Apendisitis Akut

51
Apendisitis Akut Apendisitis (radang usus buntu) adalah peradangan pada apendiks vermiformis (umbai cacing/ usus buntu). Umumnya apendisitis disebabkan oleh infeksi bakteri, namun faktor pencetusnya ada beberapa kemungkinan yang sampai sekarang belum dapat diketahui secara pasti. Di antaranya faktor penyumbatan (obstruksi) pada lapisan saluran (lumen) apendiks oleh timbunan tinja/feces yang keras (fekalit), hiperplasia (pembesaran) jaringan limfoid, penyakit cacing, parasit, benda asing dalam tubuh, kanker dan pelisutan. Faktor kebiasaan makan makanan rendah serat dan konstipasi /susah buang air besar (BAB) menunjukkan peran terhadap timbulnya apendisitis. Konstipasi akan meningkatkan tekanan lumen usus yang berakibat sumbatan fungsional apendiks dan meningkatnya pertumbuhan flora normal usus. Tipe apendisitis: 1. Apendisitis akut (mendadak). Gejala apendisitis akut adalah demam, mual-muntah, penurunan nafsu makan, nyeri sekitar pusar yang kemudian terlokalisasi di perut kanan bawah, nyeri bertambah untuk berjalan, namun tidak semua orang akan menunjukkan gejala seperti ini, bisa juga hanya bersifat meriang, atau mual-muntah saja. 2. Apendisitis kronik. Gejala apendisitis kronis sedikit mirip dengan sakit asam lambung dimana terjadi nyeri samar (tumpul) di daerah sekitar pusar dan terkadang demam yang hilang timbul. Seringkali disertai

Transcript of Apendisitis Akut

Page 1: Apendisitis Akut

Apendisitis Akut

Apendisitis (radang usus buntu) adalah peradangan pada apendiks vermiformis (umbai cacing/ usus buntu).

Umumnya apendisitis disebabkan oleh infeksi bakteri, namun faktor pencetusnya ada beberapa kemungkinan yang sampai sekarang belum dapat diketahui secara pasti. Di antaranya faktor penyumbatan (obstruksi) pada lapisan saluran (lumen) apendiks oleh timbunan tinja/feces yang keras (fekalit), hiperplasia (pembesaran) jaringan limfoid, penyakit cacing, parasit, benda asing dalam tubuh, kanker dan pelisutan.

Faktor kebiasaan makan makanan rendah serat dan konstipasi /susah buang air besar (BAB) menunjukkan peran terhadap timbulnya apendisitis. Konstipasi akan meningkatkan tekanan lumen usus yang berakibat sumbatan fungsional apendiks dan meningkatnya pertumbuhan flora normal usus.

Tipe apendisitis:

1.  Apendisitis  akut (mendadak).Gejala apendisitis akut adalah  demam, mual-muntah, penurunan nafsu makan, nyeri sekitar pusar yang kemudian terlokalisasi di perut kanan bawah, nyeri bertambah untuk berjalan, namun tidak semua orang akan menunjukkan gejala seperti ini, bisa juga hanya bersifat meriang, atau mual-muntah saja.

2.  Apendisitis kronik.Gejala apendisitis kronis  sedikit mirip dengan sakit asam lambung dimana terjadi nyeri samar (tumpul) di daerah sekitar pusar dan terkadang demam yang hilang timbul. Seringkali disertai dengan rasa mual, bahkan kadang muntah, kemudian nyeri itu akan berpindah ke perut kanan bawah dengan tanda-tanda yang khas pada apendisitis akut.

Penyebaran rasa nyeri akan bergantung pada arah posisi/letak apendiks itu sendiri terhadap usus besar, Apabila ujung apendiks menyentuh saluran kemih, nyerinya akan sama dengan sensasi nyeri kolik saluran kemih, dan mungkin ada gangguan berkemih. Bila posisi apendiks ke belakang, rasa nyeri muncul pada pemeriksaan tusuk dubur atau tusuk vagina. Pada posisi usus buntu yang lain, rasa nyeri mungkin tidak spesifik.

Perjalanan penyakit apendisitis:

Page 2: Apendisitis Akut

 

Apendisitis akut fokal (peradangan lokal)

Apendisitis supuratif (pembentukan nanah)

Apendisitis Gangrenosa (kematian jaringan apendiks)

Perforasi (bocornya dinding apendiks )

Peritonitis (peradangan lapisan rongga perut); sangat berbahaya, dan mengancam jiwa

Ada beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan oleh Tim Kesehatan untuk menentukan dan mendiagnosis adanya Apendisitis, diantaranya adalah pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan radiologi :

1.  Pemeriksaan fisik.Pada apendisitis akut, dengan pengamatan akan tampak adanya pembengkakan (swelling) rongga perut dimana dinding perut tampak mengencang (distensi). Pada perabaan (palpasi) didaerah perut kanan bawah, seringkali bila ditekan akan terasa nyeri dan bila tekanan dilepas juga akan terasa nyeri (Blumberg sign) Dengan tindakan tungkai kanan dan paha ditekuk kuat / tungkai di angkat tinggi-tinggi, maka rasa nyeri di perut semakin parah. Kecurigaan adanya peradangan apendiks semakin bertambah bila pemeriksaan dubur dan atau vagina menimbulkan rasa nyeri juga. Suhu dubur yang lebih tinggi dari suhu ketiak, lebih menunjang lagi adanya radang usus buntu.

2.  Pemeriksaan Laboratorium.Pada pemeriksaan laboratorium darah, yang dapat ditemukan adalah kenaikan dari sel darah putih (leukosit) .

3.  Pemeriksaan radiologi.Foto polos perut dapat memperlihatkan adanya fekalit. Namun pemeriksaan ini jarang membantu dalam menegakkan diagnosis apendisitis. Ultrasonografi (USG) cukup membantu dalam penegakkan diagnosis apendisitis (71 ?97 %), terutama untuk wanita hamil dan anak-anak. Tingkat keakuratan yang paling tinggi adalah dengan pemeriksaan CT scan (93-98 %). Dengan CT scan dapat terlihat jelas gambaran apendiks.

Page 3: Apendisitis Akut

Bila diagnosis sudah pasti, maka penatalaksanaan standar untuk penyakit apendisitis (radang usus buntu)adalah operasi. Pada kondisi dini apabila sudah dapat langsung terdiagnosis kemungkinan pemberian antibiotika dapat saja dilakukan, namun demikian tingkat kekambuhannya mencapai 35%.

Pembedahan dapat dilakukan secara terbuka atau semi-tertutup (laparoskopi). Setelah dilakukan pembedahan, harus diberikan antibiotika selama 7 -10 hari. Selanjutnya adalah perawatan luka operasi yang harus terhindar dari kemungkinan infeksi sekunder dari alat yang terkontaminasi dll.

Kamus

Nyeri Kolik : Nyeri perut akut, khas ditandai dengan nyeri organ dalam tidak terus menerus dengan fluktuasi sesuai gerakan otot polos. Biasanya khas nyeri pada organ berongga/ mempunyai saluran.

Page 4: Apendisitis Akut

CA RECTI

TINJAUAN TEORITISA. DEFINISICa. Recti adalah keganasan jaringan epitel pada daerah rektum.Kanker colorectal berasal dari jaringan kolon (bagian terpanjang di usus besar) atau jaringan rektum (beberapa inci terakhir di usus besar sebelum anus). Sebagian besar kanker colorectal adalah adenocarcinoma (kanker yang dimulai di sel-sel yang membuat serta melepaskan lendir dan cairan lainnya).( Parkwaycancercentre.com )B. ETIOLOGIPenyebab nyata dari kanker kolon dan rektal tidak diketahui, tetapi faktor risiko telah teridentifikasi termasuk riwayat kanker kolon atau polip pada keluarga, riwayat penyakit usus inflamasi kronis dan diet tinggi lemak protein dan daging serta rendah serat.( Brunner & Suddarth,buku ajar keperawatan medikal bedah,hal. 1123 ).• Polip di usus (Colorectal polyps): Polip adalah pertumbuhan pada dinding dalam kolon atau rektum, dan sering terjadi pada orang berusia 50 tahun ke atas. Sebagian besar polip bersifat jinak (bukan kanker), tapi beberapa polip (adenoma) dapat menjadi kanker.

• Colitis Ulcerativa atau penyakit Crohn: Orang dengan kondisi yang menyebabkan peradangan pada kolon (misalnya colitis ulcerativa atau penyakit Crohn) selama bertahun-tahun memiliki risiko yang lebih besar

• Riwayat kanker pribadi: Orang yang sudah pernah terkena kanker colorectal dapat terkena kanker colorectal untuk kedua kalinya. Selain itu, wanita dengan riwayat kanker di indung telur, uterus (endometrium) atau payudara mempunyai tingkat risiko yang lebih tinggi untuk terkena kanker colorectal.

• Riwayat kanker colorectal pada keluarga: Jika Anda mempunyai riwayat kanker colorectal pada keluarga, maka kemungkinan Anda terkena penyakit ini lebih besar, khususnya jika saudara Anda terkena kanker pada usia muda.

• Faktor gaya hidup: Orang yang merokok, atau menjalani pola makan yang tinggi lemak dan sedikit buah-buahan dan sayuran memiliki tingkat risiko yang lebih besar terkena kanker colorectal.

• Usia di atas 50: Kanker colorectal biasa terjadi pada mereka yang berusia lebih tua. Lebih dari 90 persen orang yang menderita penyakit ini didiagnosis setelah usia 50 tahun ke atas

C. JENIS KLASIFIKASIDokter membagi kanker rektum berdasarkan stadium berikut:

Page 5: Apendisitis Akut

a. Stadium 0: Kanker ditemukan hanya pada lapisan terdalam di kolon atau rektum. Carcinoma in situ adalah nama lain untuk kanker colorectal Stadium 0.b. Stadium I: Tumor telah tumbuh ke dinding dalam kolon atau rektum. Tumor belum tumbuh menembus dinding.c. Stadium II: Tumor telah berkembang lebih dalam atau menembus dinding kolon atau rektum. Kanker ini mungkin telah menyerang jaringan di sekitarnya, tapi sel-sel kanker belum menyebar ke kelenjar getah bening,d. Stadium III: Kanker telah menyebar ke kelenjar getah bening di sekitarnya, tapi belum menyebar ke bagian tubuh yang lain.e. Stadium IV: Kanker telah menyebar ke bagian tubuh yang lain, misalnya hati atau paru-paru.f. Kambuh: Kanker ini merupakan kanker yang sudah diobati tapi kambuh kembali setelah periode tertentu, karena kanker itu tidak terdeteksi. Penyakit ini dapat kambuh kembali dalam kolon atau rektum, atau di bagian tubuh yang lain.Menurut klasifikasi duke berdasarkan atas penyebaran sel karsinoma dibagi menjadi :Kelas A : Tumor dibatasi mukosa dan submukosa.Kelas B : Penetrasi atau penyebaran melalui dinding usus.Kelas C : Invasi kedalam sistem limfe yang mengalir regional.Kelas D : Metastasis regional tahap lanjut dan penyebaran yang luas.( Brunner & Suddarth,buku ajar keperawatan medikal bedah,hal. 1126 ).

D. PATOFISIOLOGIKanker kolon dan rektum terutama ( 95 % ) adenokarsinoma ( muncul dari lapisan epitel usus). Di mulai sebagai polip jinak (dapat diakibatkan pola diet rendah serat) tetapi dapat menjadi ganas karena faktor mutasi (sesuai dengan teori seleksi sel,dr. Jan tambayong,patofisiologi hal. 69) dan menyusup serta merusak jaringan normal serta meluas kedalam struktur sekitarnya, sel kanker dapat terlepas dari tumor dan menyebar ke bagian tubuh yang lain terutama yang paling sering ke hati. Melalui proses invasi dengan cara tumbuh menyebar keluar lokasi asalnya, dilanjutkan pemisahan sel dengan menembus pembuluh darah,kemudian menetap pada endotelium yang disebut proses diseminasi akhirnya sel kanker ini menetap pada area baru dan menyasuaikan diri untuk pertumbuhan selanjutnya yang disebut proliferasi.Sumber : Patofisiologi untuk keperawatan hal.67-72 (dr. Jan tambayong) dan brunner & sudarth,hal. 1136.

polip jinak

menjadi ganas karena faktor mutasi

menyusup serta merusak jaringan normal

meluas kedalam struktur sekitarnya

sel kanker terlepas dari tumor

menyebar ke bagian tubuh yang lain terutama yang paling sering ke hati.

Page 6: Apendisitis Akut

pemisahan sel dengan menembus pembuluh darah

menetap pada endotelium(proses diseminasi)

sel kanker ini menetap pada area baru

menyasuaikan diri untuk pertumbuhan(proliferasi)

E. DAMPAK PADA BERBAGAI SISTEM TUBUH

Ca. Recti dapat bermetastasis ke organ lain seperti hati, paru-paru, limfe hal ini dapat menyebabkan gangguan atau kerusakan fungsi organ tersebut.

F. MANIFESTASI KLINIS• Perubahan kebiasaan buang air besar (diare atau sembelit/konstipasi)• Usus besar Anda terasa tidak kosong seluruhnya• Ada darah (baik merah terang atau kehitaman) di kotoran Anda• Kotoran Anda lebih sempit dari biasanya• Sering kembung atau keram perut, atau merasa kekenyangan• Kehilangan berat badan tanpa alasan• memasukkan jari dengan sarung tangan yang telah dilumasi ke dalam rektum, untuk merasakan ketidaknormalan.

G. PENATALAKSANAANPenatalaksanaan medis :• Penghisapan nasogastrikJika didapati pasien dengan obstruksi usus dan terjadi perdarahan yang cukup berarti.• Terapi komponen darah (Endoskopi, Ultrasonografi, Laparoskopi)Dilakukan pada periode pre operatif.• Terapi ajufan1. Kemoterapi2. Terapi radiasi3. ImunotropiDilakukan/dapat digunakan pada periode pre operatif,intraoperatif dan post operatif.• Alat radiasi intrakovitasDigunakan pasca operasi untuk mengurangi resiko kekambuhan tumor dengan cara diimplantasikan.

Metode pentahapan yang sering digunakan secara luas adalah klasifikasi duke :Kelas A : Tumor dibatasi mukosa dan submukosa.

Page 7: Apendisitis Akut

Kelas B : Penetrasi atau penyebaran melalui dinding usus.Kelas C : Invasi kedalam sistem limfe yang mengalir regional.Kelas D : Metastasis regional tahap lanjut dan penyebaran yang luas( Brunner & Suddarth,buku ajar keperawatan medikal bedah,hal. 1126 ).Penatalaksanaan bedah :• KolonoskopiUntuk kanker yang terbatas pada satu sisi.• PolipektomiMetode dalam kolostomi laparoskopik agar dapat meminimalkan area pembedahan pada beberapa usus.• Laser Nd:YAGEfektif untuk lesi A,B dan CTipe pembedahan tergantung pada lokasi dan besarnya tumor. Pemilihan prosedur pembedahan tumor sebagai berikut (menurut Duoghty & Jackson,1993)1. Reseksi segmental : anastomosis ( pengngkatan tumor dan porsi usus pada sisi pertumbuhan,pembuluh darah dan nodus limfatik.2. Reseksi abdominoperineal dengan kolostomi sigmoid permanen (pengangkatan tumor dan persi sigmoid dan semua rektum dan sfingter anal).3. Kolostomi sementara dengan reseksi segmental dan anastomosis serta reanastomosis lanjut dari kolostomi (memungkinkan dekompresi usus awal dan persiapan usus sebelum reseksi).4. Kolostmi permanen atau ileostomi (untuk menyembuhkan lesi obstruksi yang tidak dapat direseksi).(Brunner & suddarth,buku ajar keperawatan medikal bedah ed.8,hal. 1127).

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. Z DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN AKIBAT CA REKTUM DIRUANG X RSUD GUNUNG JATI CIREBON

A. PENGKAJIAN

1. Identitas pasien.• Nama : Tn.Z• Umur : 52 tahun• Pendidikan : SMA• Agama : islam• Pekerjaan : wiraswasta• Alamat : blok kisen ds. Cangkring kec. PleredCirebon• Tanggal masuk : 25-september-2011• Tanggal pengkajian : 25-september-2011• No. medrec : 105053• Dx medic : ca rektum2. Identitas penanggung jawab.• Nama : Ny.Z• Umur : 48 tahun• Pendidikan : SMP

Page 8: Apendisitis Akut

• Agama : islam• Pekerjaan : IRT• Alamat : blok kisen ds. Cangkring kec. Pleredcirebon• Hub dgn klien : istri

B. KELUHAN UTAMA• Nyeri abdomen / rektum.• Konsultasi feses terdapat darah merah segar.• Konsultasi adanya kecemasan kehilangan anggota tubuh dan perubahan fungsi tubuh.

C. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANGKlien mengatakan nyeri (skala 3, 0-10) pada daerah rectum saat BAB seperti di tusuk jarum, disertai darah segar dan klien mengatakan ada benjolan di daerah rectum. Klien juga mengatakan cemas karena ketidaktahuan tentang penyakitnya. Klien juga mengatakan tidak nafsu makanD. RIWAYAT PENYAKIT DAHULUKlien tidak memiliki riwayat penyakit apapunE. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGAPasien mengatakan tidak ada keluarga yang menderita penyakit serupa.

F. KEBUTUHAN DASAR1. Aktivitas/istirahat:Gejala:- Kelemahan, kelelahan/keletihan- Perubahan pola istirahat/tidur malam hari; adanya faktor-faktor yang mempengaruhi tidur misalnya nyeri, ansietas dan berkeringat malam hari.- Pekerjaan atau profesi dengan pemajanan karsinogen lingkungan, tingkat stres tinggi.

2. Sirkulasi:Gejala:- Palpitasi, nyeri dada pada aktivitasTanda:- Dapat terjadi perubahan denyut nadi dan tekanan darah.

3. Integritas ego:Gejala:- Faktor stres (keuangan, pekerjaan, perubahan peran) dan cara mengatasi stres (merokok, minum alkohol, menunda pengobatan, keyakinan religius/spiritual)- Masalah terhadap perubahan penampilan (alopesia, lesi cacat, pembedahan)- Menyangkal diagnosis, perasaan tidak berdaya, putus asa, tidak mampu, tidak bermakna, rasa bersalah, kehilangan kontrol, depresi.Tanda:- Menyangkal, menarik diri, marah.

Page 9: Apendisitis Akut

4. Eliminasi:Gejala:- Perubahan pola defekasi, darah pada feses, nyeri pada defekasiTanda:- Perubahan bising usus, distensi abdomen- Teraba massa pada abdomen kuadran kanan bawah

5. Makanan/cairan:Gejala:- Riwayat kebiasaan diet buruk (rendah serat, tinggi lemak, pemakaian zat aditif dan bahan pengawet)- Anoreksia, mual, muntah- Intoleransi makananTanda:- Penurunan berat badan, berkurangnya massa otot

6 .Nyeri/ketidaknyamanan:Gejala:- Gejala nyeri bervariasi dari tidak ada, ringan sampai berat tergantung proses penyakit

7.Keamanan:Gejala:- Komplikasi pembedahan dan atau efek sitostika.Tanda:- Demam, lekopenia, trombositopenia, anemia

8.Interaksi socialGejala:- Lemahnya sistem pendukung (keluarga, kerabat, lingkungan)- Masalah perubahan peran sosial yang berhubungan dengan perubahan status kesehatan.

G. PEMERIKSAAN FISIKA. Status generalis• Keadaan umun : baik• Kesadaran : composmentis• TTV : TD : 117/72 mmHgNadi : 76x/menitRespirasi : 24x/menitSuhu : 36,60C• Kulit : Anemia (-), sianosis (-), ikterik (-)• Kepala : Hematom (-), tidak ada tanda-tanda trauma atau luka.• Mata : conjungtiva anemis (+), sklera ikterik (-), udempalpebra (-), reflek cahaya +/+• Hidung : tidak ada tanda-tanda trauma, tidak ada deviasi, tidakada penyumbatan, tidak ada perdarahan

Page 10: Apendisitis Akut

• Mulut : bibir tidak kering, faring tidak hiperemis, tonsil tidak membesar• Telinga : tidak ada kelainan bentuk, tidak ada tanda-tanda trauma, tidak ada discharge• Leher : tidak ada benjolan, tidak ada tanda-tanda trauma, tidak ada pembesaran kelenjar limfonodi, tidak ada tanda peradangan• Thorax : inspeksi : simetris, tidak retraksi, tidak ketinggalan gerak, iktus cordis tidak tampak• Palpasi : tidak ada benjolan, vokal fremitus sama kiri-kanan• Perkusi : sonor seluruh lapang paru• Auskultasi : suara dasar paru vesikuler, tidak ada ronkhi basah, denyut jantung teratur• Jantung : inspeksi : iktus cordis tidak tampakPalpasi : iktus cordis tidak kuat angkatPerkusi : tidak ada perbesaran jantungAuskultasi : S1>S2 reguler, murmur (-)• Abdomen : inspeksi : distensi (-), tidak ada tanda trauma• Auskultasi : bising usus normal• Perkusi : timpani• Palpasi : defans muskular (-), nyeri tekan (+) < regio epigastrium,massa pada abdomen (-).B. Status lokalis regio anorectal dengan pemeriksaan rectal touche.Tonus musculus spinchter ani agak kurang kuat mencengkeram, mucosa recti teraba benjolan multiple di arah jam 7, 9 dengan diameter kurang lebih 2-3mm dan arah jam 11 kurang lebih 1-1,5cm. Saat keluar tidak ditemukan lendir darah pada sarung tangan.H. PROSEDUR DIAGNOSTIK• Tes darah samar pada feses/kotoran : mengeluarkan darah, dan FOBT (Fecal Occult Blood Test).• Sigmoidoskopi : ditemukan polip• Kolonoskopi : ditemukan polip• Enema barium kontras ganda (Double-contrast barium enema) : terdapat polip• Pemeriksaan rektal : terdapat benjolan pada rektum

I. PEMERIKSAAN PENUNJANGPemeriksaan hematologi:Hasil pemeriksaan normalL : 6,7 x103/µL (4,5-11,0)E : 2,93 x106/μL (4-5) (Turun)Hemoglobin : 7 g/dL (12-16) (Turun)Hematokrit : 21,7 % (38-47) (Turun)MCV : 73,8 FL (85-100) (Turun)MCH : 24 Pg (28-31) (Turun)MCHC : 32,5 g/dL (30-35)T : 310 x103/µL (150-450)GDS : 81 mg/dl (<144)Ureum : 34 mg/dl (10-50)Creatinin : 0,7 mg/dl (1,1)SGOT : 12 u/e (<31)SGPT : 17 u/e (<32)

Page 11: Apendisitis Akut

HBsAg : -

J. ANALISA DATANO DATA ETIOLOGI MASALAH1 DS :

DO :

klien mengeluh nyeri pada daerah rectal (skala 3, 0-10)klien mengatakan ada benjolan pada daerah rektum

• klien tampak meringis menahan sakit.• klien tampak lemah• skala nyeri 3 (0-10)• TTVTD : 117/72 mmhgNadi : 76x/menitRespirasi : 24x/menitSuhu : 36,60CCa. Recti

Mendesak jaringan disekitarnya

mengeluarkan zat neurotransmiter

Medulla spinalis

Medulla oblongata

Korteks serebri

Nyeri

Nyeri b/d andanya kanker pd rectum2 DS :

DO : Klien mengatakan takut untuk operasi karena resiko kematianKlien merasa gelisah karena ketidaktahuan tentang penyakitnya

• klien tampak cemas• klien gelisah• wajah klien tampak murung Ca. Recti

Takut mati, takut perubahan pada kehidupan sosial

Page 12: Apendisitis Akut

Gangguan rasa aman

Cemas Gangguan rasa aman b/d cemas3 DS :

DO : Klien mengatakan badannya terasa lemahKlien mengatakan tidak nafsu makan• klien tampak lemah• klien tampak pucat• BB klien turun 2 kg ( BB awal 68)• Klien anoreksia

Ca. Recti

Metastasis

hipermetabolik dan asupan nutrisi tetap

nutrisi tubuh kurang dari kebutuhan nutrisi tubuh kurang dari kebutuhan

K. DIAGNOSA KEPERAWATAN1. Nyeri sehubungan dengan adanya kanker pada daerah rektal.2. Ganguan rasa aman : cemas sehubungan dengan kurangnya pengetahuan dan rasa takut karena resiko kematian.3. Nutrisi kurang dari kebutuhan sehubungan dengan anoreksia

L. PERENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

Nama : Tn. ZNo medrec : 105053Diagnose medis : ca rektumTanggal masuk : 25 september 2011Tgl pengkajian : 25 september 2011

NO DX TUJUAN INTERVENSI RASIONAL1 Nyeri sehubungan dengan adanya kanker pada daerah rektal.Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nyeri yang dirasakan oleh klien hilang atau tidak dirasakan lagi. 1. Kaji tingkat nyeri. Skala 3(1-10)2. Berikan tehnik distraksi (mendengarkan music/lagu yang disukai klien : tarling) dan relaksasi (ganti alat temun : seprai)3. Berikan lingkungan yang nyaman (jauh dari kebisingan) pada klien.4. Berikan analgetik sesuai prosedur/instruksi dokter. 1. Untuk mengetahui seberapa dalam nyeri yang dirasakan.2. Agar membantu mengurangi rasa sakit.3. Meningkatkan relaksasi dan membantu memfokuskan kembali perhatian.

Page 13: Apendisitis Akut

4. Nyeri adalah komplikasi serng pada kanker,dengan memberi analgetik dapat mengurangi rasa nyeri.2 Ganguan rasa aman : cemas sehubungan dengan kurangnya pengetahuan dan rasa takut karena resiko kematian.Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan klien dapat informasi yang diperukan dan dapat mengembalikan kepercayaan diri seperti semula. 1. Kaji klien/orang terdekat terhadap cemas yang dialami. Jelaskan sesuai kebutuhan.2. Perkirakan syok awal dan ketidak yakinan setelah diagnosis kanker dan/atau prosedur yang menimbulkan trauma.3. Diskusikan informasi (tentang penyakit pasien) yang diperlukan klien4. Dorong pengungkapan pikiran/masalah dan penerimaan ekspresi kesedihan,marah dan penolakan 1. Pengetahuan tentang proses cemas memperkuat normalitas perasaan/reaksi terhadap apa yang dialami dan dapat membantu pasien menghadapi lebih efektif dengan mereka.2. Sedikit pasien yang benar-benar siap untuk realita perubahan yang dapat terjadi.3. Untuk menyampaikan informasi yang dibutuhkan oleh pasien.4. Pasien merasa terdukung mengekspresikan perasaan dengan memahami bahwa konflik emosi yang dalam dan sering adalah normal dan dapat dialami oleh orang lain dalam situasi sulit.3 Nutrisi kurang dari kebutuhan sehubungan denga anoreksia.Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan BB stabil dan pemahaman pengaruh individual pada masukan adekuat dan pasien dapat berpartisipasi dalam intervensi spesifik untuk merangsang nafsu makan. 1. Pantau masukan makanan tiap hari, biarkan pasien menyimpan buku harian tentang makanan sesuai indikasi.2. Dorong pasien untuk makan diet tinggi kalori kaya nutrien dengan masukan cairan adekuat dan dorong penggunaan suplemen dan makan sering/lebih sedikit dibagi-bagi selama 3X sehari.3. Ciptakan suasana makan yang menyenangkan (makan dengan dtemani keluarga). Dorong pasien untuk berbagi makanan dengan keluarga/teman.4. Dorong komunikasi terbuka mengenai masalah anoreksia klien.1. Mengidentifikasi kekuatan/defisiensi kekuatan.2. Kebutuhan jaringan metabolik ditingkatkan begitu juga cairan (untuk menghilangkan produk sisa) dan suplemen dapat memainkan peran penting dalam mempertahankan maskan kalori da protein adekuat.3. Membuat waktu makan lebih menyenangkan,yang dapat meningkatkan masukan4. Sering sebagai sumber distres emosi khususna untuk orang terdekat yang menginginkan untuk memberi makan pasien dengan sering. Bila pasien menolak orang terdekat dapat merasa ditolak/frustasi.

M. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

Nama : Tn. ZNo medrec : 105053Diagnose medis : ca rektumTanggal masuk : 25 september 2011Tgl pengkajian : 25 september 2011

No. TGL/JAM DX IMPLEMENTASI EVALUASI

Page 14: Apendisitis Akut

1 25 September 2011

09.00 I T1 : mengkaji tingkat nyeri.R1 : skala 3 (0-10)T2 : memberikan tehnik distraksi (mendengarkan music/lagu yang disukai klien : tarling) dan relaksasi (ganti alat temun : seprai)R2 : klien merasa berkurang rasa nyerinya dan nyamanT3 : memberikan lingkungan yang nyaman (menjauhkan dari kebisingan) pada klien.R3 : klien mengatakan merasa lebih nyamanT4 : memberikan analgetik (Fentanyl) sesuai prosedur/instruksi dokter.R4 : nama obt Fentanyl, dberikan secra IM,Tgl : 26-09-2011Jam : 10.00

S : klien mengatakan nyeri berkurang (skala 1, 0-10), klien mengatakan benjolan pada rektumnya masih adaO : klien tidk meringis kesakitan, klien tampak tidak lemah, TTVTD : 120/75 mmhgNadi : 80x/menitRespirasi : 24x/menitSuhu : 36,60C

A : masalah teratasi sebagianP : lanjutkan tindakan• memberikan tehnik distraksi dan relaksasi• memberikan lingkungan yang nyaman pada klien• memberikan analgetik sesuai prosedur/instruksi dokter.

2 26 september 2011

07.00 II T1 : mengkaji klien/orang terdekat terhadap cemas yang dialami. Jelaskan sesuai kebutuhan tentang penyakit yang di derita klien.R1 : klien mengatakan kini mengerti tentang penyakitnyaT2 : memperkirakan syok awal dan ketidak yakinan setelah diagnosis kanker dan/atau prosedur yang menimbulkan trauma.R2 : -T3 : mendiskusikan informasi (tentang penyakit yang di derita klien) yang diperlukan dengan klienR3 : klien mau mendiskusikan masalah penyakitnyaT4 : mendorong pengungkapan pikiran/masalah dan penerimaan ekspresi kesedihan/marah/ penolakanR4 : klien mau mengungkapkan perasaannya (kesedihan tentang penyakit yang di deritanya)Tgl : 26-09-2011Jam : 09.00

Page 15: Apendisitis Akut

S : klien mengatakan bsa lbih tenang dan tidak tkt lagi, klien mengatakan sudah tidak cemas lagi tentang penyakitnyaO : klien tidak gelisah, klien tampak tenang dan sedikit ceria, klien tidak cemas lagiA : masalah teratasi sebagianP : pertahankan tindakan• mengkaji klien/orang terdekat terhadap cemas yang dialami. Jelaskan sesuai kebutuhan• mendiskusikan informasi yang diperlukan dengan klien• mendorong pengungkapan pikiran/masalah dan penerimaan ekspresi kesedihan,marah dan penolakan

3 26 september 2011

17.00 III T1 : memantau asupan makanan tiap hari, biarkan pasien menyimpan buku harian tentang makanan sesuai indikasi.R1 : -T2 : mendorong pasien untuk makan diet tinggi kalori kaya nutrien dengan masukan cairan adekuat dan dorong penggunaan suplemen dan makan sering/lebih sedikit dibagi-bagi selama 3X sehari.R2 : klien mau mengikuti diit tersebutT3 : menciptakan suasana makan yang menyenangkan. Dorong pasien untuk berbagi makanan dengan keluarga/teman.R3 : klien makan dengan wajah berseriT4 : mendorong komunikasi terbuka mengenai masalah anoreksia klien.R4 : klien mau mengungkapkan knp klien tdk nafsu makanTgl : 27-09-2011Jam : 18.30

S : klien mengatakan tidak lemas lagi, klien mengatakan masih tidak nafsu makanO : klien tdk anoreksia, klien tdk pucat dan tidak lemas, BB klien masih tetap 66 kgA : masalah teratasi sebagianP : pertahankan tindakan• memantau masukan makanan tiap hari• mendorong pasien untuk makan diet tinggi kalori kaya nutrien dengan masukan cairan adekuat dan dorong penggunaan suplemen dan makan sering/lebih sedikit dibagi-bagi selama sehari.• menciptakan suasana makan malam yang menyenangkan

Page 16: Apendisitis Akut

Sirosis Hepatis

A. DEFINISI

Sirosis hepatis adalah suatu penyakit di mana sirkulasi mikro, anatomi pembuluh darah besar dan seluruh system arsitekture hati mengalami perubahan menjadi tidak teratur dan terjadi penambahan jaringan ikat ( firosis ) di sekitar paremkin hati yang mengalami regenerasi. sirosis didefinisikan sebagai proses difus yang di karakteristikan oleh fibrosis dan perubahan strukture hepar normal menjadi penuh nodule yang tidak normal.Istilah sirosis hepatis di berikan oleh Laence tahun 1918, yagn berasal dari kata Khirros yang berarti kuning orange, karena perubahan pada nodule - nodule yang terbentuk. salah satu komplikasi yang paling serius dan membahayakan hidup pasien sirosis adalah terjadinya pendarahan varises esofageal.

B. ETIOLOGI

Sirosis hepatis biasanya menyebabkan gejala-gejala klinik seperti hipertensi portal( tek dalam vena portae 50-100 mm H2O, Sirosis hepatic ada beberapa bentuk :1) Sirosis portal laennec ( alkoholik, nutrisional), dimana jarigan parut secara khas mengelilingi daerah portal, sering disebabkan oleh alkoholinisme kronis penyakit gizi dan hemocromatosis dan merupakan tipe sirosis yang paling sering ditemukan.2) Sirosis pasca nekrotik , dimana terdapat pita jaringan parut yang lebar sebagi akibat lanjut dari hepatitis virus akut yang terjadi sebelumnya.sering ditemukan pada penyakit Wilson sebagai akibat dari hepatitis virus dan itoksikasi ( jamur, arsen, fosfor).3) Sirosis bilier ,sirosis bilier bukan termasuk sirosis sejati, dimana pembentukan jaringan parut terjadi didalam hati sekitar saluran empedu,tipe ini biasanya terjadi akibat obstruksi bilier kronis dan infeksi ( kolangitis).• jenis primer ( chirrosis hannot) yang disebabkan statis empedu akibat cholangitis/pericholangitis intrahepatik.• Jenis sekunder disebabkan statis empedu akibat obstruksi saluran empedu ekstrahepatik, missal oleh batu empedu, karsinoma pancreas

Page 17: Apendisitis Akut

Adapun penyebab sirosis hati beragam. selain disebabkan oleh virus hepatitis B ataupun C, bisa juga di akibatkan oleh konsumsi alkohol yang berlebihan, bergai macam penyakit metabolik, adanya ganguan imunologis, dan sebagainya.

C. TANDA & GEJALA

Defisiensi nutrisi : Vit A, vit K, vit D, vit C, tiamin, asam folat, piridoksin, niasin, asam askorbat Defisiensi kalori & protein Kelelahan Edema Perdarahan esophagus Asites Anemia Mual dan muntah Nyeri di daerah epigastrium Hati keras dan mudah teraba Gangguan neurologik ( bau apek manis dari nafas penderita )

D. PATOFISIOLOGI

Meskipun ada beberapa factor yang terlibat dalam etiologi sirosis, konsumsi minuman beralkohol dianggap sebagai factor penyebab yang utama. Sirosis terjadi dengan frekuensi paling tinggi pada peminum minuman keras. Meskipun defisiensi gizi dengan penurunan asupan protein turut menimbulkan kerusakan hati pada sirosis, namun asupan alcohol yang berlebihan merupakan factor penyebab utama pada perlemakan hati dan konsekuensi yang ditimbulkannya.Sebagai Individu tampaknya lebih rentan terhadap penyakit ini dibanding individu lain tanpa ditentukan apakah individu tersebut memiliki kebiasaan meminum minuman keras ataukah menderita malnutrisi. Faktor lainnya dapat memainkan peranan, termasuk pajanan, dengan zat kimia tertentu (karbon tetraklorida, naftalen terklorinasi, arsen atau fosfor) atau infeksi skistosomiasis yang menular. Jumlah laki-laki penderita sirosis adalah dua kali lebih banyak daripada wanita, dan mayoritas pasien sirosis berusia 40 hingga 60 tahun.

E. DAMPAK TERHADAP SISTEM TUBUH LAIN

Page 18: Apendisitis Akut

• Perdarahan saluran cernaPenyebab pendarahan saluran cerna yang paling sering dan paling berbahaya pada sirosis adalah perdarahan dari varises esophagus yang merupakan penyebab dari sepertiga kematian. Penyebab lain perdarahan adalad tukak lambung dan duodenum (pada sirosis gangguan ini meningkat), erosi lambung akut, dan kecenderungan perdarahan (akibat masa protrombin yang memanjang dan trombositopenia)• AsitesAsites adalah imbunan cairan serosa dalam rongga peritoneum. Beberapa factor yang turut terlibat dalam patogenesis asites pada sirosis hati: o Hipertensi portao Hipoalbuminemiao Meningkatnya pembentukan dan aliran limfe hatio Retensi natriumo Gangguan akskresi air• Enselopati hepaticGangguan kompleks susunan saraf pusat yang dijumpai pada individu yang mengidap gagal hati. Ditandai dengan: o Gangguan memori dan perubahan kepribadian o Timbul tremor flappingo Gerakan menyentak lainnya dan gangguan keseimbangan

F. MANISFESTASI KLINIK Pembesaran hati Obstruksi portal dan asites Varises gastrointestinal Edema Defisiensi vitamin dan anemia Kemunduran mental

G. PROSEDUR DIAGNOSTIK

Pada disfungsi parenkimal hati yang berat, kadar albumin serum cenderung menurun sementar kadar globulin serum meningkat. Pemeriksaan enzim menunjukan kerusakan sel hati, yaitu: Kadar alkali fosfatase, AST (SGOT) serta ALT (SGTT) meningkat dan kadar kolimesterase serum dapat menurun. Pemeriksaan bilirubin dilakukan umtuk mengukur ekskresi empedu atau retensi empedu. Laparoskopi yang dikerjakan bersama biopsy memungkinkan pemeriksa untuk melihat hati secara langsung.Pemeriksaan pemindai USG akan mengukur perbadaan densitas antara sel-sel parenkim hati dan jaringan parut. Pemeriksaan pemindai CT (computed tomografi), MRI dan pemindai radio isotop hati memberikan informasi tentang besar hati dan aliran darah hepatic serta obstruksi aliran tersebut.Analisi gas darah arterial dapat mengungkapkan gangguan keseimbangan ventilasi perkusi dan hipoksia pada sirosis hepatic.

Page 19: Apendisitis Akut

H. PENATALAKSANAAN

Pengobatan sirosis hati pada prinsipnya berupa : 1. Simtomatis 2. Supportif, yaitu : a. Istirahat yang cukup b. Pengaturan makanan yang cukup dan seimbang; misalnya : cukup kalori, protein 1gr/kgBB/hari dan vitamin c. Pengobatan berdasarkan etiologi

I. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Berdasarkan pada semua data hasil pengkajian diagnosa keperawatan utama mencakup yang berikut:

• Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan kemunduran keadaan umum pelisutan otot dan gangguan rasa aman• Perubahan status nutrisi berhubungan dengan gastritis kronis,penurunan gastrointestinal dan anoreksia• Gangguan integritas kulit berhubungan dengan gangguan status imunologi,edema dan nutrisi yang buruk• Resiko untuk cedera berhubungan dengan perubahan mekanisme pembekuan dan hipertensi portal.

J. INTERVENSI KEPERAWATAN

• Istirahat• Perbaikan status nutrisi• Perawatan Kulit• Pengurangan Risiko Cedera

Page 20: Apendisitis Akut

Hepatitis

A. DEFINISI

1. Radang

Radang hati dinamai hepatitis, radang ini dapat terlihat atau tidak terlihat. Yang tidak telihat sebagai reaksi hati terhadap penyakit infeksi umum misalnya tipoid fever, brochopnemona, tuberculosis, penyakit herpes, penyakit wei dan penyakit bakteri lain (pneumococcus, escherrirhia colli, gonococcus, salmonella). Yang terlihat disebabka oleh fungus ( histoplasma, actynomices), parasit ( amoeba, malaria,clonorchis sinensis, schistosoma, fasciola hepatica, echinococcus dan lain-lain) kuman TBC, sifilis dan virus ( jenis A dan B).Hepatitis pada tuberculosis dapat berupa kelainan tidak khas dan tuberkel ( millennium, konglomerat,cholangitis). Hepatitis pada sifilis radang hahti berupa fibrosis interstitialis dan gumma berganda. Fibrosis interstitialis terjadi congenital, sedanglan gumma ialah manifestasi tertiary sifilis yang bila sembuh akan menjadi fibrosis septal luas dan dikenal sebagai hepar lobatum. ( Patologi , bagian patologi dan anatomic fakultas kedokteran universitas Indonesia hal 232)

2. Hepatitis Virus

Hepatitis virus merupakan infeksi sistemik oleh virus disertai nekrosis dan inflamasi pada sel hati yang menghasilkan perubahan klinis, biokimia serta seluler yang khas. Hepatitis virus yang sudah teridentifikasi sampai sekarang ada lima tipe, hepatitis A, B, C, D da E. Hepatitis A dan E mempunyai penularan yang serupa ( jalur fekal – local) hepatitis B, C dan D memiliki banyak karakteristik yang sama.

B. IMPLIKASI KEPERAWATAN

Perawat terlibat dengan tiga bidang permasalahan hepatitis virus yang utama :a) Perawatan penderita hepatitisb) Kenyataan bahwa banyak penderita hepatitis tidak menunjukakn gejala (asimptomatik) yang dapat menjadi masalah epidemiologi yang serius.

Page 21: Apendisitis Akut

c) Kebutuhan kesehatan yang jelas menuntut eliminasi berbagai bentuk penyakit tersebut. Kategori terakhir mencakup berbagai pertimbangan berikut : Sanitasi rumah dan komunitas yang baik Kesadaran akan hyegine Praktik yang aman dalam menyiapkan akanan dan membagi-bagikan makanan Program pendidikan kesehatan yang berkelanjjuutan Pelaporan setiap kasus hepatitis virus pada instalasi kesehatan setempat.

a. Virus hepatitis A

Hepatitis A ( hepatitis infekseosa) disebabkan oleh virus RNA dari famili entero virus. Cara penularan penyakit ini melalui jalur fekal oral, terutama lewat konsumsi makanan atau minuman yang tercamar virus tersebut. Masa inkubasi hepatitis A diperkkirakan berkisar dari 1 hingga 7 minggu dengan rata-rata 30 hari, perjalanan penyakit dapat berlangsung lama, dari 4 hingga 8 minggu. Umumnya hepatitis A berlangsung lebih lama dan lebih berat pada penderita yang berusia diatas 40 tahun. Virus hepatitis A hanya terdapat dalam waktu singkat di dalam serum, pada saat timbul ikterus, kemungkinan pasien sudah tidak terinfeksi lagi.

Pengkajian dan manifestasi klinik

1) Banyak pasien tidak tampak ikterik dan tanpa gejala. Ketika gejala muncul, bentuknya berupa infeksi saluran pernapasan atas yang ringan seperti flu dengan panas yang tidak begitu tinggi.2) Anoreksia merupaka gejala dini dan biasanya berat, terjadi akibat pelepasan toksin oleh hati yang rusak atau akibat kegagalan sel hati yang rusak tersebut untuk melakukan detoksifikasi produk yang abnormal, belakangan dapat timbul ikterus dan urin yang gelap.3) Gejala dyspepsia dapat terjadi dalam berbagai derajat yang ditandai oleh rasa nyeri epigastrium, mual, nyeri ulu hati dan flatulensi. Gejala ini cenderung menghilang setelah gejala ikterus sampai puncaknya mungkin 10 hari setelah kemunculan awal. Hati dan limpa serig mengalami pembesaran moderat selama beberapa hari setelah awitan penyakit.

Penatalaksanaan

1) Tirah baring selama stadium akut dan diet yang akseptabel serta bergizi 2) Selama periode anoreksia pasien harus makan sedikit sedikit tapi sering dan jika perlu disertai infuse glikosa.3) Pemberian cairan dan makanan yang optimal sangat perlu untuk mengantisipasi penurunan berat badan dan kesembuhan yang lambat.4) ambulasi bertahap namun progresip akan mempercepat pemulihan.

Prognosis

Page 22: Apendisitis Akut

o Penderita hepatitis A biasanya akan kembali pulih, o Hepatitis A akan menimbulkan imunitas pada penyakit itu sendiri, namun orang yang kebal terhadap hepatitis A dapat terjangkit bentuk hepatitis lain

Penyuluhan Pasien

o Pasien hepatitis A dapat dirawat dirumah jika gejalanya tidak berato Penyuluhan pada pasien dan keluarga untuk mengatasi ketidak mampuan dan kelelahan sementara yang dijumpau pada hepatitiso Pemberitauan indikasi untuk mendapatkan pertolongan medis jika gejala menetap dan semakin parah.o Pedoman khusus tentang diet dan istirahat, pemeriksaan darah lanjutan dan pentingya menghindari minuman beralkhol selain tindakan sanitasi serta hygene.

Pencegahan

Pencegahan dapat dilakukan dengan cara :o Vaksin hepatitis Ao Pemberian preparat imun globulino Profilaksis prapajanano Imun globulin

b. Virus hepatitis B

Komponen :

Virus hepatitis B ( HBV) merupakan virus DNA yang tersusun dari partikel antigen berikut :o HB c Ag—antigen inti ( core) hepatitis B ( material antigen terdapat di inti sebelah dalam/ inner core.o HB s Ag—antigen permukaan ( surface) hepatitis B ( material antigen pada permukaan HBV)o HB e Ag--protein independent yang beredar dalam daraho HB x Ag—produk genetic dari gen X pada HBV/DNA.Setiap antigen menimbulkan antibody spesifiknya :o Anti-HBc—antibodi terhadap antigen inti atau HBV; anti HBV akan bertahan selama fase akut; dapat menunjukan virus hepatitis B yang berlanjut dalam hatio anti –HBs—antibody pada permukaan tertentu pada HBV : terdeteksi selama fase konvalesensi lanjut;biasanya menunjukan pemulihan dan pembentukan imunitaso anti-HBe—antibody terhadap antigen e hepatitis B, biasanya menyatakan penurunan infektifitaso anti-HBxAg—antibodi terhadap antigen x hepatitis B; dapat menunjukan replikasi HBV yang tengah berlaqngsung.

Perjalanan penyakit dan factor resiko

Page 23: Apendisitis Akut

Hepatitis B ditularkan lewat darah ( jalur perkutan dan permukosa). Virus tersebut pernah ditemukan dalam darah, saliva, semen serta secret vagina dan dapat ditularkan lewat membrane mukosa serta luka pada kulit. Masa inkubasinya panjang ( 1 sampai 6 bulan) angka mortilitasnya cukup besar berkisar dari 1 % hingga 10 % , virus hepatitis B mengadakan replikasi dalam hati dan tetap berada dalam serum selama periode yang relative lama sehingga memungkinkan penularan penyakit tersebut.

Pengkajian dan manifestasi klinik

Gejala dan tanda hepatitis B dapat samara dan bervariasi.panas dan gejala pada pernafsan jarang dijumpai; sebagian pasien mungkin mengeluhkan artralgia dan ruam, pasien hepatitis B dapat mengalami penurunan selera makan dan dyspepsia, nyeri abdomen, pegal pegal yang menyeluruh, tidak enak badan dan lemah.ikterus kadang terlihat kadang tidak.apabila da gejala ikterus gejala ini akan disertai dengantinja berwarna cerah dan urin yang berwarna gelap. Hati penderita hepatitis B mungkin terasa nyeri apabila ditekan dan membesar hingga panjangnya 12 hingga 14 cm. Limfa membesar dan pada sebagian kecil pasien dapat diraba. Kelenjar limfe servikal posterior juga dapat membesar.

Pertimbangan gerontology

Pasien berusia lanjut dan terkena hepatitis B akan beresiko terjadinya nekrosis hati berat atau kegagalan hati fulminan.

Penatalaksanaan

o Pemberian preparat interferon dengan pemantauan kondisi yang terkendali dengan cermat.o Tirah baring ( bed rest) o Nutrisi yang adekuato Pengembalian aktivitas fisik yang diperbolehkan dan harus dianjurkan sesudah gejala ikterus menghilang selama masa pemulihan dapat berlangsung lama dan pemulihan gejala yang lengkap kadang-kadang membutuhkan waku 3 atau 4 bulan lebih lama lagi.o Pertimbangan psikososial, akibat isolasi dan pemisahan pasien dari keluarga dan masyarakat.

Prognosis

o Hepatitis B menjadi penyebab utama sirosis dan karsinoma hepatoselulero Mortilitas hepatitis B pernah mencapai 10 %o Pengidap hepatitis B akan berkembang menjadi status karier dan mengalami hapatitis kronis.

Pendidikan pasien dan perawatan pasien di rumah

o Kunjungan perawat ke rumah untuk melihat kemajuan penyembuhan klien dan menjelaskan tentang penularan hepatitis B dan pencegahanya.

Pengendalian dan pencegahan

Page 24: Apendisitis Akut

Tujuan pencegahan :a) Memutuskan rantai penularanb) Melindungi individu yang beresiko tinggi melalui imunisasi aktif vaksin hepatitis Bc) Imunisasi pasif bagi individu yang tidak terlindung namun terpajan virus hepatitis B

Pencegahan penularan

a) Skrining HB s Ag terhadap donor darahb) Penggunaan spuit, jarum suntik dan lanset sekali pakaic) Praktik hyegine perorangand) Peningkatan Universal precautione) Imunisasi aktif : vaksin hepatitis B, dianjurkan bagi individu yang beresiko tinggi untuk yang terkena hepatitis B ( misal petugas kesehatan, pasien hemodialisis)f) Imunitas fasif : imun globulin hepatitis B.preparat immunoglobulin hepatitis B ( HBIG: hepatitis B imun globulin) memberikan imunitas pasif terhadap hepatitis B, diberikan pada orang-orang yang terpajan virus tapi belum pernah menderita hepatirtis B, dan belum pernah mendapat vaksin hepatitis B.

c. Hepatitis C

Perbandingan kasus yang signifikan bukan berupa hepatitis A, B, atau hepatitis D, sebagai akibatnya diklasifikasikan sebagi hepatitis C ( dahulu disebut hepatitis non A, non B atau hepatitis NANB).Masa inkubasi hepatitis C bervariasi dan dapt berkisar 115 hingga 160 hari. Perjalanan hepatitis c sama dengan hep[atitis B, gejala hepatitis C biasanya ringan. Tapi sesudah hepatitis C frekwensi untuk menderita penyakit hati kronis termasuk sirosis atau kanker hati.

d. Hepatitis D

Hepatitis D sering dijumpai diantara pemakai obat-obat IV, pasien pasien hemodialis dan penerima tranfusi darah dengan donor multiple. Masa ikubasi bervariasi antara 21 sampai 140 hari.gejalanya sama dengan hepatitis B, kecuali pasien lebih cenderung untuk menderita hepatitis pulminan dan berlanjut menjadi hepatitis kronis serta sirosis hati. Terapi hepatitis D sama dengan terapi penderita hepatitis lain, kecuali interferon karena untuk hepatitis D masih diselidiki.

e. Hepatitis E

Hepatitis E adalah jenis virus hepatitis yang baru teridentifikasi, ditularkan melalui jalur fekal-oral. Masa ikubasi bervariasi berkisar antara 15 hingga 65 hari. Awitan dan gejalanya sama dengan hepatitis yang lain.

Page 25: Apendisitis Akut

Pencegahan hepatitis E diantaranya menghidari kontak dengan virus melalui hyegine yang baik.

f. Hepatitis toksik dan hepatitis yang ditimbulkan oleh obat

o Hepatitis toksikHepatitis toksik diakibatkan oleh karbon tetraklorida, fosfor, kloroform dan senyawa emas memiliki efek toksik pada hati dan dapat menimbulkan nekrosis sel hati yang akut. Manifestasi dan penatalaksanaan yaitu dengan memperhatikan gejala dan tanda diantaranya anoreksia, mual muntah, ikterus hepatomegali.

o Hepatitis virus yang ditimbulkan oleh obat

KOLESISTITIS (cholecystitis)

A. Definisi

Kolesistitis adalah radang kandung empedu yang menrupakan inflamasi akut 

dinding kandung empedu disertai nyeri perut kanan atas, nyeri tekan dan panas

badan. Dikenal dua klasifikasi yaitu akut dan kronis (Brooker, 2001).

Kolesistitis Akut adalah peradangan dari dinding kandung empedu, biasanya

merupakan akibat dari adanya batu empedu di dalam duktus sistikus, yang secara

tiba-tiba menyebabkan serangan nyeri yang luar biasa (www.medicastore.com). 

Kolesistitis Kronis adalah peradangan menahun dari dinding kandung empedu,

yang ditandai dengan serangan berulang dari nyeri perut yang tajam dan hebat.

Cholesistektomy adalah bedah pengangkatan kandung empedu (biasanya untuk

relief batu empedu sakit) 

B. Etiologi

Page 26: Apendisitis Akut

 Sekitar 95% penderita peradangan kandung empedu akut, memiliki batu empedu.

Kadang suatu infeksi bakteri menyebabkan terjadinya peradangan.

Kolesistitis akut tanpa batu merupakan penyakit yang serius dan cenderung

timbul setelah terjadinya: - cedera,

- pembedahan

- luka bakar

- sepsis (infeksi yang menyebar ke seluruh tubuh)

- penyakit-penyakit yang parah (terutama penderita yang menerima makanan lewat

infus dalam jangka waktu yang lama).

Sebelum secsara tiba-tiba merasakan nyeri yang luar biasa di perut bagian

atas, penderita biasanya tidak menunjukan tanda-tanda penyakit kandung empedu.

Kolesistitis kronis terjadi akibat serangan berulang dari kolesistitis akut,

yang menyebabkan terjadinya penebalan dinding kandung empedu dan penciutan

kandung empedu.Pada akhirnya kandung empedu tidak mampu menampung

empedu.

Penyakit ini lebih sering terjadi pada wanita dan angka kejadiannya meningkat

pada usia diatas 40 tahun.

Faktor resiko terjadinya kolesistitis kronis adalah adanya riwayat

kolesistitis akut sebelumnya.

C. Patofisiologi

Kandung empedu memiliki fungsi sebagai tempat menyimpan cairan empedu dan

memekatkan cairan empedu yang ada didalamnya dengan cara mengabsorpsi air

dan

elektrolit. Cairan empedu ini adalah cairan elektrolit yang dihasilkan oleh sel

hati.

Page 27: Apendisitis Akut

Pada individu normal, cairan empedu mengalir ke kandung empedu pada saat 

katup Oddi tertutup. Dalam kandung empedu, cairan empedu dipekatkan dengan

mengabsorpsi air. Derajat pemekatannya diperlihatkan oleh peningkatan

konsentrasi

zat-zat padat. Stasis empedu dalam kandung empedu dapat mengakibatkan

supersaturasi progresif, perubahan susunan kimia dan pengendapan unsur

tersebut. 

Perubahan metabolisme yang disebabkan oleh perubahan susunan empedu, stasis

empedu, dapat menyebabkan infeksi kandung empedu.

D. Gejala

Timbulnya gejala bisa dipicu oleh makan makanan berlemak. Gejala bisa berupa:

- Tanda awal dari peradangan kandung empedu biasanya berupa nyeri di perut

kanan 

bagian atas.

- Nyeri bertambah hebat bila penderita menarik nafas dalam dan sering menjalar ke

bahu kanan.

- Biasanya terdapat mual dan muntah. 

- Nyeri tekan perut

- Dalam beberapa jam, otot-otot perut sebelah kanan menjadi kaku.

- Pada mulanya, timbul demam ringan, yang semakin lama cenderung meninggi.

- Serangan nyeri berkurang dalam 2-3 hari dan kemudian menghilang dalam 1

minggu.

- Gangguan pencernaan menahun

- Nyeri perut yang tidak jelas (samar-samar)

Page 28: Apendisitis Akut

- Sendawa.

E. KOMPLIKASI

 Demam tinggi, menggigil, peningkatan jumlah leukosit dan berhentinya gerakan

usus (ileus) dapat menunjukkan terjadinya abses, gangren atau perforasi kandung

empedu.

 Serangan yang disertai jaundice (sakit kuning) atau arus balik dari empedu ke

dalam hati menunjukkan bahwa saluran empedu telah tersumbat sebagian oleh

batu

empedu atau oleh peradangan.

Jika pemeriksaan darah menunjukkan peningkatan kadar enzim amilase, mungkin

telah terjadi peradangan pankreas (pankreatitis) yang disebabkan oleh

penyumbatan

batu empedu pada saluran pankreas (duktus pankreatikus).

F. Pemeriksaan penunjang

- CT scan perut

- Kolesistogram oral

- USG perut.

- blood tests (looking for elevated white blood cells)

G. Penatalaksanaan medis

 - Pengobatan yang biasa dilakukan adalah pembedahan.

- Kolesistektomi bisa dilakukan melalui pembedahan perut maupun melalui

laparoskopi.

Page 29: Apendisitis Akut

- Penderita yang memiliki resiko pembedahan tinggi karena keadaan medis lainnya,

dianjurkan untuk menjalani diet rendah lemak dan menurunkan berat badan.

- Bisa diberikan antasid dan obat-obat antikolinergik.

KARSINOMA HEPATOLCELLULAR

Definisi Kanker Hati (hepatocellular carcinoma, HCC)

Definisi Kanker Hati

Kanker Hati - Hepatocellular Carcinoma

Kanker hati (hepatocellular carcinoma) adalah suatu kanker yang timbul dari hati. Ia juga dikenal sebagai kanker hati

Page 30: Apendisitis Akut

primer atau hepatoma. Hati terbentuk dari tipe-tipe sel yang berbeda (contohnya, pembuluh-pembuluh empedu, pembuluh-pembuluh darah, dan sel-sel penyimpan lemak). Bagaimanapun, sel-sel hati (hepatocytes) membentuk sampai 80% dari jaringan hati. Jadi, mayoritas dari kanker-kanker hati primer (lebih dari 90 sampai 95%) timbul dari sel-sel hati dan disebut kanker hepatoselular (hepatocellular cancer) atau Karsinoma (carcinoma).

Ketika pasien-pasien atau dokter-doter berbicara tentang kanker hati, bagaimanapun, mereka seringkali merujuk pada kanker yang telah menyebar ke hati, yang telah berasal dari organ-organ lain (seperti kolon/usus besar, lambung, pankreas, payudara, dan paru). Lebih spesifik, tipe kanker hati ini disebut penyakit (kanker) hati metastatik atau kanker hati sekunder. Jadi, istilah kanker hati sebenarnya dapat merujuk pada kanker hati metastatik atau kanker hepatoselular. Subyek dari artikel ini adalah hepatocellular carcinoma, yang akan saya rujuk sebagai kanker hati.

Tanda-tanda

AsimtomatikUntuk beberapa orang dengan kanker hati, tidak ada gejala akan terwujud sama sekali, bahkan pada tahap akhir dari penyakit. Hal ini sebagian besar disebabkan oleh tumor kanker tidak pernah benar-benar mempengaruhi fungsi keseluruhan organ. Namun, itu juga sangat mungkin bahwa gejala orang yang mengalami begitu halus sehingga mereka tidak pernah menyebabkan alarm apapun. Hal ini tidak sampai pemeriksaan rutin bahwa kondisi ini didiagnosis.

NyeriSalah satu gejala yang lebih umum dari kanker hati adalah rasa sakit. Nyeri ini biasanya terisolasi ke dada, tetapi juga dapat berdifusi ke daerah tetangga tubuh. Ketika tumor tumbuh, terutama di sepanjang dinding perikardium, dapat menyebabkan cairan menumpuk dalam kantung perikardial, yang merupakan lapisan pelindung yang mengelilingi jantung. Seiring waktu, cairan dapat mempengaruhi cara jantung memompa darah sebenarnya dan meminta beberapa tingkat nyeri dada.

Sesak NafasSebagai fungsi keseluruhan jantung dipengaruhi oleh pertumbuhan sel-sel kanker, akhirnya dapat mengambil tol pada sirkulasi darah, membatasi jumlah oksigen melewati seluruh tubuh. Dengan penurunan elemen dalam sistem, respirasi dapat menjadi diubah, memicu sesak napas atau perasaan sensasi dijelaskan tele. Jika kondisi ini berlanjut, orang tersebut bisa menjadi lebih mudah lelah atau kelelahan, tidak hanya dari tenaga yang sangat fisik, tetapi juga sehari-hari kegiatan.

PalpitasiIni juga tidak jarang menderita jantung berdebar periodik selama hidup dengan sarkoma jantung. Ketika tumor berkembang dalam setiap bagian dari hati, cara di mana otot rileks dan kontrak dapat menjadi terpengaruh, memicu perubahan dalam irama. Hal ini dapat dirasakan sebagai

Page 31: Apendisitis Akut

denyut jantung tidak teratur atau tidak rata, serta denyut nadi cepat atau berdebar-debar.

PembengkakanGejala lain potensi kanker hati adalah pembengkakan dalam ekstremitas luar tubuh. Ini biasanya merupakan indikasi dari beberapa jenis obstruksi dalam hati, baik membatasi asupan atau output darah dari pembuluh khusus. Seiring dengan berjalannya waktu, cairan mungkin mulai menumpuk di dalam kaki, pergelangan kaki atau kaki bagian bawah. Bagi yang lain, bahkan mungkin menyebabkan beberapa distensi (atau pembengkakan) di wilayah perut.

PukulanMeskipun tidak harus sebagai umum sebagai gejala lain dari kondisi ini, orang mungkin juga menderita dari akibat stroke untuk suatu sarkoma jantung. Dalam situasi ini, gejala sebenarnya adalah hasil dari sebagian dari tumor melepaskan diri dari dirinya sendiri dan menciptakan penyumbatan dalam pembuluh darah yang membawa darah ke otak. Hal ini membatasi mencret darah, oksigen dan nutrisi ke daerah ini dari tubuh, menyebabkan otak untuk bereaksi dengan cara ini.

Gejala lainSementara ini mungkin beberapa dari tanda-tanda yang lebih umum dari kanker hati, beberapa orang mungkin mengembangkan gejala lain dari kondisi yang akan dianggap “tidak spesifik” untuk penyakit. Untuk beberapa, sarkoma jantung mungkin menimbulkan keringat malam atau kehilangan berat badan. Orang lain mungkin mulai mengalami elevasi suatu suhu tubuh, sehingga demam periodik. Beberapa bahkan mungkin pergi ke gagal jantung karena pertumbuhan kanker. Bagaimana gejala nyata tergantung pada individu, lokasi dari jaringan ganas dan tahap penyakit.

Diagnosis kanker

Beragam cara dapat digunakan untuk membantu dalam menegakkan diagnosis kanker/tumor. Pemeriksaan yang paling sederhana sekaligus paling awal adalah dengan metode anamnesis, kemudian berlanjut ke pemeriksaan klinik menggunakan berbagai metode yang telah ditemukan.

1. Metode anamnesis (wawancara dan pemeriksaan fisik)

Pada saat anamnesis pasien akan ditanya (diwawancarai) secara lisan mengenai sakit yang dirasakan beserta sejarah penyakitnya (jika ada) yang akan dicatat dalam rekam medik. Selain itu hal-hal seperti rekam medik yang terdahulu, kepribadian, dan aspek psikososial pasien juga harus dicatat. Kemudian dilakukan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan fisik dapat digolongkan menjadi pemeriksaan kepala, mata, telinga, hidung, tenggorokan (kelimanya lazim disingkat HEENT), sistem pernapasan, urogenital, dan sistem lainnya. Pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan subjektif dan objektif Pemeriksaan subjektif merupakan pemeriksaan yang menggunakan metode seperti melihat atau palpasi untuk menentukan ukuran dan lokasi suatu kelainan tertentu. Adapun

Page 32: Apendisitis Akut

pemeriksaan objektif menilai hal-hal seperti tekanan daarah, detak jantung, temperatur, dan lain-lain. Semua data yang didapat harus dicatat dalam rekam medik.

2. Tes laboratorium

Tes alkaline phospatase (atau disingkat ALP), yaitu suatu tes laboratorium di mana kadar ALP yang

Fecal Occult Blood Test

tinggi menunjukkan adanya sumbatan empedu atau kanker yang telah bermetastasis ke arah hati atau tulang.

Blood Urea Nitrogen (atau disingkat BUN), yaitu tes yang digunakan untuk mengevaluasi fungsi ginjal dalam spektrum yang luas, membantu mendiagnosis kelainan pada ginjal, dan memantau pasien dengan kelainan/kegagalan ginjal yang akut/kronik

Complete Blood Count (atau disingkat CBC), merupakan tes menganalisis darah secara keseluruhan, meliputi sel darah merah, sel darah putih, hemoglobin, dan hematokrit. Tujuannya adalah untuk membantu diagnosis mengenai penyakit-penyakit darah, termasuk di antaranya kanker darah.

Fecal Occult Blood Test (atau disingkat FOBT), yaitu tes untuk mendeteksi dini adanya kanker kolon. Selain itu juga dapat digunakan untuk mendeteksi tanda-tanda dari penyakit anemia.

Urinalisis, yaitu alat diagnostik yang digunakan untuk mendeteksi substansi asing/material sel yang terdapat pada urin terkait dengan abnormalitas metabolik atau kelainan ginjal.

3.         Penanda tumor (tumor marker).

Acid phospatase. Enzim ini mengalami peningkatan sekitar 6% pada penderita kanker prostat jinak.

Adrenocorticotropic Hormone (ACTH), yaitu indikator kortisol di dalam tubuh. Kelebihan kortisol di dalam jaringan mengindikasikan adanya tumor pada kelenjar hipofisis.

α-fetoprotein (AFP). Peningkatan kadar AFP dapat berarti kanker hati (hepatokarsinoma), kanker ovarium, tumor testis dan ovarium, serta kanker lainnya (perut, kolon, paru, limfoma)

Bcl-2. Bcl-2 merupakan gen yang memiliki peran dalam menghambat terjadinya apoptosis. Peningkatan kadar Bcl-2 menunjukkan adanya sel ganas (sel kanker) dihambat apoptosisnya dalam jumlah besar.

Cancer antigen 15-3 (CA 15-3). Peningkatan kadar CA 15- 3 menunjukkan adanya kanker payudara, sirosis, dan kanker ovarium jinak.

Page 33: Apendisitis Akut

Cancer antigen 19-9 (CA 19-9). CA 19-9 merupakan antibodi monoklonal yang digunakan untuk melawan kanker kolon. Peningkatan kadar CA 19-9 ditemukan pada 21-42% penderita kanker lambung, 20-40% penderita kanker kolon, dan 71-93% penderita kanker pankreas.

Cancer antigen 125 (CA 125). Pada pasien penderita kanker ovarium sering ditemukan peningkatan kadar CA 125.

Cancer antigen 195. CA 195 digunakan sebagai penanda kanker gastrointestinal. Cancer antigen 549. CA 549 digunakan sebagai penanda kanker payudara. Kalsitonin. Peningkatan jumlah kalsitonin menunjukkan adanya hiperplasia sel-C atau

kanker medula tiroid. Namun demikian pemeriksaan lain seperti scan, biopsi, atau ultrasound tetap diperlukan untuk menegakkan diagnosis.

Catecholamines. Catecholamines digunakan untuk membedakan tipe sel tumor; sangat berguna dalam mendeteksi tumor adrenal.

Carcinoembryonic Antigen (CEA). CEA merupakan indikator yang mampu mendeteksi adanya kanker kolorektal. Selain itu juga dapat digunakan untuk mendeteksi kanker medula tiroid (MTC)

C-erb B-2. C-erb B-2 sering diasosiasikan dengan perbesaran tumor, waktu kambuh yang semakin singkat, serta peluang untuk bertahan hidup yang semakin sedikit.

Chromogranin A. Dalam keadaan normal, konsentrasi Chromogranin A selalu rendah. Sehingga peningkatan kadar Chromogranin A dapat digunakan sebagai penanda tumor, namun tidak dapat dijadikan sebagai acuan untuk menentukan letak dan jenis tumor tersebut.

Epidermal Growth Factor Receptor (EFGR). Hasil EFGR yang negatif menunjukkan prognosis yang semakin baik.

Estrogen Receptor Assay (ERA). ERA merupakan penentu apakah suatu tumor dapat diobati dengan terapi endokrin atau pengangkatan jaringan.

    Ferritin, yaitu suatu marker untuk mengetahui kadar besi dalam darah     Gastrin. Peningkatan kadar gastrin dapat menunjukkan adanya gastrinoma, namun tidak

mampu menunjukkan besaran dan jumlah tumor. Bahkan tumor yang kecil sekalipun dapat meningkatkan produksi gastrin dalam jumlah yang besar.

Glucagon. Glucagon digunakan untuk membedakan tumor sel-α. Kadar di atas 900 menunjukkan adanya glucagonoma.

5-Hydroxy-Indol Acetic Acid (5-HIAA). Digunakan dalam menganalisis urin. Hasil tes yang menunjukkan kadar di atas 15 mg/24 jam menunjukkan adanya tumor karsinoid ganas yang bisa terdapat di sistem pencernaan.

Human Chorionic Gonadotropin (HCG). HCG merupakan suatu glikoprotein yang diproduksi oleh sel syncytiotropoblastik dan digunakan sebagai penanda tumor. Semua tumor tropoblas gestatik memproduksi HCG. Selain itu, peningkatan kadar HCG juga ditemukan pada kanker paru dan kanker gastrointestinal. Namun hal ini jarang terjadi.

β subunit HCG. Digunakan sebagai penanda koriokarsinoma. Homovanilic Acid (HVA). Kadar HVA yang tinggi memicu terjadinya tumor pensekresi

Catecholamine seperti neuroblastoma, ganglioneuroma, atau feokromositoma. Lactic Dehydrogenase (LDH). Setiap tumor memproduksi LDH. Beragam kadar dari

isoenzim LDH dapat digunakan untuk mengetahui lokasi tumor terjadi. Liver Function Test (LFT). Digunakan untuk mengukur enzim yang disekresikan oleh

liver terkait dengan metastasis, sumbatan, dll.

Page 34: Apendisitis Akut

Neuron Specific Enolase (NSE). NSE merupakan isoenzim yang ditemukan di otak dan jaringan neuroendokrin. NSE merupakan penanda imunohistokimia untuk tumor sistem saraf pusat, neuroblastoma, dan tumor APUD.

Pancreatic Polypeptide. Digunakan untuk mendiagnosis tumor sel γ pankreas. Philadelphia chromosome (Ph1). Kehadiran kromosom abnormal Ph1 di sumsum tulang

merupakan dasar untk mendiagnosis leukemia myelogenik kronik. Placenta Alkaline Phospatase (PLAP). PLAP digunakan untuk membedakan tumor yang

berasal dari liver, tulang, atau sel germinal. Parathyroid hormeone like protein (PLP). Peningkatan kadar PLP merupakan penanda

kanker sel skuamosa dan kanker payudara. Progesterone Receptor Assay (PRA). PRA digunakan untuk menentukan terapi hormon

atau pengangkatan jaringan pada kanker payudara. Proinsuline C-peptide. Digunakan untuk membedakan tumor sekresi endokrin, apakah

insulinoma atau tumor sel pulau Langerhans. Prostate Specific Antigen (PSA). PSA merupakan antigen yang sensitif terhadap

keberadaan kanker prostat. Pertambahan kadar PSA berkorelasi dengan stage dan ukuran tumor.

Vanilyllmandelic Acid (SMA). Digunakan untuk mendeteksi tumor pensekresi Catecholamine seperti neuroblastoma atau ganglioneuroma.

Squamous Cell Carcinoma (SCC). Digunakan untuk mendeteksi kanker kepala, leher, atau paru.

Thyroglobulin. Peningkatan kadar thyroglobulin digunakan untuk mendeteksi tumor pada penderita kanker tiroid.

Terminal Deoxynucleotidal Transferase (TDT). TDT digunakan untuk membedakan leukimia limfosit akut dari leukimia non limfosit, serta membedakan limfoma limfoblastik dari limfoma non-Hodgkin lainnya.

Tissue Polypeptida Antigen (TPA). TPA digunakan untuk penanda kanker di daerah ginekologik, kandung kencing, atau paru.

 Alpha subunit Thyroid Stimulating Hormone (α-TSH). α-TSH digunakan sebagai pembeda tumor pankreatik dari tumor-tumor lainnya.

4. X-ray

X-ray merupakan pemeriksaan bagian dalam tubuh dengan memancarkan gelombang lalu mengukur serapannya pada bagian tubuh yang sedang diperiksa. Hasil pengukuran akan memberikan warna yang berbeda-beda pada bidang dua dimensi bergantung kepada objek yang diukur: tulang akan memberikan warna putih, jaringan akan memberikan warna keabuan, sedangkan udara memberikan warna hitam.

Pencegahan

Diseluruh dunia, mayoritas kaker hati dikaitkan dengan infeksi virus hepatitis B kronis. Sekarang, bagaimanapun, semua bayi-bayi yang baru lahir divaksinasi terhadap hepatitis B di China dan negara-negara Asia lainnya. Oleh karenanya, frekwensi virus hepatitis B kronis di generasi masa depan akan berkurang. Akhirnya, mungkin dalam tiga atau empat generasi, virus hepatitis B akan dibasmi secara

Page 35: Apendisitis Akut

total, dengan demikian mengeliminasi faktor risiko yang paling umum untuk kanker hati.

Beberapa studi-studi retrospektif (melihat kebelakang dalam waktu) menyarankan bahwa pasien-pasien dengan hepatitis C kronis yang dirawat dengan interferon lebih tidak mungkin mengembangkan kanker hati darpada pasien-pasien yang tidak dirawat. Menarik, pada studi-studi ini, perawatan interferon tampaknya menyediakan manfaat ini , bahkan pada pasien-pasien yang mempunyai lebih sedikit dari suatu respon antivirus yang optimal pada interferon. Meski demikian, tetap perlu dilihat apakah risiko mengembangkan sirosis dan kanker hati dikurangi secara signifikan pada pasien-pasien yang diikuti secara prospektif yang merespon pada interferon.

Satu studi Jepang telah melaporkan bahwa suatu retinoid derivative (suatu senyawa yang berhubungan dengan vitamin A) adalah efektif dalam pencegahan kekambuhan kanker hati setelah pengangkatan kanker hati secara operasi ( resection of the liver). Sekarang ini, senyawa ini tidak tersedia di Amerika. Itu akan menjadi minat yang besar untuk mempelajari penggunaan senyawa ini dalam hubungan dengan terapi yang meredakan/meringakan kanker hati lainnya.

POLIP RECTI

Polip Di Usus Besar & Rektum

DEFINISI

Polip adalah pertumbuhan jaringan dari dinding usus yang menonjol ke dalam ususdan biasanya tidak ganas.Polip bisa tumbuh dengan atau tanpa tangkai dan ukurannya bervariasi.Polip paling sering ditemukan di rektum dan bagian bawah usus besar (kolon), dan jarang ditemukan di kolon bagian atas.Sekitar 25% penderita kanker usus besar juga memiliki polip di tempat lain di usus besar.Jika polipadenomatosadi kolon tidak diangkat, kemungkinan akan menjadi ganas.Makin besar ukurannya, makin besar

Page 36: Apendisitis Akut

resiko terjadinya keganasan.GEJALA

Kebanyakan polip tidak menyebabkan gejala, tapi gejala paling sering terjadi adalah perdarahan dari rektum.Polip yang besar bisa menyebabkan kram, nyeri perut atau penyumbatan usus.Polip yang bertangkai panjang jarang turun ke bawah melalui anus.Polip besar dengan bentuk seperti jari (adenoma vilus) bisa mengeluarkan air dangaram, menyebabkan diare cair yang bisa menyebabkan menurunnya kadar kaliumdarah (hipokalemia). Jenis polip ini lebih sering berkembang menjadi keganasan(kanker).

DIAGNOSA

Pada pemeriksaan colok dubur akan dapat dirasakan oleh jari tangan adanya polip direktum.Selain itu, polip biasanya ditemukan pada pemeriksaan rutin sigmoidoskopi.Bila pada sigmoidoskopi ditemukan polip, maka dilakukankolonoskopiuntuk memeriksa keseluruhan usus besar. Pemeriksaan ini dilakukan, karena seseorangsering memiliki polip lebih dari satu dan karena polip bisa bersifat ganas.Pada kolonoskopi juga dilakukan pengambilan contoh jaringan untuk biopsidaridaerah yang kelihatannya ganas.

PENGOBATAN

Penderita diberi obat pencahar dan enema untuk mengosongkan usus. Lalu polipdiangkat selama kolonoskopi dengan menggunakan pisau bedah atau lingkaran kawatyang dialiri arus listrik. Bila polip tidak memiliki tangkai atau tidak dapat diambilselama kolonoskopi, mungkin perlu dilakukan pembedahan perut.Ahli patologi memeriksa polip yang telah diambil.Bila polip bersifat ganas, pengobatan tergantung kepada faktor-faktor tertentu.Contohnya, resiko penyebaran kanker lebih tinggi jika kanker sudah mencapai tangkai polip atau lebih dekat ke tempat pemotongan. Resiko penyebaran kanker juga bisadidasarkan pada hasil pemeriksaan ahli patologi terhadap penampakan polip di bawahmikroskop.Bila resikonya rendah, tidak diperlukan pengobatan lebih lanjut. Bila resikonya tinggi, bagian usus besar yang terkena diangkat melalui pembedahan dan potongannyadisambungkan lagi.

Page 37: Apendisitis Akut

Tugas patologi anatomi

Page 38: Apendisitis Akut

NAMA : JERDAN ILHAMPRATAMA

Npm : 10310203

Universitas malahayati fakultas kedokteran umum 2014