Anemia def. FE UMI.doc

25
BAB I PENDAHULUAN Anemia merupakan masalah medic yang paling sering dijumpai di seluruh dunia. Di Negara berkembang, anemia merupakan masalah kesehatan utama masyarakat. Anemia adalah pengurangan jumlah sel darah merah, kuantitas hemoglobin, dan volume pada sel darah merah (hematokrit) per 100 ml darah. Secara fungsional didefinisikan sebagai penurunan jumlah massa eritrosit sehingga tidak dapat memenuhi fungsinya untuk membawa oksigen dalam jumlah yang cukup ke jaringan perifer. Defisiensi besi dikenal sebagai defisiensi nutrisi paling umum di seluruh dunia. Pola hidup masyarakat di Negara berkembang yang di bawah standar kesehatan menyebabkan kasus anemia sering terjadi terutama Anemia Defisisensi Besi (ADB). Anemia defisiensi zat besi adalah kondisi dimana seseorang tidak memiliki zat besi yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuhnya atau pengurangan sel darah karena kekurangannya zat besi. Anemia defisiensi besi akibat defisiensi nutrisi merupakan masalah utama nutrisi yang memiliki prevalensi paling tinggi. Di Amerika Serikat 9% anak yang berumur 1–2 tahun menderita defisiensi besi, 3% menderita anemia defisiensi besi, wanita dewasa 9% menderita defisiensi besi, 2% menderita anemia defisiensi besi. Pada masa pubertas, anak laki-laki 50% mengalami penurunan cadangan besi. Di negara yang sedang berkembang terdapat laporan bahwa defisiensi besi dan anemia defisiensi besi mempunyai prevalensi yang lebih tinggi, meningkat dalam beberapa dekade terakhir. Pada penelitian tahun 2008 Prevalensi defisiensi besi pada wanita hamil sangat Lapsus Farmasi Page 1

Transcript of Anemia def. FE UMI.doc

BAB I

PENDAHULUANAnemia merupakan masalah medic yang paling sering dijumpai di seluruh dunia. Di Negara berkembang, anemia merupakan masalah kesehatan utama masyarakat. Anemia adalah pengurangan jumlah sel darah merah, kuantitas hemoglobin, dan volume pada sel darah merah (hematokrit) per 100 ml darah. Secara fungsional didefinisikan sebagai penurunan jumlah massa eritrosit sehingga tidak dapat memenuhi fungsinya untuk membawa oksigen dalam jumlah yang cukup ke jaringan perifer. Defisiensi besi dikenal sebagai defisiensi nutrisi paling umum di seluruh dunia. Pola hidup masyarakat di Negara berkembang yang di bawah standar kesehatan menyebabkan kasus anemia sering terjadi terutama Anemia Defisisensi Besi (ADB).

Anemia defisiensi zat besi adalah kondisi dimana seseorang tidak memiliki zat besi yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuhnya atau pengurangan sel darah karena kekurangannya zat besi. Anemia defisiensi besi akibat defisiensi nutrisi merupakan masalah utama nutrisi yang memiliki prevalensi paling tinggi. Di Amerika Serikat 9% anak yang berumur 12 tahun menderita defisiensi besi, 3% menderita anemia defisiensi besi, wanita dewasa 9% menderita defisiensi besi, 2% menderita anemia defisiensi besi. Pada masa pubertas, anak laki-laki 50% mengalami penurunan cadangan besi. Di negara yang sedang berkembang terdapat laporan bahwa defisiensi besi dan anemia defisiensi besi mempunyai prevalensi yang lebih tinggi, meningkat dalam beberapa dekade terakhir. Pada penelitian tahun 2008 Prevalensi defisiensi besi pada wanita hamil sangat tinggi, di negara berkembang 6085% wanita hamil mengalami anemia dengan penyebab dominan defisiensi besi.Penyebab utama anemia gizi adalah konsumsi zat besi yang tidak cukup dan absorbsi zat besi yang rendah dan pola makan yang kurang beraneka ragam. Selain itu infestasi cacing tambang memperberat keadaan anemia yang diderita pada daerahdaerah tertentu terutama daerah pedesaan. Soemantri (2003), menyatakan bahwa anemia gizi juga dipengaruhi oleh faktorfaktor lain seperti sosial ekonomi, pendidikan, status gizi dan pola makan, fasilitas kesehatan, pertumbuhan, daya tahan tubuh dan infeksi. Faktor- faktor tersebut saling berkaitan.Dengan demikian, anemia bukan suatu diagnosis melainkan pencerminan dari dasar perubahan patofisiologis, yang diuraikan oleh anamnesa dan pemikiran fisik yang teliti, serta didukung oleh pemeriksaan laboratorium. BAB II

TINJAUAN PUSTAKA2.1 Definisi Anemia

Anemia adalah keadaan menurunnya kadar Haemoglobin, Hematokrit dan sel darah merah secara kwantitatif dan kwalitatif dibawah nilai normal, sehingga tidak dapat memenuhi fungsinya untuk membawa oksigen dalam jumlah yang cukup ke jaringan perifer.Anemia defisiensi zat besi adalah kondisi dimana seseorang tidak memiliki zat besi yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuhnya atau pengurangan sel darah karena kurangnya zat besi.

2.2 Etiologi

Defisiensi zat besi terjadi jika kecepatan kehilangan atau penggunaan elemen tersebut melampaui kecepatan asimilasinya. Penurunan cadangan zat besi jika bukan pada anemia yang nyata, biasanya dijumpai pada bayi dan remaja dimana merupakan masa terbanyak penggunaan zat besi untuk pertumbuhan. Neonatal yang lahir dari perempuan dengan defisiensi besi jarang sekali anemis tetapi memang memiliki cadangan zat besi yang rendah. Bayi ini tidak memiliki cadangan yang diperlukan untuk pertumbuhan setelah lahir. ASI merupakan sumber zat besi yang adekuat secara marginal.

Berdasarkan data dari the third National Health and Nutrition Examination Survey ( NHANES III ), defisiensi besi ditentukan oleh ukuran yang abnormal dari serum ferritin, transferring saturation, dan/atau erythrocyte protophorphyrin. Kebutuhan zat besi yang sangat tinggi pada laki-laki dalam masa pubertas dikarenakan peningkatan volume darah, massa otot dan myoglobin. Pada wanita kebutuhan zat besi setelah menstruasi sangat tinggi karena jumlah darah yang hilang, rata-rata 20mg zat besi tiap bulan, akan tetapi pada beberapa individu ada yang mencapai 58 mg. Penggunaan obat kontrasepsi oral menurunkan jumlah darah yang hilang selama menstruasi, sementara itu alat-alat intrauterin meningkatkan jumblah darah yang hilang selama menstruasi.

Penurunan absorpsi zat besi, hal ini terjadi pada banyak keadaan klinis. Setelah gastrektomi parsial atau total, asimilasi zat besi dari makanan terganggu, terutama akibat peningkatan motilitas dan by pass usus halus proximal, yang menjadi tempat utama absorpsi zat besi. Pasien dengan diare kronik atau malabsorpsi usus halus juga dapat menderita defisiensi zat besi, terutama jika duodenum dan jejunum proximal ikut terlibat. 2.3 Penyebab Anemia Defisiensi Besi 1) Asupan besi yang tidak cukup misalnya pada bayi yang diberi makan susu sampai usia antara 12-24 bulan dan pada individu tertentu yang hanya memakan sayur- sayuran saja.2) gangguan absorpsi seperti setelah gastrektomi 3) kehilangan darah yang menetap seperti pada perdarahan saluran cerna yang lambat karena polip, neoplasma, gastritis varises esophagus, makan aspirin dan hemoroid.Dalam keadaan normal tubuh orang dewasa rata-rata mengandung 3 sampai 5 g besi, bergantung pada jenis kelamin dan besar tubuhnya. Hampir dua pertiga besi terdapat dalam hemoglobin yang dilepas pada proses penuaan serta kematian sel dan diangkut melalui transferin plasma ke sumsum tulang untuk eritropoiesis. Dengan kekecualian dalam jumlah yang kecil dalam mioglobin (otot) dan dalam enzim-enzim hem, sepertiga sisanya disimpan dalam hati, limpa dan dalam sumsum tulang sebagai feritin dan sebagai hemosiderin untuk kebutuhan-kebutuhan lebih lanjut.2.4 Patofisiologi anemia defisiensi besi

Walaupun dalam diet rata-rata terdapat 10 - 20 mg besi, hanya sampai 5% - 10% (1 - 2 mg) yang sebenarnya sampai diabsorpsi. Pada persediaan besi berkurang maka besi dari diet tersebut diserap lebih banyak. Besi yang dimakan diubah menjadi besi fero dalam lambung dan duodenum, penyerapan besi terjadi pada duodenum dan jejunum proksimal. Kemudian besi diangkut oleh transferin plasma ke sumsum tulang untuk sintesis hemoglobin atau ke tempat penyimpanan di jaringan. 2.5 Manifestasi Klinis Anemia pada penderita defisiensi besiAda banyak gejala dari anemia, setiap individu tidak akan mengalami seluruh gejala dan apabila anemianya sangat ringan, gejalanya mungkin tidak tampak. Beberapa gejalanya antara lain; warna kulit yang anemis, mudah lelah, peka terhadap cahaya, pusing, lemah, nafas pendek, lidah kotor, selera makan turun, sakit kepala (biasanya bagian frontal).

Defisiensi zat besi mengganggu proliferasi dan pertumbuhan sel. Yang utama adalah sel dari sum-sum tulang, setelah itu sel dari saluran makan. Akibatnya banyak tanda dan gejala anemia defisiensi besi terlokalisasi pada sistem organ ini:

o Glositis ; lidah merah, bengkak, licin, bersinar dan lunak, muncul secara sporadis.

o Stomatitis angular ; erosi, kerapuhan dan bengkak di susut mulut.

o Atrofi lambung dengan aklorhidria ; jarang

o Selaput pascakrikoid (Sindrom Plummer-Vinson) ; pada defisiensi zat besi jangka panjang.

o Koilonikia (kuku berbentuk sendok) ; karena pertumbuhan lambat dari lapisan kuku.

o Menoragia ; gejala yang biasa pada perempuan dengan defisiensi besi.

Symptoms Associated With Iron Deficiency Anemia

2.6 Penegakan Diagnosis Laboratorium a. Penurunan cadangan zat besiPada stadium ini, aspirasi sum-sum tulang dengan pewarnaan prusian blue jelas menunjukkan penurunan atau tidak adanya simpanan zat besi dalam makrofag. Kondisi ini diikuti oleh penurunan kadar feritin serum.

b. Eritropoisis kekurangan zat besi

Kapasitas ikat besi total (TIBC) serum pertama-tama meningkat, lalu diikuti penurunan mendadak zat besi serum. Akibatnya saturasi fungsional transferin turun. Kadar saturasi transferin yang penting untuk mendukung eritropoisis adalah sekitar 15%. Dibawah nilai ini, eritropoisis kekurangan zat besi tidak dapat dihindarkan. Sel darah merah dalam sirkulasi menjadi lebih mikrositik dan hipokromik. Hal ini diikuti oleh peningkatan FEP (Free Erytrocyte Protoporphyrin).

Anemia defisiensi besi Sel darah merah menjadi sangat hipokromik dan mikrositik

Sering hanya kerangka tipis sitoplasma yang muncul di tepi sel darah merah.

Fragmen kecil dan poikilositosis juga dapat terlihat. Membran eritrosit kaku, kelangsungan hidup sel darah merah ini lebih pendek dalam sirkulasi.

Retikulosit (N: 50.000/ml)

Leukosit N

Trombosit N/

Sum-sum tulang menunjukkan hiperplasia eritrosit sedang.

Reseptor transferin dilepaskan dari membran plasma sel dan dapat dideteksi dalam plasma. Sumber utama transferin adalah sel hematopoitik di sum-sum tulang.

Jumblah reseptor transferin dalam plasma meningkat pada pasien dengan defisiensi besi, sehingga memberikan kemungkinan tes diagnostik lain untuk kondisi ini.

Kadar serum ferritin yang rendah (8.5 mg/L) merupakan indikator paling awal dan paling sensitif dari defisiensi besi. Akan tetapi peningkatan TfR juga dapat terjadi pada Talasemia dan anemia hemolitik.2.7 Diagnosis Banding

Pada pasien dengan anemia hipokrom mikrositik, kemungkinan diagnostik utama adalah anemia defisiensi besi, talasemia, anemia karena radang kronik, keracunan timbal, dan anemia sideroblastik.

Diagnosis banding anemia mikrositik hipokrom

2.8 Pengobatan anemia pada penderita defisiensi besiDefisiensi zat besi berespons sangat baik terhadap pemberian obat oral seperti garam besi (misalnya sulfas ferosus) atau sediaan polisakarida zat besi (misalnya polimaltosa ferosus). Terapi zat besi yang dikombinasikan dengan diit yang benar untuk meningkatkan penyerapan zat besi dan vitamin C sangat efektif untuk mengatasi anemia defisiensi besi karena terjadi peningkatan jumlah hemoglobin dan cadangan zat besi. CDC merekomendasikan penggunaan elemen zat besi sebesar 60mg, 1-2 kali perhari bagi remaja yang menderita anemia. Contoh dari suplemen yang mengandung zat besi dan kandungan elemen zat besi dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tetapi resiko efek samping ini dapat dikurangi dengan cara menaikkan dosis secara bertahap,menggunakan zat besi dosis rendah, atau menggunakan preparat yang mengandung elemen besi yang rendah, salah satunya glukonat ferosus. Kompleks polisakarida zat besi seringkali lebih berhasil dibandingkan dengan garam zat besi, walaupun kenyataannya tablet tersebut mengandung 150 mg elemen zat besi.

BAB III

LAPORAN KASUS

3.1 Identitas Penderita

Nama

: Ny. N

Umur

: 25 tahun

Jenis kelamin: Perempuan

Agama

: Islam

Pekerjaan : Ibu Rumah tangga

Pendidikan: SMP

Alamat

: Jebres, Surakarta

3.2 ANAMNESA

1. Keluhan Utama : mudah lelah

2. Riwayat Penyakit Sekarang Pasien mengatakan hamil anak pertama dengan umur kehamilan 8 bulan datang dengan keluhan mudah lelah, disertai pusing, pegal-pegal pada pinggang dan kaki .Pasien sering merasakan badan lemas setelah melakukan aktivitas ringan, pasien juga kadang merasakan mata berkunang-kunang jika berdiri agak lama atau jika berubah posisi dari duduk ke berdiri, tidak mual, tidak muntah, dan tidak merasa Perut kenceng-kenceng.

3. Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat sesak nafas : Disangkal Riwayat Hipertensi : Disangkal Riwayat Penyakit Jantung: Disangkal Riwayat DM : Disangkal Riwayat Asma: Disangkal Riwayat Alergi Obat/makanan: Disangkal Riwayat Minum Obat Selama Hamil: Disangkal Riwayat Operasi : Disangkal4. Riwayat Penyakit Keluarga Riwayat Sakit serupa seperti pasien : Disangkal Riwayat Hipertensi : Disangkal Riwayat Penyakit Jantung : Disangkal Riwayat DM : Disangkal Riwayat Asma : Disangkal Riwayat Alergi Obat/ makanan : Disangkal

5. Riwayat Menstruasi

- Menarche : umur 12 tahun

- Siklus

: teratur, 28 hari sekali

- Banyaknya : normal (2-3 pembalut/hari)

- Lamanya: 7 hari

- HPHT

: 15-07-2014-HPL

: 22-04-20156. Riwayat KB: Tidak menggunakan KB7. Riwayat pernikahan : Menikah 1 kali, dengan suami sekarang selama 1 tahun.8. Riwayat Kehamila Sekarang :

1. Trisemester 1 : ANC 1 kali ke bidan

Keluhan: Ibu mengatakan pusing, cepat lelah serta nafsu makan menurun.Terapi : Tablet Fe 1x1/hari , Vit. B kompleks tab 3x1

2. Trisemester II : periksa 1 kali ke BidanKeluhan : ibu mengatakan pegal-pegal dipinggang sampai ke kaki, cepat lelah.

Terapi : Tablet Sangobion 1x1 tablet/hari, Vitamin B kompleks tab 3x1.3. Trisemester III : periksa1 kali di RSUD Moewardi

Keluhan : ibu mengatakan cepat lelah, pegal-pegal dipinggangTerapi : Tablet Fe 1x1 tablet/hari

9. Life Style :

a. Nutrisi :

sebelum hamil : makan 3 kali sehari dengan porsi nasi, lauk, sayur dan buah, ibu minum 7-8 gelas/hari.

Saat hamil : Ibu makan 2 kali sehari, ibu kurang nafsu makan, ibu minum 7-8 gelas/hari.

b. Pola Istirahat dan tidur- Sebelum hamil : ibu tidur malam 7-8 jam/hari, tidur siang 1 jam.

- Saat hamil : ibu tidur malam 5-6 jam/hari, tidur siang 1 jam.c.Aktivitas /Olahraga : ibu hanya mengerjakan aktifitasnya sebagai ibu rumah tangga, ibu jarang berolahraga, bila ibu bekerja terlalu berat, ibu merasa cepat pusing dan lelah.

3.3 PEMERIKSAAN FISIK

1. Status Present

Keadaan umum: Cukup Kesadaran

: Compos mentis Tensi

: 120/80 mmHg Nadi

: 80 x/menit Respiratori rete

: 18x/menit Temperature

: 36,5 C Tinggi Badan

: 150 cm Berat Badan

: 65 kg2. Pemeriksaan umum1. Kepala : Mata : anemi +/+, ikterik -/-, odem palpebra -/-

Wajah: simetris

Mulut: kebersihan gigi geligi cukup, stomatitis (-), hiperemi pharyng (-), pembesaran tonsil -

2. Leher : pembesaran kelenjar getah bening (-).3. Thorax

a. Pulmo :

Inspeksi : Pergerakan pernafasan simetris, tipe pernapasan normal. Retraksi costa -/-

Palpasi : teraba massa abnormal -/-, pembesaran kelenjar axilla -/-

Perkusi : sonor +/+, hipersonor -/-, pekak -/-

Auskultasi : vesikuler +/+, wheezing -/-, ronchi -/-

Jantung :Inspeksi : iktus cordis tidak tampak

Palpasi : Ictus cordis kuat angkat.

Perkusi : batas jantung normalAuskultasi : denyut jantung regular, S1/S2, murmur (-).

4. AbdomenInspeksi : pembesaran perut membujur Striae livide (-), striae albican (-), Linea Alba (-), Linea Nigra (+).

Auskultasi : suara bising usus normal, DJJ : 130x/menit

Perkusi : tympani (+)Palpasi : TFU 2 jari dibawah processus xyphoideus (38 cm), punggung kanan, bagian terbawah kepala, belum masuk PAP.

5. Ekstremitas: odema (-), anemis (-), sianosis (-), Reflek patella +/+Status obstetri :

Pemeriksaan luar: Leopold I: TFU 2 jari dibawah processus xyphoideus (38 cm), Bagian teratas dari fundus teraba agak bulat, besar, lunak, tidak melenting kesan: bokong. Leopold II:Tahanan memanjang sebelah kanan. punggung janin : punggung kanan, tunggal Leopold III: di bagian bawah teraba bulat, besar, keras, melenting, bagian terendah janin ,kesan: kepala, Leopold IV: belum masuk PAP.Bunyi jantung janin: 130 x/menit,regular. Pemeriksaan dalam :

VT : tidak dilakukan

3.4 PEMERIKSAAN PENUNJANG1. Darah Lengkap

Hemoglobin : 9 gr/dl

Hematokrit: 31,8 %

Eritrosit: 4,2 x 106/uL

Leukosit : 10 x 103/uL

Trombosit : 297 x 103/uL

Golongan Darah : A

2. Pemeriksaan Kimia Darah

GDS : 88 mg/dL Ureum : 23 mg/dL Creatinin : 0,6 mg/dL3. Pemeriksaan Hapusan Darah Eritrosit: kesan jumlah menurun Hipokrom Micrositer.

Leukosit: kesan jumlah normal

Trombosit : kesan jumlah normal

3.5 DIAGNOSIS

GI P0000 Ab000 , Usia Ibu 25 tahun, hamil 41-42 minggu , Anak tunggal hidup intauterin, punggung Kanan,letak kepala belum masuk PAP, belum inpartu dengan Anemia Defisiensi Besi.3.6 TERAPI

R/ FeSO4 tab mg 200 No L

3 dd tab I tab p.c

Pro : Ny. N

Umur: 25 th3.7 PROGNOSIS

Ad vitam

: bonam

Ad sanam

: bonam

Ad fungsionam: bonam

BAB IVPEMBAHASAN ANEMIA DEFISIENSI BESI DALAM KEHAMILANSeseorang, baik pria maupun wanita, dinyatakan menderita anemia apabila kadar hemoglobin dalam darahnya kurang dari 12 g/100 ml. Anemia lebih sering dijumpai dalam kehamilan. Hal itu disebabkan karena dalam kehamilan keperluan akan zat-zat makanan bertambah dan terjadi pula perubahan-perubahan dalam darah dan sumsum tulang.

Darah bertambah banyak dalam kehamilan, yang lazim disebut hidremia atau hipervolemia. Akan tetapi, bertambahnya sel-sel darah kurang dibandingkan dengan bertambahnya plasma, sehinggag terjadi pengenceran darah. Pertambahan tersebut berbanding sebagai berikut: plasma 30%, sel darah 18%, dan hemoglobin 19%.

Pengenceran darah dianggap sebagai penyesuaian diri terhadap fisiologidalam kehamilan dan bermanfaat bagi wanita. Pertama-tama pengenceran itu meringankan beban jantung yang harus bekerja lebih berat dalam masa hami, karena sebagai akibat hidremia cardiac output meningkat. Kerja jantung lebih ringan apabila viskositas darah rendah. Resistensi perifer berkurang pula, sehingga tekanan darah tidak naik. Kedua, pada perdarahan waktu persalinan, banyaknya unsur besi yang hilang lebih sedikit dibandingkan dengan apabila darah itu tetap kental.

Bertambahnya darah dalam kehamilan sudah mulai sejak kehamilan um ur 10 minggu dan mencapai puncaknya dalam kehamilan antara 32 dan 36 minggu. Hoo Swit Tjiong menemukan dalam penyelidikan berangkai pada 21 wanita di RS Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta dari kehamilan 8 minggu sampai persalinan dan 40 hari postpartum, bahw a kadar Hb, jumlah eritrosit, dan nilai hematokrit, ketiga-tiganya menurun selama kehamilan sampai 7 hari postpartum.setelah itu ketiga nilai itu meningkat, dan 40 hari postpartum mencapai angka-angka yang kira-kira sama dengan angka-angka di luar kehamilan. Hasil penyelidikan ini disokong oelh penyelisikan lain pada 3551 wanita hamil yang dilakukan dalam waktu dan di rumah sakit yang sama.

Berdasarkan uraian di atas, Dr. dr. Suwoto Tjondro Hudono, mengtambil nilai 10 g/100 ml sebagai batas terendah untuk kadar Hb dalam kehamilan. Seorang wanita hamil yang memiliki Hb kurang dari 10 g/100 ml barulah disebut menderita anemia dalam kehammilan. Karena itu, wanita hamil dengan Hb antara 10 dan 12 g/100 ml tidak dianggap menderita anemia patologik, akan tetapi anemia fisiologik atau pseudoanemia.A. Pengaruh Anemia dalam Kehamilan

Anemia dalam kehamilahn memberi pengaruh kurang baik baik ibu, baik dalam kehamilan, persalinan maupun dalam nifas dan masa selanjutnya. Pelbagai penyulit dap[at timbul akibat anemia, seperti:

a) Abortus

b) Partus prematurus

c) Partus lama karena inertia uteri

d) Perdarahan postpartum karena atonia uteri

e) Syok

f) Infeksi, baik intrapartum maupun postpartum

g) Anemia yang sangat berat dengan Hb kurang dari 4 g/100 ml dapat menyebabkan dekompensasi kordis.

Hipoksia akibat anemia dapat menyebabkan syok dan kematian pada ibu pada persalinan sulit, walaupun tidak terjadi perdarahan.

Juga bagi hasil konsepsi, anemia dalam kehammmilan memberi pengaruh kurang baik, seperti:

a) Kematian mudigah

b) Kematian perinatal

c) Prematuritas

d) Dapat terjadi cacat bawaan

e) Cadangan besi kurang

Jadi anemia dalam kehamilan merupakan sebab potensial morbodotas serta mortalitas ibu dan anak.B. Patofisiologi Anemia dalam Kehamilan

Darah bertambah banyak dalam kehamilan yang lazim disebut hidremia atau hipervolemia, akan tetapi bertambahnya sel-sel darah kurang dibandingkan dengan bertambahnya plasma, sehingga pengenceran darah. Pertambahan tersebut berbanding plasma 30,00%, sel darah merah 18,00% dan Hemoglobin 19,00%. Tetapi pembentukan sel darah merah yang terlalu lambat sehingga menyebabkan kekurangan sel darah merah atau anemia.

Pengenceran darah dianggap penyesuaian diri secara fisiologi dalam kehamilan dan bermanfaat bagi wanita, pertama pengenceran dapat meringankan beban jantung yang harus bekerja lebih berat dalam masa kehamilan, karena sebagai akibat hidremia cardiac output untuk meningkatkan kerja jantung lebih ringan apabila viskositas rendah. Resistensi perifer berkurang, sehingga tekanan darah tidak naik, kedua perdarahan waktu persalinan, banyaknya unsur besi yang hilang lebih sedikit dibandingkan dengan apabila darah ibu tetap kental. Tetapi pengenceran darah yang tidak diikuti pembentukan sel darah merah yang seimbang dapat menyebabkan anemia. Bertambahnya volume darah dalam kehamilan dimulai sejak kehamilan 10 minggu dan mencapai puncaknya dalam kehamilan 32 dan 36 minggu (Setiawan Y, 2006).

C. Diagnosis

Diagnosis anemia defisiensi besi yang berat tidak sulit karena ditandai dengan ciri-ciri yang khas bagi defisiensi besi, yakni mikrositosis dan hipokromasia. Anemia yang ringan tidak selalu menunjukkan ciri-ciri kkhas itu, bahkan banyak yang bersifat normositer dan normokrom. Hal itu disebabkan karena defisiensi besi dapat berdampingan dengan defisiensi asam folik. Yang terakhir dapat menyebabkan anemia megaloblastik yang sifatnya makrositer hiperkrom. Anemia ganda demikian lazim disebut anemia dimorfis, yang dapat dibuktikan dengan kurva Price Jones.

Sifat lain yang khas bagi difisiensi besi ialah:

a) Kadar besi serum rendah

b) Daya ikat besi serum tinggi

c) Protoporfirin eritrosit tinggi

d) Tidak ditemukannya hemosiderin (stainable iron) dalam sumsum tulang.

Pengobatan percobaan (therapia ex juvantibus) dengan besi dapat pula dibuktikan untuk membuktikan defisiensi besi: jikalau dengan pengobatan jumlah retikulosit, kadar Hb, dan besi serum naik sedang daya ikat besi serum dan protoporfirin eritrosit turun, maka anemia itu pasti disebabkan kekurangan besi.

Pemeriksaan sumsum tulang menunjukkan eritropoesis yang normoblastik tanpa tanda-tanda hipoplasia eritropoesis.

D. Terapi

Apabila pada pemeriksaan kehamilan hanya Hb yang diperiksa dan Hb itu kurang dari 10 g/100 ml, maka wanita dapat dianggap sebagai menderita anemia defisiensi besi, baik yang murni maupun yang dimorfis, karena tersering anemia dalam kehamilan adalah anemia defisensi besi.

Pengobatan dapat dimulai dengan preparat besi per os. Biasanya diberikan garam besi sebanyak 600-1000 mg sehari, seperti sulfas-ferrosus atau glukonas ferrosus. Hb dapat dinaikkan sampai 10 g/100 ml atau lebih asal masih ada cukup waktu sampai janin lahir. Peranan vitamin C dalam pengobatan dengan besi masih diragukan oleh beberapa penyelidik. Mungkin vitamin C mempunyai khasiat untuk mengubah ion ferri menjadi ion ferro yang lebih mudah diserap oleh selaput usus.

Terapi parenteral baru diperlukan apabila penserita tidak tahan dengan obat besi per os, ada gangguan penyerapan, penyakit saluran pencernaan, atau apabila kehamilannya sudah tua. Besi parenteral diberikan dalam bentuk ferri. Secara intramuskulus dapat disuntikkan dekstran besi (Imferon) atau sorbitol besi (Jectofer). Hasilnya lebih cepat dicapai, hanya penderita merasa nyeri di tempat suntikan.

Juga secara intravena perlahan-lahan besi dapat diberikan, seperti ferrum oksidum sakkaratum (Ferrigen, Ferrivenin, Proferrin, Vitis), sodium diferrat (Ferronascin), dan dekstran besi (Imferon). Akhir-akhir ini imferon juga banyak diberikan dengan infus dengan dosis total antara 1000-2000 mg unsur besi sekaligus, dengan hasil yang sangat memuaskan. Walaupun besi intravena dengan infus kadang-kadang menimbulkan efek samping, namun apabila ada indikasi tepat, cara ini dapat dipertanggungjawabkan. Komplikasi kurang berbahaya dengan transfusi darah.

Transfusi darah sebagai pengobatan anemia dalam kehamilan sangat jarang diberikan walaupun Hb-nya kurang dari 6 g/100 ml apabila tidak terjadi perdarahan. Darah secukupnya harus tersedia selama persalinan, yang segera harus diberikan apabila terjadi perdarahan yang lebih dari biasa, walaupun tidak lebih dari 1000 ml.

E. Pencegahan

Di daerah-daerah dengan frekuensi kehamilan tinggi sebaiknya setiap wanita hamil diberi sulfas ferrosus atau glukonas ferrosus, cukup 1 tablet sehari. Selain itu wanita dinasehatkan juga untuk makan lebih banyak protein dan sayur-sayuran yang mengandung banyak mineral serta vitamin.

Prognosis

Prognosis anemia defisiensi besi dalam kehamilan umumnya baik bagi ibu dan anak. Persalinan dapat berlangsung seperti biasa tanpa perdarahan banyak atau komplikasi lain. Anemia berat yang tidak diobati dalam kehamilan muda dapt menyebabkan abortus, dan dalam kehamilan tua dapat menyebabkan partus lama, perdarahan postpartum, dan infeksi.

Walaupun bayi yang dilahirkan dari ibu yang menderita anemia defisiensi besi tidak menunjukkan Hb yang rendah, namun cadangan besinya kurang, yang baru beberapa bulan kemudian tampak sebagai anemia infantum.Pembahasan Obat Fero Sulfat

Garam ini memiliki dosis umum antara 100-200 mg Fe sehari. Sedangkan kandungan Fe nya adalah 30 %, daya serap tubuh pada pemberian Fe per oral hanya 10-30%. Resiko over dosis dan keracunan umumnya tidak ada, karenan resorpsi dalam usus tergantung dari kebutuhan yang diatur oleh suatu mekanisme kontrol. Bersifat sangat merangsang karena reaksi asamnya dan lebih sering menimbulkan mual dan muntah. Efek samping ini dapat dikurangi dengan menggunakan tablet slow release atau juga dengan meminumnya sebagai larutan sesudah makan. Dosis 3x 200 mg.

Dengan dosis diatas maka perhitungan kebutuhan tubuh untuk besi dapat dilakukan dengan rumus berikut :

Kebutuhan Fe = EQ

ADVANCE (12 Kadar Hb) x 0,255

=(12 9) x 0,25

=0,785 gr

=785 mg

Kandungan Fe dalam FeSO4 adalah 30 %, maka diperoleh kebutuhan FeSO4 adalah :

x785 = 2617 mg

pemberian Fe per oral yang dapat diserap oleh tubuh adalah 30 %, maka kebutuhan total FeSO4 tab 200 mg yang harus di konsumsi adalah :

= 44 tablet

dengan dosis 3x1 tab setiap hari.

DAFTAR PUSTAKA

1. Isselbacher, dkk,.2006 Harrison Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Volume 1. Yogjakarta: EGC2. SudoyoAru W,dkk.2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III. Edisi V. Jakarta : FK UI3. Yuwono, Slamet riyadi. 2008. Pedoman Diagnosis dan Terapi SMF Ilmu Penyakit Dalam.Edisi III. Surabaya : Universitas Airlangga.4. Sylvia A. Price; Lorraine M. Wilson, 2006. Patofisiologi, Jilid1, EGC, Jakarta.

5. Epstein FH. The Pathophysiology of Acquired Anemia. N Eng. J. Med 20066. www.MamasHealth.com, information about iron deficiency anemia7. Stang J, Story M (eds) Guidelines for Adolescent Nutrition Services (2005), http://www.epi.umn.edu/let/pubs/adol_book.shtm8. Anonim, 2004. Protap Pelayanan Profesi kelompok Staf Medis Fungsional Obstetri dan Ginekologi RSUD Dr. Moewardi, 2004. Surakarta9. H. Wiknjosastro, 2002. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta10. Tjay, Tan Hoan dkk. 2002. Obat-Obat Penting. Edisi Kelima. Jakarta11. Ganiswarna, S. G. Dkk. 2006. Farmakologi dan terapi. Edisi 4. JakartaLapsus FarmasiPage 17

_1296877888.unknown

_1296878216.unknown