asuhan keperawawatan hemo dan peritodialisis

40
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dialisis merupakan suatu proses yang digunakan untuk mengeluarkan cairan dan produk limbah dari dalam tubuh ketika ginjal tidak mampu melaksanakan proses tersebut (Bunner dan Suddart, 2002). Dalam dialisis terdapat dua teknik utama yang digunakan. Yaitu Hemodialisa dan Dialysis Peritoneal. Prinsip dasar kedua teknik itu adalah sama, yaitu difusi solute dan air dari plasma ke larutan dialysis sebagai respons terhadap perbedaan konsentrasi atau tekanan tertentu. Dalam konsep asuhan keperawatan kali ini, akan di bahas tentang dialisis baik peritoneal dialysis maupun hemodialysis. Tujuan dialysis adalah untuk mempertahankan kehidupan dan kesejah teraan pasien sampai fungsi ginjal pulih kembali. Haemodialysis adalah pengeluaran zat sisa metabolisme seperti ureum dan zat beracun lainnya, dengan mengalirkan darah lewat alat dializer yang berisi membrane yang selektif - permeabel dimana melalui membrane tersebut fusi zat-zat yang tidak 5

description

oke

Transcript of asuhan keperawawatan hemo dan peritodialisis

Page 1: asuhan keperawawatan hemo dan peritodialisis

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dialisis merupakan suatu proses yang digunakan untuk

mengeluarkan cairan dan produk limbah dari dalam tubuh ketika ginjal tidak

mampu melaksanakan proses tersebut (Bunner dan Suddart, 2002).

Dalam dialisis terdapat dua teknik utama yang digunakan. Yaitu

Hemodialisa dan Dialysis Peritoneal. Prinsip dasar kedua teknik itu adalah

sama, yaitu difusi solute dan air dari plasma ke larutan dialysis sebagai

respons terhadap perbedaan konsentrasi atau tekanan tertentu. Dalam

konsep asuhan keperawatan kali ini, akan di bahas tentang dialisis baik

peritoneal dialysis maupun hemodialysis. Tujuan dialysis adalah untuk

mempertahankan kehidupan dan kesejah teraan pasien sampai fungsi ginjal

pulih kembali.

Haemodialysis adalah pengeluaran zat sisa metabolisme seperti

ureum dan zat beracun lainnya, dengan mengalirkan darah lewat alat

dializer yang berisi membrane yang selektif - permeabel dimana melalui

membrane tersebut fusi zat-zat yang tidak dikehendaki terjadi.

Haemodialysa dilakukan pada keadaan gagal ginjal dan beberapa bentuk

keracunan.

Dialisis peritoneal adalah salah satu bentuk dialisis untuk

membantu penenganan pasien GGA (gagal ginjal akut) maupun GGK (gagal

ginjal kronik), menggunakan membran peritoneum yang bersifat 

semipermiabel. Melalui membran tersebut darah dapat difiltrasi.

1.2 Rumusan masalah

1. Apa definisi Hemodialisa dan Peritodialisa ?

2. Apa indikasi dari pasien yang dilakukan Hemodialisa dan Peritodialisa?

3. Apa Kontraindikasi dari pasien yang dilakukan Hemodialisa dan

Peritodialisa?

4. Apa tujuan dari Hemodialisa dan Peritodialisa ?

5

Page 2: asuhan keperawawatan hemo dan peritodialisis

5. Bagaimana cara kerja dari Hemodialisa dan Peritodialisa ?

6. Apa komplikasi dari Hemodialisa dan Peritodialisa ?

7. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien yang dilakukan Hemodialisa

dan Peritodialisa ?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui definisi Hemodialisa dan Peritodialisa

2. Untuk mengetahui indikasi dari pasien yang dilakukan Hemodialisa dan

Peritodialisa

3. Untuk mengetahui Kontraindikasi dari pasien yang dilakukan

Hemodialisa dan Peritodialisa

4. Untuk mengetahui tujuan dari Hemodialisa dan Peritodialisa

5. Untuk mengetahui cara kerja dari Hemodialisa dan Peritodialisa

6. Untuk mengetahui komplikasi dari Hemodialisa dan Peritodialisa

7. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien Hemodialisa dan

Peritodialisa

5

Page 3: asuhan keperawawatan hemo dan peritodialisis

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi

2.1.1 Hemodialisis

Hemodialisa adalah menggerakkan cairan dari partikel-pertikel

lewat membran semi permiabel yang mempunyai pengobatan yang bisa

membantu mengembalikan keseimbangan cairan dan elektrolit yang normal,

mengendalikan asam dan basa, dan membuang zat-zat toksis dari tubuh.

(Long, C.B: 1998)

Hemodialisa adalah lintasan darah melalui selang dari luar tubuh ke

ginjal buatan dimana pembuanagn kelebihan zat terlarut dan cairan terjadi.

(Engram, B : 1999)

Hemodialisa merupakan suatu proses yang digunakan untuk

mengeluarkan cairan dan produk limbah dalam tubuh kita, ginjal tidak

mampu melaksanakan proses tersebut (Brunner& Sunddarth, 2001).

Hemodialisis membuang sampah racun dan kotoran lain dari darah

pasien yang mengalami gagal ginjal. Pada teknik ini, darah dipindahkan

melalui akses yang dibuat dengan pembedahan, dipompa melalui unit

dialisis untuk membuang racun, dan kemudian dikembalikan ke dalam

tubuh. Dengan membuang sisa metabolism protein seperti urea, asam urat,

kreatinin, dan kelebihan cairan hemodialisis membantu mengembalikan atau

mempertahankan keseimbangan asam-basa dan elektrolit serta mencegah

komplikasi terkait uremia. (Lindon, 2014)

Hemodialisis berasal dari kata “hemo” artinya darah, dan “dialisis ”

artinya pemisahan zat-zat terlarut. Hemodialisis berarti proses pembersihan

darah dari zat-zat sampah, melalui proses penyaringan di luar tubuh.

Hemodialisis menggunakan ginjal buatan berupa mesin dialisis.

Hemodialisis dikenal secara awam dengan istilah ‘cuci darah’. 

5

Page 4: asuhan keperawawatan hemo dan peritodialisis

2.1.2 Dialisis Peritoneal

Seperti hemodialisis, dialysis peritoneal membuang toksin dari

darah pasien dengan gagal ginjal akut atau kronis yang tidak memberi

respon terhadap pengobatan lain menggunakan membrane peritoneum

pasien sebagai membrane hemodialisis semi-permeabel. Dengan teknik ini,

larutan dialysis hipertonik (dialisat) dialirkan melalui kateter yang dipasang

ke rongga peritoneum. Selanjutnya melalui proses difusi, kelebihan

konsentrasi elektrolit dan toksin uremik dalam darah menyebrangi membran

peritoneal menuju larutan dialisis. Berikutnya, melalui osmosis, kelebihan

cairan dalam darah juga mengalami hal yang sama. Setelah sekian waktu

yang sudah ditentukan, dialisat dikosongkan, membawa toksin dan zat sisa

bersamanya. (Lindon, 2014)

Peritoneal dialysis adalah suatu proses dialysis di dalam rongga

perut yang bekerja sebagai penampung cairan dialysis, dan peritoneum

sebagai membrane semi permeable yang berfungsi sebagai tempat yang

dilewati cairan tubuh yang berlebihan & solute yang berisi racun yang akan

dibuang.

2.2 Indikasi

2.2.1 Indikasi Hemodialis

( Brunner, 2000)

1. Gagal ginjal akut

2. Gagal ginjal kronik

3. Kadar kreatin serum meningkat (pria > 6 mg/100ml , wanita >

4mg/100ml).

4. Glomeluro filtration rate (GFR) kurang dari 4 ml/menit.

5. Intoksikasi obat

6. Uremia

7. Hiperkalemia

8. Overlod Cairan

9. Asidosis Metabolik yang parah

5

Page 5: asuhan keperawawatan hemo dan peritodialisis

2.2.2 Indikasi Peritodialisis

1. Kelainan fungsi otak karena keracunan ureum (ensepalopati uremik)

2. Gangguan keseimbangan asam-basa dan elektrolit misal: asidosis

metabolik, hiperkalemia dan hipercalsemi.

3. Kelebihan cairan (volume overload) yang memasuki paru-paru sehingga

menimbulkan sesak nafas berat.

4. Gejala-gejala keracunan ureum (uremic symptoms)

2.3 Kontra Indikasi

2.3.1 Kontra Indikasi Hemodialisis

1. Hipertensi Berat (TD > 200 mmhg)

2. Hipotensi (TD < 100 mmhg)

3. Adanya pendarahan hebat

4. Sirosis Hati

5. Akses vaskuler sulit

6. Instabilisasi hemodinamik dan koagulasi

7. Sindrom hepatorenal (Hudak, 1999:43)

2.3.2 Kontra Indikasi peritodialisis

1. Hilangnya fungsi membran peritoneum

2. Operasi berulang pada abdomen, kolostomi,

3.  Ukuran tubuh yang besar (kemungkinan dengan PD yang adekuat

tidak tercapai)

4. Identifikasi problem yang potensial timbul sebelum CAPD dimulai :

a. Apakah pasien perlu seorang asisten (keterbatasan fisik / mental)

b.  Adakah hernia

c.  Penglihatan kurang

5.  Malnutrisi yang berat

2.4 Tujuan

2.4.1 Hemodialisa

Menurut Havens dan Terra (2005) tujuan dari pengobatan

hemodialisa antara lain :

5

Page 6: asuhan keperawawatan hemo dan peritodialisis

1. Menggantikan fungsi ginjal dalam fungsi ekskresi, yaitu membuang sisa-

sisa metabolisme dalam tubuh, seperti ureum, kreatinin, dan sisa

metabolisme yang lain.

2. Menggantikan fungsi ginjal dalam mengeluarkan cairan tubuh yang

seharusnya dikeluarkan sebagai urin saat ginjal sehat.

3. Meningkatkan kualitas hidup pasien yang menderita fungsi ginjal.

4. Menggantikan fungsi ginjal sambil menunggu program pengobatan lain.

2.4.2 Peritodialisa

1. Mengeluarkan Produk-Produk Sisa Metabolisme

2. Membantu Menjaga Keseimbangan Zat Zat Kimia Tubuh

3. Mengeluarkan Kelebihan Air

2.5 Pelaksanaan

2.5.1 Hemodialisa

a.       Persiapan mesin

1. Listrik

2. Air (sudah melalui pengolahan)

3. Saluran pembuangan

4. Dialisat (proportioning sistim, batch sistim)

b.       Persiapan peralatan + obat-obatan

1. Infuse set

2. Spuit : 50 cc, 5 cc, dll ; insulin

3. Heparin inj

4. Xylocain (anestesi local)

5. NaCl 0,90 %

6. Kain kasa/ Gaas steril

7. Duk steril

8. Sarung tangan steril

9. Bak kecil steril

10.Mangkuk kecil steril

11.Klem

12.Plester

13.Desinfektan (alcohol +

bethadine)

14.Gelas ukur

5

Page 7: asuhan keperawawatan hemo dan peritodialisis

15. Timbangan BB

16. Formulir hemodialisis

17. Sirkulasi darah

18.  AV fistula/abocath

19. Dialyzer/ Ginjal buatan (GB) AV Blood line

20.  Cuci tangan

c.       Pelaksanaan

1.  Letakkan GB pada holder, dengan posisi merah diatas.

2.   Hubungkan ujung putih pada ABL dengan GB ujung merah.

3.   Hubungkan ujung putih VBL dengan GB ujung biru, ujung biru VBL

dihubungkan dengan alat penampung.

4.   Letakkan posisi GB terbalik, yaitu yang tanda merah dibawah, biru

diatas.

5.   Gantungkan NaCl 0,9 % (2-3 kolf)

6.   Pasang infus set pada kolf NaCl.

7.   Hubungkan ujung infus set dengan ujung merah ABL atau tempat

khusus.

8.   Tutup semua klem yang ada pada slang ABL, VBL, (untuk hubungan

tekanan arteri, tekanan vena, pemberian obat-obatan).

9.   Buka klem ujung dari ABL, VBL dan infus set 100 ml/mJalankan Qb

dengan kecepatan.

10. Udara yang ada dalam GB harus hilang (sampai bebeas udara) dengan

cara menekan-nekan VBL  Air trap/Bubble trap diisi 2/3-3/4 bagian.

11. Setiap kolf NaCl sesudah/ hendak mengganti kolf baru Qb dimatikan.

12. Setelah udara dalam GB habis, hubungkan ujung ABL dengan ujung

VBL, klem tetap dilepas.

13. Masukkan heparin dalam sirkulasi darah sebanyak 1500-2000 U.

14. Ganti kolf NaCl dengan yang baru yang telah diberi heparin 500 U dan

klem infus dibuka.

7

Page 8: asuhan keperawawatan hemo dan peritodialisis

15.Jalankan sirkulasi darah + soaking (melembabkan GB) selama 10-15

menit sebelu dihubungkan dengan sirkulasi sistemik (pasien).

d . Persiapan Sirkulasi

1.   Rinsing/Membilas GB + VBL + ABL

2.   Priming/ mengisi GB + VBL + ABL

3.   Soaking/ melembabkan GB.

4.   Volume priming : darah yang berada dalam sirkulasi (ABL+GB + VBL )

e. Perawatan Persiapan pasien Selama Hemodialisis (Intra HD)

1. Anamnesa : Timbang BB, Posisi, Observasi KU  dan TTV

2. Mengisi informed consent

3. Pasien sebelumnya dianjurkan cuci lengan & tangan dengan teknik

aseptic + antiseptic : bethadine + alcohol

4. Observasi sarana hubungan sirkulasi/ akses sirkulasi :Dengan internal A-

V shunt/ fistula cimino

5. Lakukan Anestesi local (lidocain inj, procain inj), Punksi vena (outlet).

Dengan AV fistula no G.14 s/d G.16/ abocath, fiksasi, tutup dengan kasa

steril

6. Berikan bolus heparin inj (dosis awal)

f. Memulai Hemodialisa

1. Ujung ABL line dihubungkan dengan punksi inlet

2. Ujung VBL line dihubungkan dengan punksi outlet

3. Semua klem dibuka, kecuali klem infus set 100 ml/m, sampai sirkulasi

darah terisi darah semua.

4. Jalankan pompa darah (blood pump) dengan Qb

5. Pompa darah (blood pump stop, sambungkan ujung dari VBL dengan

punksi outlet

6. Fiksasi ABL & VBL (sehingga pasien tidak sulit untuk bergerak)

7. Cairan priming diampung di gelas ukur dan jumlahnya dicatat (cairan

dikeluarkan sesuai kebutuhan)

8. Jalankan pompa darah dengan Qb = 100 ml/m, setelah 15 menit bisa

dinaikkan sampai 300 ml/m (dilihat dari keadaan pasien)

8

Page 9: asuhan keperawawatan hemo dan peritodialisis

9. Hubungkan selang-selang untuk monitor : venous pressure, arteri

pressure, hidupkan air/ blood leak detector

10. Pompa heparin dijalankan (dosis heparin sesuai keperluan). Heparin

dilarutkan dengan NaCl

11. Ukur TD, Nadi setiap 1 jam. Bila keadaan pasien tidak baik/ lemah

lakukan mengukur TD, N, lebih sering.

12. Isi formulir HD antara lain : Nama, Umur, BB, TD, S, N, P, Tipe GB,

Cairan priming yang masuk, makan/minum, keluhan selama HD,

masalah selama HD.

2.5.2 Peritodialisis

1) Proses

Proses persiapan pasien dan keluarga yang dilaksanakan oleh

perawat adalah penjelasan proses dialysis peritonial, surat persetujuan yang

sudah di tanda tangani, data dasar mengenai tanda-tanda vital, berat badan

dan kadar elektrolit serum, pengosongan kandung kemih dan usus. Selain

itu perawat mengkaji kecemasan pasien dan memberi dukungan serta

petunjuk mengenai prosedur yang akan dilakukan.

2)      Peralatan

Perawat harus berkonsultasi dengan dokter untuk menentukan

konsetrasi dialisat yang akan digunakan dan obat-obat yang akan

ditambahkan, misalnya dalam menambahkan heparin untuk mencegah

pembekuan fibrin yang dapat menyumbat kateter peritoneal, penambahan

antibiotic untuk mengobati peritonitis.

3)      Pemasangan Kateter

Kateter peritoneal dipasang di dalam kamar operasi untuk

mempertahankan asepsis operasi dan memperkecil resiko kontaminasi.

Kateter stylet dapat digunakan jika dialysis peritoneal tersebut diperkirakan

akan dilaksanakan dalam waktu singkat. Sebelum prosedur pemasangan

kateter dilakukan, kulit abdomen dipersiapkan dengan larutan antiseptic

lokal dan dokter melakukan penyuntikkan infiltrasi preparat anastesi local

9

Page 10: asuhan keperawawatan hemo dan peritodialisis

ke dalam kulit dan jaringan subcutan. Insisi kecil dibuat pada 3-5 cm di

bawah umbiculus.

4)      Prosedur

Untuk dialisat peritoneal intermiten, larutan dialisat dialirkan

dengan bebas ke dalam kavum peritoneal dan dibiarkan selama waktu

retensi atau waktu ekuilibrasi yang ditentukan dokter. Waktu

memungkinkan terjadinya difusi dan osmosis. Pada waktu akhir retensi,

klem selang drainase dilepas dan larutan dialisat dibiarkan mengalir keluar

dari kavum peritoneal melalui sebuah sistem yang tertutup dengan bantuan

gaya berat.

2.6 Komplikasi

2.6.1 Hemodialisa

Menurut Tisher dan Wilcox (1997) serta Havens dan Terra (2005)

selama tindakan hemodialisa sering sekali ditemukan komplikasi yang

terjadi, antara lain :

1. Kram otot

Kram otot pada umumnya terjadi pada separuh waktu berjalannya

hemodialisa sampai mendekati waktu berakhirnya hemodialisa. Kram

otot seringkali terjadi pada ultrafiltrasi (penarikan cairan) yang cepat

dengan volume yang tinggi

2. Hipotensi

Terjadinya hipotensi dimungkinkan karena pemakaian dialisat asetat,

rendahnya dialisat natrium, penyakit jantung aterosklerotik, neuropati

otonomik, dan kelebihan tambahan berat cairan.

3. Aritmia

Hipoksia, hipotensi, penghentian obat antiaritmia selama dialisa,

penurunan kalsium, magnesium, kalium, dan bikarbonat serum yang

cepat berpengaruh terhadap aritmia pada pasien hemodialisa.

4. Sindrom ketidakseimbangan dialisa

Sindrom ketidakseimbangan dialisa dipercaya secara primer dapat

diakibatkan dari osmol-osmol lain dari otak dan bersihan urea yang

10

Page 11: asuhan keperawawatan hemo dan peritodialisis

kurang cepat dibandingkan dari darah, yang mengakibatkan suatu

gradien osmotik diantara kompartemen-kompartemen ini. Gradien

osmotik ini menyebabkan perpindahan air ke dalam otak yang

menyebabkan oedem serebri. Sindrom ini tidak lazim dan biasanya

terjadi pada pasien yang menjalani hemodialisa pertama dengan

azotemia berat.

5. Hipoksemia

Hipoksemia selama hemodialisa merupakan hal penting yang perlu

dimonitor pasien yang mengalami gangguan fungsi kardiopulmonar

6. Perdarahan

Uremia menyebabkan ganguan fungsi trombosit. Fungsi trombosit

dapat dinilai dengan mengukur waktu perdarahan. Penggunaan

heparin selama hemodialisa merupakan faktor risiko terjadinya

perdarahan.

7. Ganguan pencernaan

Gangguan pencernaan yang sering terjadi adalah mual dan muntah

yang disebabkan karena hipoglikemia. Gangguan pencernaan sering

disertai dengan sakit kepala.

8. Infeksi atau peradangan bisa terjadi pada akses vaskuler.

9. Pembekuan darah bisa disebabkan karena dosis pemberian heparin

yang tidak adekuat ataupun kecepatan putaran darah yang lambat.

2.6.2 Peritodialisa

1. Komplikasi Mekanis

a. Perforasi organ abdomen (usus, aorta, kandung kencing atau hati)

b. Perdarahan yang kadang-kadang menyumbat kateter

c. Gangguan drainase (aliran cairan dialisat)

d. Bocornya cairan dialisat

e. Perasaan tidak enak dan sakit dalam perut

2. Komplikasi metabolik

a. Gangguan keseimbangan cairan,elektrolik dan  asam basa .

11

Page 12: asuhan keperawawatan hemo dan peritodialisis

b. Gangguan metabolisme karbohidrat perlu diperhatikan terutama pada

penyandang DM berupa hiperglikemia post dialisis.

c. Kehilangan protein yang terbuang lewat cairan dialisat

d. Sindrom disequilibrium.

BAB 3

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian

A. Biodata

1. Nama :

2. Umur : Biasanya terjadi pada usia lebih dari 50

tahun

3. Jenis Kelamin :

4. Pekerjaan :

5. Agama :

6. Alamat :

7. Pendidikan

B. Riwayat Kesehatan

1. Keluhan utama

Pada pasien yang akan dilakukan hemodialisa biasanya mengeluh

mual, muntah, anorexia, akibat peningkatan ureum darah dan

edema akibat retensi natrium dan cairan.

2. Riwayat Kesehatan Sekarang

Pasien menderita gagal ginjal kronis ( stadium terminal )

3. Riwayat kesehatan yang lalu

Perlu ditanya penyakit-penyakit yang pernah diderita klien sebagai

penyebab terjadinya GGK, seperti DM, glomerulonefritis kronis,

pielonefritis. Selain itu perlu ditanyakan riwayat penggunakan

analgesik yang lama atau menerus.

4. Riwayat Penggunaan Obat – obatan

Pasien yang menjalani diaisis, semua jenis obat dan dosisnya harus

dievaluasi. Pasien harus mengetahui kapan minum obat da kapan

12

Page 13: asuhan keperawawatan hemo dan peritodialisis

harus menundanya. Sebagai contoh oba antihipertensi diminu pada

hari yang sama dengan saat menjalani hemodialisis, efek hipotensi

dapat tejadi selama hemodialisis dan menyebabkan tekanan darah

rendah yang berbahaya (Brunner, Sudart 2001)

5. Riwayat kesehatan keluarga

Perlu ditanyakan apakah orang tua atau keluarga lain ada yang

menderita GGK erat kaitannya dengan penyakit keturunannya

seperti GGK akibat DM.

C. Data Biologis

1. Makan& minum

Biasanya terjadi penurunan nafsu makan sehubungan dengan

keluhan mual muntah akibat peningkatan ureum dalam darah.

2. Eliminasi

Biasanya terjadi gangguan pengeluaran urine seperti oliguri,

anuria, disuria, dan sebagainya akibat kegagalan ginjal melakukan

fungsi filtrasi, reabsorsi dan sekresi.

3. Aktivitas

Pasien mengalami kelemahan otot, kehilangan tonus dan

penurunan gerak sebagai akibat dari penimbunan ureum dan zat-zat

toksik lainnya dalam jaringan.

4. Istrahat/tidur

Pasien biasanya mengalami gangguan pola istrahat tidur akibat

keluhan-keluhan sehubungan dengan peningkatan ureum dan zat-

zat toksik seperti mual, muntah, sakit kepala, kram otot dan

sebagainya.

D. Pemeriksaan Fisik

Keadaan Umum : Lemah dan penurunan tingkat kesadaran

Tanda- tanda Vital:

TD : Meningkat ( akibat retensi cairan dan natrium dari aktivitas sitem

renin )

RR : Meningkat ( penumpukan cairan pada paru )

13

Page 14: asuhan keperawawatan hemo dan peritodialisis

T : Normal

N : Meningktat

BB : Meningkat (Oedema sebagai akibat retensi cairan dan natrium )

1. Inspeksi

- Tingkat kesadaran pasien biasanya menurun

- Biasanya timbul pruritus akibat penimbunan zat-zat toksik pada

kulit

- Oedema pada tungkai,acites, sebagai akibat retensi cairan dan

natrium

- Adanya oernapasan cupig hidung

2. Auskultasi

- Perlu dilakukan untuk mengetahui  edema pulmonary akibat

penumpukan cairan dirongga pleura dan kemungkinan gangguan

jantung (perikarditis) akibat iritasi pada lapisan pericardial oleh

toksik uremik serta pada tingkat yang lebih tinggi dapat terjadi

gagal jantung kongestif.

3. Palpasi

- Untuk memastikan oedema pada tungkai dan acietas.

4. Perkusi

- Untuk memastikan hasil auskultasi apakah terjadi oedema

pulmonar yang apabila terjadi oedema pulmonary maka akan

terdengar redup pada perkusi.

E. Data Psikologis

Pasien biasanya mengalami kecemasan akibat perubahan body image,

perubahan peran baik dikeluarga maupun dimasyarakat. Pasien juga

biasanya merasa sudah tidak berharga lagi karena perubahan peran dan

ketergantungan pada orang lain.

F. Data Sosial

14

Page 15: asuhan keperawawatan hemo dan peritodialisis

Pasien biasanya mengalami penurunan aktivitas sosial akibat

penurunan kondisi kesehatan dan larangan untuk melakukan aktivitas

yang berat.

G. Data Penunjang

1. Darah lengkap meliputi: Hb,Hct, L, Trombosit, LED, Ureum pre

dan post, kreatinin pre dan post, protein total, albumin, globulin,

SGOT-SGPT, bilirubin, gama gt, alkali fosfatase, kalsium, fosfor,

kalium, natrium, klorida, gula darah, SI, TIBC, saturasi transferin,

feritin serum, pth, vit D, kolesterol total, HDL, LDL, trigliserida,

asam urat, Hbs Ag, antiHCV, anti HIV, CRP,

astrup:pH/P02/pC02/HCO3. Biasanya dapat ditemukan adanya:

anemia, hiperkalemia, hiperfosfatemia, hipokalsemi, ureumikum,

kreatinin meningkat, pH darah rendah, GD klien DM menurun

2. Radiologi

Ronsen, Usg, Echo: kemungkinan ditemukan adanya gambaran

pembesaran jantung, adanya batu saluran kencing/ginjal, ukuran

korteks, gambaran keadaan ginjal, adanya pembesaran ukuran

ginjal, vaskularisasi ginjal.

3. EKG  

Dapat dilihat adanya pembesaran jantung, gangguan irama,

hiperkalemi, hipoksia miokard.

4. Biopsi

Mendeteksi adanya keganasan pada jaringan ginjal

3.2 Analisa data

No Data Etiologi Problem

1. DS :

Klien mengeluh sesak

DO :

- RR > 30 X/mnt

- Terdapat pola napas

kusmaul

Over hidrasi :

penumpukan cairan di

paru

Pola nafas tidak

efektif

15

Page 16: asuhan keperawawatan hemo dan peritodialisis

- Retraksi

interkostalis (+)

- Pernapasan cuping

hidung (+)

- Dipsneu (+)

2. DS :

Klien mengeluh lemas

dan mudah lelah

DO

- Klien nampak lelah

- Pallor (+)

- Tachikardi

- Napas pendek

- Hb = 7 mg/

Konjungtiva anemis

- Turgor kulit dan

mukosa bibir kering

- Ekstremitas bawah

tampak oedem

Keletihan karena

anemia akibat retensi

produk samapah dalam

prosedur dialisis

Intoleransi aktivitas

3. DS: -

DO :

- terpasang selang

HD pada 2 tusukan

di area femoralis

dan nadi brakhialis

- TD 140/80 mmHg

- Nadi 80x/menit

Resiko cedera akses vaskuler &

komplikasi sekunder

terhadap penusukan

& pemeliharaan akses

vaskuler

4 DS :

- Klien mengeluh

mual-muntah, tidak

anoreksia, mual &

muntah pembatasan

diet

Ketidak seimbangan

nutrisi, kurang dari

kebutuhan tubuh

16

Page 17: asuhan keperawawatan hemo dan peritodialisis

nafsu makan

DO :

- BB kering menurun

- Bau mulut (+)

3.3 Diagnosa Keperawatan

1. Pola nafas tidak efektif  berhubungan dengan Over hidrasi: penumpukan

cairan di paru

2. Intoleransi aktivitas Keletihan Anemia Retensi produk sampah Prosedur

dialisis

3. Resiko cedera akses vaskuler & komplikasi sekunder terhadap

penusukan & pemeliharaan akses vaskuler

4. Ketidak seimbangan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan anoreksia, mual & muntah pembatasan diet

3.4 Rencana Keperawatan

No

DxTujuan Intervensi Rasional

1

Pola nafas efektif setelah

dilakukan tindakan HD

4-5 jam, dengan criteria:

- edema paru hilang

- tidak sianosis

- Retraksi

- interkostalis(-)

- Rr 16-20 X/mnt

- Sianosis (-)

- Orthopneu (-)

- Dispneu (-)

Pernafasan cuping

hidung ( -)

1. Kaji penyebab

nafas tidak efektif

2. Kaji respirasi &

nadi

3. Berikan posisi semi

fowler

4. Ajarkan cara

nafas yang efektif

5. Berikan O2

1. Untuk menentukan

tindakan yang

harus segera

dilakukan

2. Menentukan

tindakan

3. Melapangkan dada

klien sehingga

nafas lebih longgar

4. Hemat energi

sehingga nafas

tidak semakin

berat

5. Hb rendah, edema,

17

Page 18: asuhan keperawawatan hemo dan peritodialisis

6. Lakukan SU pada

saat HD

7.  Kolaborasi

pemberian tranfusi

darah

8.  Kolaborasi

pemberian

antibiotic

9. Kolaborasi foto

torak

10. Evaluasi kondisi

klien pada HD

berikutnya

11. Evaluasi kondisi

klien pada HD

berikutnya

paru pneumonitis,

asidosis,

perikarditis

menyebabkan

suplai O2 ke

jaringan <

6. SU adalah

penarikan secara

cepat pada HD,

mempercepat

pengurangan

edema paru

7. Untuk ↑Hb,

sehingga suplai O2

ke jaringan cukup

8. Untuk mengatasi

infeksi paru &

perikard

9. Follou up

penyebab nafas

tidak efektif

10. Mengukur

keberhasilan

tindakan

11. Untuk follou up

kondisi klien

2

Setelah dilakukan

tindakan keperawatan &

HD, klien mampu

berpartisipasi dalam

1. Kaji faktor yang

menimbulkan

keletihan:

Anemia,

1. Menyediakan

informasi tentang

indikasi tingkat

keletihan

18

Page 19: asuhan keperawawatan hemo dan peritodialisis

aktivitas yang dapat

ditoleransi, dengan

kriteria:

- berpartisipasi dalam

aktivitas perawatan

mandiri yang dipilih

- berpartisipasi dalam ↑

aktivitas dan latihan

-  istirahat & aktivitas

seimbang/bergantian

Ketidakseimbang

an cairan &

elektrolit, Retensi

produk sampah,

depresi

2. Tingkatkan

kemandirian

dalam aktifitas

perawatan diri

yang dapat

ditoleransi, bantu

jika keletihan

terjadi

3. Anjurkan

aktivitas

alternatif sambil

istirahat

4. Anjurkan untuk

istirahat setelah

dialisis

2. Meningkatkan

aktifitas

ringan/sedang &

memperbaiki

harga diri

3. Mendorong

latihan &

aktifitas yang

dapat ditoleransi

& istirahat yang

adekuat

4. Istirahat yang

adekuat

dianjurkan

setelah dialisis,

karena adanya

perubahan

keseimbangan

cairan &

elektrolit yang

cepat pada proses

dialisis sangat

melelahkan

19

Page 20: asuhan keperawawatan hemo dan peritodialisis

4

Setelah dilakukan HD

Pasien tidak mengalami

infeskis dg criteria:

- Tak ada kemerahan

sekitar shunt

- Area shunt tidak

nyeri/bengkak

1. pertahankan area

steril selama

penusukan kateter

2. Pertahankan

teknik steril

selama kontak dg

akses vaskuler:

penusukan,

pelepasan kateter

3. Monitor area

akses HD

terhadap

kemerahan,

bengkak, nyeri

4. Beri pernjelasan

pd pasien

pentingnya ↑satus

gizi

5.  Kolaborasi

pemberian

antibiotik

1. Mikroorganisme

dapat dicegah

masuk kedalam

tubuh saat insersi

kateter

2. Kuman tidak

masuk kedalam

area insersi

3. Inflamasi/infeksi

ditandai dg

kemerahan,

nyeri, bengkak

4. Gizi yang baik

↑daya tahan

tubuh

5. Pasien HD

mengalami sakit

khonis,

↓imunitas

4

Keseimbangan nutrisi

tercapai setelah

dilakukan HD yang

sdekuat (10-12 jam/mg)

selama 3 bulan, diet

protein terpenuhi,

1. Kaji status

nutrisi:

Perubahan BB

 Pengukuran

antropometri

 Nilai lab.

1. Sebagai dasar

untuk memantau

perubahan &

intervensi yang

sesuai

20

Page 21: asuhan keperawawatan hemo dan peritodialisis

dengan kriteria:

- tidak terjadi

penambahan atau ↓

BB yang cepat

- turgor kulit normal

tanpa udema

- kadar albumin

plasma3,5-5,0 gr/dl

- konsumsi diet nilai

protein tinggi

(elektrolit, BUN,

kreatinin, kadar

albumin, protein.

2. kaji pola diet

3.   kaji faktor yang

berperan dalam

merubah

masukan nutrisi

4.   kolaborasi

menentukan

tindakan HD 4-5

jam 2-3 minggu

5.   Kolaborasi

pemberian infus

albunin 1 jam

terakhir HD

6.   Tingkatkan

masukan protein

dengan nilai

biologi tinggi:

telur, daging,

produk susu

7.   Anjurkan

camilan rendah

2. Pola diet dahulu

& sekarang

berguna untuk

menentukan

menu

3. Memberikan

informasi, faktor

mana yang bisa

dimodifikasi.

4. Tindakan HD

yang adekuat, ↓

kejadian mual-

muntah &

anoreksia,

sehingga ↑ nafsu

makan

5. Pemberian

albumin lewat

infus iv akan ↑

albumin serum

6. Protein lengkap

akan ↑

keseimbangan

nitrogen

7. Kalori akan ↑

energi,

21

Page 22: asuhan keperawawatan hemo dan peritodialisis

protein, rendah

natrium, tinggi

kalori diantara

waktu makan

8.    Jelaskan rasional

pembatasan diet,

hubungan dengan

penyakit ginjal

dan ↑urea dan

kreatinin

9.   Anjurkan timbang

BB tiap hari

10.  Kaji adanya

masukan protein

yang tidak

adekuat

memberikan

kesempatan

protein untuk

pertumbuhan

8. ↑ pemahaman

klien sehingga

mudah menerima

masukan untuk

menentukan

status cairan &

nutrisi

9. Mengetahui

perkembangan

klient

10. penurunan protei

n dapat ↓

albumin,

pembentukan

udema &

perlambatan

penyembuhan

3.3. Contoh implementasi

Tgl/

jamImplementasi Evaluasi ttd

Awa

l HD

04-

12-

15

12.

1. Kaji status cairan,

timbang BB, turgor kulit

dan adanya edema,

tekanan darah dan nadi.

2. Batasi cairan yang masuk

dalam 24 jam.

S : klien megtakan badan

lemas

O :

- TD: 140/80 mmHg

- N: 80 x/menit

- RR: 20 x/menit

22

Page 23: asuhan keperawawatan hemo dan peritodialisis

00 3. Anjurkan untuk istirahat

baring dan dekatkan

kebutuhan pasien.

4. Monitor Hb dan hematokrit.

5. Kaji kepatenan AV shunt

sebelum HD

6. Kaji warna kulit, keutuhan

kulit, sensasi sekitar shunt

- S: 36,50 C

- KU: sedang

- Kesadaran: compos

mentis (GCS:

E4V5M6)

- Telah terpasang akses

vaskuler: AV shunt

- Lama: 4 jam

- UF: 2,00 liter

- QB: 200 ml/jam

- Telah diberi injeksi

heparin secara

intermiten

- Ekstremitas bawah

tampak oedem

A:Masalah teratasi

sebagian. Klien tidak

tampak cemas

ataupun tegang

P :Lakukan proses HD

Intra

HD

04-

12-

15

12.3

0-

16.3

1. Mengkaji status cairan

2. Mengkaji turgor kulit dan

adanya edema

3. Mengecek tekanan darah

dan nadi.

4. Menjelaskan kepada

keluarga tentang

pembatasan cairan.

5. Membantu pasien dalam

memahami ketidak

nyamananan kibat

S :

- keluarga tampak

mengerti

(mengangguk-angguk)

pada saat diberi

penjelasan tentang

pembatasan cairan.

O :

- KU: sedang

- Kesadaran:

compos mentis

23

Page 24: asuhan keperawawatan hemo dan peritodialisis

0 pembatasan cairan.

6. Kaji factor yang

menimbulkan kelelahan.

7. Anjurkan untuk istirahat

baring dan dekatkan

kebutuhan pasien.

8. Monitor Hb dan hematokrit

9. Kaji warna kulit, keutuhan

kulit, sensasi sekitar shunt

10.Cegah terjadinya infeksi pd

area shunt/penusukan

kateter

- TD: 140/80

mmHg

- RR: 20 x/menit

- N: 80 x/menit

- Klien tampak

dapat berisitrshat

(klien dapat tidur)

- Hb :11,5 g/dl

A : masalah teratasi

sebagian, Keluarga

dapat memahami

pembatasan cairan

yang dilakukan klien

P : lakukan HD sesuai

jadwal

Post

HD

04-

12-

15

17.0

0

1. Mengukur tanda vital post

HD:

2. Menghitung total cairan

priming/washing

3. Menimbang BB Post HD

4. Menanyakan keluhan post

HD

S : klien mengatakan

badannya sudah terasa

enak dan segar

O :

- TD: 150/80 mmHg

- N: 78 x/menit

- RR:20 x/menit

- S: 36,50 C

- Kesadaran: compos

mentis (GCS:

E4V5M6)

- Total cairan

priming/washing:

1500 ml

- BB post HD: 45 kg

A : Masalah teratasi

24

Page 25: asuhan keperawawatan hemo dan peritodialisis

sebagian

P : Program HD ulang

sesuai jadwal

BAB 4

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Dialisis merupakan suatu proses yang digunakan untuk

mengeluarkan cairan dan produk limbah dari dalam tubuh ketika ginjal tidak

mampu melaksanakan proses tersebut.Dalam dialisis terdapat dua teknik

utama yang digunakan. Yaitu Hemodialisa dan Dialysis Peritoneal. Prinsip

dasar kedua teknik itu adalah sama, yaitu difusi solute dan air dari plasma

ke larutan dialysis sebagai respons terhadap perbedaan konsentrasi atau

tekanan tertentu. Dalam konsep asuhan keperawatan kali ini, akan di bahas

tentang dialisis baik peritoneal dialysis maupun hemodialysis. Tujuan

dialysis adalah untuk mempertahankan kehidupan dan kesejah teraan pasien

sampai fungsi ginjal pulih kembali.

4.2 Saran

1. Bagi Mahasiswa

Meningkatkan kualitas belajar dan memperbanyak literatur dalam

pembuatan makalah agar dapat membuat makalah yang baik dan benar.

2. Bagi Pendidikan

Bagi dosen pembimbing agar dapat memberikan bimbingan yang lebih

baik dalam pembuatan makalah selanjutnya.

3. Bagi Kesehatan

Memberikan pengetahuan kepada mahasiswa kesehatan khususnya untuk

mahasiswa keperawatan agar mengetahui bagaimana asuhan

keperawatan pada pasien dengan hemodialysis dan peritodialisis

25

Page 26: asuhan keperawawatan hemo dan peritodialisis

DAFTAR PUSTAKA

Carolyn M, Hudak, 2010, Keperawatan Kritis : Pendekatan Holisti Ed. 6 Vol.2,

Jakarta : EGC

Long C, Engram, 1998, Rencaa Asuhan Keperwatan Medical Bedah Vol 3,

Jakarta: EGC

Mariliyn E. Doenges, dkk, 1999, Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta: EGC

Saputra. Lyndon dkk, 2014, Visual Nursing ( Medikal-Bedah ). Jakarta : EGC

Susanne C. smeltzer, dkk, 2001, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner

Suddaart, Jakarta: EGC;

26