askep Hemo Pneumo Thoraks

30
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN HEMO-PNEUMO TORAKS A. KONSEP MEDIK 1. Pengertian a. Pneumotoraks Pneumotoraks adalah keadaan dimana terdapat udara bebas di alam rongga pleura. Pneumotoraks adalah paru dapat kolaps sebagian atau total sehubungan dengan pengumpulan udara. (Doengoes, Maryllin. 2000). Dalam keadaan normal rongga pleura tidak berisi udara, supaya paru-paru leluasa mengembang terhadap rongga thoraks. Tension Pneumothoraks adalah suatu pneumothoraks yang progresif dan cepat sehingga membahayakan jiwa pasien dalam waktu yang singkat. Udara yang keluar masuk paru masuk ke rongga pleura dan tidak dapat keluar lagi sehingga tekanan pleura terus meningkat. (Arief Manjoer, Selekta Kapita, 2000). Pneumotoraks adalah pengumpulan udara dalam ruang potensial antara pleura viseralis dan parietalis (Arif Mansjoer edisi 3 jilid 2 hal 295). Jadi, Pneumothorak adalah suatu keadaan dimana terdapat udara atau gas dalam rongga pleura

description

Asuhan Keperawatan Hemopneumotoaks

Transcript of Askep Hemo Pneumo Thoraks

Page 1: Askep Hemo Pneumo Thoraks

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN HEMO-PNEUMO TORAKS

A. KONSEP MEDIK

1. Pengertian

a. Pneumotoraks

Pneumotoraks adalah keadaan dimana terdapat udara bebas di alam

rongga pleura. Pneumotoraks adalah paru dapat kolaps sebagian atau

total sehubungan dengan pengumpulan udara. (Doengoes, Maryllin.

2000). Dalam keadaan normal rongga pleura tidak berisi udara, supaya

paru-paru leluasa mengembang terhadap rongga thoraks.

Tension Pneumothoraks adalah suatu pneumothoraks yang progresif

dan cepat sehingga membahayakan jiwa pasien dalam waktu yang

singkat. Udara yang keluar masuk paru masuk ke rongga pleura dan

tidak dapat keluar lagi sehingga tekanan pleura terus meningkat. (Arief

Manjoer, Selekta Kapita, 2000).

Pneumotoraks adalah pengumpulan udara dalam ruang potensial antara

pleura viseralis dan parietalis (Arif Mansjoer edisi 3 jilid 2 hal 295).

Jadi, Pneumothorak adalah suatu keadaan dimana terdapat udara atau

gas dalam rongga pleura sehingga fungsi paru-paru terganggu bahkan

bisa terjadi kolaps.

b. Hemotoraks

Hidrotoraks (efusi pleura) adalah pengumpulan cairan di dalam rongga

pleura. Dalam keadaan normal, hanya ditemukan selapis cairan tipis

yang memisahkan kedua lapisan pleura.

Jenis cairan lainnya yang bisa terkumpul di dalam rongga pleura

adalah darah (hemotoraks), nanah (empiema), cairan seperti susu

(kilotoraks) dan cairan yang mengandung kolesterol tinggi.

Hemothorax adalah kumpulan darah di dalam ruang antara dinding

dada dan paru-paru (rongga pleura).

Page 2: Askep Hemo Pneumo Thoraks

c. Hemopenumotoraks

Hemopneumotoraks adalah suatu keadaan dimana terdapat udara dan

cairan di dalam rongga pleura yang mengakibatkan kolapsnya jaringan

paru. Cairan ini bisa juga disertai dengan nanah (empiema) dan hal ini

di namakan dengan piopneumotoraks.

Brunner & Suddarth (2001), pada cidera dada hebat darah sering kali

terkumpul dalam rongga dada (hemotoraks) karena robeknya

pembuluh interkosta, laserasi paru-paru, atau keluarnya udara dari

paru-paru yang cideera ke dalam ruang pleura (pneumotraks). Sering

kali, baik darah atau udara ditemukan dalam rongga dada

(hemopneumotoraks).

2. Etiologi

a. Pneumotoraks

Pneumotoraks terjadi disebabkan adanya kebocoran dibagian paru

yang berisi udara melalui robekan atau pecahnya pleura. Robekan ini

akan berhubungan dengan bronchus.

1) Pneumotorak spontan adalah setiap pneumotorak yang terjadi tiba-

tiba tanpa adanya suatu penyebab (trauma ataupun iatrogenic) ada

2 jenis yaitu :

a) Pneumotorak spontan primer adalah suatu pneumotorak yang

terjadi tanpa adanya riwayat penyakit paru yang mendasari

sebelumnya, umumnya pada individu sehat, dewasa muda,

tidak berhubungan dengan aktivitas fisis yang berat tetapi

justru terjadi pada saat istirahat dan sampai sekarang belum

diketahui penyebabnya.

b) Pneumotorak spontan sekunder adalah suatu pneumotorak

yang terjadi karena penyakit paru yang mendasarinya

(tuberkolosis paru, PPOK, asma bronkiale, pneumonia, dan

tumor paru.

2) Pneumotorak traumatic adalah adalah pneumotorak yang terjadi

akibat suatu penetrasi ke dalam rongga pleura karena luka tusuk

Page 3: Askep Hemo Pneumo Thoraks

atau luka tembak atau tusukan jarum/kanul. Pneumotorak

traumatic juga ada 2 jenis yaitu :

a) Pneumotorak traumatic bukan iatrogenic adalah pneumotorak

yang terjadi karena jejas kecelakaan misalnya jejas dinding

pada dada terbuka/tertutup, baro trauma.

b) Pneumotorak traumatic iatrogenic adalah pneumotorak yang

terjadi akibat tindakan oleh tenaga medis. Pneumotorak jenis

inipun masih dibedakan menjadi 2, yaitu:

3) Pneumotorak traumatic iatrogenic aksidental, adalah pneumotorak

yang terjadi akibat tindakan medis karena kesalahan/komplikasi

tindakan tersebut.

4) Pneumotorak traumatic iatrogenic artificial (deliberate) adalah

pneumotorak yang sengaja dikerjakan dengan cara mengisi udara

kedalam rongga pleura melalui jarum dengan suatu alat Maxwell

Box. Biasanya untuk terapi tuberkolosis, atau untuk menilai

permukaan paru.

b. Hemotoraks

Hemotoraks (darah di dalam rongga pleura) biasanya terjadi karena

cedera di dada. Penyebab lainnya adalah:

1) Pecahnya sebuah pembuluh darah yang kemudian mengalirkan

darahnya ke dalam rongga pleura

2) Kebocoran aneurisma aorta (daerah yang menonjol di dalam

aorta) yang kemudian mengalirkan darahnya ke dalam rongga

pleura

3) Gangguan pembekuan darah. Darah di dalam rongga pleura

tidak membeku secara sempurna, sehingga biasanya mudah

dikeluarkan melelui sebuah jarum atau selang.

Hematoraks masif adalah terkumpulnya darah dengan cepat lebih

dari 1500 cc dalam rongga pleura. Penyebabnya adalah luka

tembus yang merusak pembuluh darah sistemik atau pembuluh

Page 4: Askep Hemo Pneumo Thoraks

darah pada hilus paru. Selain itu juga dapat disebabkan cedera

benda tumpul. Kehilangan darah dapat menyebabkan hipoksia.

3. Patofisiologi

Tekanan di dalam rongga pleura negatif selama siklus respirasi

berlangsung. Tekanan negatif tersebut disebabkan pengembangan dada.

Jaringan paru mempunyai kecenderungan menjadi kolaps karena sifat

elastik (elastic recoil). Bila ada kebocoran antara alveoli dengan rongga

pleura, udara akan berpindah dari alveoli ke dalam rongga pleura sampai

terjadi tekanan yang sama atau sampai kebocoran tertutup sehingga paru

akan kolaps (menguncup) karena sifat paru yang elastik. Hal yang sama

terjadi bila terdapat hubungan langsung (kebocoran) antara dinding dada

dengan rongga pleura. Pneumotoraks spontan primer (PSP) terjadi karena

rupture blep subpleura, biasanya terletak di apeks. Patogenesisnya belum

jelas, diduga disebabkan tekanan transpulmoner di apeks lebih besar

daripada bagian bawah paru. Penyebab lainnya karena kelainan

kongenital, inflamasi bronkial ataupun ruptur trakeobronkial.

Hidrothorak dapat timbul dengan cepat setelah terjadinya pneumothoraks

pada kasus-kasus trauma/perdarahan intrapleura atau perfosari esofagus

(cairan lambung masuk kedalam rongga pleura). 

4. Tanda dan Gejala

a. Pneumotoraks

1) Dispnea (jika luas)

2) Nyeri pleuritik hebat

3) Trakea bergeser menjauhi sisi yang mengalami pneumotoraks,

trakea bisa terdorong ke salah satu sisi karena terjadinya

penngempisan paru-paru. 

4) Takikardia

5) Sianosis (jika luas)  

6) Pergerakan dada berkurang dan terhambat pada bagian yang

terken

Page 5: Askep Hemo Pneumo Thoraks

7) Perkusi hipersonor diatas pneumotoraks

8) Perkusi meredup diatas paru yang kolaps

9) Suara napas berkurang atau tidak ada pada sisi yang terkena

10) Fremitus vocal dan raba berkurang

b. Hidrothoraks

1) Dispnea bervariasi

2) Nyeri pleuritik biasanya mendahului efusi jika penyakit pleura

3) Trakea bergeser menjauhi sisi yang mengalami efusi

4) Ruang interkostal menonjol (efusi yang berat)

5) Pergerakkan dada berkurang dan terhambat pada bagian yang

terkena

6) Perkusi meredup diatas efusi pleura

7) Egofoni diatas paru yang tertekan dekat efusi

8) Suara napas berkurang diatas efusi pleura

9) Fremitus vocal dan raba berkurang

5. Pemeriksaan Fisik

B1 :

RR meningkat, pengunaan otot bantu pernafasan, gerakan

pernafasan sisi yang sakit lebih menonjol dan tertinggal pada

pernafasan.

focal fremitus menurun pada sisi yang sakit.

pergerakan dinding dada yang tertinggal pada sisi yang sakit.

ICS bisa normal atau melebar

Hipersonor dan pergeseran mediastinum ke sisi yang sehat.

Auskultasi suara nafas nafas yang melemah/jauh dan kadang-

kadang didapatkan suara amforik.

B2 :

Hb dapat menurun yang menunjukan adanya kehilangan darah,

takikardia, pucat, hipotensi,

B3 : Kesadaran umumnya menurun

Page 6: Askep Hemo Pneumo Thoraks

B4 : Oliguri merupakan tanda pre shock

B5 :

Akibat sesak klien mengalami mual muntah dan penurunan nafsu

makan dan berat badan.

B6 :

Klien mengalami gangguan ADL karena sesak nafas, kelemahan

fisik secara umum

6. Peneriksaan Penunjang

a. Sinar X dada : menyatakan akumulasi udara / cairan pada area pleura,

dapat menunjukan penyimpangan struktur mediastinal (jantung).

b. GDA : Variabel tergantung dari derajat fungsi paru yang dipengeruhi,

gangguan mekanik pernapasan dan kemampuan mengkompensasi.

PaCO2 kadang-kadang meningkat. PaO2 mungkin normal atau

menurun, saturasi oksigen biasanya menurun.

c. Torasentesis : menyatakan darah/cairan serosanguinosa (hemothorak).

d. Hb  : mungkin menurun, menunjukan kehilangan darah.

7. Penatalaksanaan Medik

a. Tindakan non bedah

1) Observasi

Dilakukan pada penderita tanpa keluhan dengan luas

pneumotoraks <20%, udara akan diabsorsi 1,25% volume udara

dalam rongga pleura/24 jam (50-70 ml /hari). Sebaiknya penderita

dirawat untuk observasi selama 24-48 jam, tindakan observasi

hanya dilakukan bila luas lesi <15%, bila penderita dipulangkan

diberi penjelasan perihal keadaan emergensi (pneumotoraks

tension) supaya kembali ke rumah sakit untuk mendapat

pengobatan lebih lanjut. Control foto toraks ulang setelah

beberapa hari diperlukan untuk mengevaluasi. Apabila setelah 7

hari pengamatan masih terdapat pneumotoraks maka diperlukan

aspirasi atau pemasangan WSD.

Page 7: Askep Hemo Pneumo Thoraks

2) Aspirasi

Dapat dilakukan dengan mengunakan abbocath nomor 14 yang

dihubungkan dengan three way dengan mengunakan semprit 50 cc

dilakukan aspirasi

3) Pemasangan WSD

Penderita harus dirawat, semakin besar selangWSD yang dipasang

semakin baik, umumnya untuk pneumotoraks digunakan selang

nomer 20, untuk mempercepat pengembangan paru dapat dibantu

dengan penghisapan yang terus menerus (continoussuction). WSD

dapat di cabut setelah paru mengembang yang ditandai dengan

terdengarnya kembali suara nafas dan dipastikan dengan foto

toraks paru telah mengembang, maka selang WSD diklem.

Biasanya bila paru sudah mengembang sempurna tidak terdapat

lagi undulasi pada WSD, setelah 1-3 hari diklem dibuat foto

ulangan, bila paru tetap mengembang maka WSD dapat dicabut,

pencabutan WSD dilakukan dalam keadaan ekspirasi maksimal.

Indikasi Kontra pemasangan WSD.

a) Tidak direkomendasikan pada pneumotoraks minimal tanpa

keluhan (small asymptomatic pneumothorax).

b) Penderita dengan ventilator mekanis.

c) Belum berpengalaman memasang WSD.

d) Gangguan factor pembekuan darah (koagulopati)

Komplikasi pemasangan WSD

a) Nyeri

b) Pendarahan

c) Infeksi

b. Tindakan bedah

1) Toraktomi

Indikasi operasi pada serangan pertama pneumotoraks spontan bila

terjadi kebocoran lebih dari 3 hari, hemotoraks, kegagalan paru

untuk mengembang, pneumotoraks bilateral pneumotoraks ventil

Page 8: Askep Hemo Pneumo Thoraks

atau jika pekerjaan penderita mempunyai risiko tinggi untuk

terjadinya pneumotoraks. Pneumotoraks berulang merupakan

indikasi operasi untama pada penderita pneumototaks spontan

primer.

2) Torakoskopi.

Penggunaan torakskopi untuk diagnosis dan terapi pneumotoraks

spontan telah lama diketahui. Selain luntuk menilai pneumotoraks

terapi endoskopi dapat dilakukan berdasarkan pene,uan yang

didapat dengan torakoskopi. Begitu juga dengan penentuan untuk

pleurodesis atau operasi. Torakoskopi merupakan terapi alternatif

untuk penderita pneumotoraks berulang atalu pneumotoraks lebih

dari 5 hari. Kelainan yang didapatkan dari torakoskopi pada

penderita pneumotoraks spontan dapat blrupa normal, perlekatan

pleura, blebs kecil (<2 cm) atau bula besar (>2 cm)

Pada pneumothoraks ventil/ tension pneumothoraks, penderita

sering sesak napas berat dan keadaan ini dapat mengancam jiwa

apabila tidak cepat dilakukan tindakan perbaikan. Tekanan

intrapleura tinggi, bisa terjadi kolaps paru dan ada penekanan pada

mediastinum dan jantung. Himpitan pada jantung menyebabkan

kontraksi terganggu dan “venous return” juga terganggu. Jadi

selain menimbulkan gangguan pada pernapasan, juga

menimbulkan gangguan pada sirkulasi darah (hemodinamik).

Penanganan segera terhadap kondisi yang mengancam kehidupan

meliputi dekompresi pada hemitoraks yang sakit dengan

menggunakan needle thoracostomy (ukuran 14 – 16 G) ditusukkan

pada ruang interkostal kedua sejajar dengan midclavicular line.

Selanjutnya dapat dipasang tube thoracostomy diiringi dengan

control nyeri dan pulmonary toilet (pemasangan selang dada)

diantara anterior dan mid-axillaris. Penanganan Diit dengan tinggi

kalori tinggi protein 2300 kkal + ekstra putih telur 3 x 2 butir /

hari.

Page 9: Askep Hemo Pneumo Thoraks

8. Web Off Caution

Page 10: Askep Hemo Pneumo Thoraks

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

a. Keluhan Utama

Sesak nafas, bernafas terasa berat nyeri dada dan batuk, sesak sering

mendadak dan makin lama makin berat, nyesi dada dirasakan pada sisi

yang sakit, rasa berat, tertekan dan terasa lebih nyeri pada gerakan

pernafasan.

b. Identifikasi Informasi

Nama :

Umur : sering terjadi pada usia 18-30 tahun

Jenis kelamin :

Alamat :

Pekerjaan :

c. Riwayat penyakit sekarang

Keluhan sesak seringkali datang mendadak dan semakin lama semakin

berat, nyeri dada dirasakan pada sisi yang sakit, rasa berat dan tertekan,

terasa lebih nyeri pada gerakan pernafasan. Selanjutnya dikaji apakah

ada riwayat trauma yang mengenai rongga dada seperti peluruh yang

menembus rongga dada dan paru, ledakan yang menyebabkan

peningkatan tekanan udara dan terjadi tekanan di dada yang mendadak

menyebabkan tekanan dalam paru meningkat, kecelakaan lalulintas

biasanya menyebabkan trauma tumpul didada atau tusukan benda

tajam langsung menembus pleura.

d. Riwayat Penyakit Dahulu

Perlu ditanyakan  apakah klien pernah menderita penyakit TB paru,

PPOM, kanker dan tumor metastase ke pleura

e. Fokus Pengkajian Keperawatan

1) Aktifitas / Istirahat

Gejala : Dispnea dengan aktivitas maupun istirahat.

2) Sirkulasi

Tanda : Takikardi, Frekuensi tidak teratur / dtsritmia,

Page 11: Askep Hemo Pneumo Thoraks

TD: Hipertensi/Hipotensi

3) Integritas ego

Tanda : Ketakutan, gelisah

4) Makanan / Cairan

Tanda : Adanya pemasanga IV vena sentral /infuse tekanan

5) Nyeri/Kenyamanan

Gejala : Nyeri dada unilateral, meningkat karna pernapasan, batuk.

Timbul tiba-tiba gejala sementara batuk atau regangan tajam dan

nyeri menusuk yang diperberat oleh napas dalam, kemungkinan

menyebar ke leher, bahu, abdomen(effuse pleura)

Tanda : Berhati-hati pada ara yang sakit, Perilaku distraksi,

Mengkerutkan kening

6) Pernafasan

Gejala : Kesulitan bernafas, lapatr napas, Batuk Riwayat

bedah dada/tarauma: penyakit paru kronis, inflamasi/infeksi

paru(empisema/effuse), penyakit interstisial

menyebar(sarkoidosis), keganasan( mis. Obstruksi tumor).

Pneumothoraks spontan sebelumnya : ruptur empisemtous bula

spontan, bleb subpleural(PPOM)

Tanda : Pernapasan : Peningkatan frekuensi/ takipnea,

Peningkatan kerja napas, penggunaan otot aksesori pernapasan

pada dada, leher: rekraksi interkostal, ekspirasi abdominal kua,

Bunyi napas menurun atau tak ada fremtus menurun

Perkusi dada : Hiperresonan di atas area dada terisi udara

(pnumothoraks), bunyi pekak diatas area dada yang terisi

cairan(hematoraks)

Observasi dan palpasi dada: gerakan dada tidak sama(paradoksis)

bila trauma atau kempes, penurunan pengembanan toraks(area

yang sakit)

Kulit: sianisis, berkeringat, kreatipikasi subkutan(udara pada

jaringan dengan palpasi)

Mental : ansietas, gelisah, bingung, pingsan.

Page 12: Askep Hemo Pneumo Thoraks

Penggunaan vebtilasi mekanik tekanan positif/terapi PEET

7) Keamanan

Gejala : Adanya trauma dada, Radiasi / kemoterapi untuk

keganasan

2. Diagnosa (nanda 2005)

Pre Operatif :

a. Ketidakefektifan pola pernafasan berhubungan dengan

menurunnya ekspansi paru skunder thd peningkatan tekanan

dalam rongga torak.

b. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi

sekret jalan nafas.

c. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan

kemampuan ekspansi paru dan kerusakan membran alveolar

kapiler.

d. Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan peningkatan metabolisme tubuh, penurunan

nafsu makan sekunder terhadap penekanan struktur abdomen.

e. Gangguan ADL (activity daily living) berhubungan dengan

kelemahan fisik umum, keletihan skunder terhadap sesak nafas.

f. Gangguan pola tidur berhungan dengan batuk yang menetap dan

sesak nafas serta perubahan suasana lingkungan.

Post Operatif :

a. Perubahan kenyamanan : Nyeri akut berhubungan dengan trauma

jaringan

b. Kerusakan intrgritas jaringan berhubungan dengan adanya luka

pemasangan WSD.

c. Resti trauma berhungan dengan tdk optimalnya drainase skunder

akibat pipa WSD terjepit.

Page 13: Askep Hemo Pneumo Thoraks

3. Intervensi (Nic)

N

o

Dx Tujuan dan

Kriteria Hasil

Intervensi Rasional

Pre Operatif

1 Ketidakefektifa

n pola

pernafasan

berhubungan

dengan

menurunnya

ekspansi paru

skunder thd

peningkatan

tekanan dalam

rongga torak

Menunjukak pola

nafas efektif, dengan

kriteria hasil :

Ekspansi dada

simetris

Nafas pendek tidak

ada

Bunyi nafas

tambahan tidak ada

Awasi kesesuaian

pola pernapasan bila

menggunakan

ventilasi mekanik,

catat perubahan

tekanan udara.

Kesulitan

bernafas dengan

ventilator atau

peningkatan

tekanan jalan

nafas diduga

terjadi

komplikasi.

Auskultasi bunyi

nafas

Area atelektasis

tak ada bunyi

nafas dan

sebagian area

kolaps menurun

bunyinya.

Evaluasi

dilakukan untuk

mengetahui

pertukaran gas

dan memberi

data evaluasi

perbaikan

pneumothoraks.

Kaji pasien adanya

area nyeri, nyeri

tekan bila batuk.

Sokongan

terhadap dada

dan otot

abdominal

membuat batuk

lebih efektif

atau

mengurangi

Page 14: Askep Hemo Pneumo Thoraks

trauma.

Evaluasi fungsi

pernapasan, catat

kecepatan/

pernapasan sesak,

dispnea, terjadinya

sianosis, perubahan

tanda vital.

Distres

pernapasan dan

perubahan pada

tanda vital

dapat terjadi

sebagai akibat

stres fisiologi

dan nyeri atau

dapat

menunjukkan

terjadinya syok

sehubungan

dengan hipoksia

/ perdarahan

Catat pengembangan

dada dan posisi

trakea

Pengembangan

dada sama

dengan

ekspansi paru.

Deviasi trakea

dari area sisi

yang sakit pada

tension

pneumotoraks.

Bila dipasang selang

dada pada pasien,

evaluasi

ketidaknormalan atau

kontinuitas

gelembung botol

penampung.

Tak adanya

gelembung

udara dapat

menunjukkan

ekspansi paru

lengkap

(normal) atau

tidak adanya

komplikasi.

Kaji hasil foto

thoraks

Mengidentifikas

i kesalahan

Page 15: Askep Hemo Pneumo Thoraks

posisi selang

endotrakeal,

mempengaruhi

inflamasi paru.

Awasi hasil Gas

Darah

Mengkaji status

pertukaran gas

dan ventilasi

Berikan oksigen

tambahan sesuai

indikasi.

Untuk

menurunkan

kerja nafas dan

menghilangkan

distres respirasi

dan sianosis

Pemasangan WSD Mengeluarkan

udaran atau

darah yang

masuk ke

rongga pleura

sehingga

"mechanis of

breathing" tetap

baik

2 Bersihan jalan

nafas tidak

efektif

berhubungan

dengan

akumulasi sekret

jalan nafas.

Jalan napas

lancar/normal

dengan Kriteria

hasil :

Menunjukkan

batuk yang

efektif.

Tidak ada lagi

penumpukan

sekret di sal.

pernapasan.

Jelaskan klien

tentang kegunaan

batuk yang efektif

dan mengapa

terdapat penumpukan

sekret di sal.

pernapasan.

Pengetahuan

yang

diharapkan

akan membantu

mengembangka

n kepatuhan

klien terhadap

rencana

teraupetik.

Ajarkan klien tentang

metode yang tepat

pengontrolan batuk.

Batuk yang

tidak terkontrol

adalah

Page 16: Askep Hemo Pneumo Thoraks

Klien nyaman. melelahkan dan

tidak efektif,

menyebabkan

frustasi

Napas dalam dan

perlahan saat duduk

setegak mungkin.

Memungkinkan

ekspansi paru

lebih luas

Lakukan pernapasan

diafragma.

Pernapasan

diafragma

menurunkanN

frekuensi napas

dan

meningkatkan

ventilasi

alveolar.

Tahan napas selama

3 - 5 detik kemudian

secara perlahan-

lahan, keluarkan

sebanyak mungkin

melalui mulut

Meningkatkan

volume udara

dalam paru

mempermudah

pengeluaran

sekresi sekret.

Lakukan napas ke

dua, tahan dan

batukkan dari dada

dengan melakukan 2

batuk pendek dan

kuat

Meningkatkan

volume udara

dalam paru

mempermudah

pengeluaran

sekresi sekret.

Post Operatif

1 Perubahan

kenyamanan :

Nyeri akut

berhubungan

dengan trauma

jaringan

Nyeri berkurang/hilang dengan Kriteria hasil : Nyeri berkurang/

dapat diadaptasi.

Dapat

mengindentifikasi

Jelaskan dan bantu

klien dengan

tindakan pereda nyeri

nonfarmakologi dan

non invasif

Pendekatan

dengan

menggunakan

relaksasi dan

nonfarmakologi

lainnya telah

menunjukkan

Page 17: Askep Hemo Pneumo Thoraks

aktivitas yang

meningkatkan/me

nurunkan nyeri.

Pasien tidak

gelisah.

keefektifan

dalam

mengurangi

nyeri.

Ajarkan Relaksasi :

Tehnik-tehnik untuk

menurunkan

ketegangan otot

rangka, yang dapat

menurunkan

intensitas nyeri dan

juga tingkatkan

relaksasi masase.

Akan

melancarkan

peredaran

darah, sehingga

kebutuhan O2

oleh jaringan

akan terpenuhi,

sehingga akan

mengurangi

nyerinya.

Ajarkan metode

distraksi selama

nyeri akut.

Mengalihkan

perhatian

nyerinya ke hal-

hal yang

menyenangkan

Berikan kesempatan

waktu istirahat bila

terasa nyeri dan

berikan posisi yang

nyaman; misal waktu

tidur, belakangnya

dipasang bantal kecil.

Istirahat akan

merelaksasi

semua jaringan

sehingga akan

meningkatkan

kenyamanan.

Tingkatkan

pengetahuan tentang:

sebab-sebab nyeri,

dan menghubungkan

berapa lama nyeri

akan berlangsung

Pengetahuan

yang akan

dirasakan

membantu

mengurangi

nyerinya. Dan

dapat

membantu

mengembangka

Page 18: Askep Hemo Pneumo Thoraks

n kepatuhan

klien terhadap

rencana

teraupetik.

Kolaborasi denmgan

dokter, pemberian

analgetik

Analgetik

memblok

lintasan nyeri,

sehingga nyeri

akan berkurang.

Observasi tingkat

nyeri, dan respon

motorik klien, 30

menit setelah

pemberian obat

analgetik untuk

mengkaji

efektivitasnya. Serta

setiap 1 - 2 jam

setelah tindakan

perawatan selama 1 -

2 hari

Pengkajian

yang optimal

akan

memberikan

perawat data

yang obyektif

untuk

mencegah

kemungkinan

komplikasi dan

melakukan

intervensi yang

tepat.

Page 19: Askep Hemo Pneumo Thoraks

DAFTAR PUSTAKA