Radiologi & laboratorium a4

50
Pemeriksaan Radiologi & Laboratorium untuk Fisioterapi by Ishak, S.Ft.,Physio 1 BAB 1 PENGANTAR PADA PEMERIKSAAN RADIOLOGI DAN PEMERIKSAAN LABORATORIUM engetahuan mengenai pemeriksaan radiologi dan laboratorium bagi Fisioterapis adalah suatu hal yang sangat penting dalam rangka menegakkan diagnosis dan menghindari kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi dalam menangani suatu kondisi penyakit. Hal ini terutama sangat diperlukan bagi Fisioterapis yang bekerja di Rumah Sakit Daerah ataupun puskesmas yang belum mempunyai dokter spesialis radiologi maupun spesialis patologi klinik. Hal ini tidak berarti bahwa Fisioterapis yang bekerja pada rumah sakit maupun puskesmas yang sudah mempunyai ahli radiologi maupun spesialis patologi klinik tidak memerlukan pengetahuan mengenai pemeriksaan radiologi maupun laboratorium karena keputusan untuk meminta pemeriksaan foto radiologi maupun laboratorium juga sangat bergantung pada pemahaman dan pengetahuan mengenai radiologi dan laboratorium. Pengetahuan seorang Fisioterapis tentang interpretasi hasil foto radiologi maupun Laboratorium akan sangat bermanfaat dalam memilih modalitas yang digunakan dalam therapy, serta bisa berhati-hati agar tidak menggunakan alat fisioterapi yang kontra indikasi dengan penyakit pasien misalnya adanya spondylolistesis, infeksi akut ataupun tumor. Secara umum pada setiap Rumah Sakit yang besar misalnya RS Wahidin Sudirohusodo Makassar Instalasi Radiologi secara umum mempunyai 2 unit kerja yaitu Radiodiagnostik dan Radioterapi. Radiodiagnostik dalam menjalankan kegiatannya mempunyai beberapa bagian yaitu: Foto Polos X ray, CT scan, MRI, Ultrasonografi, sedangkan Radioterapi digunakan untuk pengobatan baik sebagai upaya kuratif misalnya tumor maupun kanker, paliatif maupun yang sifatnya emergensi misalnya untuk menghentikan perdarahan hebat. Pemeriksaan laboratorium merupakan cabang ilmu patologi dalam hal ini patologi klinik. Pemeriksaan laboratorium merupakan pemeriksaan spesimen dari pasien berupa darah, urin, dan cairan tubuh lainnya. Pemeriksaan laboratorium dimaksudkan untuk menentukan atau membantu menentukan diagnosis penyakit serta prognosis dengan tes penunjang lainnya, anamnesis dan pemeriksaan fisik. Bagian/jenis pemeriksaan laboratorium terdiri atas: - Hematologi - Imunologi/Serologi - Kimia Klinik - Infeksi - Urinalisis -ooo0ooo- P

Transcript of Radiologi & laboratorium a4

Page 1: Radiologi & laboratorium a4

Pemeriksaan Radiologi & Laboratorium untuk Fisioterapi by Ishak, S.Ft.,Physio

1

BAB 1

PENGANTAR PADA PEMERIKSAAN RADIOLOGI

DAN PEMERIKSAAN LABORATORIUM

engetahuan mengenai pemeriksaan radiologi dan laboratorium bagi Fisioterapis

adalah suatu hal yang sangat penting dalam rangka menegakkan diagnosis dan

menghindari kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi dalam menangani suatu

kondisi penyakit. Hal ini terutama sangat diperlukan bagi Fisioterapis yang bekerja di

Rumah Sakit Daerah ataupun puskesmas yang belum mempunyai dokter spesialis radiologi

maupun spesialis patologi klinik. Hal ini tidak berarti bahwa Fisioterapis yang bekerja pada

rumah sakit maupun puskesmas yang sudah mempunyai ahli radiologi maupun spesialis

patologi klinik tidak memerlukan pengetahuan mengenai pemeriksaan radiologi maupun

laboratorium karena keputusan untuk meminta pemeriksaan foto radiologi maupun

laboratorium juga sangat bergantung pada pemahaman dan pengetahuan mengenai

radiologi dan laboratorium.

Pengetahuan seorang Fisioterapis tentang interpretasi hasil foto radiologi maupun

Laboratorium akan sangat bermanfaat dalam memilih modalitas yang digunakan dalam

therapy, serta bisa berhati-hati agar tidak menggunakan alat fisioterapi yang kontra indikasi

dengan penyakit pasien misalnya adanya spondylolistesis, infeksi akut ataupun tumor.

Secara umum pada setiap Rumah Sakit yang besar misalnya RS Wahidin

Sudirohusodo Makassar Instalasi Radiologi secara umum mempunyai 2 unit kerja yaitu

Radiodiagnostik dan Radioterapi. Radiodiagnostik dalam menjalankan kegiatannya

mempunyai beberapa bagian yaitu: Foto Polos X ray, CT scan, MRI, Ultrasonografi,

sedangkan Radioterapi digunakan untuk pengobatan baik sebagai upaya kuratif misalnya

tumor maupun kanker, paliatif maupun yang sifatnya emergensi misalnya untuk

menghentikan perdarahan hebat.

Pemeriksaan laboratorium merupakan cabang ilmu patologi dalam hal ini patologi

klinik. Pemeriksaan laboratorium merupakan pemeriksaan spesimen dari pasien berupa

darah, urin, dan cairan tubuh lainnya. Pemeriksaan laboratorium dimaksudkan untuk

menentukan atau membantu menentukan diagnosis penyakit serta prognosis dengan tes

penunjang lainnya, anamnesis dan pemeriksaan fisik.

Bagian/jenis pemeriksaan laboratorium terdiri atas:

- Hematologi - Imunologi/Serologi

- Kimia Klinik - Infeksi

- Urinalisis

-ooo0ooo-

P

Page 2: Radiologi & laboratorium a4

Pemeriksaan Radiologi & Laboratorium untuk Fisioterapi by Ishak, S.Ft.,Physio

2

BAB 2

JENIS-JENIS RADIODIAGNOSTIK & MEDIA KONTRAS

A. Radiografi Konvensional

Sinar X merupakan bagian dari spektrum elektomagnetik, dipancarkan akibat

pengeboman anoda wolfram oleh elektron-elektron bebas dari suatu katoda. Film polos

dihasilkan oleh pergerakan elektron-elektron tersebut melintasi pasien dan menampilkan

film radiografik.

Tulang dapat menyerap sebagian besar radiasi, menyebabkan pajanan pada film

paling sedikit, sehingga film yang dihasilkan tampak berwarna putih. Udara paling

sedikit menyerap radiasi, menyebabkan pajanan pada film maksimal, sehingga film

tampak berwarna hitam. Diantara kedua keadaan ekstrem ini, penyerapan jaringan

sangat berbeda-beda menghasilkan citra dalam skala abu-abu (grey scale). Film polos

bermanfaat untuk: Dada, abdomen, sistem tulang: trauma, tulang belakang, sendi,

penyakit degeneratif, metabolik dan metastatik (tumor).

Terminologi yang digunakan dalam Radiografi Sinar X :

a. Hiperradiolusen : udara bebas

b. Radiolusen : Paru normal, lemak

c. Intermediate : Soft tissue/ cairan, jantung,hepar, ginjal, ascites, urine, darah, dan

sebagainya.

d. Radiopak : Ca-density / Bone density, tulang, perkapuran.

e. Hyperradiopak : Metal density, logam

Contoh gambar Foto X- Ray :

Page 3: Radiologi & laboratorium a4

Pemeriksaan Radiologi & Laboratorium untuk Fisioterapi by Ishak, S.Ft.,Physio

3

B. CT Scan

Pemeriksaan dengan menggunakan CT Scan dapat mendeteksi kelainan –

kelainan seperti perdarahan otak, tumor otak, kelainan – kelainan tulang, kelainan di

rongga dada & rongga perut dan khususnya mendeteksi kelainan pembuluh darah

jantung (koroner) dan pembuluh darah umumnya (seperti penyempitan pembuluh

darah ginjal, dll) Lama pemeriksaan mulai dari beberapa detik sampai 2 jam.

CT Scan menggunakan sinar X tetapi saat ekspos sinar tidak langsung mengenai

film tetapi ditangkap oleh detektor diteruskan ke komputer monitor lalu ke printer.

Ukuran gambar (piksel) yang didapat pada CT Scan adalah Radiodensitas ukuran

tersebut menggunakan skala Houndsfield Unit (HU), Hounsfield nama orang yang

menemukan dan memperkenalkan CT-scan. Nilai HU sendiri adalah merupakan

pengukuran densitas jaringan.

Jaringan HU Warna

Udara

Lemak

LCS

Otak

Darah

Tulang

-1000

-100

0

30

+100

+1000

Hitam ↓↓↓

Hitam ↓↓

Hitam ↓

Abu-abu (-)

Putih ↑↑

Putih ↑↑↑

Terminologi yang digunakan :

a. Isodens : Jaringan Otak Normal

b. Hipodens : Abses otak, infark

c. Hiperdens : perdarahan Otak

Page 4: Radiologi & laboratorium a4

Pemeriksaan Radiologi & Laboratorium untuk Fisioterapi by Ishak, S.Ft.,Physio

4

C. MRI (Magnetik Resonansi Imaging)

MRI atau Magnetic Resonance Imaging menggunakan medan magnit dan

frekuensi radio, jadi tidak mengionisasi jaringan, tidak ada efek biologik. Memakai

istilah isointens, hipointens, hiperintens, kekuatan magnit disebut dengan satuan TESLA

(1 Tesla= 10.000 Gauss). MRI adalah suatu alat diagnostik teknologi tinggi yang

digunakan untuk membuat visualisasi dari penampang tubuh manusia.

Pemeriksaan MRI memakai prinsip magnetik, tidak menggunakan sinar X (tidak

ada radiasi). Melalui pemeriksaan ini dapat mendeteksi kelainan – kelainan saraf &

jaringan lunak seperti pada keluhan: sakit/nyeri kepala, sakit daerah punggung,

pinggang, nyeri/bengkak daerah persendian, kelainan payudara, kelainan pembuluh

darah, kelainan pada abdomen (perut), dan lain lain. Lama pemeriksaan 20 menit – 1.5

jam

MRI memberikan hasil yang diperlukan oleh dokter untuk menegakkan diagnosa

atas penyakit yang diderita oleh pasien dan juga menentukan rencana pengobatan yang

tepat sesuai dengan indikasi penyakit yang diderita oleh pasien.

a. Keuntungan menggunakan MRI :

- Tidak menggunakan sinar X,

- Tidak Merusak Kesehatan pada penggunaan yang tepat,

- Banyak pemeriksaan tanpa memerlukan zat kontras,

- Detail anatomis yang sangat baik terutama pada jaringan lunak,

- Dapat memperlihatkan pembuluh darah tanpa kontras : Magnetic resonansi

angiography (MRA).

b. Kerugian menggunakan MRI

- Biaya operasional mahal,

- Citra yang kurang baik pada lapangan paru,

- MRI lebih sulit ditoleransi dengan waktu pemeriksaan yang lebih lama

dibandingkan CT scan,

- Kontra indikasi pada pasien yang mengunakan pacemaker, benda asing logam pada

mata dan penggunaan protesa logam.

Page 5: Radiologi & laboratorium a4

Pemeriksaan Radiologi & Laboratorium untuk Fisioterapi by Ishak, S.Ft.,Physio

5

D. USG (Ultrasonografi)

Pemeriksaan menggunakan gelombang suara/ultrasound untuk mendeteksi

kelainan – kelainan di organ perut (hati, kandung empedu, limpa, ginjal, dll), payudara,

kandungan, kehamilan, pembuluh darah, dll. Khususnya pada kehamilan, USG 3D/4D

dapat melihat rupa janin seperti sebuah foto dan dapat melihat gerakan bayi yang dapat

direkam dalam CD. Untuk payudara, USG biasanya dipakai untuk skrinning

benjolan/keluhan pada wanita – wanita usia < 35 tahun atau sebagai pemeriksaan

pelengkap dan atau lanjutan setelah dilakukan mammografi pada wanita usia > 35

tahun.

Contoh Foto USG pada ginjal (tanda panah : batu ginjal)

Page 6: Radiologi & laboratorium a4

Pemeriksaan Radiologi & Laboratorium untuk Fisioterapi by Ishak, S.Ft.,Physio

6

Terminology yang sering digunakan pada ultrasonografi antara lain:

Isoechoic atau normoechoic, misalnya untuk hepar, lien, atau ginjal yang normal.

Hypoechoic atau echopoor atau echoluscent, misalnya abses hepar dan tumor uterus.

Hyperechoic atau echorich atau echodens, misalnya batu ginjal dan adanya kalsifikasi

di suatu jaringan.

Unechoic atau echofree (hitam), misalnya urine, ascites dan darah.

Pemeriksaan ultrasonografi biasanya ditujukan untuk kepala bayi, tiroid, mammae,

jantung, organ abdomen, kebidanan dan kandungan serta pada tulang.

E. Media Kontras

Media kontras merupakan zat yang membantu visualisasi beberapa struktur

selama melakukan beberapa teknik pemeriksaan radiodiagnostik, bekerja berdasarkan

prinsip penyerapan sinar X, sehingga mencegah pengiriman sinar tersebut pada pasien.

Zat kontras yang paling sering digunakan adalah barium sulfat yang dapat

memperlihatkan bentuk saluran pencernaan dan sediaan iodine organic yang banyak

digunakan secara intravena pada CT untuk memperjelas gambaran vaskuler dan

berbagai organ. Agen-agen kontras juga dapat digunakan pada lokasi tertentu, misalnya:

Arteriografi pada sistem arterial

Venografi pada sistem vena

Mielografi pada teka spinalis

Kolangiografi pada sistem bilier

Artrografi pada persendian

Histerosalpingografi pada uterus dan

Sialografi pada kelenjar saliva.

Contoh foto yang menggunakan media kontras pada

foto BNO setelah 10 menit.

Contoh dibawah adalah pemakaian kontras pada foto CT scan (atas) dan foto MRI

(bawah) pada pasien yang menderita tumor pada otak gambar (-) adalah gambar non

kontras sedangkan gambar (+) adalah gambar dengan kontras. Gambar tanda panah

Page 7: Radiologi & laboratorium a4

Pemeriksaan Radiologi & Laboratorium untuk Fisioterapi by Ishak, S.Ft.,Physio

7

kuning memperlihatkan gambar pembuluh darah bagian luar tumor sedangkan tanda

panah merah adalah pembuluh darah yang normal.

Pemakaian media kontras seringkali digunakan untuk melihat adanya tumor

diotak dengan menggunakan CT-scan ataupun MRI dan hasil foto dengan media kontras

ini bisa digunakan untuk memprediksi apakah tumornya jinak atau ganas dengan

melihat banyak tidaknya pembuluh darah disekitar tumor, walaupun untuk

memastikannya dilakukan dengan biopsi dan pemeriksaan PA/Patologi Anatomi. Saluran

pencernaan ataupun saluran sistem eksresi seperti pada foto BNO diatas juga sering

menggunakan media kontras.

--ooo0ooo--

Page 8: Radiologi & laboratorium a4

Pemeriksaan Radiologi & Laboratorium untuk Fisioterapi by Ishak, S.Ft.,Physio

8

BAB 3

ANATOMI DASAR DENGAN GAMBAR RADIOLOGI

odal dasar yang harus dimiliki oleh seorang fisioterapis dalam memahami

hasil foto x-ray adalah mengenal dan mengetahui anatomi dan gambaran

radiologi secara normal sehingga nantinya bisa menilai gambar apabila

tidak sama atau tidak sesuai gambar anatomi normalnya.

Secara sederhana dapat dikatakan bahwa pengaruh sinar x (x-ray) pada film adalah

dengan menghitamkan film, apabila ada yang menghalangi maka warna hitamnya

kemudian akan berkurang berubah kearah warna putih dan semakin kuat penghalangnya

maka gambar atau bayangan yang dihasilkannya juga akan semakin putih, misalnya tulang

akan menghasilkan gambar x-ray yang putih tetapi akan lebih putih jika misalnya ada

logam didalam tubuh misalnya pada pasien yang mengalami fraktur dan dipasangi fiksasi

internal atau pada pasien yang memakai protesa misalnya pada fraktur collum femoris yang

menggunakan austin moore prothesa (lihat terminologi yang sering digunakan).

Beberapa gambar anatomi dengan x-ray yang akan dibahas dibawah ini hanya yang

berhubungan secara langsung dengan pekerjaan Fisioterapis. Adapun gambar anatomi dan

penjelasan yang tidak berhubungan secara langsung dengan pekerjaan sebagai Fisioterapis

dimaksudkan untuk tambahan informasi.

A. Thorax

Organ yang ada dalam thorax adalah paru-paru dan jantung berikut adalah

gambaran anatomi dengan foto x-ray foto thorax, foto thorax yang rutin adalah foto

PA (posterior anterior).

M

Page 9: Radiologi & laboratorium a4

Pemeriksaan Radiologi & Laboratorium untuk Fisioterapi by Ishak, S.Ft.,Physio

9

Keterangan gambar:

1. Clavicula 6. trakea

2. Aorta 7. Costa (tulang iga ke 4)

3. Jantung 8. Bronchovasculer

4. Diafragma kiri 9. Paru-paru

5. Gas dalam lambung 10.Diafragma kanan

11. Sudut costofrenikus

Hal yang harus diperhatikan pada setiap foto thorax maupun foto ekstremitas

adalah:

1. Alignment yaitu, susunan tulang atau keteraturan tulang serta persendian yang

ada dalam foto.

2. Bone yaitu, perhatikan pada tulang yang ada dalam foto apakah ada fraktur atau

ada bayangan yang mencurigakan misalnya bayangan yang berwarna hitam atau

lebih putih dari tulang.

3. Soft tissue atau jaringan lunak yang ada dalam foto, perhatikan apakah ada

massa atau tumor.

Dalam menangani pasien yang mengalami gangguan pernapasan misalnya

pasien yanng sesak napas maupun juga pasien yang batuk Fisioterapis harus berhati-

hati dalam mengobatinya ada dua hal yang harus jadi perhatian khusus yaitu adanya

infeksi misalnya tuberculosis ataupun adanya tumor. Pada pasien yang dicurigai

menderita TB (tuberculosa) harus dikonfirmasi dengan hasil pemeriksaan apakah

dengan pemeriksaan darah ataupun pemeriksaan dahak (sputum), khusus untuk

pemilihan alat pada kondisi jantung perhatikan foto jangan sampai pasien memakai

pacemaker implant (alat yang ditanam di thorax bagian atas sebelah kiri). Pada

pasien seperti ini tentunya kontra indikasi dengan penggunaan alat dari jenis electro

therapy (lihat gambar dibawah) pada bagian dada dan punggung serta Short Wave

Diathermy (HFC 27 MHz).

Gambar pacemaker implant pada pasien penyakit jantung yang mengalami AV blok.

Page 10: Radiologi & laboratorium a4

Pemeriksaan Radiologi & Laboratorium untuk Fisioterapi by Ishak, S.Ft.,Physio

10

Hal lain yang harus diperhatikan pada foto thorax adalah:

1. Perhatikan sudut costofrenikus, normalnya lancip apabila tumpul berarti ada

kemungkinan terjadinya efusi pleura. Pada pasien wanita terdapat bayangan

payudara pada diafragma.

2. Perhatikan broncovasculer, apabila corakan berlebih ada kemungkinan bronchitis.

3. Perhatikan apakah ada gambaran spesifik misalnya KP/TB ataupun tumor.

4. Diafragma kanan biasanya lebih tinggi karena adanya liver.

5. Perhatikan apakah ada pembesaran jantung atau cardiomegali, atau pembesaran

jantung.

B. EKSTREMITAS

1. Ekstremitas Atas:

a. Shoulder joint X ray AP dan L:

Keterangan gambar:

1, Clavicula. 2, Acromion. 3, tuberculum mayus. 4, tuberculum minus. 5, collum

Humerus. 6, Humerus. 7, Processus Coracoideus. 8, Axillary border of scapula. 9,

Rib/costa.

Page 11: Radiologi & laboratorium a4

Pemeriksaan Radiologi & Laboratorium untuk Fisioterapi by Ishak, S.Ft.,Physio

11

Keterangan gambar:

1,Processus Coracoideus. 2. Clavicula

3, Acromion. 4. Caput humeri

5. Humerus 6. Pinggir lateral dari scapula

b. Elbow joint AP dan L

Page 12: Radiologi & laboratorium a4

Pemeriksaan Radiologi & Laboratorium untuk Fisioterapi by Ishak, S.Ft.,Physio

12

Keterangan gambar:

1, Humerus. 6, Radius

2, epicondylus medial. 7,Caput Radial

3, epicondylus Lateral. 8, Ulna

4, fossa Olecranon. 9, processus Olecranon

5, capitellum. 10, process Coronoid

11, Anterior fat pad.

c. Wrist Joint AP

1, Processus styloideus ulna.

2, Lunatum.

3, Radius.

4, Navicular.

5, Trapezium (multangulum mayus).

6, Metacarpal pertama (Ibu jari).

7, Trapezoid (multangulum minus).

8, Capitatum.

9, Hamatum.

10, Triquetrum.

11, Pisiform. .

Page 13: Radiologi & laboratorium a4

Pemeriksaan Radiologi & Laboratorium untuk Fisioterapi by Ishak, S.Ft.,Physio

13

2. Ekstremitas Bawah

a. Pelvic dan Hip joint AP:

Keterangan gambar:

1 Ramus Superior dari Pubis Dextra

2 Symphysis Pubis

3 Ramus Inferior dari Pubis sinistra

4 foramen obturatorium

5 Trochanter minor

6 Trochanter mayor

7 Iliaca wing/sayap

8 Crista iliaca

9 Pedikel Vertebra Lumbar Spine

10 Sacro-iliaca joint dextra

11 Caput femur dextra/kanan

12 Fossa acetabulum

13 aput femur sinistra/kiri

b. Knee joint AP dan L

Knee joint atau sendi lutut dibentuk oleh 4 buah tulang yaitu femur, tibia,

fibula dan patella oleh karena banyaknya tulang yang membentuk sendi maka

sendi lutut dikategarikan sebagai sendi yang besar, sendi lutut juga merupakan

Page 14: Radiologi & laboratorium a4

Pemeriksaan Radiologi & Laboratorium untuk Fisioterapi by Ishak, S.Ft.,Physio

14

sendi yang paling banyak menerima beban tubuh sehingga paling sering

mengalami osteo arthritis.

Knee joint dapat dikatakan sebagai sendi yang paling lengkap struktur

yang membangunnya, pada sendi lutut terdapat banyak bursa, serta meniscus

yang berfungsi sebagai shock absorber dan juga terdapat dua ligamen besar yaitu

ligamen crusiatum anterior dan crusiatum posterior. Pada seorang atlet misalnya

sepak bola cedera pada meniscus dan ligamen crusiatum adalah merupakan

malapetaka besar bagi perkembangan karirnya dalam bermain bola.

Cedera pada meniscus dan ligamen hanya bisa dideteksi dengan

menggunakan MRI (Magnetic Resonansi Imaging).

Page 15: Radiologi & laboratorium a4

Pemeriksaan Radiologi & Laboratorium untuk Fisioterapi by Ishak, S.Ft.,Physio

15

Keterangan gambar:

1. Condilus lateral femur.

2. Femur.

3. Patella.

4. Condilus Medial femur.

5. Tuberculum Medial intercondylar of tibia.

6. Tibia.

7. Fibula.

Page 16: Radiologi & laboratorium a4

Pemeriksaan Radiologi & Laboratorium untuk Fisioterapi by Ishak, S.Ft.,Physio

16

c. Ankle joint AP/L

Keterangan gambar:

1, Tibia. 1. cuneiform

2, Malleolus medial. 2. navicular

3, Fibula. 3. Talus

4, Malleolus Lateral. 4. Tibia

5, Talus. 5. Fibula

6, Metatarsal Pertama. 6. Calcaneus 7. cuboid

C. COLUMNA VERTEBRA

1. CERVICAL

a. Cervical AP

Keterangan gambar:

1, Clavicula. 2, costa/rib pertama.

3, Trachea. 4, Processus Spinosus Vert.

C7. 5, corpus Vertebra C5. 6, processus

Uncinatus.

Page 17: Radiologi & laboratorium a4

Pemeriksaan Radiologi & Laboratorium untuk Fisioterapi by Ishak, S.Ft.,Physio

17

b. CERVICAL Lateral :

Keterangan gambar:

1, Corpus Vertebral (TH1). 2, Processus Spinosus C7. 3, Lamina. 4, Processus articular inferior. 5,

Processus articular superior. 6, Processus Spinosus C2. 7, Processus Odontoid. 8, Permukaan

anterior C1 (Atlas). 9, Trachea.

2. THORACAL

a. Thoracal AP

Page 18: Radiologi & laboratorium a4

Pemeriksaan Radiologi & Laboratorium untuk Fisioterapi by Ishak, S.Ft.,Physio

18

Keterangan gambar:

1, Ventrikel kiri jantung. 1. Gas dalam colon

2, Gas dalam lambung. 2. Gas dalam lambung

3, hemidiaphragma kanan. 3. Hemidiafragma kiri

4, Costa/rib Posterior . 4. Costa/rib posterior

5, Clavicula. 5. Pedikel, 6. Proc. Spinosus

7.Processus transpersus

b. Thoracal Lateral

Keterangan gambar:

1,Costa/rib Posterior.

2, Corpus Vertebra.

3, Discus Intervertebral.

Page 19: Radiologi & laboratorium a4

Pemeriksaan Radiologi & Laboratorium untuk Fisioterapi by Ishak, S.Ft.,Physio

19

3. LUMBOSACRUM AP dan Lateral:

Keterangan gambar:

1, Costa/rib (tlng iga). 1, Sacrum.

2,Processus Transversus. 2, Spinous Process.

3, Pedikel. 3, Vertebral body.

4, Processus Spinosus. 4, Discus Intervertebral.

5, Sacrum. 5, foramina Intervertebral.

6, Sacroiliac joint. 6, Pedicle.

7, Articulation facet Inferior.

8, Articulation Facet Superior.

9, Rib .

D. OTAK/BRAIN

Gambaran radiologi otak dibawah ini adalah dengan menggunakan MRI, pada

foto MRI ataupun CT-scan beberapa potongan gambar secara umum diambil dengan 3

potongan yaitu sagital (membagi kepala kiri dan kanan), koronal (membagi kepala

depan dan belakang) serta axial (membagi kepala atas dan bawah).

Page 20: Radiologi & laboratorium a4

Pemeriksaan Radiologi & Laboratorium untuk Fisioterapi by Ishak, S.Ft.,Physio

20

1. Potongan otak dengan sagital:

Keterangan gambar dibawah ini gunakan untuk potongan otak dengan foto MRI pada

potongan sagital, koronal dan potongan axial.

Keterangan gambar:

1. Sinus Sagital superior 16. Corpus Callosum

3. Lobus Frontal 17. Arteri Serebri Media

4. Lobus Parietal 20. Foramen Monro

13. Ventrikel Lateral 22. Ventrikel ketiga

23. Sinus Frontal 52. Medulla

31. Aqueduct Serebri 55. Sinus Sigmoid

43. Arteri Basiler 63. Lidah

45. Cerebellum 67. Fornix

48. Pons 72. Thalamus

50. Sinus Sphenoid 73. A. Meningeal

Page 21: Radiologi & laboratorium a4

Pemeriksaan Radiologi & Laboratorium untuk Fisioterapi by Ishak, S.Ft.,Physio

21

2. Potongan otak dengan Koronal

3. Potongan otak dengan Axial

-oo0oo-

Page 22: Radiologi & laboratorium a4

Pemeriksaan Radiologi & Laboratorium untuk Fisioterapi by Ishak, S.Ft.,Physio

22

BAB 4

GAMBARAN RADIOLOGI KONDISI FISOTERAPI

ambaran radiologi yang akan dibahas dibawah ini adalah merupakan gangguan

atau kondisi yang berhubungan dengan Fisioterapi dalam menjalankan

profesinya. Kondisi yang akan dibahas adalah kondisi yang dipilih karena sering

didapatkan dilapangan ataupun tempat kerja.

A. THORAX:

1. Tuberculosis/TB

Tuberculosis adalah merupakan salah satu penyakit infeksi, penyakit

disebabkan oleh mycobacterium tuberculosa menyerang terutama pada paru-paru

dan tulang vertebra, penyakit ini termasuk gampang menular sehingga Fisioterapis

harus berhati-hati dalam menangani pasien yang menderita TB. Hampir semua alat

fisioterapi dari golongan electrotherapy dan juga actino therapy serta Diathermy

kontra indikasi pada pasien yang mengalami TB, hal ini disebabkan oleh mekanisme

kerja alat yang meningkatkan sirkulasi darah dan metabolisme.

Pemeriksaan TB tidak cukup hanya dengan pemeriksaan Radiologi tetapi juga

harus dan lebih utama pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan laboratorium yang

paling sering digunakan adalah pemeriksaan sputum untuk melacak keberadaan

bakteri mycobacterium tuberculosa.

Gambar radiologi diatas hanya merupakan salah satu gambaran penderita TB.

G

Page 23: Radiologi & laboratorium a4

Pemeriksaan Radiologi & Laboratorium untuk Fisioterapi by Ishak, S.Ft.,Physio

23

Gejala utama TB:

Batuk terus menerus dan berdahak selama 2 minggu atau lebih.

Gejala lainnya:

Batuk bercampur darah,

Sesak nafas dan nyeri dada,

Badan Lemah,

Nafsu makan berkurang,

Berat badan turun,

Rasa kurang enak badan (lemas)

Demam meriang berkepanjangan

Berkeringat di malam hari walaupun tidak melakukan kegiatan.

2. BRONCHITIS

Bronchitis adalah merupakan peradangan atau inflamasi pada bronchus

paru.

Gambaran radiologi pada penderita Bronchitis, perhatikan lingkaran!.

3. CARDIOMEGALY

Cardiomegaly adalah suatu kondisi dimana jantung mengalami pembesaran,

keadaan ini sering terjadi pasien yang mengalami gagal jantung (heart failure). Cara

Page 24: Radiologi & laboratorium a4

Pemeriksaan Radiologi & Laboratorium untuk Fisioterapi by Ishak, S.Ft.,Physio

24

mengukur pembesaran jantung adalah dengan mengukur lebarnya jantung juga lebar

thorax keseluruhan, hasil lebar jantung kemudian dibagi dengan lebar thorax

normalnya adalah 0,5 cm, apabila lebih dari 0,5 cm berarti ada pembesaran pada

jantung kecuali pasien di foto dengan posisi berbaring dapat ditoleransi 0,58 cm.

Perhatikan gambar dan cara mengukur cardiomegali sebagai berikut.

Buat garis lurus pada garis tengah tubuh kemudian cari bagian jantung yang lebar pada

sisi kanan (A) dan juga bagian jantung sebelah kira (B), kemudian cari thorax yang lebar

(C) kemudian ukur.

Hasil Ukur A + B dibagi dengan C

Contoh: 19,2 cm / 30 cm = 0,64 cm

Dalam menangani pasien yang mengalami cardiomegaly Fisioterapi harus

berhati-hati dalam memberikan suatu jenis latihan dengan memperhatikan Freqwensi,

Intensitas, Technique dan Time (waktu), serta memperhatikan riwayat perjalanan

penyakit pasien.

B. EKSTREMITAS

Pada foto ekstremitas atau foto musculoscletal ada beberapa hal yang harus

menjadi fokus seorang Fisioterapis dalam melihat atau menilai foto x-ray atau CT-scan

yaitu: adanya fraktur, dislokasi, tumor, osteoporosis dan kondisi persendian apakah ada

penyempitan celah persendian, adanya kalsifikasi atau osteofit.

Penjelasan mengenai foto musculoscletal dibawah ini akan lebih difokuskan pada

kondisi persendian pada lutut, hip dan columna vertebra, mengingat kedua kondisi ini

Page 25: Radiologi & laboratorium a4

Pemeriksaan Radiologi & Laboratorium untuk Fisioterapi by Ishak, S.Ft.,Physio

25

sangat banyak dijumpai ditempat kerja seorang Fisioterapis. Mengenai foto x-ray

ataupun ct-scan pada kondisi fraktur atau dislokasi cukup dengan mempelajari dan

mengamati dengan seksama foto x-ray yang normal.

1. OSTEO ARTHRITIS

Kelompok penyakit yang mempunyai etiologi berbeda namun dengan

keluaran biologik, morfologik dan klinis serupa. Proses penyakit mengenai tulang

rawan sendi, tulang subkondral, ligament, kapsul, membrane sinovium, otot

periartikuler, akhirnya tulang rawan sendi mengalami degenerasi dengan fibrilasi,

fisura, ulserasi dan seluruh ketebalan permukaan sendi hilang.

Pada gambar diatas ada dua hal yang tampak pada gambar radiologi yaitu terjadinya

penyempitan celah sendi dan timbulnya osteofit (terbentuknya tulang baru/pengapuran) pada

aspek medial knee joint.

Knee joint atau sendi lutut merupakan sendi yang paling sering mengalami

OA terutama usia diatas 40 tahun keatas. Selain karena faktor usia OA juga dapat

dipicu oleh cedera, kegemukan penyakit serta keturunan.

Page 26: Radiologi & laboratorium a4

Pemeriksaan Radiologi & Laboratorium untuk Fisioterapi by Ishak, S.Ft.,Physio

26

Pembagian kategori/derajat OA:

Berat OA Tanda Radiografik

Grade 0 Tidak ada Tak ada tanda OA

Grade I Ragu Osteofit kecil, makna diragukan

Grade II Minimal Osteofit jelas, celah sendi tak rusak

Grade III Sedang Celah sendi berkurang

Grade IV Berat Celah sendi rusak / sempit, sclerosis tulang sub

kondral

DIAGNOSIS :

OA LUTUT

Klinik :

1. Nyeri sendi hampir sepanjang bulan sebelumnya

2. Krepitasi (bunyi pada persendian) pada gerak aktif sendi

3. Kaku pagi lama 30 menit

4. Usia 38 tahun

5. Pembesaran tulang lutut (pada pemeriksaan)

OA ada, apabila ditemukan no. 1, 2, 3, dan 4 atau no. 1, 2, dan 5 atau no. 1 dan 5,

Sensivitas 89%, Spesifisitas 88%

Klinik, Laboratorik dan Radiografi :

1. Nyeri lutut hampir sepanjang bulan sebelumnya

2. Osteofit pada tepi sendi

3. Analisis cairan sendi khas OA

4. Usia 40 tahun

5. Kaku pagi lama : 5 = 30 menit

6. Krepitus pada gerak aktif sendi

OA ada, apabila ditemukan no. 1 dan 2 atau no. 1,3,5, dan 6 atau no. 1,4,5, dan 6,

Sensivitas 94%, Spesifisitas 88%

OA TANGAN

Klinik :

1. Nyeri tangan, sakit atau kaku hampir sepanjang bulan sebelumnya.

Page 27: Radiologi & laboratorium a4

Pemeriksaan Radiologi & Laboratorium untuk Fisioterapi by Ishak, S.Ft.,Physio

27

2. Pembesaran jaringan keras dari 2 atau 10 sendi tangan terpilih

3. Kurang dari 3 sendi MCP bengkak

4. Pembesaran jaringan keras 2 atau lebih sendi DIP

5. Deformitas 2 atau lebih dari 10 sendi tangan terpilih

OA ada, apabila ditemukan no. 1, 2, 3, dan 4 atau no. 1, 2, 3, dan 5 Sensivitas

92%, Spesifitas 98%

OA PANGGUL

Klinik :

1. Nyeri panggul hampir sepanjang bulan sebelumnya

2. Osteofit femoral dan atau asetabular pada radiografi

3. Laju Endap Darah 20 mm/jam

OA ada, apabila ditemukan no. 1 dan 2 atau no. 1, 2, dan 3 Sensitivitas 91%,

Spesifisitas 89%.

2. FRAKTUR DENGAN PROTESA

Fraktur atau patah tulang yang terjadi pada persendian terutama pada orang

tua diatas 60 tahun biasanya dipasangi protesa atau alat pengganti, misalnya pada

fraktur collum femoris yang dipasangi dengan austin moore protesa seperti gambar

dibawah ini.

Page 28: Radiologi & laboratorium a4

Pemeriksaan Radiologi & Laboratorium untuk Fisioterapi by Ishak, S.Ft.,Physio

28

Mengetahui mengenai terdapatnya protesa ataupun fiksasi internal pada

pasien yang pernah mengalami fraktur menjadi sesuatu yang sangat penting untuk

seorang Fisioterapis karena menjadi kontra indikasi bagi pemakaian alat fisioterapi

yang berupa SWD (short wave diathermy) maupun MWD (micro wave diathermy).

3. TRAUMA PADA JARINGAN LUNAK

Pemeriksaan radiologi pada trauma atau injury pada jaringan lunak atau soft

tissue pada ekstremitas hanya bisa dilihat dengan menggunakan CT scan atau MRI.

Dibawah ini adalah hasil gambar dengan MRI pada injury hamstring.

Keterangan gambar:

Tanda kepala panah: Edema pada long head biceps femoris,

Page 29: Radiologi & laboratorium a4

Pemeriksaan Radiologi & Laboratorium untuk Fisioterapi by Ishak, S.Ft.,Physio

29

Tanda panah panjang: Cairan antara otot dan tendon intramuscular,

Tanda asterik: Signal normal pada short head biceps femoris.

C. COLUMNA VERTEBRALIS

1. HNP (HERNIA NUKLEUS PULPOSUS)

Hernia Nukleus Pulposus ataupun Prolapsus Intervertebral Disc (PID)

maupun sering juga disebut dengan (Disc Bulging) adalah suatu kondisi dimana

terjadi gangguan pada diskus intervertebral dengan jebolnya nukleus pulposus

keluar. Seperti diketahui bahwa pada setiap korpus vertebra dengan vertebra lainnya

diantarai diskus intervertebral yang terdiri atas dua bagian yaitu bagian luar adalah

annulus fibrosus dan bagian dalamnya adalah nukleus pulposus. Nukleus pulposus

bisa keluar dan menembus annulus fibrosus dan menekan saraf yang keluar dari

foramen intervertebral dan kondisi inilah yang dikenal dengan Hernia Nukleus

pulposus.

Page 30: Radiologi & laboratorium a4

Pemeriksaan Radiologi & Laboratorium untuk Fisioterapi by Ishak, S.Ft.,Physio

30

Gambar diatas adalah gambar MRI dengan Proton Density pada lumbal dengan

potongan axial. Perhatian utama pada gambar diatas adalah pada diskus

intervertebral dimana harusnya berwarna putih karena berupa cairan, pada

ketinggian antara L5 dan sacrum diskus berwarna hitam karena jebol keluar dan

menjadi kering. Gambar dengan tanda bintang (bintang 5) adalah thecal sac (cauda

equina) yang berisi banyak serabut saraf yang mengapung dalam Liquor

Cerebrospinal. Gambar dengan tanda panah adalah Ligamen Longitudional

Posterior dan gambar dengan tanda bintang 8 adalah Ligamentum Plavum.

2. SPONDYLOSIS

Dalam beberapa buku spondylosis sering kali diartikan sama dengan

spondiloarthrosis dan OA Vertebra, kondisi ini merujuk pada degenerasi dari discus

intervertebral dan korpus vertebra. Kondisi ini menyebabkan terjadinya penipisan

atau berkurangnya tinggi diskus serta terbentuknya osteofit atau taji pada korpus

vertebra.

Ketinggian diskus pada tiap tingkatan vertebra berbeda-beda:

Vertebra cervical tingginya 5 mm, Thoracal 7 mm dan lumbal 10 mm atau sama

dengan 1 cm.

Page 31: Radiologi & laboratorium a4

Pemeriksaan Radiologi & Laboratorium untuk Fisioterapi by Ishak, S.Ft.,Physio

31

3. SPONDYLOLISTHESIS

Spondylolisthesis adalah suatu kondisi dimana corpus vertebra bergeser

kedepan terhadap vertebra yang lainnya, apabila bergeser ke beakang dikenal

dengan nama retrolisthesis.

Untuk memudahkan dalam memahami dan menganalisa foto x-ray

spondylolistesis mengenai derajat atau grade berikut ini adalah gambar sketsa dari

lumbosacrum.Dalam menangani pasien dengan spondylolisthesis harus hati-hati

dalam memberikan exercise therapy dan kontra indikasi dengan manipulasi vertebra.

Sehingga pemahaman mengenai kondisi ini sangat penting bagi seorang Fisioterapis.

Page 32: Radiologi & laboratorium a4

Pemeriksaan Radiologi & Laboratorium untuk Fisioterapi by Ishak, S.Ft.,Physio

32

4. SCOLIOSIS

Scoliosis adalah merupakan suatu kondisi dimana terjadi pembengkokan pada

tulang vertebra berbentuk huruf C atau huruf C terbalik maupun huruf S, scoliosis

paling sering terjadi pada vertebra thoracal dan lumbal.

• Sinar X ditujukan untuk membuat konfirmasi diagnosis skoliosis

dan memeriksa besarnya kurva tulang belakang.

• Sinar X memberikan beberapa indikasi jika terjadi gangguan pada sistema skleleton.

Page 33: Radiologi & laboratorium a4

Pemeriksaan Radiologi & Laboratorium untuk Fisioterapi by Ishak, S.Ft.,Physio

33

• Terkadang dibutuhkan juga pemeriksaan MRI jika diperoleh pembengkokan pada

daerah tulang belakang thoracalis dan cervicalis dan timbulnya gejala neurological

yang menunjukkan terjadinya penekanan pada medulla spinalis atau anak masih

sangat muda ( 8 – 11 tahun).

Pengukuran kurvatura scoliosis atau derajat scoliosis sering diukur dengan

teknik cobb’s adapun cara pengukurannya adalah dengan menentukan vertebra

bagian atas yang mengalami pembengkokan dan bagian bawah yang mengalami

pembengkokan, untuk lebih jelasnya perhatikan gambar berikut!, sudut 430 adalah

sudut derajat pembengkokan scoliosis dikenal dengan istilah sudut cobb’s.

Pengukuran besarnya sudut cobb digunakan untuk menentukan tindakan

pengobatan yang akan dipilih, dalam beberapa buku dan beberapa website

mengenai scoliosis dijelaskan bahwa pemberian latihan/exercise plus bracing pada

thoraco lumbal hanya akan efektif jika sudut cobb kurang 450 dan diatas 45

0 bisa

dipertimbangkan untuk dilakukan operasi untuk memperbaiki pembengkokan

tulang belakang.

D. OTAK/ BRAIN

1. STROKE

Stroke menurut WHO, 1995 adalah suatu gangguan fungsional otak yang

terjadi secara mendadak dengan tanda dan gejala klinis baik fokal maupun global

yang berlangsung lebih dari 24 jam, atau dapat menimbulkan kematian, disebabkan

oleh gangguan peredaran darah otak. Stroke secara umum terdiri atas dua jenis yaitu:

Page 34: Radiologi & laboratorium a4

Pemeriksaan Radiologi & Laboratorium untuk Fisioterapi by Ishak, S.Ft.,Physio

34

a. Ischemik atau infark otak

85% kasus stroke

Paling banyak terjadi pada arteri cerebralis medialis

Faktor penyebab paling lazim: proses atherosclerosis, thrombosis dan emboli

yg terjadi pd pembuluh otak atau berasal dari luar otak (paling sering

cardiac emboli)

b. Haemorrhage atau perdarahan otak (15%)

Intracerebral haemorrhage 10%, dimana awal serangan sering fatal.

Subarachnoid haemorrhage 5%.

Faktor penyebab paling lazim: hipertensi atau aneurisma & arteriovenous

malformation (AVM)

Perdarahan menyebabkan brain shift & distortion; dapat juga menyebabkan

ischemik bila hematoma menekan arteri di otak.

Pada stroke iskemik gambaran radiologi dengan ct-scan akan menampakkan

gambar ct-scan pada area yang mengalami infark dengan warna yang lebih gelap

dari pada daerah sekitarnya seperti pada gambar dibawah ini:

Sedangkan pada stroke dengan haemoragik pada ct-scan akan

memperlihatkan gambar dengan warna putih pada area yang mengalami

perdarahan. Secara umum haemoragik stroke terdapat dua jenis yaitu perdarahan

intracranial dan perdarahan sub arachnoid. Perdarahan intracranial seperti pada

gambar berikut:

Page 35: Radiologi & laboratorium a4

Pemeriksaan Radiologi & Laboratorium untuk Fisioterapi by Ishak, S.Ft.,Physio

35

Sedangkan perdarahan yang terjadi pada sub arachnoid seperti gambar berikut:

darah yang berasal dari ruang sub arachnoid masuk kedalam otak lewat sulcus-

sulcus yang ada di otak dan mengisi sisterna (cistern).

Page 36: Radiologi & laboratorium a4

Pemeriksaan Radiologi & Laboratorium untuk Fisioterapi by Ishak, S.Ft.,Physio

36

Perdarahan juga dapat terjadi karena AVM (arterousvenous malformation) yang

merupakan suatu kelainan pada arteri dan vena diotak.

Penyebab yang juga sering menyebabkan haemoragik adalah terjadinya

aneurisma pada pembuluh darah diotak yaitu suatu kondisi dimana pembuluh

darah terjadi “balloning” (pembuluh darah menyerupai balon). Seperti

diperlihatkan pada gambar dibawah, gambar ini diambil dengan MRA (Magnetik

Resonansi Angiography) suatu program MRI yang khusus untuk melihat kelainan

pada pembuluh darah.

Page 37: Radiologi & laboratorium a4

Pemeriksaan Radiologi & Laboratorium untuk Fisioterapi by Ishak, S.Ft.,Physio

37

Gambar diatas adalah gambar pada pembuluh darah bagian dasar otak yang

dikenal dengan “sirkulus willis”.

Perbedaan hasil foto ct-scan dengan MRI pada pasien stroke diperlihatkan pada

gambar dibawah ini:

Pada gambar diatas foto ct-scan dan MRI diambil pada pasien yang sama

gambar ct-scan terlihat abnormalitas sangat tipis atau kurang nampak (lingkaran)

sedangkan pada foto MRI abnormalitas yang terlihat sangat jelas (asterik).

2. HYDROCEPHALUS

Hydrocephalus atau terdapatnya cairan yang berlebihan didalam otak terjadi

karena adanya gangguan peredaran dari LCS (Liquor Cerebro Spinal). dimana LCS

diproduksi di ventrikel (ruang didalam otak) lalu dialirkan ke Medulla spinalis

ditulang belakang dan juga seluruh otak, kemudian diserap ke pembuluh darah vena

dan kembali ke jantung.

Hydrocephalus jika terjadi pada bayi maka akan meyebabkan kepalanya

membesar akibat dari tulang tengkorak yang belum kuat tetapi apabila terjadi pada

orang dewasa, kepalanya tidak lagi akan membesar akan tetapi menyebabkan

kesadarannya terganggu sampai koma.

Terdapat dua jenis Hydrocephalus:

1. Hidrosefalus internus/ hidrosefalus oklusif/ hidrosefalus non komunikans,

keadaan ini dapat terjadi oleh karena penyumbatan di salah satu bagian

susunan ventrikel. Misalnya suatu oklusi foramen interventriculare pada

satu sisi dapat menimbulkan pelebaran lumen ventrikel lateral pada sisi

yang sama dengan akibat penekanan pada jaringan otak setempat.

Page 38: Radiologi & laboratorium a4

Pemeriksaan Radiologi & Laboratorium untuk Fisioterapi by Ishak, S.Ft.,Physio

38

2. Hidrosefalus externus/ hidrosefalus malresorptif/ hidro-sefalus komunikans,

keadaan ini dapat terjadi oleh hambatan aliran LCS didalam cavitas

subarachnoidalis, yang dapat disebabkan misalnya oleh karena peradangan

pada selaput otak (meningitis).

3. TRAUMA PADA MENINGES

Meninges atau selaput otak terdiri atas 3 lapisan yaitu dari luar kedalam

duramater, arachnoid dan piamater . Diantara menings terdapat ruang yaitu: yang

berada diantara tengkorak kepala dan duramater disebut dengan epidural, ruang

antara duramater dan arachnoid disebut subdural, dan ruang antara arachnoid dan

piamater disebut sub arachnoid. Ruang-ruang tersebut dapat mengalami perdarahan

akibat kecelakaan lalu lintas ataupun trauma langsung.

a. Perdarahan epidural

Page 39: Radiologi & laboratorium a4

Pemeriksaan Radiologi & Laboratorium untuk Fisioterapi by Ishak, S.Ft.,Physio

39

b. Perdarahan sub dural

c. Perdarahan sub arachnoid

Untuk membedakan gambar diatas apakah yang mengalami perdarahan

adalah epidural, sub dural atau sub arachnoid maka harus diperhatikan model

perdarahannya (warna putih) apabila gambar putih didalam otak cembung maka

perdarahan tersebut terjadi pada epidural, dan apabila gambar perdarahannya

cembung dan juga ada yang konkaf maka perdarahan yang terjadi adalah pada sub

dural, sedangkan perdarahan yang terjadi pada sub arachnoid ditandai dengan darah

yang masuk kedalam sulcus diotak terjadi perubahan warna menjadi putih.

-oo0oo-

Page 40: Radiologi & laboratorium a4

Pemeriksaan Radiologi & Laboratorium untuk Fisioterapi by Ishak, S.Ft.,Physio

40

BAB 5

PEMERIKSAAN LABORATORIUM

engetahuan mengenai pemeriksaan laboratorium bagi seorang Fisioterapis

dimaksudkan untuk lebih memahami mengenai penyakit yang ditangani serta

untuk menghindari hal-hal yang bisa merugikan bahkan membahayakan pasien.

Penjelasan mengenai pemeriksaan laboratorium dibawah ini akan lebih difokuskan

pada pemeriksaan yang berhubungan dengan penyakit infeksi, tumor, cardiovaskuler,

musculoskeletal, neuro-muscular serta penyakit endokrin.

A. PEMERIKSAAN INFEKSI

1. Leukosit.

Pemeriksaan yang paling sering dilakukan untuk mengetahui apakah ada

infeksi atau radang adalah pemeriksaan leukosit. Leukosit adalah sel darah putih

yang diproduksi oleh jaringan hemopoetik untuk jenis bergranula

(polimorfonuklear) dan jaringan limfatik untuk jenis tak bergranula (mononuklear),

berfungsi dalam sistem pertahanan tubuh terhadap infeksi.

Nilai normal:

Dewasa : 4000-10.000/mm3

Bayi / anak : 9.000-12.000/mm3

Bayi baru lahir : 9.000-30.000/mm3

Peningkatan jumlah leukosit (lekositosis)

Menunjukkan adanya proses infeksi atau radang akut, misalnya pneumonia,

meningitis, apendiksitis, tuberkulosis, tonsilitis, dll. Dapat juga terjadi pada miokard

infark, sirosis hepatis, luka bakar, kanker, leukemia, penyakit kolagen, anemia

hemolitik, anemia sel sabit, penyakit parasit, dan stress karena pembedahan maupun

gangguan emosi. Peningkatan lekosit juga dapat disebabkan karena obat-obatan,

misalnya: aspirin, prokainamid, alopurinol, kalium yodida, sulfonamida, heparin,

digitalis, epinefrin, litium dan antibiotika terutama ampicillin, eritromisin,

kanamisin, tetracycline, vankomisin, dan streptomicyn.

Peningkatan jumlah leukosit (lekopeni)

Dapat terjadi pada penderita infeksi tertentu, terutama virus, malaria, alkoholik,

reumatoid arthritis, dan penyakit hemopoetik, (anemia aplastik, anemia pernisiosa).

Lekopenia dapat juga disebabkan penggunaan obat terutama asetaminofen,

P

Page 41: Radiologi & laboratorium a4

Pemeriksaan Radiologi & Laboratorium untuk Fisioterapi by Ishak, S.Ft.,Physio

41

sulfonamide, profiltioraciyl (PTU), barbiturate, kemoterapi kanker, diazepam,

diuretika, antidiabetika oral, indometasin, metildopa, fenotiazin, dan antibiotika

(penicillin, cefalosporin, dan kloramfenikol).

2. LED (Laju Endap Darah)

LED dapat dipakai sebagai sarana pemantauan keberhasilan terapi,

perjalanan penyakit terutama penyakit kronis misal: arthritis reumatoid, TBC.

Peninggian LED biasanya terjadi biasanya terjadi akibat peningkatan kadar globulin

dan fibrinogen karena infeksi akut lokal maupun sistemis aatau trauma atau trauma,

kehamilan, infeksi kronis dan infeksi terselubung yang berubah menjadi akut.

Penurunan LED dapat terjadi pada gagal jantung kongesti, anemia sel sabit,

infeksi mononukleus, defisiensi faktor V pembekuan, arthritis degeneratif, dan

angina pektoris. Dapat juga karena penggunaan obat etambutol, quinine, aspirin

dan kortison.

Peningkatan LED terjadi pada arthritis reumatoid, infark miokard akut,

kanker (lambung, colon, payudara hepar dan ginjal), penyakit Hodkin’s, mieloma

multiple, limfosarkoma, infeksi bakteri, gout, eritrobalstosis foetalis, kehamilan

timester II dan III, operasi dan luka bakar.

Nilai LED normal:

Pada pria : 0-8 mm/jam

Pada wanita : 0-15 mm/jam (westergren atau wintrobe).

3. HbsAg (Hepatitis B surface Antigen)

Adalah material permukaan/kulit virus hepatitis B berisi protein yang dibuat

oleh sitoplasma sel hati yang terkena infeksi dan beredar dalam darah sebelum dan

selama infeksi akut, karier dan hepatitis kronik. HbsAg tidak infeksius tetapi justru

merangsang tubuh untuk membentuk antibodi.

Apabila ditemukan + (positif) pada darah berarti pasien mengidap HVB

(Hepatitis virus B). HbsAg muncul/menjadi positif setelah 6 minggu dari infeksi dan

menghilang dalam 3 bulan. Apabila HbsAg tetap ada lebih dari 6 bulan berarti

menjadi kronis atau karier.

Page 42: Radiologi & laboratorium a4

Pemeriksaan Radiologi & Laboratorium untuk Fisioterapi by Ishak, S.Ft.,Physio

42

4. Tes TBC

Tes yang dapat dilakukan untuk identifikasi TBC, antara lain adalah:

a. Pulasan Ziehl Nielson:

Sedian apus dari pus/sputum/cairan pleura, dengan pewarnaan Ziehl Neelson

bersifat tahan asam. Pemeriksaan ini sering dilakukan di Puskesmas untuk

pemberantasan TB.

b. Dapat juga denngan biakan media Lowenstein Jensen

c. Pemeriksaan serologis dengan mendeteksi antibodi terutama IgG dan IgM

terhadap TBC.

B. PEMERIKSAAN TUMOR

1. Pemeriksaan CEA (Carsinoma Embrionik Antigen)

Pemeriksaan ini sering kali digunakan untuk skrining untuk petanda tumor,

walaupun tes ini sebenarnya dikhususkan untuk karsinoma kolon dan pankreas. Oleh

karena itu untuk menegakkan karsinoma pada kolon dan pankreas sebaiknya

dilengkapi dengan pemeriksaan lain karena peningkatan CEA juga terjadi pada kanker

oesofagus, lambung, hepar, usus halus, rektum, paru-paru, mammae, serviks, prostat,

kandung kemih, testis, ginjal, dan leukemia. CEA juga meningkat pada penyakit

radang usus, perokok sigaret kronis, kolitis ulseratif, sirosis hati, pneumonia bakteri,

emfisema paru, pankreatitis akut, gagal ginjal akut, dan penyakit jantung iskemik.

Nilai normal:

Tidak merokok : <2,5 ng/ml

Perokok : <3,5 ng/ml

Pada inflamasi akut 10 ng/ml, neoplasma 12 ng/ml.

2. Pemeriksaan CA (Carsinoma Antigen)

Pemeriksaan dengan bahan darah untuk mengidentifikasi keberadaan antigen

Pemeriksaan ini digunakan sebagai panel

penanda tumor (tumor marker) pada organ tertentu.

Nilai normal : Negatif

Jenis antigen karsinoma :

CA 19-9 penanda tumor pada pancreas, kolorectal.

CA 15-3 penanda tumor untuk payudara,

CA 125 penanda tumor ovarium,

Page 43: Radiologi & laboratorium a4

Pemeriksaan Radiologi & Laboratorium untuk Fisioterapi by Ishak, S.Ft.,Physio

43

CA 72-74 penanda tumor pada ovarium dan lambung,

Penanda tumor lain:

AFV, PIVKA-II untuk tumor hati,

Tiroglobulin, kalsitonin untuk tumor tyroid,

Pap smear, SCC untuk tumor serviks,

PSA, free PSA untuk tumor prostat,

CEA, SCC, NSE untuk tumor paru-paru,

Anti EBV VCA IgA, Anti EBV EA IgA untuk tumor nasopharing.

C. PEMERIKSAAN CARDIOVASCULER

1. CK/CPK (Creatin Posfo Kinase)

Enzim berkonsentrasi tinggi dalam jantung dan otot rangka, konsentrasi rendah pada

jaringan otak, berupa senyawa nitrogen yang terfosforisasi dan menjadi katalisator

dalam transfer fosfat ke ADP (energi).

Kadarnya meningkat dalam serum 6 jam setelah infark dan mencapai puncak dalam

16-24 jam, dan kembali normal setelah 72 jam (3 hari).

Peningkatan CPK merupakan indikator penting adanya kerusakan miokardium.

Nilai Normal:

Dewasa pria : 5-35 Ug/ml atau 30-180 IU/L

Wanita : 5-25 Ug/ml atau 25-150 IU/L

Anak laki-laki : 0-70 IU/L

Anak wanita : 0-50 IU/L

Bayi baru lahir : 65-580 IU/L

2. CKMB (Creatinkinase label M dan B)

Jenis enzim yang terdapat banyak pada jaringan terutama otot, miocardium,

dan otak. Terdapat 3 jenis isoenzim kreatin kinase dan diberi label M (musculus)

dan B (brain), yaitu:

Isoenzim BB : banyak terdapat diotak

Isoenzim MM : banyak terdapat pada otot skeletal

Isoenzim MB : banyak terdapat pada miokardium bersama MM.

Nilai normal kurang dari 10 U/L

Nilai 10-13 U/L atau >5% total CK menunjukkan peningkatan aktifitas produksi

enzim.

Page 44: Radiologi & laboratorium a4

Pemeriksaan Radiologi & Laboratorium untuk Fisioterapi by Ishak, S.Ft.,Physio

44

Peningkatan kadar CPK dapat terjadi pada

Penderita Akut Miokard Infark, angina pektoris, penyakit otot rangka, cedera

cerebrovasculer, kanker otak.

3. SGOT (Serum Glutamik Oksaloasetik Transaminase)

Merupakan enzim transaminase sering juga disebut AST (Aspartat Amino

Transaminase). Enzim ini berada pada serum dan jarngan terutama hati dan jantung.

Pelepasan enzim yang tinggi ke dalam serum menunjukkan adanya kerusakan

terutama pada jaringan jantung dan hati.

Pada penderita infark jantung, SGOT akan meningkat setelah 12 jam dan

mencapai puncak setelah 24-36 jam kemudian, dan akan kembali normal pada hari

ke sampai hari ke lima.

Nilai normal:

Laki-laki : sampai dengan 37 U/L

Wanita : sampai 31 U/L

4. SGPT (Serum Glutamik Pyruvik Transaminase)

Merupakan enzim transaminase yang dalam keadaan normal berada dalam jaringan

tubuh terutama hati. Sering disebut juga ALT (Alanin Aminotransferase).

Peningkatan dalam serum darah mengindikasikan adanya trauma atau kerusakan

pada hati.

Nilai normal :

Laki-laki s/d 42 U/L

Wanita s/d 32 U/L

5. PEMERIKSAAN LEMAK DARAH

Pemeriksaan lemak darah yang akan dibahas dibawah ini adalah pemeriksaan yang

sering dilakukan di Rumah Sakit maupun Puskesmas yaitu kolesterol, trigliserida,

LDL, HDL dan VLDL. Untuk memudahkan memahami pemeriksaan ini berikut akan

diberikan uraian singkat mengenai kolesterol, trigliserida, LDL, HDL dan VLDL.

Didalam darah kita ada tiga bentuk lemak dasar yaitu kolesterol, trigliserida dan

fosfolipid, oleh karena ketiganya adalah lemak maka ketiga lemak ini membutuhkan

pelarut supaya bisa beredar dan larut dalam darah, ketiganya kemudian bergabung

dengan salah satu jenis protein yaitu apoprotein sering disebut dengan apo saja.

Ketiga lemak ini kemudian bersama-sama dengan apoprotein membentuk

Page 45: Radiologi & laboratorium a4

Pemeriksaan Radiologi & Laboratorium untuk Fisioterapi by Ishak, S.Ft.,Physio

45

Lipoprotein (LP) (gabungan lipid/lemak dengan protein). Jadi lipoprotein adalah

gabungan antara kolesterol + trigliserida + fosfolipid + dan apoprotein.

Ukuran, densitas, komposisi lemak dan komposisi apo berbeda-beda dalam

Lipoprotein, hal inilah yang menyebabkan sehingga dikenal beberapa jenis

Lipoprotein diantaranya adalah HDL, LDL dan VLDL.

HDL (High Density Lipoprotein) adalah bentuk LP yang memiliki kolesterol paling

sedikit dibentuk di usus dan hati, HDL ini akan menyerap kolesterol bebas dari

pembuluh darah, atau bagian tubuh lain seperti sel makrofag, kemudian

membawanya ke hati, hal inilah yang membuat HDL dijuluki kolesterol baik

walaupun istilah ini sebenarnya kurang tepat karena seperti dijelaskan diatas HDL

adalah gabungan dari kolesterol, trigliserida dan fosfolipid serta apoprotein.

VLDL (Very Low Density Lipoprotein) merupakan Lipoprotein yang mengandung

trigliserida (TG) tinggi, fosfolipid dan kolesterol sedang serta protein rendah. VLDL

dibentuk dihati yang kemudian akan diubah dipembuluh darah menjadi LDL (low

density lipoprotein).

LDL (Low Density Lpioprotein) adalah LP dalam plasma yang mengandung sedikit

trigliserida, fosfolipid dan kolesterol tinggi.

LDL akan membawa kolesterol keluar dari hati dan membawa

ke dinding pembuluh darah sehingga dikenal sebagai kolesterol jahat.

KLINIS: Apabila kolesterol tinggi akan menyebabkan terbentuknya endapan/kristal

lempengan yang akan mempersempit atau meyumbat pembuluh darah. Pada

keadaan yang berat dimana terjadi sumbatan yang total dari pembuluh darah maka

akan terjadi kerusakan organ, misalkan bila pembuluh koroner yang tertutup, maka

terjadi serangan jantung, dan apabila pembuluh darah diotak yang tersumbat maka

akan menyebabkan stroke.

HDL akan membawa kolesterol bebas dari pembuluh darah ke hati sehingga

diameter pembuluh darah akan melebar, sedangkan jika VLDL dan LDL yang tinggi

maka akan terjadi hal yang sebaliknya dimana pembuluh darah menjadi menyempit.

TRIGLISERIDA, trigliserida merupakan salah satu bentuk dari 3 lemak dasar dalam

darah yang disintesis dari karbohidrat dan disimpan dalam bentuk lemak hewani.

Berbeda dengan kolesterol yang disimpan dalam jaringan hati dan dinding

pembuluh darah, Trigliserida (TG) akan disimpan dalam sel lemak dibawah kulit (hal

ini merupakan penyebab sulitnya terbentu six pack pada otot-otot perut). Apabila

kadar TG tinggi maka akan merubah metabolisme VLDL menjadi suatu bentuk large

Page 46: Radiologi & laboratorium a4

Pemeriksaan Radiologi & Laboratorium untuk Fisioterapi by Ishak, S.Ft.,Physio

46

VLDL (L-VLDL). Bentul L-VLDL ini akan merubah LDL yang sangat mudah teroksidasi

dan merusak HDL yang pada akhirnya akan memperberat kandungan kolesterol

pembuluh darah.

Kolesterol :

Nilai normal :

Orang Dewasa : <200 mg/dl

Orang dewasa resiko sedang : 200-240 mg/dl

Orang dewasa resiko tinggi : >240 mg/dl

Bayi : 90-130 mg/dl

Anak : 130-170 mg/dl

Bayi/anak resiko tinggi : >185 mg/dl

Trigliserida :

Nilai normal:

Dewasa muda : s/d 150 mg/dl

Dewasa >50 tahun : s/d 190 mg/dl

Bayi : 5,0-40 mg/dl

Anak : 10-135 mg/dl

HDL (High Density Lipoprotein):

Nilai normal:

Pria dewasa : > 55 mg/dl

Wanita dewasa : >65 mg/dl

Resiko tinggi jantung koroner : <35 mg/dl

Resiko sedang jantung koroner : 35-45 mg/dl

Resiko rendah jantung rendah : >60 mg/dl

LDL (Low Density Lipoprotein) :

Nilai normal:

Normal Orang Dewasa : <150 mg/dl

Resiko tinggi jantung koroner : >160 mg/dl

Resiko sedang jantung koroner : 130-159 mg/dl

Resiko rendah jantung koroner : <130 mg/dl

Page 47: Radiologi & laboratorium a4

Pemeriksaan Radiologi & Laboratorium untuk Fisioterapi by Ishak, S.Ft.,Physio

47

D. PEMERIKSAAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN MUSCULOSCLETAL DAN

NEUMUSCULAR.

1. CRP (PROTEIN C REAKTIF)

Adalah alfa globulin yang timbul dalam serum apabila terjadi inflamasi.

CRP positif (+) (selalu ada): terdapat pada demam rematik, arthritis rheumatoid,

infeksi bakterial akut, dan hepatitis virus.

CRP positif (+) (sering ada): terdapat pada TBC aktif, gout, tumor ganas stadium

lanjut, lepra, sirosis aktif, luka bakar, dan peritonitis.

CRP positif (+) (kadang ada): terdapat pada varicella, pasca bedah, dan penggunaan

alat KB intra uterin.

2. RF (Rheumatoid Factor)

Adalah imunoglobulin yang bereaksi dengan IgG.

RF + biasanya biasanya terdapat pada 80 % penderita arthritis

rheumatoid dan kelainan sendi dengan komplikasi sistemik yang prognosisnya buruk.

3. ASTO (Anti Streptolisin O)

Pemeriksaan untuk mengidentifikasi keberadaan antigen streptolisin O, yang

dibentuk oleh Streptococus beta hemoliticus grup A yang dapat menyebabkan

hemolisis. Delapan puluh persen (80%) penderita yang terinfeksi streptokokus beta

hemolitikus grup A akan terjadi peningkatan ASTO dalam darah. Infeksi ini

merupakan penyulit yang merangsang terjadinya respon imunitas dan menimbulkan

kerusakan organ.

Peningkatan ASTO >200 IU terdapat pada penderita reumatik, kelainan katup

jantung karena streptokokus, dan eritema nodusum (biasanya mencapai 350 IU).

4. Rheumatoid Arthritis (RA)

Merupakan pemeriksaan skrening untuk mendeteksi keberadaan antibodi (IgW, IgA,

IgG) terhadap penykit reumatoid arthritis (radang sendi rematik), melalui

pemeriksaan darah. Pada penderita RA, 53-54% hasilnya positip.

Normal pada orang dewasa:

Titer <1 : 20

Titer 1 : 201: 80 = reumatoid atau kondisi lain.

Titer >1 : 80 positif reumatoid

Page 48: Radiologi & laboratorium a4

Pemeriksaan Radiologi & Laboratorium untuk Fisioterapi by Ishak, S.Ft.,Physio

48

5. ASAM URAT

Merupakan produk akhir metabolisme purin (bagian penting dari asam nukleat).

Pergantian purin dalam tubuh berlangsung kontinyu dan menghasilkan banyak asam

urat walaupun tidak adanya input makanan yang mengandung asam urat. Asam urat

sebagian besar disintesis dalam hati, diangkut sirkulasi ke ginjal. Intake purin normal

melalui makanan akan menghasilkan 0,5-1 gr/hari. Peningkatan asam urat dalam

serum urine tergantung dari fungsi ginjal, metabolisme purin dan intake makanan

yang mengandaung purin. Asam urat dalam urine akan membentuk kristal/batu

dalam saluran kencing. Hiperuricemia akan menyebabkan tertimbunnya asam urat

dalam jaringan lunak dan sendi-sendi sehingga muncul sindrom klinis yang disebut

sebagai penyakit gout.

Nilai normal dalam darah:

Laki-laki : 2-7 mg/dl

Perempuan : 1-6 mg/dl

E. PEMERIKSAAN PADA SISTEM ENDOKRIN

1. Pemeriksaan Gula Darah

Pemeriksaan terhadap kadar gula dalam darah vena pada saat pasien puasa

12 jam sebelum pemeriksaan (GDP /Gula darah puasa / nuchter) atau 2 jam setelah

makan (post prandial).

Nilai normal:

Dewasa : 70-110 mg/dl

Whole blood : 60-100 mg/dl

Bayi baru lahir : 30-80 mg/dl

Anak : 60-100 mg/dl

Nilai normal kadar gula darah 2 jam setelah makan:

Dewasa :<140 mg/dl/2 jam

Whole blood :<120 mg/dl 2 jam

Hasil pemeriksaan berulang diatas nilai normal kemungkinan menderita Diabetes

Mellitus. Pemeriksaan glukosa darah toleransi adalah pemeriksaan kadar gula dalam

darah puasa (sebelum diberi glukosa 75 gram oral), 1 jam setelah diberi glukosa dan

Page 49: Radiologi & laboratorium a4

Pemeriksaan Radiologi & Laboratorium untuk Fisioterapi by Ishak, S.Ft.,Physio

49

2 jam setelah diberi glukosa. Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat toleransi

tubuh terutama insulin terhadap pemberian glukosa dari waktu ke waktu.

2. Hb A1C (Hemoglobin Glikosilasi)

Pemeriksaan dengan menggunakan darah bahan darah, untuk memperoleh

informasi kadar gula yang sesungguhnya, waktu 2-3 bulan. Glikosilasi adalah

masuknya gula kedalam sel darah merah dan terikat. Maka tes ini berguna tingkat

ikatan gula pada hemoglobin A (A1C) sepanjang umur sel darah merah (120 hari).

A1C menunjukkan kadar hemoglobin terglikosilasi yang pada orang normal antara

4-6 %.

Semakin tinggi nilai A1C pada penderita DM semakin potensial berisiko

terkena komplikasi. Pada penderita DM tipe II akan menunjukkan penurunan risiko

komplikasi apabila A1C dapat dibawah 8 % (hasil studi United Kingdom

Prospective Diabetes). Setiap penurunan 1% saja akan menurunkanrisiko gangguan

pembuluh darah (mikro-vaskuler) sebanyak 35%, komplikasi DM lain 21% dan

menurunnnya risiko kematian 21%. Kenormalan A1C dapat diupayakan dengan

mempertahankan kadar gula darah tetap normal sepanjang waktu, tidak hanya

pada saat diperiksa kadar gulanya saja yang sudah dipersiakan sebelumnya (kadar

gula rekayasa penderita). Olah raga teratur, diet dan taat obat adalah kuncinya.

3. PEMERIKSAAN FUNGSI TIROID

Hormon yang dihasilkan kelenjar tiroid secara umum mengatur produksi

energi dan sintesa protein yang berkontribusi untuk pertumbuhan tubuh serta

menjalankan fungsi tubuh sepanjang hidup manusia. Gangguan pada kelenjar tiroid

yang berhubungan dengan Fisioterapis adalah hipertiroidisme, penyakit ini bisa

membingungkan seorang Fisioterapi apabila mendapatkan pasien yang mengalami

kelemahan otot, terjadi tremor halus, berkeringat, tekanan darah selalu tinggi.

Kelemahan otot terjadi pada hipertiroidisme akibat perombakan protein otot yang

merupakan simpanan energi yang paling terakhir setelah karbohidrat dan lemak,

sedangkan tremor terjadi akibat bertambahnya sensitivitas saraf yang mengontrol

tonus otot.

Page 50: Radiologi & laboratorium a4

Pemeriksaan Radiologi & Laboratorium untuk Fisioterapi by Ishak, S.Ft.,Physio

50

a. T4 (Thiroksin)

Pemeriksaan untuk mengetahui konsentrasi hormon tiroksin dalam plasma

darah, sebagai cara untuk mengidentifikasi fungsi dan gangguan kelenjar tiroid.

Hormon tiroksin dihasilkan oleh kelenjar tiroid, mempunyai kepekatan 25 kali

dibanding hormon triiodotironin (T3).

Nilai normal:

Dewasa : 4,5-13 ug/dl (TD:T4 displasmen)

T4 bebas : 1,0-2,3 ng/dl

Peningkatan T4 menunjukkan adanya hipertiroidisme, tiroiditis akut, myastenia

gravis, kehamilan, hepatitis virus dan preekslamsia. Peningkatan T4 dapat juga

disebabkan oleh penggunaan obat: perfenasin, klofibrat, dan pil KB.

Penurunan T4 menunjukkan adanya hipotiroidisme (kretisnisme, miksedema),

malnutrisi protein, hipofungsi adenohipofisis, gagal ginjal dan akibat latihan

berat.

b. T3 (Triiodotironin)

Pemeriksaan untuk mengetahui kadar triiodotironin yang diproduksi oleh

kelenjar tiroid fungsinya sama dengan T4 tetapi lebih pendek. Pemeriksaan ini

digunakan untuk mendeteksi adanya tirotoksikosis T3 karena hipertiroid.

Normal:

T3 lebih rendah daripada T4. T3 : 1:2% dari konsentrasi T4

Dewasa : 80-200 ng/dl

Bayi baru lahir : 90-170 ng/dl

6-12 tahun : 114-190 ng/dl

Penurunan kadar T3 dapat terjadi pada taruma, penyakit berat, malnutrisi dan

obat-obatan propiltiourasil (PTU), metimasol, metiltiourasil, litium, fenitoin,

propanolol, reserpin, aspirin dosis besar, steroid, dan sulfonamide.

Peningkatan kadar T3 menunjukkan adanya hipertiroidisme, tirotoksikosis T3,

tiroiditis hashimoto. Obat-obat yang mempengaruhi peningkatan T3,

Oestrogen, progesteron, liotironin dan metadon.

Catatan :

Nilai rujukan yang dipakai pada setiap pelayanan kesehatan bisa saja berbeda-beda dikarenakan perbedaan

reagen yang digunakan juga mempunyai nilai rujukan yang tidak sama.

--00O00--