ASKEP ANAK PNEUMONIA2

download ASKEP ANAK PNEUMONIA2

of 37

Transcript of ASKEP ANAK PNEUMONIA2

KEPERAWATAN ANAK II ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN PNEUMONIA

Oleh : KELOMPOK X1. 2. 3. 4. SUSIANTI TRI MEGA ANGGRAINI RENA ELITA ALNI SINARTI

JURUSAN KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN TRI MANDIRI SAKTI BENGKULU 2008

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan karunia-Nyalah sehingga kami dapat menyusun dan menyelesaikan makalah ini. Makalah ini merupakan salah satu persyaratan untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Anak II yang berjudul Pneumonia. Dalam penyusunan makalah ini dibimbing oleh Ns. Witri Handi, S. Kep. Dalam menyusun makalah ini kami masih jauh dari kesempurnaan dan banyak kekurangannya baik dari segi teknik penulisan maupun isi materinya. Oleh karena itu kami menerima saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan makalah ini. Harapan kami, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua. Amin.

Bengkulu, November 2008 Penulis

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL .............................................................................................. KATA PENGANTAR............................................................................................. DAFTAR ISI ........................................................................................................... BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ............................................................................... B. Tujuan............................................................................................. C. Manfaat........................................................................................... BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Konsep Dasar Pneumonia.............................................................. 2.1. Definisi................................................................................... 2.2. Etiologi................................................................................... 2.3. Klasifikasi............................................................................... 2.4. Manifestasi Klinis.................................................................. 2.5. Patofisiologi........................................................................... 2.6. Komplikasi............................................................................. 2.7. Pemeriksaan Diagnostik......................................................... 2.8. Penatalaksanaan..................................................................... 2.9. WOC....................................................................................... B. Asuhan Keperawatan Teoritis........................................................ 3 3 4 5 7 8 9 9 11 12 13 1 1 2 i ii iii

BAB III

TINJAUAN KASUS A. Pengkajian ..................................................................................... B. Analisa Data................................................................................... C. Diagnosa Keperawatan................................................................... D. Rencana Asuhan Keperawatan ...................................................... E. Catatan Perkembangan................................................................... 21 26 26 27 29

BAB IV

PENUTUP A. Kesimpulan..................................................................................... B. Saran............................................................................................... 30 30

DAFTAR PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Pneumonia ini adalah suatu penyakit peradangan akut pada parenkim paru yang disebabkan oleh bakteri, jamur, virus atau parasit (Standar Profesi Ilmu Kesehatan Anak FK, Unsri Palembang). Pneumonia merupakan penyakit yang sering terjadi pada setiap tahunya menyerang 1% dari jumlah penduduk Amerika. Walau sudah ada kemajuan di bidang antibiotik, pneumonia tetap merupakan sebab keenam kematian terbanyak di Amerika Serikat (Public Health Service). Rata-rata penderita pneumonia pada balita atau anak-anak biasanya faktor yang sangat berpengaruh adalah asupan gizi yang kurang dan bisa terjadi ketika tingkat ekonomi yang rendah dan juga karena respon imunitas pada bayi dan anakanak belum baik. Dari uraian di atas penulis ingin membahas konsep teori dan keperawatan pada klien dengan pneumonia.

B. Tujuan 1. Tujuan Umum Untuk mendapatkan gambaran tentang penerapan proses asuhan keperawatan terhadap salah satu pasien pneumonia. 1

2. Tujuan Khusus a. Perawat mampu melaksanakan pengkajian terhadap pasien

dengan pneumonia. b. Perawat mampu menyusun diagnosa keperawatan sesuai

dengan hasil pengkajian. c. Perawat mampu menyusun perencanaan keperawatan terhadap

pasien dengan keluhan pneumonia sesuai dengan kebutuhan pasien. d. Perawat mampu melaksanakan intervensi tindakan yang nyata

sesuai dengan perencanaan tindakan keperawatan dan prioritas masalah. e. Perawat menilai hasil tindakan keperawatan yang dilakukan

terhadap pasien.

C. Manfaat Dapat meningkatkan pengetahuan kelompok tentang pneumonia.

2

BAB II TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar Pneumonia 2.1. Definisi Pneumonia adalah inflasi parenkim paru, biasanya berhubungan dengan pengisian cairan di dalam alveoli (Ngastiyah, Perawatan Anak Sakit, 1997). Pneumonia adalah suatu penyakit peradangan akut pada parenkim paru yang disebabkan oleh bakteri, virus, atau parasit (Standar Profesi Ilmu Kesehatan Anak FK Unsri Palembang, 2000). Pneumonia disebabkan oleh virus pathogen yang masuk ke dalam tubuh melalui aspirasi, inhlasi/penyebab sirkulasi : pneumonia paling banyak disebabkan oleh bakteri (KMB, Jilid I, Salemba Medika, 2001). Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru distal dan bronkus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius lobus dan alveoli serta menimbulkan kerusakan jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat (IPD Jilid II, Sarwono Soeparman, 1996). Pneumonia adalah radang paru-paru disertai dengan eksudasi dan konsolidasi. Pada bayi baru lahir pneumonia yang fatal adalah yang disebabkan oleh sifilis congenital yang disertai dengan generasi lemak pada paru-paru sehingga paru-paru tampak pucat serta tidak mengandung udara (Kamus Kedokteran Dorland, edisi 25 EGC, 1998). 3

2.2. Etiologi Sebagian besar pneumonia disebabkan oleh bakteri yang timbul secara primer atau sekunder setelah infeksi virus. Penyebab tersering pneumonia bakterialis adalah bakteri positif-gram, streptococcus pneumoniae yang

menyebabkan pneumonia streptococcus. Bakteri staphylococcus aureus dan streptococcus beta-hemolitikus juga sering menyebabkan pneumonia, demikian juga pseudomonas aeruginosa. Pada bayi dan anak-anak penyebab yang paling sering adalah : virus sinsial pernafasan, adenovirus, virus parainfluenza dan virus influenza. Faktor-faktor yang meningkatkan risiko kematian akibat pneumonia : 1. Umur di bawah 2 bulan 2. Tingkat sosioekonomi rendah 3. Gizi kurang 4. Berat badan lahir rendah 5. Tingkat pendidikan ibu rendah 6. Tingkat pelayanan (jangkauan) kesehatan rendah 7. Kepadatan tempat tinggal 8. Imunisasi yang tidak memadai 9. Menderita penyakit kronis.

4

2.3. Klasifikasi Menurut buku pneumonia komuniti, pedoman diagnosis dan

penatalaksanaan di Indonesia yang dikeluarkan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2003 menyebutkan tiga klasifikasi pneumonia. 1. Berdasarkan klinis dan epidemiologis : a. b. c. d. Pneumonia komuniti Pneumonia nasokomial Pneumonia aspirasi Pneumonia pada penderita immunocompromised

2. Berdasarkan penyebab a. Pneumonia bakteri/tipikal Dapat terjadi pada semua usia. Pneumonia sering diistilahkan dengan pneumonia akibat kuman. Pneumonia jenis itu bisa menyerang siapa saja, dari bayi hingga mereka yang telah lanjut usia, para peminum alkohol, pasien yang terbelakang mental, pasien pasca operasi, orang yang menderita penyakit pernapasan lain atau infeksi virus adalah yang mempunyai sistem kekebalan tubuh rendah dan menjadi sangat rentan terhadap penyakit itu. Pada saat pertahanan tubuh menurun, misalnya karena penyakit, usia lanjut, dan malnutrisi, bakteri pneumonia akan dengan cepat berkembang biak dan merusak paru-paru. Jika terjadi infeksi, sebagian jaringan dari lobus paru-paru, atau pun seluruh lobus, bahkan sebagian besar dari lima lobus paru-paru (tiga di 5

paru-paru kanan, dan dua di paru-paru kiri) menjadi terisi cairan. Dari jaringan paru-paru, infeksi dengan cepat menyebar ke seluruh tubuh melalui peredaran darah. Bakteri pneumokokus adalah kuman yang paling umum sebagai penyebab pneumonia bakteri tersebut. Biasanya pneumonia bakteri itu didahului dengan infeksi saluran nafas ringan satu minggu sebelumnya. Misalnya, karena infeksi virus (flu), infeksi virus pada saluran pernapasan dapat mengakibatkan pneumonia disebabkan mukus (cairan/lendir) yang mengandung pneumokokus dapat terhisap masuk ke dalam paru-paru. Beberapa bakteri mempunyai tedensi menyerang seseorang yang peka, misalnya klebsiella pada penderita alkoholik, staphylococcus pada penderita pasca infeksi influenza, pneumonia atipikal. Disebabkan mycoplasma, legionella, dan chalamydia. b. Pneumonia akibat virus Penyebab utama pneumonia virus adalah virus influenza. Gejala awal dari pneumonia akibat virus sama seperti gejala influenza, yaitu demam, batuk kering, sakit kepala, nyero otot, dan kelemahan. Dalam 12 hingga 36 jam penderita menjadi sesak, batuk lebih parah, dan berlendir sedikit, terdapat panas tinggi disertai membirunya bibir. Tipe pneumonia itu bisa ditumpangi dengan infeksi pneumonia karena bakteri. Hal itu yang disebut dengan superinfeksi bacterial. Salah satu tanda terjadi superinfeksi bacterial adalah keluarnya lendir yang kental dan berwarna hijau atau merah tua. 6

c.

Pneumonia Jamur Sering merupakan infeksi sekunder. Predileksi terutama pada

penderita dengan daya tahan lemah. 3. Berdasarkan predileksi infeksi a. Pneumonia lobaris, pneumonia yang terjadi pada satu lobus (percabangan besar dari pohon bronkus) baik kanan maupun kiri. b. Pneumonia bronkopneumia, pneumonia yang ditandai bercak-bercak infeksi pada berbagai tempat di paru. Bisa kanan maupun kiri yang disebabkan virus atau bakteri dan sering terjadi pada bayi atau orang tua. Pada penderita pneumonia, kantong udara paru-paru penuh dengan nanah dan cairan yang lain. Dengan demikian, fungsi paru-paru, yaitu menyerap udara bersih (oksigen) dan mengeluarkan udara kotor menjadi terganggu. Akibatnya, tubuh menderita kekurangan oksigen dengan segala

konsekuensinya, misalnya menjadi lebih mudah terinfeksi oleh bakteri lain (super infeksi) dan sebagainya. Jika demikian keadaannya, tentu tambah sukar penyembuhannya. Penyebab penyakit pada kondisi demikian sudah beraneka ragam dan bisa terjadi infeksi di seluruh tubuh.

2.4. Manifestasi Klinis Tanda dan gejala berupa : 1. Batuk nonproduktif 2. Ingus (nasal discharge) 7

3. Suara napas lemah 4. Retraksi intercosta 5. Penggunaan otot bantu napas 6. Demam 7. Ronchii 8. Cyanosis 9. Thorak photo menunjukkan infiltrasi melebar 10. 11. 12. 13. 14. 15. Batuk Sakit kepala Sesak nafas Menggigil Berkeringat Lelah.

2.5. Patofisiologi Pneumonia dapat terjadi akibat menghirup bibit penyakit di udara, atau kuman di tenggorokan terhisap masuk ke paru-paru. Penyebaran bisa juga melalui darah dari luka tempat lain, misalnya di kulit. Jika melalui saluran napas, agen (bibit penyakit) yang masuk akan dilawan oleh berbagai sistem pertahanan tubuh manusia. 2.6. Komplikasi 1. Abses paru 8

2. Efusi pleural 3. Empisema 4. Gagal napas 5. Perikarditis 6. Meningitis 7. Atelektasis 8. Hipotensi 9. Delirium 10. 11. 12. Asidosis metabolik Dehidrasi Penyakit multi lobular

2.7. Pemeriksaan Diagnostik 1. Sinar X Mengidentifikasikan distribusi struktural dapat juga menyatakan abses luas/infiltrate, empiema, infiltrasi menyebar atau terlokalisasi, atau

penyebaran/perluasan infiltrate nodul. Pada pneumonia mikoplasma, sinar X dada mungkin bersih.

2. GDA

9

Tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas paru yang terlihat dan penyakit paru yang ada. 3. JDL Leukositosis biasanya ada, meskipun sel darah putih rendah terjadi pada infeksi virus, kondisi tekanan imun seperti AIDS, memungkinkan berkembangnya pneumonia bakterial. 4. Pemeriksaan gram/kultur sputum dan darah Dapat diambil dengan biopsi jarum, aspirasi trakeal, bronkoskopi fiberoptik, atau biopsi pembukaan paru untuk mengatasi organisme penyebab. Lebih dari 1 tipe organisme ada, bakteri yang umum Diplococcus pneumonia, stapilococcus aureus, A-hemolitik streptococcus, Haemophilus, CMV. 5. Pemeriksaan serologi Membantu dalam membedakan diagnosis organisme khusus 6. LED Meningkat 7. Pemeriksaan fungsi paru Volume mungkin menurun, tekanan jalan napas mungkin meningkat dan komplain menurun, mungkin terjadi perembesan. 8. Elektrolit Natrium dan klorida mungkin rendah

9. Bilirubin 10

Mungkin meningkat 10. Dapat Aspirasi perkuatan/biopsi jaringan paru terbuka menyatakan intraniklear tipikal dan keterlibatan sitoplastik,

karakteristik sel raksasa.

2.8. Penatalaksanaan 1. Oksigen 1-2 l/menit 2. IVFD dekstrose 10% : NaCl 0,9% = 3:1, +KCl 10 mEq/500 ml cairan sesuai berat badan, kenaikan suhu dan status dehidrasi. 3. Jika sesak tidak terlalu hebat, dapat dimulai makanan enteral bertahap melalui selang nasogastirk dengan feeding drip. 4. Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal dan beta agois untuk memperbaiki transport mukosiler. 5. Koreksi gangguan keseimbangan asam dan basa elektrolit. 6. Antibiotik sesuai hasil biakan atau berikan : a. Untuk kasus pneumonia communiti base : 1) pemberian 2) pemberian b. Untuk kasus pneumonia hospital base : 1) Sefotaksim 100 mg/kg BB/hari dalam 2 kali pemberian 11 Kloramfenikol 75 mg/kg BB/hari dalam 4 kali Ampisilin 100 mg/kg BB/hari dalam 4 kali

2) 2.9. WOC Pneumonia

Amikasin 10-15 mg/kg BB/hari dalam 2 kali pemberian.

Inhalasi

Aspirasi Bakteri/virus

Tirah baring lama

Nyeri

Peradangan alveolus (parenkim paru) Ekstrapasasi cairan sirosa ke dalam alveoli Terbentuknya eksudat dalam alveoli O2 ke vena alveolar kapiler terhambat

Suhu tubuh meningkat MK : Risiko tinggi kekurangan cairan Produksi sputum meningkat Sputum bau dan kental Anoreksia MK : Gangguan pemenuhan nutrisi

Kerusakan jaringan paru MK : Gangguan pola nafas

Hipoksemia

MK : Bersihan jalan nafas tidak efektif

12

B. Asuhan Keperawatan Teoritis pada Pneumonia 1. Data Dasar Pengkajian a. Aktivitas/Istirahat

Gejala : Kelemahan, kelelahan Insomnia Tanda : Letargi Penurunan toleransi terhadap aktivitas b. Sirkulasi

Gejala : Riwayat adanya GJK kronis Tanda : Takikardia Penampilan kemerahan atau pucat c. Integritas Ego

Gejala : Banyaknya stressor, masalah finansial d. Makanan dan cairan

Gejala : kehilangan nafsu makan, mual/muntah Tanda : Distensi abdomen Hiperaktif bunyi usus Kulit kering dengan turgor buruk Malnutrisi e. Neurosensori

Gejala : Sakit kepala daerah frontus (influenza) 13

Tanda : Perubahan mental (bingung, somnolen) f. Nyeri / Kenyamanan

Gejala : Sakit kepala Nyeri dada (pleuritik) meningkat oleh batuk : nyeri dada substernal (influenza) Mialgia, artalgia Tanda : Melindungi area yang sakit (pasien umumnya tidak pada sisi yang sakit untuk membatasi gerakan) g. Pernapasan

Gejala : Takipnea, dispnea progresif, pernapasan dangkal, penggunaan otot aksesori, pelebaran nasal. Tanda : Sputum, merah muda, berkarat atau purulen Perkusi : pekak di atas area yang konsolidasi Fremitus : taktis dan vokal bertahap meningkat dengan konsolidasi Gesekan fraksi pleural. Bunyi napas : menurun atau tidak ada diale area yang terlibat, atau nafas bronchial. Warna pucat atau siunosis bibir/kaku. h. Keamanan

Gejala : Riwayat gangguan sistem imun Demam

14

Tanda : Berkeringat Menggigil berulang, gemetaran i. Pemeriksaan Diagnostik

Sinar X : mengidentifikasi distribusi struktural, dapat juga menyatakan abses luas/infiltrate, empisema, infiltrasi menyebar atau terlokalisasi, atau penyebaran/perluasan infiltrate nodul GDR / nadi oksimetri : tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas paru yang terlibat dan penyakit paru yang ada. Pemeriksaan gram/kultur sputum dan darah : dapat diambil dengan biopsi jarum, aspirasi transtrakeal, bronkoskopi fiberoptik atau biopsi pembukaan paru untuk mengatasi organisme penyebab. JDL : Leukositosis biasanya ada, meskipun sel darah putih rendah terjadi pada infeksi virus, kondisi tekanan imun memungkinkan perkembangannya pneumonia bakterial. Pemeriksaan serologi : membantu dalam membedakan diagnosa organisme khusus. LED meningkat Pemeriksaan fungsi paru Elektrolit : Na & klorida mungkin rendah. 2. Prioritas Masalah a. b. Mempertahankan/memperbaiki fungsi pernapasan Mencegah komplikasi 15

c. d. pengobatan.

Mendukung proses penyembuhan Memberikan informasi tentang penyakit/prognosis dan

3. Diagnosa yang mungkin muncul a. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan

terbentuknya eksudat dalam alveoli. b. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan

perubahan membran alveolar-kapiler. c. d. Nyeri berhubungan dengan inflamasi parenkim paru. Risiko tinggi terhadap nutrisi kurang dari kebutuhan

tubuh berhubungan dengan anoreksia yang berhubungan dengan bau dan rasa sputum. e. Risiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan

berhubungan dengan kehilangan cairan berlebihan (demam, berkeringat banyak, napas mulut/ hiperventilasi, muntah) 4. Rencana Asuhan Keperawatan a. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan

terbentuknya eksudat dalam alveoli. Kriteria hasil : 1) Mengidentifikasi/menunjukkan perilaku

mencapai bersihan jalan napas.

16

2)

Menunjukkan jalan napas paten dengan napas

bersih, tak ada dispnea, sianosis.

Intervensi : 1) Kaji frekuensi/kedalaman pernapasan dan gerak dada.

Rasional : Takipnea, pernapasan dangkal, dan gerak dada tak simetris sering terjadi karena ketidaknyamanan gerakan dinding dada dan/atau cairan paru. 2) Auskultasi area paru, catat arena penurunan/tak ada

aliran udara dan bunyi napas adventisus, misal : krekels, mengi. Rasional : Penurunan aliran udara terjadi pada area konsolidasi dengan cairan. Bunyi napas bronchial (normal pada bronkus) dapat terjadi juga pada area konsolidasi. Krekels, ronki dan mengi terdengar pada inspirasi dan/atau ekspirasi pada respons terhadap pengumpulan cairan, sekret kental dan spasme jalan napas/obstruksi. 3) Bantu pasien latihan napas sering. Tunjukkan/bantu

pasien mempelajari melakukan batuk, misal : menekan dada dan batuk efektif sementara posisi batuk tinggi. Rasional : Napas dalam memudahkan ekspansi maksimum paru-paru/ jalan napas lebih kecil. Batuk adalah mekanisme

pembersihan jalan napas alami, membantu silia untuk 17

mempertahankan jalan napas paten. Penekanan menurunkan ketidaknyamanan dada dan posisi duduk memungkinkan upaya napas lebih dalam dan lebih kuat. 4) Penghisapan sesuai indikasi

Rasional : Merangsang batuk atau pembersihan jalan napas secara mekanik pada pasien yang tidak mampu melakukan karena batuk tak efektif atau penurunan tingkat kesadaran. 5) Berikan cairan sedikitnya 2500 ml/hari (kecuali

kontraindikasi). Tawarkan air hangat, daripada dingin. Rasional : Cairan (khususnya air hangat) memobilisasi dan

mengeluarkan sekret Kolaborasi : 1) Bantu mengawasi efek pengobatan nebuliser dan fisioterapi lain. Lakukan tindakan diantara waktu makan dan batasi cairan bila mungkin. Rasional : Memudahkan Koordinasi pengenceran dan pembuangan dan masukan sekret. oral

pengobatan/jadwal

menurunkan muntah karena batuk, pengeluaran sputum. 2) Berikan obat sesuai indikasi Rasional : Alat untuk menurunkan spasme bronkus dengan mobilisasi sekret.

18

3) Berikan cairan tambahan, misal : IV, oksigen humudifikasi, dan ruangan humudifikasi. Rasional : Cairan diperlukan untuk menggantikan kehilangan dan memobilisasi sekret. 4) Awasi seri sinar X dada, GDA, nadi oksimetri. Rasional : Mengevaluasi kemajuan dan efek proses penyakit dan memudahkan pilihan terapi yang diperlukan. 5) Bantu bronkoskopi/torasentesis bila diindikasikan Rasional : Kadang-kadang diperlukan untuk membuang perlengketan mukosa, pengeluaran sekresi purulen, dan/atau mencegah atelektasis. b. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan

perubahan membran alveolar-kapiler. Kriteria hasil : 1) Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi

jaringan dengan GDA dalam rentang normal dan tak ada gejala distress pernapasan. 2) Berpartisipasi pada tindakan untuk

memaksimalkan oksigenasi. Intervensi : 1) Kaji frekuensi, kedalaman dan kemudahan bernapas.

19

Rasional : Manifestasi distress pernapasan tergantung pada indikasi derajat keterlibatan paru dan status kesehatan umum. 2) Tinggikan kepala dan dorong sering mengubah posisi, napas dalam dan batuk efektif. Rasional : Tindakan ini meningkatkan pengeluaran sekret inspirasi untuk maksimal, memperbaiki

meningkatkan ventilasi. 3)

Pertahankan istirahat tidur. Dorong menggunakan teknik relaksasi dan aktifitas senggang. Rasional : Mencegah terlalu lelah dan menurunkan kebutuhan/ konsumsi oksigen untuk memudahkan perbaikan infeksi.

4) Observasi penyimpangan kondisi, cacat hipotensi banyaknya jumlah sputum merah mudah/berdarah, pucat, sianosis, perubahan tingkat kesadaran, dispnea berat, gelisah Rasional : Syok dan edema paru adalah penyebab umum kematian pada pneumonia dan membutuhkan intervensi medik segera.

20

BAB III TINJAUAN KASUS

A.

Pengkajian 1. Identitas Klien Tanggal masuk Nama Umur Agama Alamat Golongan Darah Diagnosa medis Penanggung jawab : Nama Hubungan dengan pasien Pekerjaan Alamat 2. Alasan Masuk Ibu klien mengatakan sebelum masuk rumah sakit anak B mengalami batukbatuk, sesak napas disertai dengan demam tinggi. : Ny. M : Orang tua : Tani : Hibrida raya : 20 Oktober 2008 : An. B : 1,9 Tahun : Islam : Jl. Hibrida Raya :O : Pneumonia

21

3. Riwayat Kesehatan Saat Ini Klien masuk tanggal 20 Oktober 2008, dengan diagnosa medis pneumonia, anak tampak menggunakan otot batu, sianosis batuk dengan produksi sputum, anak tampak lemah. 4. Riwayat Kesehatan Masa Lalu Penyakit yang pernah dialaminya batuk dan pilek, pengobatan klien berobat ke puskesmas. 5. Riwayat Kesehatan Keluarga Keluarga klien tidak ada yang menderita penyakit yang sama dengan klien. 6. Riwayat Perkembangan Imunisasi : An. B mendapatkan imunisasi lengkap, An. B tidak mengalami keterlambatan dalam perkembangan. 7. Pemeriksaan Fisik a. Keadaan Umum

Klien tampak lemah, bernapas dengan menggunakan otot bantu pernapasan. b. TD N RR : 100/70 mmhg : 170 x / menit : 65 x / menit Tanda-tanda vital

Suhu : 38oC

1) Kepala dan rambut 22

a) Kepala Bentuk Ubun-ubun Kulit kepala b) Rambut Penyebaran dan keadaan rambut : Merata Warna rambut c) Wajah Warna kulit Bentuk Kelainan 2) Mata a) Kelengkapan dan kesimetrisan Simetris dan tidak ada kecacatan b) Palpebra Kelopak mata atas lebih besar dari kelopak mata bagian bawah dan tidak ada ptiasis c) Konjungtiva d) Sklera e) Pupil f) Kornea g) Iris : Ananemis : Jernih tidak ikterik : Reflek terhadap cahaya : Jernih : Berwarna hitam 23 : Putih : Simetris : Tidak ada : Hitam : Simetris : Sudah menutup : Bersih

h) Visus 3) Hidung

: Tajam

a) Tulang hidung dan posisi septum nasi tidak ada fraktur dan bengkak b) Lubang hidung : simetrik dan tidak ada polip c) Cuping hidung : pernapasan cuping hidung 4) Telinga a) Bentuk telinga b) Ukuran telinga c) Lubang telinga 5) Mulut dan Faring a) Keadaan bibir : Kering : Simetris : Sedikit lebar dan simetris : Adanya serumen

b) Keadaan gigi dan gusi : gigi klien tidak ada stomatis, tidak ada caries dentis pada gigi. c) Keadaan lidah d) Orongofaring 6) Leher a) Posisi trachea b) Thyroid c) Kelenjar limfe c. 1) Bersih 24 : Simetris : Tidak ada pembesaran kelenjar throid : Tidak ada pembengkakan Pemeriksaan Integumen Kebersihan..........................................................: : Sulit menelan makanan. : Tidak ada nyeri

2) matang 3) d. 1) Inspeksi thoraks

Warna..................................................................: Sawo

Turgor.................................................................: Jelek Pemeriksaan Thoraks

a) Bentuk thoraks b) Pernapasan

: Arterio posterior, transversal : 65 x / menit

c) Tanda kesulitan napas : Ada, pernapasan diafragma dan perut. 2) Pemeriksaan paru a) Palpasi getaran suara : Tactil vremitus b) Perkusi c) Auskultasi : Resonan : Suara napas terdengar stridor, ronchi pada lapang paru 3) Pemeriksaan Jantung I : Iktus cordis tidak terlihat P : Ic teraba P : Batas jantung jelas, atas region intercosta II Kiri : 1 jari medial LMCS Rick es Kanan : Linea strenalis dekstra A : Tidak ada bunyi tambahan S3 dan S4, tidak ada mur mur e. Pemeriksaan Abdomen

Tidak ada pembesaran abdomen 25

f. Tingkat kesadaran : letargi g. Hb : Normal

Pemeriksaan Neurologi

Pemeriksaan Diagnostik

Elektrolit : Na (3,5-5,5 mEq/L) dan Ca 9-11 mg/dl JDL : Leukosit 150.000 mm3

B.

Analisa Data

No Simtom Etiologi Problem 1 DS : - Ibu mengatakan An. B menderita Terbentuknya Bersihan jalan batuk-batuk eksudat di nafas tidak - Mengeluh sesak nafas dalam alveoli efektif - Mengeluh nyeri dada DO : - Menggunakan otot bantu pernapasan - Batuk disertai sputum - Siagnosis - Adanya napas tambahan (krekels) - Anak tampak lemah - TTV : TD : 100/70 mmHg N : 170 x/ menit RR : 65 x / menit Suhu : 38oC - Hasil lab : leukosit 15.000 mm3

C.

Diagnosa yang Mungkin Muncul 1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan terbentuknya eksudat di dalam alveoli.

26

27

D. No

Rencana Asuhan Keperawatan Tujuan Setelah dilakukan intervensi selama 3 x 24 jam bersihan jalan napas dapat teratasi Kriteria Hasil Intervensi pernapasan Rasionalisasi Tak ipnea, pernapasan dangkal, dan gerak dada tak simetris sering terjadi karena ketidaknyamanan gerakan dinding dada dan/atau cairan paru

Diagnosa Keperawatan 1 Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan terbentuknya eksudat dalam alveoli

Mandiri : Tidak menggunakan otot bantu pernapasan Kaji frekuensi/kedalaman dan gerak dada Bunyi napas normal

Pen urunan aliran udara terjadi pada area konsolidasi Tidak adanya produksi Auskultasi area paru, catat arena dengan cairan. Bunyi napas bronchial (normal sputum penurunan/tak ada aliran udara dan pada bronkus) dapat terjadi juga pada area bunyi napas adventisus, misal : krekels, konsolidasi. Krekels, ronki dan mengi terdengar TTV : mengi pada inspirasi dan/atau ekspirasi pada respons TD : 95/65 mmHg terhadap pengumpulan cairan, sekret kental dan N : 80-150 x/menit spasme jalan napas/obstruksi RR : 25-50 x/menit S : 36,5oC Bantu pasien latihan napas sering. Tunjukkan/bantu pasien mempelajari melakukan batuk, misal : menekan dada dan batuk efektif sementara posisi batuk tinggi Nap as dalam memudahkan ekspansi maksimum paru-paru/ jalan napas lebih kecil. Batuk adalah mekanisme pembersihan jalan napas alami, membantu silia untuk mempertahankan jalan napas paten. Penekanan menurunkan ketidaknyamanan dada dan posisi duduk memungkinkan upaya napas lebih dalam dan lebih kuat

28

Penghisapan sesuai indikasi

Mer angsang batuk atau pembersihan jalan napas secara mekanik pada pasien yang tidak mampu melakukan karena batuk tak efektif atau penurunan tingkat kesadaran Cai ran (khususnya air hangat) memobilisasi dan mengeluarkan sekret

Berikan cairan sedikitnya 2500 ml/hari (kecuali kontraindikasi). Tawarkan air hangat, daripada dingin Me Kolaborasi : mudahkan pengenceran dan pembuangan sekret. Koordinasi pengobatan/jadwal dan masukan oral Bantu mengawasi efek pengobatan menurunkan muntah karena batuk, pengeluaran nebuliser dan fisioterapi lain. Lakukan sputum tindakan diantara waktu makan dan Ala batasi cairan bila mungkin t untuk menurunkan spasme bronkus dengan Berikan obat sesuai indikasi mobilisasi sekret Cai ran diperlukan untuk menggantikan kehilangan dan memobilisasi sekret

Berikan cairan tambahan, misal : IV, oksigen humudifikasi, dan ruangan Me humudifikasi ngevaluasi kemajuan dan efek proses penyakit dan memudahkan pilihan terapi yang diperlukan 29

Awasi seri sinar X dada, GDA, nadi Kad oksimetri ang-kadang diperlukan untuk membuang perlengketan mukosa, pengeluaran sekresi purulen, dan/atau mencegah atelektasis. Bantu bronkoskopi/torasentesis bila diindikasikan

30

E. No

Catatan Perkembangan Diagnosa Implementasi Evaluasi

1 Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan terbentuknya eksudat dalam alveoli

S : - Klien mengatakan napasnya Mengkaji sedikit lega frekuensi/kedalaman pernapasan - Ibu klien mengatakan dan gerak dada batuknya berkurang Mengauskultasi area paru. - Nyeri berkurang Membantu pasien O : - Tidak menggunakan otot mempelajari melakukan batuk bantu Memberikan cairan air - Batuk berkurang hangat - TTV : Penghisapan sesuai TD : 95/65 mmHg indikasi N : 155 x / menit Membantu melakukan RR : 55 x / menit napas sering S : 36oC A : - Masalah teratasi sebagian - Batuk dan nyeri berkurang - Tidak menggunakan otot bantu - TTV : TD : 95/65 mmHg N : 155 x / menit RR : 55 x / menit S : 36oC P : - Intervensi dilanjutkan - Kaji frekuensi/kedalaman pernapasan - Bantu klien latihan napas sering - Bantu pasien melakukan batuk efektif - Berikan cairan air hangat

31

BAB IV PENUTUP

A.

Kesimpulan Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru distal dan

bronkus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius lobus dan alveoli serta menimbulkan kerusakan jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat (IPD Jilid II, Sarwono Soeparman, 1996). Sebagian besar pneumonia disebabkan oleh bakteri, yang timbul secara primer atau sekunder setelah infeksi virus. Penyebab tersering pneumonia bakterialis adalah bakteri positif-gram, streptococcus pneumoniae yang

menyebabkan pneumonia streptococcus. Bakteri staphylococcus aureus dan streptococcus beta-hemolitikus juga sering menyebabkan pneumonia, demikian juga pseudomonas aeruginosa. Pada bayi dan anak-anak penyebab yang paling sering adalah : virus sinsial pernapasan, adenovirus, virus parainfluenza dan virus influenza.

B.

Saran Diharapkan kepada pembaca terutama mahasiswi/i STIKES Tri Mandiri

Sakti Bengkulu dapat memahami konsep teori dan asuhan keperawatan dari makalah Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Pnemonia.

32

DAFTAR PUSTAKA

C. Barbara Long. 1996. Perawatan Medical Bedah (Suatu Pendekatan Proses Keperawatan) Jilid 2. Yayasan IAPK : Padjajaran Bandung. E. Marylinn Doenges, Mary Frances Moorhouse and Alice. C. Geissler. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC : Jakarta. http://id.wikipedia.org/wiki/pneumonia. Juall, Lynda Capernito. 2000. Buku Diagnosa Keperawatan Edisi 8. EGC : Jakarta. Mansjoer, Arif, dkk. 1996. Kapita Selekta Kedokteran Jilid II Edisi Ketiga. 1996. Media Aesculapius : Jakarta.

33