askep anak diare.doc

24
A. KONSEP DASAR PENYAKIT 1. Definisi / Pengertian Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cairan atau setengah cairan, dengan demikian kandungan air pada tinja lebih banyak dari keadaan normal yakni 100-200 ml sekali defekasi (Hendarwanto, 1999). Diare ialah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak dengan konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau atau dapat bercampur lendir dan darah (Ngastiyah, 1997). Menurut WHO (1980) diare adalah buang air besar encer atau cair lebih dari tiga kali sehari. 2. Epidemiologi Diare merupakan penyebab utama angka kesakitan dan kematian pada anak di negara berkembang, dengan perkiraan 1,3 milyar episode dan 3,2 juta kematian setiap tahun pada balita. Secara keseluruhan anak-anak ini mengalami rata-rata 3,3 epoisode diare pertahun. Pada daerah yang dnegan angka episode yang tinggi ini, seorang balita dapat menghabiskan 25 % waktunya dengan diare. Sekitar 80 % kematian yang berhubungan dengan diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan. Penyebab utama kematian karena diare adalah dehidrasi sebagai akibat kehilangan cairan dan elektrolit melalui tinjanya. Penyebab kematian lain adalah disentri, kekurangan gizi, dan infeksi serius seperti pnemoni. Menurut laporan Departemen Kesehatan, di Indonesia setiap anak mengalami diare 1,6 samapi 2 kali setahun. Hasil SKRT

Transcript of askep anak diare.doc

Page 1: askep anak diare.doc

A. KONSEP DASAR PENYAKIT

1. Definisi / Pengertian

Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cairan atau setengah

cairan, dengan demikian kandungan air pada tinja lebih banyak dari keadaan normal yakni

100-200 ml sekali defekasi (Hendarwanto, 1999).

Diare ialah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari

3 kali pada anak dengan konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau atau dapat

bercampur lendir dan darah (Ngastiyah, 1997).

Menurut WHO (1980) diare adalah buang air besar encer atau cair lebih dari tiga kali

sehari.

2. Epidemiologi

Diare merupakan penyebab utama angka kesakitan dan kematian pada anak di negara

berkembang, dengan perkiraan 1,3 milyar episode dan 3,2 juta kematian setiap tahun pada

balita. Secara keseluruhan anak-anak ini mengalami rata-rata 3,3 epoisode diare pertahun.

Pada daerah yang dnegan angka episode yang tinggi ini, seorang balita dapat

menghabiskan 25 % waktunya dengan diare. Sekitar 80 % kematian yang berhubungan

dengan diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan. Penyebab utama kematian karena

diare adalah dehidrasi sebagai akibat kehilangan cairan dan elektrolit melalui tinjanya.

Penyebab kematian lain adalah disentri, kekurangan gizi, dan infeksi serius seperti

pnemoni.

Menurut laporan Departemen Kesehatan, di Indonesia setiap anak mengalami diare 1,6

samapi 2 kali setahun. Hasil SKRT (survaey kesahatan rumah tangga) di Indonesia angka

kematian diare anak balita dan bayi permil pertahun berturut menunjukan angka sebagai

berikut ; 6,6 (balita) 22 (bayi) pertahun 1980; 3,7 (balita) dan 13,3 (bayi) pada tahun1985.

2,1 (balita) 7,3 (bayi) pada tahun 1992. 1 balita dan 8 bayi pada tahun 1995. Sementara itu

morbiditas diare tidak menunjukan hal yang sama. Dari hasil studi morbiditas oleh

DEPKES di 8 propinsi pada tahun 1989,1990,1995 berturut-turut morbiditas diare

menunjukan 78 %, 103 % dan 100 %. Apalagi dengan terjadinya krisis ekonomi yang

melanda negara Asia dimana Indonesia yang terparah, angka kejadian diare menunjukan

kenaikan. Bahkan gangguan kesehatan maupun yang terkait dengan diare seperti gangguan

gizi dan ISPA menunjukan hasil yang nyata (DEPKES RI, 1999).

Page 2: askep anak diare.doc

3. Penyebab / Faktor Predisposisi

a Faktor infeksi

Infeksi enteral; infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama diare

pada anak, meliputi infeksi bakteri (Vibrio, E. coli, Salmonella, Shigella,

Campylobacter, Yersinia, Aeromonas, dsb), infeksi virus (Enterovirus, Adenovirus,

Rotavirus, Astrovirus, dll), infeksi parasit (E. hystolytica, G.lamblia, T. hominis) dan

jamur (C. albicans).

Infeksi parenteral; merupakan infeksi di luar sistem pencernaan yang dapat

menimbulkan diare seperti: otitis media akut, tonsilitis, bronkopneumonia, ensefalitis

dan sebagainya.

b. Faktor Malabsorbsi

Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa),

monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa). Intoleransi laktosa

merupakan penyebab diare yang terpenting pada bayi dan anak. Di samping itu dapat

pula terjadi malabsorbsi lemak dan protein.

c. Faktor Makanan:

Diare dapat terjadi karena mengkonsumsi makanan basi, beracun dan alergi terhadap

jenis makanan tertentu.

d. Faktor Psikologis

Diare dapat terjadi karena faktor psikologis (rasa takut dan cemas), jarang terjadi

tetapi dapat ditemukan pada anak yang lebih besar.

4. Patofisiologi

Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare ialah:

1) Gangguan osmotik

Adanya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik

dalam lumen usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektroloit ke dalam

lumen usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk

mengeluarkannya sehingga timbul diare.

2) Gangguan sekresi

Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi

peningklatan sekresi, air dan elektrolit ke dalam lumen usus dan selanjutnya timbul diare

kerena peningkatan isi lumen usus.

Page 3: askep anak diare.doc

3) Gangguan motilitas usus

Hiperperistaltik akan menyebabkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap

makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan

mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan, selanjutnya dapat timbul diare pula.

5. Klasifikasi

Diare berdasarkan penyebabnya diapat dibagi 2:1. Diare sekresi (secretory diarrhoe), disebabkan oleh:

a) Infeksi virus, kuman-kuman patogen dan apatogen seperti shigella, salmonela, E.

Coli, golongan vibrio, B. Cereus, clostridium perfarings, stapylococus aureus,

comperastaltik usus halus yang disebabkan bahan-bahan kimia makanan (misalnya

keracunan makanan, makanan yang pedas, terlalau asam), gangguan psikis (ketakutan,

gugup), gangguan saraf, hawa dingin, alergi dan sebagainya.

b) Defisiensi imum terutama SIGA (secretory imunoglobulin A) yang mengakibatkan

terjadinya berlipat gandanya bakteri/flata usus dan jamur terutama canalida.

2. Diare osmotik (osmotik diarrhoea) disebabkan oleh:

a) malabsorpsi makanan: karbohidrat, lemak (LCT), protein, vitamin dan mineral.

b) Kurang kalori protein.

c) Bayi berat badan lahir rendah dan bayi baru lahir.

6. Gejala Klinis

a Mula-mula anak/bayi cengeng gelisah, suhu tubuh mungkin meningkat, nafsu makan

berkurang.

b Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer

c Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur empedu.

d Anus dan sekitarnya lecet karena seringnya defekasi dan tinja menjadi lebih asam akibat

banyaknya asam laktat.

e Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelas (elistitas kulit menurun), ubun-ubun

dan mata cekung, membran mukosa kering dan disertai penurunan berat badan.

f Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan respirasi cepat, TD turun, denyut jantung cepat,

pasien sangat lemas, kesadaran menurun (apatis, samnolen, sopora komatus) Diuresis

berkurang (oliguria sampai anuria).

g Bila terjadi asidosis metabolik klien akan tampak pucat dan pernafasan cepat dan dalam

(Kusmaul).

Page 4: askep anak diare.doc

7. Pemeriksaan Fisik

a. Pengukuran panjang badan, berat badan menurun, lingkar lengan mengecil, lingkar

kepala, lingkar abdomen membesar.

b. Keadaan umum : klien lemah, gelisah, rewel, lesu, kesadaran menurun.

c. Kepala : ubun-ubun tak teraba cekung karena sudah menutup pada anak umur 1 tahun

lebih

d. Mata : cekung, kering, sangat cekung

e. Sistem pencernaan : mukosa mulut kering, distensi abdomen, peristaltic meningkat >

35 x/mnt, nafsu makan menurun, mual muntah, minum normal atau tidak haus, minum

lahap dan kelihatan haus, minum sedikit atau kelihatan bisa minum

f. Sistem Pernafasan : dispnea, pernafasan cepat > 40 x/mnt karena asidosis metabolic

(kontraksi otot pernafasan)

g. Sistem kardiovaskuler : nadi cepat > 120 x/mnt dan lemah, tensi menurun pada diare

sedang .

h. Sistem integumen : warna kulit pucat, turgor menurun > 2 dt, suhu meningkat > 37 5 0

c, akral hangat, akral dingin (waspada syok), capillary refill time memanjang > 2 dt,

kemerahan pada daerah perianal.

i. Sistem perkemihan : urin produksi oliguria sampai anuria (200-400 ml/ 24 jam ),

frekuensi berkurang dari sebelum sakit.

j. Dampak hospitalisasi : semua anak sakit yang MRS bisa mengalami stress yang

berupa perpisahan, kehilangan waktu bermain, terhadap tindakan invasive respon yang

ditunjukan adalah protes, putus asa, dan kemudian menerima.

8. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan tinja

a) Makroskopis dan mikroskopis

b) PH dan kadar gula dalam tinja

c) Bila perlu diadakan uji bakteri

2. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah, dengan menentukan

PH dan cadangan alkali dan analisa gas darah.

3. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.

4. Pemeriksaan elektrolit terutama kadar Na, K, Kalsium dan Posfat.

Page 5: askep anak diare.doc

5. Laboratorium :

Feses kultur : Bakteri, virus, parasit, candida

Serum elektrolit : Hiponatremi, Hipernatremi, hipokalemi

AGD : asidosis metabolic ( Ph menurun, pO2 meningkat, pcO2

meningkat, HCO3 menurun)

Faal ginjal : UC meningkat (GGA)

6. Radiologi : mungkin ditemukan bronchopemoni

9. Derajat Dehidrasi

Menurut banyaknya cairan yang hilang, derajat dehidrasi dapat dibagi berdasarkan:

a. Kehilangan berat badan

1) Tidak ada dehidrasi, bila terjadi penurunan berat badan 2,5%.

2) Dehidrasi ringan bila terjadi penurunan berat badan 2,5-5%.

3) Dehidrasi berat bila terjadi penurunan berat badan 5-10%

b. Skor Mavrice King

Bagian tubuh

Yang diperiksa

Nilai untuk gejala yang ditemukan

0 1 2

Keadaan umum

Kekenyalan kulit

Mata

Ubun-ubun besar

Mulut

Denyut nadi/mata

Sehat

Normal

Normal

Normal

Normal

Kuat <120

Gelisah, cengeng

Apatis, ngantuk

Sedikit kurang

Sedikit cekung

Sedikit cekung

Kering

Sedang (120-140)

Mengigau, koma,

atau syok

Sangat kurang

Sangat cekung

Sangat cekung

Kering & sianosis

Lemas >40

Keterangan

- Jika mendapat nilai 1-2 dehidrasi ringan

- Jika mendapat nilai 3-6 dehidrasi sedang

- Jika mendapat nilai 7-12 dehidrasi berat

Page 6: askep anak diare.doc

c. Gejala klinis

Gejala klinisGejala klinis

Ringan Sedang Berat

Keadaan umum

Kesadaran

Rasa haus

Sirkulasi

Nadi

Respirasi

Pernapasan

Kulit

Uub

Baik (CM)

+

N (120)

Biasa

Agak cekung

Agak cekung

Biasa

Normal

Normal

Gelisah

++

Cepat

Agak cepat

Cekung

Cekung

Agak kurang

Oliguri

Agak kering

Apatis-koma

+++

Cepat sekali

Kusz maull

Cekung sekali

Cekung sekali

Kurang sekali

Anuri

Kering/asidosis

10. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan diare akut pada anak:

a Rehidrasi sebagai prioritas utama terapi.

Ada beberapa hal yang penting diperhatikan agar dapat memberikan rehidrasi yang cepat

dan akurat, yaitu:

1) Jenis cairan yang hendak digunakan.

Pada saat ini cairan Ringer Laktat merupakan cairan pilihan karena tersedia cukup

banyak di pasaran meskipun jumlah kaliumnya rendah bila dibandingkan dengan kadar

kalium tinja. Bila RL tidak tersedia dapat diberiakn NaCl isotonik (0,9%) yang sebaiknya

ditambahkan dengan 1 ampul Nabik 7,5% 50 ml pada setiap satu liter NaCl isotonik. Pada

keadaan diare akut awal yang ringan dapat diberikan cairan oralit untuk mencegah

dehidrasi dengan segala akibatnya.

2) Jumlah cairan yang hendak diberikan.

Pada prinsipnya jumlah cairan pengganti yang hendak diberikan harus sesuai dengan

jumlah cairan yang keluar dari badan. Jumlah kehilangan cairan dari badan dapat dihitung

dengan cara/rumus:

Page 7: askep anak diare.doc

Metode Pierce

Berdasarkan keadaan klinis, yakni:

* diare ringan, kebutuhan cairan = 5% x kg BB

* diare sedang, kebutuhan cairan = 8% x kg BB

* diare ringan, kebutuhan cairan = 10% x kg BB

Metode Perbandingan BB dan Umur

BB (kg) Umur PWL NWL CWLTotal

Kehilangan Cairan

< 3

3-10

10-15

15-25

< 1 bln

1 bln-2 thn

2-5 thn

5-10 thn

150

125

100

080

125

100

080

025

25

25

25

25

300

250

205

130

Sumber: Ngastiyah (1997)

Keterangan:

PWL : Previus Water Lose (ml/kgBB) = cairan muntah

NWL : Normal Water Lose (ml/kgBB) = cairan diuresis, penguapan, pernapasan

CWL : Concomitant Water Lose (ml/KgBB) = cairan diare dan muntah yang terus

menerus

b Dietetik

Untuk mencegah kekurangan nutrisi, diet pada anak diare harus tetap dipertahankan

yang meliputi:

Susu (ASI atau PASI rendah laktosa)

Makanan setengah padat atau makanan padat (nasi tim)

c Obat-obatan

Obat-obatan yang diberikan pada anak diare adalah:

Obat anti sekresi (asetosal, klorpromazin)

Obat spasmolitik (papaverin, ekstrakbelladone)

Antibiotik (diberikan bila penyebab infeksi telah diidentifikasi)

11. Komplikasi

Page 8: askep anak diare.doc

a Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau hipertonik).

b Renjatan hipovolemik.

c Hipokalemia (dengan gejala mekorismus, hiptoni otot, lemah, bradikardi, perubahan

pada elektro kardiagram).

d Hipoglikemia.

e Introleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim laktase karena

kerusakan vili mukosa, usus halus.

f Kejang terutama pada dehidrasi hipertonik.

g Malnutrisi energi, protein, karena selain diare dan muntah, penderita juga mengalami

kelaparan.

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN

a. Identitas

Perlu diperhatikan adalah usia. Episode diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan.

Insiden paling tinggi adalah golongan umur 6-11 bulan. Kebanyakan kuman usus

merangsang kekebalan terhadap infeksi, hal ini membantu menjelaskan penurunan

insidence penyakit pada anak yang lebih besar. Pada umur 2 tahun atau lebih imunitas

aktif mulai terbentuk. Kebanyakan kasus karena infeksi usus asimptomatik dan kuman

enteric menyebar terutama klien tidak menyadari adanya infeksi. Status ekonomi juga

berpengaruh terutama dilihat dari pola makan dan perawatannya .

b. Keluhan Utama

BAB lebih dari 3 x

c. Riwayat Penyakit Sekarang

BAB warna kuning kehijauan, bercampur lendir dan darah atau lendir saja. Konsistensi

encer, frekuensi lebih dari 3 kali, waktu pengeluaran : 3-5 hari (diare akut), lebih dari 7

hari ( diare berkepanjangan), lebih dari 14 hari (diare kronis).

d. Riwayat Penyakit Dahulu

Pernah mengalami diare sebelumnya, pemakaian antibiotik atau kortikosteroid jangka

panjang (perubahan candida albicans dari saprofit menjadi parasit), alergi makanan,

ISPA, ISK, OMA, campak.

e. Riwayat Nutrisi

Pada anak usia toddler makanan yang diberikan seperti pada orang dewasa, porsi yang

diberikan 3 kali setiap hari dengan tambahan buah dan susu. Kekurangan gizi pada anak

Page 9: askep anak diare.doc

usia toddler sangat rentan. Cara pengelolahan makanan yang baik, menjaga kebersihan

dan sanitasi makanan, kebiasan cuci tangan,

f. Riwayat Kesehatan Keluarga

Ada salah satu keluarga yang mengalami diare.

g. Riwayat Kesehatan Lingkungan

Penyimpanan makanan pada suhu kamar, kurang menjaga kebersihan, lingkungan

tempat tinggal kotor.

Pemeriksaan Fisik Pengukuran panjang badan, berat badan menurun, lingkar lengan mengecil, lingkar

kepala, lingkar abdomen membesar,

Keadaan umum : klien lemah, gelisah, rewel, lesu, kesadaran menurun.

Kepala : ubun-ubun tak teraba cekung karena sudah menutup pada anak umur 1 tahun

lebih

Mata : cekung, kering, sangat cekung

Sistem pencernaan : mukosa mulut kering, distensi abdomen, peristaltic meningkat > 35

x/mnt, nafsu makan menurun, mual muntah, minum normal atau tidak haus, minum

lahap dan kelihatan haus, minum sedikit atau kelihatan bisa minum

Sistem Pernafasan : dispnea, pernafasan cepat > 40 x/mnt karena asidosis metabolic

(kontraksi otot pernafasan)

Sistem kardiovaskuler : nadi cepat > 120 x/mnt dan lemah, tensi menurun pada diare

sedang .

Sistem integumen : warna kulit pucat, turgor menurun > 2 dt, suhu meningkat > 375 0 c,

akral hangat, akral dingin (waspada syok), capillary refill time memanjang > 2 dt,

kemerahan pada daerah perianal.

Sistem perkemihan : urin produksi oliguria sampai anuria (200-400 ml/ 24 jam ),

frekuensi berkurang dari sebelum sakit.

Dampak hospitalisasi : semua anak sakit yang MRS bisa mengalami stress yang berupa

perpisahan, kehilangan waktu bermain, terhadap tindakan invasive respon yang

ditunjukan adalah protes, putus asa, dan kemudian menerima.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan sekunder terhadap

diare.

Page 10: askep anak diare.doc

2. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan diare

atau output berlebihan dan intake yang kurang

3. Diare berhubungan dengan faktor infeksi, inflamasi. Iritasi dan malabsorpsi.

4. Risiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi skunder terhadap

diare

5. Risiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan peningkatan frekuensi diare.

6. Kecemasan anak berhubungan dengan tindakan invasive

3. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

Diagnosa 1: Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif ( diare )

Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama .....x......jam diharapkan kebutuhan

cairan dan elektrolit dipertahankan secara maksimal

Kriteria hasil :

- Tanda vital dalam batas normal (N: 120-60 x/mnt, S; 36-37,50 c, RR : < 40 x/mnt )

- Turgor elastik , membran mukosa bibir basah, mata tidak cowong, UUB tidak

cekung.

- Konsistensi BAB lembek, frekwensi 1 kali perhari

Intervensi :

1. Pantau tanda dan gejala kekurangan cairan dan elektrolit

R: Penurunan sirkulasi volume cairan menyebabkan kekeringan mukosa dan pemekatan

urin. Deteksi dini memungkinkan terapi pergantian cairan segera untuk memperbaiki

defisit

2. Kaji tanda-tanda vital, turgor kulit, mebran mukosa dan status mental sesuai indikasi

R : Mengkaji hidrasi

3. Pantau intake dan output (urin, feses, emesis)

R: Dehidrasi dapat meningkatkan laju filtrasi glomerulus membuat keluaran tak

adekuat untuk membersihkan sisa metabolisme.

4. Timbang berat badan setiap hari

R: Mendeteksi kehilangan cairan , penurunan 1 kg BB sama dengan kehilangan cairan

1 lt

5. Anjurkan keluarga untuk memberi minum banyak pada kien, 2-3 lt/hr

R: Mengganti cairan dan elektrolit yang hilang secara oral

6. Instruksikan keluarga dalam memberikan terapi yang tepat, pemantauan masukan dan

Page 11: askep anak diare.doc

keluaran, dan mengkaji tanda-tanda dehidrasi

R : Menjamin hasil optimum dan memperbaiki kepatuhan terhadap aturan terapeutik

7. Kolaborasi :

- Pemeriksaan laboratorium serum elektrolit (Na, K,Ca, BUN)

R: koreksi keseimbang cairan dan elektrolit, BUN untuk mengetahui faal ginjal

(kompensasi).

- Cairan parenteral ( IV line ) sesuai dengan umur

R: Mengganti cairan dan elektrolit secara adekuat dan cepat.

- Obat-obatan : (antisekresin, antispasmolitik, antibiotik)

R: anti sekresi untuk menurunkan sekresi cairan dan elektrolit agar simbang,

antispasmolitik untuk proses absorbsi normal, antibiotik sebagai anti bakteri

berspektrum luas untuk menghambat endotoksin.

Diagnosa 2 : Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

tidak adekuatnya intake dan out put

Tujuan: Setelah diberikan asuhan perawatan selama....x..... jam diharapkan kebutuhan nutrisi

terpenuhi

Kriteria hasil :

- Nafsu makan meningkat

- BB meningkat atau normal sesuai umur

Intervensi :

1. Observasi dan catat respons terhadap pemberian makan

R : Mengkaji toleransi pemberian makan

2. Setelah rehidrasi, instruksikan ibu menyusui untuk melanjutkan pemberian ASI

R : Hal ini cenderung mengurangi kehebatan dan durasi penyakit

3. Diskusikan dan jelaskan tentang pembatasan diet (makanan berserat tinggi, berlemak

dan air terlalu panas atau dingin)

R: Serat tinggi, lemak, air terlalu panas / dingin dapat merangsang mengiritasi

lambung dan sluran usus.

4. Instruksikan keluarga dalam memberikan diet yang tepat

R : Meningkatkan kepatuhan dalam program terapeutik

5. Ciptakan lingkungan yang bersih, jauh dari bau yang tak sedap atau sampah, sajikan

makanan dalam keadaan hangat

R: situasi yang nyaman, rileks akan merangsang nafsu makan.

Page 12: askep anak diare.doc

6. Berikan jam istirahat (tidur) serta kurangi kegiatan yang berlebihan

R: Mengurangi pemakaian energi yang berlebihan

7. Monitor intake dan out put dalam 24 jam

R: Mengetahui jumlah output dapat merencanakan jumlah makanan.

8. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain :

a. terapi gizi : Diet TKTP rendah serat, susu

b. obat-obatan atau vitamin ( A)

R: Mengandung zat yang diperlukan , untuk proses pertumbuhan

Diagnosa 3 : Diare berhubungan dengan faktor infeksi, inflamasi. Iritasi dan malabsorpsi.

Tujuan: Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ...x.... jam diharapkan pola eliminasi

kembali normal

Kriteria hasil :

- BAB 1-2x/hari

- Konsistensi lembek

Intervensi :

1. Kaji penyebab yang mempengaruhi munculnya diare

R : Mengetahui penyebab dapat digunakan untuk menentukan intervensi selanjutnya

2. Observasi bising usus, abdomen, frekuensi BAB

R : Pada diare terjadi peningkatan bising usus, perubahan bentuk abdomen dan

frekuensi BAB karena proses infeksi dan malabsorpsi

3. Ukur intake dan output pershift

R : Dehidrasi dapat meningkatkan laju filtrasi glomerulus membuat keluaran tak

adekuat untuk membersihkan sisa metabolisme.

4. Hentikan makanan padat dan tinggi serat

R : Mengurangi kerja usus dalam mengabsorpsi makanan dan mengurangi frekuensi

BAB

5. Tingkatkan masukan cairan

R : Mengganti cairan yang hilang karena diare

6. Hindari makanan dan minuman yang merangsang

R : Mengurangi kerja usus dalam mengabsorpsi makanan

7. Beri penyuluhan upaya pencegahan diare

R : Memberi pengetahuan untuk keluarga tentang diare dalam upaya mencegah anak

kembali terjangkit diare

Page 13: askep anak diare.doc

8. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi (antibiotika)

R : Membunuh bakteri penyebab munculnya diare

Diagnosa 4 : Risiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi dampak

sekunder dari diare

Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ....x.... jam diharapkan tidak terjadi

peningkatan suhu tubuh

Kriteria hasil:

- Suhu tubuh dalam batas normal ( 36-37,5 C)

- Tidak terdapat tanda infeksi (rubor, dolor, kalor, tumor, fungtio leasa)

Intervensi :

1. Monitor suhu tubuh setiap 2 jam

R: Deteksi dini terjadinya perubahan abnormal fungsi tubuh ( adanya infeksi)

2. Anjurkan minum yang banyak sesuai dengan kebutuhan cairan tubuh

R : membantu memenuhi kebutuahan cairan yang hilang karena peningkatan suhu

tubuh

3. Anjurkan keluarga untuk mengenakan pakaian yang lonngar dan gampang menyerap

keringat

R : membantu mempercepat pengaupan atau evaporasi

4. Berikan kompres hangat

R: merangsang pusat pengatur panas untuk menurunkan produksi panas tubuh

5. Kolaborasi pemberian antipiretik

R: Merangsang pusat pengatur panas di otak

Diagnosa 5 : Risiko gangguan integritas kulit perianal berhubungan dengan peningkatan

frekwensi BAB (diare)

Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ....x..... jam diharapkan integritas

kulit tidak terganggu

Kriteria hasil :

- Tidak terjadi iritasi : kemerahan, lecet, kebersihan terjaga.

- Keluarga mampu mendemontrasikan perawatan perianal dengan baik dan benar.

Intervensi :

1. Diskusikan dan jelaskan pentingnya menjaga kebersihan perianal

Page 14: askep anak diare.doc

R: Kebersihan mencegah perkembang biakan kuman

2. Demontrasikan serta libatkan keluarga dalam merawat perianal (bila basah dan

mengganti pakaian bawah serta alasnya)

R: Mencegah terjadinya iritassi kulit yang tak diharapkan oleh karena kelebaban dan

keasaman feces

3. Atur posisi tidur atau duduk dengan selang waktu 2-3 jam

R: Melancarkan vaskulerisasi, mengurangi penekanan yang lama sehingga tak terjadi

iskemi dan iritasi .

Diagnosa 6 : Kecemasan anak berhubungan dengan tindakan invasive

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan selama 3 x 24 jam, klien mampu beradaptasi.

Kriteria hasil: Mau menerima tindakan perawatan, klien tampak tenang dan tidak rewel.

Intervensi :

1. Libatkan keluarga dalam melakukan tindakan perawatan

R: Pendekatan awal pada anak melalui ibu atau keluarga

2. Berikan pujian jika klien mau diberikan tindakan perawatan dan pengobatan

R: menambah rasa percaya diri anak akan keberanian dan kemampuannya

3. Lakukan kontak sesering mungkin dan lakukan komunikasi baik verbal maupun non

verbal (sentuhan, belaian dll)

R: Kasih sayang serta pengenalan diri perawat akan menumbuhkan rasa aman pada

klien.

4. Berikan mainan sebagai rangsang sensori anak

R: Mainan dapat mengalihkan perhatian dan menurunkan kecemasan anak.

EVALUASI

Page 15: askep anak diare.doc

Dx1: Pola eliminasi kembali normal

a. BAB 1-2x/hari

b. Konsistensi lembek

Dx : Kebutuhan cairan dan elektrolit terpenuhi .

a. Pasien tidak tampak meringis Tanda vital dalam

batas normal (N: 120-60 x/mnt, S; 36-37,50 c, RR : < 40 x/mnt )

b. Turgor elastik , membran mukosa bibir basah, mata

tidak cowong, UUB tidak cekung.

c. Konsistensi BAB lembek, frekwensi 1 kali perhari

Dx3 : Kebutuhan nutrisi tercukupi.

a. Nafsu makan meningkat

b. BB meningkat atau normal sesuai umur

Dx4 : Tidak terjadi peningkatan suhu tubuh

a suhu tubuh dalam batas normal ( 36-37,5 C)

b Tidak terdapat tanda infeksi (rubor, dolor, kalor, tumor, fungtio leasa)

Dx5 : Tidak terjadi kerusakan integritas kulit

a Tidak terjadi iritasi : kemerahan, lecet, kebersihan terjaga.

b Keluarga mampu mendemontrasikan perawatan perianal dengan baik dan benar.

Dx6 : Kecemasan berkurang

a Klien tidak tampak lemah

b Mau menerima tindakan perawatan, klien tampak tenang, tidak rewel

Page 16: askep anak diare.doc

DAFTAR PUSTAKA

Bates. B, 1995. Pemeriksaan Fisik & Riwayat Kesehatan. Ed 2. Jakarta : EGC.

Carpenitto.LJ. 2000. Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Praktek Klinis. Ed 6. Jakarta: EGC.

Doengoes,2000. Asuhan Keperawatan Maternal/ Bayi. Jakarta: EGC.

Lab/ UPF IKA, 1994. Pedoman Diagnosa dan Terapi . Surabaya: RSUD Dr. Soetomo.

Markum.AH. 1999. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.

Nanda. 2006. Nursing Diagnosis: Definition and Classification 2005-2006. Philadelphia;

Nanda International,

Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak sakit. . Jakarta : EGC

Soetjiningsih, 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC.

Suryanah,2000. Keperawatan Anak. Jakarta: EGC.

Wong, D.L. 2004. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta : EGC