Amenore
description
Transcript of Amenore
Amenore
A. Kasus
Skenario
Wanita, 25 tahun, datang ke klinik dengan keluhan tidak haid. Riwayat menarke pada
usia 13 tahun, dan memiliki siklus menstruasi yang teratur setiap bulannya, sampai kurang
lebih 4 bulan yang lalu.
B. Kata Sulit
1. Haid
Haid adalah perdarahan secara periodic dan siklik dari uterus, disertai pelepasan
(deskuamasi) endometrium. (Wiknjosastro, 2007 : 103)
Menstruasi (haid) adalah secret fisiologik darah dan jaringan mukosa serta bersiklus
yang melalui vagina dari uterus tidak hamil; di bawah pengendalian hormone dan pada
keadaan normal tidak timbul kembali, biasanya dalam interval sekitar empat minggu, kecuali
selama masa kehamilan dan laktasi selama periode reproduktif (pubertas sampai menopause).
(Dorland, 1998 : 662)
2. Menarke
Menarke adalah usia gadis remaja pada waktu pertama kalinya mendapat haid.
(Wiknjosastro, 2007 : 104)
Menarche adalah pembentukan atau permulaan fungsi menstruasi. (Dorland, 1998 :
660)
C. Kata Kunci
1. Wanita, 25 tahun
2. Riwayat menarke pada usia 13 tahun
3. Siklus menstruasi teratur setiap bulan
4. Tidak haid sejak 4 bulan lalu
D. Pertanyaan
1. Jelaskan anatomi organ-organ yang berperan dalam proses terjadinya haid !
2. Jelaskan fisiologi haid !
3. Jelaskan penyebab tidak haid (amenore) !
4. Jelaskan diagnosis banding pada scenario !
5. Jelaskan penanganan tidak haid !
E. Jawaban
Fisiologi haid
Siklus haid dapat dipahami dengan baik dengan membaginya atas dua fase dan satu
saat, yaitu fase folikuler, saat ovulasi, dan fase luteal. Perubahan-perubahan kadar hormone
sepanjang siklus haid disebabkan oleh mekanisme umpan balik (feedback) antara hormone
steroid dan hormone gonadotropin. Estrogen menyebabkan umpan balik negative terhadap
FSH, sedangkan terhadap LH estrogen menyebabkan umpan balik negative jika kadarnya
rendah, dan umpan balik positif jika kadarnya tinggi. Tempat utama umpan balik terhadap
hormone gonadotropin ini mungkin pada hipotalamus.
Tidak lama setelah haid mulai, pada fase follikuler dini, beberapa folikel berkembang
oleh pengaruh FSH yang meningkat. Meningkatnya FSH ini disebabkan oleh regresi korpus
luteum, sehingga hormone steroid berkurang. Dengan berkembangnya folikel, produksi
estrogen meningkat, dan ini menekan produksi FSH; folikel yang akan berovulasi melindungi
dirinya sendiri terhadap atresia, sedangkan folikel-folikel lain mengalami atresia. Pada waktu
ini LH juga meningkat, namun peranannya pada tingkat ini hanya membantu pembuatan
estrogen dalam folikel. Perkembangan folikel yang cepat pada fase folikel akhir ketika FSH
mulai menurun, menunjukkan bahwa folikel yang telah masak itu bertambah peka terhadap
FSH. Perkembangan folikel berakhir setelah kadar estrogen dalam plasma jelas meninggi.
Estrogen pada mulanya meninggi secara berangsur-angsur, kemudian dengan cepat mencapai
puncaknya. Ini memberikan umpan balik positif terhadap pusat siklik, dan dengan lonjakan
LH (LH-surge) pada pertengan siklus, mengakibatkan terjadinya ovulasi. LH yang meninggi
itu menetap kira-kira 24 jam dan menurun pada fase luteal. Mekanisme turunnya LH tersebut
belum jelas. Dalam beberapa jam setelah LH meningkat, estrogen menurun dan mungkin
inilah yang menyebabkan perubahan morfologik pada folikel. Mungkin pula menurunnya LH
itu disebabkan oleh umpan balik negative yang pendek dari LH terhadap hipotalamus.
Lonjakan LH yang cukup saja tidak menjamin terjadinya ovulasi. Pecahnya folikel terjadi 16-
24 jam setelah lonjakan LH. Pada manusia biasanya hanya satu folikel yang matang.
Mekanisme terjadinya ovulasi agaknya bukan oleh karena meningkatnya tekanan dalam
folikel, tetapi oleh perubahan-perubahan degenerative kolagen pada dinding folikel, sehingga
ia menjadi tipis. Mungkin juga prostaglandin F2 memegang peranan dalam peristiwa itu.
Pada fase luteal, setelah ovulasi, sel-sel granulose membesar, membentuk vakuola dan
bertumpuk pigmen kuning (lutein); folikel menjadi korpus luteum. Vaskularisasi dalam
lapisan granulose juga bertambah dan mencapai puncaknya pada 8-9 hari setelah ovulasi.
Luteinized granulose cells dalam korpus luteum itu membuat progesteron banyak, dan
luteinized theca cells membuat pula estrogen yang banyak, sehingga kedua hormone ini
meningkat tinggi pada fase luteal. Mulai 10-12 hari setelah ovulasi korpus luteum mengalami
regresi berangsur-angsur disertai dengan berkurangnya kapiler-kapiler dan diikuti oleh
menurunnya sekresi progesteron dan estrogen. Masa hidup korpus luteum pada manusia tidak
bergantung pada hormon gonadotropin, dan sekali terbentuk ia berfungsi sendiri (autonom).
Namun, akhir-akhir ini diketahui untuk berfungsinya korpus luteum, diperlukan sedikit LH
terus-menerus. Steroidegenesis pada ovarium tidak mungkin tanpa LH. Mekanisme
degenerasi korpus luteum jika tidak terjadi kehamilan belum diketahui. Empat belas hari
setelah ovulasi terjadi haid. Pada siklus haid normal umumnya terjadi variasi dalam
panjangnya siklus disebabkan oleh variasi dalam fase folikuler. (Wiknjosastro, 2007 : 104-
107)
F. Tujuan Pembelajaran Selanjutnya
1. Mengetahui lebih mendalam mekanisme fisiologis tidak haid pada kehamilan.
2. Mengetahui lebih mendalam mengenai patofisiologi penyakit-penyakit yang bergejala tidak
haid.
3. Mengetahui gejala-gejala lain yang khas pada penyakit-penyakit yang bergejala tidak haid.
4. Mengetahui penatalaksanaan penyakit-penyakit yang bergejala tidak haid.
G. Informasi Tambahan
Pada kehamilan, hidupnya korpus luteum diperpanjang oleh adanya rangsangan dari
Human Chorionic Gonadotrophin (hCG), yang dibuat oleh sinsisiotrofoblast dari korion. Ini
dinamakan korpus luteum graviditatis. Rangsangan ini dimulai pada puncak perkembangan
korpus luteum (8 hari pascaovulasi), waktu yang tepat untuk mencegah terjadinya regresi
luteal. Korpus luteum graviditatis memproduksi estrogen dan progesterone. hCG memelihara
steroidogenesis pada korpus luteum hingga 9-10 minggu kehamilan.
Pada masa kehamilan pertengahan triwulan pertama, produksi hCG yang semula
meningkat mulai menurun. Estrogen dan progesterone tidak dihasilkan lagi oleh korpus
luteum graviditatis, melainkan oleh plasenta. Pada masa kehamilan triwulan kedua dan
ketiga, plesenta menghasilkan steroid seks dalam jumlah yang sangat banyak. Selain itu
terjadi pula peningkatan sekresi hormone PRL dari hipofisis anterior. Plasenta juga
membentuk human chorionic somatomammotropin (hCS), human placental lactogen (hPL),
atau human chorionic thyrotropin (hCt).
Pembentukan hCG meningkat pada awal kehamilan dan mencapai puncaknya pada
hari ke 50 hingga hari ke 80 kehamila. Hormon khorionik ini memicu sintesis steroid seks
tidak hanya di korpus luteum, melainkan juga di plasenta. Jumlah progesterone yang dibentuk
oleh plasenta mencapai 200 ng sehari atau lebih. Progesteron ini dapat dibuktikan dengan
memeriksa pregnandiol dalam urin 24 jam atau dalam serum secara teraradioimun (TRI).
Pada pihak lain, produksi estrogen meningkat perlahan-lahan dan mencapai
puncaknya pada akhir kehamilan. Kadar estrogen yang dibentuk oleh plasenta dapat
mencapai 40 ng perhari. Telah dibuktikan bahwa kadar estradiol serum yang sangat tinggi
dapat menunjukkan kemungkinan adanya kehamilan ganda sedangkan kadar estradiol yang
rendah menunjukkan adanya anensefalus atau gawat janin.
Dlam kehamilan dijumpai juga peningkatan aktivitas adrenal. Ini tampak dari
peningkatan pengeluaran 17-ketosteroid dan 17-hidroksisteroid. Peningkatan kortikosteroid
ini menimbulkan striae pada wanita hamil. Selain itu, berat kelenjar tiroid ternyata meningkat
dalam kehamilan. Apakah sintesis hormonnya juga meningkat, masih belum dapat dijelaskan.
Telah diketahui di bawah pengaruh estrogen terjadi peningkatan kapasitas pengikatan jodium
oleh protein plasma. Metabolisme tubuh juga meningkatdalam kehamilan. Beberapa
perubahan terjadi sebagai berikut.
Jenis Perubahan
Lipid total dan kolesterol Meningkat
Air dan garam Cenderung retensi
Volume plasma Meningkat
Jumlah eritrosit Rendah
Hematokrit Rendah
Sistem pembekuan Proses meningkat
Aktivitas fibrinolitik Berkurang
Di bawah pengaruh steroid seks uterus bertambah besar. Pada kehamilan 36 minggu
beratnya mencapai100 gram (20 kali lipat). Pembesaran uterus ini sementara dipicu oleh
estrogen. Selain meningkatkan jumlah aktin dan myosin, estrogen juga meningkatkan
membrane potensial sel-sel otot tersebut. Progesteron menyebabkan relaksasi otot-otot uterus.
Relaksasi otot ini dibantu pula oleh enzim oksitosinase yang mengaktifkan hormone
oksitosin.
Selain progesterone dan estrogen, korpus luteum juga menghasilkan relaksin, suatu
hormone polipeptida. Hormon ini menyebabkan relaksasi tulang-tulang panggul. Pembesaran
payudara pada kehamilan dipengaruhi oleh steroid seks dan pigmentasi putting susu
disebabkan oleh pengaruh hormone estrogen yang merangsang melanin. (Wiknjosastro,
2007 : 95-96,107)
H. Analisis Masalah
Dari kasus diketahui bahwa seorang wanita berumur 25 tahun, datang ke klinik
dengan keluhan tidak haid. Riwayat menarke pada usia 13 tahun, dan memiliki siklus
menstruasi yang teratur setiap bulannya, sampai kurang lebih 4 bulan yang lalu.
Berdasarkan kasus di atas, telah diambil beberapa kata kunci, yaitu wanita 25 tahun,
riwayat menarke pada usia 13 tahun, siklus menstruasi teratur setiap bulan, dan tidak haid
sejak 4 bulan lalu. Dari kata-kata kunci tersebut, dilakukan analisis untuk mengetahui
diagnosis utama sebagai berikut.
Kata Kunci
DD
wanita
25
tahun
menarke
pada usia
13 tahun
siklus
menstruasi
teratur
tidak haid
sejak 4
bulan lalu
Gejala/Tanda khas
lainnya
Hamil + + + + Gejala Tidak Pasti :
Mual, mutah, mengidam,
konstipasi/obstipasi, sering
kencing, pingsan & mudah
lelah, anoreksia.
Tanda Pasti : Pigmentasi
kulit, leukore, Epulis,
Perubahan payudara,
Pembesaran abdomen, Suhu
basal meningkat, Tanda
Chadwick (vagina livid),
Tanda Hegar (segmen
bawah uterus lembek, Tanda
Piscaseck (uterus membesar
ke satu jurusan), Tanda
Braxton-Hicks (uterus
berkontraksi bila
dirangsang), hCG (+)
Tanda pasti
Palpasi:dirasakan bagian
janin, balotemen & gerak
janin, Auskultasi:didengar
bunyi jantung janin (BJJ),
USG:gambaran janin, Sinar
X:kerangka janin.
(Mansjoer,2001: 253-254)
Polikistik Ovarium
+ + + +
Hirsutisme (tumbuh rambut
berlebihan di wajah & dada),
jerawat, obesitas, payudara
mengecil, infertilitas.
(Medicastore : 2008)
Anoreksia Nervosa
+ - + +
Gangguan emosional, kurus,
tidak ada nafsu makan, tanpa
letargi, nyeri epigastrium,
tingkat metabolism basal
rendah, hipoglikemi, suhu
lebih rendah dari normal,
bradikardi, tanda hirsutisme
(tumbuh rambut lanugo yang
halus), rambut ketiak dan
pubis normal, atrofi alat-alat
genital, jumlah hormone-
hormon menurun.
(Wiknjosastro, 2007 : 211-
212)
Sindrom Amenore-
Galaktore
+ + + + Mamma mengeluarkan air
seperti air susu, biasanya
agak gemuk, atrofi alat-alat
genital, masa laktasi
memanjang, FSH & LH
menurun, hormone prolaktin
meningkat.Riwayat tumor
hipofisis, minum obat anti
hipertensi atau obat
penenang (phenothiazide),
menghentikan minum pil
kontrasepsi. (Wiknjosastro,
2007 : 213)
Sindrom Asherman
+ + + +
Riwayat : kuretase, abortus,
postpartum, endometritis
akut yang berat,histerogram:
perlengketan di kavum uteri.
(Wiknjosastro, 2007 : 223)
Sindrom Sheehan
+ + + +
Kelenjar hipofisis anterior
nekrosis,Riwayat perdarahan
postpartum berat, kegagalan
menyusui pada waktu lanjut,
kerusakan kelenjar tidak
nyata, defisiensi hormone
trofik beberapa tahun
kemudian. ( Robins, 1995 :
421-422)
Berdasarkan hasil analisis di atas, diagnosis utama belum dapat ditegakkan karena
hampir semua diagnosis banding yang diajukan memiliki gejala yang sama dengan gejala-
gejala yang ada pada scenario. Oleh karena itu, masih diperlukan anamnesis tambahan,
pemeriksaan fisis, dan pemeriksaan penunjang untuk melihat gejala-gejala khas lainnya yang
bisa membedakannya dengan diagnosis banding lainnya guna menegakkan diagnosis yang
pasti agar pasien dapat diberikan pengobatan yang paling sesuai dengan penyakit yang
didertanya.