87438362-tenggelam

24
1 BAB 1 PENDAHULUAN Drowning atau tenggelam adalah masuknya cairan yang cukup banyak dalam saluran napas atau paru-paru. 1 Drowning tidak terbatas di dalam air seperti sungai, danau atau kolam renang tetapi mungkin juga terbenam dalam kubangan atau selokan dengan hanya muka yang berada di bawah permukaan air. 2 Diseluruh dunia, kasus tenggelam adalah kasus kematian terbanyak kedua dan ketiga yang menimpa anak- anak dan remaja. Pada umumnya kasus tenggelam ini sering terjadi di negara-negara yang beriklim panas dan negara dunia ketiga. Insiden terjadinya kasus tenggelam pada anak-anak ini berbeda-beda tingkatan pada tiap- tiap negara. Dibandingkan dengan negara-negara berkembang yang lain reputasi Australia kurang baik, karena kasus tenggelam di negara ini masuk dalam urutan terbanyak. 3 Tenggelam merupakan salah satu kecelakaan yang dapat berujung pada kematian jika terlambat mendapat pertolongan. Badan Kesehatan Dunia (WHO), mencatat, tahun 2000 di seluruh dunia ada 400.000 kejadian tenggelam tidak sengaja. Artinya, angka ini menempati urutan kedua setelah kecelakaan lalu lintas. 3

Transcript of 87438362-tenggelam

Page 1: 87438362-tenggelam

1

BAB 1

PENDAHULUAN

Drowning atau tenggelam adalah masuknya cairan yang cukup banyak

dalam saluran napas atau paru-paru.1 Drowning tidak terbatas di dalam air seperti

sungai, danau atau kolam renang tetapi mungkin juga terbenam dalam kubangan

atau selokan dengan hanya muka yang berada di bawah permukaan air.2

Diseluruh dunia, kasus tenggelam adalah kasus kematian terbanyak kedua

dan ketiga yang menimpa anak-anak dan remaja. Pada umumnya kasus tenggelam

ini sering terjadi di negara-negara yang beriklim panas dan negara dunia ketiga.

Insiden terjadinya kasus tenggelam pada anak-anak ini berbeda-beda tingkatan

pada tiap-tiap negara. Dibandingkan dengan negara-negara berkembang yang lain

reputasi Australia kurang baik, karena kasus tenggelam di negara ini masuk dalam

urutan terbanyak.3

Tenggelam merupakan salah satu kecelakaan yang dapat berujung pada

kematian jika terlambat mendapat pertolongan. Badan Kesehatan Dunia (WHO),

mencatat, tahun 2000 di seluruh dunia ada 400.000 kejadian tenggelam tidak

sengaja. Artinya, angka ini menempati urutan kedua setelah kecelakaan lalu

lintas.3

Setiap tahun angka kejadian tenggelam di seluruh dunia mencapai 1,5 juta,

angka ini bisa lebih dari kenyataan mengingat masih banyaknya kasus yang belum

dilaporkan. Insiden paling banyak terjadi pada negara berkembang, terutama pada

anak-anak kurang dari 5 tahun dan orang dewasa umur 15-24 tahun. 3

Oleh karena itu referat ini dibuat agar kita dapat mengenali kematian

akibat tenggelam dan dapat mengetahui hasil pemeriksaan luar dan dalam yang

dapat ditemukan pada korban tenggelam.

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Page 2: 87438362-tenggelam

2

A. Definisi

Drowning (tenggelam) didefinisikan sebagai kematian akibat mati

lemas (asfiksia) disebabkan masuknya cairan di dalam saluran pernapasan.

Sebenarnya istilah tenggelam harus pula mencakup proses yang terjadi akibat

terbenamnya korban korban dalam air yang menyebabkan kehilangan

kesadaran dan mengancam jiwa.2

B. Insiden

Tenggelam merupakan salah satu masalah besar. Sekitar 4000 orang

tenggelam tiap tahunnya dan 1400 diantaranya adalah anak-anak. Kasus

tenggelam diperkirakan jumlahnya lebih banyak dibandingkan yang ada

dalam data. Beberapa data menyebutkan kasus tenggelam berada di peringkat

kedua penyebab kematian pada usia muda setelah kecelakaan lalu lintas.

Berdasarkan klasifikasi Federal Centers for Disease Control and Prevention

di Atlanta, 10-15% korban masuk dalam kategori dry drowning.3

Badan Kesehatan Dunia (WHO), mencatat tahun 2000 di seluruh

dunia ada 400.000 kejadian tenggelam tidak sengaja. Artinya, angka ini

menempati urutan kedua setelah kecelakaan lalu lintas. Bahkan Global

Burden of Disease (GBD) menyatakan bahwa angka tersebut sebenarnya

lebih kecil dibanding seluruh kematian akibat tenggelam yang disebabkan

oleh banjir, kecelakaan angkutan air dan bencana lainnya.3

Diperkirakan, selama tahun 2000, 10 % kematian di seluruh dunia

adalah akibat kecelakaan, dan 8 % akibat tenggelam tidak disengaja

(unintentional) yang sebagian besar terjadi di negara-negara berkembang. Dry

drowning dikatakan terjadi pada 10-15% dari semua tenggelam.3

Rata-rata angka kematian tenggelam di Afrika adalah 8 kali lebih

tinggi dibanding Amerika dan Australia. Di kedua negara maju tersebut, rata-

rata kematian akibat tenggelam lebih tinggi pada penduduk pribumi daripada

penduduk kulit putih. Sementara itu, di Cina dan India rerata kematian akibat

tenggelam sangat tinggi, yaitu 43% dari seluruh kasus di dunia.3

Page 3: 87438362-tenggelam

3

Dari catatan itu, Afrika menempati posisi terbanyak kasus tenggelam

di dunia. Dan lebih dari sepertiga kasus terjadi di kawasan Pasifik.

Sementara, Amerika merupakan kawasan yang mengalami kasus tenggelam

terendah. Kejadian di negara berkembang lebih tinggi dibanding negara maju.

Tapi di negara berkembang, seperti Indonesia angka kejadiannya belum dapat

diketahui.3

C. Faktor resiko tenggelam

Faktor risiko yang mengakibatkan tenggelam di antaranya termasuk4:

1. Tidak memakai pelampung ketika menjadi penumpang angkutan air

2. Kurangnya pengawasan terhadap anak (terutama anak berusia 5 tahun ke

bawah)

3. Kondisi air melebihi kemampuan perenang, arus kuat, air yang sangat

dalam, terperosok sewaktu berjalan di atas es, ombak besar, dan pusaran

air

4. Terperangkap misalnya setelah peristiwa kapal karam, kecelakaan mobil

yang mengakibatkan mobil tenggelam, serta tubuh yang terbelenggu

pakaian atau perlengkapan

5. Terganggunya kemampuan fisik akibat pengaruh obat-obatan dan

minuman beralkohol

6. Ketidakmampuan akibat hipotermia, syok, cedera, atau kelelahan

7. Ketidakmampuan akibat penyakit akut ketika berenang, termasuk di

antaranya: infark miokard, epilepsi, atau strok.

8. Ditenggelamkan dengan paksa oleh orang lain dengan tujuan membunuh,

kekerasan antar anak sebaya, atau permainan di luar batas kewajaran.

D. Mekanisme

Mekanisme kematian pada korban tenggelam2 :

1. Asfiksia akibat spasme laring

2. Asfiksia akibat gagging dan choking

3. Reflex vagal

Page 4: 87438362-tenggelam

4

4. Fibrilasi ventrikel (dalam air tawar)

5. Edema pulmoner( dalam air asin)

E. Klasifikasi Tenggelam

Adapun klasifikasi tenggelam berdasarkan kondisi paru adalah:2,5

1. Typical drowning (wet drowning)

Pada typical drowning ditandai dengan adanya hambatan pada

saluran napas dan paru karena adanya cairan yang masuk ke dalam tubuh.

Pada keadaan ini cairan masuk ke dalam saluran pernapasan setelah

korban tenggelam.

Pada kasus wet drowning ada tiga penyebab kematian yang terjadi,

yaitu akibat asfiksia, fibrilasi ventrikel pada kasus tenggelam di air tawar,

dan edema paru pada kasus tenggelam di air asin.

Tanda yang ditemukan pada typical drowning berupa busa halus

pada saluran napas, emphysema aquosum (emphysema hydroaerique),

adanya benda asing di saluran napas, paru atau lambung, perdarahan di

liang telinga, perdarahan konjungtiva, dan kongesti pembuluh darah vena.

2. Atypical drowning

Pada atypical drowning ditandai dengan sedikitnya atau bahkan

tidak adanya cairan dalam saluran napas. Karena tidak khasnya tanda

otopsi pada korban atypical drowning maka untuk menegakkan diagnosis

kematian selain tetap melakukan pemeriksaan luar juga dilakukan

penelusuran keadaan korban sebelum meninggal dan riwayat penyakit

dahulu.

Atypical drowning dibedakan menjadi :

a. Dry drowning

Pada keadaan ini cairan tidak masuk ke dalam saluran

pernapasan, akibat spasme laring.

Dry drowning dapat terjadi secara klinis, atau karena penyakit

atau kecelakaan atau karena cedera berulang seperti pada olahraga

selancar.

Page 5: 87438362-tenggelam

5

Mekanisme yang dapat menyebabkan dry drowning antara lain:

1) Paralisis otot

2) Luka tusuk pada torso yang mempengaruhi kemampuan diafragma

untuk melakukan gerakan respirasi

3) Perubahan pada jaringan yang mengabsorbsi oksigen

4) Spasme laring yang persisten pada saat terbenam di air

5) Menghirup udara selain oksigen yang tidak membunuh secara

langsung seperti helium

6) Kelebihan cairan dalam tubuh yang menyebabkan penurunan

kadar sodium dalam darah yang kemudian menyebabkan edema

otak

Menurut teori adalah bahwa ketika sedikit air memasuki laring

atau trakea, tiba-tiba terjadi spasme laring yang dipicu oleh vagal

refleks. lendir tebal, busa, dan buih dapat terbentuk, menghasilkan

plug fisik pada saat ini. Dengan demikian, air tidak pernah memasuki

paru-paru. Volume darah sirkulasi meningkat pada daerah paru akibat

penarikan semua darah dari abdomen, kepala, dan ekstremitas yang

ditimbulkan oleh tekanan negatif yang meningkat pada paru. Terjadi

pula perubahan vaskular pada daerah paru. Pembuluh darah yang

membawa daerah yang kaya oksigen menjadi sangat sempit dan hanya

cukup satu sel darah merah yang dapat melewati pembuluh darah

tersebut. Dinding pembuluh darah juga menjadi tipis yang

memungkinkan oksigen masuk ke dalam darah dan karbondioksida

dikeluarkan dari darah. Pada kasus dry drowning tidak terjadi

pertukaran gas karena tidak adanya oksigen dalam paru. Sedangkan

tekanan negatif yang muncul menyebabkan tertariknya cairan dari

pembuluh darah ke dalam paru sehingga menyebabkan edema paru

dan pasien tenggelam karena cairan tubuhnya sendiri. Pada saat yang

sama, sistem saraf simpatik merespon kondisi spasme pada laring.

Sistem ini menyebabkan vasokonstriksi yang mengakibatkan

Page 6: 87438362-tenggelam

6

peningkatan tekanan darah yang akhirnya memperburuk proses edema

paru yang sudah ada.

b. Immersion syndrome (vagal inhibition)

Terjadi dengan tiba-tiba pada korban tenggelam di air yang

sangat dingin (< 20oC atau 68oF) akibat reflek vagal yang menginduksi

disaritmia yang menyebabkan asistol dan fibrilasi ventrikel sehingga

menyebabkan kematian.

Umumnya korban berusia muda dan mengkonsumsi alkohol.

Reflek ini dapat juga timbul pada korban yang masuk ke air dengan

kaki terlebih dahulu (duck diving) yang menyebabkan air masuk ke

hidung, atau teknik menyelam yang salah dengan masuk air dalam

posisi horizontal sehingga menekan perut. Tidak akan ditemukan

tanda-tanda khas dari tenggelam diagnosis ditegakkan dengan

menelusuri riwayat korban sebelum meninggal.

c. Subemersion of the unconscious

Bisa terjadi pada korban yang memang menderita epilepsi atau

menderita penyakit jantung khususnya coronary atheroma atau

hipertensi atau peminum yang mengalami trauma kepala saat masuk ke

air atau dapat pula pecahnya aneurisma serebral dan muncul cerebral

haemorrage yang terjadi tiba-tiba.

d. Delayed death (near drowning and secondary drowning)

Pada jenis ini, korban yang sudah ditolong dari dalam air tampak

sadar dan bisa bernapas sendiri tetapi secara tiba-tiba kondisinya

memburuk. Pada kasus ini terjadi perubahan kimia dan biologi paru

yang menyebabkan kematian terjadi lebih dari 24 jam setelah

tenggelam di dalam air. Kematian terjadi karena kombinasi pengaruh

edema paru, aspiration pneumonitis, gangguan elektrolit (asidosis

metabolik).

Page 7: 87438362-tenggelam

7

F. Perbedaan tenggelam di air tawar dan asin2,6,7

1. Tenggelam di Air Tawar

Sejumlah besar air masuk ke dalam saluran pernapasan hingga ke

paru-paru, mengakibatkan perpindahan air secara cepat melalui dinding

alveoli karena tekanan osmotik yang besar dari plasma darah yang

hipertonis. Kemudian diabsorbsi ke dalam sirkulasi dalam waktu yang

sangat singkat dan menyebabkan peningkatan volume darah hingga 30%

dalam menit pertama. Akibatnya sangat besar dan menyebabkan gagal

jantung akut karena jantung tidak dapat berkompensasi dengan cepat

terhadap volume darah yang sangat besar (untuk meningkatkan “cardiac

output” dengan cukup). Akibat hipotonisitas plasma darah yang

mengalami dilusi, ruptur sel darah merah (hemolisis), pengeluaran kalium

ke dalam plasma (menyebabkan anoksia miokardium yang hebat).

Mekanisme dasar kematian kematian yang berlangsung cepat diakibatkan

oleh serangan jantung yang sering kali berlansung dalam 2-3 menit.

2. Tenggelam di air laut

Pada kasus tenggelam di air laut, cairan yang memasuki paru-paru

memiliki kelarutan sekitar 3% dan bersifat hipertonis. Walaupun terjadi

perpindahan garamgaram, khususnya natrium dan magnesium melalui

membran pulmonum, tetapi tidak terjadi perpindahan cairan yang masif

Kematian timbul umumnya lebih lambat, terjadi sekitar 8-9 menit setelah

tenggelam. Faktor asfiksia memegang peranan lebih penting, dengan

waktu survival yang lebih panjang.

G. Kriteria diagnostik2,6,7

Pada pemeriksaan mayat akibat tenggelam, pemeriksaan harus seteliti

mungkin agar mekanisme kematian dapat ditentukan, karena seringkali mayat

ditemukan sudah dalam keaadaan membusuk.

Hal penting yang perlu ditentukan pada pemeriksaan adalah ;

1. Menentukan identitas korban.

Indentifikasi korban ditentukan dengan mmeriksa antara lain :

Page 8: 87438362-tenggelam

8

a. Pakaian dan benda-benda milik korban

b. Warna dan distribusi rambut dan identitas lain

c. Kelainan atau deformitas dan jaringan parut

d. Sidik jari

e. Pemeriksaan gigi

f. Teknik identifikasi lain

2. Apakah korban masih hidup sebelum tenggelam

Pada mayat yang masih segar, untuk menentukan apakah korban masih

hidup atau sudah meninggal pada saat tenggelam, dapat diketahui dari

hasil pemeriksaan.

a. Metode yag memuaskan untuk menentukan apakah orang masih hidup

waktu tenggelam ialah pemeriksaan diatom.

b. Untuk membantu menentukan diagnosis, dapat dibandingkan kadar

elektrolit magnesium darah dari bilik jantung kiri dan kanan.

c. Benda asing dalam paru dan saluran pernafasan mempunyai nilai yang

menentukan pada mayat yang terbenam selama beberapa waktu dan

mulai membusuk. Demikian pula dengan isi lambung dan usus.

d. Pada mayat yang segar, adanya air dalam lambung dan alveoli yang

secara fisik dan kimia sifatnya sama dengan air tempat korban

tenggelam mempunyai nilai yang bermakna.

e. Pada beberapa kasus, ditemukannya kadar alkohol tinggi dapat

menjelaskan bahwa korban sedang dalam keracunan alkohol pada saat

masuk keadalam air.

3. Penyebab kematian yang sebenarnya dan jenis drowning.

Pada mayat yang segar, gambaran pasca mati dapat menunjukkan tipe

drowning dan juga penyebab kematian lain seperti penyakit, keracunan

atau kekerasan lain. Pada kecelakaan di kolam rennag benturan

antemortem (antemortem impact) pada tubuh bagian atas, misalnya memar

pada muka, perlukaan pada vertebra servikalis dan medula spinalis dapat

ditemukan.

4. Faktor-faktor yang berperan dalam proses kematian

Page 9: 87438362-tenggelam

9

Faktor faktor yang berperan pada proses kematian, misalnya kekerasan,

alkohol atau obat-obatan dapat ditemukan apada pemeriksaan luar atau

melalui bedah jenazah.

5. Tempat korban pertama kali tenggelam

Bila kematian korban berhubungan dengan masuknya cairan kedalam

saluran pernafasan, maka pemeriksaan diatom dari air tempat korban

ditemukan dapat membantu menentukan apakah korban tenggelam

ditempat itu atau ditempat lain.

6. Apakah ada penyulit alamiah lain yang mempercepat kematian

a. Bila sudah ditentukan bahwa korban masih hidup pada waktu masuk

ke dalam air, maka perlu ditentukan apakah kematian disebabkan

karena air masuk kedalam saluran pernafasan (tenggelam). Pada

immersion, kematian terjadi dengan cepat, hal ini mungkin disebabkan

karena sudden cardiac arrest yang terjadi pada waktu cairan masuk

melalui saluran pernafasan bagian atas. Beberapa korban yang terjun

dengan kaki terlebih dahulu menyebabkan cairan dengan mudah

masuk kedalam hidung. Faktor lain adalah keadaan hipersensifitas dan

kadang-kadang keracunan alkohol.

b. Bila tidak ditemukan air dalam paru dan lambung berarti kematian

terjadi seketika akibat spasme glottis, yang menyebabkan cairan tidak

dapat masuk.

Waktu yang diperlukan untuk terbenam dapat bervariasi tergantung

dari keadaan sekeliling korban, keadaan masing-masing korban, reaksi

perorangan yang bersangkutan, keadaan kesehatan dan jumlah serta sifat

cairan yang dihisap masuk kedalam cairan pernafasan.

Korban tenggelam akan menelan air dalam jumlah yang makin lama

makin banyak, kemudian menjadi tidak sadar dalam waktu 2-12 menit (fatal

period).

Dalam periode ini bila korban dikeluarkan dari air, ada kemungkinan

masih dapat hidup bila upaya resusitasi berhasil.

Page 10: 87438362-tenggelam

10

Pemeriksaan luar Jenazah

1. Mayat dalam keadaan basah, mungkin berlumuran pasir, lumpur dan

benda-benda asing lain yang terdapat dalam air, kalau seluruh tubuh

terbenam dalam air.

2. Busa halus putih yang berbentuk jamur (mushroom-like mass) tampak

pada mulut atau hidung atau keduanya. Terbentuknya busa halus tersebut

dikarenakan masuknya cairan ke dalam saluran pernapasan merangsang

terbentuknya mukus, substansi ini ketika bercampur dengan air dan

surfaktan dari paru-paru dan terkocok oleh karena adanya upaya

pernapasan yang hebat. Pembusukan akan merusak busa tersebut dan

terbentuknya pseudofoam yang berwarna kemerahan yang berasal dari

darah dan gas pembusukan

3. Mata setengah terbuka atau tertutup, jarang terdapat perdarahan atau

perbendungan.

4. Gambaran kulit angsa atau kutis anserine pada kulit permukaan anterior

tubuh terutama pada ekstremitas akibat kontraksi otot erector pili dapat

terjadi karena rangsang dinginnya air. Gambaran seperti cutis anserine

kadangkala dapat juga akibat rigor mortis pada otot tersebut.

5. Pembusukan sering tampak, kulit berwarna kehijauan atau merah gelap.

Pada pembusukan lanjut tampak gelembung-gelembung pembusukan,

terutama bagian atas tubuh, dan skrotum serta penis pada pria dan labia

mayora pada wanita, kulit telapak tangan dan kaki mengelupas.

6. Washer woman’s hand, telapak tangan dan kaki berwarna keputihan dan

berkeriput yang disebabkan karena imbibisi cairan ke dalam kutis dan

biasanya membutuhkan waktu lama.

7. Cadaveric spasme, merupakan tanda intravital yan terjadi pada waktu

korban berusaha untuk menyelamatkan diri dengan memegang apa saja

seperti rumput atau benda-benda lain dalam air.

8. Luka-luka lecet pada siku, jari tangan, lutut, dan kaki akibat gesekan pada

benda-benda dalam air. Puncak kepala mungkin terbentur pada dasar

waktu terbenam, tetapi dapat pula terjadi luka post mortal akibat benda-

Page 11: 87438362-tenggelam

11

benda atau binatang dalam air. Luka-luka tersebut seringkali

mengeluarkan “darah”, sehingga tidak jarang memberi kesan korban

dianiaya sebelum ditenggelamkan.

9. Pada pria genitalianya dapat membesar, ereksi atau semi-ereksi. Namun

yang paling sering dijumpai adalah semi-ereksi.

10. Pada lidah dapat ditemukan memar atau bekas gigitan, yang merupakan

tanda bahwa korban berusaha untuk hidup, atau tanda sedang terjadi

epilepsi, sebagai akibat dari masuknya korban ke dalam air.

Pemeriksaan dalam

Sebelum kita melakukan pemeriksaan dalam pada korban tenggelam,

kita harus memperhatikan apakah mayat korban tersebut sudah dalam

keadaan pembusukan lanjut atau belum. Apabila keadaan mayat telah

mengalami pembusukan lanjut, maka pemeriksaan dan pengambilan

kesimpulan akan menjadi lebih sulit.

1. Busa halus dan benda asing (pasir, tumbuh-tumbuhan air) dalam saluran

pernapasan (trakea dan percabangannya)

2. Paru-paru membesar seperti balon, lebih berat, sampai menutupi kandung

jantung. Pada pengirisan banyak keluar cairan. Keadaan ini terutama

terjadi pada kasus tenggelam di laut. Edema dan kongesti paru-paru dapat

sangat hebat sehingga beratnya dapat mencapai 700-1000 gram, dimana

berat paru-paru normal adalah sekitar 250-300 gram.

3. Paru-paru pucat dengan diselingi bercak-bercak merah di antara daerah

yang berwarna kelabu. Pada pengirisan tampak banyak cairan merah

kehitaman bercampur buih keluar dari penampang tersebut, yang pada

keadaan paru-paru normal, keluarnya cairan bercampur busa tersebut baru

tampak setelah dipijat dengan dua jari. Gambaran paru-paru seperti

tersebut diatas dikenal dengan nama “emphysema aquosum” atau

“emphysema hydroaerique”.

4. Petekie sedikit sekali karena kapiler terjepit diantara septum interalveolar.

Mungkin terdapat bercak-bercak perdarahan yang disebut bercak Paltauf

Page 12: 87438362-tenggelam

12

akibat robeknya penyekat alveoli (Polsin). Petekie subpleural dan bula

enfisema jarang terdapat dan ini mungkin merupakan tanda khas

tenggelam, tetapi mungkin disebabkan oleh usaha respirasi.

5. Dapat juga ditemukan paru-paru yang “biasa” karena cairan tidak masuk

kedalam alveoli atau cairan sudah masuk kedalam aliran darah (melalui

proses imbibisi), ini dapat terjadi pada kasus tenggelam di air tawar.

6. Otak, ginjal, hati dan limfa mengalami pembendungan.

7. Lambung dapat membesar, berisi air, lumpur dan sebagainya yang

mungkin pula terdapat dalam usus halus.

Terdapat delapan tanda intravital yang dapat menunjukkan korban

masih hidup saat tenggelam. Tanda tersebut adalah :

1. Tanda cadaveric spasme yakni suatu keadaan dimana terjadi kekakuan

pada sekelompok otot dan kadang-kadang pada seluruh otot, segera

setelah terjadi kematian somatis dan tanpa melalui relaksasi primer.

2. Perdarahan pada liang telinga

3. Adanya benda asing (lumpur, pasir, tumbuhan dan binatang air) pada

saluran pernafasan dan pencernaan

4. Adanya bercak paltouf di permukaan paru yakni bercak perdarahan yang

besar (diameter 3-5 cm), terjadi karena robeknya partisi interalveolar dan

sering terlihat di bawah pleura. Bercak paltouf berwarna biru kemerahan

dan banyak terlihat pada bagian bawah paru-paru, yaitu pada permukaan

anterior dan permukaan antar bagian paru-paru.

5. Berat jenis darah pada jantung kanan dan kiri

6. Ditemukan diatome yakni sejenis ganggang yang mempunyai dinding dari

silikat. Silikat ini tahan terhadap pemanasan dan asam keras. Diatome

dijumpai di air tawar, air laut, sungai, sumur, dan lain-lain. Pada korban

mati tenggelam diatome akan masuk ke dalam saluran pernafasan dan

saluran pencernaan, karena ukurannya yang sangat kecil, diatome di

absorpsi dan mengikuti aliran darah. Diatome ini dapat sampai ke hati,

Page 13: 87438362-tenggelam

13

paru, otak, ginjal, dan sumsum tulang. Bila diatome positif berarti korban

masih hidup sewaktu tenggelam.

7. Adanya tanda asfiksia

8. Ditemukannya mushroom like mass.

Sedangkan tanda pasti mati akibat tenggelam ada lima yakni :

1. Terdapat tanda asfiksia

2. Diatome pada pemeriksaan paru

3. Bercak paltouf di permukaan paru

4. Berat jenis darah yang berbeda antara jantung kanan dan kiri

5. Mushroom like mass.

BAB 3

KESIMPULAN

Page 14: 87438362-tenggelam

14

Drowning (tenggelam) didefinisikan sebagai kematian akibat mati lemas

(asfiksia) disebabkan masuknya cairan di dalam saluran pernapasan.

Insiden kasus tenggelam sendiri cukup tinggi, sekitar 4000 orang

tenggelam tiap tahunnya dan 1400 diantaranya adalah anak-anak. Kasus

tenggelam diperkirakan jumlahnya lebih banyak dibandingkan yang ada dalam

data. Beberapa data menyebutkan kasus tenggelam berada di peringkat kedua

penyebab kematian pada usia muda setelah kecelakaan lalu lintas.

Tenggelam diklasifikasikan menjadi typical drowning dan atypical

drowning sedangkan atypical drowning sendiri diklasifikan menjadi dry

drowning, immersion syndrome, subemersion of the unconscious dan delayed

death. Perbedaannya adalah pada typical drowning adanya hambatan pada saluran

napas dan paru karena adanya cairan yang masuk ke dalam tubuh sedangkan pada

atypical drowning ditandai dengan sedikitnya atau bahkan tidak adanya cairan

dalam saluran napas.

Penentuan diagnosis ditentukan dari pemeriksaan luar, dalam dan

penelusuran korban sebelum meninggal serta riwayat penyakit dahulu.

DAFTAR PUSTAKA

Page 15: 87438362-tenggelam

15

1. Sampurna B, Samsu Z. Peranan Ilmu Forensik dalam Penegakan Hukum.

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 2003.

2. Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi kedua. Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia. Jakarta. 2000.

3. Chang Louise. Drowning death. 2005. Available from :

http://www.medicineNet.com.

4. Derrick J Pounder, University of Dundee, Lecture Notes. Recommended

guidelines for uniform reporting of data from drowning: the

‘‘Utsteinstyle’’, 2003.

5. Di Maio D, Di Maio V. Drowning In: Forensic Pathology. New York:

CRC Press; 2004. P 356-365

6. Parikh C.K. Drowning: Immersion In: Parikh’s Textbook of Medical

Jurisprudence and Toxicology. India: Medical Publication; 2000. P 207-

221

7. Aurbach Paul.S. Marine Medicine In: Wilderness Medicine. 4th edition.

Missouri: Mosby; 2001. P 578-588.