mekanisme menstruasi
-
Author
hendra-brahmantyo-ratsmananda -
Category
Documents
-
view
503 -
download
9
Embed Size (px)
description
Transcript of mekanisme menstruasi

BAB 1
PENDAHULUAN
Menstruasi adalah perdarahan vagina secara berkala akibat terlepasnya lapisan
endometrium uterus. Fungsi menstruasi normal merupakan hasil interaksi antara
hipotalamus, hipofisis, dan ovarium dengan perubahan-perubahan terkait pada
jaringan sasaran pada saluran reproduksi normal, ovarium memainkan peranan
penting dalam proses ini, karena tampaknya bertanggung jawab dalam
pengaturan perubahan-perubahan siklik maupun lama siklus menstruasi.
Menstruasi terjadi sebagai akibat dari remodelling jaringan yang terjadi
setiap bulan pada wanita usia reproduktif. Setelah penghentian hormon steroid,
lapisan fungsional dari endometrium mengalami berbagai macam perubahan
yang akan menyebabkan kerusakan jaringan total. Pada tiap siklus menstruasi,
endometrium mengalami peluruhan dan regenerasi. Menstruasi hanya terjadi
pada beberapa hewan yang memiliki plasentasi hemokhorial. Pada plasentasi
hemochorial, trophoblas menginvasi pembuluh darah maternal dan villi chorionic
yang berhubungan langsung dengan darah maternal.
Pada kehamilan, di bawah pengaruh progesteron, stroma endometrium
mengalami desidualisasi yang luas. Desidualisasi membatasi invasi tropoblas;
namun demikian, perlindungan dari tropoblas yang invasif membutuhkan
penghalang yang pada akhirnya akan menyebabkan diferensiasi terminal.
Keadaan diferensiasi ini hanya dapat diperbaharui melalui regenerasi sel
progenitor yang terletak di dalam lapisan basal dari endometrium. Pemahaman
mengenai fisiologi endometrium yang normal diperlukan untuk memahami
gangguan-gangguan menstruasi.
1

BAB 2
FISIOLOGI MENSTRUASI
Pada siklus menstruasi normal, terdapat produksi hormon-hormon yang
paralel dengan pertumbuhan lapisan rahim untuk mempersiapkan implantasi dari
janin (proses kehamilan). Gangguan dari siklus menstruasi tersebut dapat
berakibat gangguan kesuburan, abortus berulang, atau keganasan. Gangguan
dari siklus menstruasi merupakan salah satu alasan seorang wanita berobat ke
dokter.
Siklus menstruasi normal berlangsung selama 21-35 hari, 2-8 hari adalah
waktu keluarnya darah haid yang berkisar 20-60 ml per hari. Penelitian
menunjukkan wanita dengan siklus mentruasi normal hanya terdapat pada 2/3
wanita dewasa, sedangkan pada usia reproduksi yang ekstrim (setelah menarki
<pertama kali terjadinya menstruasi> dan menopause) lebih banyak mengalami
siklus yang tidak teratur atau siklus yang tidak mengandung sel telur. Siklus
mentruasi ini melibatkan kompleks hipotalamus-hipofisis-ovarium.
Gambar 1. Kompleks Hipotalamus-Hipofisis-Ovarium
2.1 Siklus Menstruasi Normal
Siklus menstruasi normal dapat dibagi menjadi 2 segmen yaitu, siklus
ovarial dan siklus uterus. Siklus ovarial terbagi lagi menjadi 2 bagian, yaitu siklus
2

folikular dan siklus luteal, sedangkan siklus uterus dibagi menjadi masa
proliferasi dan masa sekresi.
Perubahan di dalam rahim merupakan respon terhadap perubahan
hormonal. Uterus terdiri dari 3 lapisan yaitu perimetrium (lapisan terluar),
miometrium (lapisan tengah), dan endometrium (lapisan terdalam). Endometrium
adalah lapisan yangn berperan di dalam siklus menstruasi. 2/3 bagian
endometrium disebut desidua fungsionalis yang terdiri dari kelenjar, dan 1/3
bagian terdalamnya disebut sebagai desidua basalis.
2.2 Sistem hormonal yang mempengaruhi siklus menstruasi adalah:
1. FSH-RH yang dikeluarkan hipotalamus untuk merangsang hipofisis
mengeluarkan FSH
2. LH-RH yang dikeluarkan hipotalamus untuk merangsang hipofisis
mengeluarkan LH
3. PIH yang menghambat hipofisis untuk mengeluarkan prolaktin
Gambar 2. Siklus Hormonal
Pada setiap siklus menstruasi, FSH yang dikeluarkan oleh hipofisis
merangsang perkembangan folikel- folikel di dalam ovarium. Pada umumnya
hanya satu folikel yang terangsang namun perkembangan dapat menjadi lebih
dari satu, dan folikel tersebut berkembang menjadi folikel de graaf yang membuat
3

estrogen. Estrogen ini menekan produksi FSH, sehingga hipofisis mengeluarkan
hormon yang kedua yaitu LH. Produksi hormon LH maupun FSH berada di
bawah pengaruh releasing hormones yang disalurkan hipotalamus ke hipofisis.
Penyaluran RH dipengaruhi oleh mekanisme umpan balik estrogen terhadap
hipotalamus. Produksi hormon gonadotropin (FSH dan LH) yang baik akan
menyebabkan pematangan dari folikel de graaf yang mengandung estrogen.
Estrogen mempengaruhi pertumbuhan dari endometrium. Di bawah pengaruh
LH, folikel de graaf menjadi matang sampai terjadi ovulasi. Setelah ovulasi
terjadi, dibentuklah korpus rubrum yang akan menjadi korpus luteum, di bawah
pengaruh hormon LH dan LTH. Korpus luteum menghasilkan progesteron yang
dapat mempengaruhi pertumbuhan kelenjar endometrium. Bila tidak ada
pembuahan maka korpus luteum berdegenerasi dan mengakibatkan penurunan
kadar estrogen dan progesteron. Penurunan kadar hormon ini menyebabkan
degenerasi, perdarahan, dan pelepasan dari endometrium. Proses ini disebut
haid atau menstruasi. Apabila terdapat pembuahan dalam masa ovulasi, maka
korpus luteum tersebut dipertahankan.
Pada tiap siklus endometrium dikenal 3 masa utama yaitu:
Masa menstruasi yang berlangsung selama 2-8 hari. Pada saat itu
endometrium dilepaskan sehingga timbul perdarahan dan hormon-hormon
ovarium berada dalam kadar paling rendah
Masa proliferasi dari berhenti darah menstruasi sampai hari ke-14. Setelah
menstruasi berakhir, dimulailah fase proliferasi dimana terjadi pertumbuhan
dari desidua fungsionalis untuk mempersiapkan uterus untuk perlekatan
fetus. Pada fase ini endometrium tumbuh kembali. Antara hari ke-12
sampai 14 dapat terjadi pelepasan sel telur dari indung telur (disebut
ovulasi)
Masa sekresi. Masa sekresi adalah masa sesudah terjadinya ovulasi.
Hormon progesteron dikeluarkan dan mempengaruhi pertumbuhan
endometrium untuk membuat kondisi uterus siap untuk implantasi.
Siklus ovarium :
1. Fase folikular. Pada fase ini hormon reproduksi bekerja mematangkan sel telur
yang berasal dari satu folikel kemudian matang pada pertengahan siklus dan
siap untuk proses ovulasi (pengeluaran sel telur dari indung telur). Waktu rata-
rata fase folikular pada manusia berkisar 10-14 hari, dan variabilitasnya
4

mempengaruhi panjang siklus menstruasi keseluruhan.
2. Fase luteal. Fase luteal adalah fase dari ovulasi hingga menstruasi dengan
jangka waktu rata-rata 14 hari.
Siklus hormonal dan hubungannya dengan siklus ovarium serta uterus di dalam
siklus menstruasi normal:
1. Setiap permulaan siklus menstruasi, kadar hormon gonadotropin (FSH, LH)
berada pada level yang rendah dan sudah menurun sejak akhir dari fase
luteal siklus sebelumnya.
2. Hormon FSH dari hipotalamus perlahan mengalami peningkatan setelah akhir
dari korpus luteum dan pertumbuhan folikel dimulai pada fase folikular. Hal ini
merupakan pemicu untuk pertumbuhan lapisan endometrium.
3. Peningkatan level estrogen menyebabkan feedback negatif pada pengeluaran
FSH hipofisis. Hormon LH kemudian menurun sebagai akibat dari
peningkatan level estradiol, tetapi pada akhir dari fase folikular level hormon
LH meningkat drastis ( respon bifasik ).
4. Pada akhir fase folikular, hormon FSH merangsang reseptor (penerima)
hormon LH yang terdapat pada sel granulosa, dan dengan rangsangan dari
hormon LH, keluarlah hormon progesteron.
5. Setelah perangsangan oleh hormon estrogen, hipofisis LH terpicu yang
menyebabkan terjadinya ovulasi yang muncul 24-36 jam kemudian. Ovulasi
adalah penanda fase transisi dari fase proliferasi ke sekresi, dari folikular ke
luteal.
6. Kadar estrogen menurun pada awal fase luteal dari sesaat sebelum ovulasi
sampai fase pertengahan, dan kemudian meningkat kembali karena sekresi
dari korpus luteum.
7. Progesteron meningkat setelah ovulasi dan dapat merupakan penanda bahwa
sudah terjadi ovulasi.
8. Kedua hormon estrogen dan progesteron meningkat selama masa hidup
korpus luteum dan kemudian menurun untuk mempersiapkan siklus
berikutnya
5

Gambar 3. Siklus Menstruasi Normal
6

2.3 Dating Endometrium
Untuk menentukan hari yang tepat dari siklus menstruasi disebut dating
endometrium. Dating dilakukan pada masa sekresi, oleh karena berbeda dari
fase proliferasi, fase ini menunjukkan perubahan perubahan yang nyata setiap
harinya dengan perubahan morfologi tertentu.
Jika siklus haid 28 hari dan perkiraan ovulasi terjadi pada hari ke 14, maka 36 –
48 jam setelah ovulasi belum terlihat perubahan yang menonjol pada
endometrium. Karena itu dating hari ke 14 dan ke 15 tidak berguna dilakukan,
dan sebaliknya baru dilakukan pada hari ke 16.
Hari ke 16 : Vakuola basal subnukleus terlihat pada banyak kelenjar. Hari ini hari
terahir pseudostratifikasi barisan inti. Terlihat mitosis pada kelenjar kelenjar dan
stroma.
Hari ke 17 : Nukleus dari kelenjar kelenjar tersusun dalam satu baris, dengan
sitoplasma yang homogen diatasnya dan vakuola yang besar besar di
bawahnya. Pseudostratifikasi menghilang, mitosis di kelenjar dan stroma jarang.
Hari ke 18 : Sebagian vakuola mengecil karena sebagian isinya dilepaskan ke
arah sitoplasma sekitar lumen dan kemudian termasuk ke dalam lumen. Karena
vakuola subnukleus ini mengecil maka nukleus mendekati basis dari sel. Tidak
terlihat mitosis pada saat ini.
Hari ke 19 : Hanya sebagian kecil vakuola terlihat. Sepintas lalu gambarannya
menyerupai hari ke 16. Dapat terlihat sekresi intraluminal. Tidak terdapat
pseudostratifikasi dan mitosis.
Hari ke 20 : Vakuola subnukleus hanya satu satu. Sekresi intraluminal tampak
jelas.
Hari ke 21 : Mulai terlihat perubahan perubahan pada stroma. Sel sel stroma
mempunyai nukleus yang gelap dan padat. Mulai adanya edema stroma.
Hari ke 22 : Edema stroma mencapai maksimum. Sel sel stroma tampak kecil,
padat. Mulai terlihat arteri spiralis dengan dindingnya yang tipis. Sekresi
intaluminal aktif, tetapi mulai berkurang.
Hari ke 23 : Edema stroma menetap. Kondensasi stroma pada sekitar arteri
spiralis. Dapat juga dijumpai mitosis.
Hari ke 24 : Kumpulan sel sel pradesidua tampak jelas disekeliling arteriola.
Mitosis aktif, edema berkurang. Endometrium akan mulai berinvolusi, kecuali
terjadi kehamilan.
7

Hari ke 25 : Sel sel pradesidua mulai terdapat di bawah sel sel epitel permukaan.
Sedikit edema sekitar arteriola. Sedikit infiltrasi limfosit pada stroma.
Hari ke 26 : Sel sel pradesidua mengelompok di seluruh stroma disertai
infiltrasi sel sel leukosit polinuklear.
Hari ke 27 : Pradesidua menonjol sekitar pembuluh darah dan di bawah epitel
permukaan. Jelas terlihat infiltrasi sel sel leukosit polinuklear.
Hari ke 28 : Mulai terlihat daerah dengan nekrosis (fokal nekrosis), dan daerah
daerah kecil dengan perdarahan dalam stroma. Infiltrasi sel sel leukosit
polinuklear sangat banyak. Kelenjar kelenjar kelihatan mengalami secretory
exhaustion.
2.4 Darah menstrual
Siklus menstruasi terjadi pada manusia dan primata yang lain. Menstruasi
merupakan sebuah fase dari siklus menstruasi dimana endometrium mengalami
peluruhan. Menstruasi normalnya berlangsung selama beberapa hari (3-5 hari).
Rata-rata darah yang hilang selama menstruasi adalah 35 ml. untuk mengkultur
sel yang berasal dari darah menstrual, darah menstrual diambil pada hari
pertama menstruasi, karena menstruasi pada hari pertama ini mengandung
banyak sel dan jaringan yang tercampur dengan darah karena peluruhan
endometrium (Gambar 4). Siklus menstruasi dikontrol oleh sistem hormonal.
Selama fase proliferasi, endometrium mengalami penebalan yang dirangsang
oleh peningkatan kadar estrogen. Folikel di dalam ovarium mulai berkembang
karena pengaruh hormon-hormon. Setelah beberapa hari, satu atau terkadang
dua folikel akan menjadi dominan. Folikel yang dominan akan merilis ovum atau
telur pada proses ovulasi. Setelah ovulasi, folikel dominan yang tersisa di dalam
ovarium akan menjadi corpus luteum. Korpus ini memiliki fungsi utama yaitu
memproduksi sejumlah besar progesteron. Dengan adanya progesteron,
endometrium siap untuk implantasi embrio. Bila implantasi tidak terjadi dalam
waktu 2 minggu, korpus luteum akan mati, sehingga kadar progesteron dan
estrogen menurun tajam. Penurunan kadar hormon ini menyebabkan uterus
luruh sehingga terjadilan menstruasi.
8

Gambar 4. Transdiferensiasi myogenik dari sel-sel yang berasal dari darah menstrual. Darah menstrual, yang daimbil pada hari pertama menstruasi, mengandung banyak sel dan jaringan yang tercampur dengan darah karena peluruhan endometrium.
9

BAB 3
ENDOMETRIUM SELAMA PROSES MENSTRUASI
3.1 Struktur endometrium
Darah menstrual mengandung sel atau jaringan dari lapisan fungsional
endometrium. Lapisan ini terbentuk setelah akhir masa menstruasi. Proliferasi
diinduksi oleh progesteron (fase proliferasi dari siklus menstruasi), dan
selanjutnya terjadi peningkatan kadar progesteron dari corpus luteum (fase
sekretori). Tidak adanya progesteron menyebabkan konstriksi arteri yang
menyuplai darah ke lapisan fungsional, sehingga sel di dalam lapisan ini
mengalami iskemia dan mati. Hal ini menyebabkan terjadinya menstruasi.
Sebaliknya, lapisan basal, di dekat myometrium dan di bawah lapisan fungsional,
tidak mengalami peluruhan selama siklus menstruasi. Secara histologis,
endometrium fungsional terdiri dari selapis epitel kolumnar yang berada di atas
lapisan jaringan ikat. Lapisan jaringan ikat ini memiliki ketebalan yang bervariasi
sesuai dengan pengaruh hormonal – stroma. Kelenjar uterus tubular sederhana
mencapai dasar stroma melalui permukaan endometrium, yang juga
mendapatkan banyak darah dari arteri spiralis.
Endometrium terdiri dari lapisan basal dan fungsional. Lapisan basal
berada di dalam dan dekat dengan myometrium, sementara lapisan fungsional
merupakan dua pertiga dari endometrium bagian superfisial. Lapisan fungsional
terdiri dari stratum compactum dan stratum spongiosum. Stratum compactum
merupakan lapisan superfisial tipis dengan leher kelenjat dan stroma yang padat,
sementara stratum spongiosum merupakan bagian dalam dari lapisan fungsional
yang terdiri dari kelenjar dan stroma yang longgar. Hanya lapisan fungsional dari
endometrium yang mengalami peluruhan pada tiap siklus. Lapisan basal
mengandung sel progenitor yang me-regenerasi lapisan fungsional pada tiap
siklus. Jaringan endometrium berrespons terhadap hormon steroid seks yang
dihasilkan di pada fase flikular dan fase luteal dari siklus ovarium. Siklus
menstruasi terbagi menjadi fase proliferatif dan fase sekretori. Perbedaan
sitoarsitektural dan molekular antar kedua fase ini mencerminkan respons
endometrium terhadap perubahan siklis dari paparan hormon ovarium.
10

Selama siklus haid, endometrium mengalami beberapa perubahan
histologis dan sitologis. Lapisan basalis dekat miometrium, hanya sedikit
mengalami perubahan selama siklus haid dan tidak ikut terlepas saat haid. Dari
lapisan basalis ini akan terbentuk lapisan intermedial yaitu spongiosum dan
lapisan superfisial yaitu kompaktum, kedua lapisan ini terlepas saat haid.
Dibawah pengaruh estrogen dengan IGF-I sebagai mediator parakrin, kelenjar
endometrium pada kedua lapisan ini mengalami proliferasi selama fase folikuler,
sehingga bertambah tebal. Selama fase luteal, kelenjar menjadi bekelok-kelok
dibawah pengaruh progesteron, dengan IGF-II dicurigai sebagai mediator
parakrin. Endometrium menjadi oedematous dan vaskularisasi semakin
meningkat. Dengan menurunnya estrogen dan progesteron pada fase luteal,
maka endometrium dan pembuluh darah akan mengalami nekrosis, dan akhirnya
terjadi perdarahan haid. Tampaknya sekresi prostaglandin yang memulai
vasospasme dan iskemik pada endometrium, dan juga kontraksi uterus yang
sering terjadi bersamaan dengan haid. Aktivitas fibrinolitik di endometrium juga
mengalami peningkatan selama haid, ini menjelaskan kenapa darah haid tidak
mengalami penggumpalan pada haid yang normal.
3.2 Fase proliferatif
Lapisan fungsional (2/3 atas) dari endometrium mengalami peluruhan
pada tiap siklus menstruasi. Pada akhir masa menstruasi, lapisan endometrium
memiliki ketebalan sekitar 2 mm dan terdiri dari sel epitel yang berasal dari
kelenjar di lapisan basal dan bermigrasi ke permukaan endometrium. Lapisan
basal tipis berepitel yang dapat ditemukan pada awal siklus menstruasi serupa
dengan sitoarsitektur endometrium dari wanita post menopause dan wanita
dengan amenorrhea hipotalamikus. Perbaikan awal dari permukaan
endometrium, suatu proses penting dalam regenerasi, terjadi sebelum akhir
masa menstruasi dan sebelum peningkatan estradiol. Penambahan ketebalan
endometrium tidak berhenti hingga proses ini selesai.
Estradiol, yang diproduksi oleh ovarium pada hari ke-4 atau 5 siklus,
menginduksi pertumbuhan dan proliferasi endometrium. Sel epitel dan stroma
mengalami mitosis dan multiplikasi, sehingga panjang kelenjar semakin
bertambah dan sel stroma berkembang dan memperluas matriks ekstraselular.
11

Beberapa sel epitel permukaan yang umum ditemukan di dekat ostium tuba dan
endoserviks menjadi bersilia pada waktu ini.
Pertumbuhan endometrium dapat dimonitor dengan menggunakan
ultrasound, yang diukur dari total lebar permukaan epitel endometrium (disebut
juga dengan trilaminar endometrial stripe). Pertumbuhan endometrium
berlangsung cepat pada hari ke-4 atau 5 siklus.
Ketebalan endometrium pada hari ke-4 siklus adalah sekitar 4.5mm dan
meningkat secara linier hingga 10 mm pada hari ke-9 atau 10. Pertumbuhan
endometrium terhenti sebelum kadar estradiol mencapai puncaknya dan sebelum
onset fase sekretori produksi estrogen. Hal ini menunjukkan bahwa faktor-faktor
non steroid membatas pertumbuhan endometrium.
Amenorrhea pada beberapa wanita disebabkan oleh anovulasi kronis,
yang mungkin terjadi karena paparan estrogen dan gangguan pertumbuhan
endometrium. Meskipun beberapa wanita yang mengalami anovulasi memiliki
endometrium yang lebih tebal, mereka tidak mengalami pertumbuhan jaringan
endometrium yang cepat dan kontinu pada fase proliferatif, seperti pada wanita
normal. Pertumbuhan endometrium terbatas dan ketebalan umumnya adalah 11
mm. paparan estrogen tidak cukup untuk mendukung pertumbuhan
endometriumyang kontinu. Hal ini menunjukkan adanya faktor-faktor yang
membatas proliferasi endometrium. Mekanisme selular yang bertanggungjawab
untuk disfungsi pertumbuhan endometriummasih belum diketahui. namun
demikian, patofisiologi dari endometriumpada wanita anovulasi mencerminkan
gangguan pengaturan modulator yang bertanggungjawab dalam perbaikan
endometriumdan penghentian pertumbuhan; yang mendukung stabilisasi jangka
panjang pada kondisi anovulasi atau defisiensi estrogen.
3.3 Fase sekretori
Sekresi progesteron setelah ovulasi menyebabkan berhentinya proliferasi
epitel endometrium. Reseptor estrogen yang diekspresikan oleh sel epitel
endometrium selama fase proliferasi dapat berkurang karena aksi dari
progesteron, sehingga efek proliferatif dari estrogen terhambat. Paparan
progeseron menyebabkan vakuola sub-nuklear yang kaya-glikogen muncul (hari
12

ke-16) dan menghambat mitosis sel epitel pada hari ke-17. Vakuola menjadi
supranuklear pada hari ke-18 dan sekret dapat ditemukan pada lumen kelenjar
pada hari ke-19-20. Aktivitas sekretori puncak terjadi pada hari ke 20-21.
Perubahan ini sangat penting untuk konsepsi dan pembentukan permukaan
endometriumyang tepat untuk perlekatan blastocyst. Progesteron mencetuskan
terjadinya perubahan fibroblas stromal yang dicirikan dengan pembesaran selular
serta akumulasi laminin dan kolagen tipe 4.
Pada fase luteal, kolagen tipe 4 dan laminin terdapat di rongga
ekstraselular dari stroma endometrium dan membran basal kelenjar serta dinding
pembuluh darah. Meskipun kolagen tipe 1, 3, dan 6, serta laminin terdapat di
dalam endometrium selama siklus menstruasi, rasionya berubah karena paparan
terhadap progesteron yang terus menerus. Endometriumjuga menghasilkan
sejumlah besar prolaktin dan IGF-binding proteins (IGFBP-1). Perubahan ini
menyebabkan perubahan yang dramatis di dalam matriks ekstraselular dan
produk-produk sekretori dari endometrium, edema stroma terjadi pada hari ke 20-
23. Dalam beberapa hari sebelum menstruasi stroma terinfiltrasi dengan sel NK,
makrofag, dan sel T. sebaliknya, paparan progesteron yang kontinu
menyebabkan atrofi dan penipisan endometrium, penyempitan kelenjar, dan
gangguan vaskular yang dicirikan dengan terbentuknya sinusoid dan sel-sel
endotel yang hiperplastik. Histologi endometriumini merupakan gambaran khas
dari wanita yang mengalami amenorrhea karena paparan progestin yang kronis.
3.4 Pengaturan Pertumbuhan Endometrium
Sejumlah faktor pertumbuhan dan hormon steroid ovarium mengatur
pertumbuhan endometriumselama siklus menstruasi.
3.4.1 Steroid ovarium
Endometrium berrespons terhadap steroid ovarium estrogen dan
progesteron; kedua hormon ini adalah satu-satunya sinyal ekstrinsik yang
siperlukan untuk terjadinya siklus menstruasi yang normal. Fase proliferatif dari
siklus ini terutama dimediasi oleh estrogen.
ERa, disebut juga dengan ESR1 dan ERb, disebut juga dengan ESR2
ditranskripsi dari gen-gen yang berbeda dan memiliki pola ekspresi yang
13

berbeda. ESR2 diekspresikan dalam endometrium selama siklus menstruasi.
ESR1 bervariasi di sepanjang siklus menstruasi dan diekspresikan oeh sel epitel
dan sel stromal selama fase proliferasi. Reseptor estrogen berkurang banyak di
dalam epitel setelah pasien diberi paparan progesteron. Selain itu, juga terdapat
bukti penelitian yang menemukan bahwa sinyal estrogen ditransmisikan melalui
reseptor non-estrogen, termasuk membrane receptor GRP30, namun, temuan ini
masih kontroversial.
Efek progesteron pada uterus dimediasi melalui PR-A, PR-B, dan PR-C.
Masing-masing merupakan suatu protein homolog yang ditranskripsikan dari gen
yang sama oleh promoter yang berbeda. Sel epitel dan stromal mengekspresikan
PR-A dan PR-B pada fase proliferasi. Pada fase luteal, hanya sel stromal yang
mengekspresikan PR-A dan PR-B (PR-A lebih dominan). Sementara ekspresi
kedua reseptor berkurang pada sel epitel. Ekspresi PR dalam sel stromal tidak
dipengaruhi oleh paparan kronis terhadap agen pro-gestasional jangka panjang.
3.4.2 Faktor pertumbuhan
Sejumlah besar faktor pertumbuhan mitogenik disekresikan oleh
endometrium, dan memodulasi kerja steroid seks pada endometrium. Molekul
peptida ini dapat mengawali aktivasi jalur intraselular dengan berikatan dengan
cognate membrane bound receptor
EGF diekspresikan oleh sel epitel selama fase proliferasi dan oleh sel
stromal selama fase sekretori. Kadar EGF tetap stabil di sepanjang siklus
menstruasi. EGF dapat bersinergi dengan estradiol atau bekerja secara
independen untuk merangsang pertumbuhan sel epitel. Stimulasi EGF secara
tidak langsung menyebabkan aktivasi ERa. EGF dapat memediasi efek
proliferatif pada sel epitel, seperti yang tampak pada endometriumselama fase
folikular awal, saat kadar estradiol sangat rendah. TGF, salah satu anggota dari
famili EGF, mengikat reseptor yang sama dengan EGF dan kadarnya mencapai
puncak pada pertengahan siklus. TGF juga memediasi aksi proliferatif dari
estrogen pada endometrium. FGF merupakan sebuah famili yang terdiri dari 9
anggota. FGF-1, -2, -4, and -7 diekspresikan pada endometrium manusia. Sel
epitel menghasilkan FGF-1 and -2 selama fase proliferatif dan fase sekretori dari
14

siklus menstruasi. Sel stroma mengekspresikan FGF-2 pada fase proliferasi,
dimana ekspresi ini menginduksi mitosis dan sintesis DNA.
Gambar 5 Skema dari sistem vaskular endometrium. Endometrium primata terdiri dari stratum basalis (s. basilis) dan stratum fungsionalis (s. fungsionalis). Arteri uterus bercabang dalam myometrium dan menghasilkan arteria racuata dan arteri radialis. Arteri radialis bercabang di dalam s.basilis dan menghasilkan sejumlah arteriol lurus dan spiral di dalam sepertiga bawah endometrium. Arteriol spiral mensuplai darah di s. fungsionalis.
IGF-1 dan -2 dihasilkan oleh sel epitel dan stromal pada kadar tinggi
selama siklus menstruasi. Proliferasi fibroblas stroma endometrium diinduksi oleh
IGF-1; namun IGF-1 dan -2 juga dapat mendukung terjadinya diferensiasi.
Produksi IGF-1 ditingkatkan oleh estradiol dan hal ini memediasi efek estrogen
terhadap pertumbuhan endometrium. IGF-2 terlibat dalam diferensiasi sel
sebagai respons terhadap efek progesteron. Efeknya dimediasi oleh ikatan
dengan IGFBP-1. IGFBP-1 merupakan salah satu dari keenam protein homolog
yang memodulasi efek mitogenik dan metabolik dari IGF-1 dan -2. Protein
IGFBP-1 dan mRNA terdapat di sel stroma pre-desidua pada fase sekretori akhir
dan di sel desidua pada masa kehamilan.
15

Sejumlah sitokin dan faktor pertumbuhan yang lain juga telah ditemukan,
seperti KGF, salah satu anggota dari famili FGF. KGF diekspresikan dalam sel
stroma selama fase sekretori. Sitokin ini memediasi sinyal epitel-sroma. PDGF
disekresikan oleh sel stroma dan platelet. Sitokin ini terletak di sekitar sel stroma
dan merangsang proliferasi sel stroma dan angiogenesis. Aktivitas TNF di
dalam endometrium meningkat pada fase proliferatif dan sekretori. Sitokin ini
memberikan beberapa efek pada pertumbuhan sel. TNFb bersifat mitogenik,
angiogenik, immunomodulatori, dan inflamatori. Ketidakseimbangan dari jaringan
jalur selular ini akan menimbulkan konsekuensi-konsekuensi yang
mempengaruhi siklus menstruasi dan implantasi, dan/atau meningkatkan
kerentanan terhadap neoplasia.
3.5 Pembuluh darah Endometrium
Karena menstruasi merupakan remodelling jaringan dimana lapisan
dalam kavum uterus mengalami peluruhan secara reguler, pembuluh darah
endometrium berperan penting dalam proses regenerasi. Selain pembuluh darah
di sistem reproduksi, pembuluh darah di sistem yang lain tidak mengalami
regenerasi yang dramatis dan rutin seperti ini. Angiogenesis dan pembentukan
sistem mikrovaskulatur di dalam endometrium merupakan kunci dari siklus yang
terjadi di endometrium, karena proliferasi dan maturasi endometrium tergantung
dari suplai oksigen lokal dan nutrisi ke jaringan.
3.6 Suplai Vaskular Endometrium
Arteri arkuata berasal dari arteri uterus yang ada di dalam myometrium.
Arteri ini bercabang tepat di perbatasan endometrium dan berkembang menjadi
sejumlah arteriol lurus yang mensuplai sepertiga dalam endometrium. Pembuluh
darah ini berlanjut menjadi arteriol spiral dan mensuplai dua pertiga bagian
fungsional dari endometrium. Pembuluh darah endometrium memiliki banyak sel
otot polos dan berubah menjadi kapiler tepat di bawah permukaan endometrium.
Venul bermuara ke vena uterus. Skema dari sistem vaskular endometrium dapat
ditemukan pada Gambar 5
16

3.7 Pengaturan Pertumbuhan Pembuluh Darah Endometrium
Menstruasi menyebabkan pembuluh darah menjadi terbuka, hingga perlu
dikoreksi untuk mengontrol perdarahan. Pembuluh darah mengalami regenerasi
pada akhir masa menstruasi dan terus berlanjut ke fase proliferasi dari siklus
menstruasi. Keseimbangan antar faktor-faktor yang merangsang dan
menghambat angiogenesis akan mengatur proses peluruhan dan regenerasi
endometrium. Sejumlah faktor angiogenik telah ditemukan oleh beberapa
peneliti, seperti EGF, TGFa, TGFb, TNFa, FGF-1, FGF-2, PDGF, dan VEGF..
Gangguan fungsi pembuluh darah akan menimbulkan kelainan perdarahan
uterus. Beberapa faktor spesifik yang terlibat dalam regenerasi endotel
endometrium telah diteliti dengan baik. VEGF merupakan molekul sebesar 30-45
kDa yang mengikat heparin dan berpotensi sebagai mitogen. VEGF dianggap
berperan penting dalam perkembangan endotel vaskular dan formasi pembuluh
darah yang baru. Dari kelima variasi VEGF, VEGF 121 dan 165 merupakan
bentuk yang dominan yang mengatur angiogenesis endometrium. VEGF-A
dihasilkan di dalam epitel luminal dan kelenjar, serta di dalam stroma pada fase
proliferasi. Pada fase sekretori, hanya sel epitel yang terus mengekspresikan
VEGF-A.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa VEGF diatur secara hormonal.
Estradiol dianggap meningkatkan rilis VEGF, namun peranan hormon ovarium
dalam pengaturan ekspresi dan fungsi VEGF masih belum jelas.
17

Gambar 6. Faktor pertumbuhan endometrium. Sejumlah besar faktor pertumbuhan (atas) dan reseptor faktor pertumbuhan (bawah) mRNA dan protein pada endometriummanusia selama siklus menstruasi. Kadar yang ditunjukkan ini sesuai dengan kadar pada fase proliferasi awal. CSF-1 colony stimulating factor-1; EGF epidermal growth factor; FGF fibroblast growth factor; IGF-1 insulin like growth factor-1; IL-1 interleukin-1; LIF leukemia-inhibiting factor; PDGF platelet-derived growth factor; TGF transforming growth factor.
18

3.8 Perubahan desidua menjelang haid
Tujuan utama desidualisasi adalah persiapan endometrium untuk
menerima implantasi blastokis. Desidualisasi disertai dengan peningkatan
sekresi komponen matriks, seperti kolagen, fibronektin dan laminin. Bahan yang
dapat mendegranasi matriks seperti MMP-3 dipertahankan dalam kadar rendah
oleh progesteron dan mekanisme yang diperantarai IL-1 untuk terjadinya
desidualisasi. Perubahan sitokin yang menyokong aktivitas parakrin sel desidua
juga terjadi selama proses desidualisasi, sel desidua mensekresi IL-15 yang
mana sangat penting untuk pertumbuhan dan perubahan sel NK.
3.9 Fisiologi withdrawal progesteron
Withdrawal progesteron mencegah implantasi dan menghentikan
persiapan endometrium untuk kehamilan. Fisiologi withdrawal progesteron
memicu kaskade interaksi molekuler dan seluler yang menghasilkan perdarahan
haid. Withdrawal progesteron mengaktifkan mediator inflamasi, yang mempunyai
lokasi di perivaskuler, Diantara bahan yang dipicu antara lain kemokin: alfa-
chemokine CXCL8 (IL-8) dan beta-chemokine CCL-2 (monocyte chemotactic
peptide-1, MCP-1), dan juga memicu enzim yang bertanggung jawab untuk
sintesis prostaglandin, COX-2.
Penelitian terdahulu tentang keterkaitan antara prostaglandin dengan haid
mendapatkan adanya peningkatan sintesis prostaglandin dan penurunan
metabolismenya sebagai respon dari penurunan kadar progesteron. Sintesis
prostaglandin melalui COX-2 membantu menjelaskan kerja obat anti inflamasi
non steroid dalam gangguan haid. Kerja prostaglandin pada pembuluh darah dan
sel-sel disekitarnya didasari oleh karena adanya reseptor prostaglandin yang
cukup bermakna pada tempat tersebut. PDGH, adalah enzim yang bertanggung
jawab mengubah prostaglandin menjadi metabolit yang inaktif adalah enzim
yang kerjanya tergantung dari progesteron. Penghambatan terhadap kerja
progesterone berarti menghambat ekspresi PDGH. Respon lokal dari withdrawal
progesteron adalah terjadinya peningkatan konsentrasi PGE2 dan PGF2 alfa dan
adanya sinergisme dengan kemokin, CXCL-8. Terdapat migrasi yang bermakna
leukosit terdiri dari netrofil, makrofag dan sel hematopoietik lainnya. Terdapat
ekspresi CXCL-8 yang luas di endometrium manusia, kemokin ini merupakan
19

signal kemotaktik utama untuk masuknya netrofil ke dalam endometrium. Sudah
diketahui bahwa kontraksi miometrium dan vasokonstriksi dapat diakibatkan oleh
peningkatan dari PGF2 alfa, sebagai akibat dari withdrawal progesteron. Akibat
dari vasokonstriksi arteri spiralis maka akan terjadi hipoksia. Hipoksia adalah
induktor yang poten terhadap munculnya VEGF yaitu factor yang meningkatkan
reaksi angiogenik dan permeabilitas vaskuler. Withdrawal progesteron telah
dilaporkan meningkatkan ekspresi reseptor VGEF tipe 2, kinase domain reseptor
(KDR) pada stroma endometrium. Pro-MMP-1 juga meningkatkan akibat dari
withdrawal progesteron. Jadi VEGF-KDR-MMP merupakan komponen yang
penting dalam proses haid.
Gambar 7. Fisiologi withdrawal progesterone
20

BAB 4
KESIMPULAN
Endometrium, tempat implantasi embrio, mengalami peluruhan setiap
bulan pada siklus menstruasi. Seorang wanita umumnya akan mengalami 500
siklus menstruasi sepanjang hidupnya. Gangguan menstruasi merupakan
masalah yang umum ditemukan dan merupakan salah satu indikasi perawatan
medis pada wanita usia reproduktif. Proses menstruasi yang normal
membutuhkan pengaturan degradasi jaringan, pengontrolan perdarahan, dan
hemostasis yang normal. Pemahaman mengenai mekanisme yang mendasari
proses ini diperlukan untuk memahami dasar dan terapi untuk kelainan ini.
Siklus menstruasi normal pada manusia dapat dibagi menjadi dua yaitu
siklus ovarium dan siklus uterus. Siklus ovarium sendiri dapat dibagi menjadi fase
follikuler dan fase luteal. Siklus endometrium terdiri dari 4 fase yaitu, fase
menstruasi, fase post menstruasi, fase intermenstruum dan fase pramenstruum.
Faktor endokrin yang mempengaruhi siklus menstruasi dipengaruhi lewat sistem
korteks serebri, hipofisis, ovarium dan rangsangan ekstern. Kelenjar hipofisis
tidak dapat membentuk dan mengeluarkan hormon gonadotropin tetapi harus
dipengaruhi oleh hipotalamus, hipotalamus sendiri juga dipengaruhi oleh korteks
serebri dan faktor faktor ekstern.
21

DAFTAR PUSTAKA
A Ferenczy.1979. Diagnostic electron microscopy in gynecologic pathology. Pathol Annu 14(1): 353–381
A Ferenczy.1979. Regeneration of the human endometrium. In: Fenoglio CM, Wolff M (eds) Progress in surgical pathology. Mason, New York, pp 157–172
Abberton KM, Taylor NH, Healy DL. 1996. Vascular smooth muscle a-actin distribution around endometrial arterioles during the menstrual cycle: increased expression during the perimenopause and lack of correlation with menorrhagia. Hum Reprod 11:204–211
AM Goodger, PAW Rogers. 1994. Endometrial endothelial cell proliferation during the menstrual cycle. Hum Reprod 9:399–405
Chan RW, Gargett Ce. 2006. Identification of label-retaining cells in mouse endometrium. Stem Cells 24:1529–1538
Charnock-Jones DS, Sharkey AM, Rajput-Williams J, et al. 1993. Identification and localization of alternately spliced mRNAs for vascular endothelial growth factor in human uterus and estrogen regulation in endometrial carcinoma cell lines. Biol Reprod 48:1120–1128
Chwalisz K, Garfield Re. 2000. Role of nitric oxide in implantation and menstruation. Hum Reprod 15:96–111
Collett GP, Kohnen G, Campbell S, Davenport AP, Jeffers MD, Cameron IT. 1996. Localization of endothelin receptors in human uterus throughout the menstrual cycle. Mol Hum Reprod 2:439–444
DX Wen, YF XU, Mais De, et al. 1994. The A and B isoforms of the human progesterone receptor operate through distinct signaling pathways within target cells. Mol Cell Biol 14:8356–8364
Esch F, Ueno N, Baird A. 1985. Primary structure of bovine brain acidic fibroblast growth factor (FGF). Biochem Biophys Res Commun 133:554–562
F Casanas-Roux, M Nisolle, Marbaix, et al.1996. Morphometric, immunohistological and three-dimensional evaluation of the endometrium of menopausal women treated by oestrogen and crinone, a new slow release vaginal progesterone. Hum Reprod 11:357–363
Ferenczy A. 1987. In: Blaustein’s pathology of the genital tract. Springer, New York, pp 257–291
Ferrara N, Henzel WJ. 1989. Pituitary follicular cells secrete a novel heparin-binding growth factor specific for vascular endothelial cells. Biochem Biophys Res Commun 161:851–858
Ferriani RA, Charnock-Jones DS, Prentice A, et al. 1993. Immunohistochemical localization of acidic and basic fibroblast growth factors in normal
22

human endometrium and endometriosis and the detection of their mRNA by polymerase chain reaction. Hum Reprod 8:11–16
FJ Cornillie, JM Lauweryns, IA Brosens.1985. Normal human endometrium: an ultra structural survey. Gynecol Obstet Invest 20:113–129
Folkman J, D’Amore PA. 1996. Blood vessel formation: what is its molecular basis? Cell 87:1153–1155
Fong GH, Rossant J, Gertsenstein M, et al. 1995. Role of the Flt-1 receptor tyrosine kinase in regulating the assembly of vascular endothelium. Nature 376:66–70
H Wang, HOD Critchley, RW Kelly, et al. 1998. Progesterone receptor subtype B is differen- tially regulated in human endometrial stroma. Mol Hum Reprod 4:407–412
Hanahan D. 1997. Signaling vascular morphogenesis and maintenance. Science 277:48–50
Hey NA, Li TC, Devine PL et al.1995. MUC1 in secretory phase endometrium: expression in precisely dated biopsies and flushings from normal and recurrent miscarriage patients. Hum Reprod 10:2655–2662
HJ Church, LM Vicovac, JDL Williams, et al. 1996. Laminins 2 and 4 are expressed by human decidual cells. Lab Invest 74:21–32
HOD Critchley, KM Abberton, NH Taylor, et al. 1994. Endometrial sex steroid receptor expression in women with menorrhagia. Br J Obstet Gynecol 101:428–434
Ignar-Trowbridge DM, Teng CT, Ross KA, et al. 1993. Peptide growth factors elicit estrogen receptor-dependent transcriptional activation of an estrogen-responsive element. Mol endocrinol 7:992–998
Irwin JC, De Las Fuentes L, Dsupin BA, et al. 1993. Insulin-like growth factor regulation of human endometrial stromal cell function: coordinate effects of insulin-like growth factor binding protein-1, cell proliferation and prolactin secretion. Regul Pept 48:165–177
JD Aplin, AK, Charlton, S Ayad. 1988. An immunohistochemical study of human endometrial extracellular matrix during the menstrual cycle and first trimester of pregnancy. Cell Tissue Res 253:231–240
JG Bromer, Aldad TS, Taylor HS.2009. Defining the proliferative phase endometrial defect. Fertil Steril 91(3):698–704
JM Rey, P Pujol, H Dechaud, et al. 1998. Expression of oestrogen receptor-alpha splicing variants and oestrogen receptor beta in endometrium of infertile patients. Mol Hum Reprod 4:641–647
Kech PJ, Hauser SD, Krivi G, et al. 1989. Vascular permeability factor, an endothelial cell mitogen related to platelet-derived growth factor. Science 246:1309–1312
KG Nelson, T Takahashi, NL Bossert, et al. 1991. Epidermal growth factor replaces estrogen in the stimulation of female genital-tract growth and differentiation. Proc Natl Acad Sci U S A 88:21–25
Klauber N, Rohan RM, Flynn e, et al. 1997. Critical components of the female
23

reproductive pathway are suppressed by the angiogenesis inhibitor AGM-1470. Nat Med 3:443–446
Krikun G, Schatz F, Lockwood CJ. 2004. Endometrial angiogenesis: from physiology to pathology. Ann N Y Acad Sci 1034:27–35
Leung DW, Cachianes G, Kuang WJ, et al. 1989. Vascular endothelial growth factor is a secreted angiogenic mitogens. Science 246:1306–1309
Li TC, Rogers AW, Dockery P, et al.1988. A new method of histologic dating of human endometrium in the luteal phase. Fertil Steril 50:52–60
Li XF, Gregory J, Ahmed A. 1994. Immunolocalisation of vascular endothelial growth factor in human endometrium. Growth Factors 11:277–282
LL Wei, NL Krett, MD Francis, et al. 1988. Multiple human progesterone receptor messenger ribonucleic acids and their auto regulation by progestin agonists and antagonists in breast cancer cells. Mol endocrinol 2:62–72
Lockwood CJ, Krikun G, Hausknecht V, Wang eY, Schatz F. 1997. Decidual cell regulation of hemostasis during implantation and menstruation. Ann N Y Acad Sci 828:188–193
Lockwood CJ, Schatz F. 1996. A biological model for the regulation of peri-implantational hemostasis and menstruation. J Soc Gynecol Investig 3(4):159–165
M Iwahashi, Y Muragaki, A Ooshima, et al. 1996. Alterations in distribution and composition of the extracellular matrix during decidualization of the human endometrium. J Reprod Fertil 108:147–155
Markee Je. 1940. Menstruation in intraocular endometrial transplants in the rhesus monkey. Contrib embryol Carnegie Inst 28:219–308
Matsui H, Taga M, Kurogi K, et al. 1997. Gene expression of keratinocyte growth factor and its receptor in the human endometrium/decidua and chorionic villi. endocr J 44:867–871
P Dockery, TC Li, AW Rogers, et al.1988. The ultrastructure of the glandular epithelium in the timed endometrial biopsy. Hum Reprod 3:826–834
Presta M. 1988. Sex hormones modulate the synthesis of basic fibroblast growth factor in human endometrial adenocarcinoma cells: implications for the neovascularization of normal and neoplastic endometrium. J Cell Physiol 137:593–597
Ramsey eM. 1982. In: Biology of the uterus. Plenum Press, New York, pp 59–76 ReB Haining, IT Cameron, C Van Papendorp, et al. 1991. Epidermal growth
factor in human endometrium: proliferative effects in culture and immunocytochemical localization in normal and endometriotic tissues. Hum Reprod 6:1200–1205
ReB Haining, JP Schofield, DSC Jones, et al. 1991. Identification of mRNA for epidermal growth factor and transforming growth factor a present in low copy number in human endometrium and decidua using reverse transcriptase polymerase chain reaction. J Mol endocrinol 6:207–214
Rogers PA, Abberton KM. 2003. Endometrial arteriogenesis: vascular smooth
24

muscle cell proliferation and differentiation during the menstrual cycle and changes associated with endo- metrial bleeding disorders. Microsc Res Tech 60:412–419
Roy RN, Cecutti A, Gerulath AH, et al. 1997. Endometrial transcripts of human insulin-like growth factors arise by differential promoter usage. Mol Cell endocrinol 135:11–19
Sangha RK, Xiao Feng L, Shams M, et al. 1997. Fibroblast growth factor receptor 1 is a critical component for endometrial remodeling: localization and expression of basic fibroblast growth factor and FGF R1 in human endometrium during the menstrual cycle and decreased FGF R1 expression in menorrhagia. Lab Invest 77:389–402
Shalaby F, Rossant J, Yamaguchi TP, et al. 1995. Failure of blood island formation and vasculogenesis in Flk 1 deficient mice. Nature 376:62–66
Siegfried S, Pekonen F, Nyman T, et al. 1997. Distinct patterns of expression of keratinocyte growth factor and its receptor in endometrial carcinoma. Cancer 79:1166–1171
Smith SK. 1989. Prostaglandins and growth factors in the endometrium. Baillieres Clin Obstet Gynaecol 3:249–270
TF Ogle, D Dai, P George, et al. 1998. Regulation of the progesterone receptor and estrogen receptor in decidua basalis by progesterone and estradiol during pregnancy. Biol Reprod 58:1188–1198
Wang GL, Semenza GL. 1993. Characterization of hypoxia-inducible factor 1 and regulation of DNA binding activity by hypoxia. J Biol Chem 268:21513–21518
Wilkinson N, Buckley CH, Chawner L, et al.1990. Nucleolar organizer regions in normal, hyperplastic and neoplastic endometria. Int J Gynecol Pathol 9:55–59
25

Potensi myogenik dari sel-sel yang berasal dari darah menstrual
Sel-sel yang berasal dari darah menstrual manusia (Gambar 1) memiliki
kapasitas untuk memperbaharui diri sendiri sepanjang minimal 25 Population
Doublings (PDs) (9 passage) selama lebih dari 60 hari, dan berhenti membelah
sebelum 30 PD. berhentinya pembelahan sel ini disebabkan oleh pemendekan
telomere. Sel-sel yang didapat dari pasien usia muda memiliki masa hidup yang
lebih panjang daripada pasien yang lebih tua. Sel-sel yang berasal dari darah
menstrual memiliki kemampuan replikasi yang sangat tinggi, sama dengan sel
progenitor yang dapat memperbaharui diri sendiri dalam jangka panjang. Sel ini
juga memiliki kecepatan pertumbuhan yang lebih tinggi daripada sel-sel fetus
atau sel-sel stroma yang berasal dari sumsum tulang. Di samping kecepatan
pertumbuhannya yang tinggi, masa hidup sel darah menstrual relatif lebih singkat
daripada sel fetus. Hal ini disebabkan oleh panjang telomere yang lebih pendek
pada sel dewasa. Sel-sel yang berasal dari darah menstrual dapat
bertransdiferensiasi menjadi myoblas/myosit. Potensi myogenik dari sel-sel ini
lebih besar daripada yang diperkirakan sebelumnya. Ekspresi MyoD, desmin,
dan myogenin, petanda untuk diferensiasi myogenik skeletal, menunjukkan
bahwa sel-sel ini memiliki potensi myogenik. Diferensiasi myogenik dari sel-sel
yang berasal dari darah menstrual mengingatkan kita pada tumor Mullerian
campuran di endometrium. Tumor ini mengandung elemen stroma dan epitel.
Elemen stroma cenderung berdiferensiasi menjadi berbagai macam komponen
mesodermal, termasuk sel otot lurik. Bagian kaudal dari saluran Mullerian
berkembang menjadi uterus dan vagina bagian atas dalam embriogenesis
manusia. Diferensiasi divergen, meliputi myogenesis sel-sel menstrual,
mencerminkan plastisitas dari sel-sel Mullerian yang primitif. Sel-sel yang berasal
dari darah menstrual memiliki dua kelompok sel yang berbeda secara morfologis:
sel kecil seperti kumparan dan sel besar seperti tongkat (Gambar 1). Petanda
dari sel-sel yang berasal dari darah menstrual di permukaan dapat dihitung
dengan analisis sitometrik. Sel-sel ini positif untuk CD13, CD29, CD44, CD54,
CD55, CD59, CD73, CD90, dan CD105, yang menunjukkan bahwa sel yang
mengalami proliferasi dan propagasi mengekspresikan petanda-petanda sel di
permukaan. Sel-sel yang berasal dari darah menstrual tidak mengekspresikan
petanda jalur hematopoietik, seperti CD34 ataupun antigen monosit-makrofag
26

seperi CD14 (petanda untuk makrofag dan sel dendritik), dan CD45 (leukocyte
common antigen). Kurangnya ekspresi CD14, CD34, atau CD45 menunjukkan
bahwa sel ini bukanlah sel hematopoietik. Sel-sel ini juga tidak mengekspresikan
CD31 (PECAM-1), CD50, c-kit, dan CD133. Populasi sel ini positif untuk HLA-
ABC, namun tidak untuk HLA-DR. hampir semua sel yang berasal dari
endometrium berasal dari mesensimal atau stromal.
Stem sel endometrium
Agar epitel dan stroma dapat diperbaharui pada setiap siklus menstruasi,
diperlukan peranan sel progenitor yang kontinu untuk membangun kembali
endometrium yang rusak. Sel stem yang terdapat di s.basalis dipercaya sebagai
sumber sel progenitor yang selanjutnya akan berkembang menjadi beberapa tipe
sel yang spesifik, seperti epitel, stroma, dan vaskular. Sel stem ini dianggap
mencetuskan regenerasi endometrium yang cepat. Namun, belum ada bukti
penelitian langsung untuk mengkonfirmasi hipotesis ini, hingga tahun 2004. Pada
tahun itu, terdapat 2 laporan dari laboratorium yang berbeda, yang mendukung
hipotesis bahwa sel stem berperan penting dalam pembaharuan endometrium.
Endometrium manusia mengandung sejumlah kecil sel stem epitel dan
stroma yang bertanggung jawab terhadap regenerasi kelenjar endometrium dan
stroma. Sel-sel ini memiliki kemampuan klonogenisitas yang tinggi. Konsisten
dengan konsep ini, sejumlah kecil sel epitel (0.22%) dan sel stroma (1.25%) akan
mengawali koloni dan mencetuskan potensi proliferatif yang sangat tinggi in vitro.
Sel-sel ini terdiri dari sel stem progenitor yang akan berkembang membentuk
endometrium pada tiap siklus menstruasi.
Regenerasi endometrium dari sel stem multipoten yang berasal dari
sumsum tulang baru-baru ini ditemukan pada resipien transplantasi sumsum
tulang. Sel epitel dan stroma endometriumyang berasal dari donor dapat
terdeteksi dalam sampel endometriumdari resipien sumsum tulang. Secara
histologis, sel ini merupakan sel epitel dan stroma, yang mengekspresikan
berbagai petanda diferensasi sel endometrium. Temuan ini menunjukkan bahwa
sumsum tulang merupakan sumber sel stem endometrium ekstra uterus.
Selain itu, temuan ini juga menunjukkan bahwa mobilisasi sel stem yang
berasal dari sumsum tulang merupakan proses fisiologis yang normal.
27

Menariknya, sel transplan sumsum tulang yang berasal dari donor pria ditemukan
pdalam endometrium dari resipien tikus perempuan. Dan meskipun jarang, sel-
sel ini berdiferensiasi menjadi sel stroma dan sel epitel. Sel stem
endometriumberasal dari sel stem yang ditemukan pada pria dan wanita. Baru-
baru ini, sebuah penelitian menunjukkan bahwa sel progenitor endotel yang
berasal dari transplan sumsum tulang juga berperan dalam formasi pembuluh
darah baru di dalam endometrium.
Repopulasi endometrium dengan sel stem yang berasal dari sumsum
tulang sangat penting dalam fisiologi endometriumyang normal dan merupakan
alasan untuk tingginya tingkat kegagalan histerektomi konservatif, seperti ablasi
atau reseksi endometrium. Regenerasi endometrium mungkin tidak komplit pada
wanita dengan cadangan sel stem yang sedikit atau dengan gangguan
perekrutan sel stem setelah cedera. Hal ini menunjukkan prognosis yang buruk,
seperti sindroma Asherman.
Struktur endometrium
Darah menstrual mengandung sel atau jaringan dari lapisan fungsional
endometrium. Lapisan ini terbentuk setelah akhir masa menstruasi. Proliferasi
diinduksi oleh progesteron (fase proliferasi dari siklus menstruasi), dan
selanjutnya terjadi peningkatan kadar progesteron dari corpus luteum (fase
sekretori). Tidak adanya progesteron menyebabkan konstriksi arteri yang
menyuplai darah ke lapisan fungsional, sehingga sel di dalam lapisan ini
mengalami iskemia dan mati. Hal ini menyebabkan terjadinya menstruasi.
Sebaliknya, lapisan basal, di dekat myometrium dan di bawah lapisan fungsional,
tidak mengalami peluruhan selama siklus menstruasi. Secara histologis,
endometrium fungsional terdiri dari selapis epitel kolumnar yang berada di atas
lapisan jaringan ikat. Lapisan jaringan ikat ini memiliki ketebalan yang bervariasi
sesuai dengan pengaruh hormonal – stroma. Kelenjar uterus tubular sederhana
mencapai dasar stroma melalui permukaan endometrium, yang juga
mendapatkan banyak darah dari arteri spiralis.
28