askep

24
MAKALAH ILMU SYARAF Oleh : Kelompok III 1. Andi Marawulan 7. Novrida 2. Candra Dewi 8. Roslina Harahap 3. Edy Irawan 9. Sri Haryuni 4. Gusriyanti 10. Ulfa Riza 5. Herlina Yuhaimi 11. Yuli Kisilawati 6. M. Afdol Syah

description

askep bell palsy

Transcript of askep

Bell's Palsy

MAKALAH ILMU SYARAF

Oleh :

Kelompok III

1. Andi Marawulan7. Novrida

2. Candra Dewi8. Roslina Harahap

3. Edy Irawan9. Sri Haryuni

4. Gusriyanti10. Ulfa Riza

5. Herlina Yuhaimi11. Yuli Kisilawati

6. M. Afdol SyahPROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANSEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

STIKES-HI, JAMBI

TAHUN 2008

PENDAHULUANBell's Palsy (BP) ialah suatu kelumpuhan akut nervus fasialis perifer yang tidak diketahui penyebabnya. Sir Charles Bell (1821) adalah orang yang pertama meneliti beberapa penderita dengan wajah asimetrik, sejak itu semua kelumpuhan nervus fasialis perifer yang tidak diketahui penyebabnya disebut Bell's palsyPengamatan klinik, pemeriksaan neurologik, laboratorium dan patologi anatomi menunjukkan bahwa bells palsy bukan penyakit tersendiri tetapi berhubungan erat dengan banyak faktor dan sering merupakan gejala penyakit lain.Penyakit ini lebih sering ditemukan pada usia dewasa, jarang pada anak di bawah umur 2 tahun. Biasanya didahului oleh infeksi saluran napas bagian atas yang erat hubungannya dengan cuaca dinginDiagnosis bells palsy dapat ditegakkan dengan adanya kelumpuhan nervus fasialis perifer diikuti pemeriksaan untuk menyingkirkan penyebab lain kelumpuhan nervus fasialis perifer. INSIDENS Prevalensi bells palsy di beberapa negara cukup tinggi. Di Inggris dan Amerika berturut-turut 22,4 dan 22,8 penderita per 100,000 penduduk per tahun. Di Belanda (1987) 1 penderita per 5000 orang dewasa & 1 penderita per 20,000 anak per tahunBells palsy pada orang dewasa lebih banyak dijumpai pada pria, sedangkan pada anak tidak terdauat perbedaan yang menyolok antara kedua jenis kelaminPEMBAHASAN

BELLS PALSY

A. DEFINISI

Paralisis bell (Bells palsy) atau prosoplegia adalah kelumpuhan nervus fasialis perifer, terjadi secara akut, dan penyebabnya tidak diketahui atai tidak menyertai penyakit lain yang dapat mengakibatkan lesi nervus fasialis.

(Yulius Djamil. Basjiruddin A)

1. Penyakit lower motor neuron yang mengenai nervus fasialis(N. VII) perifer.2. Paralisis wajah, paralisis satu sisi pada wajah, yang mencegah pasien dari menutup satu mata, disebabkan oleh defek pada saraf fasialis. (Facial paralysis, paralysis of one side of the face, preventing the patient from closing one eye, caused by a defect in the facial nerve)(Dito anugoro, S.ked)

B. ETIOLOGIKausa kelumpuhan nervus fasialis perifer sampai sekarang belum diketahui secara pasti. Umumnya dapat dikelompokkan sebagai berikut:I. Kongenital1) anomali kongenital (sindroma Moebius)2) trauma lahir (fraktur tengkorak, perdarahan intrakranial .dll.)II. Didapat 1. trauma2. penyakit tulang tengkorak (osteomielitis)3. proses intrakranial (tumor, radang, perdarahan dll.)4. proses di leher yang menekan daerah prosesus stilomastoi deus)5. infeksi tempat lain (otitis media, herpes zoster dll.)6. sindroma paralisis n. fasialis familial Faktor-faktor yang diduga berperan menyebabkan bells palsy antara lain : sesudah bepergian jauh dengan kendaraan, tidur di tempat terbuka, tidur di lantai, hipertensi, stres, hiperkolesterolemi, diabetes mellitus, penyakit vaskuler, gangguan imunologik dan faktor genetik.C. ANATOMI Nervus fasialis bersifat somato-motorik, visero-motorik dan somato-sensorik. Intl it fasialis terletak pada batang otak, menerima impuls dari girus presentralis korteks motorik homolateral untuk otot-otot wajah bagian atas dan kontralateral untuk otot-otot wajah bagian bawah (gambar 1).

Serabut nervus fasialis meninggalkan batang otak bersama nervus oktavus dan nervus intermedius masuk ke dalam os petrosum melalui meatus akustikus internus, tiba di kavum timpani untuk bergabung dengan ggl. genikulatum sebagai induk sel pengecap 2/3 bagian depan lidah. Dari ganglion ini, nervus fasialis memberi cabangnya ke ggl. otikum dan ggl. pterigopalatinum yang menghantarkan impuls sekreto-motorik untuk kelenjar salivarius dan kelenjar lakrimalis (Gambar 2). Nervus fasialis keluar dari tengkorak melalui foramen stilomastoideum memberikan cabangnya untuk mempersarafi otot-otot wajah mulai dari m. frontalis sampai dengan m. Platisma.D. PATOGENESISHingga kini belum ada pesesuaian pendapat. Teori yang dianut saat ini yaitu teori vaskuler. Pada bells palsy terjadi iskemi primer nervus fasialis yang disebabkan oleh vasodilatasi pembuluh darah yang terletak antara n. fasialis dan dinding kanalis fasialis. Sebab vasodilatasi ini bermacam-macam, antara lain : infeksi virus, proses imunologik dll. Iskemi primer yang terjadi menyebabkan gangguan mikrosirkulasi intraneural yang menimbulkan iskemi sekunder dengan akibat gangguan fungsi nervus fasialisTerjepitnya nervus fasialis di daerah foramen stilomastoideus pada bells palsy bersifat akut oleh karena foramen stilomastoideus merupakan Neuron Lesion bangunan tulang kerasPerubahan patologik yang ditemukan pada n. fasialis sbb. : Tidak ditemukan perubahan patologik kecuali udem Terdapat demielinisasi atau degenerasi mielin. Terdapat degenerasi akson Seluruh jaringan saraf dan jaringan penunjang rusak Perubahan patologik ini bergantung kepada beratnya kompresi atau strangulasi terhadap n. Fasialis.E. MANIFESTASI KLINIK Manifestasi klinik bells palsy khas dengan memperhatikan riwayat penyakit dan gejala kelumpuhan yang timbul. Pada anak 73% didahului infeksi saluran napas bagian atas yang erat hubungannya dengan cuaca dingin. Perasaan nyeri, pegal, linu dan rasa tidak enak pada telinga atau sekitamya sering merupakan gejala awal yang segera diikuti oleh gejala kelumpuhan otot wajah berupa : Dahi tidak dapat dikerutkan atau lipat dahi hanya terlihat pada sisi yang sehat. Kelopak mata tidak dapat menutupi bola mata pada sisi yang lumpuh (lagophthalmus). Gerakan bola mata pada sisi yang lumpuh lambat, disertai bola mata berputar ke atas bila memejamkan mata, fenomena ini disebut Bell's sign Sudut mulut tidak dapat diangkat, lipat nasolabialis mendatar pada sisi yang lumpuh dan mencong ke sisi yang sehat. Selain gejala-gejala diatas, dapat juga ditemukan gejala lain yang menyertai antara lain : gangguan fungsi pengecap, hiperakusis dan gangguan lakrimasi.

F. KOMPLIKASI1) Infeksi mata (keratitis, konjungtivitis)2) Tick fasialisG. PEMERIKSAAN PENUNJANGBeberapa pemeriksaan penunjang yang penting untuk menentukan letak lesi dan derajat kerusakan nervus fasialis sbb:

1) Uji kepekaan saraf (nerve excitability test)Pemeriksaan ini membandingkan kontraksi otot-otot wajah kiri & kanan setelah diberi rangsang listrik. Perbedaan rangsang lebih 3,5 mA menunjukkan keadaan patologik dan jika lebih 20 mA menunjukkan kerusakan it fasialis ireversibel.2) Uji konduksi saraf (nerve conduction test)Pemeriksaan untuk menentukan derajat denervasi dengan cara mengukur kecepatan hantaran listrik pada n. fasialis kiri dan kanan.3) ElektromiografiPemeriksaan yang menggambarkan masih berfungsi atau tidaknya otot-otot wajah.4) Uji fungsi pengecap 2/3 bagian depan lidahGilroy dan Meyer (1979) menganjurkan pemeriksaan fungsi pengecap dengan cara sederhana yaitu rasa manis (gula), rasa asant dan rasa pahit (pil kina).Elektrogustometri membandingkan reaksi antara sisi yang sehat dan yang sakit dengan stimulasi listrik pada 2/3 bagian depan lidah terhadap rasa kecap pahit atau metalik. Gangguan rasa kecap pada BP menunjukkan letak lesi n. fasialis setinggi khorda timpani atau proksimalnya.5) Uji Schirmer Pemeriksaan ini menggunakan kertas filter khusus yang diletakkan di belakang kelopak mata bagian bawah kiri dan kanan. Penilaian berdasarkan atas rembesan air mata pada kertas filter; berkurang atau mengeringnya air mate menunjukkan lesi n. fasialis setinggi ggl. Genikulatum.

H.DIAGNOSIS Diagnosis ditegakkan menurut gejalanya. Bells palsy selalu mengenai satu sisi wajah, kelemahannya tiba-tiba dan dapat melibatkan baik bagian atas atau bagian bawah wajah. Penyakit lain yang juga dapat menyebabkan kelumpuhan saraf wajah adalah:

1. Tumor otak yang menekan saraf 2. Kerusakan saraf wajah karena infeksi virus (misalnya sindroma Ramsay Hunt) 3. Infeksi telinga tengah atau sinus mastoideus 4. Penyakit Lyme 5. Patah tulang di dasar tengkorak.

Untuk membedakan Bell's palsy dengan penyakit tersebut, bisa dilihat dari riwayat penyakit, hasil pemeriksaan rontgen, CT scan atau MRI. Pada penyakit Lyme perlu dilakukan pemeriksaan darah. p

Umumnya diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinik adanya kelumpuhan nervus fasialis perifer diikuti pemeriksaan untuk menyingkirkan penyebab lain dan kelumpuhan n. fasialis perifer.I.DIAGNOSIS BANDING 1) Semua paralisis n. fasialis perifer yang bukan bells palsy2) Kelumpuhan n. fasialis sentral yang mudah dikenal; bila dahi dikerutkan tidak terlihat asimetri, karena otot-otot dahi mempunyai inervasi bilateral.J.PENATALAKSANAAN 1) Istirahat terutama pada keadaan akut2) MedikamentosaPrednison : pemberian sebaiknya selekas-lekasnya terutama pada kasus bells palsy yang secara elektrik menunjukkan denervasi.

Tujuannya untuk mengurangi udem dan mempercepat reinervasi. Dosis yang dianjurkan 3 mg/kg BB/hari sampai ada perbaikan, kemudian dosis diturunkan bertahap selama 2 minggu3) FisioterapiSering dikerjakan bersama-sama pemberian prednison, dapat dianjurkan pada stadium akut.Tujuan fisioterapi untuk mempertahankan tonus otot yang lumpuh. Cara yang sering digunakan yaitu : mengurut/ massage otot wajah selama 5 menit pagi-sore atau dengan faradisasi4) Operasi Tindakan operatif umumnya tidak dianjurkan pada anak-anak karena dapat menimbulkan komplikasi lokal maupun intrakranialTindakan operatif dilakukan apabila : tidak terdapat penyembuhan spontan tidak terdapat perbaikan dengan pengobatan prednison pada pemeriksaan elektrik terdapat denervasi total. Beberapa tindakan operatif yang dapat dikerjakan pada BP antara lain dekompresi n. fasialis yaitu membuka kanalis fasialis pars piramidalis mulai dari foramen stilomastoideum nerve graft operasi plastik untuk kosmetik (muscle sling, tarsoraphi). K.TERAPI

Terapi pertama yang harus dilakukan adalah penjelasan kepada penderita bahwa penyakit yang mereka derita bukanlah tanda stroke, hal ini menjadi penting karena penderita dapat mengalami stress yang berat ketika terjadi salah pengertian1. Setelah itu dapat dilakukan beberapa terapi yang meliputi:a. Penanganan mataBagian mata harus mendapatkan perhatian khusus dan harus dijaga agar tetap lembab, hal tersebut dapat dilakukan dengan pemberian pelumas mata setiap jam sepanjang hari dan salep mata harus digunakan setiap malam.b. KortikosteroidSelain itu, dari tinjauan terbaru menyimpulkan bahwa pemberian kortikosteroid dalam tujuh hari pertama efektif untuk menangani Bells palsy.

c. Latihan wajahKomponen lain yang tidak kalah pentingnya dalam optimalisasi terapi adalah latihan wajah. Latihan ini dilakukan minimal 2-3 kali sehari, akan tetapi kualitas latihan lebih utama daripada kuantitasnya. Sehingga latihan wajah ini harus dilakukan sebaik mungkin. Pada fase akut dapat dimulai dengan kompres hangat dan pemijatan pada wajah, hal ini berguna mengingkatkan aliran darah pada otot-otot wajah. Kemudian latihan dilanjutkan dengan gerakan-gerakan wajah tertentu yang dapat merangsang otak untuk tetap memberi sinyal untuk menggerakan otot-otot wajah. Sebaiknya latihan ini dilakukan di depan cermin.

Gerakan yang dapat dilakukan berupa:

1) Tersenyum

2) Mencucurkan mulut, kemudian bersiul

3) Mengatupkan bibir

4) Mengerutkan hidung

5) Mengerutkan dahi

6) Gunakan telunjuk dan ibu jari untuk menarik sudut mulut secara manual

7) Mengangkat alis secara manual dengan keempat jari.L.GEJALA SISA

Setelah melakukan terapi tersebut sebagian penderita akan sembuh total dan sebagian akan meninggalkan gejala sisa yang dapat berupa:

a) KontrakturHal ini dapat terlihat dari tertariknya otot, sehingga plika nasolabialis lebih jelas terlihat dibanding pada sisi yang sehat. Bagi pemeriksa yang belum berpengalaman mungkin bagian yang sehat ini yang disangkanya lumpuh, sedangkan bagian yang lumpuh disangkanya sehat.b) Sinkinesia (associated movement)Dalam hal ini otot-otot tidak dapat digerakkan satu per satu atau tersendiri, selalu timbul gerakan bersama. Bila pasien disuruh memejamkan mata, maka otot orbikularis orispun akan akan ikut berkontraksi dan sudut mulut terangkat. Bila ia disuruh menggembungkan pipi, kelopak mata ikut merapat.c) Spasme spontanDalam hal ini otot-otot wajah bergerak secara spontan, tidak terkendali. Hal ini disebut juga tic facialis. akan tetapi tidak semua tic facialis merupakan gejala sisa dari Bells palsy.M.PROGNOSIS Sangat bergantung kepada derajat kerusakan n. fasialis. Pada anak prognosis umumnya baik oleh karena jarang terjadi denervasi total. Penyembuhan spontan terlihat beberapa hari setelah onset penyakit dan pada anak 90% akan mengalami penyembuhan tanpa gejala sisaJika dengan prednison dan fisioterapi selama 3 minggu belum mengalami penyembuhan, besar kemungkinan akan terjadi gejala sisa berupa kontraktur otot-otot wajah, sinkinesis, tik-fasialis dan sindrom air mata buaya.

PENUTUPI. KesimpulanBell's Palsy

Bell's Palsy ialah kelumpuhan akut n. fasialis perifer yang tidak diketahui sebabnya dengan lokasi lesi pada kanalis fasialis. Penyakit ini lebih sering ditemukan pada usia dewasa dan jarang pada anak. Diagnosis dapat ditegakkan secara klinik setelah kausa yang jelas untuk lesi n. fasialis perifer disingkirkan. Terapi yang dianjurkan saat ini ialah pemberian prednison, fisioterapi dan kalau perlu operasi.Kelumpuhan syaraf jenis lower-motor-neuron pada wajah dapat merupakan tanda yang serius dari suatu kelainan intracranial, seperti tumor di daerah cerebellopontine, metastase, multiple sclerosis atau infark pada batang otak. Nervus facialis saat melewati tulang temporal bisa mengalami kerusakan akibat fraktura tulang tengkorak di daerah temporal, atau akibat tindakan operatif: saraf ini juga dapat rusak akibat otitis media, akustik neurofibroma, keganasan pada telinga bagian tengah; atau memperGhatkan sindroma Ramsay Hunt akibat herpes zoster. Pada tempat keluarnya syaraf dari tulang tengkorak, nervus facialis bisa terganggu oleh adanya tumor dari kelenjar parotid, trauma, atau kelainan sistemik seperti polyneuritis, mononucleosis dan sarcoidosis. Dari sekian banyak penyebab timbulnya facial palsy, yang paling sering adalah akibat trauma pada syaraf itu sendiri, otitis media (khususnya cholesteatoma yang progresif ), dan sindroma Ramsay Hunt. Sekurang-kurangnya dua pertiga dan kasus yang dijumpai sulit ditentukan penyebabnya. Dan penatalaksanaan kelumpuhan idiopatik atau "Bell s palsy" ini masih kontroversial, karena etiologinya memang tak diketahui. lni adalah penyakit yang sering dijumpai, sering dianggap ringan, tapi bagi penderitanya sendiri ini adalah penderitaan yang sangat berat, emosional maupun fisik. Pasien yang agak tua takut bahwa ini gejala stroke, sedang pasien muda khawatir cacat di wajahnya akan menetap. Banyak yang mengeluh mata berair, sulit makan minum, dan rasa tak enak di wajah. Untunglah, semua pasien dengan kelumpuhan parsial sembuh dengan cepat, demikian juga tiga perempat pasien dengan kelumpuhan lengkap. Mengenai sisa yang seperempat, separuhnya mengalami denervasi lengkap (10--15% dari semua kasus), dan sembuhnya hanya sebagian, dengan wajah yang asimetris dan gerak yang abnormal. Namun demikian, hanya 7% dari semua kasus yang tak diobati yang tidak puas dengan hasil akhir perjalanan penyakit ini. Oleh sebab itu, setiap tindakan pengobatan harus memperbaiki hasil-hasil itu dan mencapai penyembuhan sempurna pada sekurang-kurangnya 90% kasus. Sulitnya sampai saat ini belum ada suatu metode yang dapat diterapkan untuk memperkirakan sebelumnya penderita mana yang tidak akan sembuh dengan sempuma, dan oleh karena itu memerlukan pengobatan sedini mungkin. Namun ada beberapa patokan yang dapat dipakai sebagai petunjuk: penderita yang mengalami kelumpuhan pada otot-otot stapedius perjalanan penyakitnya cenderung lebih parah; juga, gangguan berat pada daya.kecap dan/atau gangguan fungsi kelenjar air mata menunjukkan prognosa yang lebih buruk, terutama pada penderita lanjut usia. Pada kelompok ini pengobatan harus diberikan sedini mungkin. Pemberian dosis tinggi golongan steroid masih dipertanyakan, namun relatif cukup aman, asalkan apa-apa yang harus diperhatikan dalam terapi steroid benar-benar diperhatikan.

II. Saran

Tindakan operatif untuk membebaskan nervus facialis yang edema dari jepitan tulang pada liang kanalnya tidak dianjurkan, karena tindakan ini berarti harus membebaskan liang syaraf mulai dari rneatus internus sampai ke foramen stylomastoideus. Teknik pembedahan dengan peralatan mutakhir memang telah dikembangkan, tetapi penerapannya pada kasus Bells palsy masih perlu dipertimbangkan benar-benar, mengingat resiko terganggunya tulang-tulang pendengaran atau cochlea, atau bahkan komplikasi intrakranial. Apalagi, pembengkakan nervus facialis tidak selalu dijumpai pada operasi. Di samping itu perlu diingat bahwa syaraf yang dibebaskan dari perineuriumnya cenderung untuk mengembang (sehingga akan terjepit lagi). Struktur multifascicular nervus facialis dan perineuriumnya membuat insisi bedah tidak mungkin lengkap dan aman. Kompresi akson akibat tekanan intraneural yang meninggi tak pernah dilaporkan. Jadi, ia tidak analog dengan carpal tunnel syndrome, yang dapat diatasi dengan dekompresi syaraf, dan kompresi langsung pada akson dapat dilihat dengan menyempitnya diametersyaraf. Pada Bell s palsy ada dugaan bahwa terjadi kompresi indirek pada akson akibat tekanan intraneural, namun diameter syaraf tidak berubah atau bahkan lebih besar.Jadi, ada banyak alasan untuk tidak melakukan dekompresi, dan alasan terkuat ialah hasil tidak lebih baik daripada penyembuhan spontan. Eksplorasi operatif dapat dipertimbangkan bila tak ada kesernbuhan setelah 1-2 tahun, untuk menentukan apakah penyebab paralisis tadi benar-benar idiopatik atau ada tumor yang perlu dieksisi. Sebagian besar pasien bells palsy akan sembuh spontan dan tidak memerlukan pengobatan medik rnaupun operatif. Pemberian steroid mungkin dapat dibenarkan untuk segelintir pasien dengan prognosa yang jelek, yang ditandai dengan gangguan fungsi kecap lidah dan tes lakrimasi, asalkan ini dilakukan sebelum denervasi terjadiKEPUSTAKAAN

Sumber :

Http:www.kalbe.co.id/cdk/files/sPalsy.pdf.html Http : www.kalbe.co.id/paralisisbell.pdf.html Http :www.kabarindonesia.com

Anonim. 2007. Bell's Palsy Fact Sheet. http://www.ninds.nih.gov/disorders /bells/detail_bells.htm Last updated July 23, 2007Sumber Gambar: http://www.aafp.org/afp/20071001/afp20071001p1004-uf1.gifLAMPIRAN

Gambar bells palsy