Analisis Jurnal Autisme

19
Analisis Jurnal - Autisme Blok 17 BAB I PENDAHULUAN Dari hari ke hari istilah autisme semakin banyak diperbincangkan di mana-mana. Hal ini mengindikasikan bahwa perkembangan autism semakin lama semakin meningkat. Namun, yang disayangkan tingkat penyangkalan orangtua terhadap autisme ini masih cukup tinggi. Oleh sebab itu, tidak heran banyak kasus autisme menjadi terlambat untuk ditangani. Padahal deteksi dini autisme sangat penting untuk membantu tahapan perkembangan anak-anak autisme. Autisme adalah satu dari sekelompok gangguan yang dikenal sebagai gangguan spektrum autis (Autism Spectrum Disorder). Autisme adalah gangguan perkembangan otak yang memiliki ciri hambatan dalam interaksi sosial, komunikasi serta perilaku terbatas dan repetitif atau berulang. Perilaku itu semua ditunjukkan anak sebelum berusia tiga tahun, atau autisme dapat didiagnosa lebih dini pada usia 18 bulan. Umumnya individu autisme m emiliki kesulitan dalam berkomunikasi verbaldan non-verbal, interaksi sosial, serta saat santai atau aktivitas bermain. Individu autisme kesulitan untuk berkomunikasi dengan orang lain dan berhubungan dengan dunia luar. Untuk itu diperlukan nya serangkaian pengetahuan yang berkaitan dengan autism terkait epidemiologi, etiologi, manifestasi klinis, kriteria diagnosis menurut DSM-V, serta 1 | Page

description

blok neuropsikiatri

Transcript of Analisis Jurnal Autisme

Page 1: Analisis Jurnal Autisme

Analisis Jurnal - Autisme Blok 17

BAB I

PENDAHULUAN

Dari hari ke hari istilah autisme semakin banyak diperbincangkan di mana-mana. Hal

ini mengindikasikan bahwa perkembangan autism semakin lama semakin meningkat. Namun,

yang disayangkan tingkat penyangkalan orangtua terhadap autisme ini masih cukup tinggi.

Oleh sebab itu, tidak heran banyak kasus autisme menjadi terlambat untuk ditangani. Padahal

deteksi dini autisme sangat penting untuk membantu tahapan perkembangan anak-anak

autisme. Autisme adalah satu dari sekelompok gangguan yang dikenal sebagai gangguan

spektrum autis (Autism Spectrum Disorder). Autisme adalah gangguan perkembangan otak

yang memiliki ciri hambatan dalam interaksi sosial, komunikasi serta perilaku terbatas dan

repetitif atau berulang. Perilaku itu semua ditunjukkan anak sebelum berusia tiga tahun, atau

autisme dapat didiagnosa lebih dini pada usia 18 bulan. Umumnya individu autisme m emiliki

kesulitan dalam berkomunikasi verbaldan non-verbal, interaksi sosial, serta saat santai atau

aktivitas bermain. Individu autisme kesulitan untuk berkomunikasi dengan orang lain dan

berhubungan dengan dunia luar. Untuk itu diperlukan nya serangkaian pengetahuan yang

berkaitan dengan autism terkait epidemiologi, etiologi, manifestasi klinis, kriteria diagnosis

menurut DSM-V, serta ragam macam terapi yang dapat diterapkan pada anak dengan autism

guna meningkatkan kualitas hidupnya.

1 | P a g e

Page 2: Analisis Jurnal Autisme

Analisis Jurnal - Autisme Blok 17

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Definisi

Autisme adalah suatu kondisi abnormalitas perkembangan system saraf yang dimulai

saat usia kanak-kanak dan dikarakteristikkan sebagai kendala dalam menjalin komunikasi/

interaksi sosial serta ditandai dengan masalah yang menyangkut masalah prilaku, seperti

perilaku yang berulang (repetitive) dan kekurangan rasa tertarik dengan lingkungan sekitarnya

(Samsam M, et al, 2014). Dikenal juga ASD yaitu Autisme Spectrum Disorder yang dalam

DSM-V tahun 2013 merupakan kriteria diagnosis terbaru yang terdiri dari autisme, Pervasive

Developmental Disorder-Not Otherwise Specified (PDD-NOS atau autisme atipikal), serta

Penyakit Asperger.

Klasifikasi

Klasifikasi autism berikut adalah berdasarkan dari etiologinya, dibagi menjadi tiga

yakni (Lidia et al, 2014) :

- Tipe Simptomatik: Autisme yang menyertai kelainan organik atau timbul karena

adanya kelainan neurologis. Contohnya: Autisme yang menyertai Sindrom Rett.

- Tipe Kriptogenik: Klasifikasi ini ditentukan ketik penyebab yang menyertai telah

masuk dalam kategori suspect namun penyebab yang mendasari belum dapat

dibuktikan. Contohnya: infeksi yang melibatkan otak, dan kelainan dismorfik.

- Tipe Idiopatik: Autisme tanpa bukti adanya gangguan system saraf, terkecuali

penyakit yang merupakan komorbid autism, yakni Tourette Syndrome.

2 | P a g e

Page 3: Analisis Jurnal Autisme

Analisis Jurnal - Autisme Blok 17

Epidemiologi

Menurut laporan Center for Disease Control and Prevention (CDC) yang dirlis pada

Maret 2012 sampai saat ini prevalensi autism pada anak berumur 8-14 tahun adalah lebih dari

1 %, yakni 11,3 per 1000 anak atau 1 dari 88 anak. Penyekit ini lebih sering ditemukan pada

laki-laki dengan rasio laki-laki dan perempuan sebesar 4:1. Dimana angka kejadiaan autisme

diantara laki laki adalah 1 anak dari 54 anak, dan perempuan dengan angka kejadian 1 anak

per 252 anak (Samsam M, et al, 2014). Pada saat ini, kenaikan prevalensi ini terus meningkat

tiga kali lipat sejak 1990, hal ini tidak diikuti dengan kenaikan penyakit gangguan mental lain

pada anak, yang artinya angka ini murni kenaikan prevalensi dari autisme (Ratajczak, 2011).

Etiologi

Etiologi pastinya masih belum diketahui, tetapi ada keterkaitan kuat dengan factor

genetik. HOXA1, merupakan salah satu dari gen yang terlibat dalam autism dan diturunkan

secara resesif autosomal. Faktor genetik lain juga terlibat dalam gangguan autism adalah Gen

Fragile X. Ada juga hubungan positif dari gen FMR1 dengan autisme. Mutasi pada gen

BETIS 2 synaptic scaffolding juga telah di dokumentasikan dalam autism. Masih banyak gen-

gen lain yang juga berperan dalam kejadian autism (Samsam et al, 2011; Ratajczak, 2011).

Beberapa teori lain juga menyebutkan bahwa autism dapat disebabkan karena

pengaruh infeksi pathogen. Virus campak, cytomegalovirus, dan herpes simpleks 6, telah

ditemukan hidup di dalam monosit pada individu dengan autism (Ratajczak, 2011).

Patofisiologi

Salah satu teori menekankan bahwa pertumbuhan awal yang berlebihan pada otak dan

over konektivitas saraf, penting dalam patogenesis. Diperkirakan bahwa neuron yang berlebih

(menginduksi pertumbuhan berlebih serebral) dapat mempromosikan cacat dalam pola saraf,

dengan akibatnya meningkatkan interaksi kortikal jarak pendek, kemudian menghalangi

interaksi jarak jauh yang saling berhubungan dengan bagian otak lain yang penting. Anomali

neuroanatomical ini memiliki potensi yang mendasari defisit dalam fungsi sosial-emosional

dan komunikasi pada penderita autism (Watts, 2008).

3 | P a g e

Page 4: Analisis Jurnal Autisme

Analisis Jurnal - Autisme Blok 17

Beberapa studi menunjukkan peran mutasi DNA mitokondria dalam autisme yang

mungkin dapat menyebabkan gangguan metabolism energy di mitokondria, penelitian lebih

lanjut diperlukan untuk jawaban yang pasti. Disfungsi mitokondria telah terlibat di beberapa

gangguan neurologis dan mungkin memiliki peran dalam autisme. Mitokondria memiliki

kekebalan anti bakteri dan akan menjadi penting dalam kasus infeksi terutama pada saluran

GI pada anak-anak autism (Samsam et al, 2011; Ratajczak, 2011).

Patogen intraseluler seperti Virus campak, cytomegalo virus dapat menurunkan

hematopoiesis, menurunkan kekebalan perifer, dan fungsi sawar darah otak diubah sering

disertai dengan demielinasi. Virus dapat menyebabkan respon imun, sehingga peradangan

saraf, reaksi autoimun, dan cedera otak (Ratajczak, 2011).

Manifestasi Klinis

Autisme dapat dibedakan oleh beberapa pola gejala bukan satu gejala tunggal.

Karakteristik utama adalah gangguan dalam interaksi sosial dan komunikasi, minat terbatas

dan perilaku yang berulang. Aspek-aspek lain, seperti kebiasaan makan yang tidak lazim juga

umum tetapi tidak penting untuk diagnosis. Anak-anak dengan autisme memiliki gangguan

sosial. Hal ini menjadi jelas pada awal masa kanak-kanak dan berlanjut sampai dewasa. Balita

autis memiliki penyimpangan sosial yang lebih mencolok; misalnya, mereka memiliki lebih

sedikit kontak mata dan postur antisipatif dan lebih mungkin untuk berkomunikasi dengan

memanipulasi tangan orang lain. Anak-anak autis berumur tiga sampai lima tahun berusia

cenderung menunjukkan pemahaman sosial, pendekatan lain secara spontan, memulai dan

menanggapi emosi, dan berkomunikasi nonverbal. Namun, mereka bisa membentuk

keterikatan dengan pengasuh utama mereka. Membuat dan memelihara persahabatan

seringkali terbukti sulit bagi mereka. Ada beberapa laporan tentang agresi dan kekerasan di

beberapa dari mereka (Frank-Briggs, 2012).

Sekitar sepertiga sampai setengah dari individu dengan autisme gagal

mengembangkan pembicaraan alami yang cukup untuk memenuhi kebutuhan komunikasi

sehari-hari. Masalah komunikasi termasuk tertundanya terjadinya celotehan, gerak tubuh yang

tidak biasa, respon berkurang, dan tidak sinkronnya pola vokal dengan pengasuh. Pada tahun

kedua dan ketiga, anak-anak autis memiliki sedikit celotehan dan mungkin berhenti berbicara.

4 | P a g e

Page 5: Analisis Jurnal Autisme

Analisis Jurnal - Autisme Blok 17

Anak-anak ini cenderung untuk membuat permintaan atau berbagi pengalaman, dan lebih

mungkin untuk mengulangi kata-kata orang lain. Individu autis menampilkan berbagai bentuk

perilaku repetitif atau terbatas. The Repetitive Behaviour Scale-Revised (RBS-R)

mengkategorikan mereka sebagai berikut (Frank-Briggs, 2012) :

a. Perilaku stereotipe: tampaknya gerakan tanpa tujuan, seperti mengepakkan

tangan, kepala bergulir, atau badan goyang.

b. Perilaku kompulsif adalah niat seseorang muncul untuk mengikuti aturan.

c. Kesamaan resistensi terhadap perubahan atau penolakan karena diganggu;

misalnya, bersikeras bahwa obyek tetap di tempat tertentu sepanjang waktu.

d. Perilaku ritualistik melibatkan kinerja kegiatan sehari-hari dengan cara yang

sama setiap kali. Hal ini sangat erat kaitannya dengan kesamaan dan validasi

independen telah menunjukkan penggabungan dua faktor.

e. Perilaku terbatas adalah keterbatasan dalam fokus, minat, atau kegiatan, seperti

keasyikan dengan sebuah program televisi.

f. Cedera diri termasuk gerakan yang melukai atau bisa melukai orang, seperti

menggigit diri sendiri. Penting untuk dicatat bahwa tidak ada perilaku abnormal

khusus untuk anak autis, tetapi tampaknya ini sering terjadi pada mereka.

Sebagian kecil dari mereka menunjukkan beberapa kemampuan yang tidak biasa. Ini

bisa menjadi menghafal masalah sepele atau menunjukkan bakat luar biasa yang jarang. Juga,

perilaku makan tidak khas terjadi pada sekitar 3/4 dari anak-anak dengan gangguan tersebut.

Masalah tidur terjadi pada sekitar 2/3 dari mereka seperti sulit tidur, sering terbangun malam

hari, dan terbangun pagi. Orang tua dari anak autis memiliki tingkat stress yang lebih tinggi.

Hal ini karena mereka khawatir tentang hampir semua aspek perkembangan anak dan prospek

masa depan (Frank-Briggs, 2012).

5 | P a g e

Page 6: Analisis Jurnal Autisme

Analisis Jurnal - Autisme Blok 17

Diagnosis

Dalam DSM V dijabarkan mengenai kriteria diagnostik gangguan autistik adalah

sebagai berikut:

1. Gangguan kualitatif dalam interaksi sosial timbale balik:

a. gangguan yang nyata dalam berbagai tingkah laku non verbal seperti kontak mata, ekspresi

wajah, dan posisi tubuh;

b. kegagalan dalam mengembangkan hubungan dengan teman sebaya sesuai dengan tingkat

perkembangan;

c. kurangnya spontanitas dalam berbagi kesenangan, minat atau prestasi dengan orang lain;

dan

d. kurang mampu melakukan hubungan social atau emosional timbal balik.

2. Gangguan kualitatif dalam komunikasi:

a. keterlambatan perkembangan bahasa atau tidak bicara sama sekali;

b. pada individu yang mampu berbicara, terdapat gangguan pada kemampuan memulai atau

mempertahankan percakapan dengan orang lain;

c. penggunaan bahasa yang stereotip, repetitive atau sulit dimengerti; dan

d. kurangnya kemampuan bermain pura-pura

3. Pola-pola repetitif dan stereotip yang kaku pada tingkah laku, minat dan aktivitas:

a. preokupasi pada satu pola minat atau lebih;

b. infleksibilitas pada rutinitas atau ritual yang spesifik dan non fungsional;

c. gerakan motor yang stereotip dan repetitif; dan

d. preokupasi yang menetap pada bagian-bagian obyek. Seorang anak dapat didiagnosis

memiliki gangguan autistik bila simtom-simtom di atas telah tampak sebelum anak mencapai

usia 36 bulan (DSM V, 2013).

6 | P a g e

Page 7: Analisis Jurnal Autisme

Analisis Jurnal - Autisme Blok 17

Tatalaksana

Tidak ada obat yang dapat menyembuhkan ASD atau mengobati gejala inti. Namun,

ada obat yang dapat membantu beberapa orang dengan ASD berasa lebih baik. Obat mungkin

tidak mempengaruhi semua anak dengan cara yang sama. Hal ini penting untuk bekerjasama

dengan tenaga kesehatan yang memiliki pengalaman dalam merawat anak-anak dengan ASD.

Orang tua dan tenaga kesehatan harus terus memantau kemajuan dan reaksi anak ketika dia

sedang minum obat untuk memastikan bahwa efek samping negatif dari pengobatan tidak

lebih besar daripada manfaatnya (CDC, 2015).

Hal ini juga penting untuk diingat bahwa anak-anak dengan ASD bisa mendapatkan

sakit atau terluka seperti anak-anak tanpa ASD. Seringkali sulit untuk mengetahui apakah

perilaku anak berhubungan dengan ASD atau disebabkan oleh kondisi kesehatan yang lain

(CDC, 2015).

Beberapa terapi yang dilakukan seperti latihan pendengaran, pelatihan percobaan

diskrit, terapi vitamin, terapi anti-jamur, komunikasi difasilitasi, terapi musik, terapi okupasi,

terapi fisik, dan integrasi sensorik. Berbagai jenis perawatan secara umum dapat dibagi ke

dalam kategori beriku (CDC,2015) :

Pendekatan Perilaku dan Komunikasi

Pendekatan perilaku dan komunikasi membantu anak-anak dengan ASD.

Pendekatan pengobatan penting untuk orang dengan ASD disebut analisis perilaku

terapan (ABA). ABA telah diterima secara luas di kalangan tenaga kesehatan dan

digunakan di banyak sekolah dan klinik pengobatan. ABA mendorong perilaku positif

dan menghambat perilaku negatif dalam rangka meningkatkan berbagai keterampilan.

Kemajuan anak dilacak dan diukur.

7 | P a g e

Page 8: Analisis Jurnal Autisme

Analisis Jurnal - Autisme Blok 17

Ada berbagai jenis ABA. Berikut adalah beberapa contoh:

- Pelatihan Percobaan Terpisah (DTT)

DTT adalah gaya mengajar yang menggunakan serangkaian uji coba

untuk mengajar setiap langkah dari perilaku yang diinginkan atau respon.

Pelajaran dipecah menjadi bagian-bagian yang paling sederhana dan penguatan

positif digunakan untuk menghargai jawaban dan perilaku yang benar.

Jawaban yang salah akan diabaikan.

- Awal Intervensi Perilaku Intensif (EIBI)

Ini adalah jenis ABA untuk anak-anak yang muda dengan ASD.

- Pelatihan Respon Penting (PRT)

PRT bertujuan untuk meningkatkan motivasi anak untuk belajar,

memonitor perilaku sendiri, dan memulai komunikasi dengan orang lain.

Perubahan positif dalam perilaku ini harus memiliki efek luas pada perilaku

lainnya.

- Verbal Behavior Intervensi (VBI)

VBI adalah jenis ABA yang berfokus pada pengajaran keterampilan

verbal.

Terapi lain yang dapat menjadi bagian dari program perawatan lengkap untuk anak

dengan ASD meliputi: Perkembangan, Individual Differences, Pendekatan Hubungan

Berbasis (DIR, juga disebut "Floortime"). Floortime berfokus pada pengembangan emosional

dan relasional (perasaan, hubungan dengan pengasuh). Hal ini juga berfokus pada bagaimana

anak berhubungan dengan pemandangan, suara, dan bau (CDC, 2015)

Terapi okupasi

Terapi okupasi mengajarkan keterampilan yang membantu orang hidup sebagai

mandiri mungkin. Keterampilan mungkin termasuk berpakaian, makan, mandi, dan

berhubungan dengan orang-orang (CDC, 2015).

Terapi Integrasi Sensory

8 | P a g e

Page 9: Analisis Jurnal Autisme

Analisis Jurnal - Autisme Blok 17

Terapi integrasi sensorik membantu orang kesepakatan dengan informasi sensorik,

seperti pemandangan, suara, dan bau. Terapi integrasi sensorik dapat membantu seorang anak

yang terganggu oleh suara-suara tertentu atau tidak suka disentuh (CDC, 2015)

Terapi Bicara

Terapi wicara membantu meningkatkan kemampuan komunikasi seseorang. Beberapa

orang dapat belajar keterampilan komunikasi verbal. Bagi orang lain, menggunakan gerakan

atau papan gambar yang lebih realistis (CDC, 2015).

The Picture Bursa Sistem Komunikasi (Pecs)

Pecs menggunakan simbol gambar untuk mengajarkan keterampilan komunikasi.

Orang diajarkan untuk menggunakan simbol-simbol gambar untuk bertanya dan menjawab

pertanyaan-pertanyaan dan memiliki percakapan (CDC, 2015)

Pendekatan diet

Beberapa pengobatan diet telah dikembangkan oleh terapis yang handal. Tetapi

banyak dari perawatan ini tidak memiliki dukungan ilmiah untuk rekomendasi luas. Diet

perawatan didasarkan pada gagasan bahwa alergi makanan atau kurangnya vitamin dan

mineral menyebabkan gejala ASD. Beberapa orang tua merasa bahwa perubahan pola makan

membuat perbedaan dalam bagaimana anak mereka bertindak atau merasa.

Terapi diet disini erat kaitannya dengan salah satu patofisiologi dimana peranan

gastrointestinal berhubungan dengan autism. Pada studi yang telah dilakukan, telah diteliti

sebanyak 500 anak dengan autism dan 300 diantaranya memiliki tanda-tanda celiac disease

yaitu diare dengan frekuensi sering serta intoleransi makanan yang timbul pada jenis makanan

yang mengandung susu dan produk sapi. Celiac disease ini dipostulasikan timbul karena

adanya atrofi vili intestinal yang disebabkan oleh system imun pencernaan terhadap gliadin,

sebuah protein yan terdapat pada gluten. Terapi diet pada autism bertujuan untuk mengurangi

derajat keparahannya serta berusaha untuk seminimal mungkin terkontaminasi dengan gluten

yang terdapat pada makanannya. Karena dalam penelitian ini dibuktikan dengan pada anak

9 | P a g e

Page 10: Analisis Jurnal Autisme

Analisis Jurnal - Autisme Blok 17

yang terekspos ulang dengan gluten setelah periode bebas gluten menunjukkan gejala autism

yang semakin memburuk (Ratajczak, 2011).

Obat

Tidak ada obat yang dapat menyembuhkan ASD atau bahkan mengobati gejala utama.

Tetapi ada obat yang dapat membantu beberapa orang dengan gejala terkait. Sebagai contoh,

obat-obatan dapat membantu ketidakmampuan untuk fokus, depresi, atau kejang.

Pelengkap dan Pengobatan Alternatif

Untuk meringankan gejala ASD, beberapa orang tua dan profesional kesehatan

menggunakan perawatan yang berada di luar apa yang biasanya direkomendasikan oleh

dokter anak. Jenis perawatan yang dikenal sebagai pengobatan komplementer dan alternatif

(CAM). Mereka mungkin termasuk diet khusus, khelasi (pengobatan untuk menghilangkan

logam berat seperti timbal dari tubuh), biologi (misalnya, secretin), atau sistem berbasis tubuh

(seperti tekanan dalam).

10 | P a g e

Page 11: Analisis Jurnal Autisme

Analisis Jurnal - Autisme Blok 17

BAB III

PENUTUP

Autisme memiliki angka kejadian yan terus meningkat dari tahun ke tahun secara

global, hal ini dapat disebabkan oleh adanya kerusakan genetic seperti pada gen Fragile X,

mutasi pada gen BETIS 2 dan masih banyak gen-gen lain yang juga berperan dalam kejadian

autisme ini. Untuk hak itu, penegakan diagnosis yang baik patut dicapai agar target

pengobatan anak dengan autism dapat berjalan dengan efektif, dalam hal ini digunakan

kriteria diagnosis dari DSM-V sebagai penegakan diagnosisnya secara global, serta PPDGJ III

untuk pedoman di Indonesia. Banyak terapi yang digunakan untuk meningkatkan kualitas

hidup penderita autism diantaranya adalah farmokologi dan non farmakologi. Dalam masa

sekarang, terapi nutrisi merupakan terapi yang mulai banyak dipilih, salah satunya adalah

mengurangi konsumsi gluten dalam makanan karena menurut penelitian kandunan protein

dalam gluten dapat menimbulkan celiac disease dan keparahan derajat autism. Selain itu juga

terdapat terapi non farmokologi lain yang pemilihan nya sesuai dengan kebutuhan pasien.

11 | P a g e

Page 12: Analisis Jurnal Autisme

Analisis Jurnal - Autisme Blok 17

Daftar Pustaka

American Psychiatric Association, 2013. Diagnostic and Statistical Manual of Disorder 5ed.

Washington DC, London : American Psychiatric Publishing.

Frank-Briggs A. 2012. Autism in Children: Clinical Features, Management and Challenges.

The Nigerian Health Journal. 12(2): 27-30.

Gabis L, Pomeroy J, 2014. Etiologic Classification of Autism Spectrum Disorders. IMAJ

vol. 16. Accessed on April 13th 2015, Available at

http://www.ima.org.il/FilesUpload/IMAJ/0/79/39892.pdf

Gitayanti, H, Sylvia, D. Elvira. 2010. Buku Ajar Psikiatri. Jakarta: Badan Penerbit FK UI.

Ratajczak H., 2011. Theoretical aspects of autism: Causes—A review. Journal of

Immunotoxicology, 2011; 8(1): 68–79. Accessed on April 13th 2015, Available at

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/21299355

Kim, S. K. (2015). Recent update of autism spectrum disorders. Korean Journal of

Pediatrics, 58(1), 8–14. doi:10.3345/kjp.2015.58.1.8

Samsam M, Ahangari R, Naser S., 2014. Pathophysiology of autism spectrum disorders:

Revisiting gastrointestinal involvement and immune imbalance. World Journal of

Gastroenterology 7; 20(29): 9942-995. Accessed on April 13th 2015, Available at

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/25110424

Watts JT, 2008. The Pathogenesis of Autism. Clinical Medicine: Pathology. 99–103.

Available from http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3160002/[Accessed on

April 14th 2015]

12 | P a g e