AM LI blok 18 C

18
Analisis Masalah 3d. Mengapa nyeri menjalar menjadi lebih sering dan bertambah berat? Nyeri menjalar: Ginjal dipersarafi oleh plexus renalis. Serabut-serabut aferen yang berjalan melalui plexus renalis masuk ke medulla spinalis melalui nervi thoracici 10, 11, 12 ureter dipersarafi oleh saraf yang keluar dari T10, T11, T12, L1, L2. Maka dapat terjadi nyeri alih seperti berikut: Nyeri bertambah berat dan sering Nyeri yg bertambah berat dan sering dapat disebabkan sumbatan yang terjadi bertambah , sehingga kontraksi otot polos disekitar tempat obstuksi bertambah dan menyebabkan nyeri yang juga bertambah. 4a. Apa etiologi terkait kasus ?(mual dan hematuria)

Transcript of AM LI blok 18 C

Analisis Masalah

3d. Mengapa nyeri menjalar menjadi lebih sering dan bertambah berat?

Nyeri menjalar:

Ginjal dipersarafi oleh plexus renalis. Serabut-serabut aferen yang berjalan melalui plexus renalis masuk ke medulla spinalis melalui nervi thoracici 10, 11, 12 ureter dipersarafi oleh saraf yang keluar dari T10, T11, T12, L1, L2. Maka dapat terjadi nyeri alih seperti berikut:

Nyeri bertambah berat dan sering

Nyeri yg bertambah berat dan sering dapat disebabkan sumbatan yang terjadi bertambah , sehingga kontraksi otot polos disekitar tempat obstuksi bertambah dan menyebabkan nyeri yang juga bertambah.

4a. Apa etiologi terkait kasus ?(mual dan hematuria)

Mual dapat disebabkan oleh refleks renointestinal dan hematuria disebabkan iritasi batu kr dinding ureter.

4b. Bagaimana mekanisme terkait kasus ? (hematuria, mual)

-Hematuria: batu terbentuk, lalu melukai dinding ureter menyebabkan pendarahan. Darah selanjutnya dikeluarkan bersama urin.

-Mual: Mual disebabkan oleh refleks renointestinal. Iritasi pada ginjal akan menghambat secara kuat saraf eksitatorik usus sehingga menyebabkan paralisis usus. Hal ini menyebabkan proses pencernaan terganggu dan menimbulkan mual.

7c. Apa klasifikasi hidronefrosis ? Hydronephrosis grade I: Dilatasi pelvis renalis tanpa dilatasi kaliks dan tidak terdapat atrofi parenkimHydronephrosis grade II: Dilatasi pelvis dan kaliks, tidak ada atrofi parenkimHydronephrosis grade III: Terdapat dilatasi pelvis, kaliks, dan atrofi minor parenkim ginjal. (ditandai dengan papila renalis yang datar dan fornix yang tumpul)Hydronephrosis grade IV: Terdapat dilatasi masif pada pelvis dan kaliks, serta atrofi parenkim ginjal yang signifikan. Batas antara pelvis dan kaliks hilang (akibat tipisnya parenkim)

Diagnosis

8f. Patogenesis dan patofisiologi

Uroliasis merupakan kristalisasi dari mineral dari matrik seputar, seperti: pus, darah, jaringan yang tidak viral, tumor atau urat. Peningkatan konsentrasi di larutan urine akibat intake cairan rendah dan juga peningkatan bahan-bahan organik akibat ISK atau utine statis, mensajikan sarang untuk pembentukan batu.

1. Proses perjalanan panyakit:

Proses terbentuknya batu terdiri dari beberapa teori (Prof.dr.Arjatmo Tjokronegoro, phd.dkk,1999) antara lain:

a. Teori Intimatriks

Terbentuknya Batu Saluran Kencing memerlukan adanya substansi organik Sebagai inti. Substansi ini terdiri dari mukopolisakarida dan mukoprotein A yang mempermudah kristalisasi dan agregasi substansi pembentukan batu.

b. Teori Supersaturasi

Terjadi kejenuhan substansi pembentuk batu dalam urine seperti sistin, santin, asam urat, kalsium oksalat akan mempermudah terbentuknya batu.c. Teori Presipitasi-KristalisasiPerubahan pH urine akan mempengaruhi solubilitas substansi dalam urine.

Urine yang bersifat asam akan mengendap sistin, santin dan garam urat,

urine alkali akan mengendap garam-garam fosfat.

d. Teori Berkurangnya Faktor PenghambatBerkurangnya Faktor Penghambat seperti peptid fosfat, pirofosfat, polifosfat, sitrat magnesium, asam mukopolisakarida akan mempermudah terbentuknya Batu Saluran Kencing.

8i. Tata laksana

Tujuan dasar penatalaksanaan medis BSK adalah untuk menghilangkan batu, menentukan jenis batu, mencegah kerusakan nefron, mengendalikan infeksi, dan mengurangi obstruksi yang terjadi.

Batu dapat dikeluarkan dengan cara medikamentosa, pengobatan medik selektif dengan pemberian obat-obatan, tanpa operasi, dan pembedahan terbuka.

Medikamentosa

Terapi medikamentosa ditujukan untuk batu yang berukuran lebih kecil yaitu dengan diameter kurang dari 5 mm, karena diharapkan batu dapat keluar tanpa intervensi medis. Dengan cara mempertahankan keenceran urine dan diet makanan tertentu yang dapat merupakan bahan utama pembentuk batu ( misalnya kalsium) yang efektif mencegah pembentukan batu atau lebih jauh meningkatkan ukuran batu yang telah ada. Setiap pasien BSK harus minum paling sedikit 8 gelas air sehari.

Pengobatan Medik Selektif dengan Pemberian Obat-obatan

Analgesia dapat diberikan untuk meredakan nyeri dan mengusahakan agar batu dapat keluar sendiri secara spontan. Opioid seperti injeksi morfin sulfat yaitu petidin hidroklorida atau obat antiinflamasi nonsteroid seperti ketorolac dan naproxen dapat diberikan tergantung pada intensitas nyeri. Propantelin dapat digunakan untuk mengatasi spasme ureter. Pemberian antibiotik apabila terdapat infeksi saluran kemih atau pada pengangkatan batu untuk mencegah infeksi sekunder. Setelah batu dikeluarkan, BSK dapat dianalisis untuk mengetahui komposisi dan obat tertentu dapat diresepkan untuk mencegah atau menghambat pembentukan batu berikutnya.

ESWL (Extracorporeal Shockwave Lithotripsy)

Merupakan tindakan non-invasif dan tanpa pembiusan, pada tindakan ini digunakan gelombang kejut eksternal yang dialirkan melalui tubuh untuk memecah batu. Alat ESWL adalah pemecah batu yang diperkenalkan pertama kali oleh Caussy pada tahun 1980. Alat ini dapat memecah batu ginjal, batu ureter proximal, atau menjadi fragmen-fragmen kecil sehingga mudah dikeluarkan melalui saluran kemih. ESWL dapat mengurangi keharusan melakukan prosedur invasif dan terbukti dapat

menurunkan lama rawat inap dirumah sakit.

Endourologi

Tindakan endourologi adalah tindakan invasif minimal untuk mengeluarkan BSK yang terdiri atas memecah batu, dan kemudian mengeluarkannya dari saluran kemih melalui alat yang dimasukan langsung kedalam saluran kemih. Alat tersebut dimasukan melalui uretra atau melalui insisi kecil pada kulit (perkutan). Beberapa tindakan endourologi tersebut adalah :

a. PNL (Percutaneous Nephro Litholapaxy) adalah usaha mengeluarkan batu yang berada di dalam saluran ginjal dengan cara memasukan alat endoskopi ke sistem kalies melalui insisi pada kulit. Batu kemudian dikeluarkan atau dipecah terlebih dahulu menjadi fragmen-fragmen kecil.

b.Litotripsi adalah memecah batu buli-buli atau batu uretra dengan memasukan alat pemecah batu (litotriptor) ke dalam buli-buli.

c.Ureteroskopi atau uretero-renoskopi adalah dengan memasukan alat ureteroskopi per-uretram. Dengan memakai energi tertentu, batu yang berada di dalam ureter maupun sistem pelvikalises dapat dipecah melalui tuntunan ureteroskopi/ureterorenoskopi ini.

d. Ekstrasi Dormia adalah mengeluarkan batu ureter dengan menjaringnya melalui alat keranjang

Dormia.

Tindakan Operasi

Penanganan BSK, biasanya terlebih dahulu diusahakan untuk mengeluarkan batu secara spontan tanpa pembedahan/operasi. Tindakan bedah dilakukan jika batu tidak merespon terhadap bentuk penanganan lainnya. Ada beberapa jenis tindakan pembedahan, nama dari tindakan pembedahan tersebut tergantung dari lokasi dimana batu berada, yaitu :

a.Nefrolitotomi merupakan operasi terbuka untuk mengambil batu yang berada di dalam ginjal

b.Ureterolitotomi merupakan operasi terbuka untuk mengambil batu yang berada di ureter

c.Vesikolitomi merupakan operasi tebuka untuk mengambil batu yang berada di vesica urineariad.Uretrolitotomi merupakan operasi terbuka untuk mengambil batu yang berada di uretra

Learning issueUrolitiasis (nafil, liana, lidya, renita , merta)A. PengertianUrolitiasis adalah Batu ginjal (kalkulus) bentuk deposit mineral, paling umum oksalat Ca2+ dan fosfat Ca2+, namun asam urat dan kristal lain juga membentuk batu, meskipun kalkulus ginjal dapat terbentuk dimana saja dari saluran perkemihan, batu ini paling sering ditemukan pada pelvis dan kalik ginjal.(Marilynn E,Doenges 2002). Urolitiasis adalah adanya batu atau kalkulus dalam sistem urinarius.Batu tersebut dibentuk oleh kristalisasi larutan urine (kalsium oksalat, asam urat, kalsiumfosfat, struvit dan sistin).( Sandra M Nettina 2002).Urolitiasis mengacu pada adanya batu (

kalkuli) ditraktus urinarius. Batu terbentuk di dalam traktus ketika konsentrsi substansi tertentu seperti kalsium oksalat, kalsium fospat, dan asam urat meningkat. Batu juga dapat terbentuk

ketika terdapat defisiensi substansi tertentu, seperti sitrat yang secara normal mencegah kristalisasi dalam urine. Kondisi lain yang mempengaruhi laju pembentukan batu mencakup pH urine dan status cairan klien (batu cenderung terjadi pada klien dehidrasi) (Brunner & Suddarth 2002).

Urolitiasis adalah terbentuknya batu (kalkulus) dimana saja pada sistem penyalur urine, tetapi batu umumnya tebentuk diginjal. (Robbins 2007).

B. Etiologi

Secara epidemiologis terdapat dua faktor yang mempermudah/ mempengaruhi terjadinya batu pada saluran kemih pada seseorang. Faktor-faktor ini adalah faktor intrinsik, yang merupakan keaadaan yang berasal dari tubuh seseorang dan faktor ekstrinsik, yaitu pengaruh yang berasal dan lingkungan di sekitarnya.

1. Faktor intrinsik itu antara lain adalah :

a. Umur

Penyakit batu saluran kemih paling sering didapatkan pada usia 30 -50 tahun.

b.Hereditair (keturunan).

Penyakit ini diduga diturunkan dari orang tuanya.

Dilaporkan bahwa pada orang yang secara genetika berbakat terkena

penyakit batu saluran kemih, konsumsi vitamin C yang mana dalam

vitamin C tersebut banyak mengandung kalsium oksalat yang tinggi akan

memudahkan terbentuknya batu saluran kemih, begitu pula dengan

konsumsi vitamin D dosis tinggi, karena vitamin D menyebabkan absorbsi

kalsium dalam usus meningkat.

c. Jenis kelamin

Jumlah pasien laki-laki tiga kali lebih banyak dibanding dengan pasien perempuan.

2. Faktor ekstrinsiknya antara lain adalah:

a. Asupan air Kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium

pada air yang dikonsumsi, dapat meningkatkan insiden batu saluran kemih.

b. Diet

Obat sitostatik untuk penderita kanker juga memudahkan terbentuknya batu saluran kemih, karena obat sitostatik bersifat meningkatkan asam urat dalam tubuh. Diet banyak purin, oksalat, dan kalsium mempermudah terjadinya penyakit batu saluran kemih.

c. Iklim dan temperatur

Individu yang menetap di daerah beriklim panas dengan paparan sinar ultraviolet tinggi akan cenderung mengalami dehidrasi serta peningkatan produksi vitamin D3 (memicu peningkatan ekskresi kalsium dan oksalat), sehingga insiden batu saluran kemih akan meningkat.

d. Pekerjaan

Penyakit ini sering dijumpai pada orang yang pekerjaanya banyak duduk atau kurang aktifitas ( sedentary life).

e. Istirahat ( bedrest ) yang terlalu lama, misalnya karena sakit juga dapat

menyebabkan terjadinya penyakit batu saluran kemih.

f. Geografi

pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian batu saluran kemih lebih tinggi daripada daerah lain sehingga dikenal sebagai daerah ston belt (sabuk batu). ( Ragil 2009)

C. Patofisiologi

Uroliasis merupakan kristalisasi dari mineral dari matrik seputar, seperti: pus, darah, jaringan yang tidak viral, tumor atau urat. Peningkatan konsentrasi di larutan urine akibat intake cairan rendah dan juga peningkatan bahan-bahan organik akibat ISK atau utine statis, mensajikan sarang untuk pembentukan batu.

1. Proses perjalanan panyakit:

Proses terbentuknya batu terdiri dari beberapa teori (Prof.dr.Arjatmo Tjokronegoro, phd.dkk,1999) antara lain:

a. Teori Intimatriks

Terbentuknya Batu Saluran Kencing memerlukan adanya substansi organik Sebagai inti. Substansi ini terdiri dari mukopolisakarida dan mukoprotein A yang mempermudah kristalisasi dan agregasi substansi pembentukan batu.

b. Teori Supersaturasi

Terjadi kejenuhan substansi pembentuk batu dalam urine seperti sistin, santin, asam urat, kalsium oksalat akan mempermudah terbentuknya batu.c. Teori Presipitasi-KristalisasiPerubahan pH urine akan mempengaruhi solubilitas substansi dalam urine.

Urine yang bersifat asam akan mengendap sistin, santin dan garam urat,

urine alkali akan mengendap garam-garam fosfat.

d. Teori Berkurangnya Faktor Penghambat

Berkurangnya Faktor Penghambat seperti peptid fosfat, pirofosfat, polifosfat, sitrat magnesium, asam mukopolisakarida akan mempermudah terbentuknya Batu Saluran Kencing.

D. Manifestasi Klinis

Manifestai klinis adanya batu dalam traktus urinarius tergantung pada adanya obstruksi, infeksi, dan edema. Ketika batu menghambat aliran urine, terjadi obstruksi, menyebabkan peningkatan tekanan hidrostatik dan sistem piala ginjal serta ureter proksimal. Infeksi (pielonefritis dan sistitis yang

disertai menggigil, demam, dan disuria) dapat terjadi dari iritasi batu yang terus menerus. Beberapa batu, jika ada, menyebabkan sedikit gejala umum secara perlahan merusak unit fungsional (nefron) ginjal: sedangkan yang lain menyebabkan nyeri yang luar biasa dan ketidak nyamanan.Batu di piala ginjal mungkin berkaitan dengan sakit yang dalam dan terus menerus diarea kostovertebral. Hemeturia dan piuria dapat dijumpai. Nyeri yang berasal dari area renal menyebar secara anterior dan pada wanita mendekati kandung kemih sedangkan pada pria mendekati testis. Bila nyeri mendadak menjadi akut, disertai nyeri tekan ke seluruh area kostovertebral, dan muncul mual dan muntah, maka pasien mengalami episode kolik renal. Diare dan ketidak nyamanan abdominal dapat terjadi. Gejala gastrointestinal ini akibat dari reflex renointestinal dan proktimitas anatomik ginjal ke lambung, pankreas dan usus besar. Batu yang terjebak di ureter menyebabkan gelombang nyeri yang luar biasa, akut, dan kolik yang menyebar ke paha dan genitalia. Pasien merasa ingin berkemih, namun hanya sedikit urin yang keluar, dan biasanya mengandung darah akibat aksi abrasif batu. Kolompok gejala ini disebut kolik ureteral. Umumnya pasien akan mengeluarkan batu dengan diameter 0,5 sampai 1 cm secara spontan. Batu dengan diameter lebih dari 1 cm biasanya

harus diangkat atau dihancurkan sehingga dapat diangkat atau dikeluarkan secara spontan. Batu yang terjebak di kandung kemih biasanya menyebabkan gejala iritasi dan berhubungan dengan infeksi traktus urinarius dan hematuria. Jika batu menyebabkan obstruksi pada leher kandung kemih, akan terjadi retnsi urin.Jika infeksi berhubungan dengan adanya batu, maka kondisi ini jauh lebih serius, disertai sepsis yang mengancam kehidupan pasien.(Brunner &Suddarth 2005).

3. Komplikasi

Jika batu dibiarkan dapat menjadi sarang kuman yana dapat meimbulkan infeksi saluran kemih, pylonetritis, yang akhirnya merusak ginjal, kemudian timbul gagal ginjal dengan segala akibatnya yang jauh lebih parah. ( Abdul Haris Awie, 2009)

4. Penatalaksanaan Medis Batu Saluran Kemih

Tujuan dasar penatalaksanaan medis BSK adalah untuk menghilangkan batu, menentukan jenis batu, mencegah kerusakan nefron, mengendalikan infeksi, dan mengurangi obstruksi yang terjadi.

Batu dapat dikeluarkan dengan cara medikamentosa, pengobatan medik selektif dengan pemberian obat-obatan, tanpa operasi, dan pembedahan terbuka.

Medikamentosa

Terapi medikamentosa ditujukan untuk batu yang berukuran lebih kecil yaitu dengan diameter kurang dari 5 mm, karena diharapkan batu dapat keluar tanpa intervensi medis. Dengan cara mempertahankan keenceran urine dan diet makanan tertentu yang dapat merupakan bahan utama pembentuk batu ( misalnya kalsium) yang efektif mencegah pembentukan batu atau lebih jauh meningkatkan ukuran batu yang telah ada. Setiap pasien BSK harus minum paling sedikit 8 gelas air sehari.

Pengobatan Medik Selektif dengan Pemberian Obat-obatan

Analgesia dapat diberikan untuk meredakan nyeri dan mengusahakan agar batu dapat keluar sendiri secara spontan. Opioid seperti injeksi morfin sulfat yaitu petidin hidroklorida atau obat antiinflamasi nonsteroid seperti ketorolac dan naproxen dapat diberikan tergantung pada intensitas nyeri. Propantelin dapat digunakan untuk mengatasi spasme ureter. Pemberian antibiotik apabila terdapat infeksi saluran kemih atau pada pengangkatan batu untuk mencegah infeksi sekunder. Setelah batu dikeluarkan, BSK dapat dianalisis untuk mengetahui komposisi dan obat tertentu dapat diresepkan untuk mencegah atau menghambat pembentukan batu berikutnya.

ESWL (Extracorporeal Shockwave Lithotripsy)

Merupakan tindakan non-invasif dan tanpa pembiusan, pada tindakan ini digunakan gelombang kejut eksternal yang dialirkan melalui tubuh untuk memecah batu. Alat ESWL adalah pemecah batu yang diperkenalkan pertama kali oleh Caussy pada tahun 1980. Alat ini dapat memecah batu ginjal, batu ureter proximal, atau menjadi fragmen-fragmen kecil sehingga mudah dikeluarkan melalui saluran kemih. ESWL dapat mengurangi keharusan melakukan prosedur invasif dan terbukti dapat

menurunkan lama rawat inap dirumah sakit.

Endourologi

Tindakan endourologi adalah tindakan invasif minimal untuk mengeluarkan BSK yang terdiri atas memecah batu, dan kemudian mengeluarkannya dari saluran kemih melalui alat yang dimasukan langsung kedalam saluran kemih. Alat tersebut dimasukan melalui uretra atau melalui insisi kecil pada kulit (perkutan). Beberapa tindakan endourologi tersebut adalah :

a. PNL (Percutaneous Nephro Litholapaxy) adalah usaha mengeluarkan batu yang berada di dalam saluran ginjal dengan cara memasukan alat endoskopi ke sistem kalies melalui insisi pada kulit. Batu kemudian dikeluarkan atau dipecah terlebih dahulu menjadi fragmen-fragmen kecil.

b.Litotripsi adalah memecah batu buli-buli atau batu uretra dengan memasukan alat pemecah batu (litotriptor) ke dalam buli-buli.

c.Ureteroskopi atau uretero-renoskopi adalah dengan memasukan alat ureteroskopi per-uretram. Dengan memakai energi tertentu, batu yang berada di dalam ureter maupun sistem pelvikalises dapat dipecah melalui tuntunan ureteroskopi/ureterorenoskopi ini.

d. Ekstrasi Dormia adalah mengeluarkan batu ureter dengan menjaringnya melalui alat keranjang

Dormia.

Tindakan Operasi

Penanganan BSK, biasanya terlebih dahulu diusahakan untuk mengeluarkan batu secara spontan tanpa pembedahan/operasi. Tindakan bedah dilakukan jika batu tidak merespon terhadap bentuk penanganan lainnya. Ada beberapa jenis tindakan pembedahan, nama dari tindakan pembedahan tersebut tergantung dari lokasi dimana batu berada, yaitu :

a.Nefrolitotomi merupakan operasi terbuka untuk mengambil batu yang berada di dalam ginjal

b.Ureterolitotomi merupakan operasi terbuka untuk mengambil batu yang berada di ureter

c.Vesikolitomi merupakan operasi tebuka untuk mengambil batu yang berada di vesica urinearia

d.Uretrolitotomi merupakan operasi terbuka untuk mengambil batu yang berada di uretra

5. Pencegahan Batu Saluran Kemih

Pencegahan BSK terdiri dari pencegahan primer atau pencegahan tingkat

pertama, pencegahan sekunder atau pencegahan tingkat kedua, dan pencegahan

tersier atau pencegahan tingkat ketiga. Tindakan pencegahan tersebut antara lain :

Pencegahan Primer

Tujuan dari pencegahan primer adalah untuk mencegah agar tidak terjadinya penyakit BSK dengan cara mengendalikan faktor penyebab dari penyakit BSK. Sasarannya ditujukan kepada orang-orang yang masih sehat, belum pernah menderita penyakit BSK. Kegiatan yang dilakukan meliputi promosi kesehatan, pendidikan kesehatan, dan perlindungan kesehatan. Contohnya adalah untuk menghindari terjadinya penyakit BSK, dianjurkan untuk minum air putih minimal 2 liter per hari.

Konsumsi air putih dapat meningkatkan aliran kemih dan menurunkan konsentrasi pembentuk batu dalam air kemih. Serta olahraga yang cukup terutama bagi individu yang pekerjaannya lebih banyak duduk atau statis.

Pencegahan Sekunder

Tujuan dari pencegahan sekunder adalah untuk menghentikan perkembangan penyakit agar tidak menyebar dan mencegah terjadinya komplikasi. Sasarannya ditujukan kepada orang yang telah menderita penyakit BSK. Kegiatan yang dilakukan dengan diagnosis dan pengobatan sejak dini. Diagnosis Batu Saluran Kemih dapat dilakukan dengan cara pemeriksaan fisik, laboraturium, dan radiologis. Hasil pemeriksaan fisik dapat dilihat berdasarkan kelainan fisik pada daerah organ

yang bersangkutan :

a.Keluhan lain selain nyeri kolik adalah takikardia, keringatan, mual, dan demam (tidak selalu).

b.Pada keadaan akut, paling sering ditemukan kelembutan pada daerah pinggul (flank tenderness),

hal ini disebabkan akibat obstruksi sementara yaitu saat batu melewati ureter menuju kandung kemih.Urinalisis dilakukan untuk mengetahui apakah terjadi infeksi yaitu peningkatan jumlah leukosit dalam darah, hematuria dan bakteriuria, dengan adanya kandungan nitrit dalam urine. Selain itu, nilai pH urine harus diuji karena batu sistin dan asam urat dapat terbentuk jika nilai pH kurang dari 6,0, sementara batu fosfat dan struvit lebih mudah terbentuk pada pH urine lebih dari 7,2.

Diagnosis BSK dapat dilakukan dengan beberapa tindakan radiologis yaitu:

a.Sinar X abdomen

Untuk melihat batu di daerah ginjal, ureter dan kandung kemih. Dimana dapat menunjukan ukuran, bentuk, posisi batu dan dapat membedakan klasifikasi batu yaitu dengan densitas tinggi biasanya menunjukan jenis batu kalsium oksalat dan kalsium fosfat, sedangkan dengan densitas rendah men

unjukan jenis batu struvit, sistin dan campuran. Pemeriksaan ini tidak dapat membedakan batu di dalam ginjal maupun batu diluar ginjal.

b.Intravenous Pyelogram (IVP)

Pemeriksaan ini bertujuan menilai anatomi dan fungsi ginjal. Jika IVP belum dapat menjelask

an keadaan sistem saluran kemih akibat adanya penurunan fungsi ginjal, sebagai penggantinya adalah pemeriksaan pielografi retrograd.

c.Ultrasonografi (USG)

USG dapat menunjukan ukuran, bentuk, posisi batu dan adanya obstruksi. Pemeriksaan dengan ultrasonografi diperlukan pada wanita hamil dan pasien yang alergi terhadap kontras radiologi. Keterbatasn pemeriksaan ini adalah kesulitan untuk menunjukan batu ureter, dan tidak dapat membedakan klasifikasi batu.

d.Computed Tomographic (CT) scan

Pemindaian CT akan menghasilkan gambar yang lebih jelas tentang ukuran dan lokasi batu.

Pencegahan Tersier

Tujuan dari pencegahan tersier adalah untuk mencegah agar tidak terjadi komplikasi sehingga tidak berkembang ke tahap lanjut yang membutuhkan perawatan intensif. Sasarannya ditujukan kepada orang yang sudah menderita penyakit BSK agar penyakitnya tidak bertambah berat. Kegiatan yang dilakukan meliputi kegiatan rehabilitasi seperti konseling kesehatan agar orang tersebut lebih memahami tentang cara menjaga fungsi saluran kemih terutama ginjal yang telah rusak akibat dari BSK sehingga fungsi organ tersebut dapat maksimal kembali dan tidak terjadi kekambuhan penyakit BSK , dan dapat memberikan kualitas hidup sebaik mungkin sesuai dengan kemampuannya.

Pustaka

Anonim . ____ . Urolitiasis . (dalam http://www.library.upnvj.ac.id/, diakses 3 Juni 2014)

Anonim . ____ . Batu Saluran Kemih . (dalam http://repository.usu.ac.id/, diakses 3 Juni 2014)

Guyton; Hall . Guyton & Hall Textbook of Medical Physiology: A South Asian Edition

Jameson; Loscalzo . 2013 . Harrison: Nefrologi dan Gangguan Asam Basa . Jakarta: EGC