refrat ansietas(3)

39
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gangguan ansietas dan gangguan depresi menjadi target dan masalah kesehatan yang penting untuk dicegah, karena onsetnya yang cepat, dapat menetap sampai dewasa dan comorbid dengan masalah kesehatan lain. 1 Dikatakan bahwa gangguan ansietas dan gangguan depresi umumnya terjadi pada masa anak dan remaja, bervariasi tergantung dari kelompok umur dan makin meningkat dengan bertambahnya umur. 2 Lebih dari 150 juta orang menderita depresi saat ini dan hampir 1 juta remaja melakukan tindakan bunuh diri setiap tahunnya. Studi epidemiologi melaporkan bahwa prevalensi gangguan ansietas dan gangguan depresi pada anak dan remaja bervariasi yaitu berkisar antara 2.6% sampai 41.2%.3 Diagnostic Interview Schedule for Children (DISC) dan Asian/Pacific Islander Adolescents menyatakan bahwa prevalensi gangguan ansietas secara keseluruhan rata-rata 9.1% pada remaja di Asia Pasifik. 1 Ansietas merupakan suatu keadaan yang ditandai oleh rasa khawatir bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi disertai dengan gejala somatik yang menandakan adanya aktivitas yang berlebihan dari susunan saraf pusat autonomik, sedangkan depresi adalah suatu keadaan terganggunya fungsi manusia yang berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dengan gejala penyertanya seperti gangguan pola tidur, nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, 1

description

a

Transcript of refrat ansietas(3)

Page 1: refrat ansietas(3)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Gangguan ansietas dan gangguan depresi menjadi target dan masalah kesehatan yang

penting untuk dicegah, karena onsetnya yang cepat, dapat menetap sampai dewasa dan comorbid

dengan masalah kesehatan lain.1 Dikatakan bahwa gangguan ansietas dan gangguan depresi

umumnya terjadi pada masa anak dan remaja, bervariasi tergantung dari kelompok umur dan

makin meningkat dengan bertambahnya umur.2 Lebih dari 150 juta orang menderita depresi saat

ini dan hampir 1 juta remaja melakukan tindakan bunuh diri setiap tahunnya. Studi epidemiologi

melaporkan bahwa prevalensi gangguan ansietas dan gangguan depresi pada anak dan remaja

bervariasi yaitu berkisar antara 2.6% sampai 41.2%.3 Diagnostic Interview Schedule for

Children (DISC) dan Asian/Pacific Islander Adolescents menyatakan bahwa prevalensi

gangguan ansietas secara keseluruhan rata-rata 9.1% pada remaja di Asia Pasifik.1

Ansietas merupakan suatu keadaan yang ditandai oleh rasa khawatir bahwa sesuatu yang

buruk akan terjadi disertai dengan gejala somatik yang menandakan adanya aktivitas yang

berlebihan dari susunan saraf pusat autonomik, sedangkan depresi adalah suatu keadaan

terganggunya fungsi manusia yang berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dengan gejala

penyertanya seperti gangguan pola tidur, nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, kelelahan, rasa

putus asa dan tak berdaya, serta gagasan bunuh diri.2

Anak-anak dengan gangguan ansietas dapat menimbulkan dampak terhadap prestasi

akademik dan aspek sosial lainnya dari kehidupan sekolah sehingga cukup mengganggu aktivitas

anak sehari-hari.5 Anak akan merasa tegang atau khawatir, mudah lelah, mempunyai kesulitan

berkonsentrasi dan adanya gangguan tidur. Gangguan ini biasanya muncul pada pertengahan

remaja sampai pertengahan usia 20-an dan dua kali lebih banyak dijumpai pada anak perempuan

dibanding anak laki-laki.2

1.2. Rumusan Masalah

Referat ini membahas mengenai ansietas pada anak.

1.3 Tujuan Penulisan

1

Page 2: refrat ansietas(3)

Referat ini bertujuan untuk mempelajari dan meningkatkan pemahaman tentang ansietas pada

anak.

1.4 Metode Penulisan

Referat ini disusun berdasarkan tinjauan kepustakaan yang merujuk dari berbagai literatur.

1.5 Manfaat Penulisan

Referat ini diharapkan dapat bermanfaat dalam memberikan informasi dan pengetahuan tentang

ansietas pada anak anak.

2

Page 3: refrat ansietas(3)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Gangguan Ansietas dan Gangguan Depresi

2.1.1.Gangguan Ansietas

Ansietas dan depresi merupakan bentuk emosional yang terbanyak pada anak dan remaja.

Ansietas adalah suatu keadaan aprehensi atau khawatir yang mengeluhkan bahwa sesuatu yang

buruk akan segera terjadi. Ansietas merupakan suatu fenomena kompleks yang menandakan

adanya dinamika kehidupan dan bagian dari proses psikis yang memberikan isyarat fisik dan

mental bahwa terdapat perubahan internal dan eksternal.3

Ansietas dapat terjadi pada keadaan normal bila secara tiba-tiba berhadapan dengan

keadaan bahaya, menghadapi ujian / tantangan dan kadang-kadang terjadi bila bertemu dengan

orang yang kita takuti. Gangguan ansietas ditandai dengan gejala fisik seperti kecemasan

(khawatir akan nasib buruk), sulit konsentrasi, ketegangan motorik, gelisah, gemetar, renjatan,

rasa goyah, sakit perut, punggung dan kepala, ketegangan otot, mudah lelah, berkeringat, tangan

terasa dingin, dan sebagainya.3,4

2.1.2. Gangguan Depresi

Depresi adalah gangguan mood (keadaan emosional internal yang meresap dari

seseorang) dan sering terdapat dalam masyarakat, tidak memandang suku maupun ras. 18

Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa Edisi ke-3 (PPDGJ III) di Indonesia

mengklasifikasikan gangguan depresi atas episode depresif dan gangguan depresif berulang.

Menurut PPDGJ III, depresi adalah gangguan yang memiliki karakteristik : 5

a. Gejala utama

- Afek depresif

- Kehilangan minat dan kegembiraan

- Berkurangnya energi yang menuju pada meningkatnya keadaan mudah lelah dan

berkurangnya aktivitas

b. Gejala lainnya

- Konsentrasi dan perhatian berkurang

- Harga diri, dan kepercayaan diri berkurang

3

Page 4: refrat ansietas(3)

- Adanya perasaan bersalah dan tidak berguna

- Pandangan masa depan suram dan pesimis

- Perbuatan atau gagasan membahayakan diri atau bunuh diri

- Tidur terganggu

- Nafsu makan berkurang.

Biasanya diperlukan waktu sekurang-kurangnya 2 minggu untuk menegakkan diagnosis.

Salah satu mekanisme terjadinya depresi adalah mekanisme kolinergik. Berdasarkan

hipotesis kolinergik terjadinya peningkatan asetilkolin otak berhubungan dengan depresi. Pada

depresi terjadi peningkatan asetilkolin yang mengakibatkan hipersimpatotonik sistem

gastrointestinal yang akan menimbulkan peningkatan peristaltik dan sekresi asam lambung yang

dapat menyebabkan hiperasiditas lambung, kolik, vomitus dan sebagian besar menyebabkan

gejala-gejala gastritis dan ulkus.5

Gangguan ansietas umumnya terjadi bersamaan dengan gangguan depresi dan banyak

juga gangguan depresi terjadi bersamaan dengan gangguan ansietas, sehingga sampai saat ini

hubungan antara gangguan ansietas dan gangguan depresi masih sering diperdebatkan.

Ketakutan pergi ke sekolah dan sikap overprotektif dari orang tua dapat menjadi suatu gejala

depresi pada anak.

2.2. Epidemiologi

Sebanyak duapertiga gangguan depresi memiliki gejala ansietas yang menonjol, dan

sepertiga mungkin memenuhi kriteria gangguan cemas. Dikatakan bahwa gangguan ansietas

biasanya lebih banyak dibandingkan dengan gangguan depresi.2,3

Jenis Kelamin wanita 2-3 kali lebih sering terkena dari pada laki-laki, walaupun

kurangnya diagnosis gangguan cemas pada laki-laki mungkin berperan dalam distribusi yang

tidak sama tersebut. Perbedaan antara kelompok Hiscemas, kulit putih non-Hiscemas, dan kulit

hitam adalah sangat kecil. Faktor sosial satu-satunya yang dikenali berperan dalam

perkembangan gangguan cemas adalah riwayat perceraian atau perpisahan yang belum lama.

Sebagai contohnya. gangguan cemas telah dilaporkan terjadi pada anak-anak dan remaja. dan

kemungkinan kurang diagnosis pada mereka.1,2

Survei terkini di Amerika (1996) melaporkan bahwa 15 - 33% pasien yang datang

berobat ke dokter non psikiater merupakan pasien dengan gangguan mental. Dari jumlah tersebut

4

Page 5: refrat ansietas(3)

minimal sepertiganya menderita gangguan kecemasan. Di Indonesia penelitian yang dilakukan di

Puskesmas Kecamatan Tambora Jakarta Barat tahun 1984 menunjukkan bahwa di puskesmas

jumlah gangguan kesehatan jiwa yang sering muncul sebagai gangguan fisik adalah 28,73%

untuk dewasa dan 34,39% untuk anak.

2.3 Etiologi

Penyebab pasti gangguan kecemasan tidak diketahui, banyak gangguan ini disebabkan

oleh kombinasi faktor, termasuk perubahan di otak dan stres lingkungan. Seperti penyakit

tertentu, seperti diabetes, gangguan kecemasan dapat disebabkan oleh ketidak seimbangan kimia

dalam tubuh. Penelitian telah menunjukkan bahwa stres berat atau jangka panjang dapat

mengubah keseimbangan kimia dalam otak yang mengendalikan mood. Penelitian lain

menunjukkan bahwa orang dengan gangguan kecemasan tertentu memiliki perubahan struktur

otak tertentu yang mengontrol memori atau mood. Selain itu, penelitian telah menunjukkan

bahwa gangguan kecemasan dalam keluarga, yang berarti bahwa mereka dapat diwariskan dari

satu atau kedua orang tuanya, seperti warna rambut atau mata. Selain itu, faktor lingkungan

tertentu - seperti trauma atau peristiwa penting - dapat memicu gangguan kecemasan pada orang

yang memiliki kerentanan diwariskan kepada mengembangkan kekacauan.6

Faktor Biologis

Penelitian tentang dasar biologis untuk gangguan cemas telah menghasilkan berbagai

temuan; satu interpretasi adalah bahwa gejala gangguan cemas dapat disebabkan oleh berbagai

kelainan biologis di dalam struktur otak dan fungsi otak. penelitian tersebut dan penelitian

lainnya telah menghasilkan hipotesis yang melibatkan disregulasi system saraf perifer dan pusat

di dalam patofisiologi gangguan cemas. Sistem saraf otonomik pada beberapa pasien gangguan

cemas telah dilaporkan menunjukkan peningkatan tonus simpatik, beradaptasi secara lambat

terhadap stimuli yang berulang, dan berespon secara berlebihan terhadap stimuli yang sedang.

Sistem neurotransmiter utama yang terlibat adalah norepinefrin, serotonin, dan gamma-

aminobutyric acid (GABA).

5

Page 6: refrat ansietas(3)

Faktor Genetika

Bahwa gangguan ini memiliki komponen genetika yang jelas. Angka prevalensi tinggi

pada anak dengan orang tua yang menderita gangguan cemas. Berbagai penelitian telah

menemukan adanya peningkatan resiko gangguan cemas sebesar 4-8 kali lipat pada sanak

saudara derajat pertama pasien dengan gangguan cemas dibandingkan dengan sanak saudara

derajat pertama dari pasien dengan gangguan psikiatrik lainnya. Demikian juga pada kembar

monozigot.

Faktor Psikososial

Baik teori kognitif perilaku dan psikoanalitik telah dikembangkan untuk menjelaskan

patogenesis gangguan cemas dan agoraphobia. Teori kognitif perilaku menyatakan bahwa

kecemasan adalah suatu respon yang dipelajari baik dari perilaku modeling orang tua atau

melalui proses pembiasan klasik.

Teori psikoanalitik memandang serangan cemas sebagai akibat dari pertahanan yang

tidak berhasil dalam melawan impuls yang menyebabkan kecemasan. Apa yang sebelumnya

merupakan suatu sinyal kecemasan ringan menjadi suatu perasaan ketakutan yang melanda,

lengkap dengan gejala somatik.

Peneliti menyatakan bahwa penyebab serangan panic kemungkinan melibatkan arti

bawah sadar peristiwa yang menegangkan dan bahwa patogenesis serangan cemas mungkin

berhubungan dengan faktor neurofisiologis yang dipicu oleh reaksi psikologis.

2.4 Diagnosis 1,5

Kriteria diagnostic untuk Gangguan Cemas

Tabel dari DSM-IV, Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, ed 4.

Suatu periode tertentu adanya rasa takut atau tidak nyaman, di mana empat (atau lebih)

gejala berikut ini terjadi secara tiba-tiba dan mencapai puncaknya dalam 10 menit:

(1) Palpitasi, jantung berdebar kuat, atau kecepatan jantung bertambah cepat.

(2) Berkeringat.

(3) Gemetar atau berguncang

(4) Rasa nafas sesak atau tertahan

(5) Perasaan tercekik

6

Page 7: refrat ansietas(3)

(6) Nyeri dada atau perasaan tidak nyaman

(7) Mual atau gangguan perut

(8) Perasaan pusing, bergoyang, melayang, atau pingsang.

(9) Derealisasi (perasaan tidak realitas) atau depersonalisasi (bukan merasa diri sendiri).

(10) Ketakutan kehilangan kendali atau menjadi gila

(11) Rasa takut mati.

(12) Parestesia (mati rasa atau sensasi geli)

(13) Menggigil atau perasaan panas.

Menurut PPDGJ-III gangguan cemas baru ditegakkan sebagai diagnosis utama bila tidak

ditemukan adanya gangguan anxietas fobik. Untuk diagnosis pasti, harus ditemukan adanya

beberapa kali serangan anxietas berat dalam masa kira-kira satu bulan :

1. Pada keadaan-keadaan dimana sebenarnya secara objektif tidak ada bahaya.

2. Tidak terbatas pada situasi yang telah diketahui atau yang dapat diduga sebelumnya

(unpredictable situation)

3. Dengan keadaan yang relatif dari gejala-gejala anxietas pada periode diantara serangan-

serangan cemas (meskipun demikian umumnya dapat terjadi juga “anxietas antipsikotik”

yaitu anxietas yang terjadi setelah membayangkan sesuatu yang mengkhawatirkan akan

terjadi.

2.5 Klasifikasi Anxietas pada anak 1,5,7

a. Gangguan anxietas perpisahan masa kanak

Suatu tingkat cemas perpisahan adalah fenomena yang universal dan merupakan bagian

yang diperkirakan pada perkembangan anak yang normal. Bayi menunjukkan cemas perpisahan

dalam bentuk cemas terhadap orang asing pada usia kurang dari 1 tahun jika bayi dan ibunya

dipisahkan. Beberapa cemas perpisahan juga normal pada anak-anak kecil yang masuk sekolah

untuk pertama kalinya. Tetapi, gangguan cemas perpisahan, ditemukan jika secara

perkembangannya adalah tidak sesuai dan kecemasan yang berlebihan timbul dalam hal

perpisahan dari tokoh perlekatan yang utama. Penghindaran sekolah (school avoidance) dapat

terjadi. Menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders edisi keempat (DSM-

IV), gangguan cemas perpisahan memerlukan adanya sekurangnya tiga gejala yang

7

Page 8: refrat ansietas(3)

berhubungan dengan kekawatiran berlebihan tentang perpisahan dari tokoh perlekatan utama.

Ketakutan mungkin mengambil bentuk penolakan sekolah, ketakutan dan ketegangan akan

perpisahan, keluhan berulang gejala fisik tertentu seperti nyeri kepala dan nyeri perut jika akan

dihadapi perpisahan, dan numpj buruk tentang masalah perpisahan. Kriteria diagnostik DSM-IV

memasukkan durasi sekurangnya empat minggu dan ouset sebelum usia 18 tahun.

Gangguan cemas perpisahan adalah gangguan kecemasan satu-satunya yang sekarang

dimasukkan dalam bagian anak-anak dan remaja dalam DSM-IV. Sebaliknya, bagian anak dan

remaja dalam DSM edisi ketiga yang direvisi (DSM-III-R) memasukkan gangguan cemas

berlebihan (overanxious disorder) dan gangguan menghindar (avoidant disorder) pada masa

anak-anak atau masa remaja sebagai tambahan gangguan cemas perpisahan. Dalam DSM-III-R,

gangguan cemas berlebihan ditandai oleh kecemasan yang berlebihan yang tidak berhubungan

dengan masalah perpisahan. Anak-anak dengan gejala yang konsisten dengan gangguan cemas

berlebihan sekarang dicakup oleh kategori dewasa gangguan kecemasan umum (generalized

anxiety disorder) dalam DSM-IV. Dalam kategori DSM-III-R gangguan menghindar masa anak-

anak atau remaja, anak menunjukkan hubungan yang hangat dan memuaskan dengan anggota

keluarga tetapi menghindar; kontak dengan orang yang tidak dikenal; tidak ditemukan kategori

diagnostik yang sejajar dalam bagian masa anak-anak dari DSM-IV. Anak-anak dengan gejala

gangguan menghindar memenuhi kriteria diagnostik DSM-IV untuk fobia sosial, yang juga

digunakan untuk dewasa. Anak-anak dan remaja mungkin juga menunjukkan gangguan cemas

yang digambarkan dalam bagian dewasa DSM-IV, termasuk fobia spesifik, gangguan cemas,

gangguan obsesif kompulsif dan gangguan stres pascatraumatik.

Epidemiologi

Gagguan cemas perpisahan adalah lebih sering terjadi pada anak kecil dibandingkan

remaja dan dilaporkan terjadi sama seringnya pada anak laki-laki dan anak perempuan. Onset

dapat terjadi pada tahun-tahun prasekolah tetapi yang tersering ditemukan pada usia 7 sampai 8

tahun. Prevalensi gangguan cemas perpisahan diperkirakan 3 sampai 4 persen dan semua anak

usia sekolah dan 1 persen dari semua remaja.

8

Page 9: refrat ansietas(3)

Etiologi

Faktor Psikososial

Anak kecil, imatur dan tergantung pada tokoh ibu, adalah yang terutama rentan terhadap

kecemasan yang berhubungan dengan perpisahan. Karena anak mengalami urutan ketakutan

perkembangan, takut kehilangan ibu, takut kehilangan cinta ibu, takut cedera tubuh, takut akan

impulsnya dan takut akan cemas hukuman (punishing anxiety) dari superego dan rasa bersalah,

sebagian besar anak mengalami cemas perpisahan pada salah satu atau lebih ketakutan-ketakutan

tersebut. Tetapi, gangguan cemas perpisahan terjadi jika anak memiliki ketakutan yang tidak

sesuai akan kehilangan ibu. Dinamika yang sering adalah penyangkalan dan pengalihan perasaan

kemarahan anak terhadap tokoh orangtua kepada lingkungan, yang selanjutnya menjadi sangat

mengancam. Rasa takut akan luka terhadap diri sendiri dan bahaya pada salah satu orangtua

adalah preokupasi yang menetap; anak dapat merasa aman dan yakin hanya dengan kehadiran

orangtua. Sindroma sering ditemukan pada masa anak-anak, terutama dalam bentuk ringan yang

tidak mencapai tempat periksa dokter. Hanya jika gejala menjadi ditegakkan dan mengganggu

adaptasi umum anak dalam kehidupan keluarga, ternan sebaya dan sekolah, mereka datang untuk

mendapatkan perhatian professional.

Pola struktur karakter pada banyak anak dengan gangguan adalah berhati-hati hasrat

untuk menyenangkan dan kecenderungan ke arah kecocokan. Keluarga cenderung erat dan

mengasuh, dan anak sering tampak manja atau sasaran perhatian orangtua secara berlebihan.

Stress kehidupan luar sering bersamaan dengan perkembangan gangguan. Kematian seorang

sanak saudara, penyakit pada anak, perubahan lingkungan anak, atau pindah ke rumah baru atau

sekolah baru seringkali ditemukan dalam riwayat anak dengan gangguan.

Faktor Belajar

Kecemasan fobik dapat dikomunikasikan dari orangtua kepada anak-anak dengan

modeling langsung. Jika orangtua penuh ketakutan, anak kemungkinan memiliki adaptasi fobik

terhadap situasi baru, terutama pada lingkungan sekolah. Beberapa orangtua tampaknya

mengajari anak-anaknya untuk cemas dengan melindungi mereka secara berlebihan

(overprotecling) dari bahaya yang diharapkan atau dengan membesar-besarkan bahaya. Sebagai

contohnya, orangtua yang ngeri di ruangan selama kilatan cahaya mengajarkan anaknya untuk

melakukan hal yang sama Orangtua yang ketakutan terhadap tikus atau serangga menyampaikan

9

Page 10: refrat ansietas(3)

afek takut kepada anaknya. Sebaliknya, orangtua yang menjadi marah pada anak selama awal

permasalahan fobik tentang binatang dapat menanamkan permasalahan fobik pada anak-anak

dengan intensitas kemarahan yang diekspresikan.

Faktor Genetik

Intensitas mana cemas perpisahan dialami oleh anak individual kemungkinan memiliki

dasar genetik. Penelitian keluarga telah menunjukkan bahwa keturunan biologis dari orang

dewasa dengan gangguan kecemasan adalah rentan terhadap gangguan cemas perpisahan pada

masa anak-anak. Orangtua yang memiliki gangguan cemas dengan agorafobia tampaknya

memiliki risiko tinggi untuk memiliki anak dengan gangguan cemas perpisahan. Gangguan

cemas perpisahan dan depresi pada anak-anak adalah bertumpang tindih, dan beberapa klinisi

memandang gangguan cemas perpisahan sebagai varian dari gangguan depresif.

Diagnosis dan Gambaran Klinis

Gangguan cemas perpisahan adalah gangguan kecemasan yang tersering pada masa anak-

anak. Untuk memenuhi kriteria diagnostik, menurul DSM-IV, gangguan harus ditandai oleh tiga

dan empat gejala berikut untuk sekurangnya empat minggu: (I) ketakutan persisten dan

berlebihan tentang kehilangan atau kemungkinan bahaya yang jatuh pada tokoh perlekatan yang

utama; (2) ketakutan yang persisten dan berlebihan bahwa peristiwa yang tidak diharapkan akan

menyebabkan perpisahan dari tokoh perlekatan utama; (3) keengganan atau penolakan yang

persisten untuk bersekolah atau tempat lain karena takut akan perpisahan; (4) ketakutan yang

persisten dan berlebihan atau keengganan untuk sendirian atau tanpa tokoh perlekatan utama di

rumah atau tanpa orang dewasa yang penting pada lingkungan lain; (5) keengganan atau

penolakan yang persisten untuk tidur tanpa dekat dengan tokoh perlekatan yang utama atau tidur

jauh dari rumah; (6) mimpi buruk berulang kali dengan tema perpisahan; (7) keluhan berulang

gejala fisik, termasuk nyeri kepala dan nyeri perut, jika perpisahan dari tokoh perlekatan utama

dihadapi; dan (8) penderitaan yang berlebihan dan berulang jika perpisahan dari rumah atau

tokoh perlekatan utama dihadapi atau dilibatkan. Menurut DSM-IV, gangguan harus juga

menyebabkan penderitaan bermakna atau gangguan dalam fungsi.

Riwayat pasien dapat mengungkapkan episode penting perpisahan pada kehidupan anak,

terutama karena penyakit dan perawatan di rumah sakit, penyakit orangtua, kehilangan salah satu

10

Page 11: refrat ansietas(3)

orangtua atau pindah tempat. Klinisi harus memeriksa dengan cermat periode masa bayi untuk

adanya tanda-tanda gangguan separasi-individuasi atau tidak adanya tokoh ibu yang adekuat.

Pemakaian khayalan, mimpi, dan material bermain dan pengawasan anak adalah sangat

membantu dalam membuat diagnosis. Klinisi harus memeriksa bukan saja isi pikiran tetapi juga

cara dengan mana diekspresikan. Sebagai contohnya, anak-anak mungkin mengekspresikan rasa

takut bahwa orangtuanya akan meninggal, walaupun perilaku mereka tidak menunjukkan bukti

kecemasan motorik. Demikian juga, kesulitan mereka dalam menggambarkan peristiwa atau

penyangkalan mereka yang lunak tentang peristiwa pencentus kecemasan dapat menyatakan

adanya gangguan perpisahan. Kesulitan mengingat dalam tema yang mengekspresikan

kecemasan dan pemutarbalikan orangtua dalam menceritakan tema tersebut dapal memberikan

petunjuk adanya gangguan.

Ciri penting dari gangguan cemas perpisahan adalah kecemasan yang ekstrim yang

dicetuskan oleh perpisahan dari orangtua, rumah, dan lingkungan yang dikenal. Kecemasan anak

dapat mendekati teror atau cemas. Penderitaan adalah lebih besar dibandingkan yang normalnya

diharapkan menurut tingkat perkembangan anak dan tidak dapat dijelaskan oleh adanya

gangguan lain. Pada banyak kasus gangguan adalah suatu jenis fobia, walaupun permasalahan

fobik merapakan sesuatu yang umum dan tidak berhubungan dengan objek simbolik tertentu.

Karena gangguan berhubungan dengan masa anak-anak. maka gangguan tidak dimasukkan

dalam fobia masa dewasa, yang memerlukan strukturalisasi kepribadian yang jauh lebih besar.

Ketakutan. pretikupasi, dan ruminasi morbid adalah karakteristik dari gangguan cemas

perpisahan. Anak-anak dengan gangguan menjadi ketakutan bahwa seseorang yang dekat

dengannya akan terluka atau bahwa sesuatu yang menakutkan akan terjadi pada mereka jika

mereka jauh dari tokoh penting yang mengasuh. Rasa takut akan kehilangan, diculik dan tidak

bertemu lagi dengan orangtuanya merupakan bentuk yang sering ditemukan.

Remaja mungkin tidak secara langsung mengekspresikan kecemasan tentang perpisahan

dari tokoh ibu. Pola tingkah laku mereka yang mencerminkan cemas perpisahan berupa

ketidaknyamanan meninggalkan rumah, terlibat dalam aktivitas sendirian dan terus

menggunakan tokoh ibu sebagai penolong missal dalam membeli pakaian, memasukan aktivitas

social dan rekreasional.

Gangguan cemas perpisahan pada masa kanak-kanak sering dimanifestasikan pada

pikiran bepergian atau dalam perjalanan bepergian dari ruamah. Anak-anak mungkin menolak

11

Page 12: refrat ansietas(3)

pergi berkemah, ke sekolah baru, atau bahkan ke rumah seorang teman. Seringkali, ada

kesinambungan antara kecemasan antisipatorik ringan sebelum perpisahan dari tokoh yang

penting dan kecemasan pervasif setelah terjadi perpisahan. Tanda pramonitorik adalah

iritabilitas, kesulilan makan, merengek, tinggal sendirian di ruangan, menggendong ke orangtua,

dan mengikuti orangtua ke mana saja. Seringkali, jika keluarga pindah, anak menunjukkan

kecemasan perpisahan dengan menggendong terus kepada tokoh ibu. Kadang-kadang cemas

relokasi geografik (geographic relocation anxiety) diekspresikan dalam perasaan kerinduan akan

rumah yang akut atau gejala psikologis yang timbul jika anak jauh dari rumah atau pergi ke

tempat yang baru. Anak-anak ingin pulang ke rumah dan menjadi asyik dengan khayalan tentang

betapa lebih baiknya rumah yang lama. Integrasi ke dalam situasi hidup yang baru menjadi

sangat sulit.

Kesulitan tidur sering ditemukan dan mungkin mengharuskan seseorang menemani anak-

anak sampai mereka tertidur. Anak-anak sering pergi ke tempat tidur orangtua atau bahkan tidur

di pintu orangtua jika ruang tidur terkunci bagi mereka. Mimpi buruk dan ketakutan morbid

adalah ekspresi lain dari kecemasan.

Gangguan kecemasan yang paling sering bersamaan denga gangguan cemas perpisahan

adalah fobia spesifik yang terjadi pada kira-kira sepertiga dari semua kasus gangguan cemas

perpisahan yang dirujuk.

Diagnosis

kriteria Gangguan cemas

perpisahan

Fobia social Gangguan kecemasan

umum

durasi minimal untuk

menegakkan

diagnosis

Sekurangnya 4

mingguTidak ada minimal Sekurangnya 6 bulan

Usia onsetPrasekolah sampai 18

tahunTidak ditentukan Tidak ditentukan

Stress pencentus Perpisahan dari tokoh

parental, kehilangan

lain, bepergian

Tekanan untuk

berperan serta dengan

teman sebaya

Tekanan yang tidak

lazim pada kinerja,

kerusakan harga diri,

perasaan tidak

12

Page 13: refrat ansietas(3)

memiliki kecakapan

Hubungan teman

sebaya

Baik jika tidak ada

perpisahan

Tentative, jelas

terhambat

Keinginan yang jelas

untuk menyenangkan,

teman sebaya dicari

dan hubungan

ketergantungan

ditegakkan

Tidur

Menolak pergi tidur,

takut terhadap gelap,

mimpi buruk

Kadang-kadang sulit

tidurSulit tidur

Gejala psikofisiologis

Nyeri perut,mual,

muntah, gejala mirip

flu, nyeri kepala,

berdebar, pusing,

pingsan

Sedih, ketegangan

tubuh

Nyeri perut,mual,

muntah, nafas sesak,

pusing, berdebar

Diagnosis banding

Gangguan kecemasan

umum, skizofrenia,

gangguan depresif,

gangguan konduksi,

gangguan

perkembangan

pervasive, gangguan

panic dengan

agorafobia

Gangguan

penyesuaian dengan

mood terdepresi,

gangguan kecemasan

umum, gangguan

cemas perpisahan,

gangguan depresif

berat, gangguan

kepribadian

menghindar

Gangguan cemas

perpisahan, gangguan

defisit atensi,

gangguan psikotik,

gangguan obsesif-

kompulsif

Terapi

Pendekatan terapi multimodal termasuk psikoterapi individual, pendidikan keluarga dan

terapi keluarga dianjurkan untuk gangguan cemas perpisahan. Farmakoterapi juga berguna jika

psikoterapi saja tidak cukup. Obat tricyclic imipramine (Tofranil), biasanya dimulai dengan dosis

25 mg sehari, ditingkatkan dengan panambahan dosis 25 mg sampai total 150-200 mg sehari.

13

Page 14: refrat ansietas(3)

b. Gangguan anxietas fobik masa kanak

Fobia adalah suatu ketakutan yang tidak rasional yang menyebabkan penghindaran yang

disadari terhadap obyek, aktivitas, atau situasi yang ditakuti. Fobia adalah ketakutan yang

berlebihan yang disebabkan oleh benda, binatang ataupun peristiwa tertentu. Sifatnya biasanya

tidak rasional, dan timbul akibat peristiwa traumatik yang pernah dialami individu. Fobia juga

merupakan penolakan berdasar ketakutan terhadap benda atau situasi yang dihadapi, yang

sebetulnya tidak berbahaya dan penderita mengakui bahwa ketakutan itu tidak ada dasarnya.

Fobia simpel: sumber binatang, ketinggian, tempat tertutup, darah. Yang menderita banyak

perempuan, dimulai semenjak kecil.

Banyak yang minta pertolongan. Banyak perempuan yang menderita ini dimulai pada

masa remaja. Simtom: ketegangan, pusing, kompulsi, merenung, depresi, ketakutan menjadi gila.

90% dari suatu sampel: takut tempat tinggi, tempat tertutup, elevator.

Fobia dibedakan menjadi dua jenis,yaitu:

a. Fobia Spesifik

Sebuah fobia spesifik adalah rasa takut, intens irasional dari sesuatu yang sedikit atau

tidak menimbulkan bahaya yang sebenarnya. Beberapa fobia spesifik lebih umum dipusatkan di

tempat-tempat tertutup, ketinggian, eskalator, terowongan, air, terbang, anjing, dan cedera yang

melibatkan darah. Fobia seperti ini tidak hanya sangat takut, mereka ketakutan irasional terhadap

suatu hal tertentu.Ketakutan berlebih yang disebabkan oleh benda, atau peristiwa traumatik

tertentu, misalnya: ketakutan terhadap kucing (ailurfobia), ketakutan terhadap ketinggian

(acrofobia), ketakutan terhadap tempat tertutup (agorafobia), fobia terhadap kancing baju, dsb.

b. Fobia Sosial

Fobia sosial, juga disebut gangguan kecemasan sosial, didiagnosa ketika orang-orang

menjadi sangat cemas dan terlalu sadar diri dalam situasi sosial sehari-hari. Orang dengan fobia

sosial memiliki ketakutan yang kuat, gigih, dan kronis sedang diawasi dan dinilai oleh orang lain

dan melakukan hal-hal yang akan mempermalukan mereka. Mereka bisa khawatir selama

berhari-hari atau berminggu-minggu sebelum situasi yang ditakuti. Ketakutan berlebih pada

kerumunan atau tempat umum. ketakutan ini disebabkan akibat adanya pengalaman yang

traumatik bagi individu pada saat ada dalam kerumunan atau tempat umum. misalnya

dipermalukan didepan umum, ataupun suatu kejadian yang mengancam dirinya pada saat diluar

rumah.

14

Page 15: refrat ansietas(3)

Terapi

Konseling dan medikasi: dorong pasien untuk dapat mengatur pernafasan, membuat

daftar situasi yang ditakuti atau dihindari, diskusikan cara-cara menghadapi rasa takut tersebut.

Dengan konseling banyak pasien tidak membutuhkan medikasi. Bila ada depresi bisa diberi

antidepresan lmipramin 25 mg/ hari ditingkatkan 25 mg samapi total 150-200 mg / hari. Bila ada

anxietas beri antianxietas dalam waktu singkat, karena bisa menimbulkan ketergantungan.

Konsultasi spesialistik bila rasa takut menetap.

1. Mulai sejak usia remaja < 18 tahun selama 6 bulan

2. Menjurus pada perhindaran terhadap situasi sosial > 1

3. Gambarannya dapat sangat jelas mis. makan di tempat umum, berbicara didepan

umum, hampir semua situasi di luar keluarga

4. Biasanya disertai dengan harga diri yang rendah dan takut kritik

5. Dapat tercetus sebagai : malu (muka merah), tangan gemetar, mual, ingin buang

air kecil & gejala demikian dapat berkembang menjadi serangan cemas

c. Gangguan Stres Pasca-Trauma Posttraumatic Stress Disorder (PTSD)

Gangguan stres-pasca trauma terdiri dari: - pengalaman kembali trauma melalui mimpi

dan pikiran, penghindaran yang persisten oleh penderita terhadap trauma dan penumpulan

responsivitas pada penderita tersebut, kesadaran berlebihan dan persisten. Gejala penyerta yang

sering dan gangguan stres pasca-trauma adalah depresi, kecemasan dan kesulitan kognitif(contoh

pemusatan perhatian yang buruk)

Prevalensi seumur hidup gangguan stres pasca-trauma diperkirakan 1 sampai 3 persen

populasi umum, 5 sampai 15 persen mengalami bentuk gangguan yang subklinis. Walaupun

gangguan stres pasca-trauma dapat terjadi pada setiap usia, namun gangguan paling menonjol

pada usia dewasa muda. PTSD merupakan kecemasan akibat peristiwa traumatik yang biasanya

dialami oleh veteran perang atau orang-orang yang mengalami bencana alam . PTSD bisanya

muncul beberapa tahun setelah kejadian.

Akibat kejadian traumatik atau bencana yang tingkatnya sangat buruk: perkosaan,

peperangan, bencana alam, ancaman yang serius terhadap orang yang sangat dicintai, melihat

orang lain disakiti atau dibunuh. Akan berakibat tidak dapat konsentrasi, mengingat, tidak dapat

santai, impulsif, mudah terkejut, gangguan tidur, cemas, depresi, mati rasa; hal-hal yang

15

Page 16: refrat ansietas(3)

menyenangkan tidak menarik lagi, ada perasaan asing terhadap orang-lain dan yang lampau.

Kalau trauma dialami bersama orang lain, dan yang lain mati: ada rasa bersalah, sering terjadi

mimpi buruk atau gangguan tidur.

Gangguan pasca trauma dapat akut, kronis atau lambat, trauma akibat orang, serangan

fisik atau penganiayaan berlangsung lebih lama daripada trauma setelah bencana alam. Simtom

memburuk jika dihadapkan kepada situasi yang mirip. Dapat terjadi pada anak dan orang

dewasa. Simtom pada anak: mimpi tentang monster atau perubahan tingkah laku: ramai →

pendiam. Riwayat psikopatologi pada keluarga memegang peranan psikoterapi. Dapat melalui

terapi kelompok. Dengan cara ini penderita mendapatkan support dari teman-temannya.

PEDOMAN DIAGNOSTIK STRES PASCATRAUMA

A. Telah terpapar dengan peristiwa traumatik, didapati:

o mengalami, menyaksikan, dihadapkan dengan peristiwa yang berupa ancaman

kematian, atau kematian yang sesungguhanya atau cedera yang serius,atau

ancaman integritas fisik diri sendiri atau orang lain

o respon berupa rasa takut yang kuat, rasa tidak berdaya

B. Keadan traumatik secara menetap dialami kembali dalam satu atau lebih cara berikut:

o rekoleksi yang menderitakan, rekuren dan mengganggu tentang kejadian

o Mimpi menakutkan yang berulang tentang kejadian

o berkelakuan atau merasa seakan-akan kejadian traumatik terjadi kembali

o penderitaan psikologis yang kuat saat terpapar dengan tanda internal atau

eksternal yang menyimbolkan atau menyerupai suatu aspek kejadian traumatik

o reaktivitas psikologis saat terpapar dengan tanda internal atau eksternal yang

menyimbolkan atau menyerupai aspek kejadian traumatik

C. Penghindaran stimulus yang persisten yang berhubungan dengan trauma

D. Gejala menetap, adanya peningkatan kesadaran , seperti dua atau lebih berikut:

kesulitan tidur, irritabilitas, sulit konsentrasi, kewaspadaan berlebihan, respon kejut

yang berlebihan.

E. Lama gangguan gejala B,C,D adalah lebih dari satu bulan.

F. Gangguan menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan dalam

fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lain.

16

Page 17: refrat ansietas(3)

Pengobatan

Perawatan utama bagi orang-orang dengan PTSD adalah psikoterapi (sering disebut terapi

bicara), obat-obatan, atau keduanya. Setiap orang berbeda, sehingga pengobatan yang bekerja

untuk satu orang mungkin tidak bekerja bagi orang lain.

d. Gangguan Cemas Menyeluruh

(Generalized Anxiety Disorder)

Penyakit Kecemasan Menyeluruh merupakan kecemasan dan kekhawatiran yang

berlebihan akan sejumlah aktivitas atau peristiwa, yang berlangsung hampir setiap hari, selama 6

bulan atau lebih.

Gambaran esensial dan gangguan ini adalah adanya anxietas yang menyeluruh dan

menetap (bertahan lama), Gejala yang dominant sangat bervariasi, tetapi keluhan tegang yang

berkepanjangan, gemetaran, ketegangan otot, berkeringat, kepala terasa ringan, palpitasi, pusing

kepala dan keluhan epigastnik adalah keluhankeluhan yang lazim dijumpai. Ketakutan bahwa

dirinya atau anggota keluarganya akan menderita sakit atau akan mengalami kecelakaan dalam

waktu dekat, merupakan keluhan yang seringkali diungkapkan. Kecemasan dan kekhawatiran ini

sangat berlebihan sehingga sulit dikendalikan.

Mereka tidak dapat santai, mudah terkejut, dan mengalami kesulitan berkonsentrasi.

Seringkali mereka sulit tidur atau tidur. gejala fisik yang sering menyertai kegelisahan meliputi

kelelahan, sakit kepala, ketegangan otot, nyeri otot, kesulitan menelan, gemetar, gugup, lekas

marah, berkeringat, mual, ringan, harus pergi ke kamar mandi sering, merasa kehabisan napas,

dan hot flashes.

Selain itu, penderita mengalami 3 atau lebih dari gejala-gejala berikut:

Gelisah

Mudah lelah

Sulit berkonsentrasi

Mudah tersinggung

Ketegangan otot

Gangguan tidur

17

Page 18: refrat ansietas(3)

Penyakit ini sering terjadi, sekitar 3-5% orang dewasa pernah mengalaminya 2 kali lebih

sering terjadi pada wanita. Seringkali berawal pada masa kanak-kanak atau remaja. Keadaan ini

berfluktuasi, semakin memburuk ketika mengalami stres dan menetap selama bertahun-tahun.

Tanda-tanda; kecemasan kronis terus menerus rnencakup situasi hidup (cemas akan

terjadi kecelakaan, kesulitan finansial). Ada keluhan somatik: berpeluh, merasa panas, jantung

berdetak keras, perut tidak enak, diare, sering buang air kecil, dingin, tangan basah, mulut

kering, tenggorokan terasa tersumbat, sesak nafas, hiperaktivitas sistem saraf otonomik. Merasa

ada gangguan otot: ketegangan atau rasa sakit pada otot terutama pada leher dan bahu, pelupuk

mata berkedip terus, bcrgetar, mudah lelah, tidak mampu untuk santai, mudah terkejut, gelisah,

sering berkeluh. Cemas akan terjadinya bahaya, cemas kehilangan kontrol, cemas akan

mendapatkan.serangan jantung, cemas akan mati. Sering penderita tidak sabar, mudah marah,

tidak dapat tidur, tidak dapat konsentrasi.

Penderita harus menujukkan anxietas sebagai gejala primer yang berlangsung hampir

setiap hari untuk beberapa minggu sampai beberapa bulan, yang tidak terbatas atau hanya

menonjol pada keadaan situasi khusus tertentu saja ( sifatnya “free floating” atau

“mengambang”).

Gejala - gejala tersebut biasanya mencakup unsur-unsur berikut:

a) Kecemasan ( khawatir akan nasib buruk, merasa seperti diujung tanduk, sulit konsentrasi,

dsb.);

b) Ketegangan motorik (gelisah, sakit kepala, gemetaran, tidak dapat santai);

c) Overaktivitas otonomik ( kepala terasa ringan, berkeringat, jantung berdebar-debar, sesak

napas, keluhan lambung, pusing kepala, mulut kering, dsb.).

Pada anak-anak sering terlihat adanya kebutuhan berlebihan untuk ditenangkan (reassurance)

serta keluhan-keluhan somatik berulang yang menojol.

Terapi

Seperti gangguan kecemasan lainnya, GAD adalah bisa diobati. Terapi kognitif-perilaku

yang efektif bagi banyak orang, membantu mereka untuk mengidentifikasi, memahami, dan

memodifikasi pemikiran yang salah dan pola perilaku. Hal ini memungkinkan orang dengan

GAD belajar untuk mengendalikan khawatir mereka. Beberapa orang dengan GAD juga minum

obat.

18

Page 19: refrat ansietas(3)

Konseling dan medikasi: informasikan bahwa stres dan rasa khawatir keduanya

mempunyai efek fisik dan mental. Mempelajari keterampilan untuk mengurangi dampak stres

merupakan pertolongan yang paling efektif. Mengenali, menghadapi dan menantang

kekhawatiran yang berlebihan dapat mengurangi gejala anxietas. Kenali kekhawatiran yang

berlebihan atau pikiran yang pesimistik. Latihan fisik yang teratur sering menolong. Medikasi

merupakan terapi sekunder, tapi dapat digunakan jika dengan konseling gejala menetap. 

Medikasi anxietas : misal Diazepam 5 mg malam hari, tidak lebih dari 2 minggu, beta bloker

dapat membantu mengobati gejala fisik, antidepresan bila ada depresi. Konsultasi spesialistik

bila anxietas berat dan berlangsung lebih dan 3 bulan.

Untuk mengatasinya biasanya diberikan obat anti-cemas (misalnya benzodiazepin); tetapi

karena pemberian jangka panjang bisa menyebabkan ketergantungan fisik, maka dosisnya harus

dikurangi secara perlahan, tidak dihentikan secara tiba-tiba. Buspiron merupakan obat lainnya

yang juga efektif untuk mengatasi kecemasan menyeluruh. Pemakaian obat ini tampaknya tidak

menyebabkan ketergantungan fisik. Tetapi efeknya baru tampak setelah 2 minggu atau lebih,

sedangkan efek benzodiazepin akan tampak beberapa menit setelah pemberian obat.

Terapi perilaku biasanya tidak efektif, karena keadaan yang memicu terjadinya

kecemasan tidak jelas. Kadang dilakukan relaksasi dan teknik biofeed-back. Penyakit kecemasan

menyeluruh bisa berhubungan dengan pertentangan psikis.

Pertentangan ini seringkali berhubungan dengan rasa tidak aman dan sikap kritis yang

merusak diri sendiri. Pada keadaan ini dilakukan psikoterapi untuk membantu memahami dan

menyelesaikan pertentangan psikis.

Gangguan cemas menyeluruh adalah suatu kekhawatiran yang berlebihan dan dihayati

disertai gejala somatik yang menyebabkan gangguan bermakna dan fungsi sosial atau pekerjaan

atau penderitaan yang jelas bagi pasien.

Gejala

Gejala utamanya adalah kecemasan, ketegangan motorik, hiperaktivitas otonom, dan

kewaspadaan kognitif. Ketegangan motorik sering ditunjukkan dengan gemetarm gelisah serta

nyeri kepala. Gejala lain yang mengikuti, pasien mudah tersinggung dan dikejutkan. Gangguan

seperti ini terjadi secara kronik dan mungkin bisa berlangsung seumur hidup.

19

Page 20: refrat ansietas(3)

Pengobatan

Pengobatan yang efektif untuk gangguan ini adalah dengan mengkombinasikan terapi psikologis

dan farmakoterapi.

GAD juga dapat diserta dengan gangguan obsesif dan kompulsif

Prevalensi seumur hidup gangguan obsesif-kompulsif pada populasi umum diperkirakan

adalah 2-3 persen. Waktu tidak diobati, OCD dapat mengganggu semua aspek kehidupan.

Obsesif adalah pikiran, perasaan, ide yang berulang, tidak bisa dihilangkan dan tidak

dikehendaki. Kompulsif adalah tingkah-laku yang berulang, tidak bisa dihilangkan dan tidak

dikehendaki seperti mengunci pintu berulang kali, mencuci tangan yang berulang kali. Obsesif

kompulsif ini biasanya cenderung pada perilaku bersih-bersih.

Ada 5 bentuk obsesi:

1. Kebimbangan yang obsesif: pikiran bahwa suatu tugas yang telah selesai tidak secara

baik (75% dari pasien).

2. Pikiran yang obsesif: pikiran berantai yang tidak ada akhirnya. Biasanya fokus pada

kejadian yang akan datang (34% dari pasien).

3. Impuls yang obsesif; dorongan untuk melakukan suatu perbuatan (17%).

4. Ketakutan yang obsesi kecemasan untuk kehilangan kontrol dan melakukan sesuatu yang

memalukan (26%)

5. Bayangan obsesif: bayangan terus menerus mengenai sesuatu yang dilihat (7%).

Kompulsi (2 macam).

1. Dorongan kompulsif yang memaksa suatu perbuatan: melihat pintu berkali-kali (61%).

2. Kompulsi mengontrol: mengontrol dorongan kompulsi (tidak menuruti dorongan

tersebut): mengontrol dorongan inses dengan berkali-kali menghitung sampai 10.

DIAGNOSIS BANDING

Kondisi fisik

- Gangguan neurologis (epilepsi lobul temporalis, komplikasi trauma, dsb)

Kondisi psikiatrik

- Skizofrenia, fobia, gangguan depresif.

 

20

Page 21: refrat ansietas(3)

Terapi

Konseling dan medikasi : mengenali, menghadapi, menantang pikiran yang berulang

dapat mengurangi gejala obsesif, yang pada akhirnya mengurangi perilaku kompulsif. Latihan

pernafasan. Bicarakan apa yang akan dilakukan pasien untuk mengatasi situasi. Bila diperlukan

bisa diberi Klomipramin 100 - 150 mg. Konsultasi spesialistik bila kondisi tidak berkurang atau

menetap. 

2.7 Pengukuran Gangguan Ansietas dan Gangguan Depresi 8

2.7.1. Child Behavior Checklist (CBCL)

Child Behavior Checklist dibuat oleh Thomas Achenbach, yang diawali dengan deskripsi

masalah yang dihadapi orang tua dan para profesional kesehatan mental. Deskripsi ini

berdasarkan penelitian terdahulu, literatur klinis dan konsultasi dengan psikolog klinis serta

psikiater anak dan pekerja sosial kejiwaan. Akhirnya didapati 118 items seperti yang terdapat

pada lampiran.

Child Behavior Checklist merupakan skala pengukuran yang digunakan untuk menilai

prilaku dan kompetensi sosial anak pada usia 4 sampai 18 tahun. CBCL terdiri dari 7 skala

subklinikal yaitu witerhadaprawn behaviour, somatic complaints dan anxious/depressed, social

problems, thought problems, attention problems, delinquency behavior, aggression behavior.

Child Behavior Checklist merupakan formulir yang sudah distandarisasi, diisi oleh orang

tua yang digunakan untuk menilai laporan orang tua dan pribadi anak yang menggambarkan

gejala ansietas dan depresi serta keluhan somatik. Selanjutnya diperoleh skor internalisasi

(witerhadaprawn, somatic complaints dan anxious/depressed) dan skor eksternalisasi

(aggression behavior, delinquency behavior). Untuk masing- masing skor diperoleh skor T

berdasarkan daftar. Data berdasarkan T skor normal untuk usia dan jenis kelamin. Skor T 60

digunakan sebagai cut off point.

2.7. 2. Children’s Depression Inventory’s (CDI)

Children’s Depression Inventory’s adalah skala yang digunakan untuk menilai gejala

depresi pada anak dan remaja usia 7 sampai 17 tahun. CDI merupakan kuesioner yang terdiri dari

27 item, dimana untuk setiap pertanyaan tersebut mendapat skor minimal nol dan maksimal dua,

skor nol menunjukkan tidak ada gejala, skor satu untuk gejala ringan, dan skor dua untuk gejala

berat. Dikatakan gangguan depresi bila diperoleh nilai total ≥ 13.

21

Page 22: refrat ansietas(3)

Beberapa studi mengatakan bahwa anak dengan gangguan depresi mempunyai nilai lebih

tinggi dengan menggunakan CDI daripada anak yang tidak mengalami depresi dengan gangguan

lainnya. Children’s Depression Inventory’s digunakan sebagai alat skrining yang berguna untuk

memberikan informasi berdasarkan umur, jenis kelamin dan gambaran tentang gejala-gejala anak

yang mengalami depresi. Berdasarkan studi epidemiologi, skala ini sudah banyak dipergunakan

sebagai skrining pada anak-anak yang mengalami depresi.

2.8 PROGNOSIS

Gangguan cemas biasanya memiliki onsetnya selama masa remaja akhir atau masa

dewasa awal, walaupun onset selama masa anak-anak, remaja awal, dan usia pertengahan dapat

terjadi. Biasanya kronik dan bervariasi tiap individu. Frekuensi dan kepasrahan serangan cemas

mungkin berfluktuasi. Serangan cemas dapat terjadi beberapa kali sehari atau kurang dari satu

kali dalam sebulan. Penelitian follow up jangka panjang gangguan cemas sulit diinterpretasikan.

Namun demikian kira-kira 30-40% pasien tampaknya bebas dari gejala follow up jangka

panjang, kira-kira 50% memiliki gejala yang cukup ringan yang tidak mempengaruhi

kehidupannya secara bermakna dan kira-kira 10-21 % terus memiliki gejala yang bermakna.

Depresi dapat mempersulit gambaran gejala pada kira-kira 40-80 % dari semua pasien.

Pasien dengan fungsi premorbid yang baik dan lama gejala singkat cenderung memiliki

prognosis yang baik.

22

Page 23: refrat ansietas(3)

BAB III

KESIMPULAN

Anxietas adalah perasaan yang difus, yang sangat tidak menyenangkan, agak tidak

menentu dan takut terhadap sesuatu yang akan terjadi. Perasaan ini disertai dengan suatu

atau beberapa reaksi badaniah yang khas dan yang akan datang berulang bagi seseorang.

Perasaan ini dapat berupa rasa kosong di perut, dada sesak, jantung berdebar, keringat

berlebihan, sakit kepala atau rasa mau kencing atau buang air besar. Perasaan ini disertai

dengan rasa ingin bergerak dan gelisah.

• perempuan 2-3 kali lebih sering terkena dari pada laki-laki

• Etiologi :

– Biologis : norepinefrin, serotonin, dan gamma-aminobutyric acid (GABA).

– Genetika : peningkatan resiko gangguan cemas sebesar 4-8 kali lipat pada sanak

saudara derajat pertama pasien dengan gangguan cemas dibandingkan dengan

sanak saudara derajat pertama dari pasien dengan gangguan psikiatrik lainnya.

Demikian juga pada kembar monozigot.

– Psikososial : Teori kognitif,teori psikoanalitik

Gejala : Palpitasi, berkeringat, gemetar, sesak napas, perasaan tercekik, nyeri dada atau

perasaan tidak nyaman, mual dan gangguan perut, pusing, bergoyang. melayang. atau

pingsan.

• Bentuk anxietas : Gangguan Cemas perpisahan , gangguan Fobik, Gangguan Stres Pasca

Trauma, Gangguan Anxietas Menyeluruh.

23

Page 24: refrat ansietas(3)

Daftar Pustaka

1. American Psychiatric Association, Diagnostic Creteria, DSM -IV - TR, 2005 : 209 -

223

2. Departemen Kesehatan R.l. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di

Indonesia III, Direktorat Jenderal Pelayanan Medik 1993: 171 -195.

3. Anxiety Disorder. Diunduh dari :

http://www.webmd.com/anxiety-panic/guide/mental-health-anxiety-disorders?page=2

tanggal 25 maret 2011

4. Departemen Kesehatan R.l. Direktorat Kesehatan Jiwa Masyarakat , Direktorat

Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat: Gangguan Anxietas.

5. Rusdi M. 2003. PPDGJ-III. PT Nuh Jaya. Jakarta

6. Sadock BJ, Sadock VA: Kaplan & Sadock’s Synopsis of Psychiatry 10 th.ed.

Lippincott Williams & Wilkins, 2007:579- 633.

7. Setyonegoro KR, IskandarY : Anxietas. Yayasan Drama Usada, Yakarta, 1980:2-4.

8. Stahl SM: Essential Psychopharmacology Neuroscientific Basis and Practical

Applications 2nd ed Cambridge University Press . 2002 : 300

9. Kliegman. 2004. Nelson Textbook Of Pediatrics 18th ed. Elsevier.

-

24

Page 25: refrat ansietas(3)

25