243993852 Gangguan Menstruasi II Amenore Ppt
description
Transcript of 243993852 Gangguan Menstruasi II Amenore Ppt
AMENOREAMENORE
Teguh Jaya Sakti1102009282
PEMBIMBINGDr. H Dadan Susandi Sp.OG
DEFINISIDEFINISIUsia 14 tahun; seks sekunder (-) dan haid (-)
Usia 16 tahun dan seks sekunder (+) dan haid (-)
Telah mendapat menstruasi haid berhenti selama sedikitnya 3 bulan berturut – turut
Amenore FisiologisAmenore FisiologisPrepubertasHamil dan nenyusuiMenopause
Tabel 3.2. Gambaran skematis bentuk lain dari amenorea
Amenorea primer Belum pernah haid, meskipun usia di atas 18 tahun
Amenorea sekunder Pernah haid, tetapi kemudian tidak haid selama 3 bulan
Amenorea generatif Amenorea derajat I: pematangan folikel dan ovulasi
terganggu
Amenorea vegetatif Amenorea derajat II : selain tidak terjadi pematangan
folikel, juga tidak terbentuk estrogen
Amenorea hiperestrogen Terdapat endometrium hiperplasia
Amenorea hipoestrogen Endometrium atrofis
Amenorea hipergonadotrop Tidak ada pembentukan estrogen, hipofisis dihambat
Amenorea hipogonadotrop Terdapat gangguan di hipotalamus
Uterus
Ovary
Anterior pituitary
hypothalamus
Central nervous system
Compartment I
Compartment II
Compartment III
Compartment IV
Environment
GnRH
FSH LH
Estrogen Progesteron
Menses
Dasar patologi amenorea Dasar patologi amenorea Kompartemen I : kelainan pada
outflow tract atau uterus sebagai target organ
Kompartemen II : kelainan pada ovarium
Kompartemen III : kelainan pada hipofise anterior
Kompartemen IV : kelainan karena faktor CNS atau hipotalamus
Pemeriksaan Klinis Pemeriksaan Klinis Adanya disfungsi psikologis atau stress
emosi Riwayat keluarga menderita anomali
kongenital Problem fisik yang meliputi status
nutrisi dan gangguan perkembangan dan pertumbuhan
Pemeriksaan ginekologisAdanya kelainan pada sistem syaraf
pusatGejala galaktorea
Amenore PrimerAmenore PrimerBrenner
◦Haid spontan (-) sampai usia 16,5 th◦Seks sekunder (mammae -) sampai
usia 14 th◦Seks sekunder (+) tanpa diikuti haid
dlm 2 thSperoff
◦Haid (-) usia 14 th, seks 2nd (-)◦Haid (-) usia 16 th, seks 2nd (+)
Amenore Primer Amenore Primer cont..cont..
GROUPGROUP MAMMAEMAMMAE UTERUUTERUSS
II -- ++
IIII ++ --
IIIIII -- --
IVIV ++ ++
Brenner Paul F
Perkembangan genitalia wanitaPerkembangan genitalia wanita
Dipengaruhi adanya :◦Mullerian Regression Factor sel Sertoli◦Testosteron sel Leydig◦Antigen H-Y◦Kromosom XY
Perubahan kadar hormonal dan jumlah oosit pada Perubahan kadar hormonal dan jumlah oosit pada masa in utero - remajamasa in utero - remaja
Pubertas : Suatu periode perkembangan dari seksual imatur
manjadi matur baik secara hormonal maupun fisik
Dipengaruhi : Genetik Keadaan kesehatan Nutrisi peran Leptin ? Status psikologik
Variasi individu
Tanner Stagging
StaStagege
MammaeMammae Pubic hairPubic hair
II Elevation of pappila Elevation of pappila onlyonly
NegNeg
IIII Elevation breast & Elevation breast & pappila <, areola pappila <, areola hanya di medialhanya di medial
Usia 9,8 thUsia 9,8 th
Menyebar, Menyebar, hanya di lab hanya di lab mayormayor
Usia 10,5 thUsia 10,5 th
IIIIII Membesar, areola Membesar, areola dan pappila blm dan pappila blm terpisahterpisah
Usia 11,2 thUsia 11,2 th
Hitam, kasar Hitam, kasar menyebar sp di menyebar sp di mons. Usia 11,4 mons. Usia 11,4 thth
IVIV Areola dan pappila Areola dan pappila terpisah, menonjolterpisah, menonjol
Usia 12,1 thUsia 12,1 th
Adult type Adult type
Usia 12,0 thUsia 12,0 th
VV Recession of areola Recession of areola to countor of breastto countor of breast
Usia 14,6 thUsia 14,6 th
idemidem
Perkembangan seks sekunder melalui beberapa tahapan
Tahapan Marshall & TannerSistem Tanner :
Tidak melakukan penilaian gradasi terhadap pubertas, namun melakukan penilaian gradasi perkembangan genitalia, rambut pubis dan payudara secara terpisah
Kelainan spesifik yang terkait pada Kelainan spesifik yang terkait pada masing- masing kompartemenmasing- masing kompartemen
Kompartemen I :
sindrom AshermanAnomali duktus mullerian
hymen imperforataAgenesis mullerian sindrom
MRKHAndrogen insensitivity (testicular
feminization)
Kompartemen II :
Sindrom TurnerMosaicismXY gonadal dysgenesisGonadal agenesisresistant ovary syndrome Premature ovaria failure
Kompartemen III :Pituary prolactin – secreting
adenomasThe empty sella syndromeSindrom sheehan
Kompartemen IVHypothalamic amenorrheaAnoreksia, bulimia (weight loss)
Chromosomes
FSH LH Estradiol Testosteron ProlactinProgesterone
withdrawal
Primary amenorrhoea
Turner’s syndr XO ↑ ↑ ↓ = = -ve Androgen insensis
syndr XY ↑ ↑ = ↑ = -ve
Hypogonadotrophic hypogondism
XX
↓
↓
↓
=
= or ↓
-ve
Secondary amenorrhoea
Prolactinoma XX ↓ ↓ ↓ = ↑ -ve
PCOS XX = ↑ or =
= ↑ = +ve
Premature ovarian fail XX ↑ ↑ ↓ = = -ve
PemeriksaanPemeriksaan
Progestational challengeProgestational challenge
Estrogen endogen dan kompeten outflow tract
Ada 3 pilihan preparat progesteron : - progesteron parenteral 200mg - micronized progesteron 300mg - MPA 10 mg peroral selama 5 hari.
bila dalam 2-7 hari setelah terapi dengan progesteron didapatkan perdarahan maka diagnosa adalah anovulasi.
Berarti outflow tract normal, endometrium reaktif, terdapat estrogen endogen, dan fungsi minimal dari ovarium, hipofise, dan sistem syaraf pusat.
Galaktorea(-),Prolaktin N, TSH N evaluasi lanjutan tidak perlu
Bila hanya didapatkan spotting ( positive withdrawl response) maka kemungkinan hanya terdapat estrogen endogen dalam batas marginal, selanjutnya penderita harus dimonitor dan evaluasi ulang, karena seringkali akan berkembang menjadi respon negatif
Negative withdrawl response, berarti bahwa tidak terdapat estrogen endogen
endometrium mengalami desidualisasi disebabkan oleh tingginya kadar androgen (anovulasi PCO), atau pada tingginya kadar progesteron akibat defisiensi enzim adrenal.
Terapi : pada kasus anovulasi MPA 10 mg/hari pada sepuluh hari pertama tiap bulan
Tahap 2Tahap 2Bila respon negative target organ,
outfow tract tidak kompeten atau tidak terjadi proliferasi endometrium akibat tak adanya estrogen.
Uji : 1,25 mg estrogen konyugasi atau 2 mg estradiol selama 21 hari, ditambah dengan 10 mg MPA pada 5 hari terakhir.
Tahap 2 :bila negatif defek pada kompartemen
I bila positif Kompartemen I normal
Tahap 3Tahap 3
Dilakukan pemeriksaan kadar gonadotropin penyebab kurangnya estrogen akibat gangguan folikel (kompartemen II) atau pada poros CNS-hipofise (kompartemen III dan IV)
Gonadotropin yang tinggi didapatkan pada : tumor yang memproduksi gonadotropin ( a gonadotropin – secreting pituary adenoma ), perimenopausal, resistant atau insensitive ovary syndrome, premature ovarian failure (autoimmune disease).
Hasil pemeriksaan :
Bila kadar gonadotropin normal dengan negative progestational withdrawl test maka terjadi gangguan pada poros CNS – Hipofise.
Bila kadar gonadotropin rendah maka kemungkinan terjadi kerusakan pada hipofise ( kompartemen III) atau CNS (kompartemen IV).
Amenorea karena gangguan di uterus
Uji P maupun uji E + P tetap tidak terjadi perdarahan, dipikirkan sebagai berikut :
•Uterus tidak ada / endometrium tidak ada. Amenorea uterus primer.
•Kerusakan pada endometrium akibat perlengketan (sindrom Asherman), infeksi berat (TBC). Amenorea uterus sekunder.
•Endometrium ada dan baik, tetapi tidak bereaksi sama sekali terhadap hormon.