Anemia Def Besi

19
BAB I Pendahuluan Anemia adalah penurunan jumlah massa eritrosit sehingga tidak dapat memenuhi fungsinya untuk membawa oksigen dalam jumlah yang cukup ke jaringan perifer. Keadaan anemia ditunjukkan oleh penurunan kadar hemoglobin, hematokrit atau hitung eritrosit (red cell count). Tetapi yang paling lazim dipakai adalah kadar hemoglobin, kemudian hematokrit (Hoffbrand, 2006). Anemia defisiensi besi (ADB) adalah anemia yang timbul akibat berkurangnya penyediaan besi untuk eritropoesis, hal ini disebabkan cadangan besi kosong sehingga pembentukan hemoglobin berkurang. Anemia bentuk ini merupakan bentuk anemia yang sering ditemukan di dunia, terutama di negara yang sedang berkembang. Diperkirakan sekitar 30 % penduduk dunia menderita anemia, dan lebih dari setengahnya merupakan anemia defisiensi besi. Anemia defisiensi besi lebih sering ditemukan di negara yang sedang berkembang sehubungan dengan kemampuan ekonomi yang terbatas, masukan protein hewani yang rendah, dan investasi parasit yang merupakan masalah endemik. Saat ini di Indonesia anemia defisiensi besi merupakan salah satu masalah gizi utama disamping kurang kalori protein, vitamin A dan Yodium (Sudoyo, 2006). 1

Transcript of Anemia Def Besi

BAB I PendahuluanAnemia adalah penurunan jumlah massa eritrosit sehingga tidak dapat memenuhi fungsinya untuk membawa oksigen dalam jumlah yang cukup ke jaringan perifer. Keadaan anemia ditunjukkan oleh penurunan kadar hemoglobin, hematokrit atau hitung eritrosit (red cell count). Tetapi yang paling lazim dipakai adalah kadar hemoglobin, kemudian hematokrit (Hoffbrand, 2006). Anemia defisiensi besi (ADB) adalah anemia yang timbul akibat berkurangnya penyediaan besi untuk eritropoesis, hal ini disebabkan cadangan besi kosong sehingga pembentukan hemoglobin berkurang. Anemia bentuk ini merupakan bentuk anemia yang sering ditemukan di dunia, terutama di negara yang sedang berkembang. Diperkirakan sekitar 30 % penduduk dunia menderita anemia, dan lebih dari setengahnya merupakan anemia defisiensi besi. Anemia defisiensi besi lebih sering ditemukan di negara yang sedang berkembang sehubungan dengan kemampuan ekonomi yang terbatas, masukan protein hewani yang rendah, dan investasi parasit yang merupakan masalah endemik. Saat ini di Indonesia anemia defisiensi besi merupakan salah satu masalah gizi utama disamping kurang kalori protein, vitamin A dan Yodium (Sudoyo, 2006). Anemia defisiensi besi merupakan penyakit anemia yang paling sering terjadi pada bayi, anak, dan wanita hamil. Menurut United Nations Children's Fund (Unicef), 90% dari semua jenis anemia di dunia karena defisiensi besi besi (Countinho,et al, 2005). Defisiensi besi dapat terjadi bila jumlah besi yang diserap untuk memenuhi kebutuhan tubuh terlalu sedikit, yang dapat diakibatkan oleh kurangnya pemasukan zat besi, berkurangnya zat besi dalam makanan, meningkatnya kebutuhan akan zat besi. Bila hal tersebut berlangsung lama maka defisiensi zat besi akan menimbulkan anemia (Sudoyo, 2006). Anak-anak di negara berkembang sangat rentan terkena anemia defisiensi besi karena kebutuhan besi akibat pertumbuhan meningkatresiko terinfeksi cacing yang tinggi dan asupan besi rendah pada diet makan mereka. Pada

1

negara berkembang prevalensi anemia defisiensi besi (ADB) pada anak diperkirakan mencapai sekitar 30%.(King, et al, 2007). Selain dibutuhkan untuk pembentukan hemoglobin yang berperan dalam penyimpanan dan penangkutan oksigen, zat besi juga terdapat dalam beberapa enzim yang berperan dalam metabolisme oksidatif, sintesis DNA

(Deoxyribonucleic acid), neurotransmitter dan proses katabolisme yang dalam bekerjanya membutuhkan ion besi. Dengan demikian, kekurangan besi mempunyai dampak yang merugikan bagi pertumbuhan dan perkembangan anak, menurunkan daya tahan tubuh, menurunkan konsentrasi belajar dan mengurangi aktivitas kerja (Sudoyo, 2006). Anemia defisiensi besi hampir selalu terjadi sekunder karena adanya penyakit yang mendasarinya, sehingga pemeriksaan dan pengetahuan terhadap penyakit dasarnya menjadi bagian penting dari pengobatan. Prinsip pengobatan anemia defisiensi besi adalah mengetahui faktor penyebab dan mengatasinya serta memberikan terapi penggantian dengan preparat besi (Price, 2005). Cara membedakan anemia defisiensi besi dengan anemia lainnya yang termasuk jenis anemia mikrositik hipokromik untuk dapat menegakkan diagnosis adalah dengan pemeriksaan penunjang kadar Fe serum, kadar feritin dan cadangan besi di sumsum tulang. Jika ketiga hal tersebut jumlahnya menurun dalam darah, maka dapat ditegakkan diagnosis anemia defisiensi besi (Price, 2005). Adapun untuk penatalaksaannya adalah dengan memberikan suplemen terapeutik, transfusi darah, dan dengan cara parenteral. Terapi pemberian besi per oral yang sering dipakai adalah sedian ferrous sulfat karena harganya lebih murah. Terapi secara parenteral juga dapat diberikan, akan tetapi terapi ini tidak harus dilakukan jika penderita dapat menelan makanan (Price, 2005).

2

BAB II IsiA. Tanda dan Gejala Klinis Gejala anemia defisiensi besi dibagi menjadi 3 golongan yaitu : 1. Gejala Umum Badan lemah lesu, cepat lelah, mata berkunang-kunang, serta telinga mendenging (Bakta, 2006). 2. Gejala Khusus akibat defisiensi besi (Bakta, 2006). a) Koilonychia : kuku sendok, yaitu kuku menjadi rapuh, bergaris-garis vertical dan menjadi cekung sehingga mirip seperti sendok b) Atrofi papil lidah : permukaan lidah menjadi licin dan mengkilap karena papil lidah menghilang c) Stomatitis angularis : adanya keradangan pada sudut mulut sehingga tampak sebagai bercak berwarna pucat keputihan d) Disfagia : nyeri menelan karena kerusakan epitel hipofaring e) Atrofi mukosa gaster sehingga menimbulkan akhloridia 3. Gejala penyakit dasar Pada anemia defisiensi besi dapat dijumpai gejala-gejala penyakit yang menjadi penyebab anemia defisiensi besi tersebut, contoh : ADB akibat penyakit cacing maka gejala yang timbul adalah dyspepsia, parotis membengkak dan kulit telapak tangan berwarna kuning seperti jerami (Bakta, 2006). B. Patofisiologi dan Patogenesis Anemia defisiensi besi merupakan hasil akhir keseimbangan besi yang berlangsung lama. Bila kemudian keseimbangan besi yang negatif ini menetap, maka akan menyebabkan cadangan besi berkurang (Martini, 2009). Ada tiga tahap dari anemia defisiensi besi, yaitu: 1. Tahap petama. Tahap ini disebut iron depletion atau iron deficiency, ditandai dengan berkurangnya cadangan besi atau tidak adanya cadangan besi.

3

Hemoglobin dan fungsi protein besi lainnya masih normal. Pada keadaan ini terjadi peningkatan absorbsi besi non heme. Feritin serum menurun sedangkan hasil pemeriksaan lain masih normal (Bakta, 2006). 2. Tahap kedua Pada tingkat ini yang dikenal dengan istilah iron deficient erytropoietin atau iron limited erytropoiesis didapatkan suplai besi yang tidak cukup untuk menunjang eritropoiesis. Dari hasil pemeriksaan laboratorium diperoleh nilai besi serum menurun dan saturasi transferin menurun sedangkan total iron binding capacity (TIBC) meningkat dan free erytrocyt porphyrin (FEP) meningkat (Bakta, 2006). 3. Tahap ketiga Tahap inilah yang disebut sebagagi iron deficiency anemia. Keadaan ini terjadi bila besi yang menuju eritroid sumsum tulang tidak cukup sehingga menyebabkan penurunan kadar Hb (Bakta, 2006). C. Pemeriksaan Penunjang 1. Screening Test 1) Kadar hemoglobin : < 9gr/dl 2) Hematokrit : < 27 % 3) Indeks eritrosit i. MCV : < 70 fl ii. MCH : < 29 pg iii. MCHC : < 30% 4) Apusan Darah Tepi a. Mikrositik hipokromik b. Anisositosis c. Poikilositosis 1. Polikromasi 2. Sel pensil 3. Sel target (kadang-kadang) Penunjang dan Penjelasan Hasil Pemeriksaan

4

2. Pemeriksaan Khusus 1) Serum Iron : < 50 mg/dl

2) TIBC (Total Iron Binding Capacity) : > 350 mg/dl 3) Saturasi Transferin 4) Feritin Serum 3. Pemeriksaan Sumsum Tulang Menunjukkan hiperplasia normoblastik dengan normoblast kecil-kecil (Bakta, 2006). D. Penegakan Diagnosis Diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil temuan dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan laboratorium yang dapat mendukung sehubungan dengan gejala klinis yang sering tidak khas (Bakta, 2006). Ada beberapa kriteria diagnosis yang dipakai untuk menentukan ADB 1. Kriteria diagnosis ADB menurut WHO: a. Kadar HB kurang dari normal sesuai usia b. Konsentrasi Hb eritrosit rata-rata 31 pg. c. Kadar Fe serum