91216849-BAB-1-Ansietas

21
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kecemasan atau ansietas adalah rasa khawatir, takut yang tidak jelas sebabnya. Pengaruh kecemasan terhadap pencapaian kedewasaan, merupakan masalah penting dalam perkembangan kepribadian. Kecemasan juga merupakan ketakutan yang besar dalam menggerakkan tingkah laku. Baik tingkah laku normal maupun tingkah laku yang menyimpangan, yang terganggu, kefua-duanya merupakan pernyataan, penampilan, penjelmaan dari pertahanan terhadap kecemasan itu. Tidak sorang pun bebas dari kecemasan. Semua orang pasti merasakan kecemasan dalam derajad tertentu. Bahkan kecemasan yang ringan dapat berguna yakni dalam memberikan rangsangan terhadap seseorang. Rangsangan untuk mengatasi kecemasan dan membuang sumber kecemasan. Kecemasan yang dapat membuat seseorang putus asa dan tidak berdaya sehingga mempengaruhi seluruh kepribadiannya adalah kecemasan yang negative. Rasa takut yang ditimbulkan oleh adanya ancaman, sehingga seseoranga akan menghindari diri dari sebagainya. Kecemasan atau ansietas dapat ditimbulkan oleh bahaya dari luar, mungkin juga bahaya dari dalam diri seseorang, dan pada umumnya ancaman itu samar-samar. Bahaya dari dalam ditimbulkan bila ada sesuatu hal yang yang tidak dapat diterimanya, misalnya pikiran, perasaan, keinginan dan dorongan. Pada umumnya pada orang tua memakai kecemasan berhubungan dengan penolakan dan tidak menyayangi anak untuk mengajarkan beberapa pola tingkah laku kepada anaknya. Penolakan terus menerus oleh orang- orang yang berarti bagi seseorang dapat menyebabkan timbulnya kecemasan yang berat seumur hidup. Pada saat ini banyak sekali benyak sekali kecemasan yang timbul sehubungan dengan moderisasi dan perkembangan teknologi yang mempersempit langkah kerja. Hampir setiap orang mengalami keraguan, ketidak pastian dalam menghadapi masa kini yang kompleks. Walaupun kecemasan dapat bersifat konstruktif dan destruktif namun demikian kecemasan ini harus dipakai sebagai alat untuk mencapai perbaikan dan kemajuan. Ansietas adalah masalah penting pada pelayanan kesehatan baik primer maupun spesialis, karena rata-rata prevalensi seumur hidup untuk gangguan ini sekitar 25% dari semua pasien gangguan medis umum. Stresor psikologis dan fisik dari gangguan medis sering memicu ansietas, terutama pada individu yang rentan. Kecemasan (ansietas) itu sendiri merupakan respon psikologik terhadap stres yang mengandung komponen fisiologik dan psikologik. Reaksi fisiologis terhadap ansietas merupakan reaksi yang pertama timbul pada sistem saraf otonom, meliputi peningkatan frekuensi nadi dan respirasi, pergeseran tekanan darah dan suhu, relaksasi otot polos pada kandung kemih dan usus, kulit dingin dan lembab.

description

ansietas

Transcript of 91216849-BAB-1-Ansietas

Page 1: 91216849-BAB-1-Ansietas

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Kecemasan atau ansietas adalah rasa khawatir, takut yang tidak jelas

sebabnya. Pengaruh kecemasan terhadap pencapaian kedewasaan, merupakan

masalah penting dalam perkembangan kepribadian. Kecemasan juga merupakan

ketakutan yang besar dalam menggerakkan tingkah laku. Baik tingkah laku normal

maupun tingkah laku yang menyimpangan, yang terganggu, kefua-duanya

merupakan pernyataan, penampilan, penjelmaan dari pertahanan terhadap

kecemasan itu. Tidak sorang pun bebas dari kecemasan. Semua orang pasti

merasakan kecemasan dalam derajad tertentu. Bahkan kecemasan yang ringan

dapat berguna yakni dalam memberikan rangsangan terhadap seseorang.

Rangsangan untuk mengatasi kecemasan dan membuang sumber kecemasan.

Kecemasan yang dapat membuat seseorang putus asa dan tidak berdaya sehingga

mempengaruhi seluruh kepribadiannya adalah kecemasan yang negative.

Rasa takut yang ditimbulkan oleh adanya ancaman, sehingga seseoranga

akan menghindari diri dari sebagainya. Kecemasan atau ansietas dapat ditimbulkan

oleh bahaya dari luar, mungkin juga bahaya dari dalam diri seseorang, dan pada

umumnya ancaman itu samar-samar. Bahaya dari dalam ditimbulkan bila ada

sesuatu hal yang yang tidak dapat diterimanya, misalnya pikiran, perasaan,

keinginan dan dorongan. Pada umumnya pada orang tua memakai kecemasan

berhubungan dengan penolakan dan tidak menyayangi anak untuk mengajarkan

beberapa pola tingkah laku kepada anaknya. Penolakan terus menerus oleh orang-

orang yang berarti bagi seseorang dapat menyebabkan timbulnya kecemasan yang

berat seumur hidup.

Pada saat ini banyak sekali benyak sekali kecemasan yang timbul

sehubungan dengan moderisasi dan perkembangan teknologi yang mempersempit

langkah kerja. Hampir setiap orang mengalami keraguan, ketidak pastian dalam

menghadapi masa kini yang kompleks. Walaupun kecemasan dapat bersifat

konstruktif dan destruktif namun demikian kecemasan ini harus dipakai sebagai alat

untuk mencapai perbaikan dan kemajuan.

Ansietas adalah masalah penting pada pelayanan kesehatan baik primer

maupun spesialis, karena rata-rata prevalensi seumur hidup untuk gangguan ini

sekitar 25% dari semua pasien gangguan medis umum. Stresor psikologis dan fisik

dari gangguan medis sering memicu ansietas, terutama pada individu yang rentan.

Kecemasan (ansietas) itu sendiri merupakan respon psikologik terhadap

stres yang mengandung komponen fisiologik dan psikologik. Reaksi fisiologis

terhadap ansietas merupakan reaksi yang pertama timbul pada sistem saraf otonom,

meliputi peningkatan frekuensi nadi dan respirasi, pergeseran tekanan darah dan

suhu, relaksasi otot polos pada kandung kemih dan usus, kulit dingin dan lembab.

Page 2: 91216849-BAB-1-Ansietas

2

Manifestasi yang khas pada ansietas tergantung pada masing-masing individu dan

dapat meliputi menarik diri, membisu, mengumpat, mengeluh, dan menangis.

Kecemasan bersifat kompleks dan abstrak seperti yang telah ditulis oleh Freud

bertahun-tahun yang lalu. Ansietas adalah keadaan suasana perasaan (mood) yang

ditandai oleh gejala-gejala jasmaniah seperti ketegangan fisik dan kekhawatiran

tentang masa depan (Barlow, 2002). Kecemasan (ansietas) pasien pre operasi

disebabkan berbagai faktor, salah satunya adalah dari faktor pengetahuan dan sikap

perawat dalam mengaplikasikan pencegahan ansietas pada pasien pre operasi

elektif di Ruang. Ansietas pasien ada yang berhubungan dengan menghadapi

pembiusan, nyeri, keganasan, kematian dan ketidaktahuan tentang prosedur operasi,

cara latihan napas dalam, batuk dan relaksasi serta strategi kognitif, dan sebagainya.

Gangguan ansietas adalah sekelompok kondisi yang memberi gambaran

penting tentang ansietas yag berlebihan, disertai respon perilaku, emosional dan

fisiologis. Individu yang mengalami gangguan ansietas dapat memperlihatkan

perilaku yang tidak lazim seperti panik tanpa alasan, takut yang tidak beralasan

terhadap objek dan kondisi kehidupan, melakukan tindakan berulang-ulang tanpa

dapat dikendalikan, mengalami kembali peristiwa yang traumatic, atau rasa

kkhawatir yang tidak dapat dijelaskan atau berlebihan. Pada kesempatan yang

jarang terjadi, banyak orang memperlihatkan salah satu dari perilaku yang tidak

lazim tersebut sebagai respon normal terhadap ansietas. Perbedaan antara respon

ansietas yang tidak lazim ini dengan gangguan ansietas ialah bahwa respon ansietas

cukup berat sehingga bisa mengganggu kinerja individu, kehidupan keluarga, dan

lingkungan sosial.

Banyak individu yang mengalami gangguan ansietas merasa takut mereka

akan “menjadi gila” karena mereka yang tidak lazim atau mereka mengalami

serangan jantung karena respon fisiologis seperti palpitasi, berkeringat, dan

kesulitan bernapas. Mereka merasa bahwa mereka tidak memiliki kendali atas

respon yang tidak lazim tersebut dan sangat menginginkan respon itu berhenti.

Individu yang mengalami gangguan ansietas tidak psikotik pada kenyataannya,

mereka melakukan fungsi dalam batas-batas realitas dan menyadari penuh bahwa

episode aneh yang mereka alami itu tidak normal. Sebaliknya, individu yang

psikoti, seperti skizofrenia, tidak menyadari bahwa perilaku mereka yang tidak

lazim itu berbeda dari perilaku yang normal.

Ansietas adalah perasaan takut yang tidak jelas dan tidak didukung oleh

situasi. Ketika merasa cemas, individu merasa tidak nyaman atau takut atau

mungkin memiliki firasan ditimpa malapetaka padahal ia tidak mengerti mengapa

emosi yang mengancan tersebut terjadi. Tidak ada objek yang dapat

diidentifikasikan sebagai stimulus ansietas (comer, 1992). Ansietas merupakan alat

peringatan internal yang memberikan tanda bahaya kepada individu.

Takut sebenarnya tidak dapat dibedakan dengan ansietas karena individu

yang merasa takut atau ansietas mengalami pola respons perilaku, gisiolagis dan

emosional dalam rentang yang sama. Satu-satunya perbedaan antara keduanya ialah

Page 3: 91216849-BAB-1-Ansietas

3

bahwa rasa takut yang ditimbulkan sebagai respon terhadap objek mengancam yang

dapat diidentifikasikan dan spesifik. Takut adalah mengetahui adanya suatu

ancaman; ansietas adalah emosi yang ditimbulkan oleh rasa takut. Ancaman yang

menstimulasi rasa dapat nyata atau dipersepsikan, misalnya rasa takut yang nyata

dialami ketika seseorang berhadapan dengan penyerang yang membawa senjata

atau rasa takut yang dipersepsikan ketika dipanggila untuk “menemui penyelia”.

Ansietas memiliki dua aspek yakni aspek sehat dan aspek membahayakan,

yang bergantungpada tingkat ansietas,lama ansietas dialami an seberapa baik

individu melakukan koping terhadap ansietas. Ansietas dapat dlilihat dalam ringa,

sedang, berat sampai panik. Setiap tingkat menyebabkan perubahan fisiologi dan

emosional pada individu.

Ansietas ringan adalah perasaan bahwa ada sesuatu yang berbeda dan

membutuhkan perhatian khusus. Stimulus sensori meningkat dan membantu

individu memfokuskan perhatian untuk belajar, menyelesaikan masalah, berpikir,

bertindak, merasakan, dan melindungi diri sendiri. Misalnya, ansietas ringan

membantu mahasiswa berfokus pada informasi baru yang diberikan dikelas atau

klinik.

Ansietas sedang merupakan perasaan yang mengganggu bahwa ada sesuatu

yang benar-benar berbeda; individu menjadi gugup atau agitas. Misalnya, seorang

wanita mengunjungi ibunya untuk pertama kali dalam beberapa bulan dan merasa

ada sesuatu yang sangat berbeda. Ibunya mengatakan bahwa berat badannya turun

banyak tanpa ia berupaya menurunkannya.

Ansietas dialami ketika individu yakin bahwa ada sesuatu yang berbeda dan

ada ancaman; ia memperlihatkan respons takut dan distres. Ketika individu

mencapai tingkat tertinggi ansietas, panic berat, semua pemikiran rasional berheni

dan individu tersebut mengalami respon fight, flight atau freeze yakni kebutuhan

untuk secepatnya, tetap di tempat dan berjuang, atau menjadi beku dan tidak dapat

melakukan sesuatu.

Sisi negatif ansietas atau sisi yang membahayakan ialah rasa khawatir yang

berlebihan masalah yang nyata dan potensial. Hal ini menghabiskan

tenaga,menimbulkan rasa takut, dan menghambat individu melakukan fungsi

dengan adekuat dalam situasi interpersonal, situasi kerja, dan situasi sosial.

Diagnosa gangguan ansietas ditegakkan ketika ansietas tidak lagi berfungsi sebagai

tanda bahaya, melainkan menjadi kronis dan mempengaruhi sebagian besar

kehidupan individu sehingga menyebabkan maladapif dan disabilitas emosional.

Misalnya, diagnosa ansietas umum ditegakkan ketika individu selalu khawatir

tentang sesuatu atau semua hal tanpa alasan yang nyata, merasa gelisah,lelah, dan

tegang, serta sulit berkonsentrasi sekurang-kurangnya enam bulan terakhir.

Page 4: 91216849-BAB-1-Ansietas

4

1.2 RUMUSAN MASALAH

1.2.1 Apa yang dimaksud dengan ansietas?

1.2.2 Bagaimana proses asuhan keperawatan pada pasien dengan ansietas?

1.3 TUJUAN

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui bagaimana proses asuhan keperawatan pada pasien dengan

ansietas

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi konsep ansietas meliputi definisi, predisposisi,

presipitasi, serta tanda dan gejala.

2. Mengidentifikasi proses keperawatan pada pasien ansietas meliputi

pengkajian, analisis data, pohon masalah, rencana intervensi, implementasi

dan evaluasi.

Page 5: 91216849-BAB-1-Ansietas

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Ansietas adalah perasaan takut yang tidak jelas dan tidak didukung

oleh situasi (Videbeck, 2008). Ansietas atau kecemasan adalah respons emosi tanpa

objek yang spesifik yang secara subjektif dialami dan dikomunikasikan secara

interpersonal (Suliswati, 2005). Ansietas adalah suatu kekhawatiran yang

berlebihan dan dihayati disertai berbagai gejala sumatif, yang menyebabkan

gangguan bermakna dalam fungsi sosial atau pekerjaan atau penderitaan yang jelas

bagi pasien (Mansjoer, 1999).

Ansietas adalah perasaan takut yang tidak jelas dan tidak didukung oleh

situasi. Ketika merasa cemas, individu merasa tidak nyaman atau takut atau

mungkin memiliki firasat akan ditimpa malapetaka padahal ia tidak mengerti

mengapa emosi yang mengancam tersebut terjadi. Tidak ada objek yang dapat

diidentifikasi sebagai stimulus ansietas (Corner, 1992).

Menurut Stuart dan Laraia (2005) aspek positif dari individu

berkembang dengan adanya konfrontasi, gerak maju perkembangan dan

pengalaman mengatasi kecemasan.

2.2 Faktor Predisposisi

Stressor predisposisi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat

menyebabkan timbulnya kecemasan (Suliswati, 2005). Ketegangan dalam

kehidupan tersebut dapat berupa :

1. Peristiwa traumatik, yang dapat memicu terjadinya kecemasan berkaitan dengan

krisis yang dialami individu baik krisis perkembangan atau situasional.

2. Konflik emosional, yang dialami individu dan tidak terselesaikan dengan baik.

Konflik antara id dan superego atau antara keinginan dan kenyataan dapat

menimbulkan kecemasan pada individu.

3. Konsep diri terganggu akan menimbulkan ketidakmampuan individu berpikir

secara realitas sehingga akan menimbulkan kecemasan.

4. Frustasi akan menimbulkan rasa ketidakberdayaan untuk mengambil keputusan

yang berdampak terhadap ego.

5. Gangguan fisik akan menimbulkan kecemasan karena merupakan ancaman

terhadap integritas fisik yang dapat mempengaruhi konsep diri individu.

6. Pola mekanisme koping keluarga atau pola keluarga menangani stress akan

mempengaruhi individu dalam berespon terhadap konflik yang dialami karena

pola mekanisme koping individu banyak dipelajari dalam keluarga.

7. Riwayat gangguan kecemasan dalam keluarga akan mempengaruhi respons

individu dalam berespons terhadap konflik dan mengatasi kecemasannya.

8. Medikasi yang dapat memicu terjadinya kecemasan adalah pengobatan yang

mengandung benzodizepin, karena benzodiazepine dapat menekan

Page 6: 91216849-BAB-1-Ansietas

6

neurotransmiter gamma amino butyric acid (GABA) yang mengontrol aktivitas

neuron di otak yang bertanggung jawab menghasilkan kecemasan.

2.3 Faktor Presipitasi

Stresor presipitasi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat

mencetuskan timbulnya kecemasan (Suliswati, 2005). Stressor presipitasi

kecemasan dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu :

1. Ancaman terhadap integritas fisik. Ketegangan yang mengancam integritas fisik

yang meliputi :

a. Sumber internal, meliputi kegagalan mekanisme fisiologis sistem imun,

regulasi suhu tubuh, perubahan biologis normal (misalnya : hamil).

b. Sumber eksternal, meliputi paparan terhadap infeksi virus dan bakteri,

polutan lingkungan, kecelakaan, kekurangan nutrisi, tidak adekuatnya

tempat tinggal.

2. Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber internal dan eksternal.

a. Sumber internal : kesulitan dalam berhubungan interpersonal di rumah dan

tempat kerja, penyesuaian terhadap peran baru. Berbagai ancaman terhadap

integritas fisik juga dapat mengancam harga diri.

b. Sumber eksternal : kehilangan orang yang dicintai, perceraian, perubahan

status pekerjaan, tekanan kelompok, sosial budaya.

2.4 Tanda dan Gejala

Keluhan-keluhan yang sering dikemukan oleh orang yang mengalami

ansietas (Hawari, 2008), antara lain sebagai berikut :

1. Cemas, khawatir, firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri, mudah

tersinggung.

2. Merasa tegang, tidak tenang, gelisah, mudah terkejut.

3. Takut sendirian, takut pada keramaian dan banyak orang.

4. Gangguan pola tidur, mimpi-mimpi yang menegangkan.

5. Gangguan konsentrasi dan daya ingat.

6. Keluhan-keluhan somatik, misalnya rasa sakit pada otot dan tulang,

pendengaran berdenging (tinitus), berdebar-debar, sesak nafas, gangguan

pencernaan, gangguan perkemihan, sakit kepala dan sebagainya.

2.5 Tingkatan Ansietas

Ansietas memiliki dua aspek yakni aspek yang sehat dan aspek

membahayakan, yang bergantung pada tingkat ansietas, lama ansietas yang dialami,

dan seberapa baik individu melakukan koping terhadap ansietas.

Menurut Peplau (dalam, Videbeck, 2008) ada empat tingkat kecemasan yang

dialami oleh individu yaitu ringan, sedang, berat dan panik.

Page 7: 91216849-BAB-1-Ansietas

7

1. Ansietas ringan adalah perasaan bahwa ada sesuatu yang berbeda dan

membutuhkan perhatian khusus. Stimulasi sensori meningkat dan membantu

individu memfokuskan perhatian untuk belajar, menyelesaikan masalah,

berpikir, bertindak, merasakan, dan melindungi diri sendiri.

Menurut Videbeck (2008), respons dari ansietas ringan adalah sebagai berikut :

a. Respons fisik

- Ketegangan otot ringan

- Sadar akan lingkungan

- Rileks atau sedikit gelisah

- Penuh perhatian

- Rajin

b. Respon kognitif

- Lapang persepsi luas

- Terlihat tenang, percaya diri

- Perasaan gagal sedikit

- Waspada dan memperhatikan banyak hal

- Mempertimbangkan informasi

- Tingkat pembelajaran optimal

c. Respons emosional

- Perilaku otomatis

- Sedikit tidak sadar

- Aktivitas menyendiri

- Terstimulasi

- Tenang

2. Ansietas sedang merupakan perasaan yang menggangu bahwa ada sesuatu

yang benar-benar berbeda; individu menjadi gugup atau agitasi.

Menurut Videbeck (2008), respons dari ansietas sedang adalah sebagai berikut:

a. Respon fisik :

- Ketegangan otot sedang

- Tanda-tanda vital meningkat

- Pupil dilatasi, mulai berkeringat

- Sering mondar-mandir, memukul tangan

- Suara berubah : bergetar, nada suara tinggi

- Kewaspadaan dan ketegangan menigkat

- Sering berkemih, sakit kepala, pola tidur berubah, nyeri punggung

b. Respons kognitif

- Lapang persepsi menurun

- Tidak perhatian secara selektif

- Fokus terhadap stimulus meningkat

- Rentang perhatian menurun

- Penyelesaian masalah menurun

- Pembelajaran terjadi dengan memfokuskan

Page 8: 91216849-BAB-1-Ansietas

8

c. Respons emosional

- Tidak nyaman

- Mudah tersinggung

- Kepercayaan diri goyah

- Tidak sabar

3. Ansietas berat, yakni ada sesuatu yang berbeda dan ada ancaman,

memperlihatkan respons takut dan distress.

Menurut Videbeck (2008), respons dari ansietas berat adalah sebagai berikut :

a. Respons fisik

- Ketegangan otot berat

- Hiperventilasi

- Kontak mata buruk

- Pengeluaran keringat meningkat

- Bicara cepat, nada suara tinggi

- Tindakan tanpa tujuan dan serampangan

- Rahang menegang, mengertakan gigi

- Mondar-mandir, berteriak

- Meremas tangan, gemetar

b. Respons kognitif

- Lapang persepsi terbatas

- Proses berpikir terpecah-pecah

- Sulit berpikir

- Penyelesaian masalah buruk

- Tidak mampu mempertimbangkan informasi

- Hanya memerhatikan ancaman

- Preokupasi dengan pikiran sendiri

- Egosentris

c. Respons emosional

- Sangat cemas

- Agitasi

- Takut

- Bingung

- Merasa tidak adekuat

- Menarik diri

- Penyangkalan

- Ingin bebas

4. Panik, individu kehilangan kendali dan detail perhatian hilang, karena

hilangnya kontrol, maka tidak mampu melakukan apapun meskipun dengan

perintah.

Menurut Videbeck (2008), respons dari panik adalah sebagai berikut :

a. Respons fisik

- Flight, fight, atau freeze

Page 9: 91216849-BAB-1-Ansietas

9

- Ketegangan otot sangat berat

- Agitasi motorik kasar

- Pupil dilatasi

- Tanda-tanda vital meningkat kemudian menurun

- Tidak dapat tidur

- Hormon stress dan neurotransmiter berkurang

- Wajah menyeringai, mulut ternganga

b. Respons kognitif

- Persepsi sangat sempit

- Pikiran tidak logis, terganggu

- Kepribadian kacau

- Tidak dapat menyelesaikan masalah

- Fokus pada pikiran sendiri

- Tidak rasional

- Sulit memahami stimulus eksternal

- Halusinasi, waham, ilusi mungkin terjadi.

c. Respon emosional

- Merasa terbebani

- Merasa tidak mampu, tidak berdaya

- Lepas kendali

- Mengamuk, putus asa

- Marah, sangat takut

- Mengharapkan hasil yang buruk

- Kaget, takut

- Lelah

2.6 Sumber Koping

Individu dapat menanggulangi stress dan kecemasan dengan menggunakan

atau mengambil sumber koping dari lingkungan baik dari sosial, intrapersonal dan

interpersonal. Sumber koping diantaranya adalah aset ekonomi, kemampuan

memecahkan masalah, dukungan sosial budaya yang diyakini. Dengan integrasi

sumber-sumber koping tersebut individu dapat mengadopsi strategi koping yang

efektif (Suliswati, 2005).

2.7 Mekanisme Koping

Kemampuan individu menanggulangi kecemasan secara konstruksi

merupakan faktor utama yang membuat klien berperilaku patologis atau tidak. Bila

individu sedang mengalami kecemasan ia mencoba menetralisasi, mengingkari atau

meniadakan kecemasan dengan mengembangkan pola koping. Pada kecemasan

ringan, mekanisme koping yang biasanya digunakan adalah menangis, tidur,

makan, tertawa, berkhayal, memaki, merokok, olahraga, mengurangi kontak mata

dengan orang lain, membatasi diri pada orang lain (Suliswati, 2005).

Page 10: 91216849-BAB-1-Ansietas

10

Mekanisme koping untuk mengatasi kecemasan sedang, berat dan panik

membutuhkan banyak energi. Menurut Suliswati (2005), mekanisme koping yang

dapat dilakukan ada dua jenis, yaitu :

1. Task oriented reaction atau reaksi yang berorientasi pada tugas. Tujuan yang

ingin dicapai dengan melakukan koping ini adalah individu mencoba

menghadapi kenyataan tuntutan stress dengan menilai secara objektif ditujukan

untuk mengatasi masalah, memulihkan konflik dan memenuhi kebutuhan.

a Perilaku menyerang digunakan untuk mengubah atau mengatasi hambatan

pemenuhan kebutuhan.

b Perilaku menarik diri digunakan baik secara fisik maupun psikologik untuk

memindahkan seseorang dari sumber stress.

c Perilaku kompromi digunakan untuk mengubah cara seseorang

mengoperasikan, mengganti tujuan, atau mengorbankan aspek kebutuhan

personal seseorang.

2. Ego oriented reaction atau reaksi berorientasi pada ego. Koping ini tidak selalu

sukses dalam mengatasi masalah. Mekanisme ini seringkali digunakan untuk

melindungi diri, sehingga disebut mekanisme pertahanan ego diri biasanya

mekanisme ini tidak membantu untuk mengatasi masalah secara realita. Untuk

menilai penggunaan makanisme pertahanan individu apakah adaptif atau tidak

adaptif, perlu di evaluasi hal-hal berikut :

a Perawat dapat mengenali secara akurat penggunaan mekanisme pertahanan

klien.

b Tingkat penggunaan mekanisme pertahanan diri terebut apa pengaruhnya

terhadap disorganisasi kepribadian.

c Pengaruh penggunaan mekanisme pertahanan terhadap kemajuan kesehatan

klien.

d Alasan klien menggunakan mekanisme pertahanan.

2.8 Penatalaksanaan Ansietas

Menurut Hawari (2008) penatalaksanaan asietas pada tahap pencegahaan

dan terapi memerlukan suatu metode pendekatan yang bersifat holistik, yaitu

mencangkup fisik (somatik), psikologik atau psikiatrik, psikososial dan

psikoreligius. Selengkpanya seperti pada uraian berikut :

1. Upaya meningkatkan kekebalan terhadap stress, dengan cara :

a Makan makan yang bergizi dan seimbang.

b Tidur yang cukup.

c Cukup olahraga.

d Tidak merokok.

e Tidak meminum minuman keras.

Page 11: 91216849-BAB-1-Ansietas

11

2. Terapi psikofarmaka

Terapi psikofarmaka merupakan pengobatan untuk cemas dengan memakai

obat-obatan yang berkhasiat memulihkan fungsi gangguan neuro-transmitter

(sinyal penghantar saraf) di susunan saraf pusat otak (limbic system). Terapi

psikofarmaka yang sering dipakai adalah obat anti cemas (anxiolytic), yaitu

seperti diazepam, clobazam, bromazepam, lorazepam, buspirone HCl,

meprobamate dan alprazolam.

3. Terapi somatic

Gejala atau keluhan fisik (somatik) sering dijumpai sebagai gejala ikutan

atau akibat dari kecemasan yang bekerpanjangan. Untuk menghilangkan

keluhan-keluhan somatik (fisik) itu dapat diberikan obat-obatan yang ditujukan

pada organ tubuh yang bersangkutan.

4. Psikoterapi

Psikoterapi diberikan tergantung dari kebutuhan individu, antara lain :

a. Psikoterapi suportif, untuk memberikan motivasi, semangat dan dorongan

agar pasien yang bersangkutan tidak merasa putus asa dan diberi keyakinan

serta percaya diri.

b. Psikoterapi re-edukatif, memberikan pendidikan ulang dan koreksi bila dinilai

bahwa ketidakmampuan mengatsi kecemasan.

c. Psikoterapi re-konstruktif, untuk dimaksudkan memperbaiki kembali (re-

konstruksi) kepribadian yang telah mengalami goncangan akibat stressor.

d. Psikoterapi kognitif, untuk memulihkan fungsi kognitif pasien, yaitu

kemampuan untuk berpikir secara rasional, konsentrasi dan daya ingat.

e. Psikoterapi psiko-dinamik, untuk menganalisa dan menguraikan proses

dinamika kejiwaan yang dapat menjelaskan mengapa seseorang tidak mampu

menghadapi stressor psikososial sehingga mengalami kecemasan.

f. Psikoterapi keluarga, untuk memperbaiki hubungan kekeluargaan, agar faktor

keluarga tidak lagi menjadi faktor penyebab dan faktor keluarga dapat

dijadikan sebagai faktor pendukung.

5. Terapi psikoreligius

Untuk meningkatkan keimanan seseorang yang erat hubungannya dengan

kekebalan dan daya tahan dalam menghadapi berbagai problem kehidupan yang

merupakan stressor psikososial.

2.9 Asuhan Keperawatan

2.9.1 Pengkajian

I. Identitas Klien

a. Initial : Ansietas lebih rentan terjadi pada wanita daripada laki-laki,

karena wanita lebih mudah stress dibanding pria.

b. Umur : Toddler - lansia

Page 12: 91216849-BAB-1-Ansietas

12

c. Pekerjaan : Pekerajaan yang mempunyai tingkat stressor yang besar.

d. Pendidikan : Orang yang mempunyai tingkat pendidikan yang rendah lebih

rentan mengalami ansietas

II. Alasan Masuk

Sesuai diagnosa awal klien ketika pertama kali masuk rumah sakit.

III. Faktor Predisposisi (Stuart, 2007)

1. Dalam pandangan psikoanalitis, ansietas adalah konflik emosional yang

terjadi antara dua elemen kepribadian : id dan superego.

2. Menurut pandangan interpersonal, ansietas timbul dari perasan takut

terhadap ketidaksetujuan dan penolakan interpersonal. Ansietas juga

berhubungan dengan perkembangan trauma, seperti perpisahan dan

kehilangan, yang menimbulkan kerentanan tertentu.

3. Menurut pandangan perilaku, ansietas merupakan produk frustasi yaitu

segala sesuatu yang mengganggu kemampuan individu untuk mencapai

tujuan yang diinginkan

4. Kajian keluarga menunjukan bahwa gangguan ansietas biasanya terjadi

dalam kelurga. Gangguan ansietas juga tumpang tindih antara gangguan

ansietas dengan depresi

IV. Fisik

a. Tanda Fital:

TD :meningkat, palpitasi, berdebar-debar bahkan sampai pingsan.

N : menurun

S : normal (36˚C - 37,5˚C ), ada juga yang mengalami hipotermi tergantung

respon individu dalam menangania ansietasnya

P : pernafasan , nafas pendek, dada sesak, nafas dangkal, rasa tercekik

terengah- engah

b. Ukur : TB dan BB: normal (tergantung pada klien)

c. Keluhan Fisik : refleks, terkejut, mata berkedip-kedip, insomnia, tremor,

kaku, gelisah, wajah tegang, kelemahan umum, gerakan lambat, kaki goyah.

Selain itu juda dapat dikaji tentang repon fisiologis terhadap ansietas (Stuart,

2007):

B1 : Nafas cepat, sesak nafas, tekanan pada dada, nafas dangkal,

pembengkakan pada tenggorokan, terengah-engah.

B2 : Palpitasi, jantung berdebar, tekanan darah meningkat, rasa ingin pingsan,

pingsan, TD ↓, denyut nadi ↓.

B3 : Refleks ↑, reaksi terkejut, mata berkedip-kedip, insomnia, tremor, rigiditas,

gelisah, wajah tegang.

B4 : Tidak dapat menahan kencing, sering berkemih.

Page 13: 91216849-BAB-1-Ansietas

13

B5 : Kehilangan nafsu makan, menolak makan, rasa tidak nyaman pada

abdomen, nyeri abdomen, mual, nyeri ulu hati.

B6 : Lemah.

V. Psikososial:

A. Konsep diri:

a. Gambaran diri : wajah tegang, mata berkedip-kedip, tremor, gelisah,

keringat berlebihan.

b. Identitas : gangguan ini menyerang wanita daripada pria serta terjadi pada

seseorang yang bekerja dengan sressor yang berat.

c. Peran : menarik diri dan menghindar dalam keluarga / kelompok /

masyarakat.

d. Ideal diri : berkurangnya toleransi terhadap stress, dan kecenderungan ke

arah lokus eksternal dari keyakinan kontrol.

e. Harga diri : klien merasa harga dirinya rendah akibat ketakutan yang tidak

rasional terhadap objek, aktivitas atau kejadian tertentu.

B. Hubungan Sosial:

a. Orang yang berarti: keluarga

b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat: kurang berperan dalam

kegiaran kelompok atau masyarakat serta menarik diri dan menghindar

dalam keluarga / kelompok / masyarakat.

c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain: +

C. Spiritual:

a. Nilai dan keyakinan

b. Kegiatan ibadah

VI. Status Mental:

a. Penampilan : pada orang yang mengalami ansietas berat dan panik biasanya

penampilannya tidak rapi.

b. Pembicaraan : bicara cepat dan banyak, gagap dan kadang-kadang keras.

c. Aktivitas motorik : lesu, tegang, gelisah, agitasi, dan tremor.

d. Alam perasaan : sedih, putus asa, ketakutan dan khawatir.

e. Afek : labil

f. Interaksi selama wawancara: tidak kooperatif, mudah tersingung dan mudah

curiga, kontak mata kurang.

g. Persepsi : berhalusinasi, lapang persepsi sangat sempit dan tidak mampu

menyelesaikan masalah.

h. Proses pikir : persevarsi

i. Isi pikir : obsesi, phobia dan depersonalisasi

Page 14: 91216849-BAB-1-Ansietas

14

j. Tingkat kesadaran : bingung dan tidak bisa berorietansi terhadap waktu,

tempat dan orang (ansietas berat)

k. Memori : pada klien yang mengalami OCD (Obsessive Compulsif Disorder)

akan terjadi gangguan daya ingat saat ini bahkan sampai gangguan daya ingat

jangka pendek.

l. Tingkat konsentrasi dan berhitung : tidak mampu berkonsentrasi

m. Kemampuan penilaian : gangguan kemampuan penilaian ringan

n. Daya titik diri : menyalahkan hal-hal diluar dirinya: menyalahkan orang lain/

lingkungan yang menyebabkan kondisi saat ini.

VII. Kebutuhan Persiapan Pulang

a. Kemampuan klien memenuhi/ menyediakan kebutuhan makanan,

keamanan, tempat tinggal, dan perawatan.

b. Kegiatan hidup sehari-hari: kurang mandiri tergantung tingkat ansietas

Perawatan diri

Nutrisi

Tidur

VIII. Mekanisme Koping: adaptif ( ansietas ringan ) dan maladaptif (ansietas sedang,

berat dan panik). Menurut Stuart (2007) Individu menggunakan berbagai

mekanisme koping untuk mencoba mengatasinya, ketidakmampuan mengatasi

ansietas secara konstruktif merupakan penyebab utama terjadinya perilaku

patologis. Ansietas ringan sering ditanggulangi tanpa pemikiran yang sadar,

sedangkan ansietas berat dan sedang menimbulakn 2 jenis mekanisme koping :

1. Reaksi yang berorientasi pada tugas yaitu upaya yang disadari dan

berorientasi pada tindakan untuk memenuhi tuntunan situasi stres secara

realistis

2. Mekanisme pertahanan ego membantu mengatasi ansietas ringan dan

sedang. Tetapi karena mekanisme tersebut berlangsung secara relative pada

tingkat tidak sadar dan mencakup penipuan diri dan distorsi realitas,

mekanisme ini dapat menjadi repon maladaptif terhadap stres.

IX. Masalah Psikososial dan Lingkungan

a. Masalah dengan dukungan kelompok: klien kurang berperan dalam kegiaran

kelompok atau masyarakat serta menarik diri dan menghindar dalam

keluarga/ kelompok/ masyarakat.

b. Masalah berhubungan dengan lingkungan: lingkungan dengan tingkat stressor

yang tinggi akan memicu timbulnya ansietas.

c. Masalah dengan pendidikan: seseorang yang pernah gagal dalam menempuh

pendidikan, tidak ada biaya untuk melanjutkan jenjang pendidikan

berikutnya.

d. Masalah dengan pekerjaan: mengalami PHK, target kerja tidak tercapai.

Page 15: 91216849-BAB-1-Ansietas

15

e. Masalah dengan perumahan: pasien kehilangan tempat tinggalnya karena

bencana alam, pengusuran dan kebakaran.

f. Masalah ekonomi: pasien tidak mempunyai kemampuan finansial dalam

mencukupi kebutuhannya sehari-hari dan keluarganya.

g. Masalah dengan pelayanan kesehatan: kurang percaya dengan petugas

kesehatan.

X. Pengetahuan Kurang Tentang

Pasien kurang mempunyai pengetahuan tentang faktor presipitasi, koping, obat-

obatan, dan masalah lain tentang ansietas

XI. Aspek medik

Diagnosa Medik:

1. Adanya perasaan cemas atau khawatir yang tidak realistic terhadap dua atau

lebih hal yang dipersepsi sebagai ancaman perasaan ini menyebabkan

individu tidak mampu istirahat dengan tenang (inability to relax)

2. Terdapat paling sedikit 6 dari 18 gejala-gejala berikut:

Ketegangan Motorik:

a. Kedutan otot atau rasa gemetar

b. Otot tegang/kaku/pegel linu

c. Tidak bisa diam

d. Mudah menjadi lelah

Hiperaktivitas Otonomik:

a. Nafas pendek/ terasa berat

b. Jantung berdebar-debar

c. Telapak tangan basah dingin

d. Mulut kering

e. Kepala pusing/rasa melayang

f. Mual, mencret, perut tidak enak

g. Muka panas/ badan menggigil

h. Buang air kecil lebih sering

i. Sukar menelan/rasa tersumbat

Kewaspadaan berlebihan dan Penangkapan Berkurang

a. Perasaan jadi peka/ mudah ngilu

b. Mudah terkejut/kaget

c. Sulit konsentrasi pikiran

d. Sukar tidur

e. Mudah tersinggung

3. Hendaknya dalam fungsi kehidupan sehari-hari, bermanifestasi dalam

gejala: penurunan kemampuan bekerja, hubungan social, dan melakukan

kegiatan rutin.

Page 16: 91216849-BAB-1-Ansietas

16

Risti mencederai diri sendiri, orang

lain, lingkunganAsam Lambung

Gangguan Persepsi sensori:

halusinasi lihat

Isolasi sosial

Gangguan proses pikir : Ansietas

Koping individu inefektif

Harga Diri Rendah

Peristiwa Traumatik

2.9.2 Pohon Masalah

2.9.3 Rencana Intervensi

Diagnosa keperawatan :

1. Resiko tinggi mencederai diri, orla, dan lingkungan b.d halusinasi lihat.

TUM : Klien tidak mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan

TUK : Klien mampu mengontrol rasa cemasnya

Intervensi Rasional

a. BHSP dengan klien

• Memperkenalkan diri dengan sopan dan

ekspresi wajah bersahabat

• Tanyakan nama klien

• Jabat tangan klien

b. Pasien akan terlindung dari

bahaya

• Terima dan dukung pertahanan klien

• Kenalkan realita yang berhubungan

dengan mekanisme koping klien

• Berikan umpan balik pada klien

tentang perilaku, stressor dan sumber

koping

c. Ciptakan lingkungan tenang dan

Kurang pengetahuan

meningkat

Mual, muntah

anorexia

Perubahan nutrisi

kurang dari kebutuhan

tubuh

Defisit

perawatan diri

Page 17: 91216849-BAB-1-Ansietas

17

jauh dari kegaduhan

d. Jauhkan klien dari benda yang

berbahaya seperti benda tajam

2. Ansietas b.d harga diri rendah.

TUM : Klien dapat mengurangi dan mengontrol kecemasannya.

TUK : Klien mengenal cara- cara untuk mengurangi kecemasannya

Intervensi Rasional

a. Monitor intensitas kecemasan Dengan memonitor tingkat ansietas

pasien kita bisa menentukan seberapa

tingkat ansietas pasien dan seberapa

bahaya ansietas tersebut.

b. Tetap bersama klien ketika

tingkat ansietasnya tinggi (berat

atau panik)

Keselamatan klien merupakan suatu

prioritas. Klien yang sangat cemas tidak

boleh ditinggal sendiri—rasa cemasnya

akan meningkat.

c. Pindahkan klien ke tempat yang

tenang dengan stimulus minimal

atau sedikit. Penggunaan ruangan

kecil atau area siklusi dapat

diindikasikan

Kemampuan klien untuk menghadapi

stimulus yang berlebihan terganggu.

Perilaku cemas dapat meningkat akibat

stimulus eksternal. Ruangan yang lebih

kecil dapat meningkatkan rasa aman

klien. Semakin besar are, klien akan

semakin tersesat dan panik.

d. Tetap tenang dalam menghadapi

klien.

Klien akan merasa lebih aman jika

perawat tenang dan jika klien merasa

bahwa perawat dapat mengendalikan

situasi.

e. Gunakan pernyataan yang

singkat, sederhana, dan jelas.

Kemampuan klien untuk menghadapi

abstraksi atau kompleksitas terganggu.

f. Sadari perasaan dan tingkat

ketidaknyamanan atau ansietas

perawat sendiri.

Ansietas dikomunikasikan secara

interpersonal. Bersama klien yang cemas

dapat meningkatkan tingkat ansietas

perawat sendiri.

g. Dorong partisipasi klien dalam

latihan relaksasi. Latihan ini

dapat mencakup bernapas dalam,

relaksasi otot progresif, medikasi,

imajinasi terbimbing, dan pergi

ke tempat yang tenang dan damai

(untuk jiwa).

Latihan relaksasi merupakan cara yang

efektif dan nonkimiawi untuk

mengurangi ansietas.

3. Koping individu inefektif b.d. harga diri rendah

TUM :Menunjukan koping yang efektif.

Page 18: 91216849-BAB-1-Ansietas

18

TUK :Menunjukan pengendalian impuls dengan mempertahankan

pengendalian diri tanpa pengawasan secara konsisten.

Intervensi Rasional

Peningkatan koping :

- Nilai kesesuaian pasien terhadap

perubahan gambaran diri.

- Nilai dampak kehidupan pasien

terhadap peran dan

hubungannnya dengan orang lain.

Membantu pasien untuk beradaptasi

untuk beradaptasi dalam menerima

stressor, p[erubahan atau ancaman yang

berpengaruh pada pemenuhan kebutuhan

dan peran dalam kehidupan.

Dukung pembuatan keputusan :

- Explorasi metode yang digunakan

pasien pada masa sebelumnya

dalam mengatasi masalah

kehidupan.

- Evaluasi kemampuan pasien

dalam mengambil keputusan.

Memberikan informasi dan dukunagn

pada pasien dalam membauta keputusan

berkaitan dengan perawatan kesehatan.

Health Education :

- Memberikan informasi faktual

yang terkait dengan diagnose,

pengobatan, prognosis.

- Menganjurkan pasien untuk

mengguanakan tekhnik relaksasi

sesuai kebutuhan.

- Memberikan pelatihan

ketrampilan social yang sesuai.

Kolaboratif :

- Melibatkan sumber-sumber yang

ada di rumah sakit dalam

memberikan dukungan emosional

untuk pasien dan keluarga.

- Fasilitasi pasien untuk mengenal

kelompok yang mendukungnya,

pemberi layanan kesehatan

lainnya.

Meningkatkan koping individu klien dan

keluarga, serta memandirikan.

Memaksimalkan upaya penyembuhan

klien dengan berkolaborasi dengan

tenaga medis yang lain.

4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia, mual muntah,

dan asam lambung meningkat.

TUM : Menunjukan perawatan diri ; aktivitas kehidupan sehari-hari.

TUK : Pasien mampu memenuhi kebutuhan nutrisi secara mandiri.

Intervensi Rasional

Pengkajian :

- Kaji kemampuan klien dalam

memenuhi kebutuhan nutrisinya.

Karena kemampuan dalam memenuhi

nutrisi sensori, kognitif dapat

berpengaruh pada proses pemenuhan

Page 19: 91216849-BAB-1-Ansietas

19

- Kaji deficit sensori kognitif atau

fisik yang dapat menyulitkan

makan.

Pengelolaan gangguan makan :

- Pencegahan dan penangan

pembatasan diet yang berat dan

aktivitas yang berlebih atau

makan dalam jumlah banyak

ndalam satu waktu.

nutrisi.

Pengelolaan nutrisi :

- Pemberian asupan diet makanan

dan cairan yang seimbang.

- Pemberian makanan dalam porsi

kecil.

Pasien dengan ansietas cenderung tidak

memiliki nafsu makan, sehingga

pemberian makanan dalam porsi kecil

diharapkan mampu menjaga nutrisi

pasien agar tetap seimbang.

Bantuan menaikan berat badan :

- Fasilitasi pencapaian kenaikan

berat badan.

Mencegah penurunan berat badan yang

signifikan.

Health Education :

- Tunjukan penggunaan alat bantu

dan aktivitas yang adaptif.

- Ajarkan pasien menggunakan

metode alternative untuk makan

atau minum

Kolaboratif :

- Rujuk pasien dan keluarga pada

layanan social untuk

mendapatkan pertolongan

kesehatan di rumah.

- Gunakan terapi fisik dan okupasi

sebagai sumber dalam perencaan

aktivitas perawatan pasien.

Sebagai upaya memandirikan klien dan

keluarga dalam pemenuhan nutrisi klien.

Page 20: 91216849-BAB-1-Ansietas

20

BAB III

KESIMPULAN

Ansietas adalah respons emosi tanpa objek, berupa perasaan takut dan

kekhawatiran yang tidak jelas dan berlebihan dan disertai berbagai gejala sumatif yang

menyebabkan gangguan bermakna dalam fungsi sosial atau penderitaan yang jelas bagi

pasien.

Perlunya asuhan keperawatan dalam manajemen koping akan meningkatkan

kemampuan adaptasi menghadapi stressor sehingga tidak berlanjut ke arah gangguan

jiwa yang lebih berat serta pasien dapat kembali ke aktivitas kahidupan normal.

Page 21: 91216849-BAB-1-Ansietas

21

DAFTAR PUSTAKA

Gunarsa, Singgih D. 1995. Psikologi Keperawatan. Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia.

Hawari, D. 2008. Manajemen Stres Cemas dan Depresi. Jakarta : Balai Penerbit

FKUI.

Mansjoer, A. 1999. Kapita Selekta Kedokteran. 3rd

ed. Jilid 1. Jakarta : Penerbit

Aesculapius Stuart, Gail W. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa. 5th

ed.

Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Nurjannah, I. 2004. Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa Manajemen. Proses

Keperawatan dan Hubungan Terapeutik Perawat-Klien. Yogyakarta :

Penerbit MocoMedia.

Suliswati, dkk. 2005. Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : Penerbit

Buku Kedokteran EGC.

Viedebeck, Sheila L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa, Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran EGC.

Wilkinson, Judith M. 2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. 7th

ed. Jakarta :

Penerbit Buku Kedokteran EGC.