Asfiksia Neonaturum

26
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pelayanan kesehatan maternal dan neonatal merupakan salah satu unsur pe status kesehatan neonatal. Pelayanan kesehatan neonatal dimulaisebelum bayi dilahirkan, melalui pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu hamil. Pe dan perkembangan bayi periode neonatal merupakan periode yang paling kritis dapat menyebabkan kesakitan dan kematian bayi (Saifudin, 2002). Menurut Wibawa (200), faktor yang berhubungan ter!adinya asfiks faktor ibu dan faktor !anin. "imana faktor ibu meliputi usia ibu kurang dar atau lebih dari #$ tahun, pre%eklamsi, ketuban pe&ah dini, dan partus lama. meliputi lilitan tali pusat, letak sungsang, dan *. Sedangkan menurut (20+0), ada faktor yang berpengaruh terhadap ke!adian asfiksia neonatorum berat lahir rendah, ketuban pe&ah dini, persalinan lama, tindakan esaria, umur ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari #$ tahun, riwayat ob kelainan letak !anin dan status - buruk. Menurut W/ , setiap tahunnya, kira%kira #1 (#, !uta) dari +20 !uta ba mengalami asfiksia, hampir + !uta bayi ini kemudian meninggal. "i 3ndonesia seluruh kematian bayi, sebanyak $41 meninggal pada masa neonatal (usia di b bulan). Setiap menit terdapat + neonatus yang meninggal. Penyebabkematian neonatal di 3ndonesia adalah berat bayi lahir rendah 251, asfiksia 241, tra tetanus neonatorum, infeksi lain, dan kealainan &ongenital. erbagai upaya y dan efektif untuk men&egah dan mengatasi penyebab utama kematian bayi baru meliputi pelayanan antenatal yang berkualitas, asuhan persalinan normal ata pelayanan asuhan neonatal oleh tenagaprofessional. 6ntuk menurunkan angka kematian bayi baru lahir karena asfiksia, persalinan harus dilakuka kesehatan yang memiliki kemampuan dan keterampilan mana!emen asfiksia pada baru lahir, kemampuan dan keterampilan ini harus digunakan setiap persalinan. leh karena itu, keterampilan dan kemampuan penanganan resusit neonatal sangat penting dimiliki oleh setiap tenaga professional yang terli penanganan bayi baru lahir. 2. Rumusan Masalah 1

description

Asuhan Neonatus

Transcript of Asfiksia Neonaturum

BAB IPENDAHULUAN1. Latar BelakangPelayanan kesehatan maternal dan neonatal merupakan salah satu unsur penentu status kesehatan neonatal. Pelayanan kesehatan neonatal dimulai sebelum bayi dilahirkan, melalui pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu hamil. Pertumbuhan dan perkembangan bayi periode neonatal merupakan periode yang paling kritis karena dapat menyebabkan kesakitan dan kematian bayi (Saifudin, 2002).Menurut Wibawa (2008), faktor yang berhubungan terjadinya asfiksia adalah faktor ibu dan faktor janin. Dimana faktor ibu meliputi usia ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, pre-eklamsi, ketuban pecah dini, dan partus lama. Faktor janin meliputi lilitan tali pusat, letak sungsang, dan BBLR. Sedangkan menurut Manuaba (2010), ada 8 faktor yang berpengaruh terhadap kejadian asfiksia neonatorum, yaitu berat lahir rendah, ketuban pecah dini, persalinan lama, tindakan persalinan seksio Cesaria, umur ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, riwayat obstetri jelek, kelainan letak janin dan status ANC buruk.Menurut WHO, setiap tahunnya, kira-kira 3% (3,6 juta) dari 120 juta bayi lahir mengalami asfiksia, hampir 1 juta bayi ini kemudian meninggal. Di Indonesia, dari seluruh kematian bayi, sebanyak 57% meninggal pada masa neonatal (usia di bawah 1 bulan). Setiap 6 menit terdapat 1 neonatus yang meninggal. Penyebab kematian neonatal di Indonesia adalah berat bayi lahir rendah 29%, asfiksia 27%, trauma lahir, tetanus neonatorum, infeksi lain, dan kealainan congenital. Berbagai upaya yang aman dan efektif untuk mencegah dan mengatasi penyebab utama kematian bayi baru lahir, meliputi pelayanan antenatal yang berkualitas, asuhan persalinan normal atau dasar, dan pelayanan asuhan neonatal oleh tenaga professional. Untuk menurunkan angka kematian bayi baru lahir karena asfiksia, persalinan harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kemampuan dan keterampilan manajemen asfiksia pada bayi baru lahir, kemampuan dan keterampilan ini harus digunakan setiap kali menolong persalinan. Oleh karena itu, keterampilan dan kemampuan penanganan resusitasi pada neonatal sangat penting dimiliki oleh setiap tenaga professional yang terlibat dalam penanganan bayi baru lahir.

2. Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang diatas, adapun masalah yang muncul adalah sebagai berikut:1. Bagaimana konsep dasar teori dari Asfiksia Neonatorum?2. Bagaimanakah tata laksana dari Asfiksia Neonatorum ?3. Bagaimanakah askeb Asfiksia Neonatorum ?

3. Tujuan Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah, untuk :1. Dapat memahami konsep dasar teori dari Asfiksia Neonatorum (pengertian,penyebab,tanda dan gejala,cara menilai serta cara mencegah asfiksia pada neonatus)2. Dapat mengetahui tata laksana dari Asfiksia Neonatorum3. Dapat memahami askeb Asfiksia Neonatorum

4. Manfaat1. Bagi MahasiswiDapat memahami dan menambah pengetahuannya mengenai penyulit yang sering terjadi pada bayi baru lahir yaitu asfiksia, diharapkan mahasiswi dapat menanganinya dalam lingkungan masyarakat. 2. Bagi PengajarDapat memberi masukan atau wawasan terbaru dan luas kepada mahsiswinya mengenai penyulit pada bayi baru lahir.3. Bagi Petugas KesehatanDapat melakukan proses persalinan dengan penuh hati-hati, yaitu untuk mengurangi asfiksia pada neonatus ketika bayi lahir.

BAB IITINJAUAN TEORI

A. Konsep Teori1. DefinisiAsfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara spontan dan teratur. Bayi dengan riwayat gawat janin sebelum lahir, umumnya akan mengalami asfiksia pada saat dilahirkan. Masalah ini erat hubungannya dengan gangguan kesehatan ibu hamil, kelainan tali pusat, atau masalah yang mempengaruhi kesejahteraan bayi selama atau sesudah persalinan (Asuhan Persalinan Normal, 2007).Asfiksia neonatorum ialah keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh hipoksia janin dalam uterus dan hipoksia ini berhubungan dengan faktor-faktor yang timbul dalam kehamilan, persalinan, atau segera setelah bayi lahir. Akibat-akibat asfiksia akan bertambah buruk apabila penanganan bayi tidak dilakukan secara sempurna. Tindakan yang akan dikerjakan pada bayi bertujuan mempertahankan kelangsungan hidupnya dan membatasi gejala-gejala lanjut yang mungkin timbul (Wiknjosastro, 2002).

2. Etiologi / Penyebab AsfiksiaBeberapa kondisi tertentu pada ibu hamil dapat menyebabkan gangguan sirkulasi darah uteroplasenter sehingga pasokan oksigen ke bayi menjadi berkurang. Hipoksia bayi di dalam rahim ditunjukkan dengan gawat janin yang dapat berlanjut menjadi asfiksia bayi baru lahir. Beberapa faktor tertentu diketahui dapat menjadi penyebab terjadinya asfiksia pada bayi baru lahir, diantaranya adalah faktor ibu, tali pusat clan bayi berikut ini (Manuaba, 2010) :a. Faktor ibu Preeklampsia dan eklampsia Pendarahan abnormal (plasenta previa atau solusio plasenta) Partus lama atau partus macet Demam selama persalinan Infeksi berat (malaria, sifilis, TBC, HIV) Kehamilan Lewat Waktu (sesudah 42 minggu kehamilan)b. Faktor Tali Pusat Lilitan tali pusat Tali pusat pendek Simpul tali pusat Prolapsus tali pusatc. Faktor Bayi Bayi prematur (sebelum 37 minggu kehamilan) Persalinan dengan tindakan (sungsang, bayi kembar, distosia bahu, ekstraksi vakum, ekstraksi forsep) Kelainan bawaan (kongenital) Air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan)Penolong persalinan harus mengetahui faktor-faktor resiko yang berpotensi untuk menimbulkan asfiksia. Apabila ditemukan adanya faktor risiko tersebut maka hal itu harus dibicarakan dengan ibu dan keluarganya tentang kemungkinan perlunya tindakan resusitasi. Akan tetapi, adakalanya faktor risiko menjadi sulit dikenali atau (sepengetahuan penolong) tidak dijumpai tetapi asfiksia tetap terjadi. Oleh karena itu, penolong harus selalu siap melakukan resusitasi bayi pada setiap pertolongan persalinan.3. Perubahan Patofiologis dan Gambaran KlinisPernafasan spontan BBL tergantung pada kondisi janin pada masa kehamilan dan persalinan. Bila terdapat gangguan pertukaran gas atau pengangkutan O2 selama kehamilan atau persalinan akan terjadi asfiksia yang lebih berat. Keadaan ini akan mempengaruhi fungsi sel tubuh dan bila tidak teratasi akan menyebabkan kematian asfiksia yang terjadi dimulai suatu periode apnu disertai dengan penurunan frekuensi. Pada penderita asfiksia berat, usaha bernafas tidak tampak dan bayi selanjutnya berada dalam periode apnue kedua. Pada tingkat ini terjadi bradikardi dan penurunan TD. Pada asfiksia terjadi pula gangguan metabolisme dan perubahan keseimbangan asam-basa pada tubuh bayi. Pada tingkat pertama hanya terjadi asidosis respioratorik. Bila berlanjut dalam tubuh bayi akan terjadi proses metabolisme an aerobic yang berupa glikolisis glikogen tubuh, sehingga glikogen tubuh terutama pada jantung dan hati akan berkurang. Pada tingkat selanjutnya akan terjadi perubahan kardiovaskular yang disebabkan oleh beberapa keadaan diantaranya :a. Hilangnya sumber glikogen dalam jantung akan mempengaruhi fungsi jantung.b. Terjadinya asidosis metabolik yang akan menimbulkan kelemahan otot jantungc. Pengisian udara alveolus yang kurang adekuat akan mengakibatkan tetap tingginya resistensi pembuluh darah paru sehingga sirkulasi darah ke paru dan ke sistem sirkulasi tubuh lain akan mengalami gangguan (Buku Ajar IKA ,2005).Gejala dan Tanda-tanda Asfiksia (Sarwono, 2002) :a. Tidak bernafas atau bernafas megap-megapb. Warna kulit kebiruanc. Kejangd. Penurunan kesadarane. DJJ lebih dari 16Ox/mnt/kurang dari lOOx/menit tidak teraturf. Mekonium dalam air ketuban pada janin letak kepala

4. DiagnosisAsfiksia yang terjadi pada bayi biasanya merupakan kelanjutan dari anoksia / hipoksia janin. Diagnosis anoksia / hipoksia janin dapat dibuat dalam persalinan dengan ditemukannya tanda-tanda gawat janin. Tiga hal yang perlu mendapat perhatian yaitu (Wiknjosastro, 2008) :a. Denyut jantung janinPeningkatan kecepatan denyut jantung umumnya tidak banyak artinya, akan tetapi apabila frekuensi turun sampai ke bawah 100 kali per menit di luar his, dan lebih-lebih jika tidak teratur, hal itu merupakan tanda bahaya b. Mekonium dalam air ketubanMekonium pada presentasi sungsang tidak ada artinya, akan tetapi pada presentasi kepala mungkin menunjukkan gangguan oksigenisasi dan harus diwaspadai. Adanya mekonium dalam air ketuban pada presentasi kepala dapat merupakan indikasi untuk mengakhiri persalinan bila hal itu dapat dilakukan dengan mudahc. Pemeriksaan pH darah janinDengan menggunakan amnioskop yang dimasukkan lewat serviks dibuat sayatan kecil pada kulit kepala janin, dan diambil contoh darah janin. Darah ini diperiksa pH-nya. Adanya asidosis menyebabkan turunnya pH. Apabila pH itu turun sampai di bawah 7,2 hal itu dianggap sebagai tanda bahaya gawat janin mungkin disertai asfiksia.5. Penilaian Asfiksia pada Bayi Baru LahirAspek yang sangat penting dari resusitasi bayi baru lahir adalah menilai bayi, menentukan tindakan yang akan dilakukan dan akhirnya melaksanakan tindakan resusitasi. Upaya resusitasi yang efesien clan efektif berlangsung melalui rangkaian tindakan yaitu menilai pengambilan keputusan dan tindakan lanjutan.Penilaian untuk melakukan resusitasi semata-mata ditentukan oleh tiga tanda penting, yaitu (Winkjosastro,G. 2008) :a. Penafasanb. Denyut jantungc. Warna kulitNilai apgar tidak dipakai untuk menentukan kapan memulai resusitasi atau membuat keputusan mengenai jalannya resusitasi. Apabila penilaian pernafasan menunjukkan bahwa bayi tidak bernafas atau pernafasan tidak kuat, harus segera ditentukan dasar pengambilan kesimpulan untuk tindakan vertilasi dengan tekanan positif (VTP).Skor012

A : Apperance (Warna Kulit)Biru SeluruhEkstremitas KebiruanMerah Seluruh

P : Pulse (Denyut Nadi)Tidak ada< 100>100

G : Grimace (Reflek)Tidak Ada ResponReflekMenangis

A : Activity (Tonus Otot)LemahSedikit ReflekGerak Aktif

R : Respiration (pernafasan)Tidak adaMegap-Megap,MerintihMenangis Kuat

Klasifikasi Asfiksia menurut Winjaksastro terbagi tiga :a. Bayi Normal atau tidak asfiksia : Skor APGAR 8-10. Bayi normal tidak memerlukan resusitasi dan pemberian oksigen secara terkendali.b. Asfiksia Ringan : Skor APGAR 5-7. Bayi dianggap sehat, dan tidak memerlukan tindakan istimewa tidak memerlukan pemberian oksigen dan tindakan resusitasic. Asfiksia Sedang : Skor APGAR 3-4. Pada pemeriksaan fisik akan terlihat frekuensi jantung lebih dari 100/menit, tonus otot kurang baik atau baik, sianosis, reflek iritabilitas tidak ada dan memerlukan tindakan resusitasi serta pemberian oksigen sampai bayi dapat bernafas normal d. Asfisia Berat : Skor APGAR 0-3. Memerlukan resusitasi segera secara aktif, dan pemberian oksigen terkendali, karena selalu disertai asidosis, maka perlu diberikan natrikus dikalbonas 7,5% dengan dosis 2,4 ml/kg berat badan , dan cairan glukosa 40% 1-2ml/kg berat badan, diberikan via vena umbilika . Pada pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi jantung kurang dari 100/menit, tonus otot buruk, sianosis berat, dan kadang-kadang pucat, reflek iritabilitas tidak ada. KarakteristikKelompokAsidosis BeratKelompokAsidosis Ringan

Berat Lahir (gram)2.898 365,63.032 354,5

Jenis Kelamin BayiLaki-LakiPerempuan14 (44)

18 (56)15 (48)16 (52)

Analisa Gas DarahpHpO2pCO2Base Excess7,09 0,1177,22 77,1426,84 9,73- 14,96 4,397,24 0,4181,94 70,6124,68 6,38- 12,74 3,52

Kadar Ureum Hari ke 4 (mg/dL)26,6911,8

27,06 12,9

Kadar Kreatini Hari ke 4 (mg/dL)1,090,50,89 0,5

6. Persiapan Alat ResusitasiSebelum menolong persalinan, selain persalinan, siapkan juga alat-alat resusitasi dalam keadaan siap pakai, yaitu :a. 2 helai kain / handuk.b. Bahan ganjal bahu bayi. Bahan ganjal dapat berupa kain, kaos, selendang, handuk kecil, digulung setinggi 5 cm dan mudah disesuaikan untuk mengatur posisi kepala bayi.c. Alat penghisap lendir de lee atau bola karet.d. Tabung dan sungkup atau balon dan sungkup neonatal.e. Kotak alat resusitasi.f. Jam atau pencatat waktu.

7. Penanganan Asfiksia pada Bayi Baru LahirTindakan resusitasi bayi baru lahir mengikuti tahapan-tahapan yang dikenal sebagai ABC resusitasi, yaitu :a. Memastikan saluran terbuka Meletakkan bayi dalam posisi kepala defleksi bahu diganjal 2-3 cm. Menghisap mulut, hidung dan kadang trachea. Bila perlu masukkan pipa endo trachel (pipa ET) untuk memastikan saluran pernafasan terbuka.b. Memulai pernafasan Memakai rangsangan taksil untuk memulai pernafasan Memakai VTP bila perlu seperti : sungkup dan balon pipa ET dan balon atau mulut ke mulut (hindari paparan infeksi).c. Mempertahankan sirkulasi Rangsangan dan pertahankan sirkulasi darah dengan cara Kompresi dada. Pengobatan

8. Persiapan resusitasiAgar tindakan untuk resusitasi dapat dilaksanakan dengan cepat dan efektif, kedua faktor utama yang perlu dilakukan adalah :a. Mengantisipasi kebutuhan akan resusitasi lahirannya bayi dengan depresi dapat terjadi tanpa diduga, tetapi tidak jarang kelahiran bayi dengan depresi atau asfiksia dapat diantisipasi dengan meninjau riwayat antepartum dan intrapartumb. Mempersiapkan alat dan tenaga kesehatan yang siap dan terampil. Persiapan minumum antara lain :

Alat pemanas siap pakai

Alat penghisap Balon Penghisap Alat Penghisap De Lee Alat sungkup dan balon resusitasi

Oksigen

Alat intubasi

Obat-obatanPrinsip-prinsip resusitasi yang efektif :a. Tenaga kesehatan yang slap pakai dan terlatih dalam resusitasi neonatal harus rnerupakan tim yang hadir pada setiap persalinan.b. Tenaga kesehatan di kamar bersalin tidak hanya harus mengetahui apa yang harus dilakukan, tetapi juga harus melakukannya dengan efektif dan efesienc. Tenaga kesehatan yang terlibat dalam resusitasi bayi harus bekerjasama sebagai suatu tim yang terkoordinasi.d. Prosedur resusitasi harus dilaksanakan dengan segera dan tiap tahapan berikutnya ditentukan khusus atas dasar kebutuhan dan reaksi dari pasiene. Segera seorang bayi memerlukan alat-alat dan resusitasi harus tersedia clan siap pakai.

9. Langkah-Langkah ResusitasiMenurut Sarwono (2002), Resusitasi neonatus merupakan suatu prosedur yang diaplikasikan untuk neonatus yang gagal bernafas secara spontan.a. Letakkan bayi di lingkungan yang hangat kemudian keringkan tubuh bayi dan selimuti tubuh bayi untuk mengurangi evaporasi.b. Sisihkan kain yang basah kemudian tidurkan bayi terlentang pada alas yang datar.c. Ganjal bahu dengan kain setinggi 1 cm (snifing positor).d. Hisap lendir dengan penghisap lendir de lee dari mulut, apabila mulut sudah bersih kemudian lanjutkan ke hidung.e. Lakukan rangsangan taktil dengan cara menyentil telapak kaki bayi dan mengusap-usap punggung bayi.f. Nilai pernafasan.Jika nafas spontan lakukan penilaian denyut jantung selama 6 detik, hasil kalikan 10. Denyut jantung > 100 x / menit, nilai warna kulit jika merah / sinosis penfer lakukan observasi, apabila biru beri oksigen. Denyut jantung < 100 x / menit, lakukan ventilasi tekanan positif. Jika pernapasan sulit (megap-megap) lakukan ventilasi tekanan positif. Ventilasi tekanan positif / PPV dengan memberikan O2 100 % melalui ambubag atau masker, masker harus menutupi hidung dan mulut tetapi tidak menutupi mata, jika tidak ada ambubag beri bantuan dari mulur ke mulut, kecepatan PPV 40 60 x / menit. Setelah 30 detik lakukan penilaian denyut jantung selama 6 detik, hasil kalikan 10. g. Lakukan penilaian denyut jantung setiap 30 detik setelah kompresi dadah. Denyut jantung 80 x /menit kompresi jantung dihentikan, lakukan PPV sampai denyut jantung > 100 x / menit dan bayi dapat nafas spontani. Jika denyut jantung 0 atau < 10 x / menit, lakukan pemberian obat epineprin 1 : 10.000 dosis 0,2 0,3 mL / kg BB secara IVj. Lakukan penilaian denyut jantung janin, jika > 100 x / menit hentikan obatk. Jika denyut jantung < 80 x / menit ulangi pemberian epineprin sesuai dosis diatas tiap 3 5 menit.l. Lakukan penilaian denyut jantung, jika denyut jantung tetap / tidak rewspon terhadap di atas dan tanpa ada hiporolemi beri bikarbonat dengan dosis 2 MEQ/kg BB secara IV selama 2 menit. (Wiknjosastro, 2007)

BAB IIITINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR PADA BAYI NY. K UMUR 0 MENIT DENGAN ASFIKSIA SEDANGDI RSUD

Tanggal Masuk / Jam: 16 Juli 2011/ 14.45 WIBTanggal Pengkajian / Jam: 16 Juli 2014/14.45 WIB

I. PENGKAJIANTanggal Pengkajian / Jam: 16 Juli 2014/14.45 WIBA. Data Subyektif1. Biodata Biodata BayiNama bayi: By Ny.K Umur bayi: 0 menitTanggal/jam lahir: 16 Juli 2014 / 14.45 WIBJenis kelamin: Laki-lakiNo Status Register: 007296 Biodata OrangtuaNama ibu : Ny.K Nama bapak : Tn.TUmur : 35 tahun Umur : 34 tahunSuku/bangsa : Jawa / Indonesia Suku/bangsa : Jawa / IndonesiaAgama : Islam Agama : IslamPekerjaan : IRTPekerjaan : SwastaPendidikan : SMP Pendidikan : SMAAlamat : Pucang Sawit, RT 4 / RW 8,Surakarta

2. Riwayat penyakit kehamilanPerdarahan : Tidak adaPre-eklampsia : Tidak adaEklampsia : Tidak adaPenyakit kelamin : Tidak ada

3. Riwayat kehamilanP4A0, umur kehamilan 40 mingguANC: 9 x, di PuskesmasTT: 2 xKenaikan BB: 10 kg

4. Riwayat Persalinan Kala I : 9 jam Kala II : 10 menit, mulai jam 14.35 WIBDJJ: (+) 144 kali / menitWarna air ketuban: JernihCaput: Tidak adaCephal hematoma: Tidak adaAnak lahir seluruhnya jam: 14.45 WIBJenis persalinan: Vakum Ekstraksi

5. NutrisiBayi belum mendapat nutrisi

6. EliminasiBAK: Bayi belum BAKBAB: Bayi belum BAB

7. Istirahat/tidurBayi belum istirahat/tidur

B. Data Obyektif1. Pemeriksaan AwalTangisan: Bayi tidak menangisWarna Kulit: Biru pada ekstermitasGerakan: SedikitKesimpulan: Bayi lemah

2. Pemeriksaan UmumKU: LemahKesadaran: Composmentis

II. INTERPRETASI DATATanggal Pengkajian / Jam: 16 Juli 2014/14.45 WIBA. Diagnosa KebidananBayi Ny.K umur 0 menit dengan asfiksia sedangDS : Bayi lahir spontan, tidak menangis, jenis kelamin laki-lakiDO : Keadaan umum lemah, biru pada ekstermitas, bayi tidak bernafas spontan/menangis

B. MasalahBayi mengalami kesulitan bernafas

C. KebutuhanPembebasan jalan nafasIII. DIAGNOSA POTENSIALPotensial terjadi asfiksia berat

IV. ANTISIPASI TINDAKAN SEGERAResusitasi pada bayi baru lahir

V. PERENCANAAN TINDAKANTanggal Pengkajian / Jam: 16 Juli 2014/14.45 WIB1. Bersihkan muka dan hidung bayi serta mulut dari lendir atau air ketuban2. Lakukan resusitasi pada bayi baru lahir3. Lakukan pemotongan tali pusat4. Jaga kehangatan bayi5. Informasikan keadaan bayi pada ibu

VI. PELAKSANAANTanggal Pengkajian / Jam: 16 Juli 2014/14.45 WIB1. Membersihkan muka, hidung dan mulut bayi dari lendir dan air ketuban2. Melakukan resusitasi pada bayi baru lahirLangkah-langkah resusitasi :a. Gosok punggung bayi, hal ini akan merangsang bayi untuk menangis. Melihat respon bayi (bayi belum menangis).b. Lakukan rangsangan taktil dengan menyentil telapak kaki bayi. Melihat respon bayi (bayi menangis lambat, tidak teratur)c. Lakukan kompresi dada untuk membantu denyut jantung dan nafas bayi, dilakukan dengan cara : kedua ibu jari digunakan untuk menekan sternum, sementara jari-jari lain mengelilingi dada; atau jari tengah dan telunjuk dari satu tangan dapat digunakan untuk kompresi, sementara tangan lain menahan punggung bayi. Sternum di kompresi sedalam tebal antero posterior dada. Melihat respon bayi (bayi menangis keras).d. Melakukan pemotongan tali pusat. Tali pusat di klem menggunakan umbilical klem, dorong isi tali pusat ke arah plasenta 3 cm, klem menggunakan klem tali pusat, potong tali pusat menggunakan gunting tali pusat. Tutup tali pusat menggunakan kassa steril.e. Menjaga kehangatan bayi dengan membungkus bayi menggunakan kain yang keringf. Menginformasikan keadaan bayi kepada ibu bahwa bayi mengalami kesulitan bernafas atau asfiksia sedang dan setelah di tolong, bayi dapat menangis spontan.

VII. EVALUASITanggal Pengkajian / Jam: 16 Juli 2014/14.45 WIB1. Muka, hidung dan mulut bayi sudah dibersihkan2. Resusitasi pada bayi baru lahir sudah dilakukan dengan hasil, bayi baru dapat menangis keras setelah dilakukan resusitasi.3. Tali pusat sudah dipotong4. Kehangatan bayi terjagadengan menyelimuti bayi menggunakan kain kering5. Ibu sudah mengetahui keadaan setelah mengalami asfiksia, kini keadaan bayi baik-baik saja.

DATA PERKEMBANGAN I

Tanggal / Jam: 16 Juli 2014/15.00 WIBS: Tidak adaO: Pemeriksaan umum: Keadaan Umum: Baik Kesadaran: Composmentis Nadi: 136 kali / menit Respirasi: 52 kali / menit Suhu: 36,8CPemeriksaan Fisik: APGAR ScoreAPGAR SCORE0121510

A : ApperanceWarna kulitBiru/pucatTubuh merah, ekstermitas biruKemerahan122

P : PulseDenyut jantungTidak ada< 100>100122

G : GrimacePeka rangsangTidak adaMeringisMenangis111

A : ActivtyTonus ototLemahSedangGerak aktif112

R : RespirationUsaha nafasTidak adaTidak teraturbaik122

TOTAL589

A: Bayi Ny.K umur 15 menit normalP :1. Jaga Kehangatan bayi, menjaga kehangatan bayi, bayi telah mendapat kehangatan yang cukup dengan indicator suhu bayi : 36,8C2. Lakukan pemeriksaan fisik pada bayi, melakukan pemeriksaan fisik pada bayi a. KepalaBentuk kepala: Mesocephal, UUB lunak,datar, berdenyutMuka: Tidak pucat, tidak odem, simetrisMata: Simetris, conjungtiva : merah, sclera : putihHidung: Bersih, tidak ada secretTelinga: Simetris, bersih, tidak ada serumenMulut: Simetris, tidak ada kelainanLeher: Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan limfeb. DadaBentuk: Simetris, tidak ada retraksi dinding dadaPutting: Ada, simetris, masih tenggelamBunyi nafas: Tidak ada wheezing, ronchi sedikit terdengarJantung: Bunyi normal, denyut teraturc. AbdomenTidak ada pembesaran lien dan hatid. GenetaliaTestis sudah masuk scrotum, penis berlubang, ujung muara uretra berada di ujung penis, tidak ada kelainan.e. Anus: Berlubangf. Ekstermitas Tangan, lengan dan bahuGerakan: AktifKelainan: Tidak adaJumlah jari: Lengkap (kanan 5, kiri 5) Tungkai dan kakiGerakan : AktifKelainan: Tidak adag. Pemeriksaan fisik sudah dilakukan

3. Lakukan pemeriksaan antropometri pada bayi, melakukan antropometri pada bayi :a.BB : 2700 grb.PB : 46 cmc.LK : 34 cmd. LD : 33 cm

4. Amati reflek pada bayi, mengamati reflek pada bayia. Reflek Blinking: (+) menutup kedua matanya begitu terkena kilatan cahaya/bila terkena hembusan udarab. Reflek Moro: (+) tangan bayi membentuk huruf C seperti memeluk saat dikagetkanc. Reflek Rooting: (+) bayi menoleh kearah benda yang menyentuh pipinyad. Reflek Grasping: (+) tangan menggenggam ketika sesuatu menyentuh telapak tangannya5. Berikan obat tetes mata pada bayi, memberikan obat tetes mata berupa cloramfenicol masing-masing 1 tetes, obat tetes mata sudah diberikan.6. Berikan injeksi vit K pada bayi, memberikan injeksi vit K dengan dosis 1 mg secara IM pada paha atas bagian luar, injeksi vit K sudah diberikan.7. Observasi KU, TTV, BAB, dan BAK bayi setiap 8 jam, mengobservasi KU, TTV, BAB, BAK bayi setiap 8 jam.Tanggal/jamKUTTVBABBAK

16 Juli 201118.00 WIBBaikN :136 x/mR: 50 x/mS : 37C(+) meconium(+)

8. Mandikan bayi setelah 6 jam, memandikan bayi stelah 6 jam. Bayi belum dimandikan.

DATA PERKEMBANGAN II

Tanggal / Jam: 17 Juli 2014 / 06.00 WIBS: 1. Ibu mengatakan bayi sudah menyusu kuat2. Ibu mengatakan bayi sudah BAB dan BAKO: Keadaan Umum: Baik Kesadaran: Composmentis Nadi: 136 kali / menit Respirasi: 4o kali / menit Suhu: 36,7CA: Bayi Ny.K umur 1 hari normalP :1. Jaga kebersihan bayi, menjaga kebersihan bayi dengan memandikan bayi 2x/hari, bayi sudah dimandikan pukul 06.00 wib.2. Lakukan perawatan tali pusat, melakukan perawatan tali pusat yaitu dengan mengganti pembungkus tali pusat menggunakan kassa steril minimal 2x/hari tanpa memberikan obat apapun ( misalnya betadine atau alcohol) dan menjaga tali pusat agar tetap kering. Perawatan tali pusat sudah dilakukan.3. Beritahu ibu tanda bahaya pada bayi baru lahir, memberitahu ibu tanda bahaya pada bayi baru lahir yaitu keluar darah dari tali pusat, tali pusat mengeluarkan nanah dan berbau busuk, bayi demam tinggi, kulit tubuh bayi kuning, bayi tidak mau menyusu dan rewel. Ibu sudah mengerti tanda bahaya bayi baru lahir.4. Jaga kehangatan bayi, menjaga kehangatan bayi dengan cara memakaikan pakaian kering dan bersih pada bayi serta menggedong bayi. Kehangatan bayi sudah terjaga, bayi sudah digedong.5. Beritahu ibu untuk mengimunisasikan bayinya (HBo), memberitahu ibu untuk mengimunisasikan bayinya (HBo). Ibu bersedia mengimunisasikan bayinya, bayi sudah di imunisasi HBo pukul 08.30 WIB6. Anjurkan ibu menyusui secara tidak terjadwal sesering mungkin (on demand) untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bayinya, menganjurkan ibu menyusui bayinya secara tidak terjadwal sesering mungkin (on demand) untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bayinya. Ibu bersedia menyusui bayinya secara tidak terjadwal sesering mungkin untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bayinya. Bayi sudah disusui, kebutuhan nutrisi bayi terpenuhi.7. Observasi KU, TTV, BAB, BAK bayi setiap 8 jam, mengobservasi KU, TTV, BAB, BAK bayi setiap 8 jam.Tanggal / JamKUTTVBABBAK

17 Juli 201106.00 WIBBaikN : 136x/mR : 40x/mS : 36,7C(+)meco(+)

12.00 WIBBaikN : 140x/mR : 48x/mS : 36,8C(+)meco(+)

18.00 WIBBaikN : 140x/mR : 40x/mS : 36,7C(+)meco(+)

DATA PERKEMBANGAN III

Tanggal / Jam: 18 Juli 2014 / 06.00 WIBS : 1. Ibu mengatakan bayi mau menyusu2. Ibu mengatakan bayi sudah BAB dan BAKO: Keadaan Umum: Baik Kesadaraan: Composmentis Nadi: 140 kali / menit Pernapasan: 40 kali / menit Suhu: 36,6CA: Bayi Ny.K umur 2 hari normalP:1. Mandikan bayi, memandikan bayi, bayi sudah dimandikan.2. Ajari ibu cara merawat tali pusat bayi, mengajari ibu cara merawat tali pusat bayi yaitu, dengan memngganti pembungkus tali pusat menggunakan kassa steril minimal 2x/hari tanpa membubuhi obat misalnya betadine atau alcohol. Ibu sudah mengerti cara merawat tali pusat.3. Anjurkan ibu untuk selalu menjaga kehangatan bayi, menganjurkan ibu untuk selalu menjaga kehangatan bayi. Ibu bersedia untuk selalu menjaga kehangatan bayi.4. Anjurkan ibu menyusui dengan ASI Eksklusif, menganjurkan ibu menyusui dengan ASI Eksklusif yaitu, memberikan makanan berupa ASI saja pada bayi tanpa makanan pendamping apapun selama 6 bulan dan pemberian ASI diteruskan sampai usia bayi 2 tahun. Ibu bersedia menyusui dengan ASI Eksklusif.5. Anjurkan ibu untuk meneruskan jadwal imunisasi bayi selanjutnya di tempat pelayanan kesehatan terdekat dan mengimunisasikan bayinya dengan lengkap. Menganjurkan ibu untuk meneruskan jadwal imunisasi bayi selanjutnya di tempat pelayanan kesehatan terdekat dan mengimunisasikan bayinya dengan lengkap. Ibu bersedia meneruskan jadwal imunisasi dan mengimunisasikan bayinya secara lengkap.6. Anjurkan ibu kunjungan ulang untuk control bayi 1 minggu lagi setelah pulang. Menganjurkan ibu kunjungan ulang untuk control bayi 1 minggu lagi setelah pulang. Ibu bersedia melakukan kunjungan ulang untuk control bayi 1 minggu lagi setelah pulang.7. Setelah menyelesaikan administrasi, ibu dan bayi pulang pada tanggal 18 juli 2014 jam 14.30 WIB.

BAB IIIPENUTUPA. KesimpulanAsfiksia Neonatorum adalah suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir, sehingga dapat menurunkan O2 dan mungkin meningkatkan C02 yang menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan lebih lanjut.Tindakan untuk mengatasi asfiksia neonatorum disebut resusitasi bayi baru lahir yang bertujuan untuk mempertahankan kelangsungan hidup bayi dan membatasi gejala sisa yang mungkin muncul.

B. SaranSetelah pembaca mengetahui apa pengertian dan etiologi dari asfiksia neonatorum, diharapkan pembaca bisa mengantisipasi terhadap terjadinya asfiksia neonatorum dan dapat melakukan pencegahan serta memahami tindakan pengobatan yang dapat dilakukan pada bayi dengan asfiksia neonatorum.

LAMPIRAN

1. Bagaimana cara pencegahan asfiksia pada BBL ? ( Fevi Sebta Anjelia )Jawab :Asfiksia pada BBL dapat dicegah dengan cara : Pemeriksaan antenatal yang dilakukan minimal 4 kali selama kehamilan jika ibu memiliki faktor resiko yang memungkinkan bayi lahir dengan asfiksia. Dapat diberikan terapi bila bayi beresiko lahir prematur yang kurang dari 34 minggu untuk membantu maturasi paru - paru bayi dan mengurangi komplikasi sindroma distress pernapasan. Pada saat persalnan dapat digunakan partograph yang dapat membantu mendeteksi dini kemungkinan diperlukannya resusitasi neonatus.

2. Apakah ada terapi yang dapat diberikan untuk bayi dengan asfiksia ? ( Silvia Wenny )Jawab : Terapi Suportif diberikan dalam bentuk cairan infuse dextrose 5 - 10 % untuk mencegah hipoglikemi , cairan elektrolit , dan pemberian oksigen yang adekuat. Terapi Medikamentosa dimaksudkan untuk mencegah terjadinya edema cerebri dengan pemberian kortikosteroid ( masih kontroversi ) dan phenobarbital untuk melokalisir perdarahan dan mengurangi metabolisme serebral.

3. Bagaimana cara mengidentifikasi gawat janin dan penanganannya ? ( Yesenia Putri )Jawab :Cara mengidentifikasi gawat janin dalam persalinan yaitu dengan cara : Periksa frekuensi bunyi detak jantung janin setiap 30 menit pada kala I dan setiap 15 menit sesudah pembukaan lengkap Periksa ada/tidaknya air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan)

Cara menangani gawat janin dalam persalinan yaitu dengan cara : Tingkatkan O2pada janin sebagai berikut : Mintalah ibu merubah posisi tidurnya Berikan cairan kepada ibu secara oral/intra vena Berikan O2(Bila tersedia) Periksa kembali DJJ setelah 10-15 menit Jika frekuensi bunyi jantung masih tidak normal : RUJUK Bila rujuk tidak memungkinkan, siaplah untuk menolong BBL dengan asfiksia

4. Berdasarkan kasus anda tadi, faktor penyebab apa yang mengakibatkan bayi tersebut mengalami asfiksia ? ( Adetya Sepriani )Jawab :Faktor yang menyebabkan bayi tersebut asfiksia berasal dari faktor bay yaitu persalinan dengan bantuan yaitu berupa Vakum Ekstraksi.

5. Bagaimana cara penanganan asfiksia berat ? ( Dian Anggraini )Jawab :Pada kasus, diagnosa potensialnya yaitu potensial terjadi asfiksia berat, maksudnya yaitu menghindari terjadinya asfiksia berat. Potensial disini dimaksudkan sebagai masalah yang kemungkinan terjadi jika penanganan tidak teraatasi. Pada kasus, masalah yang sedang terjadi yaitu Asfiksia Sedang. Lalu, jika terjadi asfiksia berat dengan APGAR Score 0-3 harus segera ditangani yaitu dengan pemberian Oksigen, resusitasi, dan perlu diberikan natrikus dikalbonas 7,5 % dengan dosis 2,4 ml/kg berat badan, dan cairan glukosa 40 % 1-2 ml/kg berat badan, di berikan via vena umbilika.

6. Mengapa bidan harus selalu siap dalam menangani asfiksia ? ( Resi Novita Sari )Jawab :Penolong persalinan/Bidan mengetahui bahwa setiap persalinan memiliki beberapa faktor. Dalam tindakan resusitasi, bidan mengetahui bahwa ada 3 faktor memerlukan resusitasi, yaitu :1. Faktor Ibu Pre eklampsia dan eklampsia Perdarahan abnormal (Placenta atau solusio plasenta) Partus lama atau partus macet Demam selama persalinan Infeksi berat (malaria, sifilis, TB, HIV) Kehamilan lewat waktu2. Faktor Tali Pusat Lilitan tali pusat Tali pusat pendek Simpul tali pusat Prolapsus tali pusat3. Faktor Bayi Bayi prematur (sebelum 37 minggu kehamilan) Persalinan dengan tindakan (sungsang, bayi kembar, distosia bahu, ekstraksi vakum, ekstraksi forsep) Kelainan bawaan (Kongenital) Air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan)Apabila di temukan adanya faktor resiko tersebut, maka hal itu harus dibicarakan dengan ibu dan keluarganya tentang kemungkinan perlunya tindakan resusitasi. Maka dari itu, setiap penolong persalinan/ Bidan harus selalu siap dalam melakukan tindakan resusitasi pada pertolongan persalinan, karena ada kalanya faktor resiko menjadi sulit diketahui tanpa sepengetahuan penolong.

Keterangan : Moderator: Fadhillah YusnitaObserver: Fevi Sebta Anjelia

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2005. Asfiksia Pada Bayi. Diakses 05 Juli 2014 http://www.Google.comManuaba, Ida Bagus Gde. 2010. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan Kedokteran. EGC:JakartaPurwadianto. A. 2000. Kedaruratan Medik. Bina Rupa Aksara:JakartaSaifudin,A.B. 2002. Buku Acuan Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo:JakartaSarwono. 2002. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo: JakartaWinkjosastro,G. 2008. Asuhan Persalinan Normal. Bakti Husada:JakartaWong. L Donna. 2004. Keperawatan Pediatrik. Edisi 1. Kedokteran. Jakarta:EGC.

23