makalah ansietas

37
LAPORAN PENDAHULUAN A. Khasus (masalah utama) Ansietas B. Alasan Masuk Rumah Sakit: Pasien datang ke rumah sakit X, karena klien gelisah, Sering napas pendek, nadi dan tekanan darah naik, mulut kering, anoreksia, diare/konstipasi, berkeringat, tremor, sakit kepala, dan sulit tidur. C. Rentang respons ansietas Ansietas adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik. Ansietas dialami secara subjektif dan dikomunikasikan secara interpersonal. Ansietas berbeda dengan rasa takut, yang merupakan penilaian intelektual terhadap bahaya. Ansietas adalah respons emosional terhadap penilaian tersebut. Kapasitas untuk menjadi cemas diperlukan untuk bertahan hidup, tetapi tingkat ansietas yang berat tidak sejalan dengan kehidupan. 1

description

ini adalah makalah ansietas yang sering dialamai oleh pasien dengan gangguan sakit jiwa

Transcript of makalah ansietas

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Khasus (masalah utama)

Ansietas

B. Alasan Masuk Rumah Sakit:

Pasien datang ke rumah sakit X, karena klien gelisah, Sering napas pendek,

nadi dan tekanan darah naik, mulut kering, anoreksia, diare/konstipasi,

berkeringat, tremor, sakit kepala, dan sulit tidur.

C. Rentang respons ansietas

Ansietas adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang berkaitan

dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak

memiliki objek yang spesifik. Ansietas dialami secara subjektif dan

dikomunikasikan secara interpersonal. Ansietas berbeda dengan rasa takut,

yang merupakan penilaian intelektual terhadap bahaya. Ansietas adalah

respons emosional terhadap penilaian tersebut. Kapasitas untuk menjadi

cemas diperlukan untuk bertahan hidup, tetapi tingkat ansietas yang berat

tidak sejalan dengan kehidupan.

1

RENTANG RESPONS ANSIETAS

Respons adaptif Respons mal adaptif

Antisipasi Ringan Sedang Berat Panik

Gangguan ansietas merupakan masalah psikiatri yang paling sering

terjadi di Amerika Serikat.

Tingkat ansietas sebagai berikut.

1. Ansietas ringan berhugungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-

hari; ansietas ini menyebabkan individu menjadi waspada dan meningkatkan

lapang persepsinya. Ansietas ini dapat memotivasi belajar dan menghasilkan

pertumbuhan serta kreativitas.

2. Ansietas sedang memungkinkan individu untuk berfokus pada hal yang

penting dan mengesampingkan yang lain. Ansietas ini mempersempit lapang

persepsi individu. Dengan demikian, individu mengalami tidak perhatian

yang selektif namun dapat berfokus pada lebih banyak area jika diarahkan

untuk melakukannya.

3. Ansietas berat sangat mengurangi lapang persepsi individu. Individu

cenderung berfokus pada suatu yang rinci dan spesifik serta tidak berpikir

tentang hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan.

Individu tersebut memerlukan banyak arahan untuk berfokus pada area lain.

4. Tingkat panik dari ansietas berhubungan dengan terperangah, ketakutan, dan

teror. Hal yang rinci terpecah dari proporsinya. Karena mengalami kehilangan

kendali, individu yang mengalami panik tidak mampu melakukan sesuatu

walaupun dengan arahan. Panik mencakup disorganisasi kepribadian dan

menimbulkan peningkatan aktivitas motorik, menurunnya kemampuan untuk

berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menyimpang, dan kehilangan

pemikiran yang rasional. Tingkat ansietas ini tidak sejalan dengan kehidupan;

jika berlangsung terus dalam waktu yang lama, dapat terjadi kelelahan dan

kematian.

2

D. Proses terjadinya masalah

1. Definisi

Ansietas adalah perasaan takut yang tidak jelas dan tidak didukung oleh

situasi. Ketika merasa cemas, individu merasa tidak nyaman atau takut

atau mungkin memiliki firasat akan ditimpa malapetaka padahal ia tidak

mengerti mengapa emosi yang mengancam tersebut terjadi. Tidak ada

objek yang dapat diidentifikasi sebagai stimulus ansietas (Corner, 1992).

Ansietas merupakan alat peringatan internal yang memberikan tanda

bahaya kepada individu.  Kecemasan memiliki nilai yang positif. Menurut

Stuart dan Laraia (2005) aspek positif dari individu berkembang dengan

adanya konfrontasi, gerak maju perkembangan dan pengalaman mengatasi

kecemasan. Tetapi pada keadaan lanjut perasaan cemas dapat mengganggu

kehidupan seseorang.

2. Etiologi

Penyebab ansietas meliputi :

a. Perasaan takut tidak diterima dalam lingkungan tertentu.

b. Pengalaman traumatis seperti trauma perpisahan, kehilangan atau

bencana.

c. Rasa frustasi akibat kegagalan dalam mencapai tujuan.

d. Ancaman terhadap integritas diri, meliputi ketidakmampuan fisiologis

atau gangguan terhadap kebutuhan dasar.

e. Ancaman terhadap konsep diri (identitas diri, harga diri, dan perubahan

peran).

3. Selain itu faktor yang mempengaruhi sebagai berikut:

a. Faktor Predisposisi

Stressor predisposisi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang

dapat menyebabkan timbulnya kecemasan (Suliswati, 2005).

Ketegangan dalam kehidupan tersebut dapat berupa:

3

1) Peristiwa traumatik, yang dapat memicu terjadinya kecemasan

berkaitan dengan krisis yang dialami individu baik krisis

perkembangan atau situasional.

2) Konflik emosional, yang dialami individu dan tidak terselesaikan

dengan baik. Konflik antara id dan superego atau antara keinginan

dan kenyataan dapat menimbulkan kecemasan pada individu.

3) Konsep diri terganggu akan menimbulkan ketidakmampuan individu

berpikir secara realitas sehingga akan menimbulkan kecemasan.

4) Frustasi akan menimbulkan rasa ketidakberdayaan untuk mengambil

keputusan yang berdampak terhadap ego.

5) Gangguan fisik akan menimbulkan kecemasan karena merupakan

ancaman terhadap integritas fisik yang dapat mempengaruhi konsep

diri individu.

6) Pola mekanisme koping keluarga atau pola keluarga menangani

stress akan mempengaruhi individu dalam berespon terhadap konflik

yang dialami karena pola mekanisme koping individu banyak

dipelajari dalam keluarga.

7) Riwayat gangguan kecemasan dalam keluarga akan mempengaruhi

respons individu dalam berespons terhadap konflik dan mengatasi

kecemasannya.

8) Medikasi yang dapat memicu terjadinya kecemasan adalah

pengobatan yang mengandung benzodizepin, karena benzodiazepine

dapat menekan neurotransmiter gamma amino butyric acid (GABA)

yang mengontrol aktivitas neuron di otak yang bertanggung jawab

menghasilkan kecemasan.

b. Faktor Presipitasi

Stresor presipitasi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang

dapat mencetuskan timbulnya kecemasan (Suliswati, 2005). Stressor

presipitasi kecemasan dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu :

4

1) Ancaman terhadap integritas fisik. Ketegangan yang mengancam

integritas fisik yang meliputi :

a) Sumber internal, meliputi kegagalan mekanisme fisiologis sistem

imun, regulasi suhu tubuh, perubahan biologis normal (misalnya :

hamil).

b) Sumber eksternal, meliputi paparan terhadap infeksi virus dan

bakteri, polutan lingkungan, kecelakaan, kekurangan nutrisi, tidak

adekuatnya tempat tinggal.

2) Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber internal dan eksternal.

a) Sumber internal : kesulitan dalam berhubungan interpersonal di

rumah dan tempat kerja, penyesuaian terhadap peran baru.

Berbagai ancaman terhadap integritas fisik juga dapat mengancam

harga diri.

b) Sumber eksternal : kehilangan orang yang dicintai, perceraian,

perubahan status pekerjaan, tekanan kelompok, sosial budaya.

4. Stresor Pencetus

Stresor pencetus dapat berasal dari sumber internal atau eksternal. Stresor

pencetus dapat dikelompokan dalam dua kategori:

a. Ancaman terhadap integritas fisik meliputi disabilitas fisiologis yang

akan terjadi atau penurunan kemampuan untuk mlakukan aktifitas

sehari-hari.

b. Ancaman terhadap sistem diri dapat membahayakan identitas, harga

diri, dan fungsi sosial yang terintegrasi pada individu.

5. Penilaian Stresor

Pemahaman tentang ansietas perlu integrasi banyak faktor, termasuk

pengetahuan dari perspektif psikoanalitis, interpersonal, perilaku, genetik,

dan biologis. Penilaian mendorong pengkajian perilaku dan persepsi

5

pasien dalam mengembangkan intervensi keperawatan yang tepat.

Penilaian juga menunjukkan berbagai faktor penyebab dan menekankan

hubungan timbal balik antara faktor-faktor tersebut dalam menjelaskan

perilaku yang terjadi. Dengan demikian, pemahaman yang benar tentang

ansietas bersifat holistik.

.

6. Sumber Koping

Individu dapat mengalami stress dan ansietas dengan menggerakkan

sumber koping dilingkungan. Sumber koping tersebut yang berupa modal

ekonomi, kemampuan penyelesaian masalah, dukungan sosial dan

keyakinan budaya dapat membantu individu mengintegrasikan

pengalaman yang menimbulkan stress dan mengadopsi strategi koping

yang berhasil.

7. Mekanisme Koping

Ketika mengalami ansietas, individu menggunakan berbagai mekanisme

koping untuk mencoba mengatasinya; ketidakmampuan mengatasi ansietas

secara konstruktif merupakan penyebbab utama terjadinya perilaku

patologis. Pola yang biasa digunakan individu unuk mengatasi ansietas

ringan cenderung tetap dominan ketika ansietas menjadi lebih intens.

Ansietas ringan sering ditanggulangi tanpa pemikiran yang sadar.

6

D. Pohon Masalah

E. Diagnosa Keperawatan

Diagnosis keperawatan untu pasien ini dirumuskan menjadi: Ansietas.

7

Halusinasi

Perilaku Kekerasan

Ansietas

Perubahan persepsi konseptual

Defisit perawatan diri

Intoleransi

aktivitas

Isolasi sosial

HDR, Peran diri, Ideal diri, Identitas diri, Body Image

Resiko menciderai diri sendiri, orang lain, dan

merusak lingkungan, serta Resiko Bunuh Diri.

Stressor (traumatif, frustasi, ancaman terhadap

konsep diri, kurangnya pengetahuan)

Koping individu tidak

efektif.

Menarik Diri

Kurang kooperatif: Sulit di ajak Bicara

F. Rencana Tindakana Keperawatan

GENERALIS SPESIALIS

PADA KLIEN DENGAN ANSIETAS

TUJUAN TINDAKAN TERAPI TUJUAN

TUM:

Pasien mampu

mengatasi rasa ansietas

Individu:

A. CBT

B. Perilaku

C. Relaksasi training

1. Napas dalam

2. Meditasi

3. Visualisasi

4. Penghentian pikiran

A. Memberikan informsi tentang ansietas dan cara

mengatasi

B. Management perilaku, perubahan perilaku

1. Mengatasi atau menurunkan ansietas dengan

meningkatkan kapasitas paru sehingga

menimbulkan efek relaksasi (management gejala)

2. Mengatasi atau menurunkan ansietas yang

mengakibatkan gangguan konsentrasi

3. Mengatasi atau menurunkan ansietas dengan

menciptakan kenyataan hidup

4. mengatasi atau menurunkan ansietas dengan

mengatasi pikitran negatif atau mal adaptif

8

TUK 1 (SP 1)

1. Pasien mampu

mengungkapkann rasa

ansietas dan cara

mengatasi yang telah

digunakan

1.Mendiskusikan kondisi

saat ini

2.Mendiskusikan cara

mengatasi takut/ cemas

Kelompok:

1. Kelompok support

2. Musik

1. Meningkatkan kemampuan koping

2. Mengatasi atau menurunkan ansietas dan

meningkatkan kemampuan klien

TUK 2 (SP 2)

1. Pasien menerima

dukungan emosional,

sosial dan spiritual

1.Melatih cara mengatasi

takut dan cemas dengan

dukungan emosi

2.Melatih cara mengatasi

takut dan cemas dengan

dukungan social

3.Melatih cara mengatasi

takut dan cemas dengan

dukungan spiritual

Keluarga:

1. Psikoedukasi 1. Menurunkan ansietas keluarga sampai ke tingkatan

paling rendah dengan meningkatkan pengetahuan

tentang penyakit dan cara perawatan klien serta

memberi dukungan keluarga.

9

Tindakan Berdasarkan Tingkatannya

Ringan sampai Sedang Strategi perawatan

Memberi informasi nyata

Memperingatkan kejadian stresful

Memberikan kesempatan untuk control dan partisipasi (mengajarkan ketrampilan koping secara langsung

Pengetahuan tentang ketakutan

Meningkatkan kesempatan untuk mengontrol pengambilan keputusan, aktivitas, stimulasi sensosi, dan

dukungan social

Menurunkan nyeri

Menurunkan gangguan sensori dan isolasi

Membangun harapan

10

Sedang sampai berat Strategi perawatan

Menunjukkan dukungan

Mendorong express feeling, keragu-raguan, dan ketakutan

Ekplorasi kejadian stressful Memberikan informasi yang akurat Evaluasi pengobatan anti anxietas

Control nyeri

Meningkatkan control pasien

Managemen pani

Pijatan, sentuhan dan latihan fisik

Relaksasi, nafas dalam, focusing dan teknik imagery

Hubungi sumber-sumber yang ahli.

11

Berat sampai panik Strategi perawatan

Temani pasien

Mempertahankan situasi yang tenang, menurunkan stimulasi Gunakan pengobatan anti anxietas, monitor

secara hati-hati Pastikan kontrol nyeri adekuat

Gunakan teknik focusing dan nafas dalam

Gunakan demontrasi

Ulangi jawaban singkat

Hubungi sumber-sumber yang ahli

12

Tindakan Kolaborasi (Psikofarmaka)

Jenis obat yang diberikan Penggunaan

Obat anti ansietas

1.Benzodiazepin (ansiolitika)

Obat antidepresan

1. SSRI: Sertraline, Paroxetine,

1. Ansietas berat, digunakan dalam waktu pendek, mempunyai

efek adiksi

1. Tidak menimbulkan efek

adiksi jika digunakan jangka panjang

13

STRATEGI DAN PELAKSANAAN TINDAKAN SETIAP HARI

A. Kondisi Klien

a. Respon fisik (mungkin ditemukan): Pasien sering mengalami napas

pendek, nadi dan tekanan darah naik, mulut kering, anoreksia,

diare/konstipasi, gelisah, berkeringat, tremor, sakit kepala, dan sulit tidur.

b. Respon kognitif: Lapang persepsi menyempit, pasien tidak mampu

menerima rangsang luar, dan berfokus pada apa yang menjadi

perhatiannya.

c. Respon perilaku dan emosi: Pasien mengalami bicara berlebihan dan

cepat, gerakan tersentak-sentak, dan perasaan tidak aman.

B. Diagnosa Keperawatan

Diagnosis keperawatan untu pasien ini dirumuskan menjadi: Ansietas

C. Tujuan

Tujuan tindakan keperawatan untuk pasien ansietas:

1. Pasien mampu mengenal ansietas

2. Pasien mampu mengatasi ansietas melalui teknik relaksasi.

3. Pasien mampu memeragakan dan menggunakan teknik relaksasi untuk

mengatasi ansietas.

Tujuan tindakan keperawatan untuk keluarga:

1. Keluarga mampu mengenal masalah ansietas pada anggota keluarganya.

2. Keluarga mampu memahami proses terjadinya masalah ansietas.

3. Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang mengalamai ansietas.

4. Keluarga mampu mempraktikan cara merawat pasien ansietas.

5. Keluarga mampu merujuk anggota keluarga yang mengalami ansietas.

14

D. Tindakan Keperawatan

Tindakan yang dilakukan pada pasien:

1. Bina hubungan saling percaya. Dalam membina hubungan saling percaya,

perlu di pertimbnagkan kenyamanan pasien dan saat berinteraksi.

TIndakan yang harus dilakukan dalam membina hubungan saling percaya

adalah:

a. Ucapan salam terapeutik

b. Berjabat tangan

c. Jelaskan tujuan interaksi

d. Buat kontrak topik, waktu dan tempat setiap kali bertemu pasien.

2. Bantu pasien mengenal ansietasnya:

a. Bantu pasien untuk mengidntifikasaikan dan menguraikan

perasaannya.

b. Bantu pasien menjelaskan situasi yang menimbulkan ansietas.

c. Bantu pasien mengenal penyebab ansietas.

3. Ajarkan pasien teknik relaksasi untuk meningkatkan kontrol dan rasa

percaya diri:

a. Pengalihan situasi

b. Latihan relaksasi: Tarik napas dalam, mengerutkan dan mengendorkan

otot-otot.

c. Hipnotis teknik lima jari. Motivasi pasien untuk melakukan teknik

relaksasi setiap kali muncul ansietas.

Tindakan keperawatan untuk keluarga:

1. Diskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien.

2. Diskusikan proses terjadinya ansietas serta tanda dan gejala.

3. Diskusikan penyebab dan akibat ansietas.

4. Diskusikan cara merawat pasien ansietas dengan mengajarkan teknik

relaksas: mengalihkan situasi, latihan relaksasi (meliputi napas dalam,

mengerutkan dan mengendorkan otot), teknik lima jari.

15

5. Diskusikan dengan keluarga perilaku pasien yang perlu dirujuk dan

bagaimana merujuk pasien.

STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN

KEPERAWATAN

Strategi komunikasi dalam pelaksanaan tindakan keperawatan untuk

pasien:

SP 1-Pasien: Membina hubungan saling percaya, membantu pasien mengenal

ansietas, dan membantu pasien menjelaskan situasi yang menimbulkan cemas

A. Fase Orientasi:

“Assalamualaikum pak, perkenalkan saya perawat Wahyu Wulan, panggil

saja saya Wulan, saya perawat yang akan merawat bapak dan datang kerumah

bapak seminggu dua kali, yaitu hari rabu dan Sabtu jam 10.00 pagi. “Nama

bapak siapa, suka dipanggial apa?” “Bagaimana perasaan bapak hari ini? Oh,

jadi bapak merasa tidak nyaman?”, “Baiklah pak, kita akan berbincang-

bincang tentang perasaan yang bapak rasakan. “Berapa lama kita bincang-

bincang? “Bagaimana kalau 20 menit”.”Dimana tempatnya pak? Bagaimana

kalau disini saja?”

B. Fase Kerja:

“Apa yang bapak rasakan?, “Bagaimana perasaan itu bisa muncul?”. “Apa

yang bapak lakukan jka perasaan itu cemas itu muncul?”. “Oh, jadi bapak

mondar-mandir dan banyak bicara jika perasaan cemas dan tidak nyaman itu

muncul”.”Ada peristiwa apa sebelum ansietas itu muncul? “Atau adakah hal-

hal yang bapak pikirkan sebelumnya?”

“Jadi bapak akan merasa cemas jika ada pekerjaan bapak yang belum bisa

bapak selesaikan. Bisa kita diskusikan apa yang membuat pekerjaan bapak

tidak selesai? Oh, jadi bapak merasa beban kerja yang diberikan diluar

kesanggupan bapak untuk menyelesaikannya”.

“Apakah sebelumnya bapak pernah mendapatkan beban kerja yang tinggi

pula? Apakah bapak bisa menyelesaikan pekerjaan tersebut? Wah, baik

16

sekali, berarti dulu bapak mampu menyelesaikan pekerjaan yang banyak.

Bagaimana cara bapak menyelesaikan pekerjaan itu waktu dulu?”.

C. Fase Terminasi:

“Bagaimana perasaan bapak setelah kita bincang-bincang?”. “Coba bapak

sebutkan lagi apa yang membuat Bapak cemas?” apa perubahan yang bapak

rasakan dengan kondisi kecemasan,”. “Dua hari lagi saya akan datang untuk

mengajarkan latihan relaksasi, jam 10.00 tempatnya disini ya Pak, Sekarang

saya pamit dulu Assalamualaikum Wr Wb.”

SP 2-pasien. Mengevaluasi latihan pengalihan situasi. Mengajarkan dan melatih

latihan relaksasi tarik napas dalam, masukkan ke jadwal kegiatan harian.

A. Fase Orientasi:

“Selamat pagi, Pak Ahmad. Bagai mana perasaan bapak hari ini? Apakah

bapak sudah melatih cara mengalihkan situasi untuk menghilangkan

kecemasan Bapak? Bisa saya lihat jadwal kegiatan harian Bapak? Bagus

sekali apakah perasaan cemas berkurang? Hari ini saya akan mengajar

Bapak latihan relaksasi dengan teknik tarik napas dalam. Berapa lama kita

akan berlatih, Pak? Bagaimana jika 30 menit? Dimana kita diskusi? Bagai

mana kita ditaman bunga Pak?”

B. Fase Kerja:

“Coba Bapak ulangi apa yang bapak rasakan jika cemas muncul? Ya, jadi

bapak merasa seluruh badan Bapak tegang, baik fikiran maupun fisik. Nah,

latihan relaksasi ini bermanfaat untuk membuat fisik Bapak rileks atau

santai. Dalam latihan ini, Bapak harus memusatkan pikiran dan perhatian

pada pernapasan, gerakan mengembang dan mengempisnya otot dada Bapak

saat bernapas. Bisa kita mulai, Pak? Sekarang, Bapak silahkan duduk bersila

seperti saya. Pertama-tama, tarik napas perlahan-lahan. Dalam hitungan

satu, pikirkan udara memasuki bagian bawah paru-paru bapak pada hitungan

dua bayangkan udara mengisi bagian tengah paru-paru, dan pada hitungan

17

tiga, bayangkan seluruh paru-paru sudah terisi dengan udara. Setelah itu

denga hitungan tiga tahan nafas, lalu hembuskan udara melalui mulut degan

meniup udara perlahan-lahan. Nah, sekarang bapak lihat saya

mempraktikannya. Sekarang, coba bapak praktikkan! Wah, bagus sekali.

Bapak sudah mampu melakukannya. Ayo kita latih kembali selama 5-10

kali. Bagus sekali.”

C. Fase Terminasi:

“Bagaimana perasaan bapak setelah latihan tarik napas dalam ini? Jadi sudah

beberapa cara yang kita pelajari untuk mengatasi kecemasan Bapak, bisa

bapak sebutkan ? bagus sekali. Pukul berapa bapak akan berlatih cara ini?

Mari kita masukkan ke jadwal harian. Bapak setiap kali mulai merasa cemas.

Bapak langsung bisa mempraktikkan cara ini selama berlatih sesuai jadwal

yang sudah bapak buat. Lusa saya akan datang lagi untuk mengajarkan

latihan yang lain yaitu mengendurkan dan mengencangkan seluruh otot atau

relaksasi otot Bapak agar terasa rileks dan nyaman. Seperti biasa, pukul 10.

Selamat pagi.”

SP 3-Pasien: Mengevaluasi latihan tarik nafas dalam, mengajarkan dan melatih

latihan mengerutkan dan mengendurkan otot, memasukkan ke jadwal kegiatan

harian.

A. Fase Orientasi:

“Selamat pagi, pak. Bagaimana pernapasan bapak hari ini? Apakah bapak

sudah melatih kembali cara napas dalam untuk menghilangkan kecemasan

bapak? Bisa saya lihat jadwal kegiatan bapak ? wah, bagus sekali, bagaimana

perasaannya, baik sekali?”

B. Fase Kerja:

“Dalam melakukan latihan relaksasi mengerutkan dan mengendurkan otot

perlu diperhatikan konsentrasi bapak terhadap gerakan-gerakan otot. Bapak

jangan memikirkan hal yang lain saat latihan ini, hanya fokus pada otot. Baik

pak, kita mulai, posisi duduk saja, namun harus santai. Otot yang akan kita

18

latih mulai dari otot muka sampai otot kaki. Silahkan bapak kerutkan otot

muka seperti ini, kemudian kendorkan, lagi pak? Kerutkan otot muka, lalu

kendorkan. Baik sekali. Nah, sekarang otot punggung pak. Kerutkan otot

punggung, kendurkan, mari kita ulangi sampai 3 kali. Sekarang otot perutnya

pak, silahkan kerutkan, kendurkan, lagi, sampai bapak merasa nyaman. Nah,

sekarang otot tangan ya, pak, kerutkan, kendurkan. lalu yang terakhir otot

kaki, silahkan kerutkan, kemudia kendurkan. Bagus sekali.”

C. Fase Terminasi:

“Bagaimana perasaan bapak setelah kita latihan? Coba sebutkan berapa cara

yang dipelajari. Nah, sekarang masukkan lagi cara ini dalam jadwal.

Hari rabu depan, saya akan mengajari bapak satu cara lagi yaitu dengan

tekhnik 2 jari. Jam nya sama ya, pak. Selamat pagi.”

SP 4-Pasien. Mengevaluasi latihan mengerutkan dan mengendurkan otot,

mengajarkan dan melatih latihan relaksasi dengan tknik hipnotis 5 jari,

memasukkan ke jadwal kegiatan harian.

A. Fase Orientasi:

“Selamat pagi pak Ahmad, bagaimana perasaan bapak hari ini? Apakah bapak

sudah melatih 3 cara yang sudah kita pelajari? Cara mana yang paling bapak

sukai? Apakah cara itu dpat mengurangi kecemasan bapak? Pak, hari ini kita

akan mendiskusikan latihan relaksasi dengan teknik 5 jari.. berapa lama kita

akan berlatih, psk? Bagaimana jika 30 menit? Dimana kita diskusi?

Bagaimana jika diruang ini saja?

B. Fase Kerja:

“Baiklah, pak, kita akan mulai latihan 5 jari, latihan ini berguna untuk

memberi sugesti pikiran. Bapak agar tidak terfokus pada kecemasan. Latihan

ini berguna untuk meningkatkan semangat, menimbulkan kedamaian dihati

bapak, dan bapak dapat lakukan setiap kali bapak merasa tegang. Bapak bisa

lakukan latihan ini dengan berbaring, mata ditutup, lingkungan harus

tenang/sunyi sehingga bapak bisa konsentrasi. Baiklah, pak, langkah pertama,

19

satukan ibu jari dengan telunjuk, sambil melakuannya, kenang saat bapak

merasa sehat, menikmati kegiatan fisik yang menyenangkan, misalnya.

Bayangkan ketika bapak baru saja selesai mengikuti pertandingan bulu

tangkis dan bapak menjadi pemenangnya. Kedua, sentuhkan ibu jari bapak

dengan jari tengah, sambil melakukannya, kenang saat bapak bersama dengan

orang yang bapak sayangi (anak, orang tua, pasangan hidup, sahabat). Ketiga,

satukan ibu jari bapak dengan jari manis dan bayangkan ketika bapak

menerima pujian yang paling berkesan. Terakhir, satukan ibu jari bapak

dengan kelingking dan bayangkan bapak berada disatu tempat yang paling

bapak sukai, misalnya pantai, bayangkan bapak berjalan disekeliling pantai,

kembangkan khayalan bapak. Nah, bapak masih ingat apa yang harus bapak

bayangkan setiap ibu jari berentuhan dengan jari lainnya? Sekarang silahkan

bapak coba, saya akan menemani bapak disini. Sudah, pak? Coba sekali lagi.

Bagus sekali. Bapak tampak santai saat melakukan latihan ini.”

C. Fase Terminasi

“Bagaimana perasaan bapak setelah mempraktikannya sendiri? Bapak

merasakan rileks? Coba bapak sebutkan lagi ada beberapa cara yang sudah

kita pelajari untuk mengatasi cemas bapak. Bapak bisa melakukan latihan ini

sendiri setiap kali bapak merasa tegang. Jam berapa akan bapak latih cara ini,

silahkan bapak masukkan kedalam jadwal kegiatan harian bapak. Baiklah,

pak, saya rasa latihan kita cukup, dua hari lagi saya akan datang untuk

melihat apakah kecemasan bapak sudah benar-benar berkurang. Selamat pagi,

pak.”

Strategi komunikasi dalam pelaksanaan tindakan keperawatan untuk

keluarga:

SP 1-Keluarga: Membina hubungan saling percaya, mendiskusikan masalah

yang dihadapi keluarga., menjelaskan proses terjadi, tanda dan gejala, penyebab

ansietas pada pasien.

A. Fase Orientasi:

20

“Selamat pagi bu, perkenalkan saya perawat Wahyu Wulan, panggil saja saya

Wulan, saya perawat yang akan merawat pak Ahmad dan akan datang ke

rumah ibu satu minggu 2x. yaitu hari rabu dan sabtu pukul 10 pagi. Nama ibu

siapa dan senang dipanggil siapa. Bagaimana perasaan anda hari ini? Apa

yang ibu rasakan saat merawat bapak ahmat? Baiklah bu, kita akan

berbincang-bincang kondisi pak ahmat? Berama lama kita berbincang-

bincang? Bagaimana kalau 30 menit? Dimana tempatnya? Bagaimana kalau

disini saja?”

B. Fase Kerja:

“Menurut ibu apa yang diderita bapak ahmad? Ya ibu benar, bapak ahmat

menderita cemas yaitu adanya perasaan tidak nyaman, tidak berdaya, dan

tidak menentu. Menurut ibu apa yang menyebabkan pak ahmat menderita

kecemasan? Oh begitu, jadi bu, kecemasan muncul akibat adanya perasaan

takut tidak diterima dilingkungan, rasa frustasi karena tidak dapat mencapai

tujuan, dan ancaman terhada diri pak ahmat. Contohnya adalah takut tidak

mampu menjadi kepala rumah yang baik. Saat pak ahmat cemas, perilaku apa

yang sering muncul? Selain perilaku yang ibu sebutkan tadi, tanda lain yang

sering pula muncul secar fisik adalah? Sering napas pendek, nadi dan tekanan

darah naik, tidak nafsu makan, diare atau sulit buang air besar,dan tampak

gelisah. Untuk tingkat konsentrasi, akan terlihat bahewa persepsi menyempit,

tidak mampu menerima rangsangan dari luar, dan hanya berfokus pada

sesuatu yang menjadi perhatian pak Ahmad. Sementara untuk perilaku dan

emosi, akan terlihat adanya gerakan yang tersentak-sentak, bicara cepat dan

berlebihan, sulit tidur dan adanya perasaan tidak aman. Ya, jadi pak Ahmad

cemas dan perlu dibantu agar teratasi. Tadi saya telah mengajarkan cara

mengalirkan kecemasan, tolong ibu ingatkan caranya.”

C. Fase Terminasi:

“Bagaimana perasaan ibu setelah kita diskusi? Bisa ibu ulangi lagi apa itu

cemas dan apa penyebab dan tanda – tandanya. Bagus sekali, ibu sudah

mampu menyebutkannya. Nanti, ibu fikirkan lagi apa saja tanda dan gejala

21

saat bapak Ahmad menderita cemas dan kalau sudah terjadi ingatkan dia

melakukan cara yang sudah kami ajarkan. Dua hari lagi, saya akan datang

lagi untuk menjelaskan cara merawat cemas pak Ahmad, pukul 10 ya, Bu

selamat pagi”.

SP 2- Keluarga: Mengajarkan cara merawat pasien dengan latihan relaksasi.

A. Fase Orientasi:

“Selamat pagi, ibu. Bagaimana perasaan ibu hari ini ? apakah ibu melihat

tanda- tanda cemas pada pak Ahmad? Apakah pak Ahmad sudah mencoba

cara yang kami latih? Apakah ada manfaatnya? Baiklah, Bu, sesuai dengan

kesepakatan kita, hari ini kita akan berbincang-bincang tantang catra merawat

pak Ahmad yang mengalami kecemasan. Berapa lama kita akan diskusi, bu?

Bagaimana kalau 30 menit? Diruang tamu aja, ya , bu?”

B. Fase Kerja:

“Bu, untuk mengatasi kecemasan ada 4 cara yang dapat kita lakukan, yaitu

pengalihan situasi, latihan tarik napas dalam, latiha relaksasi otot dan teknik 5

jari. Latihan- latihan ini berguna untuk mengurangi kecemasan, dan membuat

kita lebih santai. Cara pertama yaitu pengalihan situasi. Saat pak Ahmad

mulai cemas, coba ibu ajak pak Ahmad jalan- jalan ketempat yang pak

Ahmad sukai dan aman, misalnya pak Ahmad suka berkebun ya bu? Cara ke

dua adalah latihan tarik napas dalam, ibu dapat membantu pak Ahmad

menarik napas dalam-dalam sampai hitungan ke tiga kemudian tahan napas

dalam hitungan 3 dan terakhir keluarkan napars sambil meniup dalam

hitungan 3. Pak Ahmad sudah dilatih bu. Cara ke 3 adalah latihan relaksasi

otot. Pak Ahmad diminta mengerutkan dan mengendurkan otot-ototnya dari

bagian atas sampai otot paling bawah. Cara ke 4 adalah teknik 5 jari. Caranya

adalah pak Ahmad di minta untuk menyentuh ibu jari dan telunjuk sambil

membayangkan saat selesai berolahraga, kemudian ibu jari menyentuh jari

22

tengah sambil membayangkan ketika sedang dekat dengan orang yang di

sayangi seperti anak, istri, atau orang tua, menikah dan lainnya. Kemudian

ibu minta bapak menyentuh ibu jari dengan jari manis sambil membayangkan

saat pertama kali mendapat pujian yang paling berkesan, terakhir sentuh ibu

jari dengan kelingking dan bayangkan ketika berada ditempat yang paling

Ahmad sukai. Kegiatan ini harus ditempat yang tenang dan nyaman,

bagaiman bu, sudah jelas? Jadi, ada 4 cara yang dapat ibu bantu untuk

dilakukan bapak, dan semua sudah masuk jadwal harian pak Ahmad. Tolong

ibu ingatkan dilakukan dan beri pujian.”

C. Fase Terminasi:

“Bagaimana perasaan ibu setelah kita diskusi tentang cara merawat pak

Ahmad? Ibu bisa mengingat- ingat cara- cara tadi. Saya berikan leaflet yang

bisa ibu baca. 2 hari lagi saya akan datang lag. Saya akan menemani ibu

untuk mempratikkan langsung satu cara untuk mengatasi kecemasan. Cara

man ayang ibu pilih? Oh, jadi kita akan latihan cara tarik napas dalam dulu,

Baiklah, bu, untuk hari ini saya rasa cukup. Masih ada yang ingin ibu

diskusikan dengan saya? Jika tidak, saya pamit, bu selamat pagi.”

SP 3- Keluarga: Melatih keluarga merawat pasien ansietas (tarik napas dalam).

Keluarga dapat mengulang teknik relaksasi yang lain.

A. Fase Orientasi:

“Apa kabar, bu. Bagaimana perasaan ibu hari ini? Apakah ibu sudah hafal

cara – cara merawat bapak Ahmad melalui teknik relaksasi? Baiklah bu

sesuai kesepakatan kita, hari ini saya akan mememani ibu melatih pak Ahmad

cara tarik napas dalam. Berapa lama kita akan latihan, bu? Bagaiman jika 30

menit ? mana pak Ahmad? Ya, mari kita duduk bersama disini.”

B. Fase Kerja:

(sebelumnya perawat sudah membuat kontrak dengan pasien). “Selamat pagi,

pak Ahmad. Seperti yang suster katakan hari ini, suster akan menemani istri

bapak untuk melatih bapak cara tarik napas dalam. Bapak bersediakan?

23

Silhkan ibu mencoba. Wah, bagus sekali. Ibu sudh mampu melatih bapak

Ahmad dengan benar.” (perawat dan keluarga pamit meninggalkan pasian).

C. Fase Terminasi:

“Bagaimana perasaan ibu setelah melatih pak Ahmad? Ibu bisa melatih cara

ini setiap kali ibu melihat pak Ahmad cemas. 2 hari lagi saya akan datang,

dan saya akan menemani ibu untuk mempraktikkan langsung cara lain untuk

mengatasi kecemasan. Cara mana yang ibu pilih? Oh teknik 5 jari. Baiklah

bu, untuk hari ini saya rasa cukup. Ada yang masih ingin ibu diskusikan

dengan saya? Jika tidak, saya pamit bu, selamat pagi.”

SP 4-Keluarga: Merujuk pasian ansietas.

A. Fase Orientasi:

“Selamat pagi, bu. Bagaimana keadaan ibu hari ini? Sudahkah ibu latih

kembali pak Ahmad untuk mengatasi cemasnya? Wah, bagus sekali.

Bagaimana kondisi pak Ahmad? Jadi, sudah tidak cemas ya? Hari ini saya

akan menjelaskan perilaku pak Ahmad yang harus segera ibu rujuk dan

bagaimana cara merujuk. Apa ibu masih ingat? Dimana kita akan bicara?

Berapa lama, bu?”

B. Fase Kerja:

“Apa ibu masih ingat tanda dan gejala pak Ahmad jika cemasnya muncul?

Bisa ibu ulangi lagi? Nah, ibu jika ibu melihat tanda-tanda seperti napas

pendek , rasa tercekik dan berdebar, sakit dada, pucat, hipotensi, tidak

mampu berfokus pada hal lain, tidak dapat berfikir logis, mengamuk dan

marah, ketakutan, teriak-teriak, perilaku tidak terkendali dan persepsinya

kacau, sebaikmya ibu langsung bahwa pak Ahmad ke puskesmas. Disana,

saya akan membantu mengatasi perilaku pak Ahmad, atau ibu bisa bertemu

perawat. CMHN yang lain yaitu pak Shaleh, dan bisa di periksa dokter,

mungkin perlu makan obat. Jika kondisi bapak Ahmad tidak membaik, kita

akan merujuk pak Ahmad ke RSU terdekat. Disana ada psikiater yang akan

menangani pak Ahmad.”

24

C. Fase Terminasi:

“Bagaimana perasaan ibu setelah kita diskusi? Baik, bu. Jangan lupa jika pak

Ahmad sudah menunjukkan parilaku yang sudah kita dskusikan tadi,

langsung ibu rujuk. Baiklah, bu. Karena kondisi pak Ahmad sudah membaik

dan keluarga pun sudah mempunyai kemampuan untuk merawat pak Ahmad

secara mandiri saya tidak datang kerumah ibu lagi. Jika ada sesuatu, ibu bisa

menghubungi saya di puskesmas. Selamat pagi bu.”

DAFTAR PUSTAKA

Keliat, Budi Anna, dkk. (2012). Manajemen Kasus Gangguan Jiwa CMHN

(Intermediate Course). Jakarta: EGC.

Direja, Ade Herman Surya. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa.

Yogyakarta: Nuha Medika.

Struat, Gail W. (2007). Buku Saku Keperawatan Jiwa, Edisi 5. Jakarta: EGC

25