LI Lbm 3 blok 15

12
1. Jenis teknik pengambilan sampel Ada bermacam-macam metode probability sampling dengan turunan dan variasi masing-masing, namun paling populer sebagai berikut: 1. Sampling Acak Sederhana (Simple Random Sampling) Random sampling adalah metode paling dekat dengan definisi probability sampling. Pengambilan sampel dari populiasi secara acak berdasarkan frekuensi probabilitas semua anggota populasi. 2. Sampling Acak Sistematis (Systematic Random Sampling) Pengambilan sampel melibatkan aturan populasi dalam urutan sistematika tertentu. Probabilitas pengambilan sampel tidak sama terlepas dari kesamaan frekuensi setiap anggota populasi. 3. Sampling Stratifikasi (Stratified Sampling) Populasi dibagi ke dalam kelompok strata dan kemudian mengambil sampel dari tiap kelompok tergantung kriteria yang ditetapkan. Misalnya, populasi dibagi ke dalam anak-anak dan orang tua kemudian memilih masing-masing wakil dari keduanya. 4. Sampling Rumpun (Cluster Sampling) Populasi dibagi ke dalam kelompok kewilayahan kemudian memilih wakil tiap-tiap kelompok. Misalnya, populasi adalah Jawa Tengah kemudian sampel diambil dari tiap-tiap kabupaten. Bisa juga batas-batas gunung, pulau dan sebagainya. 5. Sampling Bertahap (Multistage Sampling) Pengambilan sampel menggunakan lebih dari satu teknik probability sampling. Misalnya, menggunakan metodestratified sampling pada tahap pertama kemudian metodesimple random

description

LI Lbm 3 blok 15

Transcript of LI Lbm 3 blok 15

Page 1: LI Lbm 3 blok 15

1. Jenis teknik pengambilan sampelAda bermacam-macam metode probability sampling dengan turunan dan variasi masing-masing, namun paling populer sebagai berikut:

1. Sampling Acak Sederhana (Simple Random Sampling)

Random sampling adalah metode paling dekat dengan definisi probability sampling.

Pengambilan sampel dari populiasi secara acak berdasarkan frekuensi probabilitas semua

anggota populasi.

2. Sampling Acak Sistematis (Systematic Random Sampling)

Pengambilan sampel melibatkan aturan populasi dalam urutan sistematika tertentu.

Probabilitas pengambilan sampel tidak sama terlepas dari kesamaan frekuensi setiap anggota

populasi.

3. Sampling Stratifikasi (Stratified Sampling)

Populasi dibagi ke dalam kelompok strata dan kemudian mengambil sampel dari tiap

kelompok tergantung kriteria yang ditetapkan. Misalnya, populasi dibagi ke dalam anak-anak

dan orang tua kemudian memilih masing-masing wakil dari keduanya.

4. Sampling Rumpun (Cluster Sampling)

Populasi dibagi ke dalam kelompok kewilayahan kemudian memilih wakil tiap-tiap

kelompok. Misalnya, populasi adalah Jawa Tengah kemudian sampel diambil dari tiap-tiap

kabupaten. Bisa juga batas-batas gunung, pulau dan sebagainya.

5. Sampling Bertahap (Multistage Sampling)

Pengambilan sampel menggunakan lebih dari satu teknik probability sampling. Misalnya,

menggunakan metodestratified sampling pada tahap pertama kemudian metodesimple

random sampling di tahap kedua dan seterusnya sampai mencapai sampel yang diinginkan.

6. Probabilitas Proporsional Ukuran Sampling (Probability Proportional to Size

Sampling)

Probabilitas pengambilan sampel sebanding dengan ukuran sampling bahwa sampel dipilih

Page 2: LI Lbm 3 blok 15

secara proporsional dengan ukuran total populasi. Ini adalah bentuk multistage sampling di

tahap pertama dan kemudian random sampling di tahap kedua, tapi jumlah sampel sebanding

dengan ukuran populasi.

NON-PROBABILITY SAMPLING

Teknik non-probability sampling bahwa setiap anggota populasi memiliki peluang nol. Artinya, pengambilan sampel didasarkan kriteria tertentu seperti judgment, status, kuantitas, kesukarelaan dan sebagainya.

Ada bermacam-macam metode non-probability sampling dengan turunan dan variasinya, tapi paling populer sebagai berikut: 

1. Sampling Kuota (Quota Sampling)

Mirip stratified sampling yaitu berdasarkan proporsi ciri-ciri tertentu untuk menghindari bias.

Misalnya, jumlah sampel laki-laki 50 orang maka sampel perempuan juga 50 orang.

2. Sampling Kebetulan (Accidental Sampling)

Pengambilan sampel didasarkan pada kenyataan bahwa mereka kebetulan muncul. Misalnya,

populasi adalah setiap pegguna jalan tol, maka peneliti mengambil sampel dari orang-orang

yang kebetulan melintas di jalan tersebut pada waktu pengamatan.

3. Sampling Purposive (Purposive or Judgemental Sampling)

Pengambilan sampel berdasarkan seleksi khusus. Peneliti membuat kriteria tertentu siapa

yang dijadikan sebagai informan. Misalnya, Anda meneliti kriminalitas di Kota Semarang,

maka Anda mengambil informan yaitu Kapolresta Semarang, seorang pelaku kriminal dan

seorang korban kriminal.

Page 3: LI Lbm 3 blok 15

4. Sampling Sukarela (Voluntary Sampling)

Pengambilan sampel berdasarkan kerelaan untuk berpartisipasi dalam penelitian. Metode ini

paling umum digunakan dalam jajak pendapat.

5. Sampling Snowball (Snowball Sampling)

Pengambilan sampel berdasarkan penelusuran sampel sebelumnya. Misalnya, penelitian

tentang korupsi bahwa sumber informan pertama mengarah kepada informan kedua lalu

informan ke tiga dan seterusnya.

2. Apa langkah” dlm menyusun rancangan penelitian?

Langkah-Langkah Penelitian Ilmiah

Proses pelaksanaan penelitian ilmiah terdiri dari langkah-langkah yang juga menerapkan prinsip metode ilmiah. Adapun langkah-langkah yang harus dilakukan selama melakukan penelitian ilmiah adalah sebagai berikut:

1. mengidentifikasi dan merumuskan masalah

2. melakukan studi pendahuluan

3. merumuskan hipotesis

4. mengidentifikasi variabel dan definisi operasional variabel

5. menentukan rancangan dan desain penelitian

6. menentukan dan mengembangkan instrumen penelitian

7. menentukan subjek penelitian

8. melaksanakan penelitian

9. melakukan analisis data

10. merumuskan hasil penelitian dan pembahasan

11. menyusun laporan penelitian dan melakukan desiminasi.

3. Macam-macam instrumen Bentuk Instrumen Tes

Tes dapat berupa serentetan pertanyaan, lembar kerja, atau sejenisnya yang dapat digunakan untuk mengukur pengetahuan, keterampilan, bakat, dan kemampuan dari subjek penelitian. Lembar instrumen berupa tes ini berisi soal-soal tes yang terdiri atas butir-butir soal. Setiap butir soal mewakili satu jenis variabel yang diukur.

Bentuk Instrumen Angket atau KuesionerAngket atau Kuesioner adalah metode pengumpulan data, instrumennya disebut sesuai dengan nama metodenya. Bentuk lembaran angket dapat berupa sejumlah pertanyaan tertulis, tujuannya untuk memperoleh informasi dari responden tentang apa yang ia

Page 4: LI Lbm 3 blok 15

alami dan ketahuinya. Bentuk kuesioner yang dibuat sebagai instrumen sangat beragam, seperti: kuesioner terbuka, responden bebas menjawab dengan kalimatnya sendiri,

bentuknya sama dengan kuesioner isian. kuesioner tertutup, responden tinggal memilih jawaban yang telah disediakan,

bentuknya sama dengan kuesioner pilihan ganda kuesioner langsung, responden menjawab pertanyaan seputar dirinya kuesioner tidak langsung, responden menjawab pertanyaan yang berhubungan

dengan orang lain

Bentuk Instrumen InterviewSuatu bentuk dialog yang dilakukan oleh pewawancara (interviewer) untuk memperoleh informasi dari terwawancara (interviewer) dinamakan interview. Instrumennya dinamakan pedoman wawancara atau inter view guide. Dalam pelaksanaannya, interview dapat dilakukan secara bebas artinya pewawancara bebas menanyakan apa saja kepada terwawancara tanpa harus membawa lembar pedomannya. Syarat interview seperti ini adalah pewawancara harus tetap mengingat data yang harus terkumpul.

Bentuk Instrumen ObservasiObservasi dalam sebuah penelitian diartikan sebagai pemusatan perhatian terhadap suatu objek dengan melibatkan seluruh indera untuk mendapatkan data. Jadi observasi merupakan  pengamatan  langsung  dengan menggunakan penglihatan, penciuman, pendengaran, perabaan, atau kalau perlu dengan pengecapan. Instrumen yang digunakan dalam observasi dapat berupa pedoman pengamatan, tes, kuesioner, rekaman gambar, dan rekaman suara.

Bentuk Instrumen Skala Bertingkat atau Rating ScaleBentuk instrumen dengan skala bertingkat lebih memudahkan peneliti untuk mengetahui pendapat responden lebih mendalam tentang variabel yang diteliti. Rating atau skala bertingkat adalah suatu ukuran subjektif yang dibuat berskala. Yang harus diperhatikan dalam pembuatan rating scale adalah kehati-hatian dalam membuat skala, agar pernyataan yang diskalakan mudah diinterpretasi dan responden dapat memberikan jawaban secara jujur.

Bentuk Instrumen DokumentasiBentuk instrumen dokumentasi terdiri atas dua macam yaitu pedoman dokumentasi yang memuat garis-garis besar atau kategori yang akan dicari datanya, dan check-list yang memuat daftar variabel yang akan dikumpulkan datanya. Perbedaan antara kedua bentuk instrumen ini terletak pada intensitas gejala yang diteliti. Pada pedoman dokumentasi, peneliti cukup menuliskan tanda centang dalam kolom gejala, sedangkan pada check-list, peneliti memberikan tally pada setiap pemunculan gejala.

Page 5: LI Lbm 3 blok 15

4. Bagaimana cara agar instrumen penelitian dapat valid dan reliabel Pengujian Validitas InstrumenAda tiga jenis pengujian validitas instrumen menurut (Sugiyono: 2010), yaitu: (a) pengujian validitas konstruk, (b) pengujian validitas isi, dan (c) pengujian validitas eksternal.

a) Pengujian Validitas konstruk Instrumen yang mempunyai validitas konstruk jika instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur gejala sesuai dengan dengan yang didefinisikan. Misalnya akan mengukur efektivitas kerja, maka perlu didefinisikan terlebih dahulu apa itu efektivitas kerja. Setelah itu disiapkan instrumen yang digunakan untuk mengukur efektivitas kerja sesuai dengan definisi. Untuk menguji validitas konstruk, maka dapat digunakan pendapat ahli. Setelah instrumen dikonstruksikan tentang aspek-aspek yang akan diukur, dengan berlandaskan teori tertentu, maka selanjutnya dikonsultasikan dengan ahli. Para ahli diminta pendapatnya tentang instrumen yang telah disusun itu. Jumlah tenaga ahli yang digunakan minimal tiga orang, dan umumnya mereka telah bergelar doktor sesuai dengan lingkup yang diteliti.

b) Pengujian Validitas Isi Instrumen yang harus memiliki validitas isi adalah instrumen yang digunakan untuk mengukur prestasi belajar dan mengukur efektivitas pelaksanaan program dan tujuan. Untuk menyusun instrumen prestasi belajar yang mempunyai validitas isi, maka instrumen harus disusun berdasarkan materi pelajaran yang telah diajarkan. Sedangkan instrumen yang digunakan untuk mengetahui pelaksanaan program, maka instrumen disusun berdasarkan program yang telah direncanakan. Untuk instrumen yang berbentuk tes, maka pengujian validitas isi dapat dilakukan dengan membandingkan antara isi instrumen dengan materi pelajaran yang telah diajarkan. Jika dosen memberikan ujian di luar pelajaran yang telah ditetapkan, berarti instrumen ujian tersebut tidak mempunyai validitas isi.

c) Pengujian Validitas Eksternal Validitas eksternal instrumen diuji dengan cara membandingkan (untuk mencari kesamaan) antara kriteria yang ada pada instrumen dengan fakta-fakta empiris yang terjadi di lapangan. Misalnya instrumen untuk mengukur kinerja sekelompok pegawai. Maka kriteria kinerja pada instrumen tersebut dibandingkan dengan catatan-catatan di lapangan (empiris) tentang kinerja yang baik. Bila telah terdapat kesamaan antara kriteria dalam instrumen dengan fakta di lapangan, maka dapat dinyatakan instrumen tersebut mempunyai Validitas eksternal yang tinggi.

Pengujian reabilitas instrumena) Test retest

Instrumen penelitian dicobakan beberapa kali pada responden yang sama dengan instrumen yang sama dengan waktu yang berbeda. Reliabilitas diukur dari koefisien korelasi antara percobaan pertama dengan yang berikutnya. Bila koefisien korelasi positif dan signifikan, maka instrumen tersebut sudah dinyatakan reliabel.

b) EkuivalenInstrumen yang ekuivalen adalah pertanyaan yang secara bahasa berbeda, tetapi maksudnya sama, misalnya, “berapa tahun pengalaman Anda bekerja di lembaga

Page 6: LI Lbm 3 blok 15

ini?”. Pertanyaan tersebut ekuivalen dengan “tahun berapa Anda mulai bekerja di lembaga ini?”. Pengujian dengan cara ini cukup dilakukan sekali, tetapi instrumennya dua dan berbeda, pada responden yang sama. Reliabilitas diukur dengan cara mengkorelasikan antara data instrumen yang satu dengan instrumen yang dijadikan ekuivalennya. Bila korelasi positif dan signifikan, maka instrumen dapat dinyatakan reliabel.

c) GabunganPengujian dilakukan dengan cara mencobakan dua instrumen yang ekuivalen beberapa kali ke responden yang sama. cara ini merupakan gabungan daritest-retest ( Stability ) dan ekuivalen. Reliabilitas instrumen dilakukan dengan mengkorelasikan dua instrumen, setelah itu dikorelasikan pada pengujian kedua dan selanjutnya dikorelasikan secara silang. Jika dengan dua kali pengujian dalam waktu yang berbeda, maka akan dapat dianalisis keenam koefisien reliabilitas. Bila keenam koefisien korelasi itu semuanya positif dan signifikan, maka dapat dinyatakan bahwa instrumen itu reliabel.

5. Cara pembuatan instrumen penelitian dalam test dan non testa) Penetapan Aspek yang Diukur

Menetapkan aspek yang hendak diukur merupakan langkah pertama dalam upaya penyusunan atau pengembangan tes. Dalam pengembangan tes hasil belajar, terdapat dua aspek yang mendapat perhatian, yaitu (1) materi pelajaran, dan (2) aspek kepribadian/ranah kognitif, afektif, dan psikomotor yang akan dukur.

b) Pendeskripsian Aspek yang Diukur Pendeskripsian aspek yang diukur merupakan penjabaran lebih lanjut dari aspek-aspek yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam proses menyusun tes, deskripsi variabel yang telah ditetapkan tersebut dituangkan dalam bentuk tabel spesifikasi atau lebih dikenal dengan kisi-kisi tes. Di dalam kisi-kisi tes termuat materi pelajaran dan aspek kepribadian yang diukur, bentuk tes dan tipe soal yang digunakan, serta jumlah soal.

c) Pemilihan BentukTesBentuk tes merupakan tipe soal dilihat dari cara peserta tes dalam memberikan jawaban soal dan cara peneliti memberikan skor. Jika peserta tes memiliki kebebasan yang luas dalam menjawab soal-soal tes, maka dikatakan bahwa tes itu adalah tes subjektif ( freeanswer tests). Jika peserta tes tidak memiliki kebebasan dalam menjawab soal-soal tes, bahkan hanya tinggal memilih dari jawaban yang telah disediakan oleh peneliti, maka tes itu disebut tes objektif ( restricted answer tests). Tes juga dapat dibedakan menjadi tes subjektif dan tes objektif, dilihat dari cara peneliti dalam memberikan skor. Suatu tes disebut tes subjektif berdasarkan cara peneliti memberikan skor apabila skor yang diberikan peneliti dipertimbangkan terlebih dahulu terhadap jawaban peserta tes, kemudian baru didapat perolehan skor dari tes tersebut. Suatu tes disebut tes objektif berdasarkan cara peneliti memberikan skor apabila peneliti memberikan skor secara langsung tanpa harus mempertimbangkan jawaban yang diberikan oleh peserta tes.

d) Penyusunan Butir Soal Penyusunan butir soal ke dalam suatu tes didasarkan atas bentuk dan tipe soal yang akan dibuat, bukan disusun menurut urutan materi. Butir-butir soal tes objektif

Page 7: LI Lbm 3 blok 15

dikelompokkan tersendiri, begitu juga dengan soal-soal tes subjektif. Jika dalam tes objektif digunakan beberapa tipe soal (pilihan benar, pilihan kombinasi, dan/atau pilihan kompleks), maka butir-butir soal tes objektif harus disusun berdasarkan tipe soal tersebut.

e) Pelaksanaan Uji Coba Pelaksanaan uji coba instruman yang berupa tes dilakukan untuk mengetahui validitas butir soal, tingkat reliabilitas tes, ketepatan petunjuk dan kejelasan bahasa yang digunakan, dan jumlah waktu riil yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tes. Uji coba tes dilakukan pada subjek yang memiliki karakteristik yang identik dengan subjek penelitian yang sesungguhnya (relevan) agar hasil yang diperoleh sesuai dengan yang diharapkan.

f) Analisis Hasil Uji Coba Analisis terhadap hasil uji coba tes dilakukan untuk mengetahui secara empirik validitas butir soal dan tingkat reliabilitas tes. Ukuran yang digunakan untuk menilai validitas butir soal adalah indeks kesukaran soal (P) dan indeks daya beda soal (D), sedangkan untuk mengetahui tingkat reliabilitas tes adalah dengan menggunakan koefisien reliabilitas yang biasanya dihitung menggunakan rumus KR-20 atau KR-21 untuk tes objektif dan koefisien Alpha untuk tes subjektif.

g) Seleksi, Penyempurnaan, dan Penataan Butir Soal Hasil analisis terhadap kualitas butir soal dijadikan dasar peneliti untuk memilih atau menyempurnakan butir soal yang akan digunakan dalam tes. Seleksi atau penyempurnaan butir soal diperlukan karena biasanya selalu ada soal yang tidak memenuhi syarat dilihat dari kriteria tingkat kesukaran dan daya beda soal. Oleh sebab itu, jumlah soal yang ditulis untuk keperluan uji coba selalu harus lebih banyak dari jumlah yang diperlukan. Penataan soal sebaiknya memperhatikan bentuk tes dan tipe soal, serta mengindahkan tingkat kesukaran soal. Soal yang tergolong mudah biasanya berada di bagian paling awal dari tes, sedangkan sebagian lagi ditempatkan di bagian paling akhir dan soal-soal yang tergolong sedan dan sukar ditempatkan di tengah-tengah. Penataan ini didasarkan atas pertimbangan psikologis pengambil tes.

h) Pencetakan Tes

Pencetakan tes perlu memperhatikan format, jenis, dan model huruf yang akan digunkanan. Format tes berkaitan dengan tata letak (lay out) dan soal-soal di dalam tes, sedangkan jenis dan model huruf memiliki hubungan yang erat dengan besar dan kejelasan huruf yang digunakan. Pencetakan tes perlu diperhatikan agar penampilan tes menjadi lebih rapi, indah, dan jelas sehingga menarik untuk dikerjakan.

6. Mengapa instrumen penelitian harus valid dan reliabel?Karena instrumen dalam penelitian sendiri adalah alat yang sangat penting yang berguna untuk mengukur, mengetahui dan menjalankan penelitian, oleh karena itu instrument harus valid dan reliabel, mengapa demikian? Karena jika tidak, penelitian yang kita lakukan tidak akan dipercaya, tidak dapat dibuktikan kebenaranya, tidak dapat dilanjutkan lagi oleh peneliti selanjutnya, dan akan dipertanyakan penelitian ini memang layak atau tidak.

7. Cara menentukan variabel penelitian

Page 8: LI Lbm 3 blok 15
Page 9: LI Lbm 3 blok 15