merupakan aset kritis organisasi yang tidak...

download merupakan aset kritis organisasi yang tidak hanyalibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-01092-MN Bab2001… · pengembangan organisasi, dan manajemen kinerja dan penilaian.

If you can't read please download the document

Transcript of merupakan aset kritis organisasi yang tidak...

  • 8

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Kajian Pustaka

    2.1.1. Manajemen Sumber Daya Manusia

    2.1.1.1. Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia

    Manajemen Sumber Daya Manusia atau yang sering dikenal dengan

    Human Resource Management merupakan aset kritis organisasi yang tidak hanya

    diikutsertakan dalam filosofi perusahaan tetapi juga dalam proses perencanaan

    strategis. Pengertian manajemen sumber daya manusia menurut Mondy (2010:4-

    5) adalah utilisasi dari individu-individu untuk mencapai tujuan organisasi. Maka

    dari itu, manajer-manajer di setiap tingkat harus memperhatikan manajemen

    sumber daya manusia. Pada dasarnya, semua manager menyelesaikan segala

    sesuatunya dengan mendelegasikan tugas kepada karyawannya, hal ini

    memerlukan manajemen sumber daya manusia yang efektif.

    Manajemen sumber daya manusia menurut Dessler (2011:4) adalah

    kebijakan dan praktek di dalam menggerakan sumber daya manusia atau aspek-

    aspek terkait posisi manajemen di dalam sumber daya manusia yang mencakup

    kegiatan perekrutaan, penyaringan, pelatihan, pemberian penghargaan dan

    penilaian.

    Pettigrew & Whipp dalam (Ati Cahayani, 2005:2) mengatakan manajemen

    sumber daya manusia berhubungan dengan total seperangkat pengetahuan,

    keterampilan, dan sikap yang perusahaan perlu untuk menyelesaikan. Ini

    melibatkan kepedulian dan tindakan dalam pengelolaan orang, termasuk: seleksi,

  • 9

    pelatihan dan pengembangan, hubungan karyawan, dan kompensasi. Tindakan

    tersebut dapat terikat bersama oleh penciptaan filosofi manajemen sumber daya

    manusia.

    Menurut Noe, Hollenbeck, Gerhart, Wright (2008:4), sumber daya

    manusia adalah kebijakan, praktek, dan sistem-sistem yang mempengaruhi

    perilaku, sikap dan kinerja karyawan.

    2.1.1.2 Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia

    Ada 5 area fungsional menurut Mondy (2010:5) yang terasosiasi dengan

    keefektivan sumber daya manusia yakni:

    1. Susunan Kepegawaian

    Susunan kepegawaian adalah proses di dalam sebuah organisasi yang

    memastikan organisasi tersebut memiliki ketepatan jumlah karyawan

    dengan keahlian yang tepat, untuk mencapai tujuan organisasi.

    2. Pengembangan Sumber Daya Manusia

    Pengembangan sumber daya manusia adalah fungsi manajemen sumber

    daya manusia yang utama mencakup tidak hanya pelatihan dan

    pengembangan tetapi perencanaan karir dan kegiatan pengembangan,

    pengembangan organisasi, dan manajemen kinerja dan penilaian.

    3. Kompensasi

    Kompensasi mengacu pada total dari semua penghargaan yang diberikan

    kepada karyawan atas jasa pelayanannya. Penghargaan yang diberikan

    berupa salah satu atau kombinasi dari:

  • 10

    Kompensasi keuangan langsung

    Kompensasi yang diberikan kepada karyawan perusahaan dalam bentuk

    upah, gaji, komisi dan bonus.

    Kompensasi keuangan tidak langsung

    Kompensasi yang diberikan kepada karyawan perusahaan dalam bentuk

    tunjangan rekreasi, sakit, tunjangan hari libur, jaminan kesehatan.

    4. Keselamatan dan Kesehatan Keselamatan

    Mencakup kegiatan yang melindungi karyawan dari kecelakaan kerja.

    Kesehatan mencakup kegiatan yang melindungi karyawan dari penyakit

    fisik dan emosional. Aspek ini penting karena karyawan yang bekerja di

    dalam lingkungan yang aman dan menikmati hidup yang sehat dapat

    menjadi lebih produktif dan memberikan keuntungan jangka panjang bagi

    perusahaan.

    5. Karyawan dan Hubungan Industrial

    Hubungan antara karyawan dan pekerja-pekerja lain ini dahulu dianggap

    sebagai jalan hidup banyak karyawan. Kebanyakan perusahaan akan lebih

    menginginkan sebuah lingkungan yang mempunyai hubungan kuat.

    2.1.2. Pengambilan Keputusan

    2.1.2.1. Pengertian Pengambilan Keputusan

    Menurut Salusu (2004), pengambilan keputusan adalah suatu proses

    memilih alternatif cara bertindak dengan metode yang efisien sesuai situasi.

    Ketika keputusan sudah dibuat, sesuatu yang baru mulai terjadi. Dengan kata lain,

    keputusan mempercepat diambil tindakan, serta mendorong lahirnya gerakan dan

  • 11

    perubahan (Hill et al., dalam Salusu 2004). Harus ada tindakan yang dibuat saat

    tiba waktunya dan tindakan itu tidak dapat ditunda. Sekali keputusan dibuat, harus

    diberlakukan dan kalau tidak, sebenarnya itu bukanlah keputusan, tetapi lebih

    tepat dikatakan suatu hasrat, niat yang baik (Drucker&Hoy, dalam Salusu, 2004).

    "Pengambilan keputusan terjadi sebagai reaksi terhadap masalah. Artinya

    terdapat penyimpangan antara keadaan dewasa ini dan keadaan yang diinginkan,

    yang menuntut pemikiran mengenai tindakan alternatif (Robbins, 2006). Menurut

    Robbins (2007) pengambilan keputusan artinya pilihan yang dibuat dari dua atau

    lebih alternatif yang ada.

    2.1.2.2. Tahapan Pengambilan Keputusan

    Proses Keputusan Rasional, Robbins (2006) menyebutkan pengambilan

    keputusan yang optimal bersifat rasional. Artinya, dia secara konsisten membuat

    pilihan yang memaksimalkan nilai dalam batas-batas tertentu. Pilihan-pilihan ini

    dibuat dengan mengikuti model pengambilan keputusan rasional enam langkah,

    sebagai berikut:

    1. Mendefinisikan masalah

    Terdapat masalah pada saat harapan yang diinginkan tidak sesuai dengan

    kenyataan sehingga mendifinisikan sebuah program. Banyak keputusan

    yang buruk disebabkan oleh pengambil keputusan atas melihat masalah

    atau mendefinisikan masalah yang salah.

    2. Mengidentifikasi kriteria keputusan

  • 12

    Pada langkah ini, pengambil keputusan menentukan apa yang relevan

    dalam membuat keputusan. Langkah ini membawa kepentingan pembuat

    keputusan, nilai-nilai dan preferensi pribadi yang sama ke dalam proses.

    Mengidentifikasi kriteria penting karena apa yang orang berpikir adalah

    relevan, orang lain mungkin tidak. Juga perlu diingat bahwa setiap faktor

    tidak diidentifikasi dalam langkah ini dianggap tidak relevan kepada

    pengambil keputusan.

    3. Mengalokasikan bobot pada kriteria

    Setiap kriteria yang diidentifikasi tidak selalu sama. Sehingga langkah

    ketiga menuntut pengambil keputusan untuk memberikan bobot setiap

    kriteria yang diidentifikasi dalam rangka memberikan prioritas yang benar

    dalam keputusan.

    4. Mengembangkan alternatif

    Langkah keempat mengharuskan pengambil keputusan untuk

    menghasilkan alternatif kemungkinan yang bisa sukses Dalam

    menyelesaikan masalah. Tidak ada usaha yang dibuat dalam langkah ini

    untuk menilai alternatif, hanya untuk daftar mereka.

    5. Mengevaluasi alternatif

    Setelah alternatif telah dihasilkan, pengambilan keputusan harus secara

    kritis menganalisis dan mengevaluasi masing-masing. Hal ini dilakukan

    menurut penilaian setiap alternatif pada setiap kriteria. Kelemahan

    kekuatan dari masing-masing alternatif menjadi jelas karena mereka

    dibandingkan dengan kriteria dan bobot yang ditetapkan dalam langkah

    kedua dan ketiga.

  • 13

    6. Memilih alternative terbaik

    Langkah terakhir dalam model ini memerlukan komputasi keputusan

    optimal. Hal ini dilakukan dengan mengevaluasi setiap alternatif terhadap

    kriteria yang dipertimbangkan dan memilih alternatif dengan total skor

    yang lebih tinggi.

    2.1.2.3. Dimensi Pengambilan Keputusan

    Menurut Stephen & Mary (2007), terdapat tiga asumsi dalam pengambilan

    keputusan. Asumsi tersebut antara lain adalah:

    a) Rasionalitas

    Keputusan dibuat demi kepentingan ekonomi terbaik, memaksimalkan

    kepentingan organisasi tersebut, bukan kepentingan sendiri.

    b) Rasionalitas terbatas

    Perilaku yang rasional berdasarkan parameter proses pengambilan

    keputusan yang disederhanakan, yang dibatasi oleh kemampuan seseorang

    untuk memproses informasi.

    c) Intuisi

    Proses pengambilan keputusan berdasarkan pengalaman, perasaan dan

    pertimbangan yang sudah terkumpul.

    2.1.3. Pelatihan dan Pengembangan Karir

    2.1.3.1. Pengertian Pelatihan dan Pengembangan Karir

    Menurut Mondy (2010, p198), pelatihan adalah aktivitas-aktivitas yang

    dirancang untuk menyediakan para pembelajarnya dengan pengetahuan dan

  • 14

    keahlian yang diperlukan untuk perkerjaan-pekerjaan mereka saat kini. Pelatihan

    seringkali dihubungkan dengan kata Pengembangan. Pengembangan adalah

    pembelajaran yang mencakup lebih dari pekerjaan-perkerjaan yang kini dihadapi

    dan memiliki lebih banyak fokus jangka panjang.

    Sedangkan menurut Dessler (2011:270), pelatihan mengacu pada metode-

    metode yang digunakan untuk memberikan karyawan baru dan tetap keahlian-

    keahlian yang mereka perlukan untuk melakukan pekerjaan pekerjaan. Pelatihan

    adalah indikator dari manajemen yang baik. Memiliki karyawan-karyawan yang

    berpotensi tinggi tidak menjamin bahwa mereka akan sukses. Malah, mereka

    harus mengetahui apa yang anda ingin mereka lakukan dan bagaimana anda ingin

    mereka melakukannya. Jika mereka tidak mengetahuinya, mereka akan

    melaksanakan perkerjaan dengan cara mereka sendiri, bukan dengan cara yang

    perusahaan inginkan. Atau mereka akan berimprovisasi, dan bahkan lebih buruk,

    tidak melakukan suatu hal pun yang produktif. Pelatihan yang baik adalah vital

    bagi perusahaan.

    Pelatihan kerja menurut Yuniarsih dan Suwatno (2008:133) merupakan

    penciptaan suatu lingkungan di mana para karyawan dapat memperoleh atau

    mempelajari sikap, kemampuan, keahlian, pengetahuan dan perilaku yang spesifik

    yang berkaitan dengan pekerjaan. Menurut Veithzal dan Sagala (2009:212)

    pelatihan adalah proses yang secara sistematis mengubah perilaku karyawan

    untuk mencapai tujuan organisasi.

    Menurut menurut Mathis & Jackson (2006:301), pelatihan adalah sebuah

    proses dimana orang mendapatkan kapabiltas untuk membantu pencapaian tujuan-

    tujuan organisasional. Dan pengembangan mewakili usaha-usaha menigkatkan

  • 15

    kemampuan para karyawan untuk menangani beraneka tugas dan untuk

    meningkatkan kapabilitias di luar kapabilitas yang dibutuhkan pekerjaan saat ini.

    Sedangkan pengembangan menurut Mathis dan Jackson (2006:350) mewakili

    usaha-usaha meningkatkan kemampuan para karyawan untuk menangani berbagai

    macam tugas dan untuk meningkatkan kapabilitas yang dibutuhkan oleh pekerjaan

    saat ini.

    2.1.3.2. Jenis-jenis Pelatihan

    Pelatihan dapat dirancang untuk memenuhi sejumlah tujuan berbeda dan

    dapat diklasifikasikan ke dalam berbagai cara. Beberapa pengelompokan yang

    umum menurut Mathis dan Jackson (2006:318) meliputi:

    1. Pelatihan yang dibutuhkan dan rutin

    Dilakukan untuk memenuhi berbagai syarat hukum yang diharuskan dan

    berlaku sebagai pelatihan untuk semua karyawan (orientasi karyawan

    baru).

    2. Pelatihan pekerjaan/teknis

    Memungkinkan para karyawan untuk melakukan pekerjaan, tugas dan

    tanggung jawab mereka dengan baik (misalnya: pengetahuan tentang

    produk, proses dan produk teknis, dan hubungan pelanggan).

    3. Pelatihan antar pribadi dan pemecahan masalah

    Dimaksudkan untuk mengatasi masalah operasional dan antar pribadi serta

    meningkatkan hubungan dalam pekerjaan organisasional (misalnya:

    komunikasi antarpribadi, keterampilan manajerial, kepengawasan dan

    pemecahan konflik).

  • 16

    4. Pelatihan perkembangan dan inovatif

    Menyediakan fokus jangka panjang untuk meningkatkan kapabilitas

    individual dan organisasi untuk masa depan (misalnya: praktik-praktik

    bisnis, perkembangan eksekutif, dan perubahan organisasional).

    2.1.3.3. Proses Pelatihan

    Penyesuaian yang besar di dalam lingkungan eksternal dan internal

    memerlukan perubahan korporat. Proses pelatihan dan pengembangan yang

    mengantisipasi atau merespon perubahan menurut Mondy (2010:201) adalah:

    1. Menentukan kebutuhan spesifik pelatihan dan pengembangan kerja.

    2. Membuat tujuan spesifik pelatihan dan pengembangan kerja.

    3. Memilih metode-metode dan sistem-sistem penyampaian pelatihan dan

    pengembangan kerja.

    4. Mengimplementasikan program pelatihan dan pengembangan kerja.

    5. Mengevaluasi program dan pelatihan pengembangan kerja.

    Model proses pelatihan kerja menurut Blanchard dan Thacker (2010:7)

    terdiri dari:

    1. Analysis Phase

    Fase analisis dimulai dari mengidentifikasikan organizational

    performance gap seperti menurunnya profitabilitas, rendahnya tingkat

    kepuasan pelanggan, atau banyaknya pertentangan. Ketika perusahaan

    telah mengidentifikasikan performance gap, penyebab performance gap

    tersebut haruslah dianalisa. Setelah penyebabnya telah diketahui,

    pengeliminasian dipercaya merupakan sesuatu yang penting,

  • 17

    pengeliminasian inilah yang akan menjadi kebutuhan perusahaan. Fase

    analisis seringkali disebut sebagai Training Need Analysis (TNA).

    Penyebab performance gap dapat disebabkan oleh kurangnya

    pengetahuan, keahlian, perilaku baik. Jika demikian, pelatihan adalah

    solusi untuk hal tersebut. Pada fase analisa juga mengutamakan kebutuhan

    akan pelatihan (training needs) yang telah teridentifikasi.

    2. Design Phase

    Kebutuhan akan pelatihan yang telah teridentifikasi di dalam fase analisa

    merupakan input ke dalam fase desain. Satu hal yang penting di dalam

    proses fase desain yakni pembuatan tujuan pelatihan kerja. Hal ini akan

    memberikan arahan yang spesifik tentang apa yang akan di latih dan

    bagaimana cara melatih. Bagian lain di dalam proses desain adalah

    mengidentifikasikan faktor-faktor yang dibutuhkan di dalam program

    pelatihan kerja untuk memfasilitasi pembelajaran dan pengaplikasian di

    pekerjaan.

    3. Development Phase

    Development Phase adalah proses yang memformulasikan sebuah

    instruksi yang akan dibutuhkan untuk mengimplementasikan program

    pelatihan kerja. Strategi instruksional terdiri dari urutan, waktu, dan

    kombinasi dari metode-metode dan elemen-elemen yang digunakan di

    dalam program pelatihan kerja. Output dari fase pengembangan ini adalah

    hal-hal yang dibutuhkan di dalam pengimplementasian program pelatihan

    kerja. Hal ini termasuk daftar spesifik pelatihan kerja, metode pengarahan

    yang digunakan untuk menyalurkan isi, materi yang akan digunakan,

  • 18

    peralatan dan media, manual, dan lain-lainnya.

    4. Implementation Phase

    Semua aspek program pelatihan kerja berkumpul di dalam fase

    implementasi.

    5. Evaluation Phase

    Meskipun fase evaluasi di diskusikan di dalam urutan terakhir, fase

    evaluasi merupakan permulaan dari fase pengembangan. Tujuan dari

    evaluasi adalah output dari fase desain. Output-output ini akan menjadi

    input di dalam fase evaluasi. Waktu, uang, dan staf akan mempengaruhi

    bagaimana pelatihan kerja dievaluasi. Ada dua tipe evaluasi yang

    bermanfaat:

    Process Evaluatio: proses Evaluasi yang menjelaskan seberapa

    baik sebuah proses dapat mencapai tujuannya. Dengan kata lain

    apakah apakah trainer mengikuti langkah-langkah persis proses

    pelatihan seperti yang disarankan?.

    Outcome Evaluation: Evaluasi yang dijalankan pada akhir

    pelatihan kerja yakni untuk menentukan efek dari pelatihan kerja

    terhadap trainee, pekerjaan, dan perusahaan. Tipe evaluasi

    digunakan sebagai suatu standar. Hasil dari evaluasi ini juga dapat

    digunakan untuk meningkatkan proses-proses pelatihan kerja.

    2.1.3.4. Tujuan dan Manfaat Pelatihan dan Pengembangan Karir

    Tujuan dari pelaksanaan pelatihan dan pengembangan karir adalah

    meningkatkan pengertahuan serta keterampilan karyawan sehingga menjadi

  • 19

    tenaga kerja yang handal dan mampu menghadapi persaingan sehingga tujuan

    perusahaan dapat tercapai.

    Pengembangan mengacu pada aktivitas-aktivitas yang diarahkan untuk

    meningkatkan kompetensi selama periode waktu lebih panjang yang melampaui

    jabatan saat ini guna mengantisipasi kebutuhan masa depan organisasi yang terus

    berkembang dan berubah.

    Sedangkan menurut Mondy (2010:198), Aktivitas Pelatihan dan

    Pengembangan memiliki potensi untuk menyelaraskan karyawan-karyawan

    dengan strategi korporat perusahaan. Beberapa manfaat strategis dari Pelatihan

    dan Pengembangan adalah kepuasan karyawan, peningkatan moral, retensi yang

    lebih tinggi, turnover yang lebih rendah, meningkatkan perekrutan, dan fakta

    bahwa karyawan yang merasa puas akan pekerjaannya akan menghasilkan

    kepuasan pelanggan.

    Menurut Mathis & Jackson (2006:301), Pengembangan menguntungkan

    organisasi dan individu. Para karyawan dan manajer yang memiliki pengalaman

    dan kemampuan yang sesuai dapat meningkatkan daya saing organisasional dan

    kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan yang berubah. Dalam

    proses pengembangan, karir para individu juga mungkin berkembang dan

    mendapatkan fokus yang baru atau berbeda.

    2.1.3.6. Pendekatan Pelatihan dan Pengembangan Karir

    Menurut Mathis dan Jackson (2006:360) ada dua pendekatan pelatihan dan

    pengembangan karir yaitu:

    Pendekatan Pengembangan: Metode Pada Pekerjaan

  • 20

    Menurut Mathis dan Jackson (2006:360), ada beberapa metode

    pengembangan karyawan di kantor. Berikut adalah beberapa alat yang

    dapat digunakan:

    1. Coaching

    Teknik pengembangan yang paling kuno adalah coaching, dimana

    pelatihan dan umpan balik yang diberikan kepada karyawan-karyawan

    oleh para supervisor langsung. Coaching meliputi sebuah proses

    pembelajaran melalui praktik (learning by doing) yang berlangsung

    terus-menerus. Untuk coaching yang efektif harus ada suatu hubungan

    yang sehat dan terbuka antara karyawan dan supervisor atau manajer

    mereka.

    2. Pertemuan Komite

    Mengangkat karyawan yang menunjukan potensi besar menjadi

    komite-komite penting dapat memperluas pengalaman mereka dan

    dapat membantu mereka untuk memahami kepribadian, persoalan, dan

    proses memimpin organisasi.

    3. Rotasi Pekerjaan

    Proses pemindahan seorang karyawan dari satu pekerjaan ke

    pekerjaan yang lain disebut rotasi pekerjaan (job rotation).

    4. Posisi Asisten

    Beberapa perusahaan menciptakan posisi-posisi asisten yang

    merupakan posisi-posisi staf yang berada tepat di bawah seorang

    manajer. Melalui pekerjaan-pekerjaan seperti itu, para peserta

    pelatihan dapat bekerja dengan manajer terkemuka yang mungkin

  • 21

    belum pernah mereka temui.

    5. Pengembangan Secara Online

    Pengembangan secara online dapat mengambil beberapa bentuk,

    seperti konferensi video, obrolan langsung, pembagian dokumen,

    video, dan audio-streamlining, kursus berbasis web dan lain-lain.

    Pengembangan secara online memungkinkan partisipasi dalam kursus-

    kursus yang sebelumnya berada di luar jangkauan karena

    pertimbangan geografis, perjalanan, atau biaya.

    6. Pusat-Pusat Korporasi/Pengembangan Karir

    Organisasi besar mungkin menggunakan universitas korporasi

    sebagai cara untuk mengembangkan manajer dan karyawan lain.

    Pusat-pusat pengembangan karir seringkali dibentuk untuk

    mengkoordinasikan program-program dalam organisasi dan program-

    program yang diberikan oleh para kontraktor dari luar. Program-

    program tersebut dapat meliputi data penilaian untuk individu-

    individu, tujuan dan strategi karir, pelatihan, seminar, dan pendekatan-

    pendekatan secara online.

    7. Organisasi Pembelajaran

    Organisasi-organisasi yang berbasis pengetahuan yang menangani

    ide-ide dan informasi harus memiliki karyawan-karyawan yang ahli

    dalam satu atau lebih tugas konseptual. Karyawan-karyawan ini terus

    mempelajari dan menyelesaikan masalah dalam bidang keahliannya.

    Pendekatan Pengembangan: Metode di Luar Kantor

  • 22

    Menurut Mathis dan Jackson (2006:364), teknik-teknik

    pengembangan di luar kantor memberi peluang-peluang kepada individu

    dari pekerjaan dan konsentrasi penuh pada apa yang harus dipelajari.

    Berikut adalah beberapa metode pengembangan di luar kantor:

    1. Kursus dan Perkuliahan

    Sebagian besar program pengembangan di luar kantor meliputi

    beberapa pelajaran kelas. Perusahaan-perusahaan sering mengirim

    karyawan ke seminar atau kursus profesional yang disponsori oleh

    pihak luar. Banyak organisasi juga mendorong pendidikan lanjutan

    dengan memberikan penggantian biaya kuliah kepada karyawan.

    Program-program seperti ini memberikan insentif kepada karyawan

    untuk belajar dan mendapatkan gelar yang lebih tinggi, seperti MBA,

    melalui kelas malam dan kelas minggu, di luar hari kerja tetap mereka.

    2. Pelatihan Hubungan Manusia

    Jenis pelatihan ini berupaya untuk mempersiapkan supervisor

    untuk menangani permasalahan dengan orang lain dan dibawa oleh

    para karyawannya. Pelatihan ini berfokus pada pengembangan

    keterampilan hubungan manusia yang dibutuhkan seseorang untuk

    bekerja sama dengan orang dengan baik. Sebagian besar program

    hubungan manusia biasanya ditujukan kepada para supervisor baru

    atau supervisor lini pertama yang relatif tidak berpengalaman dan

    manajer tingkat menengah. Bidang-bidang yang dicakup meliputi

    motivasi, kepemimpinan, komunikasi karyawan dan topik-topik

    perilaku yang lain.

  • 23

    3. Simulasi (Permainan Bisnis)

    Pendekatan pengembangan yang lain menggunakan permainan

    bisnis, atau simulasi yang tersedia secara komersial. Simulasi

    (simulation) adalah teknik pengembangan yang mengharuskan para

    partisipan untuk menganalisis sebuah situasi dan memutuskan tindakan

    terbaik berdasarkan pada data yang ada. Beberapa simulasi adalah

    permainan-permainan interaktif komputer dimana individu atau tim

    mempersiapkan rencana pemasaran untuk organisasi guna menentukan

    faktor-faktor seperti jumlah sumber daya yang harus dialokasikan

    untuk iklan, rancangan produk, penjualan dan usaha penjualan. Para

    partisipan membuat bermacam-macam keputusan, dan kemudian

    komputer memberitahu seberapa baik mereka bertindak sehubungan

    dengan individu atau tim yang bersaing. Akan tetapi, kurangnya

    realisme dapat mengurangi pengalaman pembelajaran.

    4. Cuti Panjang dan Cuti Ketidakhadiran

    Cuti Panjang (sabbatical leave) adalah waktu libur kerja yang

    diberikan agar karyawan dapat mengembangkan dan menyegarkan

    kembali dirinya. Perusahaan yang memberikan cuti panjang mengakui

    hasilnya. Mereka mengatakan bahwa cuti panjang membantu

    mencegah keletihan karyawan, memberikan keunggulan dalam

    perekrutan dan retensi, serta menaikan semangat juang karyawan

    individual. Salah satu kerugian nyata adalah biaya. Agar efektif,

    pendekatan pengembangan harus selaras dengan strategi-strategi

    sumber daya manusia untuk memenuhi tujuan-tujuan organisasional.

  • 24

    2.1.3.7. Dimensi Pelatihan Dan Pengembangan

    Menurut Rudy Heri Eryanto (2013), pelatihan dan pengembangan untuk

    mengukur pelatihan dan pengembangan menggunakan tiga indicator, antara lain:

    1. Pendidikan

    Pendidikan merupakan unsur paling penting di dalam pekerjaan,

    tingkat pendidikan seseorang akan menentukan di dalam pelaksanaan

    tugas bagi seorang pegawai. Oleh sebab itu, pada indikator ini

    dihimpun data yang berkaitan dengan sampai sejauh mana pihak

    pimpinan maupun inatansi tempat para pegawai bekerja memberikan

    kesempatan kepada para pegawainya untuk meningkatkan jenjang

    pendidikan mereka serta sampai seberapa jauh keinginan para pegawai

    itu sendiri untuk meningkatkan jenjang pendidikan yang mereka miliki

    pada saat ini.

    2. Pelatihan teknis operasional

    Pelatihan teknis operasional ditujukan agar para pegawai

    mempunyai keterampilan teknis di dalam pelaksanaan tugasnya sehari-

    hari. Pelatihan ini biasanya diarahkan kepada pelatihan-pelatihan yang

    berhubungan langsung dengan teknis operasional pekerjaan yang

    dilakukan oleh para pegawai.

    3. Pelatihan penjenjangan

    Pelatihan penjenjangan merupakan salah satu indikator di dalam

    menunjang kinerja seorang pegawai. Dengan mengikuti latihan

    penjenjangan seorang pegawai dapat meningkatkan kemampuan dan

    kualifikasi mereka untuk menduduki jabatan struktural tertentu. Oleh

  • 25

    sebab itu, dengan adanya pelatihan penjenjangan ini diharapkan

    kemampuan manajerial mereka dapat lebih ditingkatkan.

    2.1.4. Penilaian Kinerja Karyawan

    2.1.4.1. Pengertian Penilaian Kinerja Karyawan

    Menurut Mathis dan Jackson (2006:382), penilaian kinerja adalah proses

    mengevaluasi seberapa baik karyawan melakukan pekerjaan mereka jika

    dibandingkan dengan seperangkat standar, dan kemudian mengkomunikasikan

    informasi tersebut kepada karyawan. Penilaian kinerja juga disebut pemeringkatan

    karyawan, evaluasi karyawan, tinjauan kinerja, evaluasi kinerja dan penilaian

    hasil.

    Menurut Snell dan Bohlander (2010:362), penilaian kinerja dapat

    didefinisikan sebagai suatu proses penilaian yang dirancang untuk membantu

    karyawan mengerti peran, tujuan, ekspektasi, dan kesuksesan kinerja yang

    diadakan secara berkala.

    2.1.4.2. Tujuan Penilaian Kinerja

    Menurut Snell dan Bohlander (2010:363), terdapat dua klasifikasi dari

    penggunaan penilaian kinerjayang paling umum yakni:

    Penggunaan Administratif Dari sisi administrasi, program penilaian

    kinerja menyediakan input yang dapat digunakan untuk semua jangkauan

    aktivitas sumber daya manusia. Penilaian kinerja juga secara langsung

    berhubungan dengan beberapa fungsi sumber daya manusia yang utama.

    Seperti promosi, transfer, dan layoff decision.

  • 26

    Penggunaan Pengembangan dari sisi pengembangan pribadi, penilaian

    kinerja menyediakan umpan balik yang esensial untuk dapat

    mendiskusikan kekuatan dan kelemahan seorang karyawan sebagaimana

    meningkatkan kinerja karyawan tersebut.

    2.1.4.3. Dimensi Penilaian Kinerja Karyawan

    Menurut Robert L. Malthis dan John H. Jackson dalam bukunya Human

    Resource Management, penilaian kinerja dapat terjadi dalam 2 cara yaitu:

    1. Penilaian Kinerja Karyawan Informal

    Penilaian kinerja karyawan informal dapat dilakukan kapanpun saat

    diperlukan. Hubungan kerja sehari-hari antara manajer dan karyawan

    membuka peluang kinerja karyawan untuk dievaluasi. Manajer dapat

    mengkomunikasikan melalui percakapan saat sedang santai atau dengan

    pemeriksaan ditempat kerja langsung saat melaksanakan pekerjaan tertentu.

    2. Penilaian Kinerja Karyawan Sistematis (Formal)

    Penilaian sistematis digunakan ketika hubungan antara manajer dan

    karyawan formal, dan dimana ada sistem untuk melaporkan kesan dan

    observasi manajerial pada kinerja karyawan.

    2.1.4.4. Elemen dan Proses Sistem Penilaian Kinerja Karyawan

    Menurut (Efendi ,2002), bilamana penilaian unjuk kerja harus dikaitkan

    dengan usaha pencapaian unjuk kerja yang diharapkan, maka sebelumnya harus

    ditentukan tujuan- tujuan setiap pekerjaan, kemudian penentuan standar atau

  • 27

    dimensi-dimensi kerja serta ukurannya, diikuti dengan penentuan metode

    penilaian, pelaksanaan, dan evaluasi. Proses tersebut dapat dilihat pada gambar di

    bawah ini:

    Gambar 2.1 Langkah-langkah penilaian kinerja

    sumber : (Efendi :2002)

    2.1.5. Sistem Penghargaan Kinerja

    2.1.5.1. Pengertian Sistem Penghargaan Kinerja

    Menurut mulyadi (2003), sistem penghargaan kinerja adalah suatu sistem

    atau program yang dilaksanakan manajemen dengan memberikan tambahan

    penerimaan bagi karyawan atau manajer sebagai upaya untuk lebih meningkatkan

    kinerjanya.

    Penghargaan adalah insentif yang mengaitkan bayaran atas dasar untuk

    meningkatkan produktivitas para karyawan guna mencapai keunggulan yang

    kompetitif (Simamora, 2004:514). Penghargaan adalah Ganjaran yang diberikan

  • 28

    untuk memotivasi para karyawan agar produktivitasnya tinggi (Tohardi,

    2002:317).

    Perusahaan memberikan sesuatu berbentuk penghargaan untuk mendorong

    karyawan agar mau bekerja dengan lebih baik dan meningkatkan produktivitasnya

    sebagai upaya dalam mencapai tujuan-tujuan dari perusahaan. Menurut Ghani

    (2003:108), penghargaan akan berjalan efektif apabila memenuhi koridor:

    1. Dilakukan secara adil dan tidak pilih kasih, diberlakukan untuk semua

    anggota organisasi perusahaan.

    2. Aturan yang jelas/transparan dan accountable, sehingga setiap

    pekerjaan tahu persis rambu-rambu sistem dan prosedur.

    3. Diberlakukan secara konsisten dan konsekuensi.

    2.1.5.2. Jenis-jenis Penghargaan

    Reward dapat digolongkan ke dalam dua kelompok (Mulyadi, 2007) yaitu:

    1. Reward Instrinsik (non-finansial)

    Berupa rasa puas diri yang diperoleh seseorang yang telah berhasil

    menyelesaikan pekerjaannya dengan baik dan telah mencapai sasaran

    tertentu. Untuk meningkatkan penghargaan instrinsik, manajemen dapat

    menggunakan berbagai teknik seperti penambahan tanggung jawab,

    partisipasi dalam pengambilan keputusan, dan usaha lain yang

    meningkatkan harga diri seseorang dan mendorong orang untuk menjadi

    yang terbaik.

    2. Reward Ekstrinsik (finansial)

  • 29

    Reward ekstrinsik sendiri terdiri dari kompensasi yang diberikan kepada

    karyawan, baik yang berupa:

    a. Kompensasi langsung, yaitu

    Pembayaran langsung berupa gaji atau upah pokok, honorarium lembur,

    pembagian laba, pembagian saham, dan berbagai bonus lain yang

    didasarkan atas kinerja karyawan.

    b. Kompensasi tidak langsung

    Yaitu semua pembayaran untuk kesejahteraan karyawan seperti

    asuransi kecelakaan, asuransi hari tua, honorarium liburan, dan

    tunjangan masa sakit.

    2.1.5.3. Altefnatif Pemberian Penghargaan

    Penghargaan dapat mengubah seseorang dan memicu peningkatan kinerja.

    Menurut Mahsun (2006:114), terdapat 4 (empat) alternatif norma pemberian

    penghargaan agar dapat digunakan untuk memicu kinerja dan produktivitas

    pegawai, yaitu:

    1. Kesesuaian Tujuan (Goal Congruense)

    Setiap organisasi pastimempunyai tujuan yang hendak dicapai, sedangkan

    setiap individu dalam organisasi mempunyai tujuan individual yang sering

    tidak selaras dengan tujuan organisasi. Penghargaan harus diciptakan sebagai

    jalan tengah agar tujuan organisasi dapat di capai tanpa mengorbankan tujuan

    individual, dan sebaliknya tujuan individual dapat tercapai tanpa harus

    mengorbankan tujuan organisasi.

    2. Keadilan (Equity)

  • 30

    Penghargaan harus dialokasikan secara proporsional dengan

    mempertimbangkan besarnya kontribusi setiap individu atau kelompok.

    Karyawan yang memberi kontribusi tinggi maka penghargaannya juga akan

    tinggi, sebaliknya siapa yang memberi kontribusi rendah maka

    penghargaannya juga akan rendah.

    3. Kemerataan (Equality)

    Penghargaan juga harus didistribusikan secara merata bagi semua pihak

    (individu/kelompok) yang telah menyumbangkan sumberdayanya untuk

    tercapainya produktivitas.

    4. Kebutuhan

    Alokasi penghargaan kepada pegawai seharusnya mempertimbangkan

    tingkat kebutuhan utama dari pegawai. Penghargaan yang berwujud finansial

    tidak selalu sesuai dengan kebutuhan utama pegawai.

    2.1.5.4. Bentuk Integrasi Sistem Penghargaan Kinerja

    Menurut Ambar dan Rosidah (2003:220), bentuk integrasi sistem

    penghargaan dengan model Manajemen adalah:

    1. Sistem penghargaan kinerja dengan model tradisional

    Tugas utama dari seorang manajer dalam teori tradisional adalah

    meminimalkan variasi-variasi perilaku bagi anggota-anggota organisasi.

    Karena model ini mempersoalkan kapabilitas dari para anggotanya untuk

    bertanggung jawab terhadap self-direction dan self-control didalam

    melakukan pekerjaan. Sistem Penghargaan dalam model ini sangat

    sederhana, karena hanya terdapat satu jalur (path) yang pasti, yakni kinerja

  • 31

    standar, dan hanya ada satu imbalan yang pasti yakni upah standar dan

    paket keuntungan. Tujuan utama sistem penghargaan ini dalam organisasi

    yang didominasi oleh teori tradisional adalah untuk menarik dan menjaga

    kestabilan dan work force yang dapat diprediksikan.

    2. Sistem penghargaan kinerjadalam model Human Relation

    Sistem imbalan dalam organisasi yang beroperasi dibawah konsep-konsep

    human relation cendrung tidak berada jauh dengan teori tradisional. Kita

    masih ingat bahwa manajer human relation akan memelihara pandangan

    mengenai struktur organisasi yang ada pada esensinya seperti mesin dan

    menentukan desain harus secara teratur diberi pelumas sebagai dorongan

    dengan aplikasi-aplikasi dalam perawatan, perhatian dan pengakuan.

    Ringkasan dalam human relation seperti halnya pada model tradisional,

    sistem imbalan semata-mata hanya digunakan untuk menarik dan

    mempertahankan loyalitas, kepatuhan pegawai.

    3. Sistem penghargaan kinerja dalam sumber daya

    Tugas utama manajer dalam model manajemen sumber daya adalah

    memberikan fasilitas kerja anggota yakni dengan menyingkirkan

    hambatan-hambatan terhadap aplikasi dari serangkaian sumber daya mental

    dan fisik yang ada dalam organisasi. Sistem penghargaan yang sejalan

    dengan kondisi-kondisi lingkungan dan mengikat jenis desain pegawai dan

    kontrolnya dalam model sumber daya adalah:

    Cost-savings plan.

  • 32

    Skill-reservoir plans

    Pada kajian tentang People, Performance and Pay yang

    dilakukan oleh The American Productivity Center di Houston The

    American Compensation Association pada tahun 1987, menyimpulkan

    bahwa bila penghargaan diwujudkan dalam bentuk cash (uang kontan),

    sekurang-kurangnya harus sebesar 5 sampai 8 persen dari gaji karyawan

    untuk bisa mengubah perilaku mereka. Bila penghargaan diberikan dalam

    bentuk selain cash, barang itu harus senilai kurang lebih 4 persen dari gaji.

    2.1.6. Keterlibatan Karyawan

    2.1.6.1. Pengertian Keterlibatan Karyawan

    Menurut Susan M. Heathfield, seorang ahli di bidang sumber daya

    manusia mengatakan bahwa Keterlibatan karyawan adalah membuat suatu

    lingkungan yang di dalamnya termasuk orang-orang yang memiliki dampak

    terhadap keputusan dan tindakan-tindakan yang mempengaruhi pekerjaan mereka.

    Menurut Mathis (2006:70), keterlibatan karyawan adalah tingkat dimana

    seorang karyawan bersedia dan mampu untuk berkontribusi. Menurut Shuck dan

    Wollard (2010:103) dalam Shuck, et al. (2011), mengemukakan bahwa

    keterlibatan karyawan merupakan proses kognitif individu secara emosional dan

    perilaku yang diarahkan menuju hasil yang diinginkan oleh organisasi.

    Menurut Brad Federman (2009:22), keterlibatan karyawan adalah tingkat

    dimana seseorang berkomitmen pada sebuah organisasi dan dampak dari

    komitmen tersebut pada bagaimana cara kerja mereka dan panjangnya masa kerja.

  • 33

    Menurut Robbins & judge dalam organisazional behavior (2008:73) keterlibatan

    karyawan adalah sejauh mana seseorang mengidentifikasi dengan pekerjaan, aktif

    berpartisipasi di dalamnya, dan menganggap kinerja penting untuk diri.

    Banyak organisasi percaya bahwa keterlibatan merupakan aset dominan

    dalam keunggulan bersaing. Keterlibatan karyawan mampu memecahkan masalah

    organisasi yang menantang seperti kinerja dan produktivitas kerja serta

    meningkatkan penjualan (Macey dan Schneider, 2008, dalam Shuck, et al., 2011).

    Penelitian Markus dan Sridevi (2010) juga menemukan bahwa keterlibatan

    merupakan prediktor terkuat dalam meningkatkan kinerja organisasi, dan

    menunjukkan hubungan antara bawahan dan pimpinan.

    2.1.6.2. Bentuk Keterlibatan Karyawan

    Bentuk keterlibatan karyawan menurut seorang ahli praktek-praktek

    sumber daya manusia, menyediakan sebuah kontinum untuk kepemimpinan dan

    keterlibatan yang mencakup peningkatan peran untuk karyawan dan peran

    penurunan untuk pengawas dalam proses pengambilan keputusan. Kontinum

    meliputi perkembangan di bawah ini:

    Katakan : supervisor membuat keputusan dan mengumumkannya

    kepada staf. Supervisor memberikan arahan lengkap.

    Jual : supervisor membuat keputusan dan kemudian mencoba

    untuk mendapatkan komitmen dari staf dengan

    menjual aspek-aspek positif dari keputusan.

    Konsultasikan : supervisor mengundang masukan ke dalam keputusan

    sementara tetap mempertahankan wewenang untuk

  • 34

    membuat keputusan akhir sendiri.

    Bergabung : supervisor mengajak karyawan untuk membuat

    keputusan dengan supervisor. Supervisor menganggap

    suaranya sama di babak proses. Untuk keputusan keluar

    model, supervisor menambahkan delegasi.

    2.1.6.3. Dimensi Keterlibatan Karyawan

    Karyawan melihat keterlibatan dalam dimensi inti, dan organisasi Anda

    perlu fokus pada pengembangan dimensi ini sepanjang tahun untuk mencapai

    hasil yang optimal (Mathis:2006).

    1. Inspirasi (Inspiration)

    Pada akhir hari karyawan ingin merasakan tujuan dan tahu usaha mereka.

    Untuk terlibat pada dimensi ini karyawan harus mengambil kebanggan

    pada perusahaan dan percaya terhadap pemimpin mereka. Uraikan visi

    yang menarik untuk masa depan, komunikasikan dengan semangat, akui

    setiap tantangan kemudian mintalah karyawan untuk memberikan saran

    dan libatkan mereka dalam mendorong perubahan yang positif.

    2. Pemahaman (Understanding)

    Karyawan Anda perlu memiliki pemahaman yang mendalam tentang

    tujuan perusahaan dan rencana spesifik untuk mencapai tujuan. Pemimpin

    harus menyediakan update bisnis yang sering dan transparan serta

    menciptakan suatu lingkungan dimana karyawan merasa nyaman untuk

    mengajukan pertanyaan dan memberikan masukan. Pada tingkat individu

    karyawan harus menerima umpan balik yang berarti pada kinerja mereka

    secara berkala sepanjang tahun.

  • 35

    3. Dukungan (Support)

    Karyawan merasa didukung ketika mereka memiliki hubungan yang kuat

    dengan manajer mereka dan interaksi positif dengan kolega. Pemimpin

    harus mengevaluasi baik hard skill maupun soft skill saat mengisi posisi

    manajemen, dan mereka harus menyediakan pelatihan untuk membantu

    manajer baru untuk berhasil dalam peran mereka.

    4. Penghargaan (Appreciation)

    Karyawan perlu tahu bahwa kontribusi mereka diperhatikan dan dihargai.

    Pentingnya pujian yang tulus dari manajer langsung dan pemimpin senior

    sering diremehkan tetapi bisa sangat berarti bagi karyawan. Kompensasi

    adalah penting dan harus kompetitif, tapi banyak karyawan sering

    membandingkan faktor-faktor lain seperti pengembangan karir dan

    kesempatan belajar.

    2.1.7. Keterikatan Karyawan

    2.1.7.1. Pengertian Keterikatan Karyawan

    Robinson et al. (dalam Robertson dan Cooper, 2010) memberikan definisi

    keterikatan sebagai sikap positif yang ditunjukan karyawan terhadap organisasi

    dan nilai perusahaan. Seorang karyawan yang terikat memiliki kesadaran terhadap

    bisnis, dan bekerja dengan rekan kerja untuk meningkatkan kinerja dalam

    pekerjaan untuk keuntungan organisasi. Menurut Towers Perrin (dalam Global

    Workforce Study, 2008) keterikatan adalah kemauan dan kemampuan untuk

    bekerja ekstra dan meningkatkan hasil keuangan dan operasional.

  • 36

    Menurut Miller (2002) keterikatan karyawan adalah sebuah level dari

    suatu komitmen dan keterliban dalam fokus bekerja, semangat, antusias, dan

    tenaga. Seseorang memiliki tujuan yang mengarah kepada hasil yang tinggi dalam

    suatu performa yang dihasilkan dari suatu organisasi. Menurut Gibbons (dalam

    Hughes dan Rog, 2008), keterikatan karyawan adalah hubungan emosional dan

    intelektual yang tinggi yang dimiliki oleh karyawan terhadap pekerjaannya,

    organisasi, manajer, atau rekan kerja yang memberikan pengaruh untuk

    menambah upaya pengamanan dalam pekerjaannya. Pendapat lain mengenai

    keterikatan karyawan dikemukakan oleh (Macey, William H. , 2009:7) yang

    menyatakan bahwa keterikatan karyawan merupakan kesadaran dan energi yang

    terpusatkan, sebagai bukti dari rasa inisiatif pada individu, proses adaptasi, usaha,

    dan pengarahan pada tujuan organisasi.

    Hubungan lebih langsung diajukan oleh Burke (2005) yang menyatakan

    bahwa pengukuran keterikatan karyawan diperoleh dari tingkat kepuasan

    karyawan dengan perusahaan, manajer, kelompok kerja, pekerjaan dan

    karakteristik lingkungan kerja. Menurut Thomas (2007), keterikatan karyawan

    merupakan suatu keadaan psikologis yang stabil, hasil dari interaksi antara

    seorang individu dengan lingkungan tempat individu tersebut bekerja.

    2.1.7.2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Keterikatan Karyawan

    Menurut Macey H. William (2009:7), terdapat beberapa faktor yang

    mempengaruhi keterlibatan karyawan antara lain:

    1. Capacity to Engage

  • 37

    Karyawan mengetahui kapasitas energinya dalam menghadapi hambatan

    yang ada dalam pekerjaannya. Energi dari mengikuti dari karyawan atau

    individu yang memiliki energi tersebut dan beberapa energi dari mengikuti

    secara alami pada individu yang memiliki energi tersebut. Hal ini juga

    didukung dari faktor lingkungan yang ada dalam pekerjaan, tidak hanya

    tuntutan untuk lebih tapi menyediakan keterbukaan informasi,

    menyediakan kesempatan untuk belajar, dan mendorong keseimbangan

    kehidupan manusia, dengan demikian membuat dasar untuk energi yang

    terus menerus dan inisiatif personal.

    2. Motivation to Engage

    Pada dasarnya pekerjaan menarik saat mereka merasa tertantang, berarti,

    dan memberikan kesempatan untuk memberikan pengambilan keputusan

    dan mandiri dalam membuat pola yang tidak hanya apa yang akan

    dilakukan tetapi bagaimana itu akan dilakukan. Motivasi untuk engage juga

    muncul apabila memperlakukan individu dengan cara menghargai, dan

    dengan demikian memperlihatkan pada mereka bahwa mereka bernilai atau

    berharga dan kita telah membangun modal dasar bagi mereka melalui

    kerelaan untuk terikat.

    3. Freedom to Engage

    Hal ini terjadi ketika karyawan atau individu memiliki kebebasan untuk

    bertindak dan tidak akan mendapatkan hukuman dalam melakukan

    pekerjaannya. Dengan kata lain perilaku engagement dapat terjadi apabila

    karyawan atau individu merasa aman dan nyaman untuk mengambil

    tindakan sebagai konsekuensi dalam pemberian kepercayaan dalam kondisi

  • 38

    yang sulit, ambigu dan kebutuhan akan perubahan.

    4. The Focus Strategic of Engagement

    Keterikatan dapat tercipta karena karyawan melihat secara langsung

    hubungan antara apa yang mereka harus lakukan dan keuntungan dari

    organisasi. Engagement muncul pada saat terjadi kesejajaran antara tujuan

    individual dan organisasi mereka

    2.1.7.4. Dimensi Keterikatan Karyawan

    Menurut Towers Perrin Global Workforce Study (2008), maka level dari

    keterlibatan karyawan berdasarkan respon mereka dalam menjawab pertanyaan

    yang ditunjukan untuk mengukur hubungan mereka kepada organisasi adalah

    sebagai berikut:

    a. Rasional

    Seberapa besar karyawan memahami peran dan tanggung jawab

    mereka (berkaitan dengan pemikiran).

    b. Emosional

    Seberapa besar semangat kerja dan energi yang dimiliki oleh

    karyawan dalam melakukan pekerjaannya (berkaitan dengan

    perasaan).

    c. Motivasional

    Seberapa baik kinerja karyawan dalam melakukan pekerjaannya

    (berkaitan dengan tindakan).

    2.1.8. Pegawai Negeri Sipil (PNS)

  • 39

    2.1.8.1 Pengertian Pegawai Negeri Sipil (PNS)

    Definisi Pegawai Negeri dan Pegawai Negeri SipilPeraturan yang

    mengatur masalah kepegawaian negeri adalah UU No. 8 tahun 1974. Kemudian,

    dibuatlah UU No. 43 tahun 1999 yang mengatur beberapa perubahan pokok-

    pokok kepegawaian dalam UU sebelumnya. Dalam UU No. 43 tahun 1999 pasal 1

    ayat (1) (2000: 13), disebutkan bahwa yang dimaksud dengan pegawai negeri

    adalah setiap warga negara Republik Indonesia yang telah memenuhi syarat yang

    ditentukan, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalam suatu

    jabatan negeri, atau diserahi tugas negara lainnya, dan digaji berdasarkan

    peraturan perundang-undangan yang berlaku. Definisi itu dapat diperinci dalam

    empat pokok sebagai berikut, yaitu:

    memenuhi syarat-syarat yang ditentukan

    diangkat oleh pejabat yang berwenang

    diserahi tugas dalam sesuatu jabatan negeri

    digaji menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku

    Tidak semua orang yang bekerja dalam jabatan negeri atau menurut istilah

    umum pada suatu kantor pemerintah adalah pegawai negeri (Djatmika &

    Marsono, 1995: 10). Dalam birokrasi pemerintah dikenal jabatan karier, yakni

    jabatan dalam lingkungan birokrasi yang hanya dapat diduduki oleh PNS. Jabatan

    karir dapat dibedakan menjadi 2, yaitu:

    a) Jabatan struktural: yaitu jabatan yang secara tegas ada dalam struktur

    organisasi. Kedudukan jabatan struktural bertingkat-tingkat dari tingkat

    yang terendah (eselon IV/b) hingga yang tertinggi (eselon IV/a). Contoh

    jabatan struktural di PNS Pusat adalah: Sekretaris Jenderal, Direktur

  • 40

    Jenderal, Kepala Biro, dan Staf Ahli. Sedangkan contoh jabatan struktural

    di PNS Daerah adalah: sekretaris daerah, kepala dinas/badan/kantor,

    kepala bagian, kepala bidang, kepala seksi, camat, sekretaris camat, lurah,

    dan sekretaris lurah.

    b) Jabatan fungsional: yaitu jabatan yang tidak secara tegas disebutkan dalam

    struktur organisasi tetapi dari sudut pandang fungsinya diperlukan oleh

    organisasi, misalnya: guru, dosen, dokter, perawat, bidan, apoteker,

    peneliti, perencana, pranata komputer, dan statistisi.

    2.1.8.2. Jenis-jenis Pegawai Negeri Sipil (PNS)

    Jenis-jenis pegawai negeri diatur dalam pasal 2 UU No. 43 tahun

    1999(2000: 14). Pegawai negeri terdiri atas: PNS (Pegawai Negeri Sipil), anggota

    TNI, dan anggota Kepolisian Negeri RI. Pada pasal 2 ayat (2) dijelaskan bahwa

    PNS terdiri atas PNS pusat dan PNS daerah. PNS pusat adalah PNS yang gajinya

    dibebankan pada APBN dan bekerja pada departemen, lembaga pemerintah non

    departemen, kesekretariatan lembaga tertinggi/tinggi negara, instansi vertikal di

    daerah provinsi/kabupaten/kota, kepaniteraan pengadilan, atau dipekerjakan untuk

    menyelenggarakan tugas negara (2000:30). PNS daerah adalah PNS daerah

    provinsi/kabupaten/kota yang gajinya dibebankan pada APBD dan bekerja pada

    pemerintah daerah atau dipekerjakan di luar instansi induknya.

    2.1.8.3. Hak-hak Pegawai Negeri Sipil

    Salah satu hal yang paling sering dijadikan alasan bagi kebanyakan orang

    dalam memilih pekerjaan sebagai pegawai negeri adalah karena adanya

  • 41

    pemberian hak-hak yang cukup menguntungkan. Dalam UU No. 8 tahun 1974

    (Djatmika & Marsono, 1995: 99) diatur mengenai hak-hak pegawai negeri.

    Beberapa hak yang dianggap menguntungkan adalan sistem penggajian yang pasti

    setiap bulannya, pemberian bermacam-macam tunjangan, fasilitas kenaikan

    pangkat, pemberian kesempatan cuti, dan pemberian jaminan hari tua.

    Sistem penggajian pegawai negeri seperti yang dianut dalam UU No.8 tahun 1974

    adalah sistem gabungan antara sistem skala tunggal dan skala ganda (Djatmika &

    Marsono, 1995: 99). Pemberian gaji kepada pegawai negeri tidak hanya

    didasarkan bahwa kepada pegawai yang berpangkat sama diberikan gaji yang

    sama (menurut skala tunggal), tetapi juga didasarkan pada sifat pekerjaan yang

    dilakukan, prestasi kerja yang dicapai, dan beratnya tanggung jawab yang dipikul

    dalam melaksanakan tugas pekerjaan itu (menurut sistem skala ganda). Sistem

    penggajian pegawai negeri yang berlaku adalah bahwa kepada pegawai yang

    berpangkat sama diberikan gaji pokok yang sama, dan juga diberikan tunjangan

    kepada pegawai yang melakukan pekerjaan tertentu yang sifatnya memerlukan

    pemusatan perhatian dan pengerahan tenaga secara terus menerus.

    Dalam pasal 7, seperti yang telah disebutkan, setiap pegawai negeri berhak

    memperoleh gaji yang layak sesuai dengan pekerjaan dan tanggung jawabnya.

    Penghasilan yang akan diterima pegawai negeri terdiri atas gaji pokok ditambah

    dengan tunjangan-tunjangan, dikurangi dengan pemotongan- pemotongan tertentu

    masing-masing sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku (Djatmika &

    Marsono, 1995: 99).

    1. Gaji pokok

    Pemberian gaji pokok kepada pegawai negeri yang diangkat dalam suatu

  • 42

    pangkat tertentu diberikan gaji pokok berdasarkan golongan/ruang yang

    ditetapkan untuk pangkat itu, sesuai dengan masa kerja ia miliki.

    Pemberian gaji sesuai pangkat ini memungkinkan seseorang untuk

    mendapatkan kenaikan gaji sesuai dengan kenaikan pangkatnya. Hal inilah

    yang juga dipertimbangkan seseorang dalam memilih untuk menjadi

    pegawai negeri. Kenaikan gaji PNS diatur dalam Bab III, pasal 11 s.d.

    pasal 14 PP No. 7 tahun 1977 (Djatmika & Marsono, 1995, h. 106).

    Kenaikan gaji PNS terdiri atas kenaikan gaji berkala dan kenaikan gaji

    istimewa. Kenaikan gaji berkala diberikan kepada PNS apabila telah

    memenuhi syarat-syarat telah mencapai masa kerja golongan yang

    ditentukan untuk kenaikan gaji berkala dan mendapat penilaian rata-rata

    cukup dalam penilaian pelaksanaan pekerjaan yang ditetapkan

    berdasarkan PP No. 10 tahun 1979. Kenaikan gaji istimewa diberikan

    sebagai penghargaan kepada PNS yang menurut daftar penilaian

    pelaksanaan pekerjaan menunjukkan nilai amat baik sehingga ia patut

    dijadikan teladan, dengan memajukan saat kenaikan gaji berkala

    selanjutnya, selama pegawai dimaksud dalam pangkat yang dijabatnya

    pada saat pemberian kenaikan gaji istimewa.

    2. Tunjagan

    Tidak semua tempat bekerja menjamin pemberian tunjangan seperti PNS.

    Kepada PNS diberikan tunjangan keluarga, tunjangan jabatan, dan

    beberapa tunjangan lain (Djatmika & Marsono, 1995: 111). Tunjangan

    yang dimaksud antara lain: Tunjangan keluarga terdiri atas tunjangan

    suami/istri dan tunjangan anak. Tunjangan jabatan (Djatmika & Marsono,

  • 43

    1995 :112 126) diberikan kepada PNS yang memangku jabatan strukturil

    dan jabatan penting lainnya yang mengakibatkan para pejabatnya memikul

    tanggung jawab yang berat.Tunjangan lain-lain (Djatmika & Marsono,

    1995: 127) yang akan diperoleh oleh pegawai negeri selama mereka masih

    menjabat sebagai pegawai negeri antara lain: tunjangan pangan, tunjangan

    cacat, dan bantuan kematian. Syarat dan ketentuan berlakunya tunjangan

    dan bantuan tersebut sudah diatur dengan peraturan perundang-undangan

    yang berlaku.

    3. Kenaikan pangkat

    Pemberian kenaikan pangkat dilaksanakan berdasarkan sistem kenaikan

    pangkat reguler dan kenaikan pangkat pilihan (Djatmika & Marsono,

    1995: 133). Kenaikan pangkat reguler merupakan hak, oleh sebab itu jika

    ada seorang PNS yang telah memenuhi syarat-syarat yang ditentukan

    tanpa terikat jabatannya dapat dinaikkan pangkatnya, kecuali apabila ada

    alasan-alasan yang sah untuk menundanya. Kenaikan pangkat pilihan

    bukan merupakan hak, tetapi merupakan kepercayaan dan penghargaan

    kepada PNS yang telah menunjukkan prestasi kerja yang tinggi yang

    diberikan kepada PNS yang memangku jabatan struktural atau jabatan

    fungsional tertentu yang telah memenuhi syarat-syarat yang telah

    ditentukan.

    4. Cuti

    Cuti adalah tidak masuk bekerja yang diizinkan dalam jangka waktu

    tertentu untuk menjamin kesegaran jasmani dan rohani serta kepentingan

    pegawai negeri (Djatmika & Marsono, 1995: 146). Menurut PP No. 24

  • 44

    tahun 1976, cuti PNS terdiri atas: cuti tahunan, cuti besar, cuti sakit, cuti

    bersalin, cuti karena alasan penting, dan cuti di luar tanggungan negara.

    Segala syarat telah ditetapkan dengan peraturan perundangan yang

    berlaku.

    5. Usaha Kesejahteraan Pegawai Negeri Sipil

    Usaha kesejahteraan pegawai negeri diatur dalam pasal 32 UU No. 43

    tahun 1999 (2000: 32). Usaha kesejahteraan PNS diselenggarakan untuk

    meningkatkan kegairahan bekerja. Usaha kesejahteraan tersebut meliputi

    program pensiun dan tabungan hari tua, asuransi kesehatan, tabungan

    pemerintah, dan asuransi pendidikan bagi putra putri PNS. Satu hal yang

    perlu diperhatikan adalah PNS masih mempunyai kewajiban untuk

    membayar iuran setiap bulan dari penghasilannya. Sementara itu, untuk

    program pensiun dan asuransi kesehatan, Pemerintah menanggung subsidi

    dan iuran. Usaha kesejahteraan yang lain adalah bantuan kematian yang

    diberikan kepada keluarga atau ahli waris PNS yang meninggal dunia.

    Pada penjelasan pasal 23 ayat (1) disebutkan bahwa PNS yang

    diberhentikan dengan hormat tetap menerima hak-hak kepegawaian sesuai

    dengan peraturan perundangan yang berlaku antara lain hak pensiun dan

    tabungan hari tua.

    2.2 Kerangka Pemikiran

  • 45

    Gambar: Kerangka Pemikiran

    2.3 Hipotesis

    Pengertian hipotesis menurut Sugiyono (2009:64) adalah jawaban

    sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah

    penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pernyataan. Menurut wikepedia,

    hipotesis atau hipotesa adalah jawaban sementara terhadap masalah yang masih

    bersifat praduga karena masih harus dibuktikan kebenarannya. Hipotesis yang di

    gunakan oleh penulis sebagai berikut:

    H1 : Terdapat pengaruh yang signifikan antar pengambilan keputusan

    terhadap keterikatan karyawan pada Direktorat Jenderal SDA

    Kementerian Pekerjaan Umum Jakarta Selatan.

    H2 : Terdapat pengaruh yang signifikan antar pelatihan dan

    pengembangan karir terhadap keterikatan karyawan pada

  • 46

    Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan

    Umum Jakarta Selatan.

    H3 : Terdapat pengaruh yang signifikan antar penilaian kinerja

    karyawan terhadap keterikatan karyawan pada Direktorat

    Jenderal Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum

    Jakarta Selatan.

    H4 : Terdapat pengaruh yang signifikan antar sistem penghargaan

    kinerja terhadap keterikatan karyawan pada Direktorat Jenderal

    Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum Jakarta

    Selatan.

    H5 : Terdapat pengaruh yang signifikan antar keterlibatan karyawan

    terhadap keterikatan karyawan pada Direktorat Jenderal Sumber

    Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum Jakarta Selatan.