a4 404 Bab III Damai 27-36

11

Click here to load reader

description

damai

Transcript of a4 404 Bab III Damai 27-36

PERISTIWA PEMBANTAIAN PKI DI ACEH

Bab III

Rekruitmen Tenaga Muda dari Medan dan Kampus DarussalamMungkin hanya kebetulan, bahwa tenaga intelektual dan professional muda yang pertama-tama terekruit menjadi tenaga inti dalam AM adalah orang-orang yang berasal dari beberapa Universitas di Medan XE "Medan" -Sumut, terutama dari USU (Universitas Sumatra Utara), seperti yang telah disebutkan diatas. Dalam kabinet AM pada tahapan awal, antara lain tercantum nama-nama orang Medan seperti: Muchtar Yahya Hasbi, Husaini Hasan XE "Husaini Hasan, Dr." , Zaini Abdullah XE "Zaini Abdullah, Dr." , Amir Ishak XE "Amir Ishak, SH." , Zubir Mahmud XE "Zubir Mahmud, Dr." , Asnawi Ali XE "Asnawi Ali, Ir." . Sedangkan kalangan bekas DI/TII XE "DI/TII" yang mulanya tampil mendukung dan/atau bersimpati kepada gerakan Hasan Tiro XE "Hasan Tiro, Dr." , antara lain adalah Tgk. M.Daud Beureueh XE "Daud Beureueh" , Tgk. Ilyas Leube XE "Ilyas Leube" , Tengku Hasbi Geudong, Tgk. Ibrahim Lhok Sukon XE "Lhok Sukon" , Tgk. Djalil Amin, Tgk. M.Taher Husen, Tgk. Ilyas Cot Plieng, Tgk. Umar Tiro, Tgk. Amir Mahmud (Sungapura), Tgk. Malik Mahmud XE "Malik Mahmud" (Singapura), Tgk. Abdul Azis, Tgk. Idris Ahmad XE "Idris Ahmad, Tgk." , Tgk. Yusuf Hasan, Tgk. Jamil Syamsuddin, Ayah Sabi XE "Ayah Sabi" , Tgk. Muhamad Yunus Keumbang Tanjung, Tgk. Zainal Abidin, Tgk. Usman Lampoih Awe, Tgk. Daud Husen XE "Daud Husen" , Geusyhik Uma, Geusyhik Amin, Tgk. Syamaun Teumieng, Tgk. Ali Daud, Tgk. Darul Kamal XE "Darul Kamal, Tgk." , Tgk. Ismail Ben, Tgk. Fauzi Hasbi, dan lainnya, berikut dengan beberapa keturunan dan sahabat dekatnya. Simpatinya mereka ini kepada gerakan Hasan Tiro XE "Hasan Tiro, Dr." , mulanya selain terusik oleh tema keadilan, anti diskriminasi, dan kesejahteraan, juga dengan motivasi tersendiri yakni untuk mene-ruskan perjuangan bagi berdirinya suatu Negara Aceh yang Islami, atau yang disebut oleh Al Chaidar sebagai Republik Islam Aceh (RIA). Namun setelah kemudian, ketahuan bahwa perjuangan tersebut adalah perjuangan kemerdekaan dari penjajahan Indonesia-Jawa XE "Jawa" , yang tidak ada hubungannya sama sekali dengan ideologi Islam, maka para bekas pentolan DI/TII pun, kecuali yang telah terlanjur, menjadi kendur semangatnya. Salah satu di antara mereka yang tetap konsisten dapat dianggap paling dekat hubungannya dengan Hasan Tiro XE "Hasan Tiro, Dr." dan AM adalah Tengku Ilyas Leube sampai dengan beliau meninggal, dan Tengku Usman Lapoih Awe, yang meneruskan jabatannya sebagai Menteri Keuangan.

Keterlibatan sebagian di antara mereka, telah ada sejak awal dari persiapan gerakan ini. Sebagai contoh Dr. Muchtar Hasbi, telah menggunakan kesempatan ketika dia mengikuti suatu non-degree short course untuk studi Kedokteran Tropis di Bangkok XE "Bangkok" , pada tahun 1975, untuk bertemu dan memperdalam pengenalannya dengan Hasan Tiro XE "Hasan Tiro, Dr." . Sudah barang tentu Muchtar Hasbi dipompa semangat-nya dan diisi habis-habis an oleh Hasan Tiro XE "Hasan Tiro, Dr." , sehingga jadilah beliau kader tempaan langsung pimpinan tertinggi AM, yang ampuh. Sehingga tak ragu sedikit pun ketika kemudian Muchtar yang Dokter Umum tersebut diangkat menjadi Wakil Wali Negara, merangkap Menteri Dalam Negeri, Wakil Menteri Luar Negeri dan Wakil Menteri Pertahanan dalam Kabinet AM yang pertama. Al Chaidar, dan juga Abu Jihad XE "Abu Jihad" menyebutkan bahwa perginya Muchtar Hasbi menemui Hasan Tiro XE "Hasan Tiro, Dr." adalah sebagai utusan dari Tgk. Daud Beureueh XE "Daud Beureueh" , untuk menkonfirmasi beberapa hal berkenaan dengan AM, khususnya yang berhubungan dengan kesiapan persenjataan dalam rangka perang bersenjata melawan pemerintah RI. Menurut kedua penulis tersebut, Muchtar Hasbi dua kali menemui Hasan Tiro XE "Hasan Tiro, Dr." , yang pertama pada tahun 1972 di Singapura dan Malaysia XE "Malaysia" , dan yang kedua pada tahun 1974 di Bangkok. Ketika bertemu Hasan Tiro XE "Hasan Tiro, Dr." yang kedua kalinya tersebut, kemudian Muchtar dibawa oleh Hasan Tiro XE "Hasan Tiro, Dr." untuk melihat senjata di Subic XE "Subic" -Fillipina. 5) dan 6). Sebagai catatan, perlu diketahui, Subic adalah salah satu Pangkalan Armada Amerika Serikat di Filipina XE "Filipina" . Selain Muchtar Hasbi, ada satu orang utusan Tgk Daud Beureueh lainnya yang menemui Hasan Tiro XE "Hasan Tiro, Dr." yakni Tgk. H.Zainal Abidin abang kandungnya Hasan Tiro XE "Hasan Tiro, Dr." , pada tahun 1972. Hasan Saleh mengatakan perginya Zainal Abidin Tiro menemui adiknya yakni Hasan Tiro XE "Hasan Tiro, Dr." , di Amerika pada tahun 1970.

Dengan keyakinan yang teguh bahwa semua yang didapatkan-nya melalui dua kali pertemuannya dengan Hasan Tiro XE "Hasan Tiro, Dr." , mulailah Dr. Muchtar Yahya Hasbi, yang kebetulan menjabat sebagai Pembantu Utama IPTR XE "IPTR" (Ikatan Pemuda Pelajar dan Mahasiswa Tanah Rencong), Medan XE "Medan" , menularkan dan sekaligus menggembleng orang-orang atau teman-temannya yang dianggap se ide dengan beliau. Pembantu Utama IPTR lainnya adalah Drs. Surya Paloh XE "Surya Paloh, Drs." . Pada tahap pertama terjaringlah beberapa orang yang kemudian tergolong sebagai lingkaran dalam dari cikal bakal AM di Medan, yakni Dr. Zaini Abdullah XE "Zaini Abdullah, Dr." , Seksi Pendidikan IPTR, yang kebetulan mempunyai hubungan keluarga atau famili dengan Hasan Tiro XE "Hasan Tiro, Dr." , Dr. Husaini Hasan XE "Husaini Hasan, Dr." , Wakil Sekretaris Umum IPTR, Dr. Zubir Mahmud XE "Zubir Mahmud, Dr." , Ketua Seksi Sosial IPTR, Amir Ishak XE "Amir Ishak, SH." , anggota Seksi Sosial IPTR, Ilyas Nurdin, Wakil Sekretaris Umum, Asnawi, anggota IPTR, Idris Mahmud, anggota Pengurus IPTR, Dailami XE "Dailami" , Petugas Ekspedisi (pengantar Surat-menyurat atau lopper) IPTR, Uzir Jaelani XE "Uzir Jaelani" , anggota Seksi Sosial, Marzuki Mahmud, anggota IPTR, dan Ibrahim, petugas administrasi IPTR, Asgadi, dan sebagainya. Sedangkan Zakaria M Pase, seorang wartawan Majallah Tempo, diketahui kemudian ikut bersimpati, karena beliau adalah teman baik dari Dr. Muchtar. Husaini Hasan XE "Husaini Hasan, Dr." yang juga seorang dokter jebolan Fakultas Kedok-teran USU, Medan, kini berdomisili di Stockholm, sebagai pucuk pimpinan dari MP GAM XE "MP GAM" (Majelis Pemerintahan GAM XE "GAM" ), sedangkan Dr. Zubir Mahmud XE "Zubir Mahmud, Dr." , dan Idris Mahmud, telah tewas dalam suatu pertempuran, Aceh Timur. Sementara yang lainnya saat ini ada yang berdomisili di Medan, ada yang di Aceh dan ada pula di Jawa XE "Jawa" ataupun di tempat-tempat lainnya.

Sebagai catatan; perlu pula diinformasikan bahwa IPTR XE "IPTR" , adalah suatu organisasi yang mewadahi Pemuda, Pelajar dan Mahasiswa asal Tanah Rencong (Aceh), yang didirikan pada tahun 1957, sebagai antisipasi terhadap nasib yang buruk dari para pemuda, pelajar dan mahasiswa Aceh yang merantau ke Medan XE "Medan" /Sumatra Utara, sebagai akibat peristiwa DI/TII XE "DI/TII" . Salah satu program yang sangat terkenal dan digandrungi oleh para anggota IPTR ketika itu adalah, apa yang disebut sebagai Studie Fond, atau bantuan untuk para pelajar dan mahasiswa anggota IPTR yang diberikan oleh Pemerintah. Para pendiri IPTR adalah tokoh-tokoh masyarakat Aceh di Medan, antara lain: Zainuddin Yusuf, M. Nur Nikmat, Jusuf Hanafiah, Ilyas Ben Cut, Muhammadar, Said Ibrahim Husen, Mahyuddin Amin, Cut Irawati, Jacob Ahmad, Yusuf Bung Tomo, Adlan, Muhammad Twh, dan sebagainya. Sejak periode 1968, IPTR berkembang menjadi ITR Pusat yang mencakup seluruh Sumatra Utara, dan IPTR Cabang Medan, yang berwilayah se Kotamadya Medan. IPTR Cabang Medan ketika itu dipimpim oleh, Usman Hasan, sebagai Ketua Umumnya, dengan Sekretaris Umum, Razali Husen, yang kemudian menjadi Dokter dan bertugas di Aceh, serta Bendahara, Saleh Habsyi. IPTR Cabang Medan ketika itu, sedang mengalami krisis kepemimpinan dan bahkan cenderung perpecahan. Sebagian mahasiswa, memisahkan dari dari IPTR dan membentuk IMA (Ikatan Mahasiswa Aceh), sekaligus mereka mendaulat Dr. Muchtar Yahya Hasbi sebagai Pimpinannya. Sebagian besar dari mahasiswa dan mantan maha-siswa yang ikut terpengaruh dengan Gerakan Hasan Tiro XE "Hasan Tiro, Dr." tersebut umumnya adalah mereka-mereka yang telah mengelompok ke dalam IMA, dan menjadi pengurus dari organisasi tandingan IPTR tersebut, kecuali Ilyas Nurdin, Dailami XE "Dailami" dan Ibrahim serta Uzair Jailani. Dengan demikian wajar jika kegiatan-kegiatan mereka, luput dari pengamatan Pengurus IPTR lainnya, termasuk dari pengetahuan Ketua Umumnya.

Ada yang menganalisa, bahwa terbentuknya IMA adalah suatu rekayasa politis yang rapi, mengingat untuk mengatasnamakan pemuda, pelajar, dan mahasiswa Aceh di Medan XE "Medan" -Sumut, akan mendapat hambatan jika menggunakan nama IPTR XE "IPTR" . Karena sebagian besar pengurus dan para senior pendirinya yang masih hidup, seperti M. Nur Nikmat, Dr Jusuf Hanafiah, Cut Irawati, Said Ibrahim Husen, Muhammdar, memang tidak setuju dengan Aceh Merdeka, maka sulit untuk diyakinkan agar IPTR mendukung gerakan Hasan Tiro XE "Hasan Tiro, Dr." tersebut. Namun di lain pihak, kemudian ternyata, banyak di antara Pengurus IMA, juga tidak menjadi pendukung Aceh Merdeka, dan nyatanya mereka tidak ikut berangkat ke Aceh untuk ber-gabung/berjuang bersama Hasan Tiro XE "Hasan Tiro, Dr." , seperti misalnya Bustami Usman, T. Syaifuddin, M. Nur Husen, Farhan Hamid, Aisyah, dan sebagainya. Untuk diketahui ketika menjelang proklamasi Aceh Merdeka (ASNLF XE "ASNLF" ), menurut wawancara dengan Tgk. Dailamy, ada seruan, dari Dr. Mukhtar Hasbi, agar semua pemuda, pelajar dan mahasiswa Aceh di Medan, agar pulang ke Aceh untuk ikut berjuang bersama Hasan Tiro XE "Hasan Tiro, Dr." , mencapai Aceh Merdeka. Ketika itu Ketua Umum IPTR Cabang Medan Usman Hasan, bersama pengurus harian lainya seperti: Razali Husen, Said Mudhahar Ahmad, Ishak Madjid, T.M,Nur, Saleh Habsyi, Usman Yusuf menemui M. Nur Nikmat sebagai Ketua Penasehat dan pendiri IPTR, di tengah malam, untuk memintakan pendapat beliau,. Beliau dengan tegas sekali mengata-kan, seruan tersebut, tidak usah digubris, dan tidak perlu dipenuhi. Mengingat seruan tersebut juga telah sempat beredar luas dan dike-tahui oleh masyarakat lainnya, selain Aceh, juga oleh aparat keamanan dan Pemerintah, maka Nur Nikmat bejanji akan menemui Pejabat Pemerintah dan Pejabat Keamanan di Sumut/Medan, untuk mengklarifikasikan masalah tersebut, sekaligs menegaskan sikap IPTR yang tidak mendukung secara organisatoris gerakan Hasan Tiro XE "Hasan Tiro, Dr." .

Seminar Perjuangan Aceh berikut ini, membuktikan hal tersebut.

AM Berkecambah di Kampus Darussalam

Di Aceh sesungguhnya AM, bermula penyaberannnya adalah melalui teman-teman dekat/kerabat dekat Hasan Tiro XE "Hasan Tiro, Dr." , yang sebagian besar adalah orang-orang ex DI/TII XE "DI/TII" , dan orang-orang sekampung beliau di Tiro. Sementara Abu Beureueh, tidak tegas-tegas menyata-kan mendukung, dan tidak pula menentangnya. Walaupun banyak rumors ketika itu yang mengatakan bahwa Abu Beureueh tidak senang atau selalu reserve kepada Hasan Tiro XE "Hasan Tiro, Dr." , karena dianggap kurang bagus performance nya berkaitan dengan perjuangan DI/TII, namun sikap Abu terhadap gerakan Aceh Merdeka, tidaklah dapat dikatakan beliau menantangnya atau menolaknya. Gerak-gerik Abu, menurut banyak pengikut setia beliau, termasuk Tgk Muslimin Beureunuen, mengatakan Abu, menunjukkan sikap simpatiknya kepada gerakan AM tersebut. Dan sikap Abu Beureueh yang seperti itulah yang membuat teman-teman lama Abu pun mengambil posisi, tidak menolak gerakan tersebut, terutama di awal pemunculannya. Oleh karena yang demkian terjadilah simpul-simpul penyebaran AM, yang terfokus pada tokoh-tokoh yang mendukungnya, seperti di Tito dan Pidie XE "Pidie" , di Pase dengan titik sentralnya Tgk Hasbi beserta putra-putra beliau; di Bireuen XE "Bireuen" , titik sentralnya, Ayah Sabi XE "Ayah Sabi" berserta keluarga beliau; di Batei Iliek XE "Batei Iliek" , dengan titik sentralnya Tgk. Idris Ahmad XE "Idris Ahmad, Tgk." , di Lhok Sukon XE "Lhok Sukon" , titik sentralnya Tgk Ibrahim, dan seterusnya dan sebagainya.

Sementara itu di kalangan Kampus Darussalam, baik dari Unsyiah, (IKIP), maupun dari IAIN imbasan dan getaran AM menjalar selain melalui para orang-orang seketurunan/ keluarga, orang dekat dan sekampung, juga melalui intelektual dan aktivis yang kritis terhadap kondisi sosialpolitk dan ekonomi ketika itu dan sebelum-nya. Awal mulanya, menurut Hasballah Saad XE "Hasballah Saad" , adalah beredarnya selebaran, baik tentang Redeklarasi Aceh Merdeka, maupun berisi berbagai propaganda Aceh Merdeka dan Hasan Tiro XE "Hasan Tiro, Dr." lainnya, ter-masuk propaganda tentang kebesaran Aceh di masa lalu, di kalangan kampus, cendekiawan dan bahkan di masyarakat luas, yang umumnya dalam bahasa Aceh dan bahasa Inggris XE "Inggris" . Walaupun ada juga dalam bahasa Indonesia/Melayu. Kemudian atau bersama-an dengan itu diikuti dengan berkibarnya bendera berwarna merah, bergambar pedang hitam, yang dipahami masyarakat ketika itu sebagai bendera Aceh Merdeka di Kampus Darussalam (Tugu Darussalam), dan di Depan SMA I Banda Aceh XE "Banda Aceh" . Tidak dietahui persis dari mana atau siapa yang menyebar luaskan selebaran tersebut di Banda Aceh atau di Aceh, dan siapa pula yang mengibarkan bendera AM tersebut. Tetapi yang jelas adalah adanya beberapa orang datang dari Medan XE "Medan" untuk berceramah atau semacam sosialisasi tentang AM di Aceh. Menurut Hasballah Saad, yang datang dan berceramah tersebut antara lain adalah Amir Ishak XE "Amir Ishak, SH." dan Asnami Ali di desa Iboih XE "Iboih" , Pidie XE "Pidie" , yang dihadiri oleh beberapa mahasiswa dari Banda Aceh. Sedangkan mahasiswa yang hadir dalam ceramah tersebut antara lain Muluk dan Harun. Tidak pula diketahui, apakah mereka, para mahasiswa dari Banda Aceh itu, hadir di forum ceramah tentang AM di Iboih tersebut secara kebetulan atau memang telah direncanakan sebelumnya, wallahualam.

Secara prinsip, sebenarnya tidak semua mahasiswa atau aktivis yang kemudian ditahan dan/atau diinterogasi oleh Aparat Keamanan, adalah orang-orang AM. Namun mereka dianggap dan/atau dicurigai sebagai anasir yang mula pertama tersentuh oleh gerakan Hasan Tiro XE "Hasan Tiro, Dr." tersebut. Sehingga untuk mengetahui apa sesungguhnya gerakan tersebut, bagaimana penyebarannya dan sudah sejauh mana me-luasnya, maka sebagian dari mahasiswa tersebut diinterogasi dan bahkan ada yang ditahan. Ada pula yang kemudian terbukti keter-libatannya sebagai orang AM atau pengikut Hasan Tiro XE "Hasan Tiro, Dr." , mereka di-hukum atau diperpanjang masa tahananya sampai tahunan. Hasbi Abdullah misalnya yang saat itu menjabat sebagai Ketua Dewan Mahasiswa Unsyiah, adalah tergolong mahasiswa Unsyiah yang pertama-tama dicatat dan dicurigai oleh Aparat Keamanan, sebagai orang atau pendukung AM, demikian pula Nurdin Abdurrahman, Muluk, Mulkan Harun, Muchsin, Hasanuddin Latif, Mustafa, Hasan Basri, Zulfan, Sofyan Ibrahim Tiba, dan Hasballah Saad XE "Hasballah Saad" , dan beberapa lainnya, yang jumlah awalnya tidak lebih dari 10 orang, demikian menurut wawancara penulis dengan Dr. Hasballah Saad, pada tanggal 29 juli 2006. Hasballah Saad, ketika itu adalah men-jabat sebagai Wakil Ketua Dewan Mahasiswa Unsyiah. Hasballah yakin bahwa Hasbi Abdullah, ketika itu, bukanlah atau belumlah menjadi orang yang akitp sebagai tokoh AM. Salah satu penyebab kuatnya keyakinannya tersebut, adalah bahwa yang mengorganisir pertemuan mereka yang pertama kali di Pantai Cermin, Ulee Lheue, untuk mendengarkan laporan Muluk dan Harun tentang kehadiran-nya mendengarkan dakwah atau orasi di Iboih XE "Iboih" , dari Amir Ishak XE "Amir Ishak, SH." dan Asnawi, tentang AM, bukanlah Hasbi Abdullah tetapi orang lain yang tidak diingat lagi siapa namanya. Amir Ishak XE "Amir Ishak, SH." dan Asnami adalah orang muda/mahasiswa USU, Medan XE "Medan" , yang sengaja pulang kampung untuk kampanye atau sosialisasi AM.

Walaupun demikian, Hasbi Abdullahlah yang paling dicurigai sebagai orang AM, ketimbang yang lain-lainnya, mengingat Hasbi adalah adik kandung dari Zaini Abdullah XE "Zaini Abdullah, Dr." tokoh kunci AM, seorang alumni Fakultas Kedokteran USU, Medan XE "Medan" , yang juga adalah ke-menakannya Hasan Tiro XE "Hasan Tiro, Dr." . Setelah ditangkapnya Hasbi, maka secara beruntun kemudian, ditangkap pula mahasiswa lainnya yang hadir dalam pertemuan sambil makan ikan laut, di Pantai Ulee Lheue tersebut termasuk Hasballah Saad XE "Hasballah Saad" sendiri. Tanpa proses pengadilan, dan bahkan diperiksapun tidak, Hasballah ditahan selama 1 tahun 3 bulan, yakni sejak 1 Mei 1978 s/d September 1979. Dalam tahanan itulah Hasballah nyantri menjadi mapum tentang AM dari yang tadi-nya dia sesungguhnya buta huruf tentang gerakan Hasan Tiro XE "Hasan Tiro, Dr." tersebut. Dia menjadi tahu tentang ideologi dan lika-liku AM, setelah berakses dengan tokoh-tokoh AM yang telah terlebih dahulu ditahan dalam tahanan tersebut,, seperti: Ayah Sabi XE "Ayah Sabi" , Tgk. Wahab Tiro, Daud Nahar, Tgk. Mohd Arif, Ali Jadun, orang dekatnya Ilyas Leube XE "Ilyas Leube" , Tgk. Affan Laweueng, Nurdin Amin, dan sebagainya. Bersamaan dengan ini gangguan terhadap beberapa Perusahaan Asing di Aceh, seperti Bechtel Inc. XE "Bechtel Inc." dan Perusahaan HPH PT. Seulawah, juga semakin me-ningkat, yang diikuti dengan penagihan pajak untuk AM, sehingga mengakibatkan operasi dari Aparat Keamananpun menjadi lebih meningkat, dan semakin intensif

Gubernur Aceh ketika itu adalah Mazakkir Walad dan Panglima Kodam Iskandar Muda adalah R.A. Saleh, menggantikan Rivai Harahap.

Seminar Perjuangan Aceh di Medan

Dari tanggal 22-25 Maret 1976, terjadi suatu even di Medan XE "Medan" yang dilaksanakan oleh IPTR XE "IPTR" (Ikatan Pemuda /Pelajar dan Mahasiswa Tanah Rencong), bersama tokoh-tokoh masyarakat Aceh di Medan-Sumut, yakni suatu seminar, dengan tema Perjuangan Aceh sejak 1873 s/d Kemerdekaan RI. Panitia seminar ini, dipimpin H.M.Ramly Mahmud, pengusaha Aceh, bidang perkebunan yang cukup sukses, sebagai Ketua Umum Panitia, dan Mukhtar Yahya Hasbi sebagai Ketua Organizing Committee (OC), sedangkan Usman Hasan sebagai Ketua Steering Committee (SC). Seminar dilaksana-kan di Universitas Cut Nyak Dhien, Medan, dan diikuti oleh peserta sebanyak sekitar 350 orang dari Medan, Aceh, Jakarta XE "Jakarta" , Bandung, Yogjakarta, dan dari kota-kota lainnya. Para Pemerasaran Utama sebanyak 8 orang yakni: H.M.Said, tokoh sejarah dan penulis, H.A.Hasjmy, tokoh sejarah, budayawan serta ulama Aceh, Buya Hamka, tokoh ulama terkemuka, Prof. Tgk Ismail Jakub, SH, ilmuan hukum/agama, Dr. Ibrahim Alfian, ilmuan dan tokoh sosial budaya Aceh, dari UGM, Drs Darwis Sulaiman, tokoh sejarah dan intelektual muda Aceh, dari Unsyiah, T.Cut Ahmad, SmH, tokoh sejarah muda Aceh/ Pengurus IPTR, Mr.T.M.Hasan, tokoh pejuang/perintis kemer-dekaan RI. Sedangkan pembahasnya adalah: Tuanku Hasyim, SH, Yoesuf Soeib, Drs. A.Gani,MA, Dr. Syamsuddin Ishak, Drs. Zakaria Ahmad, Said Zainal Abidin. Sementara itu para penulis makalah penunjang, sebanyak 24 orang/makalah. Makalah penunjang tersebut selain ditulis dan disumbangkan oleh para pengamat, pencinta, dan ahli sejarah, mereka juga sebagian adalah para pelaku sejarah itu sendiri, seperti: Syamaun Gaharu, H.A.Hasjmy, Tuanku Hasyim, SH., Tengku Lukman Sinar, SH., T. Raja Muluk Atthahashi, T.Syahbuddin Razi Peuseunu, Syahadat, Benny Banta Cut, Prof.Abubakar Aceh, T.Abdullah ben Peukan, Dr. Mukhtar Y. Hasbi, T.M. Hasan, Angkatan 45 Sumut, Dinas Sejarah Kodam-I, T. Sulaiman Trieng Gadeng, OK Makmun Al Rasyid, T.Alibasyah Talsya, T.Cut M.Husen (Tjoetje), Mustafa Kamal Pasya, A.Gani Mutiara, Hanafi Mahmud, Bapperis Aceh, Daud Ali, SH., Drs. Abdullah Syam.

Salah satu keputusan seminar, adalah tentang pentahapan perjuangan Aceh, semenjak sebelum diserang oleh Belanda s/d kemerdekaan RI, adalah sebagai berikut:

Tahap Pertama: Fase Prolog Perang Aceh melawan Belanda, yakni sebelum tahun 1873 .

Tahap Kedua: disebut Fase Perang Frontal melawan Belanda, yakni antara tahun 1873 s/d 1904.

Tahap Ketiga: disebut Fase Perang Gerilya melawan Belanda, sampai dengan masuknya Jepang, yakni antara 1904 s/d 1942.

Tahap Keempat: Perjuangan melawan penjajah Jepang, dan perjuangan selama menegakkan Kemerdekaan RI, yakni antara tahun 1942 s/d 1945 dan setelahnya ketika menghadapi Agresi Belanda/Sekutu di front Medan XE "Medan" Area Selatan.

Keputusan-keputusan lainnya dari seminar 3 hari tersebut antara lain adalah:

1. Nilai-nilai perjuangan kemerdekaan di Aceh, antara lain:

Ajaran agama Islam yang berakar dan bertumbuh dalam masyarakat Aceh sejak berabad-abad yang lalu sampai sekarang, merupakan pandangan hidup menjiwai sikap dan perbuatan rakyat Aceh dalam berbagai aspek kehidupan, dan telah menjadi tenaga penggerak bagi patriotisme perjuangan melawan Belanda/ penjajah lainnya dan perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Kesadaran nasional dan persatuan bangsa yang telah menjiwai rakyat Aceh, terbukti dari kenyataan sejarah, bahwa sekalipun pada waktu setelah Proklamasi Kemerdekaan 1945, Aceh dihadapkan kepada berbagai tantangan, namun rakyat Aceh telah memilih untuk tetap bersatu dalam negara kesatuan Republik Indonesia. Selain dari pada itu, Aceh merupakan Daerah Modal, di mana selain telah turut serta secara aktif dalam perjuangan fisik, rakyat Aceh telah ikut membiayai perjuangan Pemerintah RI, baik di dalam maupun di luar negeri.

Berdasarkan kenyataan sejarah, seminar berpendapat bahwa Aceh tidak pernah ditaklukkan sampai dengan kekuasaan Jepang. Sehubungan dengan itu maka istilah pemberontakan adalah tidak tepat dipakai di dalam setiap perjuangan rakyat Aceh menentang kekuasaan Belanda.

2. Penggalian, pemeliharaan, dan pengembangan sejarah kemerde-kaan di Aceh, antara lain:

Penggalian untuk menemukan benda-benda dan dokumen sejarah, perlu digalakkan dengan dukungan dari pemerintah secukupnya.

Memelihra dan mengawetkan benda-benda dan dokumen sejarah, perlu diupayakan secara lebih terencana dan sungguh-sungguh.

Memelihara dan meningkatkan semua monumen sejarah, termasuk pengadaan monumen baru, yang bernilai kejuangan, heroisme, dan patriotisme, keluhuran harkat dan martabat orang Aceh, serta kebesaran Aceh dimasa lalu.

Permuseuman dan Kepurbakalaan, perlu ditingkatkan baik kuantitas maupun kualitasnya, sehingga dapat menunjang kepada pemurnian dan pengungkapan nilai-nilai perjuangan Aceh.

3. Perpustakaan; perlu ditingkatkan, diikuti dengan penumbuhan kesadaran masyarakat untuk membaca. Aspek ini perlu digandengkan dengan adanya upaya untuk mendorong penulisan sejarah.

4. Tentang: Penelitian Sejarah; terhadap perjuangan dari setiap pe-juang di setiap tahapan perjuangannya dan pengungkapan/ mempublikasikan sejarah perjuangan tersebut, yang mempunyai nilai patriotisme dan heroisme.

5. Para pejuang dan/atau pahlawan. Seminar mengajukan sejumlah 479 orang pejuang Aceh, yang telah berjuang mengorbankan se-gala-galanya termasuk nyawanya untuk negara dan bangsa ter-cinta, untuk ditetapkan oleh Pemerintah sebagai Pahlawan Nasional. Kepada mereka dan atau keluarganya juga dihimbau agar Pemerintah memberikan penghargaan yang wajar baik non-material, berupa tanda jasa/penghargaan dan/atau pengakuan/ status lainnya, maupun matrerial berupa santuan bagi ke-luarganya.

6. Seminar Perjuangan Aceh keII agar dapat dilaksanakan di Aceh dalam waktu yang tidak terlalu lama.

Panitia juga mengundang Abu Beureueh, dengan menemui beliau di rumahnya Bapak Hasballah Haji di Jl. Hayam Wuruk Medan XE "Medan" , 4 hari menjelang seminar, namun dengan penuh kearifan, beliau menolak untuk hadir, dengan alasan agar semuanya berjalan lancar.

Sedangkan Abu Hasin Al Mujahid, selalu datang ke arena semi-nar, hanya untuk mendapatkan makalah-makalah yang disajikan dalam seminar, namun beliau keberatan untuk masuk ke dalam ruangan seminar. Dari hasil-hasil seminar, terlihat jelas, tidak ada satu kata atau kalimat pun dari rumusan keputusannya yang dapat dikaitkan dengan ideide Gerakan Hasan Tiro XE "Hasan Tiro, Dr." atau dengan gerakan Aceh Merdeka yang terjadi atau meletus sekitar lebih dari 8 bulan kemudian. Dengan demikian, terbantahlah, jika ada yang mangata-kan atau mengaitkan, bahwa Seminar Perjuangan Aceh di Medan XE "Medan" tersebut adalah salah satu persiapan untuk menuju atau mendu-kung gerakan Aceh Merdeka. Walaupun harus diakui, banyak di antara para panitianya baik yang duduk di OC maupun di SC, adalah orang-orang yang kemudian ternyata pendukung dan bahkan pendukung utama dari gerakan Hasan Tiro XE "Hasan Tiro, Dr." tersebut. ***

Al Chaidar, Gerakan Aceh Merdeka: Jihad Rakyat Aceh Mewujudkan Negara Islam. (Jakarta: Madani Press, 1999).

Abu Jihad XE "Abu Jihad" , Hasan Tiro XE "Hasan Tiro, Dr." dan Pergolakan Aceh, (Jakarta: Titian Ilmu Insani, 2000).

Hasan Saleh, Mengapa Aceh Bergolak, 1992.

Sedangkan isterinya Zainal Abidin, Ibu Zainab, dalam wawancara dengan AL Chaidar menyebutkan, seingat beliau Tengku Zainal Abidin, yang adalah suaminya, pergi menjenguk Hasan Tiro XE "Hasan Tiro, Dr." di Amerika Serikat pada tahun 1970, dan bukanlah sebagai utusan Abu Beureueh, tetapi sebagai kunjungan keluarga.

Wawancara dengan M. Nur Nikmat di Medan.

Muhammad Said, Aceh Sepanjang Abad, (Jakarta: Bina Cipta, 1981).

34

DAMAI DI SERAMBI MEKKAH35BAB III: Rekruitmen Tenaga Muda dari Medan dan Kampus Darussalam