70514172 BAB I Referat DM Marlene

download 70514172 BAB I Referat DM Marlene

of 32

Transcript of 70514172 BAB I Referat DM Marlene

  • 7/27/2019 70514172 BAB I Referat DM Marlene

    1/32

    Marlene Adriani Sutanto 406107018

    1Diabetes Mellitus tipe 1

    LEMBAR PENGESAHAN

    Nama : Marlene Adriani Sutanto

    NIM : 406107018

    Fakultas : Kedokteran umum

    Universitas : Universitas Tarumanagara

    Tingkat : Program Pendidikan Profesi Dokter

    Bagian : Ilmu Penyakit Dalam

    Periode kepaniteraan : 8 Agustus 2011 21 Oktober 2011

    Pembimbing : dr. Diana Novitasari, Sp.PD

    Refrat ini diajukan dan disahkan pada tanggal : ..

    Kepaniteraan klinik bagian ilmu Penyakit Dalam

    Rumah Sakit Umum Kota Semarang

    Mengetahui,

    Ketua SMF Ilmu Penyakit Dalam Pembimbing

    BLU RSUD Kota Semarang

    Dr. dr. Djoko Trihadi, Sp. PD dr. Diana Novitasari, Sp.PD

  • 7/27/2019 70514172 BAB I Referat DM Marlene

    2/32

    Marlene Adriani Sutanto 406107018

    2Diabetes Mellitus tipe 1

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan

    rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan referat yang berjudul

    Diabetes Mellitus tipe 1 tepat pada waktunya.

    Adapun maksud penyusunan referat ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat

    yudisium di bagian Ilmu Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Kota Semarang pada Program

    Studi Profesi Kedokteran periode 8 Agustus 21 Oktober 2011.

    Dalam kesempatan ini, tak lupa penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar

    besarnya kepada:

    1. Dr. Abimanyu, MM, selaku direktur RSUD Kota Semarang2. DR. dr. Djoko Trihadi, Sp. PD, selaku ketua SMF Ilmu Penyakit Dalam dan

    pembimbing Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam RSUD Kota Semarang

    3. Dr. Diana Novitasari, Sp. PD, selaku pembimbing Kepaniteraan Klinik IlmuPenyakit Dalam RSUD Kota Semarang

    4. Rekan-rekan anggota Kepaniteraan Klinik di Bagian Ilmu Penyakit Dalam RSUDKota Semarang.

    Penulis menyadari, bahwa penyusunan referat ini masih jauh dari sempurna, oleh

    sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan

    selanjutnya.

    Akhir kata, semoga referat ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

    Semarang, Oktober 2011

    Penulis

  • 7/27/2019 70514172 BAB I Referat DM Marlene

    3/32

    Marlene Adriani Sutanto 406107018

    3Diabetes Mellitus tipe 1

    DAFTAR ISI

    Lembar Pengesahan..................................................................................................................1

    Kata Pengantar......................................................................................................................... 2

    Daftar Isi....................................................................................................................................3

    Bab. I. Pendahuluan ................................................................................................................. 4

    1.1. Pendahuluan1.2. Klasifikasi Diabetes Mellitus1.3. Perbedaan DM tipe 1 dan DM tipe 2

    Bab. II. Diabetes Mellitus tipe-1.............................................................................................. 7

    2.1. Anatomi dan Fisiologi Metabolisme Glukosa

    2.2. Patofisiologi dan patogenesis DM tipe 1

    2.3. Gambaran dan Manifestasi Klinis2.4. Kriteria Diagnostik

    2.5. Penatalaksanaan DM tipe 1

    2.6. Komplikasi

    Bab. III. Kesimpulan.................................................................................................................31

    Daftar Pustaka .32

  • 7/27/2019 70514172 BAB I Referat DM Marlene

    4/32

    Marlene Adriani Sutanto 406107018

    4Diabetes Mellitus tipe 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1. PENDAHULUANDiabetes melitus adalah suatu penyakit gangguan kesehatan di mana kadar gula

    dalam darah seseorang menjadi tinggi karena gula dalam darah tidak dapat digunakan oleh

    tubuh. Diabetes Mellitus / DM dikenal juga dengan sebutan penyakit gula darah atau

    kencing manis yang mempunyai jumlah penderita yang cukup banyak di Indonesia juga di

    seluruh dunia.

    Menurut data WHO, Indonesia menempati urutan ke-4 terbesar dalam jumlah

    penderita Diabetes Mellitus di dunia. Pada tahun 2000 yang lalu saja, terdapat sekitar 5,6

    juta penduduk Indonesia yang mengidap diabetes.

    Namun, pada tahun 2006 diperkirakan jumlah penderita diabetes di Indonesia

    meningkat tajam menjadi 14 juta orang, dimana baru 50 persen yang sadar mengidapnya

    dan di antara mereka baru sekitar 30 persen yang datang berobat teratur.

    Insidens DM tipe-1 sangat bervariasi baik antar Negara maupun didalam suatu

    Negara. Insidens tertinggi terdapat di Finlandia yaitu 43/100.000, dan terendah di jepang

    2/100.000 untuk usia kurang dari 15 tahun. Insidens DM tipe-1 lebih tinggi pada ras kaukasia

    dibanding ras-ras lainnya.

    Berdasarkan data dari rumah sakit, terdapat 2 puncak insidens DM tipe 1 pada anak

    yaitu pada usia 5-6 tahun dan 11 tahun. Patut dicatat bahwa lebih dari 50% penderita baru

    DM tipe 1 berusia > 20 tahun.

    Faktor genetik dan lingkungan sangat berperan pada terjadinya DM tipe 1. Walaupun

    hampir 80% penderita DM tipe 1 baru tidak mempunyai riwayat keluarga dengan penyakit

    serupa, faktor genetik diakui berperan di dalam patogenesis DM tipe 1. Faktor genetik

    dikaitkan dengan pola HLA tertentu, tetapi sistem HLA bukan merupakan faktor satu-

  • 7/27/2019 70514172 BAB I Referat DM Marlene

    5/32

    Marlene Adriani Sutanto 406107018

    5Diabetes Mellitus tipe 1

    satunya maupun faktor dominan pada patogenesis DM tipe 1. Sistem HLA berperan sebagai

    suatu susceptibility gene atau faktor kerentanan. Diperlukan suatu faktor yang berasal dari

    lingkungan (infeksi virus, toksin, dll) untuk memicu gejala-gejala klinis DM tipe 1 pada

    seseorang yang rentan.

    Hal yang harus dipahami oleh semua pihak adalah DM tipe 1 tidak dapat

    disembuhkan, tetapi kualitas hidup penderita dapat dipertahankan seoptimal mungkin

    dengan mengusahakan kontrol metabolisme yang baik, yaitu dengan mengusahakan glukosa

    darah berada dalam batas normal. Untuk mencapai kontrol metabolik pada penderita DM

    tipe 1 pada anak, sebaiknya dilakukan secara terpadu oleh suatu tim yang terdiri dari ahli

    endokrinologi anak/dokter anak, ahli gizi, ahli psikiatri, pekerja social dan educator.

    Kerjasama yang baik antar tim dan pihak penderita akan lebih menjamin tercapainya kontrol

    metabolik yang baik.

    1.2. KLASIFIKASI DIABETES MELLITUSSecara umum diabetes dibagi menjadi :

    DM type 1 Autoimun (1A) Idiopatik (1B)

    DM type 2 DM type lain

    Defek genetik fungsi sel beta Defek genetik insulin Penyakit eksokrin pankreas Endokrinopati Karena obat / zat kimia Karena infeksi

  • 7/27/2019 70514172 BAB I Referat DM Marlene

    6/32

  • 7/27/2019 70514172 BAB I Referat DM Marlene

    7/32

    Marlene Adriani Sutanto 406107018

    7Diabetes Mellitus tipe 1

    BAB II

    DIABETES MELLITUS TIPE-1

    Diabetes mellitus adalah gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis

    termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat. Pasien

    dengan kelainan toleransi glukosa dapat beresiko mengalami komplikasi metabolik diabetes

    seperti aterosklerotik, penyakit vaskular, dan neuropati.

    1.1. ANATOMI DAN FISIOLOGI METABOLISME GLUKOSAPankreas adalah suatu organ yang terdiri dari jaringan eksokrin dan endokrin. Bagian

    eksokrin pankreas mengeluarkan larutan basa encer dan enzim-enzim pencernaan melalui

    duktus pankreatikus ke dalam lumen saluran pencernaan. Diantara sel-sel eksokrin

    pankreas, tersebar kelompok-kelompok atau pulau-pulau sel endokrin yang juga dikenal

    sebagai pulau-pulau Langerhans (islets of Langerhans).

    Jenis sel endokrin pankreas yang paling banyak dijumpai adalah sel , tempat sintesis

    dan sekresi insulin. Yang juga penting adalah sel , yang menghasilkan glukagon. Sel D

    adalah tempat sintesis somatostatin, sedangkan sel endokrin yang paling jarang adalah sel

    PP yang mengeluarkan polipeptida pankreas.

  • 7/27/2019 70514172 BAB I Referat DM Marlene

    8/32

    Marlene Adriani Sutanto 406107018

    8Diabetes Mellitus tipe 1

    Hormon pankreas yang paling penting untuk mengatur metabolisme bahan bakar

    adalah insulin, oleh karena itu kita akan lebih banyak membahas tentang hormon pankreas

    tersebut.

    Insulin memiliki efek penting pada metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein.

    Hormon ini menurunkan kadar glukosa, asam lemak dan asam amino dalam darah, serta

    mendorong penyimpanan nutrien-nutrien tersebut. Sewaktu molekul-molekul nutrien ini

    memasuki darah selama keadaan absorptif, insulin meningkatkan penyerapan mereka oleh

    sel dan konversi, masing-masing menjadi glikogen, trigliserida dan protein. Insulin

    menjalankan efeknya yang beragam dengan merubah transportasi nutrien spesifik dari

    darah ke dalam sel atau dengan mengubah transportasi nutrien spesifik dari darah ke dalam

    sel atau dengan mengubah aktivitas enzim-enzim yang terlibat dalam jalur metabolik

    tertentu.

    Efek insulin pada karbohidrat:

    1. Mempermudah masuknya glukosa ke dalam sebagian besar sel. Molekul glukosatidak mudah menembus membran sel tanpa adanya insulin. Dengan demikian,

    sebagian besar jaringan sangat bergantung pada insulin untuk menyerap glukosa dari

    darah dan menggunakannya. Beberapa jaringan yang tidak bergantung pada insulin

    yaitu otak, otot yang aktif, dan hati.

    2. Merangsang glikogenesis, pembentukan glikogen dari glukosa, baik dari ototmaupun hati.

    3. Menghambat glikogenolisis, pemguraian glikogen menjadi glukosa. Denganmenghambat penguraian glikogen, insulin meningkatkan penyimpanan karbohidrat

    dan menurunkan pengeluaran glukosa oleh hati.

    4. Menurunkan pengeluaran glukosa oleh hati dengan menghambat gukoneogenesis,perubahan aam amino menjadi glukosa di hati.

    Dengan demikian, insulin menurunkan konsentrasi glukosa darah dengan meningkatkan

    penyerapan glukosa dari darah untuk digunakan dan disimpan oleh sel, sementara secara

    simultan menghambat dua mekanisme yang digunakan oleh hati untuk mengeluarkan

    glukosa baru ke dalam darah (glikogenesis dan glukoneogenesis). Insulin adalah satu-

    satunya hormon yang mampu menurunkan kadar glukosa darah.

  • 7/27/2019 70514172 BAB I Referat DM Marlene

    9/32

    Marlene Adriani Sutanto 406107018

    9Diabetes Mellitus tipe 1

    Efek insulin pada lemak:

    1. Meningkatkan transportasi glukosa ke dalam sel jaringan adiposa, seperti yangdilakukan pada kebanyakan sel tubuh. Glukosa berfungsi sebagai prekursor untuk

    pembentukan asam lemak dan gliserol, yaitu bahan untuk membentuk trigliserida.

    2. Mengaktifkan enzim-enzim yang mengkatalisasi pembentuka asam lemak dariturunan glukosa.

    3. Meningkatkan masuknya asam lemak dari darah ke dalam sel jaringan adiposa.4. Menghambat lipolisis, sehingga terjadi penurunan pengeluaran asam lemak dari

    jaringan adiposa ke dalam darah.

    Secara kolektif, efek-efek itu mendorong pengeluaran glukosa dan asam lemak dari darah

    dengan meningkatkan penyimpanan keduanya sebagai trigliserida.

    Efek insulin pada protein:

    1. Mendorong transportasi aktif asam-asam amino dari darah ke dalam otot danjaringan lain.

    2. Meningkatkan kecepatan penggabungan asam amino ke dalam protein denganmerangsang perangkat pembuatan protein dalam sel.

    3. Menghambat penguraian protein.Secara singkat, insulin merangsang jalur-jalur biosintetik yang menyebabkan peningkatan

    pemakaian glukosa, peningkatan penyimpanan karbohidrat dan lemak, dan peningkatan

    sintesis protein. Karena itu, hormon ini menurunkan kadar glukosa, asam lemak, dan asam

    amino dalam darah.

    Kontrol utama atas sekresi insulin adalah sistem umpan balik negatif langsung antara

    sel pankreas dan konsentrasi glukosa dalam darah yang mengalir ke sel-sel tersebut.

    Peningkatan kadar glukosa darah, sepeerti yang terjadi setelah penyerapan makanan, secara

    langsung merangsang sintesis dan pengeluaran insulin oleh sel . Insulin yang meningkat

    tersebut, pada gilirannya menurunkan kadar glukosa ke tingkat normal karena terjadi

    peningkatan pemakaian dan penyimpanan zat gizi ini. Sebaliknya, penurunan glukosa di

    bawah normal, seperti yang terjadi saat puasa, secara langsung menghambat sekresi insulin.

  • 7/27/2019 70514172 BAB I Referat DM Marlene

    10/32

    Marlene Adriani Sutanto 406107018

    10Diabetes Mellitus tipe 1

    Penurunan kecepatan sekresi ini menyebabkan perubahan metabolisme dalam

    keadaan absorptif ke keadaan pasca-absorptif. Dengan demikian, sistem umpan balik

    negatif sederhana ini mampu mempertahankan pasokan glukosa ke jaringan secara konstan

    tanpa memerlukan peranan serta saraf atau hormon lain.

    Selain konsentrasi glukosa plasma, berbagai masukan berikut juga berperan dalam

    mengatur sekresi insulin:

    Peningkatan kadar asam amino plasma, setelah memakan makanan tinggiprotein.

    Hormon pencernaan utama yang disekresikan oleh saluran pencernaan sebagairespons terhadap adanya makanan, terutama gastic inhibitory peptide (peptide

    inhibitorik lambung), merangsang sekresi insulin pankreas selain memiliki efek

    regulatorik langsung pada sistem pencernaan.

    Peningkatan aktivitas parasimpatis merangsang pengeluaran insulin. Sebaliknya,stimulasi simpatis dan peningkatan pengeluaran epinefrin akan menghambat

    sekresi insulin.

    Faktor-faktor yang mengontrol sekresi insulin:

  • 7/27/2019 70514172 BAB I Referat DM Marlene

    11/32

    Marlene Adriani Sutanto 406107018

    11Diabetes Mellitus tipe 1

    Kontrol Glukosa dalam darah:

    2.2. PATOGENESIS DAN PATOFISIOLOGI DIABETES MELITUS TIPE 1

    DM tipe 1 berkembang sebagai akibat dari

    faktor genetik, lingkungan, dan faktor imunologi

    yang menghancurkan sel-sel pancreas. Gejala

    DM tidak akan muncul pada seorang individu

    hingga 80% sel pankreas dihancurkan.1

    Umumnya berkembang dari masa anak anak

    dan bermanifestasi saat remaja yang kemudian

    berprogres seiring bertambahnya umur. DM tipe

    ini sangat bergantung dengan terapi insulin

    karena jika tidak mendapatkan insulin penderita

    akan mengalami komplikasi metabolik serius berupa ketoasidosis dan koma.

  • 7/27/2019 70514172 BAB I Referat DM Marlene

    12/32

    Marlene Adriani Sutanto 406107018

    12Diabetes Mellitus tipe 1

    Faktor Genetik

    Berdasarkan studi yang ada didapatkan berbagai gen yang dapat memicu timbulnya DM tipe

    1. Gen yang paling berpengaruh adalah lokus HLA pada kromosom 6p21 yaitu sekitar 50%

    penderita DM tipe 1 memiliki HLA-DR3 atau HLA-DR4 haplotype. Beberapa gen non-HLA

    yang dapat memicu timbulnya DM tipe 1 adalah insulin dengan variable number of tandem

    repeats (VNTRs) pada region promoter. Polimorfisme dari CTLA4 dan PTPN22 menganggu

    fungsi aktivitasnya sebagai inhibitor respon sel T dapat memicu proses autoimun pada DM

    tipe 1.2

    Faktor Autoimmunitas

    Di antara sekian banyak jenis sel pankreas, hanya sel yang dihancurkan oleh sistem imun.

    Walaupun demikian tipe sel islet lain seperti sel yang memproduksi glukagon, sel yang

    memproduksi somatostatin, dan sel PP yang memproduksi polipeptida pankreas, masih

    berfungsi. Terlebih lagi, secara embriologi sel-sel islet lain tersebut mirip dengan sel dan

    juga mengekspresikan protein yang sebagian besar sama dengan sel . Sel peka terhadap

    efek toksik dari beberapa sitokin seperti Tumor Necrosis Factor (TNF ), interferon , dan

    interleukin 1 (IL-1). Mekanisme dari proses kematian sel belum diketahui dengan pasti,

    namun proses ini dipengaruhi oleh pembentukkan metabolit nitric oxide (NO), apoptosis,

    dan sitotoksisitas dari sel T CD8+.1

    Dasar dari abnormalitas imun pada DM tipe 1 adalah kegagalan dari self-tolerance sel T.

    Kegagalan toleransi ini dapat disebabkan oleh defek delesi klonal pada sel T self-reactive

    pada timus, defek pada fungsi regulator atau resistensi sel T efektor terhadap supresi sel

    regulator. Hal hal tersebut membuat sel T autoreaktif bertahan dan siap untuk berespon

    terhadap self-antigens. Aktivasi awal dari sel tersebut terjadi pada nodus limfe

    peripankreatik sebagai respon terhadap antigen yang dilepaskan dari sel Pulau Langerhans

    yang rusak. Sel T yang teraktivasi bergerak ke pancreas merusak sel . Populasi sel T yang

    dapat menyebabkan kerusakan tersebut adalah TH1 cells (merusak dengan mensekresi

    sitokin = including IFN- and TNF) dan CD8+ CTLs.2

    Sel islet pankreas yang menjadi target autoimun antara lain adalah Islet cell autoantibodies

    (ICA) yang merupakan suatu komposisi dari beberapa antibodi yang spesifik pada molekulsel islet pankreas seperti insulin, glutamic acid decarboxylase (GAD), ICA-512/IA-2 (homolog

  • 7/27/2019 70514172 BAB I Referat DM Marlene

    13/32

    Marlene Adriani Sutanto 406107018

    13Diabetes Mellitus tipe 1

    tirosin-fosfatase), dan phogrin (protein granul yang mensekresi insulin). Sehingga antigen

    tersebut merupakan marker dari proses autoimun DM tipe 1.

    Faktor Lingkungan

    Berbagai faktor lingkungan sering dikaitkan dengan DM, namun tidak satupun pernah

    terbukti benar-benar berpengaruh. Faktor yang diduga memicu DM antara lain meliputi

    virus (coxsackie B, mumps, cytomegalovirus dan rubella). Terdapat 3 hipotesis yang

    menjelaskan bagaimana virus dapat menimbulkan DM tipe 1 :

    Akibat infeksi virus inflamasi serta kerusakan sel Pulau Langerhans pelepasanantigen sel dan aktivasi sel T autoreaktif

    Virus memproduksi protein yang mirip dengan antigen sel sehingga memicurespon imun yang juga beraksi dengan sel pada pancreas

    Infeksi virus terdahulu yang menetap pada jaringan Pankreas kemudian terjadireinfeksi dengan virus yang sama yang memiliki epitop antigenic yang sama

    memicu respon imun pada sel Pulau Langerhans

    Dari ketiga hipotesis tersebut belum ada yang dapat menjelaskan secara pasti pathogenesis

    infeksi virus terhadap timbulnya DM tipe 1. Vaksinasi pada anak tidak ada hubungannya

    dengan timbulnya DM tipe 1. Faktor lain yang dapat memicu DM tipe 1 adalah protein susu

    bovine dan komponen nitrosurea.

    2.3. GAMBARAN DAN MANIFESTASI KLINIS

    Pada penderita dengan Diabetes tipe 1 dimana adanya kerusakan pada sel beta

    pankreas sehingga menyebabkan gangguan produksi insulin.

    Epedemiologi terjadinya DM tipe 1 di Negara Amerika Serikat dimana 2/3 dari

    Diabetes secara keseluruhan pada pasien kurang dari 19 tahun. Insidensi tertinggi

    ditemukan di Negara Finlandia dan Sardinia (37 samapi 45 per 100.000 anak kurang dari 15

    tahun). Berbanding di Venezuela dan China (0.1 sampai 0.5 per 100.000 anak). Di Amerika

    insidensi 15 sampai 17 per 100.000 anak.

    Usia 4 sampai dengan 6 tahun dan pada usia pubertas (10 sampai dengan 14 tahun).

    Pada penderita dengan penyebab autoimun, gender wanita lebih banyak dibandingkan pria.

  • 7/27/2019 70514172 BAB I Referat DM Marlene

    14/32

    Marlene Adriani Sutanto 406107018

    14Diabetes Mellitus tipe 1

    Studi di Boston perbandingan gender pria dengan wanita pada usia kurang dari 6 tahun

    yaitu 3:2.

    Resiko genetik tanpa riwayat keluarga dengan diabetes tipe 1 yaitu 0,4 %, dengan

    ibu penderita DM tipe 1 sebanyak 2-4 %, dengan ayah penderita DM tipe 1 5-8 persen,

    kedua orangtua diabetes tipe 1 sebanyak 30 persen, kembar Dizygotik 8 persen, kembar

    monozigot 50 persen.

    Adapun presentasi klinis diabetes tipe 1 diantaranya :

    Gejala klasik (poliuria, polidipsi, polifagi) Ketoasidosis diabetik Silent (asimptomatik)

    Pada gejala klasik dimana adanya hiperglikemik dengan gejala poliuria, polidypsi dan

    kehilangan berat badan. Pada pasien dengan DM tipe 1 sering memberikan manifestasi

    Ketoasidosis diabetik 15 sampai 67 persen.

    2.4. KRITERIA DIAGNOSTIK

    Glukosa darah puasa dianggap normal bila kadar glukosa darah kapiler < 126 mg/

    dl (7 mmol/ L). Glukosuria saja tidak spesifik untuk DM sehingga perlu dikonfirmasi

    dengan pemeriksaan glukosa darah.

    Diagnostik DM dapat ditegakkan apabila memenuhi salah satu kriteria sebagai

    berikut:

    1. Ditemukannya gejala klinis poliuria, polidipsia, polifagia, berat badan yangmenurun, dan kadar glukosa darah sewaktu > 200 mg/ dl (11,1 mmol/ L)

    2. Pada penderita yang asimptomatis ditemukan kadar glukosa darah sewaktu > 200mg/ dl atau kadar glukosa darah puasa lebih tinggi dari normal dengan tes toleransi

    glukosa yang terganggu pada lebih dari satu kali pemeriksaan.

    Tes Toleransi Glukosa

    Pada anak biasanya tes toleransi glukosa (TTG) tidak perlu dilakukan karena

    gambaran klinis sudah khas. Indikasi TTG pada anak adalah pada kasus-kasus yang

    meragukan yaitu ditemukan gejala-gejala klinis yang khas untuk DM, namun

    konfirmasi melalu pemeriksaan kadar glukosa darah tidak meyakinkan.

    2

  • 7/27/2019 70514172 BAB I Referat DM Marlene

    15/32

    Marlene Adriani Sutanto 406107018

    15Diabetes Mellitus tipe 1

    Dosis glukosa yang digunakan pada TTG adalah 1,75 g/ kgBB (maksimum 75 g).

    Glukosa tersebut diberikan secara oral (dalam 200-250 c air) dalam waktu 5 menit.

    TTG dilakukan setelah anak mendapat diet tinggi karbohidrat (150-200 g per hari)

    selama 3 hari berturut-turut, dan anak berpuasa semalam menjelang TTG dilakukan.

    Selama 3 hari sebelum TTG dilakukan, aktivitas anak tidak dibatasi, dilaksanakan sesuai

    dengan kegiatan rutinnya sehari-hari. Sampel glukosa darah diambil pada menit ke 0

    (sebelum diberikan glukosa oral), 60, dan 120.2

    Beberapa hal perlu diperhatikan dalam melaksanakan TTG yaitu:

    1. Anak tidak sedang menderita suatu penyakit.2. Anak tidak sedang di dalam pengobatan/ minum obat-obat yang dapat

    meningkatkan kadar glukosa darah.

    3. Jangan melakukan pemeriksaan dengan glukometer/ kapiler. Gunakanlah darahvena.

    4. Berhubung kadar glukosa darah dapat berkurang 5% per jam apabila dibiarkandalam suhu kamar, maka setelah darah vena diambil dengan pengawet EDTA/

    heparin segera disimpan di dalam es/ lemari es.

    5. Selain cara 4 di atas, maka sampel darah dapat segera disentrifus agar kadarglukosa darah tidak menurun.2

    Penilaian hasil tes toleransi glukosa

    1. Anak menderita DM apabilaKadar glukosa darah puasa > 140 mg/ dl (7,8 mmol/ L) atau

    Kadar glukosa darah pada jam ke 2 200 mg/ dl (11,1 mmol/ L)

    2. Anak dikatakan menderita toleransi glukosa terganggu apabilaKadar glukosa darah puasa < 140 mg/ dl (7,8 mmol/ L) dan

    Kadar glukosa darah pada jam ke 2: 140 199 mg/ dl (7,8 11 mmol/ L)

    3. Anak dikatakan normal apabilaKadar glukosa darah puasa (plasma) < 110 mg/ dl (6,7 mmol/ L) dan

    Kadar glukosa darah pada jam ke 2 (vena) < 140 mg/ dl (7,8 mmol/ L).

  • 7/27/2019 70514172 BAB I Referat DM Marlene

    16/32

    Marlene Adriani Sutanto 406107018

    16Diabetes Mellitus tipe 1

    Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa dengan metode enzimatik sebagai patokan

    penyaring dan diagnosis DM (mg/dl)

    Bukan DM Belum pasti DM DM

    Kadar glukosa darah sewaktu

    Plasma vena

    Darah Kapiler

    Kadar glukosa darah puasa

    Plasma vena

    Darah Kapiler

    110

    2.5. PENATALAKSANAAN DM TIPE 1

    Tujuan utama dari pengobatan diabetes adalah untuk mempertahankan kadar gula

    darah dalam kisaran yang normal. Namun, kadar gula darah yang benar-benar normal sulit

    untuk dipertahankan.

    Meskipun demikian, semakin mendekati kisaran yang normal, maka kemungkinan

    terjadinya komplikasi sementara maupun jangka panjang menjadi semakin berkurang.

    Untuk itu diperlukan pemantauan kadar gula darah secara teratur baik dilakukan secara

    mandiri dengan alat tes kadar gula darah sendiri di rumah atau dilakukan di laboratorium

    terdekat.

    Diabetes tipe 1 hanya bisa diobati dengan insulin tetapi tipe 2 dapat diobati dengan obat

    oral.

    Terapi Insulin

    Pada diabetes tipe 1, pankreas tidak dapat menghasilkan insulin sehingga harus

    diberikan insulin pengganti. Pemberian insulin hanya dapat dilakukan melalui suntikan,

    insulin dihancurkan di dalam lambung sehingga tidak dapat diberikan per-oral (ditelan).

    Diabetes tipe 1 mutlak membutuhkan insulin karena pankreas tidak dapat

    memproduksi hormon insulin. Maka seumur hidupnya pasien harus mendapatkan

  • 7/27/2019 70514172 BAB I Referat DM Marlene

    17/32

  • 7/27/2019 70514172 BAB I Referat DM Marlene

    18/32

    Marlene Adriani Sutanto 406107018

    18Diabetes Mellitus tipe 1

    75/25 humalog (70%NPL, 25%Lispro)

    50/50 Humalog (50%NPL, 50%Lispro)

    70/30 Novomix30 (70%protamine aspart, 30%aspart)

    50/50 Novomix (50%protamine aspart, 50%aspart)

    Seperti telah diketahui, untuk memenuhi kebutuhan insulin basal dapat

    digunakan insulin kerja menengah (intermediate-acting insulin) atau kerja panjang

    (long-acting insulin); sementara untuk memenuhi kebutuhan insulin prandial (setelah

    makan) digunakan insulin kerja cepat (sering disebut insulin regular/ short-acting

    insulin) atau insulin kerja sangat cepat (rapid- atau ultra-rapid acting insulin). Di

    pasaran, selain tersedia insulin dengan komposisi tersendiri, juga ada sediaan yang

    sudah dalam bentuk campuran antara insulin kerja cepat atau sangat cepat dengan

    insulin kerja menengah (disebut jugapremixed insulin).

    Tidak ada pedoman baku untuk menentukan jenis insulin apa yang terbaik bagi

    seorang penderita DM tipe 1 anak. Walaupun demikian sebagian besar ahli sepakat

  • 7/27/2019 70514172 BAB I Referat DM Marlene

    19/32

    Marlene Adriani Sutanto 406107018

    19Diabetes Mellitus tipe 1

    bahwa jenis kerja panjang kurang sesuai untuk digunakan pada anak. Apapun jenis

    insulin yang akan digunakan harus disesuaikan dengan usia anak (proses tumbuh

    kembang anak), aspek sosio ekonomi (pendidikan dan kemampuan financial), sosio

    cultural (sikap orang Muslim terhadap insulin babi), dan faktor distribusi obat.

    2

    Ada dua hal yang penting dikenali pada pemberian insulin yaitu efek Somogyi

    dan efek subuh (Dawn Effect). Kedua fenomena ini mengakibatkan hiperglikemia pada

    pagi hari. Pada efek Somogyi terjadi hiperglikemia pada pagi hari setelah hipoglikemia

    (rebound effect). Akibat pemberian insulin yang berlebihan, maka terjadi hipoglikemia

    pada malam hari (jam 02.00-03.00) sehingga upaya tubuh untuk mengatasi

    hipoglikemia mengakibatkan hiperglikemia. Sedangkan pada efek subuh, hiperglikemia

    pada pagi hari terjadi akibat kerja hormon-hormon antiinsulin (hormon-hormon

    glikogenik). Kerja hormon anti-insulin tersebut merupakan proses fisiologis. Kedua

    peristiwa tersebut memerlukan penanganan yang berbeda. Efek Somogyi diatasi

    dengan mengurangi dosis insulin malam hari atau menambahkan makanan kecil

    sebelum tidur. Sebaliknya pada efek subuh, dosis insulin ditambah untuk menghindari

    hiperglikemia pada pagi hari tersebut.

    Penyesuaian dosis insulin

    Penyesuaian dosis insulin bertujuan untuk mencapai kontrol metabolik yang

    optimal, tanpa mengabaikan kualitas hidup penderita baik jangka pendek maupun

    jangka panjang. Keseimbangan antara kontrol metabolik dan kualitas hdup sangat sulit

    dicapai tetapi harus selalu diusahakan. Pengaturan dosis insulin yang kaku atau terlalu

    fleksibel bukan merupakan jawaban untuk mencapai kontrol metabolik yang baik.2

    Penyesuaian dosis biasanya dibutuhkan pada honeymoon period, masa remaja,

    masa sakit, dan sedang menjalankan pembedahan. Pada dasarnya kebutuhan insulin

    adalah sesuai dengan kebutuhan metabolisme tubuh, namun masalahnya penyesuaian

    dosis tidak dapat dilakukan secara sembarang karena dapat menectuskan kedaruratan

    medic.

    Pada fase honeymoon period, dosis insulin yang dibutuhkan sangat rendah,

    bahkan pada beberapa kasus kontrol metabolik dapat dicapai tanpa pemberian insulin

  • 7/27/2019 70514172 BAB I Referat DM Marlene

    20/32

    Marlene Adriani Sutanto 406107018

    20Diabetes Mellitus tipe 1

    sama sekali. Dosis insulin pada fase ini perlu disesuaikan untuk menghindari serangan

    hipoglikemia.

    Pada masa remaja, kebutuhan insulin meningkat karena bekerjanya hormon-

    hormon seks steroid, meningkatnya amplitudo dan frekuensi sekresi growth hormone,

    yang kesemuanya merupakan hormon-hormon anti insulin.

    Pada saat sakit, dosis insulin perlu disesuaikan dengan asupan makanan tetapi

    jangan menghentikan insulin sama sekali. Penghentian insulin akan meningkatkan

    lipolisis dan glikogenolisis sehingga kadar glukosa darah meningkat dan penderita

    rentan untuk menderita ketoasidosis.

    Perhitungan insulin adalah sbb:

    Berbagai macam regimen terapi insulin yang diberikan dengan suntikan multipel

    seperti dianjurkan oleh Cheng and Zinman dalam buku Joslins Diabetes Mellitus dapat

    dilihat pada tabel di bawah ini. Regimen injeksi harian multipel ini diterapkan untuk

    penderita dengan DMT1.

  • 7/27/2019 70514172 BAB I Referat DM Marlene

    21/32

    Marlene Adriani Sutanto 406107018

    21Diabetes Mellitus tipe 1

    Berbagai regimen suntikan insulin multipel

    DIET DAN OLAHRAGA

    Mengelola penyakit kencing manis atau diabetes mellitus sebenarnya mudah asal

    penderita bisa mendisiplinkan diri dan melakukan olahraga secara teratur, menuruti saran

    dokter, dan tidak mudah patah semangat.

    Selain mengontrol kadar gula secara teratur, melakukan diet makanan dan olahraga

    yang teratur menjadi kunci sukses pengelolaaan diabetes. Dalam hal makanan misalnya,

    penderita diabetes harus memperhatikan takaran karbohidrat. Sebab lebih dari separuh

    kebutuhan energi diperoleh dari zat ini.

    Selain mengontrol kadar gula secara teratur, melakukan diet makanan dan olahraga

    yang teratur menjadi kunci sukses pengelolaaan diabetes. Dalam hal makanan misalnya,

    penderita diabetes harus memperhatikan takaran karbohidrat. Sebab lebih dari separuh

    kebutuhan energi diperoleh dari zat ini. Menurut dr. Elvina Karyadi, M.Sc., ahli gizi dari

    SEAMEO-Tropmed UI, ada dua golongan karbohidrat yakni jenis kompleks dan jenis

    sederhana. Yang pertama mempunyai ikatan kimiawi lebih dari satu rantai glukosa

    sedangkan yang lain hanya satu. Di dalam tubuh karbohidrat kompleks seperti dalam roti

    atau nasi, harus diurai menjadi rantai tunggal dulu sebelum diserap ke dalam aliran darah.

    Sebaliknya, karbohidrat sederhana seperti es krim, jeli, selai, sirup, minuman ringan, dan

    permen, langsung masuk ke dalam aliran darah sehingga kadar gula darah langsung melejit.

    Dari sisi makanan penderita diabetes lebih dianjurkan mengkonsumsi karbohidrat

    berserat seperti kacang-kacangan, sayuran, buah segar seperti pepaya, kedondong, apel,

  • 7/27/2019 70514172 BAB I Referat DM Marlene

    22/32

    Marlene Adriani Sutanto 406107018

    22Diabetes Mellitus tipe 1

    tomat, salak, semangka dll. Sedangkan buah-buahan yang terlalu manis seperti sawo, jeruk,

    nanas, rambutan, durian, nangka, anggur, tidak dianjurkan.

    Peneliti gizi asal Universitas Airlangga, Surabaya, Prof. Dr. Dr. H. Askandar

    Tjokroprawiro, menggolongkan diet atas dua bagian, A dan B. Diet B dengan komposisi 68%

    karbohidrat, 20% lemak, dan 12% protein, lebih cocok buat orang Indonesia dibandingkan

    dengan diet A yang terdiri atas 40 50% karbohidrat, 30 35% lemak dan 20 25% protein.

    Diet B selain mengandung karbohidrat lumayan tinggi, juga kaya serat dan rendah

    kolesterol. Berdasarkan penelitian, diet tinggi karbohidrat kompleks dalam dosis terbagi,

    dapat memperbaiki kepekaan sel beta pankreas.

    Sementara itu tingginya serat dalam sayuran jenis A(bayam, buncis, kacang panjang,

    jagung muda, labu siam, wortel, pare, nangka muda) ditambah sayuran jenis B (kembang

    kol, jamur segar, seledri, taoge, ketimun, gambas, cabai hijau, labu air, terung, tomat, sawi)

    akan menekan kenaikan kadar glukosa dan kolesterol darah.

    Bawang merah dan putih (berkhasiat 10 kali bawang merah)serta buncis baik sekali

    jika ditambahkan dalam diet diabetes karena secara bersama-sama dapat menurunkan

    kadar lemak darah dan glukosa darah.

    Pola 3J, yakni jumlah kalori, jadwal makan, dan jenis makanan. Bagi penderita yang

    tidak mempunyai masalah dengan berat badan tentu lebih mudah untuk menghitung

    jumlah kalori sehari-hari. Caranya, berat badan dikalikan 30. Misalnya, orang dengan berat

    badan 50 kg, maka kebutuhan kalori dalam sehari adalah 1.500 (50 x 30). Kalau yang

    bersangkutan menjalankan olahraga, kebutuhan kalorinya pada hari berolahraga ditambah

    sekitar 300-an kalori.

    Jadwal makan pengidap diabetes dianjurkan lebih sering dengan porsi sedang.

    Maksudnya agar jumlah kalori merata sepanjang hari. Tujuan akhirnya agar beban kerja

    tubuh tidak terlampau berat dan produksi kelenjar ludah perut tidak terlalu mendadak.

    Di samping jadwal makan utama pagi, siang, dan malam, dianjurkan juga porsi

    makanan ringan di sela-sela waktu tersebut(selang waktu sekitar tiga jam).

  • 7/27/2019 70514172 BAB I Referat DM Marlene

    23/32

  • 7/27/2019 70514172 BAB I Referat DM Marlene

    24/32

    Marlene Adriani Sutanto 406107018

    24Diabetes Mellitus tipe 1

    Sementara jika kadar gulanya sudah normal lalu melakukan olahraga, ditakutkan malah

    terjadi hipoglikemia.

    Mereka yang memilih jenis olahraga yang memerlukan waktu lama, macam tenis

    lapangan atau sepakbola, sebaiknya setiap 30 menit mengkonsumsi glukosa (makanan atau

    minuman manis). Dengan cara itu kadar gula darahnya bisa dijaga agar tidak terlalu turun.

    Yang perlu diperhatikan pula saat berolahraga adalah cuaca. Pada cuaca sangat panas,

    penyerapan insulin banyak sekali. Berarti gula darah lebih terserap lagi.

    Menjaga kebersihan dan kesehatan kaki juga penting dalam berolahraga. Ketika

    sedang joging atau jalan, kaki akan bergesekan dengan sepatu. Karena itu, kaus kaki yang

    dikenakan harus bersih. Sepatu pun harus yang lunak bagian dalamnya untuk menghindari

    lecet. Pakailah sepatu sesuai penggunaannya.

    Dengan rajin berolahraga ditambah mengatur menu makanan serta mengontrol

    kadar gula darah secara teratur, komplikasi akibat diabetes dapat dihindari.

    2.7. PENCEGAHAN DIABETES TIPE 1

    Pasien dengan diagnosis DM tipe 1 mempunyai sel beta normal lebih kurang antara

    10% sampai 50 % dimana pasien muncul dengan gejala diabetes yang khas seperti

    Ketoasidosis dimana sekresi insulin yang sedikit.

    Dengan pemberian insulin dengan regulasi gula darah akan membuat gula darah

    yang stabil , peningkatan sekresi insulin dan keadaan dimana kebutuhan akan insulin sangat

    sedikit. Keadaan ini disebut dengan Honeymoon Phase dari diabetes tipe 1.

    Sejalan dengan waktu (antara beberapa bulan atau tahun) setelah didiagnosis

    diabetes, beta sel yang bertahan tadi akan mati dan sekresi C-peptida berkurang secara

    progresif. Setelah 3 sampai 5 tahun setelah didiagnosis diabetes, beberapa anak sudah

    tidak mempunyai C peptide. Kehilangan C peptide ini berhubungan dengan peningkatan

    kebutuhan insulin, dan perburukan metabolisme.

    Pertahanan terhadap C peptide mempunyai peran yang penting suatu usaha untuk

    mencegah kerusakan sel beta lebih lanjut setelah onset terjadinya diabetes.

    Prediksi untuk DM tipe 1 diantaranya menggunakan genetik marker untuk yang

    beresiko DM tipe 1. Genetik yang memungkinkan terjadinya DM tipe 1 diantaranya HLA

  • 7/27/2019 70514172 BAB I Referat DM Marlene

    25/32

    Marlene Adriani Sutanto 406107018

    25Diabetes Mellitus tipe 1

    region pada kromosom 6p. Lebih dari 90 persen pasien dengan Diabetes tipe 1 terdapat gen

    DR4, DRQB*0302 dan atau DR3, DQB*0201. Penggunaan marker imunologi diantaranya

    autoantibodi serum sel islet, insulin, glutamic acid decarboxylase dapat dideteksi pada

    periode preklinis pada DM tipe 1. Test glukosa tolerans intra vena ( Intra Vena Glucose

    Tolerance Test) dimana serum insulin meningkat dari baseline setelah sepuluh menit

    pemberian glukosa berhubungan dengan fungsi sel beta.

    Percobaan pencegahan untuk diabetes tipe 1 terdiri dari 3 diantaranya pencegahan

    primer, pencegahan sekunder dan pencegahan tersier.

    Pencegahan primer dimana pencegahan terjadinya perkembangan autoimunitas

    terhadap sel islet. Pencegahan sekunder pencegahan sel beta setelah aktifasi autoimunitas

    sel islet. Dan pencegahan tersier yaitu setelah terjadinya onset diabetes atau termasuk

    transplantasi sel islet.

    Beberapa usaha pencegahan agar tidak terjadinya kerusakan sel beta lebih lanjut

    setelah terjadinya diabetes diantaranya dengan pemerian siklosporin. Pemberian

    Siklosporin dimana memberikan efek imunosepresan. Percobaan tidak memberikan efek

    yang berarti untuk mencegah terjadinya penghancuran sel beta. Efek samping yang besar

    seperti resiko imunosepresi dan nefrotoksik membuat siklosporin terapi tidak memberikan

    benefit pada pencegahan kerusakan sel beta. Beberapa percobaan untuk pencegahan

    kerusakan sel beta ini diantaranya dengan vaksinasi BCG, pemberian nikotinamida,

    azathioprine dan methotrexate. Pemberian Anti-CD3 antibodies , yang dilakukan percobaan

    pada mencit, namun CD3 monoclonal antibodi tidak dapat digunakan karena akan

    memberikan efek samping sitokin mediated TNFa yang begitu besar. Modifikasi CD 3

    mononukleal antibodi ini memberikan efek samping yang sedikit ( demam,sakit kepala dan

    hipotensi). Autoantibodi ini sudah digunakan dengan baik untuk pengobatan penyakit akut

    renal allograft dan psoriatik artritis. Pemberian anti CD-3 antibodi memberikan efek yang

    sangat signifikan, namun beberapa efek samping membuat benefit negatif. Mekanismenya

    sendiri belum jelas, diduga mempunyai peran regulasi sel T dan memberikan generasi

    autoimun pada penderita DM tipe 1.

  • 7/27/2019 70514172 BAB I Referat DM Marlene

    26/32

    Marlene Adriani Sutanto 406107018

    26Diabetes Mellitus tipe 1

    Pemberian thymoglobulin atau antithymocyte globulin (ATG) mempunyai benefit

    yang baik pada penderita DM tipe 1. Pada pasien yang baru saja didiagnosis dengan

    diabetes dimana memberikan efek perpanjangan fase honeymoon pada penderita DM 1.

    Pemberian Anti CD 20 atau Rituximab dimana digunakan untuk terapi B sel neoplasia

    dan sebagai antibodi mediated penyakit autoimun. Pada suatu studi Rituximab bermanfaat

    untuk rheumatoid artritis. Penelitian untuk penggunaan CD 20 pada penderita diabetes tipe

    1 masih belum banyak didapatkan informasi.

    Pencegahan penggunaan susu sapi pada beberapa grup dengan genetik untuk

    Diabetes tipe 1 dimana didapatkan nilai yang cukup bermakna.

    Pemberian vitamin D dapat memberikan proteksi untuk terjadinya DM tipe 1. Studi

    terhadap 10.000 anak diberikan vitamin D (2000IU/hari) mempunyai efek mengurangi resiko

    terjadinya DM tipe 1 dibandingkan pemberian vitamin D dosis rendah (RR0.22).

    KRITERIA PENGENDALIAN DM

    Baik Sedang Buruk

    Glukosa darah (mg/dl)

    - puasa

    - 2 jam postprandial

    80-100

    80- 14

    110 -125

    145 -179

    126

    180

    A 1 c (%) < 6,5 6,5 8 8

    Kol. Total (mg/dl) < 200 200 239 240

    Kol.LDL (mg/dl) < 100 100 129 130

    Kol.HDL (mg/dl) > 45

    Trigliserida (mg/dl) < 150 150 199 200

    IMT (kg/m2) 18,5 23 23 25 > 25

    Tekanan darah (mmHg) 130/80 130 140/80-

    90

    > 140/90

  • 7/27/2019 70514172 BAB I Referat DM Marlene

    27/32

    Marlene Adriani Sutanto 406107018

    27Diabetes Mellitus tipe 1

    2.6. KOMPLIKASI

    Diabetes merupakan penyakit yang memiliki komplikasi (menyebabkan

    terjadinya penyakit lain) yang paling banyak. Hal ini berkaitan dengan kadar gula

    darah yang tinggi terus menerus, sehingga berakibat rusaknya pembuluh darah,

    saraf dan struktur internal lainnya.

    Zat kompleks yang terdiri dari gula di dalam dinding pembuluh darah

    menyebabkan pembuluh darah menebal dan mengalami kebocoran. Akibat

    penebalan ini maka aliran darah akan berkurang, terutama yang menuju ke kulit dan

    saraf.

    Kadar gula darah yang tidak terkontrol juga cenderung menyebabkan kadar

    zat berlemak dalam darah meningkat, sehingga mempercepat terjadinya

    aterosklerosis (penimbunan plak lemak di dalam pembuluh darah). Aterosklerosis ini

    2-6 kali lebih sering terjadi pada penderita diabetes.

    Sirkulasi darah yang buruk ini melalui pembuluh darah besar (makro) bisa

    melukai otak, jantung, dan pembuluh darah kaki (makroangiopati), sedangkan

    pembuluh darah kecil (mikro) bisa melukai mata, ginjal, saraf dan kulit serta

    memperlambat penyembuhan luka.

    Penderita diabetes bisa mengalami berbagai komplikasi jangka panjang jika

    diabetesnya tidak dikelola dengan baik. Komplikasi yang lebih sering terjadi dan

    mematikan adalah serangan jantung dan stroke.

    Kerusakan pada pembuluh darah mata bisa menyebabkan gangguan

    penglihatan akibat kerusakan pada retina mata (retinopati diabetikum). Kelainan

    fungsi ginjal bisa menyebabkan gagal ginjal sehingga penderita harus menjalani cuci

    darah (dialisa).

    Gangguan pada saraf dapat bermanifestasi dalam beberapa bentuk. Jika satu

    saraf mengalami kelainan fungsi (mononeuropati), maka sebuah lengan atau tungkai

    biasa secara tiba-tiba menjadi lemah.

  • 7/27/2019 70514172 BAB I Referat DM Marlene

    28/32

    Marlene Adriani Sutanto 406107018

    28Diabetes Mellitus tipe 1

    Jika saraf yang menuju ke tangan, tungkai dan kaki mengalami kerusakan

    (polineuropati diabetikum), maka pada lengan dan tungkai bisa dirasakan kesemutan

    atau nyeri seperti terbakar dan kelemahan.

    Kerusakan pada saraf menyebabkan kulit lebih sering mengalami cedera

    karena penderita tidak dapat merasakan perubahan tekanan maupun suhu.

    Berkurangnya aliran darah ke kulit juga bisa menyebabkan ulkus (borok) dan

    semua penyembuhan luka berjalan lambat. Ulkus di kaki bisa sangat dalam dan

    mengalami infeksi serta masa penyembuhannya lama sehingga sebagian tungkai

    harus diamputasi.

    Komplikasi jangka lama termasuk penyakit kardiovaskular (risiko ganda),

    kegagalan kronis ginjal (penyebab utama dialisis), kerusakan retina yang dapat

    menyebabkan kebutaan, serta kerusakan saraf yang dapat menyebabkan impotensi

    dan gangren dengan risiko amputasi. Komplikasi yang lebih serius lebih umum bila

    kontrol kadar gula darah buruk.

    Ketoasidosis Diabetikum

    Pada penderita diabetes tipe I, gejalanya timbul secara tiba-tiba dan bisa

    berkembang dengan cepat ke dalam suatu keadaan yang disebut dengan

    ketoasidosis diabetikum. Kadar gula di dalam darah adalah tinggi tetapi karena

    sebagian besar sel tidak dapat menggunakan gula tanpa insulin, maka sel-sel ini

    mengambil energi dari sumber yang lain. Sel lemak dipecah dan menghasilkan keton,

    yang merupakan senyawa kimia beracun yang bisa menyebabkan darah menjadiasam (ketoasidosis).

    Gejala awal dari ketoasidosis diabetikum adalah rasa haus dan sering kencing,

    mual, muntah, lelah dan nyeri perut (terutama pada anak-anak). Pernafasan menjadi

    dalam dan cepat karena tubuh berusaha untuk memperbaiki keasaman darah. Bau

    nafas penderita tercium seperti bau aseton. Tanpa pengobatan, ketoasidosis

    diabetikum bisa berkembang menjadi koma, kadang dalam waktu hanya beberapa

    jam. Bahkan setelah mulai menjalani terapi insulin, penderita diabetes tipe I bisa

    http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Penyakit_kardiovaskular&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Kegagalan_kronis_ginjal&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Dialisis_ginjal&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Retinahttp://id.wikipedia.org/wiki/Kebutaanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Sarafhttp://id.wikipedia.org/wiki/Impotensihttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Gangren&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Amputasihttp://id.wikipedia.org/wiki/Amputasihttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Gangren&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Impotensihttp://id.wikipedia.org/wiki/Sarafhttp://id.wikipedia.org/wiki/Kebutaanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Retinahttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Dialisis_ginjal&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Kegagalan_kronis_ginjal&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Penyakit_kardiovaskular&action=edit&redlink=1
  • 7/27/2019 70514172 BAB I Referat DM Marlene

    29/32

    Marlene Adriani Sutanto 406107018

    29Diabetes Mellitus tipe 1

    mengalami ketoasidosis jika mereka melewatkan satu kali penyuntikan insulin atau

    mengalami stres akibat infeksi, kecelakaan atau penyakit yang serius. Penderita

    diabetes tipe II bisa tidak menunjukkan gejala selama beberapa tahun. Jika

    kekurangan insulin semakin parah, maka timbullah gejala yang berupa sering kencing

    dan haus. Jarang terjadi ketoasidosis. Jika kadar gula darah sangat tinggi (sampai

    lebih dari 1.000 mg/dL, biasanya terjadi akibat stres-misalnya infeksi atau obat-

    obatan), maka penderita akan mengalami dehidrasi berat, yang bisa menyebabkan

    kebingungan mental, pusing, kejang dan suatu keadaan yang disebut koma

    hiperglikemik-hiperosmolar non-ketotik.

    Kaki diabetik

    Penyandang diabetes mellitus perlu memberikan perhatian lebih terhadap

    kesehatan kakinya, karena diabetes dapat menimbulkan komplikasi yang dikenal

    dengan istilah kaki diabetik (diabetic foot). Kaki diabetik merupakan salah satu

    komplikasi diabetes yang masih luput dari perhatian. Padahal, konsekuensi dari kaki

    diabetik yang terlanjur memburuk dapat menyebabkan gangren dan mengarah pada

    tindakan amputasi.

    Kaki diabetik merupakan komplikasi yang serius dan mahal dari diabetes.

    Meningkatnya prevalensi diabetes di dunia menyebabkan peningkatan kasus

    amputasi kaki karena komplikasi diabetes. Studi epidemiologi melaporkan lebih dari

    satu juta amputasi dilakukan pada penyandang diabetes setiap tahunnya. Ini berarti

    setiap 30 detik ada kasus amputasi kaki karena diabetes di seluruh dunia.

    Umumnya kaki diabetik didahului dengan adanya ulkus (luka). Hanya sekitar

    dua pertiga dari ulkus yang dapat sembuh dengan cepat, sisanya berakhir dengan

    amputasi. Rata-rata diperlukan waktu sekitar enam bulan untuk penyembuhan

    ulkus. Baik ulkus maupun amputasi memiliki dampak yang besar pada kualitas hidup

    penyandang diabetes, yakni terbatasnya kebebasan bergerak, terisolasi secara sosial,

    dan menimbulkan stres psikologis.

    http://medicastore.com/med/detail_pyk.php?iddtl=135&keyword=diabetes;mellitus;gula;darah;tipe;I;II;ketoasidosis;diabetikum;koma;hipoglikemia;retinopati;insulin;Glukosa;pankreas;obesitas;kortikosteroid;hamil;gestasional;poliuri;polidipsi;polifagi;koma;hiperglikemia;hiperosmolar;aterosklerosis;jantung;stroke;&idktg=11&UID=20080625082731125.208.146.2http://medicastore.com/med/detail_pyk.php?iddtl=135&keyword=diabetes;mellitus;gula;darah;tipe;I;II;ketoasidosis;diabetikum;koma;hipoglikemia;retinopati;insulin;Glukosa;pankreas;obesitas;kortikosteroid;hamil;gestasional;poliuri;polidipsi;polifagi;koma;hiperglikemia;hiperosmolar;aterosklerosis;jantung;stroke;&idktg=11&UID=20080625082731125.208.146.2http://medicastore.com/med/detail_pyk.php?iddtl=135&keyword=diabetes;mellitus;gula;darah;tipe;I;II;ketoasidosis;diabetikum;koma;hipoglikemia;retinopati;insulin;Glukosa;pankreas;obesitas;kortikosteroid;hamil;gestasional;poliuri;polidipsi;polifagi;koma;hiperglikemia;hiperosmolar;aterosklerosis;jantung;stroke;&idktg=11&UID=20080625082731125.208.146.2http://medicastore.com/med/detail_pyk.php?iddtl=135&keyword=diabetes;mellitus;gula;darah;tipe;I;II;ketoasidosis;diabetikum;koma;hipoglikemia;retinopati;insulin;Glukosa;pankreas;obesitas;kortikosteroid;hamil;gestasional;poliuri;polidipsi;polifagi;koma;hiperglikemia;hiperosmolar;aterosklerosis;jantung;stroke;&idktg=11&UID=20080625082731125.208.146.2http://medicastore.com/med/detail_pyk.php?iddtl=135&keyword=diabetes;mellitus;gula;darah;tipe;I;II;ketoasidosis;diabetikum;koma;hipoglikemia;retinopati;insulin;Glukosa;pankreas;obesitas;kortikosteroid;hamil;gestasional;poliuri;polidipsi;polifagi;koma;hiperglikemia;hiperosmolar;aterosklerosis;jantung;stroke;&idktg=11&UID=20080625082731125.208.146.2http://medicastore.com/med/detail_pyk.php?iddtl=135&keyword=diabetes;mellitus;gula;darah;tipe;I;II;ketoasidosis;diabetikum;koma;hipoglikemia;retinopati;insulin;Glukosa;pankreas;obesitas;kortikosteroid;hamil;gestasional;poliuri;polidipsi;polifagi;koma;hiperglikemia;hiperosmolar;aterosklerosis;jantung;stroke;&idktg=11&UID=20080625082731125.208.146.2http://medicastore.com/med/detail_pyk.php?iddtl=135&keyword=diabetes;mellitus;gula;darah;tipe;I;II;ketoasidosis;diabetikum;koma;hipoglikemia;retinopati;insulin;Glukosa;pankreas;obesitas;kortikosteroid;hamil;gestasional;poliuri;polidipsi;polifagi;koma;hiperglikemia;hiperosmolar;aterosklerosis;jantung;stroke;&idktg=11&UID=20080625082731125.208.146.2http://medicastore.com/med/detail_pyk.php?iddtl=135&keyword=diabetes;mellitus;gula;darah;tipe;I;II;ketoasidosis;diabetikum;koma;hipoglikemia;retinopati;insulin;Glukosa;pankreas;obesitas;kortikosteroid;hamil;gestasional;poliuri;polidipsi;polifagi;koma;hiperglikemia;hiperosmolar;aterosklerosis;jantung;stroke;&idktg=11&UID=20080625082731125.208.146.2http://medicastore.com/med/detail_pyk.php?iddtl=135&keyword=diabetes;mellitus;gula;darah;tipe;I;II;ketoasidosis;diabetikum;koma;hipoglikemia;retinopati;insulin;Glukosa;pankreas;obesitas;kortikosteroid;hamil;gestasional;poliuri;polidipsi;polifagi;koma;hiperglikemia;hiperosmolar;aterosklerosis;jantung;stroke;&idktg=11&UID=20080625082731125.208.146.2http://medicastore.com/med/detail_pyk.php?iddtl=135&keyword=diabetes;mellitus;gula;darah;tipe;I;II;ketoasidosis;diabetikum;koma;hipoglikemia;retinopati;insulin;Glukosa;pankreas;obesitas;kortikosteroid;hamil;gestasional;poliuri;polidipsi;polifagi;koma;hiperglikemia;hiperosmolar;aterosklerosis;jantung;stroke;&idktg=11&UID=20080625082731125.208.146.2http://medicastore.com/med/detail_pyk.php?iddtl=135&keyword=diabetes;mellitus;gula;darah;tipe;I;II;ketoasidosis;diabetikum;koma;hipoglikemia;retinopati;insulin;Glukosa;pankreas;obesitas;kortikosteroid;hamil;gestasional;poliuri;polidipsi;polifagi;koma;hiperglikemia;hiperosmolar;aterosklerosis;jantung;stroke;&idktg=11&UID=20080625082731125.208.146.2http://medicastore.com/med/detail_pyk.php?iddtl=135&keyword=diabetes;mellitus;gula;darah;tipe;I;II;ketoasidosis;diabetikum;koma;hipoglikemia;retinopati;insulin;Glukosa;pankreas;obesitas;kortikosteroid;hamil;gestasional;poliuri;polidipsi;polifagi;koma;hiperglikemia;hiperosmolar;aterosklerosis;jantung;stroke;&idktg=11&UID=20080625082731125.208.146.2http://medicastore.com/med/detail_pyk.php?iddtl=135&keyword=diabetes;mellitus;gula;darah;tipe;I;II;ketoasidosis;diabetikum;koma;hipoglikemia;retinopati;insulin;Glukosa;pankreas;obesitas;kortikosteroid;hamil;gestasional;poliuri;polidipsi;polifagi;koma;hiperglikemia;hiperosmolar;aterosklerosis;jantung;stroke;&idktg=11&UID=20080625082731125.208.146.2http://medicastore.com/med/detail_pyk.php?iddtl=135&keyword=diabetes;mellitus;gula;darah;tipe;I;II;ketoasidosis;diabetikum;koma;hipoglikemia;retinopati;insulin;Glukosa;pankreas;obesitas;kortikosteroid;hamil;gestasional;poliuri;polidipsi;polifagi;koma;hiperglikemia;hiperosmolar;aterosklerosis;jantung;stroke;&idktg=11&UID=20080625082731125.208.146.2http://medicastore.com/med/detail_pyk.php?iddtl=135&keyword=diabetes;mellitus;gula;darah;tipe;I;II;ketoasidosis;diabetikum;koma;hipoglikemia;retinopati;insulin;Glukosa;pankreas;obesitas;kortikosteroid;hamil;gestasional;poliuri;polidipsi;polifagi;koma;hiperglikemia;hiperosmolar;aterosklerosis;jantung;stroke;&idktg=11&UID=20080625082731125.208.146.2http://medicastore.com/med/detail_pyk.php?iddtl=135&keyword=diabetes;mellitus;gula;darah;tipe;I;II;ketoasidosis;diabetikum;koma;hipoglikemia;retinopati;insulin;Glukosa;pankreas;obesitas;kortikosteroid;hamil;gestasional;poliuri;polidipsi;polifagi;koma;hiperglikemia;hiperosmolar;aterosklerosis;jantung;stroke;&idktg=11&UID=20080625082731125.208.146.2http://medicastore.com/med/detail_pyk.php?iddtl=135&keyword=diabetes;mellitus;gula;darah;tipe;I;II;ketoasidosis;diabetikum;koma;hipoglikemia;retinopati;insulin;Glukosa;pankreas;obesitas;kortikosteroid;hamil;gestasional;poliuri;polidipsi;polifagi;koma;hiperglikemia;hiperosmolar;aterosklerosis;jantung;stroke;&idktg=11&UID=20080625082731125.208.146.2http://medicastore.com/med/detail_pyk.php?iddtl=135&keyword=diabetes;mellitus;gula;darah;tipe;I;II;ketoasidosis;diabetikum;koma;hipoglikemia;retinopati;insulin;Glukosa;pankreas;obesitas;kortikosteroid;hamil;gestasional;poliuri;polidipsi;polifagi;koma;hiperglikemia;hiperosmolar;aterosklerosis;jantung;stroke;&idktg=11&UID=20080625082731125.208.146.2
  • 7/27/2019 70514172 BAB I Referat DM Marlene

    30/32

    Marlene Adriani Sutanto 406107018

    30Diabetes Mellitus tipe 1

    Kaki diabetik juga merupakan masalah ekonomi yang nyata, mengingat

    penyandang diabetes dengan kaki diabetik umumnya membutuhkan perawatan

    yang lama, rehabilitasi, biaya yang tidak sedikit, dan risiko amputasi yang besar.

    Menurut Dr. dr. Aris Wibudi, SpPD selaku Ketua Umum PB PEDI

    (Perhimpunan Edukator Diabetes Indonsia), komplikasi kaki diabetik sebenarnya

    dapat dicegah. Dengan menerapkan strategi yang menggabungkan upaya

    pencegahan, perawatan jika terjadi ulkus pada kaki, penanganan medis yang sesuai,

    kadar gula darah yang terkendali, serta edukasi terhadap penyandang diabetes dan

    tenaga medis, dapat menurunkan kemungkinan risiko amputasi sampai 85%.

    http://medicastore.com/med/detail_pyk.php?iddtl=135&keyword=diabetes;mellitus;gula;darah;tipe;I;II;ketoasidosis;diabetikum;koma;hipoglikemia;retinopati;insulin;Glukosa;pankreas;obesitas;kortikosteroid;hamil;gestasional;poliuri;polidipsi;polifagi;koma;hiperglikemia;hiperosmolar;aterosklerosis;jantung;stroke;&idktg=11&UID=20080625082731125.208.146.2http://medicastore.com/med/detail_pyk.php?iddtl=135&keyword=diabetes;mellitus;gula;darah;tipe;I;II;ketoasidosis;diabetikum;koma;hipoglikemia;retinopati;insulin;Glukosa;pankreas;obesitas;kortikosteroid;hamil;gestasional;poliuri;polidipsi;polifagi;koma;hiperglikemia;hiperosmolar;aterosklerosis;jantung;stroke;&idktg=11&UID=20080625082731125.208.146.2http://medicastore.com/med/detail_pyk.php?iddtl=135&keyword=diabetes;mellitus;gula;darah;tipe;I;II;ketoasidosis;diabetikum;koma;hipoglikemia;retinopati;insulin;Glukosa;pankreas;obesitas;kortikosteroid;hamil;gestasional;poliuri;polidipsi;polifagi;koma;hiperglikemia;hiperosmolar;aterosklerosis;jantung;stroke;&idktg=11&UID=20080625082731125.208.146.2http://medicastore.com/med/detail_pyk.php?iddtl=135&keyword=diabetes;mellitus;gula;darah;tipe;I;II;ketoasidosis;diabetikum;koma;hipoglikemia;retinopati;insulin;Glukosa;pankreas;obesitas;kortikosteroid;hamil;gestasional;poliuri;polidipsi;polifagi;koma;hiperglikemia;hiperosmolar;aterosklerosis;jantung;stroke;&idktg=11&UID=20080625082731125.208.146.2
  • 7/27/2019 70514172 BAB I Referat DM Marlene

    31/32

    Marlene Adriani Sutanto 406107018

    31Diabetes Mellitus tipe 1

    BAB III

    KESIMPULAN

    Diabetes tipe 1 merupakan bagian dari penyakit Diabetes yang disebabkan kerusakan sel

    beta pancreas dimana yang menghasilkan insulin, sehingga penderita DM tipe 1 sangat tergantung

    pada insulin untuk metabolisme glukosa dalam tubuh.

    Patogenesis terjadinya DM tipe 1 terdapat banyak teori dan penelitian. Diduga terjadinya

    DM tipe 1 karena suatu autoimun yang menyebabkan kerusakan sel beta pancreas.

    Penyebab DM tipe 1 diduga dari berbagai faktor antara lain genetik, autoimun, dan

    lingkungan. Faktor genetik yang berpengaruh terhadap munculnya DM tipe 1 adalah MHC

    HLA DR-3 dan DR-4. Sedangkan faktor lingkungan yang bisa mencetuskan DM tipe 1 antara

    lain virus sitomegalo, mumps, coxakie, dll.

    Gejala pada DM 1 tidak jauh berbeda dengan DM 2 yaitu adanya gejala klasik DM

    (poliuri, polifagi, polidipsi). Namun pada DM 1 sering terjadi ketoasidosis dimana pasien

    akan mengalami penurunan kesadaran dan merupakan salah satu komplikasi akut yang

    mematikan. Oleh karena itu, diagnosis dini sangatlah penting.

    Karena pada DM tipe 1 terjadi destruksi sel beta pankreas yang menyebabkan tidak

    adanya atau kurangnya insulin, maka terapi terbaik untuk DM 1 adalah dengan pemberian

    insulin. Pemberian insulin disesuaikan dengan insulin endogen, apakah insulin basal atau

    prandial yang ingin dikoreksi. Selain itu perlu juga pengaturan makanan, olahraga, edukasi,

    dan pemantauan mandiri. Supaya komplikasi DM 1, baik yang akut (hipoglikemia, KAD)

    maupun yang kronis (retinopati, nefropati), dapat dihindari.

  • 7/27/2019 70514172 BAB I Referat DM Marlene

    32/32

    32Diabetes Mellitus tipe 1

    DAFTAR PUSTAKA

    1. PERKENI. Konsensus Nasioanl Pengelolaan Diabetes Melitus Tipe 1 di Indonesia.Jakarta: PB PERKENI, 2000.

    2. PERKENI. Petunjuk Praktis Terapi Insulin Pada Pasien Diabetes Melitus. Jakarta:Interna Publishing, 2008.

    3. PERKENI. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 diIndonesia 2006. Jakarta: PB PERKENI, 2008.

    4. Rani, A. Aziz, dkk. Panduan Pelayanan Medik. Perhimpunan Dokter Spesialis PenyakitDalam Indonesia. Jakarta: Interna Publishing, 2009.

    5. Sherwood, Lauralee. Fisiologi Manusia Dari Sel ke Sistem. Edisi 2. Jakarta: EGC, 2001.6.German MS, Masharani U. Pancreatic hormones and diabetes mellitus. Greenspans

    basic and clinical endocrinology. Edisi ke-8. USA: The McGraw-Hill Companies, Inc.;

    2007.

    7. Fauci, et al. Harrison's : Principles of Internal Medicine. 17th edition. USA : McGraw-Hill, inc.,2008.

    8. Maitra A, Abbas AK. The endocrine system. Robbins and Cotran Pathologic Basis ofDisease. Edisi ke-7. Philadelphia: Elsevier Saunders; 2005.