askep

9
LIMFOMA MALIGNA A. Pengertian Limfoma (kanker kelenjar getah bening) merupakan bentuk keganasan dari sistem limfatik yaitu sel-sel limforetikular seperti sel B, sel T dan histiosit sehingga muncul istilah limfoma malignum (maligna = ganas). Dalam kondisi normal, sel limfosit merupakan salah satu sistem pertahanan tubuh. Sementara sel limfosit yang tidak normal (limfoma) bisa berkumpul di kelenjar getah bening dan menyebabkan pembengkakan. Sel limfosit ternyata tak cuma beredar di dalam pembuluh limfe, sel ini juga beredar ke seluruh tubuh di dalam pembuluh darah karena itulah limfoma bisa juga timbul di luar kelenjar getah bening. Dalam hal ini, yang tersering adalah di limpa dan sumsum tulang. Selain itu, bisa juga timbul di organ lain seperti perut, hati, dan otak. Ada dua jenis penyakit yang termasuk limfoma malignum yaitu penyakit Hodgkin (PH) dan limfoma non Hodgkin (LNH). Keduanya memiliki gejala yang mirip. Perbedaannya dibedakan berdasarkan pemeriksaan patologi anatomi dimana pada PH ditemukan sel Reed Sternberg, dan sifat LNH lebih agresif. B. Etiologi

description

keperawatan

Transcript of askep

Page 1: askep

LIMFOMA MALIGNA

A. Pengertian

Limfoma (kanker kelenjar getah bening) merupakan bentuk keganasan

dari sistem limfatik yaitu sel-sel limforetikular seperti sel B, sel T dan histiosit

sehingga muncul istilah limfoma malignum (maligna = ganas). Dalam kondisi

normal, sel limfosit merupakan salah satu sistem pertahanan tubuh. Sementara

sel limfosit yang tidak normal (limfoma) bisa berkumpul di kelenjar getah

bening dan menyebabkan pembengkakan. Sel limfosit ternyata tak cuma

beredar di dalam pembuluh limfe, sel ini juga beredar ke seluruh tubuh di

dalam pembuluh darah karena itulah limfoma bisa juga timbul di luar kelenjar

getah bening. Dalam hal ini, yang tersering adalah di limpa dan sumsum

tulang. Selain itu, bisa juga timbul di organ lain seperti perut, hati, dan otak.

Ada dua jenis penyakit yang termasuk limfoma malignum yaitu

penyakit Hodgkin (PH) dan limfoma non Hodgkin (LNH). Keduanya

memiliki gejala yang mirip. Perbedaannya dibedakan berdasarkan

pemeriksaan patologi anatomi dimana pada PH ditemukan sel Reed Sternberg,

dan sifat LNH lebih agresif.

B. Etiologi

Penyebab pasti belum diketahui. Empat kemungkinan penyebabnya

adalah: faktor keturunan, kelainan sistem kekebalan, infeksi virus atau

bakteria (HIV, virus human T-cell leukemia/lymphoma (HTLV), Epstein-Barr

virus (EBV), Helicobacter Sp) dan toksin lingkungan (herbisida, pengawet

dan pewarna kimia).

C. Patofisiologi

Proliferasi abmormal tumor dapat memberi kerusakan penekanan atau

penyumbatan organ tubuh yang diserang. Tumor dapat mulai di kelenjar getah

bening (nodal) atau diluar kelenjar getah bening (ekstra nodal). Gejala pada

Limfoma secara fisik dapat timbul benjolan yang kenyal, mudah digerakkan

(pada leher, ketiak atau pangkal paha). Pembesaran kelenjar tadi dapat dimulai

Page 2: askep

dengan gejala penurunan berat badan, demam, keringat malam. Hal ini dapat

segera dicurigai sebagai Limfoma. Namun tidak semua benjolan yang terjadi

di sistem limfatik merupakan Limfoma. Bisa saja benjolan tersebut hasil

perlawanan kelenjar limfa dengan sejenis virus atau mungkin tuberkulosis

limfa.

Beberapa penderita mengalami demam Pel-Ebstein, dimana suhu

tubuh meninggi selama beberapa hari yang diselingi dengan suhu normal atau

di bawah normal selama beberapa hari atau beberapa minggu. Gejala lainnya

timbul berdasarkan lokasi pertumbuhan sel-sel limfoma. Terdapat 3 gejala

spesifik pada Limfoma antar lain:

1. Demam berkepanjangan dengan suhu lebih dari 38 Oc

2. Sering keringat malam

3. Kehilangan berat badan lebih dari 10% dalam 6 bulan

D. Manifestasi Klinis

E. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan minimal :

a. Anamnesis dan pemeriksaan fisik : ada tumor sistem limfoid, febris

keringhat malam, penurunan berat badan, limfadenopati dann

hepatosplenomegali

b. Pemeriksaan laboratorium : Hb, leukosit, LED, hapusan darah, faal

hepar, faal ginjal, LDH.

2. Pemeriksaan Ideal

a. Limfografi, IVP, Arteriografi. Foto organ yang diserang, bone – scan,

CT – scan, biopsi sunsum tulang, biopsi hepar, USG, endoskopi

F. Penatalaksanaan Medis

Limfoma Hodgkin

1. Therapy Medik

a. Konsutasi ke ahli onkologi medik (biasanya RS type A dan B)

Page 3: askep

b. Untuk stadium II b, II E A dan B IV dan B, yherapi medik adalah

therapy utama

c. untuk stadium I B, I E A dan B terapy medik sebagai terapy anjuran

misalnya :

1) Obat minimal terus menerus tiap hari atau dosis tinggi intermittend

dengan siklofosfamid, dosis : Permulaan 150 mg/m 2, maintenance 50

mg, m 2 tiap hari atau 1000 mg/m 2 iv selang 3 – 4 minggu

2) Obat kombinasi intermittend siklofosfamid (Cyclofosfamid), vinkistrin

(oncovin), prednison (COP), dosis :

C   : Cyclofosfamid          1000 mg/m 2 iv hari I

O   : Oncovin                 1,4 mg/m 2 iv hari I

P    : Prednison               100 mg/m 2 po hari 1 – 5

Diulangi selang 3 minggu

Ideal :

Kombinasi obat mustargen, vinkistrin (oncovin), procarbazine,

prednison (MOPP)

2. Therapy Radiasi dan bedah

a. Konsultasi dengan ahli yang bersangkutan

b. Sebaiknya melalui tim onkology (biasanya di RS type A dan B)

Lymfoma Non Hodgkin

1. Therapy Medik

a. Konsultasi dengan ahli onkology medik ( di RS type A dan B)

Limfoma non hodkin derajat keganasan rendah (IWF)

1) Tanpa keluhan : tidak perlu therapy

2) Bila ada keluhan dapat diberi obat tunggal siklofosfamide dengan

dosis permulaan po tiap hari atau 1000 mg/m 2 iv selang 3 – 4

minggu.

Bila resisten dapat diberi kombinasi obat COP, dengan cara

pemberian seperti pada LH diatas

Limfona non hodgkin derajat keganasan sedang (IWF)

Page 4: askep

1) Untuk stadium I B, IIB, IIIA dan B, IIE A da B, terapi medik

adalah sebagai terapy utama

2) Untuk stadium I A, IE, IIA diberi therapy medik sebagai therapy

anjuran

Minimal : seperti therapy LH

Ideal : Obat kombinasi cyclophospamide, hydrokso – epirubicin,

oncovin, prednison (CHOP) dengan dosis :

C    : Cyclofosfamide              800 mg/m 2 iv hari I

H    : hydroxo – epirubicin       50 mg/ m 2 iv hari I

O    : Oncovin                          1,4 mg/ m 2 iv hari I

P     : Prednison                        60 mg/m 2 po hari ke 1 – 5

Perkiraan selang waktu pemberian adalah 3 – 4 minggu

Lymfoma non – hodgkin derajat keganasan tinggi (IWF)

1) Stadium IA : kemotherapy diberikan sebagai therapy adjuvant

2) Untuk stadium lain : kemotherapy diberikan sebagai therapy utama

Minimal : kemotherapynya seperti pada LNH derajat keganasan

sedang (CHOP)

Ideal : diberi Pro MACE – MOPP atau MACOP – B

2. Therapy radiasi dan bedah

Konsultasi dengan ahli radiotherapy dan ahli onkology bedah, selanjutnya

melalui yim onkology ( di RS type A dan B)

G. Komplikasi

1. Tranfusi leukemik

2. Superior vena cava syndrom

3. Ileus

H. Pathway

I. Rencana Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

Gejala pada Limfoma secara fisik dapat timbul benjolan yang kenyal, tidak

terasa nyeri, mudah digerakkan (pada leher, ketiak atau pangkal paha).

Page 5: askep

Pembesaran kelenjar tadi dapat dimulai dengan gejala penurunan berat

badan, demam, keringat malam. Hal ini dapat segera dicurigai sebagai

Limfoma. Namun tidak semua benjolan yang terjadi di sistem limfatik

merupakan Limfoma. Bisa saja benjolan tersebut hasil perlawanan kelenjar

limfa dengan sejenis virus atau mungkin tuberkulosis limfa. Pada

pengkajian data yang dapat ditemukan pada pasien Limfoma antara lain :

a. Data subyektif

1) Demam berkepanjangan dengan suhu lebih dari 38 oC

2) Sering keringat malam

3) Cepat merasa lelah

4) Badan lemah

5) Mengeluh nyeri pada benjolan

6) Nafsu makan berkurang

7) Intake makan dan minum menurun, mual, muntah

8) Data Obyektif

9) Timbul benjolan yang kenyal, mudah digerakkan pada leher, ketiak

atau pangkal paha

10) Wajah pucat

2. Diagnosa Keperawatan

a. 1.Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan imunosupresi dan

malnutrisi

b. Hipertermi berhubungan dengan tak efektifnya termoregulasi sekunder

terhadap inflamasi

c. Nyeri berhubungan dengan interupsi sel saraf

d. Perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan gangguan

sistem transport oksigen terhadap perdaharan

e. Gangguan integritas kulit/ jaringan berhubungan dengan massa tumor

mendesak ke jaringan luar

f. Intolerans aktivitas berhubungan dengan kelemahan, pertukaran

oksigen, malnutrisi, kelelahan.

Page 6: askep

g. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

intake yang kurang, meningkatnya kebutuhan metabolic, dan

menurunnya absorbsi zat gizi.

h. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan muntah dan intake

yang kurang

i. Perubahan kenyamanan berhubungan dengan mual, muntah

j. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakit,

prognosis, pengobatan dan perawatan

k. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang

pemajanan/mengingat, kesalahan interpretasi, tidak mengenal sumber-

sumber