2012-1-00111-MN Bab2001

24
9 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Perilaku Organisasi Perilaku organisasi adalah bidang studi yang berusaha untuk memahami, menjelaskan, memprediksi, dan mengubah perilaku manusia seperti yang terjadi dalam konteks organisasi (Wagner dan Hollenbeck, 2010, p5). Menurut Robbins (2007, p9), perilaku organisasi adalah suatu bidang studi yang menyelidiki dampak yang dimiliki perorangan, kelompok, dan struktur pada perilaku dalam organisasi, dengan maksud menerapkan pengetahuan semacam itu untuk memperbaiki efektifitas organisasi. Serta berdasarkan Luthans (2006, p20), perilaku organisasi didefinisikan sebagai pemahaman, prediksi, dan manajemen perilaku manusia dalam organisasi. Maka, berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku organisasi adalah bidang ilmu yang berusaha untuk memahami, menyelidiki, menjelaskan dan memprediksi serta mengubah perilaku individu, kelompok dan organisasi dalam rangka meningkatkan efektivitas organisasi. Greenberg dan Baron (2003, p4) menyatakan bahwa ada empat karakter utama dari bidang ilmu perilaku organisasi, yaitu:

description

xxx

Transcript of 2012-1-00111-MN Bab2001

  • 9

    BAB II

    KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

    2.1 Kajian Pustaka

    2.1.1 Perilaku Organisasi

    Perilaku organisasi adalah bidang studi yang berusaha untuk memahami,

    menjelaskan, memprediksi, dan mengubah perilaku manusia seperti yang terjadi

    dalam konteks organisasi (Wagner dan Hollenbeck, 2010, p5).

    Menurut Robbins (2007, p9), perilaku organisasi adalah suatu bidang studi

    yang menyelidiki dampak yang dimiliki perorangan, kelompok, dan struktur pada

    perilaku dalam organisasi, dengan maksud menerapkan pengetahuan semacam itu

    untuk memperbaiki efektifitas organisasi. Serta berdasarkan Luthans (2006, p20),

    perilaku organisasi didefinisikan sebagai pemahaman, prediksi, dan manajemen

    perilaku manusia dalam organisasi.

    Maka, berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku

    organisasi adalah bidang ilmu yang berusaha untuk memahami, menyelidiki,

    menjelaskan dan memprediksi serta mengubah perilaku individu, kelompok dan

    organisasi dalam rangka meningkatkan efektivitas organisasi.

    Greenberg dan Baron (2003, p4) menyatakan bahwa ada empat karakter

    utama dari bidang ilmu perilaku organisasi, yaitu:

  • 10

    Perilaku organisasi menggunakan metode ilmiah untuk mengatasi

    masalah-masalah manajerial. Pengetahuan dalam perilaku organisasi

    didasarkan pada ilmu perilaku (behavioral sciences), seperti psikologi dan

    sosiologi yang mencari tahu tentang perilaku manusia dan masyarakat

    melalui penggunaan metode ilmiah.

    Perilaku organisasi fokus pada tiga level analisis, yaitu individu,

    kelompok, dan organisasi. Perilaku organisasi tidak hanya menyoroti

    orang-orang secara individual, karena dalam organisasi orang bekerja

    sama dalam kelompok dan tim. Lebih jauh, orang secara individu maupun

    kelompok mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungan kerja mereka.

    Level individu yang dipelajari dalam perilaku organisasi misalnya sikap

    kerja, level kelompok misalnya komunikasi, dan level organisasi misalnya

    struktur.

    Perilaku organisasi sebenarnya merupakan multi-disipliner. Perilaku

    organisasi tidak hanya mempelajari sebuah topik dari satu perspektif

    tertentu, melainkan juga mempertimbangkan berbagai macam pendekatan,

    mulai dari pendekatan psikologi yang sangat berorientasi pada individu,

    ilmu sosiologi yang lebih berorientasi pada kelompok, hingga isu-isu

    dalam kualitas organisasi yang dipelajari oleh para ilmuwan manajemen.

    Perilaku organisasi berusaha mengembangkan efektivitas organisasi dan

    kualitas kehidupan dalam pekerjaan.

    Disiplin-disiplin ilmu yang menyumbang kepada bidang perilaku organisasi

    (Robbins, 2007, p12-14):

  • 11

    - Psikologi, yaitu ilmu yang berupaya mengukur, menjelaskan, dan kadang-

    kadang mengubah perilaku manusia dan binatang-binatang lain.

    - Psikologi sosial, yaitu suatu bidang di dalam psikologi yang memadukan

    konsep-konsep baik dari psikologi maupun sosiologi dan yang memusatkan

    perhatian pada saling mempengaruhi antara orang-orang.

    - Sosiologi, yaitu studi tentang orang-orang dalam hubungan dengan manusia-

    manusia sesamanya.

    - Antropologi, yaitu studi tentang masyarakat untuk mempelajari mengenai

    manusia dan kegiatan mereka.

    2.1.2 Perceived Organizational Support (POS)

    2.1.2.1 Definisi POS

    Perceived organizational support (POS) merupakan persepsi karyawan

    terhadap bagaimana organisasi menghargai kontribusi mereka dan peduli terhadap

    kesejahteraan mereka (Eisenberger et al, 1986) dalam Paille, Bourdeau, & Galois

    (2010). Hal ini menunjukkan bahwa komitmen dari organisasi kepada

    karyawannya dapat sangat bermanfaat. Tingginya tingkat perceived

    organizational support mengarah kepada tingginya job satisfaction dan

    menurunkan turnover (Robbins & Coulter, 2009, p303). Jadi, menurunnya

    turnover juga berarti meningkatkan tingkat retensi dari karyawan.

    POS menunjukkan perlakuan yang baik dari organisasi menciptakan

    kewajiban umum, berdasarkan norma timbal balik dari karyawan untuk peduli

  • 12

    terhadap organisasi mereka dan memperlakukan organisasi mereka dengan baik

    sebagai pengembaliannya (Eisenberger et al, 2001) dalam jurnal Ristig (2009).

    Kewajiban karyawan akan dibalaskan melalui perilaku terkait pekerjaan yang

    akan mendukung tujuan-tujuan organisasi (Eisenberger et al, 1990) dalam jurnal

    Ristig (2009).

    Berdasarkan Levinson (1965) dalam Aube, Rousseau, & Morin (2007)

    karyawan cenderung mempersonifikasikan organisasi tempat mereka bekerja

    dengan tindakan-tindakan yang dilakukan oleh para eksekutif dan manajer

    perusahaan, mereka melupakan organisasi sebagai suatu sistem.

    POS kemudian menanggapi seberapa besar karyawan merasakan

    organisasi yang mempekerjakan mereka berniat untuk memberikan kompensasi

    yang adil atas usaha-usaha mereka, menolong mereka dalam kebutuhan tertentu

    (seperti sakit, masalah pekerjaan), membuat pekerjaan mereka menarik dan

    bersemangat dan menyediakan mereka kondisi kerja yang memadai (Eisenberger

    et al, 1986) dalam Aube et al (2007).

    Berdasarkan berbagai definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa POS

    adalah seberapa besar dukungan organisasi yang dirasakan karyawan terhadap

    kontribusi mereka dan kepedulian organisasi terhadap kesejahteraan mereka yang

    akan berdampak kepada dukungan karyawan terhadap organisasi.

    2.1.2.2 Fungsi dan Manfaat POS

    Aube et al (2007) menyimpulkan bahwa dukungan yang diberikan

    perusahaan kepada mereka menunjukkan komitmen perusahaan kepada mereka,

  • 13

    yang kemudian dikembalikan karyawan dalam bentuk komitmen karyawan

    terhadap organisasi.

    Lebih spesifik, dukungan organisasi seperti promosi, peningkatan gaji,

    pelatihan, bantuan perusahaan akan diinterpretasikan oleh para karyawan sebagai

    tanda respek dan perhatian perusahaan terhadap karyawan. Sehingga dukungan

    organisasi dikembalikan karyawan dalam bentuk kepercayaan dan kualitas

    hubungan mereka dengan perusahaan dengan berusaha mengembangkan berbagai

    perilaku positif terhadap perusahaan (Aube et al, 2007).

    Doney et al (1998) dalam Ristig (2009) juga mengutarakan, apabila

    karyawan merasakan organisasi benar-benar tertarik dengan kesejahteraan mereka

    dan memiliki motivasi untuk berbagi keuntungan maka kepercayan terhadap

    organisasi akan muncul. Karyawan juga akan menjadi lebih bekerja keras karena

    mereka menginginkan organisasi untuk sukses (Ren-Tao, 2011).

    Pada saat-saat krisis, POS mungkin dapat sangat ampuh dalam hal

    mempertahankan atau meningkatkan hasil individual maupun hasil organisasi

    (Rhoades & Eisenberger, 2002) dalam Aube et al (2007).

    Berdasarkan berbagai pendapat tersebut, jadi dapat disimpulkan bahwa

    fungsi-fungsi dari POS adalah:

    Meningkatkan kepercayaan karyawan terhadap organisasi

    Meningkatkan semangat kerja karyawan

    Karyawan lebih berkomitmen kepada organisasi

    Hasil pekerjaan individual dan organisasi akan meningkat

  • 14

    2.1.2.3 Faktor-Faktor POS

    Berdasarkan penelitian Rhoades & Eisenberger (2002), terdapat 3 bentuk

    umum dari perlakuan organisasi yang karyawan harapkan untuk diterima dari

    organisasi, yang terbukti dapat meningkatkan perceived organizational support

    karyawan secara signifikan. Ketiga hal yang mempengaruhi POS tersebut adalah:

    1. Keadilan

    Keadilan yang dimaksud, berhubungan dengan keadilan distribusi sumber daya

    diantara karyawan. Keadilan terbagi dua menjadi aspek struktural dan aspek

    sosial. Aspek struktural didefiniskan sebagai peraturan dan kebijakan formal yang

    mempengaruhi karyawan. Contohnya, pemberitahuan sebelum diterapkannya

    suatu kebijakan, penerimaan informasi yang akurat, partisipasi pendapat

    karyawan.

    Sementara, aspek sosial dalam keadilan didefinisikan sebagai keadilan dari

    kualitas perlakuan interpersonal dalam pengalokasian sumber daya. Contohnya,

    memperlakuan karyawan dengan martabat dan rasa hormat, menyediakan

    karyawan informasi tentang hasil yang diharapkan dari mereka.

    2. Dukungan supervisor

    Sama seperti karyawan membentuk persepsi umum mereka terkait penghargaan

    organisasi terhadap mereka, mereka juga mengembangkan pandangan umum

  • 15

    terkait seberapa besar supervisor menghargai kontribusi mereka dan peduli

    terhadap kesejahteraan mereka.

    Karena karyawan sebagai agen dari organisasi, memiliki tanggung jawab untuk

    mengarahkan dan mengevaluasi kinerja bawahannya. Karyawan menilai atasan

    mereka berlaku menyenangkan atau tidak menyenangkan terhadap mereka

    sebagai indikasi dari dukungan organisasi.

    3. Penghargaan organisasi dan kondisi kerja

    Praktik-praktik sumber daya manusia yang menunjukkan pengakuan terhadap

    kontribusi karyawan, seharusnya berhubungan positif dengan POS. Praktik-

    praktik tersebut adalah:

    Pengakuan, pembayaran, dan promosi. Rewards yang menguntungkan

    terhadap karyawan, digunakan untuk mengkomunikasikan penilaian

    positif terhadap kontribusi karyawan.

    Job security, sebuah jaminan bahwa organisasi berharap untuk

    mempertahankan keanggotaan masa depan karyawan.

    Role stressors. Penyebab stres yang mengacu pada situasi kebutuhan

    lingkungan yang tidak dapat diatasi karyawan. Seperti beban kerja

    berlebih, ambiguitas peran, konflik peran.

    2.1.3 Organizational Trust

    2.1.3.1 Definisi Organizational Trust

    Kepercayaan (trust) merupakan kepercayaan terhadap integritas, keadilan,

    dan keandalan dari seseorang atau suatu organisasi (Dizgah, Farahbod, & Khoeni,

  • 16

    2011). Lebih lanjut, trust adalah kerelaan dari salah satu pihak untuk menerima

    terhadap tindakan yang dilakukan oleh pihak lain (Ristig, 2009) dan menghasilkan

    kooperasi, terlebih pada organisasi besar (La Porta et al, 1997) dalam Ristig

    (2009). Sementara, Paille, Bourdeau, & Galois (2010) menyimpulkan bahwa

    pengembangan kepercayaan merupakan sebuah proses yang berdasarkan pada

    keyakinan bahwa pihak lain akan menghormati komitmen mereka dan bahwa

    pihak lain memiliki niat yang baik kepada mereka.

    Jadi, di dalam organisasi, kepercayaan merupakan kepercayaan dari

    karyawan untuk menerima tindakan yang dilakukan oleh organisasi dan bekerja

    sama dengan organisasi, atas dasar keyakinan bahwa, organisasi menghargai

    mereka dan berniat baik terhadap mereka.

    Dimensi utama dari kepercayaan menurut Robbins (2001) dalam Dizgah et

    al (2011) adalah integritas, kompetensi, konsistensi, loyalitas dan keterbukaan.

    Dan perilaku pemimpin juga menjadi hal yang paling penting dibandingkan

    perilaku siapapun juga di dalam organisasi dalam menentukan tingkat

    kepercayaan di dalam kelompok ataupun organisasi tersebut (Offerman, 1998)

    dalam Dizgah et al (2011).

    Contohnya, di dalam perusahaan seorang supervisor bertanggung-jawab

    untuk mengarahkan pekerjaan harian bawahan mereka, melaksanakan kebijakan

    organisasi, dan bekerja-sama dengan bawahan mereka untuk mencapai tujuan

    organisasi. Oleh karena itu, interaksi supervisor dengan para bawahannya harus

    cenderung sering dan langsung (Wong et al, 2003) dalam Dizgah et al (2011).

    Walaupun demikian, membangun kepercayaan tetap bukan hanya antara pimpinan

  • 17

    dan pengikut, tetapi juga antara pengikut (bawahan), demikian menurut Spears

    (1998) dalam Dizgah et al (2011).

    Trust juga diasosikan dengan persepsi-persepsi dari keadilan dan akurasi di

    dalam evaluasi kinerja (Fulk et al, 1985) dalam Ristig (2009). Dan organizational

    trust (kepercayaan organisasi) memiliki hubungan positif dengan komitmen

    organisasi serta kinerja dari individu (Golembiewski & McConkie, 1975) dalam

    Ristig (2009).

    2.1.3.2 Fungsi dan Manfaat Organizational Trust

    Dalam perspektif organisasi, kepercayaan merupakan hal yang kritis di

    dalam komunikasi yang efektif, dan kerja sama tim yang sukses antara sesama

    karyawan. Sama pentingnya dengan kepercayaan antara para karyawan dan para

    manajer, serta dapat meminimalisasi resiko, biaya operasional, dan meningkatkan

    komitmen karyawan serta produktivitas mereka (Pucetaite, Lamsa, & Novelskaite,

    2010).

    Kepercayaan organisasi mempengaruhi karyawan, meningkatkan partisipasi

    mereka dalam pengambilan keputusan, serta dapat menciptakan atmosfir kerja

    yang aktif (Putnam, 1995) dalam Dizgah et al (2011).

    Kepercayaan di dalam manajemen juga dapat meningkatkan identifikasi,

    loyalitas dan keterlibatan karyawan dengan organisasi (Cook & Wall, 1980)

    dalam Ristig (2009). Dengan meningkatnya kepercayaan di dalam organisasi,

    maka karyawan akan lebih berkomitmen kepada pihak berwenang dan institusi

    yang diwakili oleh pihak berwenang (Brockner et al, 1997) dalam Ristig (2009).

  • 18

    2.1.3.3 Faktor-Faktor Organizational Trust

    Pucetaite et al (2010) menyimpulkan bahwa, keyakinan terhadap perilaku

    menguntungkan yang dilakukan pihak lain (karyawan) berkembang dari

    pengalaman dan keyakinan bahwa pihak yang dipercaya (perusahaan) telah

    mengikuti dan mematuhi norma-norma, nilai-nilai, dan prinsip-prinsip moral yang

    sama yang telah disepakati.

    Paille, Bourdeau, & Galois (2010) menyimpulkan bahwa kepercayaan

    merupakan sebuah konsep kepercayaan organisasi berdasarkan komponen afektif,

    kognitif, dan konatif yaitu:

    Kebajikan dari pihak lain selama hubungan pertukaran, yang terinspirasi

    dari nilai-nilai moral seperti kejujuran dan integritas.

    Kepercayaan bahwa pihak lain dapat diandalkan, berdasarkan kompetensi,

    pengalaman sebelumnya, dan informasi yang dimiliki.

    Antisipasi terhadap reaksi atau perilaku dari individu-individu di dalam

    situasi yang berbeda-beda, seperti kemungkinan masa depan yang

    dipercaya dapat dilakukan.

    Jadi, dalam hubungan antara dua entitas, contohnya kepercayaan

    memungkinkan karyawan untuk bisa mempercayai pernyataan-pernyataan dan

    janji-janji dari organisasi (Paille, Bourdeau, & Galois, 2010). Serta, trust menurut

    Blau (1964) dalam Paille, Bourdeau, & Galois (2010) memiliki efek yang

    menjamin respek yang bertahan lama dari komitmen bersama yang saling

    menguntungkan antara entitas-entitas yang terlibat di dalamnya.

  • 19

    2.1.4 Kepuasan Karyawan

    2.1.4.1 Definisi Kepuasan Karyawan

    Kepuasan karyawan (Employee Satisfaction) adalah kepuasan dari para

    karyawan terhadap pekerjaan mereka dan seberapa besar mereka menyukai

    pekerjaannya (Spector, 1997) dalam Antoncic, J. A. & Antoncic, B. (2011).

    Selanjutnya, kepuasan kerja karyawan mengacu pada sikap karyawan terhadap

    pekerjaannya. Walaupun kepuasan kerja merupakan sikap bukan perilaku, tetapi

    hasilnya penting bagi manajer karena karyawan yang puas lebih rajin masuk kerja,

    memiliki kinerja yang lebih baik, dan niat untuk bertahan di organisasi (Robbins

    & Coulter, 2009, p300).

    Ivancevich, Konopaske, & Matteson (2011, p77) menyatakan kepuasan

    kerja sebagai perilaku yang dimiliki seseorang terhadap pekerjaan mereka.

    Kepuasan kerja dihasilkan dari persepsi mereka terhadap pekerjaannya dan derajat

    kesesuaian antara individu dengan organisasi.

    Menurut Robbins (2007, p73) kepuasan kerja dapat didefinisikan sebagai

    perasaan positif tentang pekerjaan seseorang yang dihasilkan berdasarkan evaluasi

    terhadap karakteristik-karakteristik pekerjaan tersebut. Seseorang dengan

    kepuasan kerja tinggi memiliki perasaan positif terhadap pekerjaannya, dan

    seseorang yang tidak puas memiliki perasaan negatif terhadap pekerjaannya.

    Sedangkan, Luthans (2006, p243) berpendapat bahwa, kepuasan kerja adalah

    hasil dari persepsi karyawan mengenai seberapa baik pekerjaan mereka

    memberikan hal yang dinilai penting. Lebih lanjut, pendapat Greenberg dan Baron

  • 20

    (2003) dalam Wibowo (2008, p299) mendeskripsikan kepuasan kerja sebagai

    sikap positif atau negatif yang dilakukan individu terhadap pekerjaan mereka.

    Sementara itu, Vecchio (1995) dalam Wibowo (2008, p299) menyatakan

    kepuasan kerja sebagai pemikiran, perasaan, dan kecenderungan tindakan

    seseorang, yang merupakan sikap seseorang terhadap pekerjaan.

    Menurut Werther, Jr dan Keith Davis (1986) dalam Haryo Setiadi (2004,

    p73) kepuasan kerja adalah kondisi kesukaan atau ketidaksukaan menurut

    pandangan karyawan terhadap pekerjaannya. Sedangkan menurut Locke (1990)

    dalam Haryo Setiadi (2004, p73) menyatakan bahwa kepuasan kerja adalah

    kondisi emosi bahagia atau positif sebagai hasil dari pengalaman kerja tertentu.

    Kepuasan kerja lebih bersifat individual dan sangat personal.

    Sementara, Rivai (2004, p475) menyatakan kepuasan kerja pada dasarnya

    merupakan sesuatu yang bersifat individual. Setiap individu memiliki tingkat

    kepuasan yang berbeda-beda sesuai dengan sistem nilai yang berlaku pada

    dirinya. Semakin tinggi penilaian terhadap kegiatan dirasakan sesuai dengan

    keinginan individu, maka semakin tinggi kepuasannya terhadap kegiatan tersebut.

    Dengan demikian, kepuasan merupakan evaluasi yang menggambarkan seseorang

    atas perasaan sikapnya senang atau tidak senang, puas atau tidak puas dalam

    bekerja.

    Berdasarkan berbagai pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa kepuasan

    kerja adalah suatu perilaku yang ditunjukkan karyawan berdasarkan karakteristik

    pekerjaan tertentu yang ditunjukkan melalui sikap-sikap positif atau negatif

    sebagai evaluasi terhadap apa yang dirasakan karyawan dalam bekerja.

  • 21

    Dan, apabila kepuasan kerja rendah dapat mengarah kepada rendahnya

    kesetiaan terhadap organisasi, rendahnya semangat karyawan, dan peningkatan

    turnover karyawan (Soler, 1998) dalam Turkyilmaz et al (2011). Rendahnya

    kepuasan kerja juga menyebabkan karyawan untuk mundur dari pekerjaan

    mereka, mencari pekerjaan baru, atau merubah pekerjaan dan karir mereka

    sekarang (Turkyilmaz et al, 2011).

    2.1.4.2 Faktor-Faktor Kepuasan Kerja

    Beberapa faktor penting yang berhubungan dengan kepuasan kerja menurut

    Ivancevich, Konopaske, & Matteson (2011, p77) adalah:

    1. Pembayaran (Pay)

    Jumlah pembayaran yang diterima dan keadilan yang diterima dari

    pembayaran tersebut.

    2. Pekerjaan itu sendiri (Work itself)

    Banyaknya tugas-tugas kerja yang dianggap menarik dan menyediakan

    kesempatan untuk belajar dan menerima tanggung jawab.

    3. Kesempatan promosi (Promotion opportunities)

    Ketersediaan kesempatan untuk kemajuan karir.

    4. Pengawasan (Supervision)

    Kompetensi teknis dan kemampuan interpersonal dari atasan langsung

    seseorang.

  • 22

    5. Rekan kerja (Co-workers)

    Banyaknya rekan kerja yang bersahabat, kompeten dan mendukung.

    6. Kondisi kerja (Working conditions)

    Tingkat dari lingkungan fisik pekerjaan yang nyaman dan mendukung

    produktivitas.

    7. Keamanan kerja (Job Security)

    Keyakinan bahwa posisi seseorang relatif aman dan kelanjutan pekerjaan

    dengan organisasi sebagai harapan yang masuk akal.

    2.1.5 Retensi Karyawan

    2.1.5.1 Definisi Retensi Karyawan

    Berdasarkan Mathis & Jackson (2006, p126-128), retensi karyawan

    merupakan upaya untuk mempertahankan karyawan di dalam organisasi. Retensi

    karyawan mengacu pada berbagai kebijakan dan praktik yang mengarahkan

    karyawan agar bertahan di organisasi untuk jangka waktu yang lebih lama. Setiap

    organisasi menginvestasikan waktu dan uang untuk mengembangkan rekrutmen

    baru agar ia siap bekerja dan dapat menyamai karyawan yang sudah ada

    (Gayathri, Sivaraman, & Kamalambal, 2012).

    Selanjutnya, menurut Gayathri et al (2012) kehilangan karyawan selalu

    berarti kehilangan pengetahuan, modal, keahlian, dan pengalaman. Maka, menjadi

    kehilangan yang sangat besar bagi organisasi apabila organisasi kehilangan orang

  • 23

    yang sangat terlatih. Bila organisasi kehilangan seseorang dengan banyak

    pengetahuan, pada dasarnya organisasi telah kehilangan pendapatan yang

    seharusnya dihasilkan karyawan tersebut.

    Jadi, sangat penting bagi organisasi agar tidak kehilangan karyawan, yang

    dapat mengakibatkan kerugian dan inefisiensi dalam pekerjaan organisasi.

    Sehingga perlu dikembangkan langkah-langkah yang diperlukan agar perusahaan

    dapat mempertahankan aset sumber daya manusianya.

    Semakin besar karyawan merasa organisasi tempatnya bekerja

    mengembangkan kebijakan sumber daya manusia yang berpusat pada

    kesejahteraan secara profesional, maka semakin kecil kecenderungan karyawan

    untuk meninggalkan organisasi yang mempekerjakan mereka (Paille, Bordeau &

    Galois, 2010).

    Selanjutnya, Paille, Bordeau & Galois (2010) menyimpulkan berdasarkan

    manajemen sumber daya manusia dan perilaku organisasi, bahwa semakin tinggi

    kepuasan karyawan terhadap kondisi pekerjaannya di dalam organisasi maka

    semakin kecil kemungkinan karyawan untuk meninggalkan organisasi. Dengan

    demikian, kecilnya tingkat karyawan yang keluar dari organisasi menunjukkan

    besarnya tingkat retensi karyawan di dalam organisasi.

    Blakely et al (2003) dan Podsakoff et al (2000) dalam Paille, Bordeau &

    Galois (2010) menambahkan bahwa apabila kepuasan karyawan terhadap kondisi

    pekerjaan mereka tinggi, karyawan akan semakin lebih menunjukan upaya

    sukarela untuk menolong organisasi mencapai efisiensi yang lebih baik.

  • 24

    2.1.5.2 Faktor-Faktor Retensi Karyawan

    Mathis & Jackson (2006, p128-135) menyampaikan bahwa, ada beberapa

    faktor penentu terhadap retensi karyawan, yaitu:

    1. Komponen Organisasional

    Beberapa komponen organisasional mempengaruhi karyawan dalam

    memutuskan apakah bertahan atau meninggalkan perusahaan mereka. Organisasi

    yang memiliki budaya dan nilai yang positif serta berbeda mengalami perputaran

    karyawan yang lebih rendah. Strategi, peluang, dan manajemen organisasional di

    dalam perusahaan yang dikelola dengan baik juga akan mempengaruhi retensi

    karyawan. Demikian pula dengan kontinuitas dan keamanan kerja (job security)

    seseorang di suatu organisasi, juga turut berpengaruh terhadap retensi karyawan.

    2. Peluang Karier Organisasional

    Survei terhadap karyawan di semua jenis pekerjaan tetap menunjukkan

    bahwa usaha pengembangan karir organisasional dapat mempengaruhi tingkat

    retensi karyawan secara signifikan. Faktor-faktor yang mendasarinya adalah

    pelatihan karyawan secara kontinu yang dilakukan perusahaan, pengembangan

    dan bimbingan karier terhadap seseorang, serta perencanaan karier formal di

    dalam suatu organisasi.

    3. Penghargaan dan Retensi Karyawan

    Penghargaan nyata yang diterima karyawan karena bekerja, datang dan

    pembentukan gaji, insentif, dan tunjangan. Menurut banyak survei dan

    pengalaman, satu hal yang penting terhadap retensi karyawan adalah mempunyai

  • 25

    praktik kompensasi yang kompetitif. Penghargaan yang kompetitif tersebut dapat

    dilakukan dalam bentuk gaji dan tunjangan yang kompetitif, penghargaan

    berdasarkan kinerja, pengakuan terhadap karyawan serta tunjangan dan bonus

    spesial.

    4. Rancangan Tugas dan Pekerjaan

    Faktor mendasar yang mempengaruhi retensi karyawan adalah sifat dari tugas

    dan pekerjaan yang dilakukan. Beberapa organisasi menemukan bahwa angka

    perputaran karyawan yang tinggi dalam beberapa bulan lamanya pekerjaan sering

    kali dihubungkan dengan usaha penyaringan seleksi yang kurang memadai.

    Rancangan tugas dan pekerjaan yang baik harus memperhatikan unsur tanggung

    jawab dan otonomi kerja, fleksibilitas kerja karyawan, kondisi kerja yang baik

    (faktor fisik dan lingkungan seperti, ruang, pencahayaan, suhu, kegaduhan dan

    sejenisnya), dan keseimbangan kerja/kehidupan karyawan.

    5. Hubungan Karyawan

    Hubungan yang dimiliki para karyawan dalam organisasi menjadi faktor yang

    diketahui dapat mempengaruhi retensi karyawan. Apabila karyawan memperoleh

    perlakuan yang adil atau tidak diskriminatif, mendapat dukungan dari supervisor

    atau manajemen, dan memiliki hubungan dengan rekan kerja yang baik, maka hal-

    hal ini akan mempengaruhi retensi karyawan.

  • 26

    2.1.5.3 Manajemen Retensi Karyawan

    Agar dapat mengelola retensi karyawan dengan baik, penting bagi

    perusahaan untuk mengatur retensi para karyawan. Apabila kurang diperhatikan,

    retensi karyawan kemungkinan besar tidak berhasil. Menurut Mathis & Jackson

    (2006, p136-143), proses manajemen retensi karyawan terdiri atas:

    1. Pengukuran dan penilaian retensi karyawan

    Guna memastikan bahwa tindakan yang tepat diambil untuk meningkatkan

    retensi karyawan dan mengurangi perputaran, keputusan manajemen lebih

    membutuhkan data dan analisis daripada kesan subjektif dati situasi individual

    yang dipilih, atau reaksi terhadap hilangnya beberapa orang penting. Oleh karena

    itu, adalah penting untuk mempunyai beberapa jenis ukuran dan analisis yang

    berbeda. Data yang dapat diukur dan dinilai, terdiri dari:

    Analisis pengukuran perputaran

    Biaya perputaran

    Survei karyawan

    Wawancara keluar kerja

    2. Intervensi Retensi Karyawan

    Berbagai intervensi Sumber Daya Manusia (SDM) dapat dilakukan untuk

    memperbaiki retensi karyawan. Perputaran dapat dikendalikan dan dikurangi

    dengan beberapa cara, yaitu:

    Proses perekrutan dan seleksi

    Orientasi dan pelatihan

  • 27

    Kompensasi dan tunjangan

    Perencanaan dan pengembangan karier

    Hubungan karyawan

    3. Evaluasi dan Tindak Lanjut

    Setelah usaha intervensi dilakukan, selanjutnya evaluasi dan tindak lanjut

    dapat dilakukan dengan cara:

    Menelaah data perputaran secara tetap

    Memeriksa hasil intervensi

    Menyesuaikan usaha intervensi

    2.1.6 Kajian Hasil Penelitian Terdahulu yang Relevan

    Berikut ini adalah hasil penelitian-penelitian terdahulu yang dianggap relevan

    dengan penelitian yang akan dilakukan penulis:

    1. Penelitian oleh Paille, Pascal., Bourdeau, Laurent., & Galois, Isabelle (2010)

    yang berjudul Support, trust, satisfaction, intent to leave and citizenship at

    organizational level: a Social exchange approach. Berdasarkan penelitian

    tersebut, trust dipahami sebagai proses dimana Perceived Organizational

    Support (POS) mempengaruhi hasil intention to leave dan citizenship

    behavior melalui kepuasan yang diperoleh karyawan. Juga diketahui bahwa

    POS memiliki korelasi positif terhadap trust, OCB (Organizational

    Citizenhip Behavior), dan satisfaction. Satisfaction juga didapati memiliki

    pengaruh terhadap OCB dalam organisasi. Selanjutnya dalam penelitian, trust

  • 28

    memiliki hasil pengaruh yang positif dengan kepuasan karyawan, serta

    satisfaction dan OCB memiliki pengaruh negatif terhadap intention to leave

    dari karyawan. Namun, hasil POS terhadap intention to leave tidak

    menunjukkan hasil negatif yang signifikan, Paille, Bourdeau, & Galois

    menyatakan kemungkinan ada faktor yang harus memediasi antara variabel

    POS dan intention to leave atau pengaruh trust yang melemahkan pengaruh

    POS terhadap intention to leave.

    2. Penelitian oleh Ristig, Kyle (2009) yang berjudul The impact of perceived

    organizational support and trustworthiness on trust. Hasil dari penelitian

    tersebut adalah trust memiliki korelasi positif dengan variabel-variabel

    trustworthiness. Selanjutnya, trustworthiness juga berpengaruh secara

    signifikan kepada trust. Serta, POS diketahui memiliki hubungan yang

    positif dan signifikan dengan trust.

    3. Penelitian oleh Gayathri, R., Sivaraman, G., & Kamalambal, R (2012) yang

    berjudul Employee Retention Strategies in BPOs an Empirical

    Investigation. Penelitian dilakukan dengan tujuan untuk mengidentifikasi

    faktor-faktor utama yang mempengaruhi retensi karyawan di perusahaan

    sektor Business Process Outsourcing. Berdasarkan penelitian tersebut,

    sebagian besar karyawan bertahan di perusahaan karena kompensasi yang

    kompetitif, pengakuan dan penghargaan, lingkungan kerja yang aman dan

    lengkap, infrastruktur memadai, peran kerja yang sesuai dengan bakat

    karyawan.

  • 29

    2.2 Kerangka Pemikiran

    Sumber: Penulis, 2012

    Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

    2.3 Hipotesis

    Hipotesis penelitian berdasarkan tujuan-tujuan penelitian adalah sebagai

    berikut:

    Hipotesis untuk T-1

    H1. Hipotesis pengujian secara simultan antara X1, X2 dan Y

    Organizational Trust

    (X2):

    Kebajikan dari pihak lain

    Kepercayaan bahwa

    pihak lain dapat

    diandalkan

    Perilaku individu dalam

    situasi yang berbeda-

    beda

    Perceived Organizational Support (X1):

    Keadilan

    Dukungan supervisor

    Penghargaan organisasi dan

    kondisi kerja

    Retensi Karyawan (Z):

    Komponen

    organisasional

    Peluang karier

    organisasional

    Penghargaan

    Rancangan tugas dan

    pekerjaan

    Hubungan karyawan

    Kepuasan Karyawan (Y):

    Pembayaran

    Pekerjan itu sendiri

    Kesempatan promosi

    Pengawasan

    Rekan kerja

    Kondisi kerja

    Keamanan kerja

    Keterangan:

    Menggambarkan pengaruh secara parsial

    Menggambarkan pengaruh secara simultan

  • 30

    H0 = Tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel perceived

    organizational support (X1) dan organizational trust (X2)

    terhadap variabel kepuasan karyawan (Y).

    Ha = Ada pengaruh yang signifikan antara variabel perceived

    organizational support (X1) dan organizational trust (X2)

    terhadap variabel kepuasan karyawan (Y).

    H2. Hipotesis pengujian secara parsial antara X1 dan Y

    H0 = Tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel perceived

    organizational support (X1) terhadap variabel kepuasan

    karyawan (Y).

    Ha = Ada pengaruh yang signifikan antara variabel perceived

    organizational support (X1) terhadap variabel kepuasan

    karyawan (Y).

    H3. Hipotesis pengujian secara parsial antara X2 dan Y

    H0 = Tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel organizational

    trust (X2) terhadap variabel kepuasan karyawan (Y).

    Ha = Ada pengaruh yang signifikan antara variabel organizational trust

    (X2) terhadap variabel kepuasan karyawan (Y).

    Hipotesis untuk T-2

    H4. Hipotesis pengujian secara simultan antara X1, X2, Y dan Z

  • 31

    H0 = Tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel perceived

    organizational support (X1), organizational trust (X2) dan

    kepuasan karyawan (Y) terhadap variabel retensi karyawan (Z).

    Ha = Ada pengaruh yang signifikan antara variabel perceived

    organizational support (X1), organizational trust (X2) dan

    kepuasan karyawan (Y) terhadap variabel retensi karyawan (Z).

    H5. Hipotesis pengujian secara parsial antara X1 dan Z

    H0 = Tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel perceived

    organizational support (X1) terhadap variabel retensi karyawan

    (Z).

    Ha = Ada pengaruh yang signifikan antara variabel perceived

    organizational support (X1) terhadap variabel retensi karyawan

    (Z).

    H6. Hipotesis pengujian secara parsial antara X2 dan Z

    H0 = Tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel

    organizational trust (X2) terhadap variabel retensi karyawan

    (Z).

    Ha = Ada pengaruh yang signifikan antara variabel organizational

    trust (X2) terhadap variabel retensi karyawan (Z).

    H7. Hipotesis pengujian secara parsial antara Y dan Z

  • 32

    H0 = Tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel kepuasan

    karyawan (Y) terhadap variabel retensi karyawan (Z).

    Ha = Ada pengaruh yang signifikan antara variabel kepuasan karyawan

    (Y) terhadap variabel retensi karyawan (Z).